ORIF kel 4

55
MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL ASKEP ORIF Disusun Oleh Kelompok 4 : Desi Nabela 201011023 Eka Yulianti 201011027 Elisabet Wahyu Ajar Wulan 201011031 Endah Purnamasari 201011034 Fahnur Rahman 201011037 Fitriyani 201011039 Genesius Sutriajaya 201011042 Lusia Winanti 201011055 STIKES ST.ELISABETH SEMARANG 2011/2012

Transcript of ORIF kel 4

Page 1: ORIF kel 4

MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL

ASKEP ORIF

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Desi Nabela 201011023

Eka Yulianti 201011027

Elisabet Wahyu Ajar Wulan 201011031

Endah Purnamasari 201011034

Fahnur Rahman 201011037

Fitriyani 201011039

Genesius Sutriajaya 201011042

Lusia Winanti 201011055

STIKES ST.ELISABETH SEMARANG

2011/2012

Page 2: ORIF kel 4

Kata pengantar

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih

karunia, sehinga kami dapat menyelesaikan makalah fraktur dengan ORIF. Kami

juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Oang Tua kami yang telah mendukung kami untuk menyelesaikan makalah

ini.

2. Sr. Hedwig Parini, OSF.MSN

3. Dosen pengampu M.A. Ermi Tri S.Kep,NS

4. Teman – teman sekelas yang telah membantu dalam proses menyelesaikan

makalah ini.

5. Bpk. Tikno yang telah menyediakan buku sebagai referensi kami dalam

pembuatan makalah fraktur dengan ORIF.

6. Bpk. Agus yang telah menyediakan fasilitas hot spot untuk menanbah

referensi untuk melengkapi materi makalah fraktur dengan ORIF.

Terima kasih juga untuk pihak – pihak yang sudah membatu kami, yang tidak

bisa kami sebutkan satu persatu. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada para

pembaca.

Semarang, 25 Juni 2012

Penulis

Page 3: ORIF kel 4

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Insiden kecelakaan merupakan salah satu dari lima masalah

kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri. Kelima

masalah kesehatan utama tersebut adalah kecelakaan, penyakit

kardiovaskuler, kanker, penyakit degeneratif dan gangguan gangguan

jiwa.

(DepkesRI,2007) 

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat

lebih dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan

sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden

kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur

ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelekaan yang

terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas

tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain

seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian

fraktur.(Depkes RI, 2007)

2. Tujuan

Tujuan Umum

- Agar mahasiswa lebih memahami dan paham tentang penyakit Fraktur

Femur dengan penatalaksanaan ORIF

Tujuan Khusus

- Agar mahasiswa mengerti definisi penyakit fraktur

- Agar mahasiswa tahu tentang klasifikasi fraktur

- Agar mahasiswa mengerti penyebab dari fraktur

- Agar mahasiswa mengetahui tanda dan gejala fraktur

Page 4: ORIF kel 4

BAB II

ISI

1. Struktur tulang dan otot

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan

tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.

ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietic, yang

membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk

penyimpanan dan mengatur kalsium dan fosfat.

Komponen-komponen non-seluler utama dari jaringan tulang adalah

mineral-mineral dan matriks organic (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan

fosfat membentuk suatu garam Kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada

matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral ini memampatkan

kekuatan tulang. Matriks organic tulang disebut juga sebagai suatu osteoid.

Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan

daya rentang tinggi pada tulang. Materi organic lain yang juga menyusun

tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.

Hampir semua tulang berongga di tengahnya. Struktur demikian

memaksimalkan kekuatan structural tulang dengan bahan yang relatif kecil

atau ringan. Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen dan mineral

dalam jaringan tulang. Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau

lamellar. Tulang yang berbentuk anyaman terlihat saat pertumbuhan cepat,

seperti sewaktu perkembangan janin atau sesudah terjadinya patah tulang,

selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh tulang yang lebih dewasa yang

berbentuk lamelar. Pada orang dewasa, tulang anyaman ditemukan pada

insersi ligamentum atau tendon. Tumor sarcoma osteogenik terdiri dari tulang

anyaman. Tulang lamellar terdapat di seluruh tubuh orang dewasa. Tulang

lamellar tersusun dari lempengan-lempengan mineral yang sangat padat dan

bukan merupakan suatu massa kristal yang padat. Pola susunan semacam ini

melengkapi tulang dengan kekuatan yang besar.

Diafisis atau batang, adalah bagian tengah tulang yang berbentuk

silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang

besar. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akar

batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang

Page 5: ORIF kel 4

spongiosa yang mengandung sel-sel hematopoetik. Sumsum-sumsum merah

terdapat juga di bagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak, sumsum-

sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam tulang panjang, tetapi

kemudian diganti oleh sumsum kuning sejalan dengan semakin dewasanya

anak tersebut. Pada orang dewasa aktivitas hematopoietic menjadi terbatas

hanya pada sternum dan Krista iliaka, walaupun tulang-tulang masih

berpotensi untuk aktif lagi bila diperlukan. Sumsum kuning yang terdapat

pada diafisis tulang orang dewasa tertama terdiri dari sel-sel lemak.

Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup

luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis

adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan

menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan

sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan

memanjang tulang berhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang

disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan

berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan

tulang panjang mempunyai arteria nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari

arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses

penyembuhan suatu tulang yang patah.

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis sel :

osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan

membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau

jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang

aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar

fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam mengendapkan

kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali

akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di

dalam darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan

tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker

tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu

lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas

adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks

tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas

mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang

Page 6: ORIF kel 4

memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang,

sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

Pada manusia, rangka dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu rangka aksial

(membentuk sumbu tubuh, meliputi tengkorak, kolumna vertebra, dan toraks) dan

rangka apendikular (meliputi ekstremitas superior dan inferior).

Berdasarkan bentuknya dan ukurannya, tulang dapat dibagi menjadi beberapa

penggolongan:

1. Tulang panjang, yaitu tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai, dan

kaki (kecuali tulang-tulang pergelangan tangan dan kaki). Badan tulang ini

disebut diafisis, sedangkan ujungnya disebut epifisis.

2. Tulang pendek, yaitu tulang-tulang pergelangan tangan dan kaki.

3. Tulang pipih, yaitu tulang iga, bahu, pinggul, dan kranial.

4. Tulang tidak beraturan, yaitu tulang vertebra dan tulang wajah

5. Tulang sesamoid, antara lain tulang patella dan tulang yang terdapat di

metakarpal 1-2 dan metatarsal 1.

Rangka aksial

-Tengkorak

Page 7: ORIF kel 4

Tengkorak tersusun atas tulang kranial dan tulang wajah. Tulang kranial tersebut

meliputi:

Tulang frontal

Tulang frontal merupakan tulang kranial yang berada di sisi anterior, berbatasan

dengan tulang parietal melalui sutura koronalis. Pada tulang frontal ini terdapat suatu

sinus (rongga) yang disebut sinus frontalis, yang terhubung dengan rongga hidung.

Tulang temporal

Terdapat dua tulang temporal di setiap  sisi lateral tengkorak. Antara tulang temporal

dan tulang parietal dibatasi oleh sutura skuamosa. Persambungan antara tulang

temporal dan tulang zigomatikum disebut sebagai prosesus zigomatikum. Selain itu

terdapat prosesus mastoid (suatu penonjolan di belakang saluran telinga) dan meatus

akustikus eksternus (liang telinga).

Tulang parietal

Terdapat dua tulang parietal, yang dipisahkan satu sama lain melalui sutura sagitalis.

Sedangkan sutura skuamosa memisahkan tulang parietal dan tulang temporal.

Tulang oksipital

Page 8: ORIF kel 4

Tulang oksipital merupakan tulang yang terletak di sisi belakang tengkorak. Antara

tulang oksipital dan tulang parietal dipisahkan oleh sutura lambdoid. Di dasar tulang

oksipital terdapat foramen magnum, suatu foramen yang menghubungkan otak dan

medula spinalis. Di sisi foramen magnum terdapat condyles, suatu penonjolan yang

menghubungkan oksipital dengan tulang atlas (C1).

Tulang sphenoid

Tulang sphenoid merupakan tulang yang membentang dari sisi fronto-parieto-

temporal yang satu ke sisi yang lain. Secara umum tulang sphenoid dibagi menjadi

greater wing dan lesser wing, di mana greater wing berada lebih lateral dibanding

lesser wing. Kanalis optikus dibentuk oleh tulang ini (lesser wing). Selain itu terdapat

juga sella turcica (yang melindungi kelenjar hipofisis) dan sinus sphenoid (suatu

sinus yang membuka ke rongga hidung).

Tulang ethmoid

Tulang ethmoid merupakan tulang yang berada di belakang tulang nasal dan

lakrimal. Beberapa bagian dari tulang ethmoid adalah crista galli (proyeksi superior

untuk perlekatan meninges), cribriform plate (dasar crista galli, dengan foramen

olfaktori yang melewatkan nervus olfaktori), perpendicular plate (bagian dari nasal

septum) dan konka. Selain itu terdapat juga sinus ethmoid, yang membuka ke rongga

hidung.

Sedangkan tulang wajah meliputi:

Tulang mandibula

Mandibula merupakan tulang rahang bawah, yang berartikulasi dengan tulang

temporal melalui prosesus kondilar.

Tulang maksila

Tulang maksila merupakan tulang rahang atas. Maksila meliputi antara lain prosesus

palatin yang membentuk bagian anterior palatum dan prosesus alveolar yang

memegang gigi bagian atas.

Tulang nasal

Tulang nasal merupakan tulang yang membentuk jembatan pada hidung dan

berbatasan dengan tulang maksila.

Tulang lakrimal

Tulang lakrimal merupakan tulang yang berbatasan dengan tulang ethmoid dan

tulang maksila, berhubungan duktus nasolakrimal sebagai saluran air mata.

Page 9: ORIF kel 4

Tulang zigomatikum

Tulang zigomatikum merupakan tulang pipi, yang berartikulasi dengan tulang

frontal, temporal dan maksila.

Tulang palatin

Tulang palatin merupakan tulang yang membentuk bagian posterior palatum.

Tulang vomer

Tulang vomer merupakan bagian bawah nasal septum (sekat hidung).

Kolumna vertebra

Kolumna vertebra terbentuk dari tulang-tulang

individual yang disebut sebagai vertebra. Terdapat sekitar 26 vertebra, meliputi 7

vertebra servikal, 12 vertebra torakal, 5 vertebra lumbar, 1 vertebra sakral (yang

terdiri atas 5 vertebra individual) dan 1 vertebra koksigeal (yang terdiri atas 4-5

koksigeal kecil).

Secara umum, bentuk vertebra terdiri atas korpus vertebra, lengkung vertebra,

foramen vertebra, prosesus transversus, prosesus spinosa, prosesus artikular inferior,

prosesus artikular posterior, pedikulus dan lamina.

Terdapat sedikit perbedaan antara vertebra segmen servikal, torakal, dan lumbar:

Pada vertebra segmen servikal, korpus berukuran relatif lebih kecil

dibandingkan segmen torakal dan lumbar. Pada

prosesus transversus terdapat foramen (lubang) transversus, yang fungsinya untuk

Page 10: ORIF kel 4

melewatkan arteri vertebralis. Artikulasi antara satu vertebra servikal dengan

vertebra servikal lainnya (melalui sendi apophyseal) membentuk sudut sekitar 45

derajat. Khusus untuk segmen C1 (atlas), terdapat facies artikulasi untuk dens axis

(C2) serta facies artikulasi yang agak besar untuk perlekatan dengan oksipital.

Sedangkan pada segmen C2 (axis), terdapat dens axis yang akan berartikulasi

dengan atlas (C1).

Pada vertebra segmen torakal, korpus

berukuran relatif lebih besar dibandingkan segmen servikal namun lebih kecil

dibandingkan dengan segmen lumbar. Tidak ada foramen transversus. Khas pada

vertebra segmen torakal adalah adanya facies untuk artikulasi dengan tulang iga

(kostal). Facies ini ada yang terletak di prosesus transversus dan ada yang terletak

di prosesus spinosa.

Pada vertebra segmen lumbar, korpus berukuran relatif lebih besar

dibandingkan dengan korpus pada segmen servikal dan torakal. Adanya prosesus

asesorius pada prosesus transversus dan prosesus mamilaris pada prosesus

artikulasi superior menjadi ciri khas pada segmen lumbar.

Pada vertebra segmen sakral, bentuknya khas seperti sayap yang melebar

dengan penonjolan ke depan pada artikulasi lumbo-sakral yang disebut sebagai

promontory. Vertebra segmen sakral terdiri atas 5 vertebra individual, yang

dihubungkan satu sama lain melalui celah transversus dan memiliki 8 foramen

sakral. Di bagian posterior terdapat celah yang disebut hiatus sakralis.

Pada vertebra segmen koksigeal, terdiri atas 4-5 segmen koksigeal individual

yang terhubung dengan vertebra segmen sakralis.

Dilihat secara lateral, kolumna vertebra yang tersusun mulai dari servikal hingga

koksigeal membentuk lengkung yang khas, yaitu lordosis servikal, kyphosis torakal,

lordosis lumbar dan  kyphosis sakral. Lordosis servikal terbentuk ketika seorang bayi

mulai belajar menegakkan kepalanya (usia 3 bulan), sedangkan lordosis lumbar

terbentuk ketika seorang anak mulai belajar berdiri.

Page 11: ORIF kel 4

Toraks

Toraks merupakan rangka yang menutupi dada dan melindungi organ-organ penting

di dalamnya. Secara umum toraks tersusun atas klavikula, skapula, sternum, dan

tulang-tulang kostal.

Skapula merupakan tulang yang terletak di sebelah posterior, dan

berartikulasi dengan klavikula melalui akromion. Selain itu, skapula juga

berhubungan dengan humerus melalui fossa glenoid.

Klavikula merupakan tulang yang berartikulasi dengan skapula melalui

akromion, dan di ujungnya yang lain berartikulasi dengan manubrium sternum.

Sternum merupakan suatu tulang yang memanjang, dari atas ke bawah,

tersusun atas manubrium, korpus sternum, dan prosesus xyphoideus. Manubrium

berartikulasi dengan klavikula , kostal pertama, dan korpus sternum. Sedangkan

korpus stenum merupakan tempat berartikulasinya kartilago kostal ke-2 hingga

kostal ke-12.

Tulang-tulang kostal merupakan tulang yang berartikulasi dengan vertebra

segmen torakal di posterior, dan di anterior berartikulasi dengan manubrium dan

korpus sternum. Ada 12 tulang kostal; 7 kostal pertama disebut kostal sejati (karena

masing-masing secara terpisah di bagian anterior berartikulasi dengan manubrium

dan korpus sternum), 3 kostal kedua disebut kostal palsu (karena di bagian anterior

ketiganya melekat dengan kostal ke-7), dan 2 kostal terakhir disebut kostal

melayang (karena di bagian anterior keduanya tidak berartikulasi sama sekali).

Page 12: ORIF kel 4

Rangka apendikular

Ekstremitas atas

Ekstremitas atas terdiri atas tulang skapula, klavikula, humerus, radius, ulna, karpal,

metakarpal, dan tulang-tulang phalangs.

Skapula

Skapula merupakan tulang yang terletak di sebelah posterior tulang kostal dan

berbentuk pipih seperti segitiga. Skapula memiliki beberapa proyeksi (spina,

korakoid) yang melekatkan beberapa otot yang berfungsi menggerakkan lengan atas

dan lengan bawah. Skapula berartikulasi dengan klavikula melalui acromion. Sebuah

depresi (cekungan) di sisi lateral skapula membentuk persendian bola-soket dengan

humerus, yaitu fossa glenoid.

Klavikula

Page 13: ORIF kel 4

Klavikula merupakan tulang yang berartikulasi dengan skapula di sisi lateral dan

dengan manubrium di sisi medial. Pada posisi ini klavikula bertindak sebagai

penahan skapula yang mencegah humerus bergeser terlalu jauh.

Humerus

Humerus merupakan tulang panjang pada lengan atas, yang berhubungan dengan

skapula melalui fossa glenoid. Di bagian proksimal, humerus memiliki beberapa

bagian antara lain leher anatomis, leher surgical, tuberkel mayor, tuberkel minor dan

sulkus intertuberkular. Di bagian distal, humerus memiliki beberapa bagian antara

lain condyles, epicondyle lateral, capitulum, trochlear, epicondyle medial dan fossa

olecranon (di sisi posterior). Tulang ulna akan berartikulasi dengan humerus di fossa

olecranon, membentuk sendi engsel. Pada tulang humerus ini juga terdapat beberapa

tonjolan, antara lain tonjolan untuk otot deltoid.

Ulna

Ulna merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi medial pada posisi

anatomis. Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui fossa

olecranon (di bagian posterior) dan melalui prosesus coronoid (dengan trochlea pada

humerus). Artikulasi ini berbentuk sendi engsel, memungkinkan terjadinya gerak

fleksi-ekstensi. Ulna juga berartikulasi dengan radial di sisi lateral. Artikulasi ini

berbentuk sendi kisar, memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Di daerah

distal, ulna kembali berartikulasi dengan radial, juga terdapat suatu prosesus yang

disebut sebagai prosesus styloid.

Radius

Radius merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi lateral pada posisi

anatomis. Di daeraha proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga

memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah distal,

terdapat prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang karpal antara lain

tulang scaphoid dan tulang lunate.

Karpal

Page 14: ORIF kel 4

Tulang karpal terdiri dari 8 tulang

pendek yang berartikulasi dengan ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung

proksimal dari tulang metakarpal. Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi

geser. Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis,

trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.

Metakarpal

Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan bagian

proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal. Persendian

yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan menjadi sangat

fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan

metakarpal memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang

telapak tangan dan memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di

tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.

Tulang-tulang phalangs

Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di setiap ibu

jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya (phalangs

proksimal, medial, distal). Sendi engsel yang terbentuk antara tulang phalangs

membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk menggenggam

sesuatu.

Ekstremitas bawah

Page 15: ORIF kel 4

Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal,

dan tulang-tulang phalangs.

Pelvis

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih.

Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan

ischium. Ilium terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra

sakrum, ischium terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian

inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac

crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis

pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut

acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.

Femur

Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis

dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah proksimal

terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor, dihubungkan

oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral dan

Page 16: ORIF kel 4

condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella.

Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.

Tibia

Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan

fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana

keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga

facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia

memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk

artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.

Fibula

Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding

dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di

bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan

tulang-tulang tarsal.

Tarsal

Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan tibia

 di proksimal dan

dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus, talus, cuboid,

navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan sebagai tulang penyanggah

berdiri.

Metatarsal

Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan

dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2

tulang sesamoid.

Phalangs

Page 17: ORIF kel 4

Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3

phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari

kaki, menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.

2. Fisiologi tulang

Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat

berdiri tegak, Tempat melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya

pembuluh darah, tempat sumsum tulang dan syaraf yang melindungi jaringan

lunak, juga tulang merupakan organ yang dibutuhkan manusia untuk

mengangkat dan membawa barang-barang yang berat. Intinya tulang adalah

organ yang kita butuhkan untuk melakukan aktifits sehari–hari. Sehingga kita

tidak dapat membayangkan bagaimana terganggunya kita bila ada kerusakan

yang terjadi pada tulang kita.

Fungsi tulang secara umum adalah

a. Fungsi mekanik

sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk pergerakan.

Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak

pasif.

b. Fungsi Protektif,

Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum tulang.

c. Fungsi Metabolik,

Sebagai cadangan dan tem pat metabolisme berbagai mineral yang penting

seperti kalsium dan phospat.

d. Fungsi Hemopetik,

berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah.

3. Perkembangan susunan musculoskeletal

Sistem muskulus skeletal sistem otot berkaembang dari lapisan benih

mesoderm (kecuali otot–otot iris, yang terbentuk dari ekstoderm piala optik dan

Page 18: ORIF kel 4

terdiri dari otot rangka,otot polos, dan otot jantung, otot rangka berasal dari

mesoderm paraksial, yang membentuk somit dari daerah oksipital ke sakral dan

somitomer dikepala. Otot polos berdeferensisai daro mesoderm splanknik

disekitar usus dan derivat-derivatnya, dan otot jantung berasal dari mesoderm

splanknik disekitar tabunh jantung.

Fase pembentukan tulang

Pada fase awal pembentukan terjadi pada minngu k-3 yaitu terbentuk tiga

lapisan yaitu:

- Eksoderm

- Mesoderm

- Endoderm

Sehingga membentuk tulang rawan.Awalnya somit dan somiomer

membentuk otot-otot untuk rangkan aksila, dinding tubuh anggota badan dan

dan kepala. Dari daerahoksipital ke kaudal. Somit membentuk dan derdefisiensi

menjadi sklerotum dan dermomiotom. Sel miotom pada dinding tubuh dan

daerah ekstremitas berdisosiasi. Begerakke tempatnya yang pasti, dan menjadi

memanjang serta membentuk gelendong, sel-sel ini yang disebut mioblas saling

menyatu dan membentuk serabut otot panjang yang berinti majemuk.

Miofibril segera nampak dalam sitoplasma dan menjelang akhir bulan ke-3

nampak gambaran seran lintang yang khas untuk otot rangka. Proses serupa

terjadi pula pada tujuh somitomer yang terletak didaerah kepala disebelah rostral

somit- somit oksipital. Tetapi struktur somitomer tatap longgar, tidak pernah

terpisah-pisah menjadi segmen-segmen sklerotom dan dermiotom. Pola otot

dikendalikan oleh jaringan penyambung dimana mioblas bermigrasi. Didaerah

kepala, jaringan penyambung ini berasal dari sel-sel krista neuralis : didaerah

servikal dan oksipital. Berasal dari moseoderm somit : dan didinding tubuh serta

anggota badan, berasl dari mesodrm somatik .

Pada minggu kelima terbentuk tonjolan ( lim bud) tulang rawan terdiri dari

Hialin, Fibrin, Elastin. Menjelang akhir miggu ke-5, setiap miotom terbagi

menjadi satu bagian dorsal yang kecil, epimer, dan satu bagian vetral yang lebih

besar, hipomer, yang terbentuk karena migrasi sel- sel miotom. Saraf –saraf yang

mempersarafi otot-otot sekmental juga dibagi menjadi samus dorsalis primer

untuk epimer, dan ramus vetralis primer untuk hipomer.

Mioblas-mioblas dari epimer membentuk otot ekstrensor tulang belakang,

sedangkan yang berasal dari hipomer membentuk sistem otot fleksor leteral dan

Page 19: ORIF kel 4

ventral. Mioblas dari hhipomer servikal membentuk otot skalelus, geniohioideus

muskuli paravertebrali. Mioblas yang berasal dari segmen toraks terbagi menjadi

tiga lapisan yang didada diwakili oleh M. Interkostalis eksterna, M.interkostalis

interna, dan M. Interkostalis bagian dalam atau M. Transversus torakis . pada

dinding perut, ketiga lapisan otot ini terdiri atas M. Oblikus eksternus, M.

Oblikis internus. Dan M. Trasfersus abdomis.

Pada perkembangan minggu ke tujuh terbentuk tulang melalui 2 tahap :

-Langsung : terbentuknya dalam bentuk lembaran-lembaran ,

misalnya : tulang muka, pelvis, skapula, tulang tengkorak.

-Tidak langsung : . obsifikasi sentra terjadi melalui oksifikasi

endokondral. obsikasi perifer terjadi dibawah perikondral.

Otot –otot anggota badan diamati pada minggu k-7 sebagai pemadatan

masenkim didekat tunas anggota badan. Masenkim ini berasal dari sel-sel

darmomiotom somik yng bermigrasi ketunas anggota badan untuk membentuk

otot. Seperti didaerah lainnya, jaringan penyambung menentukan pola

pembentuk otot, dan jaringan ini berasal dari mesorerm somatik, yang juga

menghasilkan tulang-tulang anggota badan.

Pada masa anak-anak sampai usia remaja, secara normal mineral tulang

akan meningkat secara progresif sam-pai mencapai puncaknya pada usia 25 – 28

tahun (wanita) dan usia sekitar 30 – 35 tahun (laki-laki) menurut beberapa ahli

puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti, kemunduran

kepadatan tulang & kekuatan tulang yg progresif (laki-laki & wanita) mulai

terjadi pada awal usia 20-an. Penurunan kepadatan tulang akan disertai dengan

meningkatnya porositas tulang. Wanita cenderung memiliki tulang yang lebih

kecil & area tulang kortikal yang lebih kecil daripada laki-laki. Perubahan

kekuatan tulang juga terjadi pada laki-laki tetapi laki-laki mengalami perubahan

yang tidak terlalu signifikan dibandingkan wanita

4. Energi dan kehidupan

Matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan di bumi.

Fotosintesis merupakan mekanisme unik yang di gunakan oleh alam untuk

mentransformasi energi cahaya menjadi energi kimiawi, bentuk energi yang

digunakan untuk organisme hidup. Organisme fotosintetik mengubah energi matahari

menjadi energi kimiawi melalui produksi biomolekul, yang kemudian digunakan

Page 20: ORIF kel 4

sebagai bahan bakar dalam memenuhi kebutuhan energi untuk proses kehidupan.

Karena bentuk kehidupan nonfotosintetik tidak dapat menggunakan energi cahaya

untuk memenuhi kebutuhan energinya, maka mereka harus mengandalkan energi

kimiawi dari nutrien biomolekular, contohnya gula dan lemak. Aliran energi

biologi dalam susatu organisme mencakup pelepasan, pelestarian, dan penggunaan

energi kimia. Penjelasan mekanisme dasar yang menentukan produksi dan

penggunaan energi oleh organisme hidup telah memberikan pada ilmuwan biologi

suatu set konsep pemersatu disebut prinsip bioenergetika , yang secara efektif

menjelaskan penggunaan energi alam dalam istilah molekular.

Adenosin trifosfat,ATP,merupakan karier utama energi untuk semua bentuk

kehidupan .Sintesis dan hidrolisis ATP merupakan titik yang sangat penting, masing-

masing uantuk pelestarian dan pengguanaan energi kimiawi. ATP pertama kali

diisolasi dari otot pada tahun 1929 di Amerika serikat oleh cyrus.H fiske dan

yellapragada subbarow,dan secara indipenden, di jerman oleh karl lohman. Namun

baru pada dasawarsa selanjutnya, peranan sentral dari ATP dalam transfer energi

mulai dikenal. Pada tahun 1941,Fritz lipmann,dibantu dengan konstribusi oleh

herman kalokar, membuat hipotesis sifat siklik dari keterlibatan ATP dalam proses

bioenergetika, dan dalam proposal nya menulis : Tidak dapat diberikan jawaban yang

pasti terhadap pertanyaan mengenai bagaimana gugusan fosfat yang tinggi potensial

beroperasi sebagai promotor dari berbagai proses, walaupun secara longgar dapat

dikenali terdapatnya interkoneksi yang kurang lebih dapat dipastikan dengan

pengalihan fosfat siklus metabolik dapat dibandingakan dengan susatu mesin yang

membangkitkan arus listrik pada keyataan, tampak bahwa dalam organisasi selular

“arus” fsfat memainkan bagian yang sama seperti halnya arus listrik dalam

kehidupan manusia. Juga merupakan suatu bentuk energi yang di gunakan untuk

semua keperluan.

Untuk mengerti analogi di atas antara energi kimia ATP dari energi listrik, perlu

untuk menghargai aspek termodinamika dari reasi metabolik yang menjelaskan

kecakapan alami dalam penggunaan hukum termodinamika.

Perubahan maksimum dalam energi bebas dari suatu reaksi disebut ΔG, yang

dinyatakan dalam kalori per mol.Suatu nilai ΔG negatif menunjukkan suatu reaksi

akstergonik atau spontan yang melepaskan energi bebas.sebaliknya , suatu ΔG yang

positif menunjukkan suatu reaksi endregonik yang memerlupan suatu input dari

energi bebas. Termodinamika dari suatu reaksi , sering dinyatakan sebagai ΔG0

Page 21: ORIF kel 4

merupakan perubahan energi bebas yang di tentukan pada keseimbangan dibawah

keadaan eksperimental pada PH 7. Sistem kehidupan mengandalkan reaksi

eksergonik dalam kebutuhan energinya , dengan hidrolisis adenosin trifospat (ATP)

yang merupakan reaksi penghasil utama. ATP di hidrolisis menjadi ADP maupun Pi

atau menjadi AMP dan TPi : hidrolisis yang di sebut terakhir ini biasa nya

merupakan suatu reaksi yang secara fisiologis ireversibel karena hidrolisis selanjut

nya dari TPi biomolekul lain , contohnya fosfoenolpirufat dan asam 1,3-

bisfosfogliserat, Disampaing ATP memiliki ΔG0 negatif yang besar dari hidrolisis,

yang juga mempunyai peranan penting dalam proses bioenergitika organisme.

Terdapat sejumlah faktor yang dapat merupakan penyebab dari nilai ΔG0 negatif

besar yang di peroleh melalui hidrolisis biomolekul tertentu, termasuk dengan

ketegangan ikatan dalam reaktan karena penolakan elektrostastis interna, ionisasi

atau isimerisasi dari produk, stabilisasi produk oleh bentuk resonasi dan efeksolvasi

Sintesis dari ribonukleosida di- dan trifosfat melalui fosforilisasi dari

ribonukleosid mono – dan disfosfat, masing-masing dengan enzim nukleusida

monofosfat dan nukleusida difosfat kinase yang mengkataliskan reaksi . ATP

biasanya merupakan donor gugusan fosfat utama dalam sitesis ini. Untuk produksi

prekursor deoksiribonukleosida trifosfat dari DNA, sebagian besar organisme

mengubah ribonukleusida difosfat menjadi deoksiribonukleosida difosfat,yang

kemudian difosforilasi oleh nukleusida difosfat kinase.

5. Nutrisi tulang

Kalsium

Sebagian besar kalsium berada di dalam tulang dan gigi. Diperkirakan hanya

satu persen kalsium yang ada di dalam tubuh, sementara sisanya ada dalam

tulang dan gigi. Kalsium yang cukup dapat membantu mempertahankan

massa tulang. Pada orang dewasa, selain membantu kerja otot dan sistem

saraf, kalsium juga sangat penting untuk memperlambat osteoporosis dan

mengatur pembekuan darah bila Anda terluka.

Untuk Anda yang berusia 19-50 tahun, kebutuhan kalsium hariannya

mencapai 1.000 mg. Untuk usia di atas 51 tahun, Anda memerlukan kalsium

per harinya sekitar 1.200 mg. Bayi dan anak-anak pun memubuhkan kalsium

yang cukup. Kebutuhan kalsium per hari untuk bayi mencapai 300-400 mg,

Page 22: ORIF kel 4

sementara untuk anak-anak 500-800 mg per hari.

Kalsium ini dapat diperoleh dari makanan yang sehari-hari Anda makan.

Misalnya, tahu dan tempe. Bisa juga Anda mendapatkannya dari susu, telur,

daging, ikan, bayam, dan brokoli. Bagi Anda penggemar ceker ayam, perlu

diketahui bahwa ceker ayam mengandung zat hydroxyapatite. Zat ini,

memiliki komponen yang sama dengan komponen tulang dan lapisan keras

mamalia.

Vitamin D

Vitamin D memiliki peran penting dalam membantu penyerapan kalsium

oleh tulang. Dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung Vitamin D

dapat membantu meningkatkan penyerapan kalsium 2,5 kali. Kebutuhan

kalsium per hari mencapai 200 IU sampai 400 IU. Untuk mendapatkan

Vitamin D tersebut, Anda bisa mengkonsumsi makanan seperti kerang, keju,

kuning telur, sereal, roti gandum, ikan salmon, butter dan margarin.

Vitamin K1

Vitamin yang satu ini mampu mengaktifkan protein tulang untuk mengunci

nutrisi penting ke dalam struktur tulang yang membuat tulang menjadi kuat

dan sehat. Vitamin ini bisa Anda peroleh dengan mengkonsumsi makanan

seperti bayam, susu, telur, brokoli, dan minyak sayur seperti zaitun. Setiap

harinya Anda membutuhkan asupan vitamin ini sebanyak 150 mcg.

Magnesium

Magnesium memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan kalsium dalam

tubuh dan membantu memelihara kekuatan tulang. Dalam sehari, Anda

membutuhkan sekitar 300-400 mg magnesium. Untuk bisa memenuhinya,

Anda bisa mengkonsumsi makanan seperti beras merah, sayuran hijau, atau

kacang-kacangan. Jika Anda ingin yang lebih mudah, Anda bisa mencoba

oatmeal.

Page 23: ORIF kel 4

Zinc

Zinc dapat mencegah kerusakan tulang, berperan dalam pembentukan

kolagen untuk pembentukan tulang, serta membantu jalannya oksigen ke sel

darah yang berguna untuk mengatasi kerusakan pada sendi. Anda dapat

memperoleh zinc pada bayam, kacang-kacangan, gandunm, daging ayam

atau sapi, dan asparagus. Setiap harinya, Anda cukup memenuhi kebutuhan

zinc sebesar 8-11 mg.

Vitamin C

Vitamin yang banyak ditemukan pada buah-buahan dan sayuran ini, akan

membantu dalam proses pembentukan tulang dan tulang rawan. Jika ingin

memiliki jaringan sendi yang sehat, Anda harus mengkonsumsi vitamin yang

satu ini secara cukup. Per hari Anda membutuhkan 500-1000 mg Vitamin C.

Vitamin E

Vitamin E dapat diperoleh dengan mengkonsumsi kacang-kacangan,

kecambah, pisang, strawberry, mentega dan asparagus. Vitamin yang satu ini

akan membantu meningkatkan oksigen ke otot dengan meningkatkan

kemampuan gerak otot dan tulang. Sebanyak 400 IU per hari sudah cukup

untuk memenuhi kebutuhan vitamin E Anda.

Protein

Protein merupakan zat utama untuk membentuk matriks tulang. Protein

memiliki peran seperti rangka yang memberikan struktur, dukungan dan

fleksibilitas. Protein ini dapat Anda temukan di dalam susu, ikan, tahu,

tempe, dan putih telur. Kebutuhan protein bagi tubuh per harinya 0,8 gr

sampai 1,5 gr per kilogram berat badan.

Page 24: ORIF kel 4

Fosfor

Fosfor sangat membantu dalam pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan

harian fosfor mencapai 500 gr per hari. Anda dapat memenuhinya dengan

mengkonsumsi telur dan ikan.

Vitamin B

Dengan mengkonsumsi makanan mengandung vitamin B sebanyak 50 mg

per hari, Anda akan membantu tubuh untuk memperbaiki fungsi-fungsi

selnya, terutama tulang dan saraf halus. Daging, telur, hati, ikan, susu dan

kacang-kacangan adalah produk makanan yang mengandung vitamin B.

Asam folat

Asam folat memiliki peran dalam proses sintesis DNA. Kebutuhan hariannya

mencapai 400 mg sampai 600 mg dan Anda dapat menemukannya pada

bayam dan brokoli.

Flouride

Mungkin Anda sering mendengarnya terdapat di pasta gigi. Flouride ini

membantu untuk memperkuat tulang dan gigi. Kandungan flouride ternyata

terkandung juga pada air putih dan ikan laut.

6. Proses penyembuhan tulang

Tulang dapat sembuh dalam satu atau dua cara setelah trauma (patah).

Periosteal atau callus eksternal terbentuk dalam metode tertutup. Darah

disuplai ke sekitar jaringan lunak dan di daerah sekitar tempat trauma untuk

proses penyembuhan.

Ada lima tahap untuk penyembuhan patah tulang, yaitu (1) pembentukan

hematoma dalam 1-3 hari, (2) pembentukan fibrokartilago dalam 3 hari- 2

minggu, (3) pembentukan callus, 2-6 minggu, (4) osifikasi 3 minggu- 6

bulan, (5) konsolidasi dan pemodelan tulang kembali, dalam 6 minggu- 1

Page 25: ORIF kel 4

tahun. Lima tahap ini dapat dikelompokkan dalam tiga fase, (1) fase

inflamasi, (2) fase perbaikan (tahap2-4), (3) fase pemodelan kembali.

Tahap 1 dimulai ketika hematom terbentuk pada lokasi trauma. Ukuran

hematom tergantung pada kerusakan yang terjadi pada lokasi fraktur.

Hematom sering menetap sampai fraktur sembuh.

Penyembuhan berlanjut selama tahap 2 dengan pembentukan jaringan yang

mengandung pembuluh darah, fibroblas, dan osteoblas. Hematom

menyediakan dasar untuk perbaikan jaringan dan penyembuhan tulang.

Callus terbentuk selama tahap 3 setelah pematangan jaringan granulasi. Jika

callus tidak terbentuk, tahap akhir tidak akan terjadi.

Tahap 4 atau osifikasi terjadi ketika tulang yang patah menyatu. Callus,

secara perlahan akan digantikan oleh tulang dan callus yang tidak penting

akan direabsorpsi.

Tahap 5 adalah tahap pemodelan kembali dimana tulang dibentuk seperti semula

untuk bisa berfungsi dengan baik. ( Copstead and Banasik, 2000, page:1130)

7. Patofisiologi fraktur cruris dengan penatalaksanaan ORIF

A. Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat, 2004).

Fraktur cruris adalah adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan

sesuai jenis dan luasnya,terjadi pada tulang tibia dan fibula. (Brunner &

Suddarth, 2001).

Sedangkan cruris dextra adalah tungkai bawah kanan yang terdiri dari dua

tulang panjang yaitu tulang tibia dan fibula. Lalu 1/3 distal adalah letak

suatu patahan terjadi pada bagian 1/3 bawah dari tungkai. Jadi pengertian

dari fraktur cruris dextra 1/3 distal adalah patah tulang yang terjadi pada

tulang tibia dan fibula yang terletak pada 1/3 bagian bawah sebelah kanan.

B. Etiologi

a.Trauma direk (langsung), menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya

kekerasan/trauma itu, misalnya trauma akibat kecelakaan

b.Trauma indirek (tidak langsung), menyebabkan patah tulang di tempat

yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan, yang patah biasanya bagian

Page 26: ORIF kel 4

yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

c.Patologis, disebabkan oleh adanya proses patologis misalnya tumor,

infeksi dan osteoporosis tulang karena disebabkan oleh kekuatan tulang

yang berkurang dan disebut patah tulang patologis.

d.Kelelahan / stress, misalnya pada olahragawan mereka yang baru saja

meningkatkan kegiatan fisik .

C. Jenis fraktur

Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).

fraktur tidak komplet : patah hanya terjadi pada sebagian dari garis

tengah tulang.

fraktur tertutup (simpel) : tidak menyebabkan robeknya kulit.

fraktur terbuka (komplikata/kompleks) : merupakan fraktur dengan pada

luka pada kulit / membrane mukosa sampai ke patahan tulang. fraktur

terbuka dibagi menjadi 3, yaitu :

- Grade I : luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya.

-Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.

-Grade III : luka menjadi sangat terkontaminasi dan mengalami

kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.

Fraktur menurut pergeseran anatomis fragmen tulang dibagi menjadi :

fraktur bergeser dan tidak bergeser.

Jenis khusus fraktur, dibagi menjadi :

Greenstick :fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sementara sisi

lain membengkok.

Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.

Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih

tidak stabil disbanding transversal).

Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang.

Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.

Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering

terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).

Kompresi : fraktur dimana tulang mengalami kompresi, terjadi pada

tulang belakang.

Patologik : fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (Krista

tulang, penyakit Paget, metastasis tulang, tumor).

Page 27: ORIF kel 4

Avulsi : tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada

perlekatannya.

Epifiseal : fraktur melalui epifisis.

Impaksi : fraktur dimana fragmen tulang terdorong kef ragmen tulang

lainnya.

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan

warna.

nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktr merupakan bentuk

bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar

fragmen tulang.

setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa),

bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada

fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat

maupun teraba). Ekstremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat

berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada

integritas tulang tempat melekatnya otot.

pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya

karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat

fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain 2,5 – 5 cm

(1 – 2 inchi).

saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

dengan lainnya. (uji krepitus dapat mengakibatkab kerusakan

jaringan lunak yang lebih berat)

pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi

sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

Tanda ini baru bisa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah

cedera.

E. Patofisiologi

Page 28: ORIF kel 4

Fraktur terjadi bila tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat

diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya

meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot esktrem.

Meskipun tulang patah dan jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh,

mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,

dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh

darah (Brunner dan Suddarth, 2001: 2357).

Fraktur sering terjadi pada tulang rawan, jika tulang mengalami fraktur,

maka periosteum darah dari korteks marrow dan jaringan sekitarnya rusak,

terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang. Terbentuklah

hematoma di kanal medulla, jaringan ini merangsang kecenderungan untuk

terjadi peradangan yang ditandai dengan vasodilatasi, pengeluaran plasma

dan leukosit dan infiltrasi dari sel-sel darah putih yang lain (Corwin, 2000:

299).

F. Farmakologi

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya

b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap

c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

d. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

H. Penatalaksanaan medis (ORIF)

Reduksi terbuka dan fiksasi internal ( RTFI) adalah metode yang luas

digunakan untuk terapi fraktur. Metode ini memerlukan reduksi

pembedahan terbuka dan pemasangan pin, sekrup, kawat, paku, batang,

dan/atau lempeng untuk mempertahankan reduksi. Perangkat fiksasi internal

tersedia dalam berbagai bentuk dan konfigurasi untuk digunakan pada

berbagai ukuran tulang dan jenis fraktur.

Indikasi

Indikasi redukksi terbuka dan fiksasi internal meliputi reduksi

fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani

dengan metode terapi lain, terbukti tidak memberi hasil yang

memuaskan. Kelompok yang terakhir adalah fraktur leher femoralis,

Page 29: ORIF kel 4

fraktur lengan bawah distal, dan fraktur intra artikuler disertai

pergeseran. Indikasi ketiga adalah untuk fraktur avulsi mayor yang

disertai oleh gangguan signifikan pada struktur otot tendon.

Metode RTFI untuk terapi fraktur memungkinkan ahli bedah

melihat secara langsung kerusakan pada struktur-struktur disekitar

fraktur, untuk membersihkan dan memperbaiki tempat fraktur sesuai

keperluan, dan untuk melakukan penyatuan anatomis fraktur yang

kompleks. Selain itu, proses penyembuhan tidak memerlukan

imobilisasi berkepanjangan. Kekurangan RTFI meliputi perlunya

anestesi umum dan peningkatan resiko infeksi yang terjadi pada

semua prosedur terbuka.

Kontraindikasi

Russel (1992) mencatat bahwa fiksasi internal umumnya

dikontraindikasikan untuk situasi berikut :

1. Tulang osteoporotik terlalu rapuh untuk menerima implant

2. Jaringan lunak di atasnya berkualitas buruk

3. Terdapat infeksi, atau

4. Adanya fraktur comminuted yang parah yang menghambat

rekonstruksi

Jenis implan fiksasi interna

Beragamnya jenis implan ortopedik cukup memusingkan

kecuali bagi perawat perioperatif ortopedik yang paling

berpengalaman. Secara prosedural, sebagian besar RTFI biasanya

serupa. Namun, instrumen dan implan yang digunakan bervariasi dan

terutama bergantung pada jenis fraktur yang akan diperbaiki.

Pengetahuan mengenai berbagai implan dan jenis instrumen yang

diperlukan untuk memasang nya akan sangat membantu kemampuan

perawat perioperatif membuat rencana keperawatan yang efektif.

a. Fiksasi pin dan kawat

Untuk fiksasi fraktur kecil di daerah metafisis dan

epifisis kaki distal, lengan bawah dan tangan sering digunakan

kawat Kirschner atau pin Steinmann. Keduanya juga dapat

digunakan bersama dengan reduksi tertutup fraktur falang dan

Page 30: ORIF kel 4

metakarpal yang mengalami pergeseran. Kawat dan pin dapat

dimasukkan secara perkutis di bawah fluoroskopi, atau digunakan

bersama dengan perangkat fiksasi lain pada prosedur terbuka.

b. Sekrup

Terdapat bermacam-macam sekrup fiksasi. Semua

sekrup terdiri atas empat bagian: kepala, batang, alur, dan ujung.

Kepala sekrup dapat berbentuk heksagonal, bersilangan,

berlubang, atau berdesain Phillips dan menentukan jenis obeng

yang akan digunakan. Batang sekrup adalah bagian halus antara

kepala dan alur. Alur adalah bagian yang mengjangkarkan

fragmen dan mencegah sekrup terlepas. Ujung sekrup mungkin

bulat dan memerlukan perlubangan sebelumnya (pretapping),

atau bergalur dan self-tapping.

Sekrup kortikal dirancang untuk digunakan pada tulang

kortikal dan biasanya beralur di seluruh panjangnya. Sekrup

retikular (cancellous), yang dirancang untuk digunakan pada

tulang retikular berongga, memiliki alur yang lebih besar dan

alurnya tidak terdapat diseluruh panjangnya. Sekrup maleolar

adalah sekrup tipe retikular dengan ujung trefin self-tapping. Ahli

bedah kadang-kadang menggunakan sekrup lag. Sekrup lag

bukanlah jenis sekrup khusus tetapi hanyalah sekrup retikular

yang digunakan dengan cara tertentu. Secara spesifik, sekrup lag

diletakkan sedemikian rupa sehingga sekrup berputar bebas

melalui fragmen yang terletak di dekat kepala sekrup dan hanya

tersangkut pada fragmen yang berlawanan.

c. Lempeng

Sekrup dapat digunakan tersendiri atau bersama dengan

lempeng/pelat untuk memfiksasi berbagai jenis fraktur. Seperti

sekrup, tersedia bermacam-macam rancangan dan ukuran

lempeng yang mungkin memiliki satu atau lebih fungsi yang

berbeda-beda. Russell (1992) membagi berbagai jenis lempeng

menjadi empat kategori fungsional: netralisasi, kompresi,

penunjang, dan jembatan. Lempeng harus difiksasi ke tulang baik

di atas maupun di bawah fraktur.

Page 31: ORIF kel 4

I. Gizi

-diit tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP)

- bervitamin, terutama vitamin D

-makanan mengandung kalsium tinggi, magnesium, dan fosfor.

ASKEP

Kasus

Sdr. K (20 tahun) dirawat di ruang Xaverius RS. Elisabeth karena terjatuh dari

tangga, dari hasil pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri skala 6, nyeri

seperti dipukul pada kaki kanan, bertambah jika digerakkan. Dari hasil foto

rontgen didapatkan fraktur cruris di 1/3 proximal tibia. TTV : TD 120/70 mmHg,

RR 18 x/mnt, Nadi 88 x/mnt, T 370C, Leukosit 7000 / mm3.

DS : Klien mengatakan jatuh dari tangga, klien mengeluh nyeri skala 6, seperti

dipukul pada kaki kanan, bertambah jika digerakkan.

DO : Hasil foto rontgen didapatkan fraktur cruris di 1/3 proksimal tibia, TD 120/70

mmHg, RR 120/70 mmHg, RR 18 x/mnt, T 370C.

ANALISA DATA

Tgl/JamNo.

DPData Masalah Etiologi

25/6/201

2

1. DS : Klien mengatakan jatuh

dari tangga, klien mengeluh

nyeri skala 6, seperti dipukul

pada kaki kanan, bertambah

jika digerakkan.

DO : Hasil foto rontgen

didapatkan fraktur cruris di

1/3 proksimal tibia, TD

120/70 mmHg, RR 120/70

mmHg, RR 18 x/mnt, T 370C.

Hambatan

mobilitas fisik

Nyeri,

Gangguan

muskuloskeletal

Page 32: ORIF kel 4

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, gangguan muskuloskeletal

ditandai dengan klien mengatakan jatuh dari tangga, klien mengeluh nyeri skala 6,

seperti dipukul pada kaki kanan, bertambah jika digerakkan, hasil foto rontgen

didapatkan fraktur cruris di 1/3 proksimal tibia, TD 120/70 mmHg, RR 120/70

mmHg, RR 18 x/mnt, T 370C.

INTERVENSI

Tgl/JamNo.

DPTujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

25/6/201

2

1. Hambatan mobilitas fisik

teratasi setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama

7x24 jam dengan kriteria hasil:

Pasien tidak mengeluh nyeri

Skala nyeri 0

TTV normal:

TD sistol 110 – 130

mmHg

diastol 70 – 90 mmHg

Nadi 60 – 100 x/mnt

RR 16 – 20 x/mnt

T 36,5 – 37,50C

Indeks Katz : A

1. Monitor TTV

2. Monitor skala nyeri

3. Bantu ADL pasien

1. Pasien dengan

hambatan mobilitas

fisik perlu dimonitor

TTV untuk mengetahui

perubahan status

hemodinamika pasien.

2. Pada pasien yang

mengalamai nyeri perlu

dimonitor skala nyeri

karena nyeri bisa

meningkatkan RR pada

pasien.

3. Pasien dengan

Hambatan mobilitas

fisik harus dibantu

ADLnya untuk

Page 33: ORIF kel 4

4. Dekatkan barang-

barang pasien

5. Ajarkan tekhnik

relaksasi nafas

dalam

6. Libatkan keluarga

dalam pemenuhan

ADL pasien

7. Lakukan tirah

baring 2 jam sekali

mengurangi resiko

cidera yang berlanjut

pada pasien.

4. Mendekatkan barang-

barang pasien itu perlu

diperhatikan agar

pasien bisa dengan

mudah mengambil

barang sesuai yang

diinginkan.

5. Tehnik relaksasi nafas

dalam bisa memberikan

rasa rileks pada pasien

karna udara yg masuk

maksimal sehingga rasa

nyeri yang dirasakan

bisa berkurang.

6. Keluarga perlu

dilibatkan agar

keluarga bisa mengerti

dan membantu

pemenuhan ADL

pasien.

7. Hambatan mobilitas

fisik membuat pasien

tidak beraktivitas

secara normal,sehingga

perlu dilakukan tirah

baring untuk mencegah

resiko terjadinya

dekubitus.

Page 34: ORIF kel 4

8. Kolaborasi

pemberian analgetik

9. Kolaborasi

pembedahan

8. Analgetik bisa

menghambat stimulus

nyeri sehingga pasien

perlu diberikan

analgetik untuk

mengurangi rasa nyeri.

9. Pasien dengan fraktur

cruris di 1/3 proksimal

tibia perlu dilakukan

pembedahan untuk

memulihkan fungsi

normal pada tulang.

Page 35: ORIF kel 4

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Fraktur merupakan Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang

dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot

Dalam proses pembentukan tulang, tulang mengalami regenerasi yaitu

pergantian tulang-tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru

yang masih muda, proses ini berjalan seimbang sehingga terbentuk

puncak massa tulang. Setelah terbentuk puncak massa tulang, tulang

masih mengalami pergantian tulang yang sudah tua dengan tulang yamg

masih muda, tapi proses ini tidak berjalan seimbang dimana tulang yang

diserap untuk diganti lebih banyak dari tulang yang akan menggantikan,

maka terjadi penurunan massa tulang, dan bila keadaan ini berjalan terus

menerus, akan terjadi osteoporosis

Page 36: ORIF kel 4
Page 37: ORIF kel 4

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC.

Price & Wilson. 2005. PATOFISIOLOGI:Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Edisi 6. Jakarta:EGC.

http://dc343.4shared.com/doc/0b9duxZS/preview.html

http://wwwaskep.blogspot.com/2010/01/askep-orif-open-reduction-and-

internal.html

http://theogeu.blog.com/2010/12/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-

dengan-post-orif-akibat-fraktur-cruris/

http://www.docstoc.com/docs/48037764/patofisiologi-fraktur