Osteomielitis Kel.5

39
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL (OSTEOMIELITIS) Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II OLEH: Ade sulistiawan Chodijah Benajir Dawam Fikri Endah Nurfitriani Khoirunnisa Monica Virly Nur Ningsih PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

osteomielitis

Transcript of Osteomielitis Kel.5

Page 1: Osteomielitis Kel.5

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

(OSTEOMIELITIS)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II

OLEH:

Ade sulistiawan

Chodijah Benajir

Dawam Fikri

Endah Nurfitriani

Khoirunnisa

Monica Virly

Nur Ningsih

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 2: Osteomielitis Kel.5

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah swt., hanya karena karunia-Nya kami

dapat dengan segera merampungkan tugas untuk mata Kuliah Keperawatan Anak II, dengan

judul “Gangguan Sistem Muskuloskeletal (Osteomielitis)”.

Kami mengucapkan terima kepada:

1) Ibu Tien Gartinah, MN. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UIN

Jakarta.

2) Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku penanggung jawab & pengajar mata kuliah

Keperawatan Anak II.

3) Tim pengajar mata kuliah Keperawatan Anak II.

4) Orang tua kami, yang selalu berdo’a dan mendukung kami.

5) Teman-teman seperjuangan.

“Tak ada gading yang tak retak” makalah yang kami susun ini masih memiliki banyak

kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari seluruh

pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ciputat, 6 Juni 2011

Penyusun

Page 3: Osteomielitis Kel.5

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem musculoskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon, dan bursa. Masalah yang berhubungan dengan struktur ini sangat sering terjadi dan mengenai semua kelompok usia. Masalah system musculoskeletal biasanya tidak mengancam jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktivitas dan produktivitas penderita. Masalah tersebut dapat dijumpai disegala bidang praktik keperawatan serta dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan, dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan dan baiknya fungsi system musculoskeletal sangat bergantung pada system tubuh yang lain. Struktur tulang member perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak. Matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium dan fluor. Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat dalam tulang. Sumsum tulang merah yang terletak dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperature tubuh.

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia yang terbagi dalam empat kategori; tulang panjang (misalnya femur), tulang pendek (misalnya tarsalia), tulang pipih (misalnya sternum), dan tulang tak teratur (misalnya vertebra). Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya. Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius) atau kortikal (kompak). Batang atau diafisis, terutama tersusun atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun oleh tulsng kanselus. Plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa mengalami kalsifikasi. Ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago artikular pada sendi-sendinya.

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar yaitu osteoblast, osteosit dan osteoklas. Osteoblast berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodeling tulang. Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat kapiler. Disekeliling kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut ke dalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak

Page 4: Osteomielitis Kel.5

sejauh kurang dari 0,1 mm). Tulang diselimuti bagian luar oleh membrane fibrus padat dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.

Sumsum tulang merupakan jaringan vaskuler dalam rongga sumsum (batang) tulang panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah, yang terutama terletak di sternum, ilium, vertebrata dan rusuk pada orang dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa, tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal Volkmann yang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient memasok darah ke sumsum dan tulang. System vena ada yang mengikuti arteri dan ada yang keluar sendiri.

Page 5: Osteomielitis Kel.5

BAB II

1. Fraktur

a. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang

disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144). Fraktur atau patah tulang adalah

terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan

oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).

Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang

dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga

derajat, yaitu :

1) Derajat I

Luka kurang dari 1 cm

Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.

Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.

Kontaminasi ringan.

2) Derajat II

Laserasi lebih dari 1 cm

Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse

Fraktur komuniti sedang.

3) Derajat III

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan

neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.

b. Jenis Fraktur

a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran.

b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang

c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit

Page 6: Osteomielitis Kel.5

d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke

patahan tulang.

e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya

membengkak.

f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang

g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen

h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam

i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

belakang)

j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada

daerah perlekatannnya.

2. Osteomielitis

Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi

jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,

tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru

disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang

akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

Osteomielitis adalah penyakit infeksi tulang yang dapat bersifat akut ataupun

kronis. (PubMed, 2010).

Osteomielitis adalah infeksi pada jaringan tulang tulang dan dapat bersifat

akut maupun kronis (Price, 2002).

Osteomielitis merupakan infeksi pada tulang yang lebih sulit disembuhkan

daripada infeksi pada jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan

terhadap infeksi, tingginya tekanan jaringan dan pembekuan involukrum

(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati) (Smeltzer, 2002).

Osteomielitis adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal

akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh E. Coli, Stapilococcus Aurius atau

Streptococcus Pyogenes. (Tucker, 1998).

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran

infeksi dari darah. (Corwin, 1996).

Page 7: Osteomielitis Kel.5

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

osteomielitis adalah infeksi pada jaringan tulang yang sulit disembuhkan, disebabkan

oleh bakteri atau jamur dan bersifat akut ataupun kronis.

2.1. Etiologi

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus

infeksi di tempat lain (misalnya, Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi

saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat

di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma

subklinis (tak jelas).

Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak

(misalnya. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi

langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang

(misalnya, fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang.

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang

nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang

menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi

kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang

atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi

lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau

dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

2.2. Klasifikasi Osteomielitis

Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :

1. Osteomyelitis Primer : Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui

luka.

2. Osteomyelitis Sekunder : Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran

darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas,

genitourinaria furunkel).

Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :

Page 8: Osteomielitis Kel.5

1. Osteomyelitis akut

Nyeri daerah lesi

Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional

Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka

Pembengkakan lokal

Kemerahan

Suhu raba hangat

Gangguan fungsi

Lab = anemia, leukositosis

2. Osteomyelitis kronis

Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri

Gejala-gejala umum tidak ada

Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur

Lab = LED meningkat

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :

Staphylococcus (orang dewasa)

Streptococcus (anak-anak)

Pneumococcus dan Gonococcus

2.3. Manifestasi Klinis

Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi

dengan manifestasi klinis septikemia, seperti:

o Menggigil

o Demam tinggi

o Denyut nadi cepat

o Malaise umum

o Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap.

o Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai

periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri,

bengkak dan sangat nyeri tekan.

Page 9: Osteomielitis Kel.5

o Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan

gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau

kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septicemia:

o Daerah infeksi membengkak

o Hangat

o Nyeri tekan

o Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar

dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri

o Inflamasi

o Pembengkakan dan pengeluaran pus.

o Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan

darah.

Page 10: Osteomielitis Kel.5

2.4. Phatway:

Emboli bakteri

Abses

Peningkatan tekanan dan nekrosis sekunder

Rupture di dalam ruang subperiosteal

Infeksi menyebar di bawah periosteum

Thrombosis pada pembuluh darah dan menambah nekrosis

Gangguan siklus sirkulasi sehingga terbentuk sinus dan memperluas infeksi ke kulit

Perluasan persendian dapat menyebabkan arthritis septikktur

2.5. Patofisiologi;

Menurut Rasjad (1998),  Smeltzer (2002) dan Tucker (1998) osteomielitis biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan mikrorganisme lainnya. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul karena adanya penyebaran infeksi dari tempat lain seperti faringitis, otitis media dan impetigo. Bakterinya (Stapilococcus Aureus, Hemofilus Influenza) berpindah melalui aliran darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid. Akibat proses perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan.

Pada orang dewasa, osteomielitis juga dapat diawali oleh bakteri dalam aliran darah, namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau operasi. Awitan osteomielitis setelah pembedahan orthopedi dapat terjadi selama 3 bulan  (akut fulminan ; stadium I) dan

Page 11: Osteomielitis Kel.5

sering berhubungan dengan  penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi selama 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (Stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Osteomielitis dapat juga terjadi akibat isufisiensi vaskuler seperti diabetes melitus, aterosklerosis, alat fiksasi yang terpasang, obesitas, lansia dan status nutrisi yang buruk.

Jika infeksi dibawa oleh darah biasanya awitannya mendadak dan akan menimbulkan gejala seperti menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat, malaise dan keengganan menggerakkan anggota badan yang sakit. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan nyeri tekan. Bila osteomielitis terjadi akibat kontaminasi langsung, selain gejala diatas biasanya disertai tanda-tanda cedera dan pembesaran kelenjar getah bening regional.

Apabila kondisi ini berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan  septikemia, infeksi yang bersifat metastatik, Artritis supuratif, kontraktur sendi, osteomielitis kronis serta perubahan menjadi ganas pada jaringan epidermis (karsinoma epidermoid, ulkus marjolin).

Osteomielitis adalah infeksi tulang yang dapat terjadi pada sembarang tulang dalam

tubuh. Lokasi paling sering adalah femur dan tibia. Humerus dan pinggul jarang terkena.

Tengkorak adalah lokasi umum terjadinya osteomielitis pada bayi. Biasanya terdapat suatu

keadaan predisposisi, seperti higiene yang buruk. Emboli bakteri mencapai arteri kecil di

metafisis yang sirkulasinya lambat. Kemudian, terbentuk suatu abses dan menggantikan tulang

yang menyebabakan peningkatan tekanan dan nekrosis sekunder. Abses ini akhirnya dapat ruptur

di dalam ruangan subperiosteal. Infeksi ini menyebar dibawah periosteum, mengakibatkan

trombosis pada pembuluh darah dan menambah nekrosis. Kemudian terjadi gangguan siklus

sirkualsi sehingga dapat terbentuk sebuah sinus dan memperluas infeksi ke kulit. Perluasan ke

persendian dapat menyebabkan artritis septik. Kondisi ini dapat menjadi kronis dan cukup

resisten terhadap terapi, serta sering kali memerlukan intervensi bedah. Epifisis umumnya tidak

terkena karena memiliki sirkulasi yang terpisah. Berbagai organisme dapat menyebabkan

osteomielitis, baik secara langsung (eksogen) atau melalui darah dari infeksi ditempat lain

(hematogen). Sumber eksogen meliputi kontaminasi dari luka tembus, fraktur terbuka,

kontaminasi selama pembedahan, atau perluasan sekunder melalui abses, luka bakar, atau luka

biasa. Rute hematogen biasanya lebih sering terjadi : yang termasuk sumber hematogen adalah

furunkel, abrasi kulit, infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, abses gigi, dean pielonefritis.

Bentuk hematogen sering subakut karena infeksi yang mendahuluinya sering sudah diobati

dengan antibiotik.

Page 12: Osteomielitis Kel.5

2.6. Komplikasi:

Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan

pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab.

Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang

yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke

aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:

a.Abses tulang.

b. Bakteremia

c.Fraktur Patologis

d.Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic).

e. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.

f. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

Page 13: Osteomielitis Kel.5

2.7. Pemeriksaan diagnostik

a. Scan tulang dengan menggunakan nukleotida berlabel radioaktif dapat memperlihatkan peradangan di tulang.

b. Pemeriksaan darah

1) Sel darah putih meningkat sampai 30.000 /ul disertai peningkatan laju endap darah.

2) Pemeriksaan titer antibodi – anti stapilococcus.

3) Pemeriksaan kultur darah dan pus kultur untuk menentukan jenis bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitifitas untuk menentukan jenis antibiotik yang sesuai, juga harus diperiksa adanya penyakit anemia sel sabit.

c. Pemeriksaan feses: dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi yang disebabkan oleh bakteri salmonella dan E. Coli.

d. Pemeriksaan biopsi : dilakukan ditempat yang dicurigai.

e. Pemeriksaan ultrasound : memperlihatkan adanya efussi pada sendi.

f. Pemeriksaan radiologis : pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak. Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari (2 minggu) berupa refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru di bawah periosteum yang terangkat.

Page 14: Osteomielitis Kel.5

2.8.Penatalaksanaan:

.    1. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis osteomielitis menurut Rasjad (1998) dan Tucker (1998) adalah sebagai berikut :

a. Pemberian antibiotik yang bertujuan untuk : mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang yang sehat dan mengontrol ekserbasi akut.

b. Tindakan operatif dilakukan bila fase ekserbasi akut telah reda setelah pemberian antibiotik yang adekuat. Operasi yang dilakukan bertujuan untuk : mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan tulang (sekuestrum) sampai ke jaringan sehat lainnya, yang selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi secara kontinue selama beberapa hari, (adakalanya diperlukan penanaman rantai antibiotik di dalam bagian tulang yang terinfeksi) dan sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran serta mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.

c. Pemberian cairan parenteral / intravena dan kalau perlu tranfusi darah.

d. Pengaturan diet dan aktivitas.

2. Penatalaksanaan keperawatan

Menurut Smeltzer (2002) dan Tucker (1998) penatalaksanaan keperawatan pada osteomielitis adalah sebagai berikut :

a. Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.

b. Dapat dilakukan rendaman salin selama beberapa kali selama 20 menit perhari untuk meningkatkan aliran darah.

c. Kompres : hangat, atau selang seling hangat dan dingin.

.

Page 15: Osteomielitis Kel.5

BAB III

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Studi Kasus

Anak B 6 tahun, 1 bulan yang lalu fraktur terbuka tibia dekstra. Saat ini demam 38, 5 C

dan nyeri. Tampak pus pada daerah bekas operasi. Daerah di sekitar luka tampak bengkak,

merah dan teraba hangat. Terjadi leukositosis ( L = 14.000 mm3 ). Klien juga mengalami mual

dan muntah di sertai demam. Klien tampak lemah. Kunjungtiva anemis. Orang tua klien

mengatakan tidak tahu penyebab demam dan pus yang ada pada daerah bekas operasi anaknya.

Orang tua klien mengaku cemas pada kondisi anaknya.

B. Pengkajian :

1. Data klien :

Nama Klien : An. B

Umur : 6 tahun

Nama Ayah : Tn. S ( 35 tahun )

Bangsa/Suku : Indonesia/ Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : wiraswasta

Penghasilan : 1.000.000 – 2.000.000

Alamat : Jl. Tunas bangsa no 25

1. Keluhan Utama

Ayah klien mengatakan bahwa An. B demam dan mengeluh nyeri pada area bekas

operasi. 1 bulan yang lalu, An B fraktur terbuka di daerah kakinya.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Ayah klien mengatakan penyakit yang diderita Anaknya hanyalah demam biasa yang

tidak di ketahui penyebabnya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Page 16: Osteomielitis Kel.5

Ayah klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit

menular, menahun dan menurun seperti TBC, asma, jantung, DM, dan lain-lain. Pasien

tidak mengalami alergi terhadap antibiotik atau yang lainnya dan alergi makanan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga klien tidak ada penyakit keturunan.

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan

tempat tinggal.

Pengkajian Keperawatan menurut Gordon ada 11 Pola :

1. Pola Persepsi Kesehatan

Adanya atau tidak riwayat infeksi sebelumya.

Pengobatan sebelumnya berhasil atau tidak berhasil.

Adakah riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.

Adakah konsultasi rutin ke Dokter.

Bagaimana hygiene personal

Bagaimana Lingkungannya sehat atau kurang sehat, tinggal berdesak-

desakan atau tidak.

2. Pola Nutrisi Metabolik

Bagaimana pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa

kali sehari makan.

Bagaimana kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.

Jenis makanan yang Apa yang disukai.

Napsu makan menurun atau tidak.

Muntah-muntah atau tidak.

Adakah penurunan berat badan.

Bagaimana turgor kulitnya: buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.

Adakah perubahan warna kulit: terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa

terbakar atau perih.

3. Pola Eliminasi

Page 17: Osteomielitis Kel.5

Apakah pasien sering berkeringat.

Tanyakan pola berkemih dan bowel.

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Pemenuhan sehari-hari terganggu.

Apakah ada Kelemahan umum, malaise.

Bagaimana toleransi terhadap aktivitas rendah.

Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan atau tidak.

Ada perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.

5. Pola Tidur dan Istirahat

Apakah kesulitan tidur pada malam hari karena stres.

Mimpi buruk.

6. Pola Persepsi Kognitif

Adakah perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.

Bagaimana pengetahuan akan penyakitnya.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Adakah perasaan tidak percaya diri atau minder.

Adakah perasaan terisolasi.

8. Pola Hubungan dengan Sesama

Hidup sendiri atau berkeluarga

Frekuensi interaksi berkurang atau tidak

Adakah perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

9. Pola Reproduksi Seksualitas

Adakah gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.

Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress

Bagaimana emosinya stabil atau tidak stabil

Adakah ansietas, takut akan penyakitnya

Disorientasi, gelisah

11. Pola Sistem Kepercayaan

Bagaimana perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah

Agama yang dianut

Page 18: Osteomielitis Kel.5

C. Analisa Data

Data Fokus Masalah Keperawatan

DS :

- An. B mengeluh nyeri pada kakinya

yang sebelah kanan.

DO :

- An. B Nampak cemas

- Wajah klien meringis kesakitan

- Klien teruss memegangi area kaki

yang nyeri.

DS :

- Orang tua An. B mengatakan bahwa

anaknya demam tinggi (38 derajat

celcius) sejak kemarin

DO :

- Tampak pus bekas daerah operasi

- Kulit sekitar operasi tampak

bengkak , merah dan teraba hangat

- Kadar leukosit darah 14.000 mm3

DS :

- An. B mengatakan enggan untuk

bergerak

- Orang tua klien mengatakan

semenjak sakit, anaknya lebih suka

beraktifitas di tempat tidur

DO :

- Anak Nampak kesakitan saat

gangguan rasa nyaman : nyeri

infeksi

hambatan mobilitas fisik

Page 19: Osteomielitis Kel.5

bergerak

- Klien Nampak lemah

DS :

- Orang tua klien mengatakan tidak

tahu penyebab demam dan pus yang

ada pada daerah bekas operasi.

anaknya.

- Orang tua klien mengatakan tidak

mengetahui proses penyakit yang di

derita anaknya.

DO :

-

DS :

- Klien mengatakan tidak mau makan

- Klien mengeluh mual

DO :

- Ibu klien mengatakan klien demam

di sertai muntah muntah.

- Konjungtiva anemis

- Klien tampak lemah.

Kurang Pengetahuan

risiko ketidakseimbangan nutrisi

Berdasarkan analisa data di atas, maka diagnose keperawatan yang mungkin munsul pada kasus

An. B adalah

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

2. Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma

jaringan, terpajan pada lingkungan.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Page 20: Osteomielitis Kel.5

5. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan anoreksia sekunder akibat proses infeksi.

3 diagnosa prioritas adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

2. Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma

jaringan, terpajan pada lingkungan.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal

Diagnosa keperawatan 1

Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

Tujuan :

Nyeri berkurang atau hilang

KH :

- klien mengatakan nyeri berkurang

- ketegangan wajah berkurang

intervensi rasional

1. kaji skala nyeri yang di alami klien.

2. pertahankan imobilisasi bagian yang

nyeri dengan tirah baring.

3. Tinggikan penutup tempat tidur :

pertahankan linen terbuka pada ibu jari

4. Beri obat sebelum sebelum perawatan

aktifitas

5. Lakukan dan awasi latihan rentang

gerak aktif atau pasif

6. Berikan alternative tindakan

kenyamanan contohnya pijatan

1. degan mengetahui derajat nyeri yang di

alami klien, perawat dapat memberikan

intervensi dengan tepat.

2. Meningkatkan aliran balik vena,

menurunkan edema dan nyeri.

3. Mempertahankan kehangatan tubuh

tanpa ketidaknyamanan tekanan selimut

pada bagian yang sakit.

4. Meningkatkan relaksasi otot

5. Mempertahankan kekuatan otot yang

Page 21: Osteomielitis Kel.5

punggung dan perubahan posisi

7. Dorong menggunakan teknik

manajemen stress contohnya tarik nafas

dalam dan relaksasi

sakit

6. Meningkatkan sirkulasi umum :

menurunkan area tekan local dan

kelelahan otot

7. Dapat meningkatkan rasa kping dalam

manajemen nyeri.

Diagnosa keperawatan 2

Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma

jaringan, terpajan pada lingkungan.

Tujuan :

Infeksi tidak menyebar ke organ lain

KH :

- Demam hilang, suhu tubuh normal 37 C

- Tanda tanda infeksi hilang

- Infeksi tidak menyebar

intervensi rasional

1. Awasi tanda tanda vital tiap 30 menit

2. Obeservasi luka untuk pembentukan

pus, bula, perubahan warna kulit, bau

drainase yang tak enak atau asam

3. Kaji tonus otot

4. Selidiki nyeri tiba tiba atau

keterbatasan gerak dengan edema local

atau eritema ekstremitas cedera

5. Lakukan prosedur isolasi

1. Tanda tanda vital yang abnormal

merupakan salah satu indicator infeksi.

2. Tanda perkiraan infeksi gangrene

3. Mengkaji derajat kekakuan otot

4. Dapat mengindikasikan osteomilitis

5. Untuk mencegah kontaminasi silang.

Page 22: Osteomielitis Kel.5

Diagnosa keperawatan 3

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal

Tujuan :

Klien mampu melakukan mobilitas sesuai batas toleransinya untuk mencegah atropi otot

KH :

- Klien mampu mempertahankan mobilitas yang maksimal

- Klien mampu mempertahankan posisi yang fungsional

- Menunjukan teknik yang memampukan melakukan aktifitas

intervensi rasional

1. Kaji derajat imobilitas yang di hasilkan

oleh cidera

2. Dorong partisipasi pada aktifitas

terapeutik/ rekreasi. Pertahankan

rangsang lingkungan contohnya

menonton televisi dan bermain sesuai

dengan batas kemampuannya

3. Dorong penggunaan latihan isometric

mulai dengan tungkai yang tak

sakitberikan papan kaki, bebat

pergelangan,

4. Bantu dalam mobilisasi dengan kursi

roda

5. Awasi tekanan darah saat melakukan

mobilisasi. Perhatikan keluhan pusing

6. Ubah posisi secara periodic dan dorong

untuk latihan nafas dalam

7. Auskultasi bising usus. Awasi

kebiasaan eliminasi

1. Derajat imobilisasi yang di ketahui oleh

perawat dapat memaksimalkan

intervensi yang akan di lakukan

2. Memberikan kesempatan untuk

memenuhi kebutuhan bermainnya dan

mencegah isolasi social

3. Membantu mempertahakan kekuatan

dan masa otot

4. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi

tirah baring

5. Mendeteksi dini kemungkinan

hipotensi postural

6. Mencegah komplikasi kulit

7. Tirah baring, penggunaan anlgetik

dapat memperlambat peristaltic dan

menghasilkan konstipasi.

Page 23: Osteomielitis Kel.5

Diagnosa keperawatan 4

Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan :

Orang tua klien dapat mengetahui proses penyakit yang dialami klien

KH :

- Orang tua klien dapat memahami tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

intervensi rasional

1. Kaji ulang tingkat pengetahuan orang

tua klien

2. Jelaskan tentang proses penyakit,

prognosis dan tindakan pengobatan

yang akan di berikan pada An. B

3. Dorong orang tua klien untuk aktif

terlibat dalam prosedur yang akan di

berikan kepada An. B

1. Dengan mengetahui derajat

pengetahuan klien, perawat dapat

mengetahui hal hal apa saja yang perlu

di jelaskan sesuai dengan tingkat

pemahaman yang di miliki.

2. Pengetahuan yang adekuat tentang

penyakit dapat menurunkan ansietas

dan membantu keberhasilan

pengobatan

3. Keterlibatan orang tua dapat

menurunkan ansietas anak dan

membuat anak kooperatif.

Diagnosa keperawatan 5

Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

anoreksia sekunder akibat proses infeksi.

Tujuan :

- Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi secara adekuat

Page 24: Osteomielitis Kel.5

KH :

- Nafsu makan An. B baik

- Mual muntah hilang

- Tanda tanda malnutrisi tidak muncul

intervensi rasional

1. Kaji frekuensi makan klien

2. Berikan makanan sedikit tapi sering

3. Hindari makanan yang mengandung

bau menyengat

4. Anjurkan klien makan dengan

mengkombinasikan dengan terapi

bermain.

1. Untuk mengetahui tingkat keparahan

anoreksia

2. Makanan sedikit tapi sering dapat

mengurangi kontraksi lambung yang

berlebih hingga merangsang muntah

3. Bau menyengat dapat merangsang mual

dan muntah

4. Terapi bermain dapat membuat anak

antusias terhadap makanan

Sumber :

Buku keperawatan pediatric????? Dapus lum ada

Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,EGC :

Jakarta

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan,

EGC ; Jakarta.

Carpenito, Linda jual. 2003. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 10. EGC: Jakarta.

Page 25: Osteomielitis Kel.5

Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah

Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika intravena,

dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi

serta keluarga mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi

kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik. Pasien dan keluarganya harus

memahami benar antibiotika. Selain itu, penggantian balutan secara stesil dan teknik kompres

hangat harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan supervise

serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan

penatalaksanaan osteomielitis di rumah. Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai

bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk

melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluar pus, bau, dan

bertambahnya inflamasi.

Pencegahan

Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat

menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol

erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan

teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi. Antibioika profilaksis,

diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan Selama 24 sampai

48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan

menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis.

Page 26: Osteomielitis Kel.5

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien). Jakarta: EGC.

Editor MIMS. 2008/2009. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 8 2008/2009.

Jakarta: CMPMedica.

Kumala, Poppy, dkk. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta:EGC.

Price, Silvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit Volume 2. Jakarta: EGC

htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/

http://dokterkulitku.com/artikel/?p=28

http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/11/askep-eritroderma_12.html

http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/11/askep-eritroderma.html

http://medicastore.com/penyakit/76/Dermatitis_Atopik.html

http://jurnaldokter.com/2011/04/03/osteomielitis-akut

Page 27: Osteomielitis Kel.5