Osteoporosis

29
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL OSTEOPOROSIS DISUSUN OLEH: AYU SELVYA (I31111) DEVI OKTAVIA UTAMI (I31111) DEVY PERMATA SARI (I31111) EDWIN SAFRIANDA (I31111) RIZKI NURHAFIZAH (I31111) SRI ENDANG K. (I31111) TRY MARDHANI (I31111) YESIKA AGUSTIN (I31111) FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Transcript of Osteoporosis

Page 1: Osteoporosis

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

OSTEOPOROSIS

DISUSUN OLEH:

AYU SELVYA (I31111)

DEVI OKTAVIA UTAMI (I31111)

DEVY PERMATA SARI (I31111)

EDWIN SAFRIANDA (I31111)

RIZKI NURHAFIZAH (I31111)

SRI ENDANG K. (I31111)

TRY MARDHANI (I31111)

YESIKA AGUSTIN (I31111)

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

TAHUN 2012

1

Page 2: Osteoporosis

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 2

B. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

C. Metode Penulisan .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Osteoporosis .............................................................................. 3

B. Etiologi .................................................................................................... 4

C. Patofisiologi ............................................................................................ 6

D. Manifestasi Klinis ................................................................................... 7

E. Komplikasi .............................................................................................. 7

F. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 7

G. Penatalaksanaan ..................................................................................... 8

H. Asuhan Keperawatan ............................................................................ 10

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................... 17

B. Saran ..................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: Osteoporosis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih

merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Pada

umumnya penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, tetapi pria tetap

memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit

osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami

menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat.

Penderita osteoporosis sering di jumpai dengan gejala – gejala awal yang

menyebabkan terjadinya perubahan pada penderita osteoporosis. Gejala – gejala awal

tersebut dapat berupa nyeri, perubahan bentuk tubuh, fraktur, hilangnya tinggi badan dan

lain – lain. Gejala – gejala tersebut dapat menimbulkan masalah – masalah keperawatan

yang baru misalnya immobilitas fisik, konstipasi, personal hygien serta masalah

keperawatan lainnya. Sehingga permasalahan ini sangat menarik untuk di bahas.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

a. Mahasiswa mampu memahami pengertian osteoporosis

b. Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu osteoporosis

c. Meningkatkan pengetahuan dan menemukan wawasan tentang keperawatan

khususnya Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan Sistem Skeletal

(Osteoporosis ).

C. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode studi

kepustakaan yaitu mempelajari buku – buku dan sumber – sumber lainya untuk

mendapatkan dasar – dasar ilmiah yang berikutnya dengan permasalahan dalam makalah

ini.

3

Page 4: Osteoporosis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata “osto” yaitu tulang dan “porosis” yaitu rapuh.

Osteoporosis merupakan penyakit tulang metabolik yang ditandai dengan penurunan

densitas (kepadatan) dan kualitas tulang sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh dan

mudah terjadinya fraktur. Pada kondisi ini terdapat perubahan pergantian tulang

homeostatis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar daripada kecepatan

pembentukan tulang, yang mengakibatkan penurunan massa tulang total (Brunner &

Suddarth, 2000).

Struktur tulang penderita osteoporosis menjadi rapuh. Pengeroposan terjadi baik pada

tulang kompak maupun spons. Kerja osteoklas melebihi osteoblas sehingga kehilangan

massa tulang tidak dapat dihindari.

Gambar 1: Osteoporosis pada femur

Gambar 2: Osteoporosis pada vertebra

4

Page 5: Osteoporosis

Jenis-jenis osteoporosis:

1. Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer merupakan osteoporosis yang terjadi karena disebabkan oleh

faktor dari dalam tubuh manusia, yaitu terhentinya produksi hormon akibat faktor

usia, hal ini banyak dialami oleh para manula dan kaum perempuan.

a. Osteoporosis Post-menopausal (pada wanita)

“Menopause umumnya terjadi pada usia 50-an, hormon estrogen wanita akan

turun 2-3 tahun sebelum menopase timbul, dan terus berlangsung sampai 3-4

tahun setelah menopause” (Hans Tandra, 2009. 8)

b. Osteoporosis Senilis (pada pria atau wanita)

Sesuai dengan namanya osteoporosis senilis merupakan osteoporosis yang terjadi

pada saat lansia. Layaknya wanita, laki-laki juga mengalami hal yang sama

walaupun dengan persentase yang lebih kecil dibandingkan wanita. Osteoporosis

pada pria umumnya adalah hipogonadism, dimana testoteron dalam tubuh

berkurang. Testoteron dalam tubuh berfungsi sama seperti estrogen, yaitu

menguatkan tulang dan mencegah pengeroposan tulang.

2. Osteoporosis Sekunder

“Osteoporosis sekunder ini disebabkan oleh penyakit atau kelainan tertentu, atau bisa

pula akibat tindakan pembedahan atau pemberian obat yang mempercepat

pengeroposan tulang” (Hans Tandra, 2009. 8). Beberapa faktor yang bisa menyebab-

kan osteoporosis sekunder adalah:

a. Penyakit endokrin : tiroid, hyperparatiroid, hypogonadisme

b. Keganasan/kanker

c. Obat Cortico Steroid

d. Merokok dan minuman beralkohol

e. Kurang Aktivitas

3. Osteoporosis Idiopatik

Osteoporosis idopatik relatif di temui pada wanita pra menopous dan pria pada usia

pertengahan bisa di karenakan karena nyeri pinggang yang hebat, penyebab

osteoporosis idiopatik tidak jelas.

B. Etiologi

5

Page 6: Osteoporosis

Osteoporosis dapat disebabkan dari pembentukan massa puncak tulang yang

kurang maksimal selama massa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa

tulang setelah menopause.

Massa tulang akan meningkat secara konstan dan mencapai puncak pada saat

usia 30-35 tahun. Pada usia diatas 40 tahun, maka pertumbuhan tulang akan berhenti

dan hal ini menyebabkan kecepatan pembentukan tulang berkurang secara progresif.

Semakin padat tulang sebelum osteoporosis, maka semakin kecil kemungkinan terjadi

osteoporosis.

Pada usia dekade keempat dan kelima, resorpsi tulang mulai melebihi

pembentukan tulang, dan pada wanita hal ini sering terjadi selama dan setelah

menopause. Estrogen menstimulasi aktivitas osteoblas dan membatasi efek stimulasi

osteoklas pada hormon paratiroid. Dengan demikian, penurunan estrogen secara tidak

langsung menyebabkan peningkatan pada aktivitas osteoklas.

Osteopororsis kurang rentan dialami oleh pria karena pria memiliki tulang

yang lebih padat daripada wanita, aktivitas yang berbeda, dan kadar hormon

reproduktif masih tetap tinggi sampai pria mencapai usia 80 tahun.

Faktor-faktor resiko utama pencetus osteoporosis yaitu sebagai berikut:

1. Usia

Seperti yang telah dijelaskan diatas, usia sangat berpengaruh pada proses

pembentukan dan resorpsi tulang. Semakin tua seseorang maka semakin menurun

kecepatan pembentukan tulang dibandingkan proses pembentukan tulang. Hal ini

disebabkan oleh berbagai kondisi yaitu:

Pertumbuhan tumbuh kembang tulang sudah berhenti (pada usia >40 tahun)

Kepadatan tulang mulai berkurang

Matriks tulang menjadi tipis, sedangkan tulangnya sendiri mudah rusak sehingga

mudah mengalami fraktur spontan

Seiring pertambahan umur, jaringan tulang cenderung kehilangan lebih banyak

kalsium daripada yang digantikan

2. Genetik

a. Etnis/ras

Resiko terkena osteoporosis dipengaruhi oleh pigmentasi kulit seseorang.

Semakin terang warna kulit seseoorang, maka semakin tinggi pula resiko terkena

osteoporosis. Contoh: wanita ras Afrika-Amerika memiliki massa tulang yang

6

Page 7: Osteoporosis

Resorpsi Ca tulang Menurun

Penurunan Masa tulang

Pengeroposan Masa tulangKepadatan tulang

berkurang

Kurang informasi mengenai pengobatan

Inefektif regiment pengobatan

Perubahan bentuk tubuh

Perubahan citra tubuh

Kurang informasi mengenai pengobatan

lebih padat, rangka tulang dan massa otot yang lebih besar dari wanita Asia-

Kaukasia.

b. Jenis Kelamin

“Wanita mempunyai resiko terkena osteoporosis lebih besar daripada pria. Sekitar

80% penderita adalah wanita. Secara umum, wanita menderita osteopororsi lebih

banyak daripada pria.” (Emma S. Hal 13.) hal ini terjadi karena massa tulang

wanita yaitu 800 gram umumnya lebih kecil daripada pria yaitu 1.200 gram.

c. Keturunan

Kecenderungan seseorang untuk menderita osteoporosis lebih tinggi jika

memiliki riwayat keluarga dengan penderita osteopororsis.

3. Lingkungan

a. Nutrisi

b. Pola Hidup

C. Patofisiologi

7

Tulang Rapuh Usia, Lingkungan

Pengaruh Hormon reproduksi dan PTH meningkat

Mempengaruhi pembentukan tulang osteoblast dan osteoklas

Jenis Kelamin, Etnik, Keturunan

Usia, Lingkungan, Nutrisi Etilogi Primer Etilogi sekunder

Osteoporosis Usia, Lingkungan

Resiko cedera Usia, Lingkungan

Px. Bedrest Usia, Lingkungan

Fraktur Usia, Lingkungan

Nyeri Usia, Lingkungan

Page 8: Osteoporosis

D. Manifestasi Klinis

Osteoporosis sering juga disebut silent killer karena penyakit ini tidak menunjukkan

tanda dan gejala yang jelas. Umumnya, para penderita tidak mengeluh sakit, kecuali nyeri

pada tulang. Gejala osteoporosis lainnya yang harus diwaspadai adalah:

1. Tinggi badan memendek

2. Sakit pinggang atau punggung

3. Tubuh bungkuk (kifosis)

E. Komplikasi

1. Fraktur

2. Penurunan fungsi

3. Kifosis

4. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Densitometri DXA (Dual-Energy X-Ray Absorbptiometry) merupakan

pemeriksaan yang paling tepat dan mahal. Klien tidak akan mengalami nyeri dan

hanya dilakukan sekitar 5-15 menit. DXA dapat digunakan pada wanita yang

mempunyai peluang untuk mengalami osteoporosis, seseorang yang memiliki

ketidakpastian dalam diagnosa, dan penderita yang memerlukan keakuratan dalam

hasil pengobatan osteoporosis. Keuntungan dari penggunaan alat ini adalah dapat

menentukan kepadatan tulang dengan baik dan mempunyai paparan radiasi yang

sangat rendah. Namun alat ini juga membutuhkan koresi berdasarkan volume tulang

(secara bersamaan hanya menghitung dua dimensi yaitu tinggi dan lebar) dan posisi

seseorang saat menggunakan alat ini dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan

tersebut.

2. Pemeriksaan CT scan densitas tulang dapat memberikan gambaran akurat mengenai

tingkat massa tulang dan menentukan kecepatan penipisan tulang. Kelebihan pada

penggunaan alat ini adalah kepadatan tulang belakang dan patah tulang dapat diukur

8

Intoleransi aktivitas Usia, Lingkungan

Konstipasi Usia, Lingkungan

Dekubitus Usia, Lingkungan

Page 9: Osteoporosis

dengan akurat. Akan tetapi pada tulang yang lain sulit diukur krpadatannya dan

ketelitian yang dimiliki tidak baik serta tingginya paparan radiasi.

3. Pemeriksaan radiologik. Caranya adalah dengan menganalisis komponen-komponen

yang berkorelasi cukup tepat dengan adanya osteoporosis. Namun, hasil pengukuran

ini masih sangat lemah (Emma S. 2008).

4. Pemeriksaan Radioisotop

Pemeriksaan ini menggunakan sinar foton radionuklida yang dapat mendeteksi

densitas tulang dan ketebalan korteks tulang. Pemeriksaan ini digunakan untuk

mengukur vertebra dan kolum femoris (Emma S. 2008).

5. Pemeriksaan Quantitative Computerized Tamography (QCT)

QCT digunakan untuk mengukur mineral tulang karena dapat menilai secara

volumetrik trabekulasi tulang radius, tibia, dan vertebra. Keuntungannya adalah QCT

tidak perlu memperhitungkan berat badan dan tinggi badan. Kerugiannya adalah

paparan radiasinya jauh lebih tinggi daripada pemeriksaan lainnya (Emma S. 2008).

6. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat mengukut struktur trabekuler tulang dan kepadatannya. Pemeriksaan ini

tidak memerlukan radiasi hanya paparan magnet. Namun pemeriksaan ini

memerlukan biaya yang mahal dan sarana yang banyak (Emma S. 2008).

7. Pemeriksaan Quantitative Ultra Sound (QUS)

Pemeriksaan ini menggunakan kecepatan gelombang suara ultra yang menembus

tulang, kemudian dinilai atenuasi kekuatan dan daya tembus melalui tulang yang

dinyatakan sebagai pita lebar ultrasonik dan kekakuan. Jika suara terasa lambat,

maka tulang yang dimiliki padat. Akan tetapi jika suara cepat, maka tulang kortikal

luar dan trabekular interior tipis. Keuntungannya adalah mudah dibawa kemana-

mana dan pengguna tidak terpapar radiasi dan kerugiannya adalah tidak dapat

mengetahui lokalisasi osteoporosis dengan tepat (Emma S. 2008).

8. Densitometer (X-ray absorptiometry)

Pemeriksaan ini menggunakan sinar X yang sangat rendah. Pengukuran dilakukan

pada tulang yang kemungkinan mudah patah, seperti tulang belakang, pinggung, dan

pergelangan tangan atau seluruh rangka tubuh (Emma S. 2008).

G. Penatalaksanaan

a. Terapi pengganti hormonal

9

Page 10: Osteoporosis

Istilah terapi pengganti hormonal atau hormon replacement therapy ( HRT )

digunakan untuk terapi estrogen baik secara tunggal atau dalam bentuk kombinasi

estrogen dengan progesteron.

a) Estrogen

Estrogen memiliki sifat anti resorptif yang kuat pada sel tulang dan

penurunan kadar estrogen pada saat menopause merupakan penyebab utama

kehilangan masa tulang pada wanita. Pada umumnya pengaruh estrogen baru

terlihat setelah diberikan selama 5 tahun. Pada pasca menopause estrogen

diberikan selama 10 tahun, setelah 10 tahun hasilnya di evaluasi untuk

menentukan pengobatan selanjutnya bermanfaat dan aman untuk diteruskan.

Dosis yang diberikan dapat berupa estrogen terkonjugasi (preparin, wyeth

Ayers, tablet 0,625 mg) dan estradiol 2 mg.

b) Kombnasi estrogen dengan progesteron

Dalam dosis yang tinggi progesteron dapat menghambat resorpsi dan

merangsang formasi tulang. Beberapa preparat progesteron yang yang umum

digunakan antara lain :

a. Noretisteron (primolut N, Schering AG, tablet 5 mg). jika ada

b. Midroksiprogesteron asetat (Provera, Uphjohn, tablet 5 mg)

c) Testosteron

Terapi pengganti hormon testosteron bisa membantu dalam mencegah atau

memperlambat kehilangan masa tulang.Untuk mengatasi osteoporosis pada

pria dapat diberikan :

a. Ester testosterone (sustanon, organon, ampul 250 mg/ml IM)

b. Terapi non hormonal

a) Kalsitonin

Kalsitonin bekerja menghambat resorpsi tulang sehingga menurunkan kadar

kalsium plasma dengan cepat sehingga menyebabkan terjadinya

hiperparatiroidisme sekunder. Untuk mencegahnya sering kali pemberian

kalsitonin disertai dengan suplementasi kalsium dan vitamin D. Kalsitonin

umumnya diberikan dalam dosis 50 – 100 mg IM selama 14 hari. Efek

sampingnya nausea, muntah, diare dan nyeri lokal.

b) Bifosfonat

10

Page 11: Osteoporosis

Penggunaan intermitten pada osteoporosis akan menurunan turn over tulang

dan mungkin dapat menyebabkan terjadinya sedikit peningkatan masa tulang.

Bifosfonat ( klodronat ) diberikan secara oral 400 mg selama 14 hari setiap 3

bulan. Pemberian ini harus disertai dengan suplementasi kalsium elemental

dalam dosis 800 – 1200 mg/ hari.

c) Kalsium

Pentingnya masukan kalsium pada seluruh fase kehidupan memang sudah

dibuktikan. Kalsium merupakan bahan dasar bagi pertumbuhan tulang secara

alamiah. Bagaimanapun masukan kalsium yang tinggi tidak akan

menggantikan terapi estrogen dalam mengurangi kecepatan kehilangan tulang

selama masa klimakterium. Dosis minimal 800 mg kalsium perhari

disarankan untuk seluruh orang dewasa. Kebutuhan akan lebih banyak pada

anak-anak, remaja, kehamilan, menyusui dan usia tua.

c. Vitamin D dan metabolitnya

Vitamin D membantu penyerapan kalsium dari usus-usus. Kekurangan Vitamin D

menyebabkan resiko patang tulang meningkat. Vitamin D, bersama kalsium yang

cukup (1200mg elemental calcium) dapat meningkatkan kepadatan tulang dan

mengurangi patah tulang pada wanita postmenopause, namun tidak untuk wanita

premenopause atau perimeopause.

d. Steroid anabolik

Pemberian steroid anabolik ( nandrolon decanoat IM ) sudah terbukti dapat

meningkatkan masa tulang tetapi penggunaan steroid dalam jangka panjang

diketahui dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Obat ini merupakan pilihan

terakhir jika pasien tidak menunjukan perbaikan dengan obat – obatan yang lain.

H. Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

a. Identitas klien

Identitas klien meliputi biodata umum klien (nama, alamat, umur, jenis kelamin,

dan lain-lain), ras/suku bangsa, berat badan, dan faktor lingkunagan ( pekerja

berat )

b. Keluhan Utama

Adanya nyeri yang timbul pada daerah yang terkena. Nyeri bertambah jika

melakukan aktivitas atau bergerak. Terjadi penurunan tinggi badan dan adanya

11

Page 12: Osteoporosis

kifosis. Rasa sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang, berat

badan menurun.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

“Adanya penyakit endokrin: diabetes melitus, hipertiroid, hiperparatiroid,

sindrom cushing, akromegali, hipogonadisme” (Suratun, dkk. 2006. 75)

e. Riwayat Psikososial

Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut

melakukan aktivitas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji

masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit

menyertainya. (Suratun, dkk. 2006. 75)

f. Pola Nutrisi

Kurangnya asupan kalsium, pola makan yang tiadak teratur, adanya riwayat

perokok dan riwayat mengkonsumsi alkohol serta riwayat minum – minuman

yang juga bersoda.

g. Pola eliminasi

Adanya keluhan konstipasi, konstipasi diakibatkan immobilitas fisik.

Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal menyebabkan konstipasi,

abdominal distance.

h. Endokrin

Penurunan hormon estrogen pada wanita yang memasuki masa menopause. Pada

pria apakah terjadi hipogonadisme.

i. Pola Aktivitas

Keterbatasan gerak, riwayat malas berolah raga dan kelemahan serta aktvitas

yang berat.

j. Neurosensori

Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan

halus merupakan indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur kompresi

vertebral

k. Pernapasan

Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada

fungsional paru.

l. Skeletal

12

Page 13: Osteoporosis

Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderita dengan

osteoporosis sering menunjukkan kiposis dan penurunan tinggi badan dan berat

badan. Adanya perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, nyeri spinal. Lokasi

fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebrae thorakalis 8 dan lumbalis 3.

2) Diagonsa dan Intervensi Keperawatan

1) Nyeri b.d fraktur dan spasme otot

Tujuan : nyeri berkurang sampai dengan hilang

Kriteria hasil : Klien tidak menunjukan adanya peningakatan skala nyeri, klien

merasa nyaman, ekspresi klien rileks

Intervensi Keperawatan :

a. Kaji pencetus, kualitas, lokasi, skala dan waktu terjadinya nyeri secara

berkala.

Rasional: membantu dalam menentukan tindakan keperawatan selanjutnya

b. Beri teknik manajemen nyeri melalui relaksasi, distraksi dan masasse

kepada klien.

Rasional: mengurangi rasa nyeri dan memberi rasa rileks dan nyaman

kepada klien

c. Atur posisi yang nyaman dan aman untuk klien.

Rasional: memberi rasa nyaman dan mencegah peningkatan skala nyeri

yang lebih berat

d. Libatkan klien dalam menentukan tindakan keperawatan yang sesuai

dengan klien.

Rasional: membantu membina hubungan saling percaya antar perawat dan

klien.

e. Kolaborasi dalam pemberian analgesik secara berkala

Rasional: Membantu dalam proses penyembuhan klien dengan lebih cepat

2) Resiko tinggi cedera (fraktur) b.d penurunan masa tulang, penurunan fungsi tubuh,

dampak sekunder perubahan skeletal.

Tujuan : Resiko cedera tidak menjadi aktual

Kriteria hasil : Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi, klien dapat menghindari

aktivitas yang mengakibatkan fraktur.

Intervensi Keperawatan :

13

Page 14: Osteoporosis

a. Observasi aktivitas klien selama dirumah sakit. Hindari membungkuk tiba-

tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat.

Rasional: mencegah resiko terjadinya kecelakaan dan mencegah terjadinya

nyeri yang lebih berat.

b. Ajarkan penggunaan mekanik tubuh yang baik dan postur tubuh yang

benar saat duduk maupun berdiri.

Rasional: mempertahankan atau mengembalikan postur tubuh yang benar.

c. Berikan support ambulasi sesuai dengan kebutuhan

Rasional: mengurangi resiko kecelakaan dan skala nyeri bertambah

d. Beri lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien.

Rasional: mengurangi resiko terjadinya kecelakaan.

e. Kolaborasi dalam pemberian terapi obat – obatan misalnya pemberian

terapi hormonal dan terapi non hormonal.

Rasional: memperbaiki kepadatan tulang.

3) Intoleransi aktivitas b.d disfungsi sekunder terhadap perubahan skletal (kifosis),

nyeri sekunder atau fraktur baru.

Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan

peningkatan mobilitas fisik secara efektif.

Kriteria : peningkatan fungsi fisiologis yang dapat ditolerir

Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik

Intervensi Keperawatan :

a. Beri matras keras kepada klien saat tirah baring

Rasional: untuk membantu memperbaiki posisi tulang belakang

b. Bantu klien menggunakan alat bantu walker atau tongkat

Rasional: alat bantu walker atau tongkat berfungsi dalam membantu

mobilitas fisik klien

c. Beri dan ajarkan latihan rentang gerak aktif atau pasif secara berkala.

Rasional: untuk meningkatkan fungsi persendian dan mencegah kontraktur

d. Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset, dan jelaskan tujuan

dari tindakan tersebut.

Rasional: untuk menyangga tulang dan otot-oto disekitarnya.

e. Hindari latihan fleksi, membungkuk dengan tiba-tiba dan mengangkat

beban berat

14

Page 15: Osteoporosis

Rasional: menghindari resiko terjadinya fraktur dan nyeri.

f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, estrogen, kalsium dan vitamin D

Rasional: membantu dalah proses penyembuhan klien.

g. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium dan vitamin

D

Rasional: memembantu dalam proses penyembuhan klien.

4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake kalsium,

vitamin D, mineral inadekuat

Tujuan : intake adekuat

Kriteria Hasil : Berat badan ideal sesuai dengan indeks masa tubuh. Pesien

menunjukkan masukan kalsium dan vitamin D yang adekuat.

a. Kaji pola diet klien serta intake dan outake sehari-hari

Rasional: memengaruhi dalam proses asuhan keperawatan selanjutnya.

b. Pastikan bahwa pasien memperhatikan pengetahuan tentang makanan

tinggi kalsium : keju, susu, sayuran hijau, talur, kacang, biji wijen, tiram.

Berikan pasien daftar makanan, temasuk jumlah relatif kalsium di masing-

masing

Rasional: meningkatkan koordinasi klien dalam proses keperawatan

c. Libatkan pasien dalam merencanakan menu yang memberikan masukan

kalsium dan makanan diperkaya vitamin D yang cukup setiap hari

Rasional: meningkat kan kemampuan klien dalam melakukan koping

terhadap diri sendiri

d. Kolaborasi dalam menentukan pola diet yang sesuai dengan kondisi klien.

Rasional : memantau sekaligus memberikan intake yang sesuai dengan

kebutuhan klien.

5) Ansietas b.d perubahan status kesehatan, ancaman kematian, stres.

Kriteria hasil : Penilaian diri terhadap penghargaan diri meningkat

a. Bantu klien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh

perhatian.

Rasional: perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan klien bahwa

perawat bersedia membantu mengatasi masalahnya sehingga timbul

hubungan saling percaya.

15

Page 16: Osteoporosis

b. Klarifikasi jika terjadi kesalahpahamn tentang proses penyakit dan

pengobatan yang telah diberikan.

Rasional: dapat meningkatkan koordinasi klien dalam proses keperawatan

c. Identifikasi bersama klien mengenai alternatif pemecahan masalah yang

positif.

Rasional: Hal ini akan dapat mengembalikan rasa percaya diri klien.

d. Dorong keluarga untuk meningkatkan komunikasi kepada klien

e. Rasional: dengan batuan keluarga ataupun orang terdekat klien, diharapkan

mampu memberi efek positif bagi kesembuhan klien.

f. Kolaborasi dengan ahli psikologi dalam mengurangi ansietas klien

Rasional: Mempercepat dalam mengurangi ansietas klien

6) Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik b.d kurangnya

informasi tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.

Tujuan : efektif penatalaksanaan regiment pengobatan

Kriteria hasil : Menggambarkan modifikasi diet, menyebutkan faktor resiko yang

dapat dimodifikasi atau dihilangkan

Intervensi :

a. Kaji tingkat pemahaman klien mengenai osteoporosis

Rasional: mempengaruhi dalam tidakan keperawatan selanjutnya.

b. Berikan pendidikan kesehatan tentang osteoporosis

Rasional: meningkatkan pemahaman klien mengenai penyakit yang di

hadapinya.

c. Diskusikan osteoporosis dengan menggunakan alat bantu pengajaran yang

sesuai dengan tingkat pengertian klien dan keluarga.

Rasional: membuat klien dan keluarga dapat memahami mengenai

penyakit secara lebih mudah.

d. Ajarkan untuk memantau dan melaporkan tanda dan gejala fraktur

Rasional: membantu dalam proses keperawatan dengan segera.

e. Pertegas penjelasan untuk terapi nutrisi, konsul dengan ahli diet bila ada.

Rasional: membantu meyakinkan pasien dalam proses keperawatan

f. Jelaskan kebutuhan peningkatan aktivitas fisik, pembatasan, dan

pentingnya kewaspadaan keamanan

16

Page 17: Osteoporosis

Rasional: menjadikan pasien mengerti dan memberikan koping yang tepat

bagi dirinya.

g. Jelaskan terapi obat yang ditentukan, ditekankan pentingnya mematuhi

rencana dan mengerti kemungkinan efek samping.

Rasional: membantu meyakinkan pasien dalam proses keperawatan

h. Kolaborasi dengan ahli terapi, ahli gizi dan tim medis lain dalam

penatalaksanaan regimen terapeutik kepada kilen.

7) Resiko tinggi terhadap komplikasi (konstipasi, dekubitus) berhubungan dengan

tirah baring lama

Tujuan : menghindari tanda-tanda terjadinya komplikasi

Kriteria Hasil : sendi dapat bergerak bebas, feses lembek, tidak ada

ketidaknyamanan berkemih, kulit utuh

Intervensi:

a. Evaluasi kondisi kulit terutama pada tulang yang menonjol. Tentukan tahap

kerusakan kulit tersebut jika ada, sesuai dengan peraturan dan prosedurnya.

Rasional : untuk mendukung tindakan keperawatan selanjutnya

b. Ganti posisi dan berikan latihan gerakan

Rasional: perubahan posisi mengurangi tekanan pada daerah yang terkena

c. Berikan diet adekuat, makanan tinggi protein dan vitamin.

Rasional: Protein dan Vitamin penting untuk perbaikan jaringan

d. Jaga kebersihan kulit

Rasional : kulit yang bersih dapat mengurangi kerusakan kulit

e. Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses.

Rasional : mengidentifikasi derajat gangguan/disfungsi dan kemungkinan

bantuan yang diperlukan.

f. Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat, tingkatan masukan

cairan dan gunakan pelunak feces yang telah diresepkan

Rasional : meningkatkan konsistensi feses untuk dapat melewati usus dengan

mudah.

g. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi sehari-hari

Rasional : menjaga nutrisi tubuh pasien dan menghindari terjadinya konstipasi

17

Page 18: Osteoporosis

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Osteoporosis merupakan penyakit metabolik pada tulang yang sangat dipengaruhi

oleh faktor-faktor tertentu seperti hormon, nutrisi, pola hidup, maupun genetik. Persentase

untuk wanita terkena osteoporosis adalah empat kali lebih besar daripada pria. Hal ini

dikarenakan wanita memiliki masa tulang yang lebih kecil dibanding pria dan rentang

waktu proses pertumbuhan tulang pada wanita lebih pendek daripada pria. Selain itu, usia

juga sangat berpengaruh dikarenakan semakin tua seseorang maka semakin menurun

kecepatan pembentukan tulang dibandingkan proses pembentukan tulang.

B. Saran

Osteoporosis juga disebut silent killer karena gejala-gejala awal osteoporosis sangat

susah untuk disadari sejak awal. Kebanyakan osteoporosis dapat didiagnosa setelah

melakukan pemeriksaan diagnostik terhadap klien atau setelah klien mengalami fraktur

atau rasa nyeri hebat saat bergerak. Oleh sebab itu diperlukan kesadaran mengenai

pentingnya menjaga kepadatan tulang sejak dini, karena osteoporosis tidak hanya terjadi

kepada lansia, tetapi remaja dan dewasa muda juga berpotensi untuk terkena penyakit ini

jika asupan nutrisi tidak terpenuhi.

18

Page 19: Osteoporosis

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabenth J. Buku Saku Patofisiologi. 2007. Jakarta. EGC.

Cosman, Felicia. OSTEOPOROSIS Panduan Lengkap Agar Tulang Anda Tetap Sehat.

Panduan Kesehatan Wanita

Herdmand, Heather. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011 Oleh

NANDA Internasional. 2010. EGC

Purwoastuti, Endang. Waspada Osteoporosis. 2009. Yogyakarta. Kanisius.

Suratun, dkk. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal Seri Asuhan Keperawatan. 2006.

Jakarta. EGC.

Tandra, Hans. Segala Sesuatau yang harus Anda Ketahui Tentang OSTEOPOROSIS. 2009.

Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Wirakusumah, Emma S. Mencegah Osteoporosis. Penebar Plus.

http://osteoporosis.klikdokter.com/subpage.php?id=1&sub=59

http://www.hidupkusehat.com/benarkah-merokok-menyebabkan-osteoporosis.html

http://med.unhas.ac.id/histologi/index.php?

option=com_content&task=view&id=16&Itemid=1http://prodia.co.id/osteoporosis/

osteocalcin

http://www.totalkesehatananda.com/osteoporosis7.html

19