MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL
ASKEP ORIF
Disusun Oleh Kelompok 4 :
Desi Nabela 201011023
Eka Yulianti 201011027
Elisabet Wahyu Ajar Wulan 201011031
Endah Purnamasari 201011034
Fahnur Rahman 201011037
Fitriyani 201011039
Genesius Sutriajaya 201011042
Lusia Winanti 201011055
STIKES ST.ELISABETH SEMARANG
2011/2012
Kata pengantar
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih
karunia, sehinga kami dapat menyelesaikan makalah fraktur dengan ORIF. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Oang Tua kami yang telah mendukung kami untuk menyelesaikan makalah
ini.
2. Sr. Hedwig Parini, OSF.MSN
3. Dosen pengampu M.A. Ermi Tri S.Kep,NS
4. Teman – teman sekelas yang telah membantu dalam proses menyelesaikan
makalah ini.
5. Bpk. Tikno yang telah menyediakan buku sebagai referensi kami dalam
pembuatan makalah fraktur dengan ORIF.
6. Bpk. Agus yang telah menyediakan fasilitas hot spot untuk menanbah
referensi untuk melengkapi materi makalah fraktur dengan ORIF.
Terima kasih juga untuk pihak – pihak yang sudah membatu kami, yang tidak
bisa kami sebutkan satu persatu. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada para
pembaca.
Semarang, 25 Juni 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Insiden kecelakaan merupakan salah satu dari lima masalah
kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri. Kelima
masalah kesehatan utama tersebut adalah kecelakaan, penyakit
kardiovaskuler, kanker, penyakit degeneratif dan gangguan gangguan
jiwa.
(DepkesRI,2007)
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat
lebih dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan
sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden
kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur
ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelekaan yang
terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas
tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain
seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian
fraktur.(Depkes RI, 2007)
2. Tujuan
Tujuan Umum
- Agar mahasiswa lebih memahami dan paham tentang penyakit Fraktur
Femur dengan penatalaksanaan ORIF
Tujuan Khusus
- Agar mahasiswa mengerti definisi penyakit fraktur
- Agar mahasiswa tahu tentang klasifikasi fraktur
- Agar mahasiswa mengerti penyebab dari fraktur
- Agar mahasiswa mengetahui tanda dan gejala fraktur
BAB II
ISI
1. Struktur tulang dan otot
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.
ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietic, yang
membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk
penyimpanan dan mengatur kalsium dan fosfat.
Komponen-komponen non-seluler utama dari jaringan tulang adalah
mineral-mineral dan matriks organic (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan
fosfat membentuk suatu garam Kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada
matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral ini memampatkan
kekuatan tulang. Matriks organic tulang disebut juga sebagai suatu osteoid.
Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan
daya rentang tinggi pada tulang. Materi organic lain yang juga menyusun
tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.
Hampir semua tulang berongga di tengahnya. Struktur demikian
memaksimalkan kekuatan structural tulang dengan bahan yang relatif kecil
atau ringan. Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen dan mineral
dalam jaringan tulang. Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau
lamellar. Tulang yang berbentuk anyaman terlihat saat pertumbuhan cepat,
seperti sewaktu perkembangan janin atau sesudah terjadinya patah tulang,
selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh tulang yang lebih dewasa yang
berbentuk lamelar. Pada orang dewasa, tulang anyaman ditemukan pada
insersi ligamentum atau tendon. Tumor sarcoma osteogenik terdiri dari tulang
anyaman. Tulang lamellar terdapat di seluruh tubuh orang dewasa. Tulang
lamellar tersusun dari lempengan-lempengan mineral yang sangat padat dan
bukan merupakan suatu massa kristal yang padat. Pola susunan semacam ini
melengkapi tulang dengan kekuatan yang besar.
Diafisis atau batang, adalah bagian tengah tulang yang berbentuk
silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang
besar. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akar
batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang
spongiosa yang mengandung sel-sel hematopoetik. Sumsum-sumsum merah
terdapat juga di bagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak, sumsum-
sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam tulang panjang, tetapi
kemudian diganti oleh sumsum kuning sejalan dengan semakin dewasanya
anak tersebut. Pada orang dewasa aktivitas hematopoietic menjadi terbatas
hanya pada sternum dan Krista iliaka, walaupun tulang-tulang masih
berpotensi untuk aktif lagi bila diperlukan. Sumsum kuning yang terdapat
pada diafisis tulang orang dewasa tertama terdiri dari sel-sel lemak.
Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup
luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis
adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan
menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan
sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan
memanjang tulang berhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang
disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan
berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan
tulang panjang mempunyai arteria nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari
arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses
penyembuhan suatu tulang yang patah.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis sel :
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau
jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang
aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar
fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam mengendapkan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali
akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di
dalam darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan
tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker
tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas
adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas
mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang,
sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
Pada manusia, rangka dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu rangka aksial
(membentuk sumbu tubuh, meliputi tengkorak, kolumna vertebra, dan toraks) dan
rangka apendikular (meliputi ekstremitas superior dan inferior).
Berdasarkan bentuknya dan ukurannya, tulang dapat dibagi menjadi beberapa
penggolongan:
1. Tulang panjang, yaitu tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai, dan
kaki (kecuali tulang-tulang pergelangan tangan dan kaki). Badan tulang ini
disebut diafisis, sedangkan ujungnya disebut epifisis.
2. Tulang pendek, yaitu tulang-tulang pergelangan tangan dan kaki.
3. Tulang pipih, yaitu tulang iga, bahu, pinggul, dan kranial.
4. Tulang tidak beraturan, yaitu tulang vertebra dan tulang wajah
5. Tulang sesamoid, antara lain tulang patella dan tulang yang terdapat di
metakarpal 1-2 dan metatarsal 1.
Rangka aksial
-Tengkorak
Tengkorak tersusun atas tulang kranial dan tulang wajah. Tulang kranial tersebut
meliputi:
Tulang frontal
Tulang frontal merupakan tulang kranial yang berada di sisi anterior, berbatasan
dengan tulang parietal melalui sutura koronalis. Pada tulang frontal ini terdapat suatu
sinus (rongga) yang disebut sinus frontalis, yang terhubung dengan rongga hidung.
Tulang temporal
Terdapat dua tulang temporal di setiap sisi lateral tengkorak. Antara tulang temporal
dan tulang parietal dibatasi oleh sutura skuamosa. Persambungan antara tulang
temporal dan tulang zigomatikum disebut sebagai prosesus zigomatikum. Selain itu
terdapat prosesus mastoid (suatu penonjolan di belakang saluran telinga) dan meatus
akustikus eksternus (liang telinga).
Tulang parietal
Terdapat dua tulang parietal, yang dipisahkan satu sama lain melalui sutura sagitalis.
Sedangkan sutura skuamosa memisahkan tulang parietal dan tulang temporal.
Tulang oksipital
Tulang oksipital merupakan tulang yang terletak di sisi belakang tengkorak. Antara
tulang oksipital dan tulang parietal dipisahkan oleh sutura lambdoid. Di dasar tulang
oksipital terdapat foramen magnum, suatu foramen yang menghubungkan otak dan
medula spinalis. Di sisi foramen magnum terdapat condyles, suatu penonjolan yang
menghubungkan oksipital dengan tulang atlas (C1).
Tulang sphenoid
Tulang sphenoid merupakan tulang yang membentang dari sisi fronto-parieto-
temporal yang satu ke sisi yang lain. Secara umum tulang sphenoid dibagi menjadi
greater wing dan lesser wing, di mana greater wing berada lebih lateral dibanding
lesser wing. Kanalis optikus dibentuk oleh tulang ini (lesser wing). Selain itu terdapat
juga sella turcica (yang melindungi kelenjar hipofisis) dan sinus sphenoid (suatu
sinus yang membuka ke rongga hidung).
Tulang ethmoid
Tulang ethmoid merupakan tulang yang berada di belakang tulang nasal dan
lakrimal. Beberapa bagian dari tulang ethmoid adalah crista galli (proyeksi superior
untuk perlekatan meninges), cribriform plate (dasar crista galli, dengan foramen
olfaktori yang melewatkan nervus olfaktori), perpendicular plate (bagian dari nasal
septum) dan konka. Selain itu terdapat juga sinus ethmoid, yang membuka ke rongga
hidung.
Sedangkan tulang wajah meliputi:
Tulang mandibula
Mandibula merupakan tulang rahang bawah, yang berartikulasi dengan tulang
temporal melalui prosesus kondilar.
Tulang maksila
Tulang maksila merupakan tulang rahang atas. Maksila meliputi antara lain prosesus
palatin yang membentuk bagian anterior palatum dan prosesus alveolar yang
memegang gigi bagian atas.
Tulang nasal
Tulang nasal merupakan tulang yang membentuk jembatan pada hidung dan
berbatasan dengan tulang maksila.
Tulang lakrimal
Tulang lakrimal merupakan tulang yang berbatasan dengan tulang ethmoid dan
tulang maksila, berhubungan duktus nasolakrimal sebagai saluran air mata.
Tulang zigomatikum
Tulang zigomatikum merupakan tulang pipi, yang berartikulasi dengan tulang
frontal, temporal dan maksila.
Tulang palatin
Tulang palatin merupakan tulang yang membentuk bagian posterior palatum.
Tulang vomer
Tulang vomer merupakan bagian bawah nasal septum (sekat hidung).
Kolumna vertebra
Kolumna vertebra terbentuk dari tulang-tulang
individual yang disebut sebagai vertebra. Terdapat sekitar 26 vertebra, meliputi 7
vertebra servikal, 12 vertebra torakal, 5 vertebra lumbar, 1 vertebra sakral (yang
terdiri atas 5 vertebra individual) dan 1 vertebra koksigeal (yang terdiri atas 4-5
koksigeal kecil).
Secara umum, bentuk vertebra terdiri atas korpus vertebra, lengkung vertebra,
foramen vertebra, prosesus transversus, prosesus spinosa, prosesus artikular inferior,
prosesus artikular posterior, pedikulus dan lamina.
Terdapat sedikit perbedaan antara vertebra segmen servikal, torakal, dan lumbar:
Pada vertebra segmen servikal, korpus berukuran relatif lebih kecil
dibandingkan segmen torakal dan lumbar. Pada
prosesus transversus terdapat foramen (lubang) transversus, yang fungsinya untuk
melewatkan arteri vertebralis. Artikulasi antara satu vertebra servikal dengan
vertebra servikal lainnya (melalui sendi apophyseal) membentuk sudut sekitar 45
derajat. Khusus untuk segmen C1 (atlas), terdapat facies artikulasi untuk dens axis
(C2) serta facies artikulasi yang agak besar untuk perlekatan dengan oksipital.
Sedangkan pada segmen C2 (axis), terdapat dens axis yang akan berartikulasi
dengan atlas (C1).
Pada vertebra segmen torakal, korpus
berukuran relatif lebih besar dibandingkan segmen servikal namun lebih kecil
dibandingkan dengan segmen lumbar. Tidak ada foramen transversus. Khas pada
vertebra segmen torakal adalah adanya facies untuk artikulasi dengan tulang iga
(kostal). Facies ini ada yang terletak di prosesus transversus dan ada yang terletak
di prosesus spinosa.
Pada vertebra segmen lumbar, korpus berukuran relatif lebih besar
dibandingkan dengan korpus pada segmen servikal dan torakal. Adanya prosesus
asesorius pada prosesus transversus dan prosesus mamilaris pada prosesus
artikulasi superior menjadi ciri khas pada segmen lumbar.
Pada vertebra segmen sakral, bentuknya khas seperti sayap yang melebar
dengan penonjolan ke depan pada artikulasi lumbo-sakral yang disebut sebagai
promontory. Vertebra segmen sakral terdiri atas 5 vertebra individual, yang
dihubungkan satu sama lain melalui celah transversus dan memiliki 8 foramen
sakral. Di bagian posterior terdapat celah yang disebut hiatus sakralis.
Pada vertebra segmen koksigeal, terdiri atas 4-5 segmen koksigeal individual
yang terhubung dengan vertebra segmen sakralis.
Dilihat secara lateral, kolumna vertebra yang tersusun mulai dari servikal hingga
koksigeal membentuk lengkung yang khas, yaitu lordosis servikal, kyphosis torakal,
lordosis lumbar dan kyphosis sakral. Lordosis servikal terbentuk ketika seorang bayi
mulai belajar menegakkan kepalanya (usia 3 bulan), sedangkan lordosis lumbar
terbentuk ketika seorang anak mulai belajar berdiri.
Toraks
Toraks merupakan rangka yang menutupi dada dan melindungi organ-organ penting
di dalamnya. Secara umum toraks tersusun atas klavikula, skapula, sternum, dan
tulang-tulang kostal.
Skapula merupakan tulang yang terletak di sebelah posterior, dan
berartikulasi dengan klavikula melalui akromion. Selain itu, skapula juga
berhubungan dengan humerus melalui fossa glenoid.
Klavikula merupakan tulang yang berartikulasi dengan skapula melalui
akromion, dan di ujungnya yang lain berartikulasi dengan manubrium sternum.
Sternum merupakan suatu tulang yang memanjang, dari atas ke bawah,
tersusun atas manubrium, korpus sternum, dan prosesus xyphoideus. Manubrium
berartikulasi dengan klavikula , kostal pertama, dan korpus sternum. Sedangkan
korpus stenum merupakan tempat berartikulasinya kartilago kostal ke-2 hingga
kostal ke-12.
Tulang-tulang kostal merupakan tulang yang berartikulasi dengan vertebra
segmen torakal di posterior, dan di anterior berartikulasi dengan manubrium dan
korpus sternum. Ada 12 tulang kostal; 7 kostal pertama disebut kostal sejati (karena
masing-masing secara terpisah di bagian anterior berartikulasi dengan manubrium
dan korpus sternum), 3 kostal kedua disebut kostal palsu (karena di bagian anterior
ketiganya melekat dengan kostal ke-7), dan 2 kostal terakhir disebut kostal
melayang (karena di bagian anterior keduanya tidak berartikulasi sama sekali).
Rangka apendikular
Ekstremitas atas
Ekstremitas atas terdiri atas tulang skapula, klavikula, humerus, radius, ulna, karpal,
metakarpal, dan tulang-tulang phalangs.
Skapula
Skapula merupakan tulang yang terletak di sebelah posterior tulang kostal dan
berbentuk pipih seperti segitiga. Skapula memiliki beberapa proyeksi (spina,
korakoid) yang melekatkan beberapa otot yang berfungsi menggerakkan lengan atas
dan lengan bawah. Skapula berartikulasi dengan klavikula melalui acromion. Sebuah
depresi (cekungan) di sisi lateral skapula membentuk persendian bola-soket dengan
humerus, yaitu fossa glenoid.
Klavikula
Klavikula merupakan tulang yang berartikulasi dengan skapula di sisi lateral dan
dengan manubrium di sisi medial. Pada posisi ini klavikula bertindak sebagai
penahan skapula yang mencegah humerus bergeser terlalu jauh.
Humerus
Humerus merupakan tulang panjang pada lengan atas, yang berhubungan dengan
skapula melalui fossa glenoid. Di bagian proksimal, humerus memiliki beberapa
bagian antara lain leher anatomis, leher surgical, tuberkel mayor, tuberkel minor dan
sulkus intertuberkular. Di bagian distal, humerus memiliki beberapa bagian antara
lain condyles, epicondyle lateral, capitulum, trochlear, epicondyle medial dan fossa
olecranon (di sisi posterior). Tulang ulna akan berartikulasi dengan humerus di fossa
olecranon, membentuk sendi engsel. Pada tulang humerus ini juga terdapat beberapa
tonjolan, antara lain tonjolan untuk otot deltoid.
Ulna
Ulna merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi medial pada posisi
anatomis. Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui fossa
olecranon (di bagian posterior) dan melalui prosesus coronoid (dengan trochlea pada
humerus). Artikulasi ini berbentuk sendi engsel, memungkinkan terjadinya gerak
fleksi-ekstensi. Ulna juga berartikulasi dengan radial di sisi lateral. Artikulasi ini
berbentuk sendi kisar, memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Di daerah
distal, ulna kembali berartikulasi dengan radial, juga terdapat suatu prosesus yang
disebut sebagai prosesus styloid.
Radius
Radius merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi lateral pada posisi
anatomis. Di daeraha proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga
memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah distal,
terdapat prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang karpal antara lain
tulang scaphoid dan tulang lunate.
Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang
pendek yang berartikulasi dengan ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung
proksimal dari tulang metakarpal. Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi
geser. Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis,
trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.
Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan bagian
proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal. Persendian
yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan menjadi sangat
fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan
metakarpal memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang
telapak tangan dan memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di
tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.
Tulang-tulang phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di setiap ibu
jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya (phalangs
proksimal, medial, distal). Sendi engsel yang terbentuk antara tulang phalangs
membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk menggenggam
sesuatu.
Ekstremitas bawah
Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal,
dan tulang-tulang phalangs.
Pelvis
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih.
Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan
ischium. Ilium terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra
sakrum, ischium terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian
inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac
crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis
pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut
acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.
Femur
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis
dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah proksimal
terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor, dihubungkan
oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral dan
condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella.
Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.
Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan
fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana
keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga
facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia
memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk
artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.
Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding
dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di
bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan
tulang-tulang tarsal.
Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan tibia
di proksimal dan
dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus, talus, cuboid,
navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan sebagai tulang penyanggah
berdiri.
Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan
dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2
tulang sesamoid.
Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3
phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari
kaki, menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.
2. Fisiologi tulang
Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat
berdiri tegak, Tempat melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya
pembuluh darah, tempat sumsum tulang dan syaraf yang melindungi jaringan
lunak, juga tulang merupakan organ yang dibutuhkan manusia untuk
mengangkat dan membawa barang-barang yang berat. Intinya tulang adalah
organ yang kita butuhkan untuk melakukan aktifits sehari–hari. Sehingga kita
tidak dapat membayangkan bagaimana terganggunya kita bila ada kerusakan
yang terjadi pada tulang kita.
Fungsi tulang secara umum adalah
a. Fungsi mekanik
sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk pergerakan.
Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak
pasif.
b. Fungsi Protektif,
Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum tulang.
c. Fungsi Metabolik,
Sebagai cadangan dan tem pat metabolisme berbagai mineral yang penting
seperti kalsium dan phospat.
d. Fungsi Hemopetik,
berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah.
3. Perkembangan susunan musculoskeletal
Sistem muskulus skeletal sistem otot berkaembang dari lapisan benih
mesoderm (kecuali otot–otot iris, yang terbentuk dari ekstoderm piala optik dan
terdiri dari otot rangka,otot polos, dan otot jantung, otot rangka berasal dari
mesoderm paraksial, yang membentuk somit dari daerah oksipital ke sakral dan
somitomer dikepala. Otot polos berdeferensisai daro mesoderm splanknik
disekitar usus dan derivat-derivatnya, dan otot jantung berasal dari mesoderm
splanknik disekitar tabunh jantung.
Fase pembentukan tulang
Pada fase awal pembentukan terjadi pada minngu k-3 yaitu terbentuk tiga
lapisan yaitu:
- Eksoderm
- Mesoderm
- Endoderm
Sehingga membentuk tulang rawan.Awalnya somit dan somiomer
membentuk otot-otot untuk rangkan aksila, dinding tubuh anggota badan dan
dan kepala. Dari daerahoksipital ke kaudal. Somit membentuk dan derdefisiensi
menjadi sklerotum dan dermomiotom. Sel miotom pada dinding tubuh dan
daerah ekstremitas berdisosiasi. Begerakke tempatnya yang pasti, dan menjadi
memanjang serta membentuk gelendong, sel-sel ini yang disebut mioblas saling
menyatu dan membentuk serabut otot panjang yang berinti majemuk.
Miofibril segera nampak dalam sitoplasma dan menjelang akhir bulan ke-3
nampak gambaran seran lintang yang khas untuk otot rangka. Proses serupa
terjadi pula pada tujuh somitomer yang terletak didaerah kepala disebelah rostral
somit- somit oksipital. Tetapi struktur somitomer tatap longgar, tidak pernah
terpisah-pisah menjadi segmen-segmen sklerotom dan dermiotom. Pola otot
dikendalikan oleh jaringan penyambung dimana mioblas bermigrasi. Didaerah
kepala, jaringan penyambung ini berasal dari sel-sel krista neuralis : didaerah
servikal dan oksipital. Berasal dari moseoderm somit : dan didinding tubuh serta
anggota badan, berasl dari mesodrm somatik .
Pada minggu kelima terbentuk tonjolan ( lim bud) tulang rawan terdiri dari
Hialin, Fibrin, Elastin. Menjelang akhir miggu ke-5, setiap miotom terbagi
menjadi satu bagian dorsal yang kecil, epimer, dan satu bagian vetral yang lebih
besar, hipomer, yang terbentuk karena migrasi sel- sel miotom. Saraf –saraf yang
mempersarafi otot-otot sekmental juga dibagi menjadi samus dorsalis primer
untuk epimer, dan ramus vetralis primer untuk hipomer.
Mioblas-mioblas dari epimer membentuk otot ekstrensor tulang belakang,
sedangkan yang berasal dari hipomer membentuk sistem otot fleksor leteral dan
ventral. Mioblas dari hhipomer servikal membentuk otot skalelus, geniohioideus
muskuli paravertebrali. Mioblas yang berasal dari segmen toraks terbagi menjadi
tiga lapisan yang didada diwakili oleh M. Interkostalis eksterna, M.interkostalis
interna, dan M. Interkostalis bagian dalam atau M. Transversus torakis . pada
dinding perut, ketiga lapisan otot ini terdiri atas M. Oblikus eksternus, M.
Oblikis internus. Dan M. Trasfersus abdomis.
Pada perkembangan minggu ke tujuh terbentuk tulang melalui 2 tahap :
-Langsung : terbentuknya dalam bentuk lembaran-lembaran ,
misalnya : tulang muka, pelvis, skapula, tulang tengkorak.
-Tidak langsung : . obsifikasi sentra terjadi melalui oksifikasi
endokondral. obsikasi perifer terjadi dibawah perikondral.
Otot –otot anggota badan diamati pada minggu k-7 sebagai pemadatan
masenkim didekat tunas anggota badan. Masenkim ini berasal dari sel-sel
darmomiotom somik yng bermigrasi ketunas anggota badan untuk membentuk
otot. Seperti didaerah lainnya, jaringan penyambung menentukan pola
pembentuk otot, dan jaringan ini berasal dari mesorerm somatik, yang juga
menghasilkan tulang-tulang anggota badan.
Pada masa anak-anak sampai usia remaja, secara normal mineral tulang
akan meningkat secara progresif sam-pai mencapai puncaknya pada usia 25 – 28
tahun (wanita) dan usia sekitar 30 – 35 tahun (laki-laki) menurut beberapa ahli
puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti, kemunduran
kepadatan tulang & kekuatan tulang yg progresif (laki-laki & wanita) mulai
terjadi pada awal usia 20-an. Penurunan kepadatan tulang akan disertai dengan
meningkatnya porositas tulang. Wanita cenderung memiliki tulang yang lebih
kecil & area tulang kortikal yang lebih kecil daripada laki-laki. Perubahan
kekuatan tulang juga terjadi pada laki-laki tetapi laki-laki mengalami perubahan
yang tidak terlalu signifikan dibandingkan wanita
4. Energi dan kehidupan
Matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan di bumi.
Fotosintesis merupakan mekanisme unik yang di gunakan oleh alam untuk
mentransformasi energi cahaya menjadi energi kimiawi, bentuk energi yang
digunakan untuk organisme hidup. Organisme fotosintetik mengubah energi matahari
menjadi energi kimiawi melalui produksi biomolekul, yang kemudian digunakan
sebagai bahan bakar dalam memenuhi kebutuhan energi untuk proses kehidupan.
Karena bentuk kehidupan nonfotosintetik tidak dapat menggunakan energi cahaya
untuk memenuhi kebutuhan energinya, maka mereka harus mengandalkan energi
kimiawi dari nutrien biomolekular, contohnya gula dan lemak. Aliran energi
biologi dalam susatu organisme mencakup pelepasan, pelestarian, dan penggunaan
energi kimia. Penjelasan mekanisme dasar yang menentukan produksi dan
penggunaan energi oleh organisme hidup telah memberikan pada ilmuwan biologi
suatu set konsep pemersatu disebut prinsip bioenergetika , yang secara efektif
menjelaskan penggunaan energi alam dalam istilah molekular.
Adenosin trifosfat,ATP,merupakan karier utama energi untuk semua bentuk
kehidupan .Sintesis dan hidrolisis ATP merupakan titik yang sangat penting, masing-
masing uantuk pelestarian dan pengguanaan energi kimiawi. ATP pertama kali
diisolasi dari otot pada tahun 1929 di Amerika serikat oleh cyrus.H fiske dan
yellapragada subbarow,dan secara indipenden, di jerman oleh karl lohman. Namun
baru pada dasawarsa selanjutnya, peranan sentral dari ATP dalam transfer energi
mulai dikenal. Pada tahun 1941,Fritz lipmann,dibantu dengan konstribusi oleh
herman kalokar, membuat hipotesis sifat siklik dari keterlibatan ATP dalam proses
bioenergetika, dan dalam proposal nya menulis : Tidak dapat diberikan jawaban yang
pasti terhadap pertanyaan mengenai bagaimana gugusan fosfat yang tinggi potensial
beroperasi sebagai promotor dari berbagai proses, walaupun secara longgar dapat
dikenali terdapatnya interkoneksi yang kurang lebih dapat dipastikan dengan
pengalihan fosfat siklus metabolik dapat dibandingakan dengan susatu mesin yang
membangkitkan arus listrik pada keyataan, tampak bahwa dalam organisasi selular
“arus” fsfat memainkan bagian yang sama seperti halnya arus listrik dalam
kehidupan manusia. Juga merupakan suatu bentuk energi yang di gunakan untuk
semua keperluan.
Untuk mengerti analogi di atas antara energi kimia ATP dari energi listrik, perlu
untuk menghargai aspek termodinamika dari reasi metabolik yang menjelaskan
kecakapan alami dalam penggunaan hukum termodinamika.
Perubahan maksimum dalam energi bebas dari suatu reaksi disebut ΔG, yang
dinyatakan dalam kalori per mol.Suatu nilai ΔG negatif menunjukkan suatu reaksi
akstergonik atau spontan yang melepaskan energi bebas.sebaliknya , suatu ΔG yang
positif menunjukkan suatu reaksi endregonik yang memerlupan suatu input dari
energi bebas. Termodinamika dari suatu reaksi , sering dinyatakan sebagai ΔG0
merupakan perubahan energi bebas yang di tentukan pada keseimbangan dibawah
keadaan eksperimental pada PH 7. Sistem kehidupan mengandalkan reaksi
eksergonik dalam kebutuhan energinya , dengan hidrolisis adenosin trifospat (ATP)
yang merupakan reaksi penghasil utama. ATP di hidrolisis menjadi ADP maupun Pi
atau menjadi AMP dan TPi : hidrolisis yang di sebut terakhir ini biasa nya
merupakan suatu reaksi yang secara fisiologis ireversibel karena hidrolisis selanjut
nya dari TPi biomolekul lain , contohnya fosfoenolpirufat dan asam 1,3-
bisfosfogliserat, Disampaing ATP memiliki ΔG0 negatif yang besar dari hidrolisis,
yang juga mempunyai peranan penting dalam proses bioenergitika organisme.
Terdapat sejumlah faktor yang dapat merupakan penyebab dari nilai ΔG0 negatif
besar yang di peroleh melalui hidrolisis biomolekul tertentu, termasuk dengan
ketegangan ikatan dalam reaktan karena penolakan elektrostastis interna, ionisasi
atau isimerisasi dari produk, stabilisasi produk oleh bentuk resonasi dan efeksolvasi
Sintesis dari ribonukleosida di- dan trifosfat melalui fosforilisasi dari
ribonukleosid mono – dan disfosfat, masing-masing dengan enzim nukleusida
monofosfat dan nukleusida difosfat kinase yang mengkataliskan reaksi . ATP
biasanya merupakan donor gugusan fosfat utama dalam sitesis ini. Untuk produksi
prekursor deoksiribonukleosida trifosfat dari DNA, sebagian besar organisme
mengubah ribonukleusida difosfat menjadi deoksiribonukleosida difosfat,yang
kemudian difosforilasi oleh nukleusida difosfat kinase.
5. Nutrisi tulang
Kalsium
Sebagian besar kalsium berada di dalam tulang dan gigi. Diperkirakan hanya
satu persen kalsium yang ada di dalam tubuh, sementara sisanya ada dalam
tulang dan gigi. Kalsium yang cukup dapat membantu mempertahankan
massa tulang. Pada orang dewasa, selain membantu kerja otot dan sistem
saraf, kalsium juga sangat penting untuk memperlambat osteoporosis dan
mengatur pembekuan darah bila Anda terluka.
Untuk Anda yang berusia 19-50 tahun, kebutuhan kalsium hariannya
mencapai 1.000 mg. Untuk usia di atas 51 tahun, Anda memerlukan kalsium
per harinya sekitar 1.200 mg. Bayi dan anak-anak pun memubuhkan kalsium
yang cukup. Kebutuhan kalsium per hari untuk bayi mencapai 300-400 mg,
sementara untuk anak-anak 500-800 mg per hari.
Kalsium ini dapat diperoleh dari makanan yang sehari-hari Anda makan.
Misalnya, tahu dan tempe. Bisa juga Anda mendapatkannya dari susu, telur,
daging, ikan, bayam, dan brokoli. Bagi Anda penggemar ceker ayam, perlu
diketahui bahwa ceker ayam mengandung zat hydroxyapatite. Zat ini,
memiliki komponen yang sama dengan komponen tulang dan lapisan keras
mamalia.
Vitamin D
Vitamin D memiliki peran penting dalam membantu penyerapan kalsium
oleh tulang. Dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung Vitamin D
dapat membantu meningkatkan penyerapan kalsium 2,5 kali. Kebutuhan
kalsium per hari mencapai 200 IU sampai 400 IU. Untuk mendapatkan
Vitamin D tersebut, Anda bisa mengkonsumsi makanan seperti kerang, keju,
kuning telur, sereal, roti gandum, ikan salmon, butter dan margarin.
Vitamin K1
Vitamin yang satu ini mampu mengaktifkan protein tulang untuk mengunci
nutrisi penting ke dalam struktur tulang yang membuat tulang menjadi kuat
dan sehat. Vitamin ini bisa Anda peroleh dengan mengkonsumsi makanan
seperti bayam, susu, telur, brokoli, dan minyak sayur seperti zaitun. Setiap
harinya Anda membutuhkan asupan vitamin ini sebanyak 150 mcg.
Magnesium
Magnesium memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan kalsium dalam
tubuh dan membantu memelihara kekuatan tulang. Dalam sehari, Anda
membutuhkan sekitar 300-400 mg magnesium. Untuk bisa memenuhinya,
Anda bisa mengkonsumsi makanan seperti beras merah, sayuran hijau, atau
kacang-kacangan. Jika Anda ingin yang lebih mudah, Anda bisa mencoba
oatmeal.
Zinc
Zinc dapat mencegah kerusakan tulang, berperan dalam pembentukan
kolagen untuk pembentukan tulang, serta membantu jalannya oksigen ke sel
darah yang berguna untuk mengatasi kerusakan pada sendi. Anda dapat
memperoleh zinc pada bayam, kacang-kacangan, gandunm, daging ayam
atau sapi, dan asparagus. Setiap harinya, Anda cukup memenuhi kebutuhan
zinc sebesar 8-11 mg.
Vitamin C
Vitamin yang banyak ditemukan pada buah-buahan dan sayuran ini, akan
membantu dalam proses pembentukan tulang dan tulang rawan. Jika ingin
memiliki jaringan sendi yang sehat, Anda harus mengkonsumsi vitamin yang
satu ini secara cukup. Per hari Anda membutuhkan 500-1000 mg Vitamin C.
Vitamin E
Vitamin E dapat diperoleh dengan mengkonsumsi kacang-kacangan,
kecambah, pisang, strawberry, mentega dan asparagus. Vitamin yang satu ini
akan membantu meningkatkan oksigen ke otot dengan meningkatkan
kemampuan gerak otot dan tulang. Sebanyak 400 IU per hari sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan vitamin E Anda.
Protein
Protein merupakan zat utama untuk membentuk matriks tulang. Protein
memiliki peran seperti rangka yang memberikan struktur, dukungan dan
fleksibilitas. Protein ini dapat Anda temukan di dalam susu, ikan, tahu,
tempe, dan putih telur. Kebutuhan protein bagi tubuh per harinya 0,8 gr
sampai 1,5 gr per kilogram berat badan.
Fosfor
Fosfor sangat membantu dalam pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan
harian fosfor mencapai 500 gr per hari. Anda dapat memenuhinya dengan
mengkonsumsi telur dan ikan.
Vitamin B
Dengan mengkonsumsi makanan mengandung vitamin B sebanyak 50 mg
per hari, Anda akan membantu tubuh untuk memperbaiki fungsi-fungsi
selnya, terutama tulang dan saraf halus. Daging, telur, hati, ikan, susu dan
kacang-kacangan adalah produk makanan yang mengandung vitamin B.
Asam folat
Asam folat memiliki peran dalam proses sintesis DNA. Kebutuhan hariannya
mencapai 400 mg sampai 600 mg dan Anda dapat menemukannya pada
bayam dan brokoli.
Flouride
Mungkin Anda sering mendengarnya terdapat di pasta gigi. Flouride ini
membantu untuk memperkuat tulang dan gigi. Kandungan flouride ternyata
terkandung juga pada air putih dan ikan laut.
6. Proses penyembuhan tulang
Tulang dapat sembuh dalam satu atau dua cara setelah trauma (patah).
Periosteal atau callus eksternal terbentuk dalam metode tertutup. Darah
disuplai ke sekitar jaringan lunak dan di daerah sekitar tempat trauma untuk
proses penyembuhan.
Ada lima tahap untuk penyembuhan patah tulang, yaitu (1) pembentukan
hematoma dalam 1-3 hari, (2) pembentukan fibrokartilago dalam 3 hari- 2
minggu, (3) pembentukan callus, 2-6 minggu, (4) osifikasi 3 minggu- 6
bulan, (5) konsolidasi dan pemodelan tulang kembali, dalam 6 minggu- 1
tahun. Lima tahap ini dapat dikelompokkan dalam tiga fase, (1) fase
inflamasi, (2) fase perbaikan (tahap2-4), (3) fase pemodelan kembali.
Tahap 1 dimulai ketika hematom terbentuk pada lokasi trauma. Ukuran
hematom tergantung pada kerusakan yang terjadi pada lokasi fraktur.
Hematom sering menetap sampai fraktur sembuh.
Penyembuhan berlanjut selama tahap 2 dengan pembentukan jaringan yang
mengandung pembuluh darah, fibroblas, dan osteoblas. Hematom
menyediakan dasar untuk perbaikan jaringan dan penyembuhan tulang.
Callus terbentuk selama tahap 3 setelah pematangan jaringan granulasi. Jika
callus tidak terbentuk, tahap akhir tidak akan terjadi.
Tahap 4 atau osifikasi terjadi ketika tulang yang patah menyatu. Callus,
secara perlahan akan digantikan oleh tulang dan callus yang tidak penting
akan direabsorpsi.
Tahap 5 adalah tahap pemodelan kembali dimana tulang dibentuk seperti semula
untuk bisa berfungsi dengan baik. ( Copstead and Banasik, 2000, page:1130)
7. Patofisiologi fraktur cruris dengan penatalaksanaan ORIF
A. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat, 2004).
Fraktur cruris adalah adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya,terjadi pada tulang tibia dan fibula. (Brunner &
Suddarth, 2001).
Sedangkan cruris dextra adalah tungkai bawah kanan yang terdiri dari dua
tulang panjang yaitu tulang tibia dan fibula. Lalu 1/3 distal adalah letak
suatu patahan terjadi pada bagian 1/3 bawah dari tungkai. Jadi pengertian
dari fraktur cruris dextra 1/3 distal adalah patah tulang yang terjadi pada
tulang tibia dan fibula yang terletak pada 1/3 bagian bawah sebelah kanan.
B. Etiologi
a.Trauma direk (langsung), menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya
kekerasan/trauma itu, misalnya trauma akibat kecelakaan
b.Trauma indirek (tidak langsung), menyebabkan patah tulang di tempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan, yang patah biasanya bagian
yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c.Patologis, disebabkan oleh adanya proses patologis misalnya tumor,
infeksi dan osteoporosis tulang karena disebabkan oleh kekuatan tulang
yang berkurang dan disebut patah tulang patologis.
d.Kelelahan / stress, misalnya pada olahragawan mereka yang baru saja
meningkatkan kegiatan fisik .
C. Jenis fraktur
Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
fraktur tidak komplet : patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
fraktur tertutup (simpel) : tidak menyebabkan robeknya kulit.
fraktur terbuka (komplikata/kompleks) : merupakan fraktur dengan pada
luka pada kulit / membrane mukosa sampai ke patahan tulang. fraktur
terbuka dibagi menjadi 3, yaitu :
- Grade I : luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya.
-Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
-Grade III : luka menjadi sangat terkontaminasi dan mengalami
kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.
Fraktur menurut pergeseran anatomis fragmen tulang dibagi menjadi :
fraktur bergeser dan tidak bergeser.
Jenis khusus fraktur, dibagi menjadi :
Greenstick :fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sementara sisi
lain membengkok.
Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.
Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih
tidak stabil disbanding transversal).
Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang.
Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
Kompresi : fraktur dimana tulang mengalami kompresi, terjadi pada
tulang belakang.
Patologik : fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (Krista
tulang, penyakit Paget, metastasis tulang, tumor).
Avulsi : tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada
perlekatannya.
Epifiseal : fraktur melalui epifisis.
Impaksi : fraktur dimana fragmen tulang terdorong kef ragmen tulang
lainnya.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan
warna.
nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktr merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa),
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada
fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba). Ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melekatnya otot.
pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain 2,5 – 5 cm
(1 – 2 inchi).
saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya. (uji krepitus dapat mengakibatkab kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat)
pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi
sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
Tanda ini baru bisa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah
cedera.
E. Patofisiologi
Fraktur terjadi bila tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot esktrem.
Meskipun tulang patah dan jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh,
mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,
dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh
darah (Brunner dan Suddarth, 2001: 2357).
Fraktur sering terjadi pada tulang rawan, jika tulang mengalami fraktur,
maka periosteum darah dari korteks marrow dan jaringan sekitarnya rusak,
terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang. Terbentuklah
hematoma di kanal medulla, jaringan ini merangsang kecenderungan untuk
terjadi peradangan yang ditandai dengan vasodilatasi, pengeluaran plasma
dan leukosit dan infiltrasi dari sel-sel darah putih yang lain (Corwin, 2000:
299).
F. Farmakologi
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
H. Penatalaksanaan medis (ORIF)
Reduksi terbuka dan fiksasi internal ( RTFI) adalah metode yang luas
digunakan untuk terapi fraktur. Metode ini memerlukan reduksi
pembedahan terbuka dan pemasangan pin, sekrup, kawat, paku, batang,
dan/atau lempeng untuk mempertahankan reduksi. Perangkat fiksasi internal
tersedia dalam berbagai bentuk dan konfigurasi untuk digunakan pada
berbagai ukuran tulang dan jenis fraktur.
Indikasi
Indikasi redukksi terbuka dan fiksasi internal meliputi reduksi
fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani
dengan metode terapi lain, terbukti tidak memberi hasil yang
memuaskan. Kelompok yang terakhir adalah fraktur leher femoralis,
fraktur lengan bawah distal, dan fraktur intra artikuler disertai
pergeseran. Indikasi ketiga adalah untuk fraktur avulsi mayor yang
disertai oleh gangguan signifikan pada struktur otot tendon.
Metode RTFI untuk terapi fraktur memungkinkan ahli bedah
melihat secara langsung kerusakan pada struktur-struktur disekitar
fraktur, untuk membersihkan dan memperbaiki tempat fraktur sesuai
keperluan, dan untuk melakukan penyatuan anatomis fraktur yang
kompleks. Selain itu, proses penyembuhan tidak memerlukan
imobilisasi berkepanjangan. Kekurangan RTFI meliputi perlunya
anestesi umum dan peningkatan resiko infeksi yang terjadi pada
semua prosedur terbuka.
Kontraindikasi
Russel (1992) mencatat bahwa fiksasi internal umumnya
dikontraindikasikan untuk situasi berikut :
1. Tulang osteoporotik terlalu rapuh untuk menerima implant
2. Jaringan lunak di atasnya berkualitas buruk
3. Terdapat infeksi, atau
4. Adanya fraktur comminuted yang parah yang menghambat
rekonstruksi
Jenis implan fiksasi interna
Beragamnya jenis implan ortopedik cukup memusingkan
kecuali bagi perawat perioperatif ortopedik yang paling
berpengalaman. Secara prosedural, sebagian besar RTFI biasanya
serupa. Namun, instrumen dan implan yang digunakan bervariasi dan
terutama bergantung pada jenis fraktur yang akan diperbaiki.
Pengetahuan mengenai berbagai implan dan jenis instrumen yang
diperlukan untuk memasang nya akan sangat membantu kemampuan
perawat perioperatif membuat rencana keperawatan yang efektif.
a. Fiksasi pin dan kawat
Untuk fiksasi fraktur kecil di daerah metafisis dan
epifisis kaki distal, lengan bawah dan tangan sering digunakan
kawat Kirschner atau pin Steinmann. Keduanya juga dapat
digunakan bersama dengan reduksi tertutup fraktur falang dan
metakarpal yang mengalami pergeseran. Kawat dan pin dapat
dimasukkan secara perkutis di bawah fluoroskopi, atau digunakan
bersama dengan perangkat fiksasi lain pada prosedur terbuka.
b. Sekrup
Terdapat bermacam-macam sekrup fiksasi. Semua
sekrup terdiri atas empat bagian: kepala, batang, alur, dan ujung.
Kepala sekrup dapat berbentuk heksagonal, bersilangan,
berlubang, atau berdesain Phillips dan menentukan jenis obeng
yang akan digunakan. Batang sekrup adalah bagian halus antara
kepala dan alur. Alur adalah bagian yang mengjangkarkan
fragmen dan mencegah sekrup terlepas. Ujung sekrup mungkin
bulat dan memerlukan perlubangan sebelumnya (pretapping),
atau bergalur dan self-tapping.
Sekrup kortikal dirancang untuk digunakan pada tulang
kortikal dan biasanya beralur di seluruh panjangnya. Sekrup
retikular (cancellous), yang dirancang untuk digunakan pada
tulang retikular berongga, memiliki alur yang lebih besar dan
alurnya tidak terdapat diseluruh panjangnya. Sekrup maleolar
adalah sekrup tipe retikular dengan ujung trefin self-tapping. Ahli
bedah kadang-kadang menggunakan sekrup lag. Sekrup lag
bukanlah jenis sekrup khusus tetapi hanyalah sekrup retikular
yang digunakan dengan cara tertentu. Secara spesifik, sekrup lag
diletakkan sedemikian rupa sehingga sekrup berputar bebas
melalui fragmen yang terletak di dekat kepala sekrup dan hanya
tersangkut pada fragmen yang berlawanan.
c. Lempeng
Sekrup dapat digunakan tersendiri atau bersama dengan
lempeng/pelat untuk memfiksasi berbagai jenis fraktur. Seperti
sekrup, tersedia bermacam-macam rancangan dan ukuran
lempeng yang mungkin memiliki satu atau lebih fungsi yang
berbeda-beda. Russell (1992) membagi berbagai jenis lempeng
menjadi empat kategori fungsional: netralisasi, kompresi,
penunjang, dan jembatan. Lempeng harus difiksasi ke tulang baik
di atas maupun di bawah fraktur.
I. Gizi
-diit tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP)
- bervitamin, terutama vitamin D
-makanan mengandung kalsium tinggi, magnesium, dan fosfor.
ASKEP
Kasus
Sdr. K (20 tahun) dirawat di ruang Xaverius RS. Elisabeth karena terjatuh dari
tangga, dari hasil pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri skala 6, nyeri
seperti dipukul pada kaki kanan, bertambah jika digerakkan. Dari hasil foto
rontgen didapatkan fraktur cruris di 1/3 proximal tibia. TTV : TD 120/70 mmHg,
RR 18 x/mnt, Nadi 88 x/mnt, T 370C, Leukosit 7000 / mm3.
DS : Klien mengatakan jatuh dari tangga, klien mengeluh nyeri skala 6, seperti
dipukul pada kaki kanan, bertambah jika digerakkan.
DO : Hasil foto rontgen didapatkan fraktur cruris di 1/3 proksimal tibia, TD 120/70
mmHg, RR 120/70 mmHg, RR 18 x/mnt, T 370C.
ANALISA DATA
Tgl/JamNo.
DPData Masalah Etiologi
25/6/201
2
1. DS : Klien mengatakan jatuh
dari tangga, klien mengeluh
nyeri skala 6, seperti dipukul
pada kaki kanan, bertambah
jika digerakkan.
DO : Hasil foto rontgen
didapatkan fraktur cruris di
1/3 proksimal tibia, TD
120/70 mmHg, RR 120/70
mmHg, RR 18 x/mnt, T 370C.
Hambatan
mobilitas fisik
Nyeri,
Gangguan
muskuloskeletal
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, gangguan muskuloskeletal
ditandai dengan klien mengatakan jatuh dari tangga, klien mengeluh nyeri skala 6,
seperti dipukul pada kaki kanan, bertambah jika digerakkan, hasil foto rontgen
didapatkan fraktur cruris di 1/3 proksimal tibia, TD 120/70 mmHg, RR 120/70
mmHg, RR 18 x/mnt, T 370C.
INTERVENSI
Tgl/JamNo.
DPTujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
25/6/201
2
1. Hambatan mobilitas fisik
teratasi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama
7x24 jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri
Skala nyeri 0
TTV normal:
TD sistol 110 – 130
mmHg
diastol 70 – 90 mmHg
Nadi 60 – 100 x/mnt
RR 16 – 20 x/mnt
T 36,5 – 37,50C
Indeks Katz : A
1. Monitor TTV
2. Monitor skala nyeri
3. Bantu ADL pasien
1. Pasien dengan
hambatan mobilitas
fisik perlu dimonitor
TTV untuk mengetahui
perubahan status
hemodinamika pasien.
2. Pada pasien yang
mengalamai nyeri perlu
dimonitor skala nyeri
karena nyeri bisa
meningkatkan RR pada
pasien.
3. Pasien dengan
Hambatan mobilitas
fisik harus dibantu
ADLnya untuk
4. Dekatkan barang-
barang pasien
5. Ajarkan tekhnik
relaksasi nafas
dalam
6. Libatkan keluarga
dalam pemenuhan
ADL pasien
7. Lakukan tirah
baring 2 jam sekali
mengurangi resiko
cidera yang berlanjut
pada pasien.
4. Mendekatkan barang-
barang pasien itu perlu
diperhatikan agar
pasien bisa dengan
mudah mengambil
barang sesuai yang
diinginkan.
5. Tehnik relaksasi nafas
dalam bisa memberikan
rasa rileks pada pasien
karna udara yg masuk
maksimal sehingga rasa
nyeri yang dirasakan
bisa berkurang.
6. Keluarga perlu
dilibatkan agar
keluarga bisa mengerti
dan membantu
pemenuhan ADL
pasien.
7. Hambatan mobilitas
fisik membuat pasien
tidak beraktivitas
secara normal,sehingga
perlu dilakukan tirah
baring untuk mencegah
resiko terjadinya
dekubitus.
8. Kolaborasi
pemberian analgetik
9. Kolaborasi
pembedahan
8. Analgetik bisa
menghambat stimulus
nyeri sehingga pasien
perlu diberikan
analgetik untuk
mengurangi rasa nyeri.
9. Pasien dengan fraktur
cruris di 1/3 proksimal
tibia perlu dilakukan
pembedahan untuk
memulihkan fungsi
normal pada tulang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fraktur merupakan Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot
Dalam proses pembentukan tulang, tulang mengalami regenerasi yaitu
pergantian tulang-tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru
yang masih muda, proses ini berjalan seimbang sehingga terbentuk
puncak massa tulang. Setelah terbentuk puncak massa tulang, tulang
masih mengalami pergantian tulang yang sudah tua dengan tulang yamg
masih muda, tapi proses ini tidak berjalan seimbang dimana tulang yang
diserap untuk diganti lebih banyak dari tulang yang akan menggantikan,
maka terjadi penurunan massa tulang, dan bila keadaan ini berjalan terus
menerus, akan terjadi osteoporosis
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC.
Price & Wilson. 2005. PATOFISIOLOGI:Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta:EGC.
http://dc343.4shared.com/doc/0b9duxZS/preview.html
http://wwwaskep.blogspot.com/2010/01/askep-orif-open-reduction-and-
internal.html
http://theogeu.blog.com/2010/12/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-post-orif-akibat-fraktur-cruris/
http://www.docstoc.com/docs/48037764/patofisiologi-fraktur