Osteoporosis

17
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tolak  ukur  kemajuan suatu bangsa sering kali dilihat dari usia  harapan hidup  penduduknya. Di Indonesia, berkat kemajuan ilmu  pengetahuan dan teknologi  terutama di  bidang kesehatan angka harapan hidup menjadi rata-rata 68,3 tahun  pada tahun 2002 (Nugroho, 2000 dalam K arolina, 2009). Usia lanjut se  bagai tahap akhir siklus kehi dupan merupakan tahap  perkem  bangan normal yang akan dialamai  oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut ter se  but dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi. Secara individu,  pada usia diatas 55 tahun terjadi  proses  penuaan secara alamiah  yang nantinya akan menim  bulkan masalah f isik, metal, sosial, ekonomi dan  psikologi s (Nugroho, 2000 dalam K arolina, 2009). Salah satu masalah kesehatan yang  perlu mendapatkan  perhatian serius  pada masa usia lanjut adalah osteoporosis.  Osteoporosis merupakan  penyakit  yang menyerang tulang dimana keadaan tulang menjadi rapuh (Fragile) dan mudah mengalami   patah (f raktur ) (Wirakusumah, 2007). Masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai  tingkat  yang  perlu diwas  pasai. Ber dasarkan data Puslit  bang Gizi Departemen K esehatan R epu  blik Indonesia,  penderita osteoporosis yang ter dapat di Indonesia telah  mencapai 19, 7 % dan berada diurutan ke enam ter  besar setelah cina (Wirakusumah, 2007).  R esiko  patah tulang aki  bat bertam  bah dengan meningkatnya  usia. Pada usia 80 tahun, satu dari tiga wanita dan satu dari lima  pria beresiko mengalami   patah tulang  panggul,  demikian  pula  patah tualng belakan. Mulai  usia 50 tahun, kemungkinan mengalami   patah tulang bagi wanita adalah 40  per sen, sedangkan untuk   pria 13  per sen. Menurut WHO (1994), angka kejadian  patah tulang (f raktur ) aki  bat osteoporosis diseluruh dunia mencapai angka 1, 7  juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat  hingga mencapai 6,3  juta orang  pada tahun 2050 dan 71% kejadian ini akan ter dapat di Ne gara -negara berkem  bang. Di Indonesia 19,7% dari  jumlah lansia atau sekitar  3,6  juta orang diantaranya menderita osteoporosis (klinikmedis, 2008). Lima  provinsi dengan resiko  osteoporosis le  bih tinggi adalah Sumatera Utara (27,7%) , Jawa Tengah (24, 02%), Yogyakarta (23,5%) , Sumatera Utara (22,8%) , Jawa TImur (21, 42%), K alimantan Timur (10,5%) (Depkes, 2005). Organisasi kesehatan dunia WHO menyatakan bahwa  penyakit  osteoporosis sudah saatnya mendapat   perhatian yang  le  bih serius (Tandra,2009).  

Transcript of Osteoporosis

Page 1: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 1/17

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu  tolak   ukur   kemajuan suatu bangsa sering  kali dilihat dari  usia  harapan 

hidup  penduduknya. Di Indonesia, berkat kemajuan ilmu  pengetahuan dan teknologi terutama 

di bidang  kesehatan  angka  harapan  hidup  menjadi  rata-rata 68,3  tahun   pada  tahun 2002

(Nugroho, 2000 dalam K arolina, 2009). Usia  lanjut se bagai  tahap  akhir  siklus kehidupan 

merupakan tahap  perkem bangan normal yang akan dialamai oleh setiap  individu yang sudah 

mencapai  usia  lanjut  ter se but dan merupakan  kenyataan  yang  tidak  dapat dihalangi. Secara 

individu,  pada usia diatas 55 tahun terjadi  proses  penuaan secara alamiah yang nantinya akan 

menim bulkan  masalah f isik, metal, sosial,  ekonomi dan  psikologis (Nugroho, 2000 dalam 

K arolina, 2009). Salah satu masalah kesehatan yang  perlu mendapatkan  perhatian serius  pada masa usia lanjut adalah osteoporosis. 

Osteoporosis merupakan  penyakit  yang menyerang  tulang dimana  keadaan  tulang 

menjadi  rapuh (Fragile) dan  mudah  mengalami   patah (f raktur ) (Wirakusumah, 2007). 

Masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai tingkat yang  perlu diwas pasai. Ber dasarkan 

data Puslit bang Gizi Departemen K esehatan R epu blik  Indonesia,  penderita osteoporosis yang 

ter dapat di Indonesia  telah mencapai 19,7 % dan berada diurutan  ke  enam  ter  besar  setelah 

cina (Wirakusumah, 2007). 

R esiko   patah  tulang  aki bat bertam bah dengan  meningkatnya  usia. Pada  usia 80

tahun, satu dari tiga wanita dan satu dari lima  pria beresiko mengalami  patah tulang  panggul, 

demikian  pula  patah  tualng belakan. Mulai  usia 50 tahun,  kemungkinan  mengalami  patah 

tulang bagi wanita adalah 40  per sen, sedangkan untuk   pria 13  per sen.Menurut WHO (1994), 

angka kejadian  patah tulang (f raktur ) aki bat osteoporosis diseluruh dunia mencapai angka 1,7

 juta orang dan diperkirakan angka  ini akan  terus meningkat hingga mencapai 6,3  juta orang 

 pada  tahun 2050 dan 71% kejadian  ini  akan  ter dapat di Negara-negara berkem bang. Di 

Indonesia 19,7% dari   jumlah  lansia  atau sekitar   3,6  juta  orang diantaranya  menderita 

osteoporosis (klinikmedis,2008). Lima  provinsi dengan resiko osteoporosis le bih tinggi adalah 

Sumatera Utara (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%),  Sumatera Utara 

(22,8%), Jawa TImur  (21,42%), K alimantan Timur  (10,5%) (Depkes,2005). Organisasi 

kesehatan dunia WHO menyatakan bahwa  penyakit  osteoporosis sudah saatnya  mendapat 

 perhatian yang le bih serius (Tandra,2009). 

Page 2: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 2/17

 

2

1.2 Tujuan

1.  Untuk   mengetahui  mengenai def inisi,  etiologi serta  tanda dan  gejala serta 

osteoporosis. 

2.  Untuk  mengetahui  patof isiologis serta f aktor-f aktor  resiko osteoporosis. 

3.  Untuk  mengetahui  jenis-jenis serta  penatalak sanaan osteoporosis. 

4.  mengetahui asuhan keperawatan  pada  penderita osteoporosis. 

Page 3: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 3/17

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu  penyakit tulang yang ditandai dengan adanya  penurunan masa 

tulang dan   peru bahan struktur   pada  jaringan  tulang  yang  menye ba bkan kerentanan  tulang 

meningkat disertai kecenderungan  terjadinya f raktur,  terutama  pada  prok simal f emur,  tulang 

 belakang dan  tulang  radius. K ata  osteoporosis berasal dari bahasa Yunani  yang  artinya 

µtulang¶ dan µlu bang¶, menunjukkan  pada kita bahwa tulang yang terkena menjadi berlu bang-

lu bang  pada strukturnya.Meskipun ukuran tulang ini tetap sama dan dari luar  tampak  normal, 

kecuali   pada  verte bra  yang  hancur, se benarnya bahan  tulang sudah berkurang di dalam 

komposisinya. Ini mem buat tulang menjadi rapuh dan mudah  patah (Lane,2003). 

Gam bar 1 peru bahan struktur   jaringan tulang  

2.2 Etiologi

Ter dapat banyak  f aktor  yang mempengaruhi keadaan tulang. Semua hal yang mengurangi 

kekuatan tulang akan turut berperan dalam terjadinya osteoporosis, antara lain: 

1.  Peningkatan Usia 

Di  atas usia sekitar   35 tahun,  kepadatan  tulang  menurun. Osteoporosis terutama 

dialami oleh  pria dan wanita diatas usia 50 tahun. 

2.  Menopause. 

Saat  kadar   estrogen  menurun setelah  menopause,  kepadatan  tulang  juga  menurun. 

Wanita  pascamenopause mewakili kelompok  ter  besar  orang dengan osteoporosis. 

3.  K adar  testosterone rendah. 

Pada  pria, hormone testosterone memperlam bat resorpsi tulang dengan cara yang sama 

seperti  estrogen   pada  wanita. K adar   testosterone  yang  rendah   pada   pria dapat 

menye ba bkan  penurunan kepadatan tulang dan dapat menye ba bkan osteoporosis. 

Page 4: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 4/17

 

4

4.  K ecenderungan Genetik. 

R iwayat  keluarga dan  kelompok   etnik  dapat  meningkatkan  resiko  mengalami 

osteoporosis. Orang dari ras kaukasia dan asia le bih beresiko mengalami osteoporosis. 

5.  Penyakit lain. 

Be berapa   penyakit dapat  mempengaruhi  regenerasi  tulang  normal sehingga 

meningkatkan resiko osteoporosis

6.  o bat-o batan  be berapa o bat yang digunakan untuk  mengo bati kondisi lain  juga dapat mempengaruhi 

regenerasi tulang sehingga menye ba bkan osteoporosis (misalnya hormone steroid dan 

hormone tiroid)

7.  Berat badan rendah. 

Orang yang sangat kurus memiliki khusus kecenderungan osteoporosis

8.  PolaMakan Buruk  

K urang mengkonsumsi makanan  yang  kaya  kalsium dan  vitamin D misalnya susu, 

keju, ikan berminyak ) dalam  pola makanan dapat berperan dalam osteoporosis. 

9.  merokok/menkonsumsi alkohol secara berle bihan kedua f aktor   ini  mempengaruhi  kekuatan  tulang dan berpotensi  menye ba bkan 

osteoporosis. 

10. K urang Olah R aga 

Tulang  harus di berikan  tekanan dengan  mem berikan  latihan be ban,  terutama saat 

tulang  tum buh,  untuk   memperoleh  kekuatan  tulang. Gaya  hidup  yang  tidak   aktif 

meningkatkan resiko osteoporosis

2.2 Tanda dan Ge jala Osteoporosis 

Mengungkapkan gejala terjadinya osteoporosis agak sulit untuk dilakukan se ba b  penyakit 

osteoporosis terjadi secara diam-diam. Berkurangnya massa tulang dan tulang menjadi rapuh 

 baru disadari setelah tim bul dampak seperti: 

a.  tinggi badan berkurang 

 b.  ti ba-ti ba terjadi rasa nyeri  pada tulang c.  sakit  punggung 

d.  sakit  pinggang yang  parah 

e.  kelainan bentuk  tulang belakang yang menye ba bkan  postur  tu buh bungkuk (kyposis)

Page 5: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 5/17

 

5

2.3 Patofisiologi Osteoporosis

Struktur   tulang  pada  penderita  osteoporosis menjadi  rapuh. Pengeroposan  terjadi baik  

 pada tulang kompak  maupun tulang s pons. K erja osteoklas ( sel  penghancur  struktur  tulang)

mele bihi  osteo blas (sel   pem bentuk   tulang) sehingga  kehilangan  massa  tulang  tidak  dapat 

dihindari dan kepadatan  tulang menajdi berkurang. Aki batnya  tulang menjadi keropos,  tipis

dan mudah mengalami  patah,  terutama  pada  tulang  pergelangan,  tulang belakang, dan  lain 

se bagainya. 

Secara  garis besar   patof isiologi  osteoporosis berawal dari  adanya massa  puncak   tulang 

(massa  tulang bertam bah dan  mencapai   puncak ) yang  rendah disertai  adanya   penurunan 

massa  tulang. Massa  puncak   tulang yang rendah  ini diduga berkaitan dengan f aktor  genetik, 

sedangkan f aktor   yang  menye ba bkan   penurunan  massa  tulang  adalah   proses  penuaan, 

menopause, f aktor   lain seperti  o bat  o batan  atau  aktif itas f isik   yang  kurang. Aki bat  massa 

 puncak   tulang  yang  rendah disertai  adanya  penurunan massa  tulang menye ba bkan densitas

tulang menurun yang merupakan f aktor  resiko terjadinya f raktur. 

K ejadian  osteoporosis dapat  terjadi  pada setiap  umur   kehidupan. Penye ba bnya  adalah 

aki bat  terjadinya   penurunan  bone turn over  yang  terjadi sepanjang  kehidupan.  insidensi 

osteoporosis  pada wanita  jauh  le bih banyak  daripada  laki-laki. Hal  ini di duga berhu bungan 

dengan adanya f ase masa menopause dan  proses kehilangan  pada wanita  jauh le bih banyak. 

Setelah  usia  30 tahun,  resorpsi  tulang secara   perlahan dimulai  akhirnya  akan  le bih 

dominan di bandingkan dengan  pem bentukan tulang. K ehilangan massa tulang menjadi cepat 

 pada be berapa  tahun   pertama setelah  menopause dan  akan  menetap   pada be berapa  tahun 

kemudian   pada  masa   postmenopause. Proses ini  terus berlangsung   pada  akhirnya secara 

 perlahan  tapi   pasti  terjadi  osteoporosis. Percepatan  osteoporosis tergantung dari  hasil 

 pem bentukan tulang sampai tercapainya massa tulang  puncak.Massa tulang  puncak  ini terjadi 

sepanjang awal kehidupan sampai dewasa muda. Selama ini, tulang tidak  hanya tum buh tetapi 

 juga menjadi solid. Pada usia  rata±rata 25 tahun  tulang mencapai  pem bentuk  massa  tulang 

 puncak. 

Walaupun demikian massa  puncak  tulang ini secara individual sangat bervariasi dan  pada 

umumnya   pada  laki-laki  le bih  tinggi di banding   pada  wanita. Massa   puncak   tulang  ini sangatlah  penting, yang akan menjadi ukuran seseorang menjadi risiko terjadinya f raktur   pada 

kehidupannya. A pa bila  massa  puncak   tulang  ini  rendah  maka  akan  mudah  terjadi f raktur, 

tetapi  apa bila  tinggi  maka  akan  terlindung dari  ancaman f raktur. Faktor  f aktor   yang 

menentukan  tidak   tercapainya massa  tulang  puncak  sampai saai  ini belum dapat dimengerti 

sepenuhnya  tetapi diduga  ter dapat be berapa f aktor   yang berperan,  yaitu  genetik,  asupan 

kalsium, aktif itas f isik, dan hormon sek s. 

Page 6: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 6/17

 

6

2.4 Faktor resiko terkena osteoporosis

Faktor   resiko  osteoporosis digolongkan menjadi dua  kelompok  besar   yaitu  resiko  yang 

tidak dapat dikendalikan dan resiko yang dapat dikendalikan. 

1.  Fak tor resik o yang d apat tid ak dik end al ikan

a.  Jenis kelamin 

Wanita  mempunyai  resiko  osteoporosis le bih besar  dari   pada   pria.  Sekitar  80%

diantara   penderita  osteoporosis adalah  wanita.  Secara  umum,  wanita  menderita 

osteoporosis empat kali le bih banyak dari  pada  pria. Satu dari tiga wanita memiliki 

kecenderungan osteoporosis. Hal  ini terjadi antara lain K arena masa tulang wanita 

le bih  kecil disbanding dengan   pria (hanya sekitar  800 gram  le bih  kecil 

di bandingkan  pria yaitu sekitar 1.200 gram)

 b.  Umur  

Semakin  tua  umur  seseorang,  resiko  terkena  osteoporosis semakin besar. Proses

densitas tulang hanya berlangsung sampai seseorang berusia 25 tahun. Selanjutnya, 

kondisi tulang akan konstan hingga usia 40 tahun. Setelah umur  40 tahun, densitas

tulang mulai berkurang secara  perlahan. 

c.  R as

Semakin terang kulit seseorang maka resiko terkena osteoporosis menjadi semakin 

tinggi. R as kaukasia dan Asia memiliki  insiden  terkena  osteoporosis yang  le bih 

 besar di bandingkan dengan ras Af rika  ± Amerika. Antara masa tulang dan masa otot 

ter dapat kaitan yang erat. Semakin besar  otot,  tekanan  pada  tulang semakin  tinggi 

dan  tulang semakin besar. Ditam bah  lagi  kadar   hormone  estrogen  ras Af rika-

amerika  le bih tinggi dari ras yang lain sehingga wanita Af rika-Amerika cenderung 

le bih lam bat menua dari  pada kuliit  putih. Pigmentasi kulit dan tempat tinggal  juga 

mempengaruhi terjadinya osteoporosis. Wanita Af rika bekulit gelap dan bertempat 

tinggal dekat dengan  garis khatulistiwa memiliki  resiko  osteoporosis yang  le bih 

rendah dari  pada wanita berkulit  putih yang tinggal  jauh dari garis khatulistiwa. 

d.  R iwayat K eluarga 

Bila salah seorang anggota keluarga memiliki massa tulang rendah atau mengalami osteoporosis maka  ada  kecenderungan seseorang  mempunyai  resiko  yang  le bih 

tinggi untuk  mengalami hal yang sama 

e.  Tipe Tu buh 

Semakin  kecil  rangka  tu buh  maka semakin besar   resiko  terkena  osteoporosis. 

Demikian  pula dengan wanita yang mempunyai tu buh kurus cenderung mempunyai 

Page 7: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 7/17

 

7

resiko  yang  le bih  tinggi  terkena  osteoporosis dari  pada  yang  mempunyai berat 

 badan le bih besar. 

f .  Menopause 

Osteoporosis  pada  menopause  terjadi  aki bat   jumlah  estrogen dan   progesterone 

menurun. Hormone  ter se but diperlukan  untuk    pem bentukan  tulang dan 

mempertahankan masa tulang. 

2.   Fak tor Resik o yang Dapat Dik end al ikan

1.  K urang aktivitas. 

Semakin rendah aktivitas f isik, semakin besar  resiko  terkena osteoporosis. Hal  ini 

terjadi karena aktivitas f isik  (olah raga) dapat mem bangun tulang dan otot menjadi 

le bih kuat,  juga meningkatkan keseim bangan meta bolisme. 

2.  Diet yang Buruk  

Bila makanan yang dikonsumsi tidak  mencukupi akan berpengaruh buruk  terhadap 

kesehatan  tulang. Makanan sum ber   kalsium, f osf or, dan  vitamin D yang 

dikonsumsi cukup sejak  usia dini dapat mem bantu memperkuat massa tulang. 

3.  Merokok  

Pada  wanita   perokok   ada  kecenderungan  kadar   estrogen dalam  tu buhnya  le bih 

rendah dan  kemungkinan  memasuki  masa  menopause  lima  tahun  le bih  awal 

di bandingkan dengan bukan   perokok. Asap  rokok  dapat  mengham bat  kerja 

ovarium. Di samping  itu,  nikotin   juga  mempengaruhi  kemampuan  tu buh  untuk  

menyerap dan menggunakan kalsium. 

4.  Minum minaman beralkohol. 

Alcohol dapat menye ba bkan  luka-luka  kecil  pada  lam bung  yang  terjadi be berapa 

saat setelah  minum  minuman beralkohol. Banyaknya  luka  kecil  aki bat  minum 

minuman beralkohol  menye ba bkan  tu buh  kehilangan  kalsium  karena  kalsium 

 banyak  ter dapat dalam darah. 

2.5 Resiko Khusus untuk Lan jut UsiaSeseorang yang telah memasuki lanjut usia  perlu berhati-hati dengan tulangnya, terutama 

 jangan sampai terjatuh. Sepertiga dari kelompok  usia ini telah mengalami sedikitnya satu kali 

terjatuh  pertahun, dimana 6  per sen diantaranya mengalami f raktur. Tiga  perempat  kejadian 

 jatuh yang beraki bat f atal terjadi  pada mereka yang berusia di atas 65 tahun dan 99  per sen di 

antaranya dise ba bkan oleh osteoporosis.K erentanan untuk  terjatuh antara lain dise ba bkan oleh 

osteoporosis

Page 8: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 8/17

 

8

 K erent anan untuk jatuh

Penye ba bnya antara lain: 

a.  Terganggunya keseim bangan 

 b.  Buruknya kendali otot 

c.  Waktu reak si yang lam bat dan otot yang lemah 

d.  Obat-o batan  yang  menye ba bkan  ke bingunan dan   pusing  terutama  o bat  tidur,  o bat 

 penenang, sedative. Antidepresi dan setiap o bat benzodiazepine 

e.  Alkohol 

f .  Tekanan darah  rendah,  kadang-kadang dise ba bkan  oleh  o bat  yang di berikan  untuk  

menurunkan tekanan darah tinggi 

g.  Sendi yang tidak seim bang, terutama lutut h.  Artritis ( peradangan sendi)

i.  Penyakit Parkinson 

 j.  Terganggunya  penglihatan,  pendengaran dan organ keseim bangan di dalam telinga 

 K ad ar kal  sium yang rend ah

a.  K alsium kurang diserap dengan baik   pada usia lanjut 

 b.  Asupan  produk susu  pada usia lanjut le bih sedikit 

c.  Diet yang secara umum  tidak  meamdai,  terutama  pada mereka ayng  tinggal dip anti 

 jompo 

 P ertimbang an lain

a.  Lansia  jarang berolah raga 

 b.  Le bih sedikit kegiatan diluar  rumah sehingga semakin sedikit terkena sianr  ultraviolet 

c.  K urangnya  res pon  kulit  terhadap sinar  matahari sehingga  produk si  vitamin D le bih 

sedikit 

d.  Depresi, buruknya ingatan menye ba bkan sering lupa meminum suplemen vitamin. 

T ind akan  P eng amanan Ba gi Lansia  

a.  tindakan  pencegahan  terhadap  jatuh:  lantai yang  empuk  (menyerap  tum bukan),  tidak  ada  permadani  yang  tidak  direkatkan  pada  lantai,  pegangan  tangan di  kamar  mandi 

dan  tangga,  penggunaan  perlindungan  pinggul,  pencahayaan  yang baik, sepatu yang 

 baik. 

 b.  Diet yang dirancang untuk  memasok semua gizi, vitamin dan mineral. 

c.  Tam bahan kkalsium dan vitamin D

Page 9: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 9/17

 

9

d.  Jadwal  olah  raga  harian,  terutama berjalan  kaki,  tetapi  apapun  jenis olah  raga  yang 

 bisa dilakukan,  tam bahan  kalsium  tidak  bisa menggantikan  kurangnya  aktivitas otot 

meanhan be ban 

e.  Perawatan depresi 

f .  Mengkaji kem bali o bat-o batan yang digunakan 

2.6 Jenis-Jenis Osteoporosis

1.  Osteoporosis Primer  

Osteoporosis  primer  adalah osteoporosis yang terjadi aki bat  penuaan. Jenis ini ada 

dua tipe, yaitu osteoporosis  post menopause dan osteoporosis senilis

a.  Tipe I (Osteoporosis PostMenopausal)

Pada  masa  menopause, f ungsi  ovarium  menurun sehingga   produk si  hormone 

estrogen dan   progesterone   juga  menurun. Estrogen berperan dalam   proses

mineralisasi  tulang. K etika kadar  hormone  estrogen dalam darah menurun,  proses

 pengeroposan  tulang dan   pem bentukan  tulang  mengalami  ketidak seim bangan. 

Pengeroposan tulang menjadi dominan. 

 b.  Tipe II (osteoporosis senilis  pada  pria)

Seperti halnya osteoporosis tipe I,  pada tipe II  juga dise ba bkan oleh berkurangnya 

hormone  endokrin, dalam  hal  ini  hormone  testosteron. Testosterone dilaporkan 

mempunyai  peranan untuk  meningkatkan densitas masa tulang. 

2.  Osteoporosis Sekunder. 

Osteoporosis sekunder   terjadi  karena  adanya   penyakit  tertentu  yang dapat 

mempengaruhi kepadatan massa  tulang dan gaya hidup yang  tidak  sehat. Contohnya 

yaitu  kanker,   penyakit saluran   pencernaan  yang  menye ba bkan  a bsor  bsi  zat  gizi (

kalsium, f osf or,  vitamin D, dan  lain-lain) menjadi  terganggu, gaya hidup  yang  tidak  

sehat ( merokok, minum minuman beralkohol, kurang olah raga, dan lain-lain). 

2.7  Pemeriksaan Penun jang osteoporosis

1.  Pemerik saan R adiologik  

Pada Pemerik saan radiologic ini digunakan X-ray konvensional sehingga osteoporosis

 baru akan terlihat apa bila massa tulang sudah berkurang hingga 30% atau le bih. 

2.  Pemerik saan R adioisotop 

Pemerik saan  ini  menggunakan sinar  f oton  radionuklida  yang dapat  mendetek si 

densitas tulang dan keke balan kortek s tulang. 

3.  Pemerik saan Quantitative Computerized Tamography (QCT)

Page 10: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 10/17

 

10

Salah satu  cara  yang dipakai  untuk  mengukur  mineral  tulang  karena dapat menilai 

secara volumetric tra bekulasi tulang radius, ti bia, dan verte bra. 

4.  Magnetic R esonance Imaging (MRI)

Cara ini mengukur striktur  tra bekuler  tulang dan kepadatannya. 

5.  Quantitative Ultra Sound (QUS)

Cara ini menggunakan kecepatan gelom bang suara ultra yang menem bus tulang 

6.  Densitometer  

Menggunakan  radiasi sinar  X rendah. Pengukuran dilakukan   pada  tulang  yang 

kemungkinan muudah  patah seperti tulang belakang,  pinggul, dan  pergelangan tangan 

7.  Tes Darah dan Urine 

Tes ini masih mungkin dilakukan  untuk  mengetahui dan melihat  kondisi  lain  yang 

terkait dengan hilangnya massa tulang. 

2.8  Penatalaksanaan

Pengo batan  osteoporosis yang  telah  lama digunakan  yaitu  terapi medis yang  le bih 

menekankan  pada  pengurangan atau meredakan rasa sakit aki bat  patah tualng. Selain itu, 

 juga dilakukan  terapi  hormone   pengganti (THP) atau  hormone  replacement  therapy 

(HRT) yaitu menggunakan  estrogen dan  progresteron. Terapi  lainnya  yaitu  terapi  non 

hormonal antara lain suplemen kalsium dan vitamin D. 

Page 11: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 11/17

 

11

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1.  Pengka jian

a.  Anamnesis

 Riwa yat k esehat an

Anamnesis memegang   peranan  yang   penting   pada  evaluasi  klien 

osteoporosis. Faktor   lain yang  perlu diperhatikan adalah usia,  jenis kelamin, ras, 

status haid,  riwayat  haid, f raktur    pada  trauma  minimal,  immo bilisasi  lama, 

 penurunan  tinggi badan  pada  orang  tua,  kurang  asupan  kalsium,  kurang  asupan 

vitamin D,  o bat-o batan  yang diminum   jangka   panjang,  konsumsi  alcohol dan 

merokok. Penyakit  lain  yang  harus ditanyakan  adalah   penyakit  ginjal, saluran 

cerna,  hati,  endokrin serta  riwayat  keluarga  yang  menderita  osteoporosis  juga 

 perlu ditanyakan. 

 P eng ka jian  p sik ososial . 

Perlu mengkaji konsep diri  pasien terutama citra diri khususnya  pada klien 

dengan  kif osis berat. Osteoporosis menye ba bkan f raktur  berulang sehingga 

 perawat  perlu mengkaji  perasaan cemas dan takut  pasien 

 P ola ak tivit a s sehari-hari

Pola  aktivitas dan  latihan biasanya berhu bungan dengan  olah  raga, 

 pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. 

 b.  Pemerik saan Fisik  

Pada   pemerik saan f isik   untuk   mengkaji  apakah ditemukan  ketidak simetrisan 

rongga dada, apakah  pasien  pusing, berkeringat dingin dan gelisah. A pakah  juga 

ditemukan nyeri  punggung yang disertai  pem batasan gerak, apakah ada  penurunan 

tinggi badan,  peru bahan gaya berjalan, serta adakah def ormitas tulang. 

c.  Pemerik saan diagnostic  antara  lain  radiology, CT scan dan   pemerik saan 

la boratorium. 

2.  Diagnosis Keperawatan

a.   Nyeri akut berhu bungan dengan f raktur  

 b.  Ham batan mo bilitas f isik  yang berhu bungan dengan  peru bahan skeletal (kif osis), 

nyeri sekunder  atau f raktur baru. 

c.  R esiko cedera yang berhu bungan dengan dampak   peru bahan skeletal dan 

ketidak seim bangan tu buh. 

Page 12: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 12/17

 

12

d.  K urang  perawatan diri yang berhu bungan dengan keletihan atau gangguan gerak  

e.  Gangguan citra diri yang berhu bungan dengan  peru bahan dan ketergantungan f isik  

serta  psikologis yang dise ba bkan oleh  penyakit atau terapi 

f .  K urang  pengetahuan mengenai  proses osteoporosis dan  program terapi yang 

 berhu bungan dengan kurangnya inf ormasi. 

3.  Intervensi

Dx 1 : Nyeri akut berhu bungan dengan dari f raktur  

K riteria Hasil Intervensi R asional 

K lien dapat 

mengek s presikan  perasaan 

nyerinya, klien dapat tenang 

dan istirahat,klien dapat 

mandiri dalam  penanganan 

dan  perawatannya secara 

sederhana 

1.  Evaluasi keluhan 

nyeri/ketidaknyamanan, 

 perhatikan lokasi dan 

karakteristik  termasuk  

intensitas (skala1-10). 

Perhatikan  petunjuk  nyeri 

nonver  bal ( peru bahan  pada 

tanda vital dan 

emosi/perilaku)

2.  A jarkan klien tentang 

alternative lain untuk  

mengatasi dan mengurangi rasa nyeri 

3.  Dorong menggunakan 

teknik  manajemen stress

misalnya latihan naf as

dalam, teknik  lima  jari 

4.  K ola boasi dalam 

 pem berian o bat sesuai 

indikasi 

1.  Mempengaruhi 

 pilhan atau 

 pengawasan 

kef ektif itas

intervensi 

2.  Alternative lain 

untuk  mengatasi 

nyeri misalnya 

kompres hangat, 

mengatur   posisi 

 pada tulang atau 

 jaringan yang cedera 

3.  Memf okuskan 

kem bali 

 perhatian, 

meningkatkan rasa 

kontrol, dan dapat 

meningkatkan 

kemampuan koping dalam 

manajemen nyeri 

4.  Di berikan untuk  

menurunkan nyeri. 

Page 13: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 13/17

 

13 

Dx 2 : Ham batan mo bilitas f isik  yang berhu bungan dengan  peru bahan skeletal (kif osis), nyeri 

sekunder  atau f raktur baru. 

K riteria hasil Intervensi 

K lien dapat meningkatkan 

mo bilitas f isik, 

 berpartisipasi dalam 

aktivitas yang 

diinginkan/diperlukan, klien 

mampu melakukan aktivitas

hidup sehari-hari secara 

mandiri. 

1.  K aji tingkat 

kemampuan klien 

2.  R encanakan tentang 

 pem berian  program 

latihan. A jarkan 

klien tentang 

aktivitas sehari-hari 

yang dapat 

dikerjakan 

1.  Se bagai dasar  untuk  mem berikan 

alternative dan 

latihan gerak  yang 

sesuai dengan 

kemampuannya.  

2.  Latihan akan 

meningkatkan 

 pergerakan otot dan 

sirkulasi darah. 

Dx 3 : R esiko cedera yang berhu bungan dengan dampak   peru bahan skeletal dan 

ketidak seim bangan tu buh. 

K riteria Hasil Intervensi R asional 

K lien tidak   jatuh dan 

mengalami f raktur, klien 

dapat menghindari aktivitasyang dapat mengaki batkan 

f raktur  

1.  Ciptakan lingkungan 

yang be bas dari 

 bahaya misalnya tempatkan klien 

 pada tempat tidur  

yang rendah, 

 berikan  penerangan 

yang cukup, 

 pegangan tangan di 

kamar  mandi atau 

tangga 

2.  A jarkan  pada klien 

untuk berhenti 

secara  perlahan, 

tidak  naik  tangga 

dan mengangkat 

1.  Menciptakan 

lingkungan yang 

aman mengurangi resiko terjadinya 

kecelakaan. 

2.  Pergerakan yang 

cepat akan 

memudahkan 

terjadinya f raktur  

kompresi verte bra 

 pada klien 

osteoporosis. 

3.  Obat-o batan seperti 

diuretic, f enotiazin 

dapat menye ba bkan 

 pusing, mengantuk, 

Page 14: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 14/17

 

14

 be ban yang berat 

3.  Observasi ef ek  

samping o bat-o batan 

yang digunakan 

lemah yang 

merupakan 

 predis posisi klien 

untuk   jatuh 

Dx 4 : K urang  perawatan diri yang berhu bungan dengan keletihan atau gangguan gerak  

K riteria Hasil Intervensi 

K lien mampu 

mengungkapkan  perasaan 

nyaman dan  puas tentang 

ke ber sihan diri 

1.  K aji kemampuan 

untuk berpartisis pasi 

dalam setiap 

aktivitas  perawatan. 

2.  Beri  perlengkapan 

adaptif  jika 

di butuhkan misalnya 

kur si di bawah 

shower/pancuran, 

tempat  pegangan 

 pada kamar  mandi, 

alas kaki atau keset 

ayng tidak  licin, 

1.  Untuk  mengetahui 

sampai sejauh mana 

klien mampu 

melakukan 

 perawatan diri 

secara mandiri. 

2.  Peralatan adaptif ini 

 ber f ungsi untuk  

mem bantu klien 

sehingga dapat 

melakukan 

 perawatan secara 

mandiri dan optimal 

sesuai kemampuannya.  

Dx 5 : Gangguan citra diri yang berhu bungan dengan  peru bahan dan ketergantungan f isik  

serta  psikologis yang dise ba bkan oleh  penyakit atau terapi 

K riteria Hasil Intervensi R asional 

K lien mengenali dan 

menyatu dengan  peru bahan 

dalam konsep diri yang 

akurat tanpa harga diri 

negative, mengungkapkan 

dan mendemonstrasikan 

 peningkatan  perasaan  positif 

1.  Dorong klien 

mengek s presikan 

 perasaannya 

khususnya 

mengenai 

 bagaimana klien 

merasakan, 

1.  Ek s presi emosi 

mem bantu klien 

mulai menerima 

kenyataan. 

2.  K ritik  negative akan 

mem buat klien 

merasa semakin 

Page 15: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 15/17

 

15

memikirkan dan 

memanndang 

dirinya. 

2.  Hindari kritik  

negative 

3.  K aji derajat 

dukungan yang ada 

untuk  klien 

rendah diri 

3.  Dukungan yang 

cukup dari oorang 

ter dekat dan teman 

dapat mem bantu 

 proses adaptasi. 

Dx 6 : K urang  pengetahuan mengenai  proses osteoporosis dan  program terapi ayng 

 ber  bungan dengan kurangnya inf ormasi. 

K riteria Hasil Intervensi R asional 

K lien mampu menjelaskan 

tentang  penyakitnya, 

mampu menye butkan 

 program terapi yang 

di berikan 

1.  K aji ulang  proses

 penyakit dan 

harapan yang akan 

datang 

2.  Berikan inf ormasi 

kepada klien tentang 

f actor-f aktor  yang 

mempengaruhi terjadinya 

osteoporosis

3.  Berikan  pendidikan 

kepada klien 

mengenai ef ek  

samping  pengunaan 

o bat 

1.  Mem berikan dasar  

 pengetahuan dimana 

klien dapat mem buat 

 pilihan ber dasarkan 

inf ormasi. 

2.  Inf ormasi yang 

di berikan akan 

mem buat klien le bih memahami tentang 

 penyakitnya. 

3.  Suplemen kalsium sering menye ba bkan 

nyeri lam bung dan 

distensi a bdomen 

maka klien 

se baiknya 

mengkonsumsi 

kalsium ber sama 

makanan untuk  

mengurangi 

terjadinya ef ek  

Page 16: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 16/17

 

16

samping ter se but 

dan memperhatikan 

asupan cairan yang 

memadai untuk  

menurunkan resiko 

 pem bentukan batu 

ginjal 

4.  Evaluasi

Hasil yang diharapkan meliputi: 

a.   Nyeri  pada klien berkurang 

 b.  Terpenuhinya ke butuhan mo bilitas f isik  klien 

c.  Tidak  terjadi cedera   pada klien 

d.  Terpenuhinya ke butuhan  perawatan diri klien 

e.  Status  psikologi klien yang seim bang f .  Terpenuhinya ke butuhan  pengetahuan dan inf ormasi klien 

Page 17: Osteoporosis

5/9/2018 Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/osteoporosis-559bf67260861 17/17

 

17

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2005). 1 d ari 3 wanit a d an 1 d ari 3  pria memil ik i k ecenderung an menderit a 

osteo porosis. Diperoleh tanggal 11 Maret 2011 dari http://www.depkes.go.id

Fox-s pencer, R e becca. (2007).O steo porosis. Jakarta : Erlangga 

Gomez, Joan. (2006).  Awa s  P engero posan T ulang . Jakarta : Arcan 

K arolina sari, Maha. (2009). Hubung an  P enget ahuan d an  P enceg ahan O steo porosis yang 

dilak ukan Lansia di  K ecamat an Med an Sela yang . Medan: Univer sitas Sumatera 

Utara 

K linik  medis. (2008).  P ening kat an usia har apan hidu p. Diperoleh tanggal 11 Maret 2011 dari 

http://www.klinikmedis.com 

Lane, Nancy. (2003).   Lebih Leng kap  T ent ang :O steo porosis. Jakarta  : PT R ajaGraf indo Per sada 

Permana,  hikmat. (2009).   P atogenesis d an Met abol isme O steo porosis  P ad a M anula. Diperoleh tanggal 05 Maret 2011 dari http://pustaka.unpad.ac.id/ 

Tandra, Hans. (2009).  Seg ala Sesuatu yang H arus And a   K et ahui T ent ang  O steo porosis . 

Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama 

Wirakusumah, Emma. (2007 ). Menceg ah O steo porosis. Jakarta: Pene bar  Swadaya 

Wirasadi, Ita. (2010).  Asuhan  K e per awat an  P ad a   K l ien Deng an O steo porosis. Diperoleh 

tanggal 05 Maret 2011 dari http://www.ppnikarangasem. blogs pot.com