Osteoporosis
-
Upload
octiaraestya -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
description
Transcript of Osteoporosis
osteoporosis
Osteoporosis adalan gangguan tulang yang ditandai dengan penurunan massa tulang dan
kemerosotan mikroarsitektur yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Kernerosotan mikroarsitektur tampak sebagai spikulum tulang yang semakin sedikit dan tipis
serta adanya" topangan'' horizontal abnormal yang tidak menyatu untuk membentuk
trabekula. Perubahan struktural inilah yang menyebabkan tulang rapuh. Penyakit mungkin
bersifat lokal( seperti pada osteoporosis disuse yang timbul pada ekstremitas yang lama tidak
digerakkan) , atau mungkin mengenai seluruh kerangka tubuh. Osteoporosis generalisata
umumnya timbul sebagai penyakit primer, atau sekunder akibat beragam keadaan. Jika
digunakan kata osteoporosis tanpa kualifikasi, hal ini biasanya berarti osteoporosis senilis
primer atau pascamenopause. Osteoporosis primer merupakan keadaan yang sangat sering
ditemukan dan mengenai lebin dari 15 juta orang di Amerika Serikat. Jika morbiditas dan
mortalitas yang berkaitan dengan fraktur terkait-osteoporosis disertakan dalam analisis, biaya
perawatan medis pasien yang menderita osteoporosis mencapai lebih dari $ 13 milyar per
tahun, Osteoporosis senilis teradi pada orang dewasa dari kedua Jenis kelamin dan meningkat
keparahannya sering dengan usia. Osteoporosis pasca menopause, seperti dituniukkan oleh
namanya, mengenai perempuan setelah menopause. Bentuk penyakit ini jauh lebih sering
ditemukan dan merupakan penyebab penting fraktur pada perempuan lanjut usia
Patogenesis.
Pada orang dewasa terdapat suatu keseimbangan dinamis antara pembentukan dan
penyerapan tulang. Osteoporosis timbul jika keseimbangan ini bergeser ke arah penyerapan
tulang oleh osteoklas. Masih belum diketahui pasti bagaimana ketidakseimbangan ini bisa
terjadi. Namun, banyak kemajuan yang menarik dalam penelitian mengenai mekanisme
molekular pertumbuhan dan remodeling tulang telah memberikan petunjuk mengenai
masalah ini. Yang menjadi hal pokok dalam pemahaman ini adalah ditemukannya anggota
baru famili reseptor faktor nekrosis tumor(TNF) dan ligannya yang memengaruhi fungsi
osteoklas.
Sekarang diketahui bahwa sel stroma dan osteoblas menyintesis dan mengekspresikan pada
membran selnya suatu anggota famili TNF yang disebut "ligan RANK". Seperti diisyaratkan
oleh namanya, ligan RANK berikatan dengan suatu molekul reseptor yang dikenal dengan
singkatan RANK (receptor activator for nuclear factor KB). Nama ini berasal dari
kemampuan RANK mengaktifkan jalur transkripsi NFKB. Sementara ligan RANK dihasilkan
oleh osteoblas dan stroma, reseptornya (RANK) diekspresikan oleh makrofag. Diferensiasi
makrofag menjadi osteoklas mensyaratkan bahwa ligan RANK yang diekspresikan di
permukaan sel stroma atau osteoblas berikatan dengan reseptor RANK di makrofag. Selain
itu, sel stroma juga menghasilkan suatu sitokin yang disebut macrophage colony-stimulating
factor, yang melekat ke suatu reseptor khusus di makrofag. Bersama-sama, ligan RANK dan
macrophage colony stimulating factor bekerja untuk mengubah makrofag menjadi osteoklas
yang mencerna tulang. Oleh karena itu, pengaktifan reseptor RANK merupakan stimulus
utama terjadinya resorpsi tulang. Aktivitas osteoklastogenik dijalur ligan RANK-RANK
diatur oleh sebuah molekul yang disebut osteoprotegerin (OPG), yang juga disekresikan oleh
sel stroma osteoblas. OPG adalah suatu "decoy receptor" (reseptor pemikat) yang dapat
mengikat ligan RANK sehingga ligan ini tidak dapat berikatan dengan RANK. Jika ligan
RANK berikatan dengan OPG dan bukan dengan reseptor RANK di prekursor osteoklas,
pembentukan osteoklas dan fungsi penyerapan tulang terganggu. Berdasarkan temuan baru
ini, sekarang diakui bahwa disregulasi RANK, ligan RANK, dan OPG adalah faktor utama
dalam patogenesis osteoporosis, disregulasi ini dapat dipicu melalui banyak cara, termasuk
defisiensi estrogen. Oleh karena itu, saat ini diperkirakan osteoporosis bukan satu penyakit
tersendiri, tetapi lebih merupakan sekelompok penyakit dengan ekspresi morfologik yang
sama, yaitu penurunan massa tulang total dan densitasnya. Sebagian faktor utama yang
berkaitan dengan timbulnya osteoporosis akan diringkaskan berikut ini.
Pada keadaan normal, massa tulang meningkat secara tetap pada masa bayi dan anak,
mencapai puncaknya pada masa dewasa muda. Massa tulang puncak ini merupakan
determinan penting untuk risiko osteoporosis di kemudian hari. Massa puncak ini umumnya
ditentukan oleh faktor genetik, meskipun faktor eksternal, termasuk aktivitas fisik, diet, dan
status hormon, juga berperan. Laki-laki mencapai densitas tulang yang lebih tinggi daripada
perempuan dan orang berkulit hitam memiliki massa tulang puncak yang lebih besar daripada
orang berkulit putih. Dengan demikian, perempuan berkulit putih adalah kelompok paling
rentan terhadap osteoporosis dan berbagai penyulitnya
Perubahan terkait usia dalam kepadatan tulang terjadi pada semua orang dan jelas berperan
menyebabkan osteoporosis pada kedua jenis kelamin. Seperti diisyaratkan diatas, tulang
adalah suatu jaringan yang dinamis dan terus menerus mengalami remodeling seumur hidup.
Remodeling ini ditandai dengan periode resorpsi tulang dan pembentukan tulang baru secara
bergantian. Densitas tulang maksimum biasanya dicapai pada usia tiga puluhan. Setelah itu,
kepadatan tulang mulai menurun. Kecepatan penurunan ini besarnya sekitar 0,7% per tahun
meskipun kecepatan ini sangat berlainan dari orang ke orang dan dari satu tulang ke tulang
lainnya. Penurunan terbesar terjadi di daerah yang mengandung banyak tulang(trabekular)
cancellous seperti tulang belakang dan leher femur. Oleh karena itu, tempat inilah yang
sering mengalami fraktur pada pengidap osteoporosis. Penurunan massa tulang terkait usia
tampaknya terutama disebabkan oleh penurunan aktivitas osteoblas serta peningkatan
aktivitas osteoklas yang berkaitan dengan usia. Setelah dekade ketiga, pada setiap siklus
remodeling tulang, pembentukan tulang baru tidak dapat mengompensasi kehilangan tulang
sehingga secara bertahap terjadi pengurangan tulang.
Faktor hormon berperan penting dalam timbulnya osteoporosis, terutama pada perempuan
pascameno pause. Munculnya menopause diikuti oleh penurunan pesat massa tulang.
Sebaliknya, pemberian estrogen kepada perempuan pascamenopause mengurangi ke-
hilangan tulang dan menyebabkan penurunan insidensi fraktur. Penelitian awal mengenai
efek estrogen pada tulang berfokus pada pengendalian sitokin yang memengaruhi resorpsi
tulang dan pembentukan tulang baru. Penurunan estrogen menyebabkan peningkatan kadar
interleukin produksi interleukin 1(IL-1), o(IL-6), dan faktor nekrosis tumor(TNF) oleh
monosit dan elemen sumsum tulang lainnya. Sitokin ini meningkatkan penyerapan tulang
terutama dengan meningkatkan jumlah prekursor osteoklas di sumsum tulang. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa estrogen memengaruhi diferensiasi osteoklas melalui jalur
reseptor RANK. Estrogen merangsang pembentukan OPG sehingga menghambat
pembentukan osteoklas, estrogen juga menumpulkan responsivitas prekursor osteoklas
terhadap ligan RANK; peningkatan kadar IL-1 dan TNF(ditemukan pada defisiensi estrogen)
merangsang pembentukan ligan RANK dan macrophage colony stimulating factor, keduanya
meningkatkan pembentukan osteoklas. Bukti mengisyaratkan bahwa defisiensi estrogen, serta
proses penuaan normal, juga dapat menyebabkan penurunan aktivitas osteoblastik sehingga
pembentukan tulang baru juga menurun. Oleh karena itu, berkurangnya tulang pada defisiensi
estrogen dapat disebabkan oleh kombinasi peningkatan resorpsi tulang dan penurunan
pembentukan tulang. Defisiensi testosteron terdapat pada sekitar sepertiga laki-laki dengan
osteoporosis senilis Hal ini juga tampaknya berperan dalam peningkatan pertukaran tulang
melalui efek lokal pada produksi seperti sitokin. Namun, efek ini tidak sama besarnya seperti
efek yang ditimbulkan oleh defisiensi estrogen.
Faktor genetik adalah salah satu bagian penting dari teka-teki osteoporosis. Seperti telah
disinggung, densitas tulang maksimum yang dicapai seseorang ditentukan terutama oleh
pengaruh genetik. Meskipun masih banyak faktor genetik yang bertanggung jawab dalam
perkembangan normal tulang yang perlu diidentifikasi salah satu penentu densitas tulang
maksimum tampaknya adalah molekul reseptor vitamin D ( VDR). Varian tertentu gen VDR
dilaporkan berkaitan dengan penurunan densitas tulang maksimum, mungkin karena terjadi
gangguan pada efek vitamin D terhadap pembentukan tulang. Namun, peran keseluruhan
polimorfisme ini dalam patogenesis osteoporosis masih belum jelas. Faktor mekanis,
terutama penyangga beban, merupakan rangsangan penting bagi remodeling normal tulang,
dan penurunan aktivitas fisik menyebabkan percepatan kehilangan tulang. Hal ini secara
dramatis dibuktikan oleh berkurangnya tulang diekstremitas yang lumpuh atau mengalami
imobilisasi dan oleh penurunan substansial massa tulang pada astronot yang tinggal dalam
kondisi gaya tarik nol untuk jangka lama. Gaya hidup yang umumnya santai pada banyak
orang dewasa jelas berperan mempercepat osteoporosis. Peran diet, termasuk asupan kalsium
dan vitamin D dalam pembentukan, pencegahan, dan terapi osteoporosis masih belum
sepenuhnya dipahami. Densitas maksimum seseorang sebagian ditentukan oleh asupan
kalsium total dalam makanan, terutama sebelum pubertas. Tampaknya asupan kalsium dari
makanan pada perempuan dewasa muda jauh rendah dibandingkan dengan laki-laki usia
sepadan dan keadaan tersebut mungkin salah satu faktor yang mempermudah terjadinya
osteoporosis di kemudian hari pada perempuan. Sebagai ringkasan, osteoporosis adalah suatu
penyakit multifaktor. Pengurangan tulang terkait-usia yang terutama disebabkan bleh
penurunan pembentukan tulang, umum terjadi pada semua bentuk osteoporosis generalisata
primer. Pada perempuan pascamenopause, pengurangan ini diperparah oleh peningkatan
resorpsi tulang, serta oleh penurunan lebih lanjut sintesis tulang akibat berkurangnya kadar
estrogen. Oleh karena itu, pada osteoporosis terjadi, baik penurunan pembentukan tulang
maupun peningkatan kehilangan tulang. Meskipun kedua faktor ini berperan dalam sebagian
besar kasus osteoporosis, kontribus relatif masing-masing terhadap pengurangan tulang
mungkin berbeda-beda, bergantung pada usia, jenis kelamin, status gizi, dan pengaruh
genetik
Setelah menopause, maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada dekade awal setelah
menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur vertebra dan radius distal meningkat.
Penurunan densitas tulang terutama pada tulang trabekular, karena memiliki permukaan yang
luas dan hal ini dapat dicegah dengan terapi sulih estrogen. Petanda resorpsi tulang dan
formasi tulang, keduanya meningkat menunjukkan adanya peningkatan bone turnover.
Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal
cellsl dan sel-sel mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF-a yang berperan meningkatkan
kerja osteoklas. Dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause akan
meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas osteoklas meningkat.
Selain peningkatan aktivitas osteoklas, menopause juga menurunkan absorpsi kalsium di usus
dan meningkatkan ekskresi ginjal. Selain itu, menopause juga menurunkan sintesis berbagai
protein yang membawa 1,25(oH)2D, sehingga pemberian estrogen akan meningkatkan
konsentrasi 1,25(OH)2D di dalam plasma. Tetapi pemberian estrogen transdermal tidak akan
meningkatkan sintesis protein tersebut, karena estrogen transdermal tidak diangkut melewati
hati. Walaupun demikian, estrogen transdermal tetap dapat meningkatkan absorpsi kalsium di
usus secara langsung tanpa dipengaruhi vitamin D. Untuk mengatasi keseimbangan negatif
kalsium akibat menopause, maka kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause,
sehingga osteoporosis akan semakin berat.