OMSK
-
Upload
anom-wedwm -
Category
Documents
-
view
455 -
download
6
Transcript of OMSK
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
PENDAHULUAN
OMSK merupakan salah satu penyebab gangguan telinga pada berbagai negara,
terutama di Negara berkembang. Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara.
Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Lebih dari
90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah
Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial
ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek
merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada
negara yang sedang berkembang. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% atau
diperkirakan sekitar 6,6 juta penduduk Indonesia dan pasien OMSK merupakan 25%
dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia1,2.
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastois, dan sel-sel mastoid. Otitis media supuratif kronis
(OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media akut (OMA) dengan perforasi
membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih
dari 2 bulan. Bila infeksi berlangsung kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif
subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk3.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : P
Alamat : -
Pekerjaan : -
ANAMNESIS
Keluhan utama :
Keluar cairan dari telinga kiri sejak empat hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poliklinik THT RSUP Mataram pada tanggal 31 Maret 2011
dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri sejak empat hari yang lalu, tampak
cairan yang keluar berwarna jernih kekuningan, sedikit kental, tidak berbau, dan
tidak disertai keluar darah. Pasien juga mengeluh telinga terkadang terasa nyeri dan
berdengung. Pasien juga mengatakan pendengarannya berkurang. Pasien tidak
mengeluhkan demam. Pasien mengeluh batuk (+), tidak berdahak, nyeri tenggorok
(-). Saat ini pilek, bersin-bersin, dan hidung tersumbat disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengatakan pernah keluar cairan pada telinga kiri dan kanan pada waktu
SD. Sejak saat itu pendengaran berkurang pada kedua telinga terutama telinga
kanan. Pasien mengatakan tidak pernah keluar cairan lagi sejak saat itu hanya
pendengaran yang berkurang.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
Riwayat alergi :
Tidak ada alergi terhadap obat-obatan ataupun makanan.
Riwayat Pengobatan :
Sebelumnya empat hari yang lalu pasien berobat ke Puskesmas dan diberikan obat
tetes telinga akan tetapi tidak mengalami perubahan.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
HR : 88 x/menit
RR: 18 x/menit
Suhu: Teraba normal
Status Lokalis
Pemeriksaan telinga
No.Pemeriksaan
TelingaTelinga kanan Telinga kiri
1. Daun telinga
Bentuk dan ukuran dbn,
edema (-), hiperemi (-),
hematoma (-), fistula (-),
massa (-), nyeri pergerakan
aurikula (-), nyeri tekan
tragus (-), nyeri tekan
retroaurikula (-).
Bentuk dan ukuran dbn,
edema (-), hiperemi (-),
hematoma (-), fistula (-),
massa (-), nyeri pergerakan
aurikula (-), nyeri tekan
tragus (-), nyeri tekan
retroaurikula (-).
2. Liang telinga luarSerumen (-), Tampak
cairan (-), Edema (-),
Serumen (-), Tampak cairan
mukopurulen dan terus
Hiperemi (-), Furunkel (-) menerus keluar. Edema (-),
hiperemi (-), furunkel (-)
3. Membran timpani
Perforasi (+) subtotal,
sekret (-), retraksi (-),
bulging (-), cone of light
(-), pulsasi (-).
Perforasi (+) sentral
berukuran sedang, sekret (-),
retraksi (-), bulging (-), cone
of light (-), pulsasi (-).
Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan Hidung Hidung kanan Hidung kiri
Hidung luarBentuk (dbn), inflamasi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-)
Bentuk (bdn), inflamasi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-)
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi dbn, ulkus (-) dbn, ulkus (-)
Cavum nasiBentuk (dbn), mukosa
hiperemia (-)
Bentuk (dbn), mukosa
hiperemia (-)
Meatus nasi mediaMukosa hiperemia (-) , sekret
(-), massa (-)
Mukosa hiperemia (-) , sekret
(-), massa (-)
Konka nasi inferiorEdema (-), mukosa hiperemi
(-), sekret (-), livide (-)
Edema (-), mukosa hiperemi
(-), sekret (-), livide (-)
Septum nasiDeviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-), ulkus (-)
Deviasi (-), benda asing(-),
perdarahan (-), ulkus (-)
Palpasi sinus
maksila dan frontalNyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Tenggorokan
Mukosa Bukal berwarna merah muda, hiperemia (-)
Lidah Normal
Uvula Normal
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-), membran (-), granul (+)
Tonsila palatina Hiperemia (-), ukuran T1-T1, Kripte melebar (-), detritus (-)
DIAGNOSIS
- Otitis media supuratif kronis tipe aman fase aktif sinistra
- Otitis media supuratif kronis tipe aman fase inaktif dextra
DIAGNOSIS BANDING
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga
Pemeriksaan Radiologi berupa radiologi konvensional/posisi schuller
Pemeriksaan pendengaran dengan tes penala atau audiometri
Pemeriksaan darah lengkap (DL), BT, CT dan GDS untuk persiapan timpanoplasti
RENCANA USULAN TERAPI
Larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.
Setelah sekret berkurang diberikan Ofloxacin 0.3% 2 x 3-6 tetes
Timpanoplasti untuk telinga kanan
Timpanoplasti untuk telinga kiri apabila perforasi membran timpani menetap
KIE kepada pasien :
1. Makan, minum dan istirahat yang cukup
2. Menjaga hygiene daerah telinga
3. Tidak mengorek telinga terlalu dalam
4. Menjaga agar air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi dan dilarang berenang
5. Segera berobat bila menderita ISPA
6. Kontrol jika obat habis dan bila sebelum obat habis timbul keluhan lain segera
kontrol kembali
7. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai rencana untuk melakukan
operasi rekonstruksi yaitu timpanoplasti pada telinga kanan
8. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai rencana untuk melakukan
operasi rekonstruksi yaitu timpanoplasti pada telinga kiri apabila perforasi
membran timpani menetap setelah pengobatan
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah menetap atau
berulang dan biasanya diikuti oleh penurunan pendengaran dalam beberapa tingkatan.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah1,4,5.
Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen, tipe
sekunder, OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid, OMSK tipe
ganas). OMSK tipe ganas ini dapat menimbulkan komplikasi kedalam tulang temporal
dan ke intrakranial yang dapat berakibat fatal2.
B. Epidemiologi
OMSK adalah salah satu penyebab gangguan telinga pada berbagai negara, terutama
berkembang. Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering
dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan
orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia
akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat,
Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang
rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor
yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang
berkembang1,2.
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi
penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat
OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39–200
juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK
di Indonesia adalah 3,8% atau diperkirakan sekitar 6,6 juta penduduk Indonesia dan
pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT
rumah sakit di Indonesia2.
C. Etiologi
Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak
normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah,
keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.
Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Proses infeksi ini sering disebabkan oleh campuran mikroorganisme aerobik
dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini. Kuman penyebab
yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus
sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal
merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak2,6,7.
Beberapa penyebab OMSK antara lain 6,7 :
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Autoimun
7. Alergi
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada
OMSK6,7 :
1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi
sekret telinga purulen berlanjut.
2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada
perforasi.
3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme
migrasi epitel.
4. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan
spontan dari perforasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi
kronis majemuk, antara lain :
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
2. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
3. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
4. Perforasi membran timpani yang menetap.
5. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada
telinga tengah.
6. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.
7. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
8. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.
D. Patogenesis
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk
diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA
dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering.
Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media
kronis. OMA dengan perforasi membran timpani menjadi OMSK apabila prosesnya
sudah lebih dari 2 bulan. Sumbatan Tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama
terjadinya OMA3,6.
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan
akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan
udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang
relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi
saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga
lebih sering menimbulkan OMA daripada dewasa.
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring
melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari
telinga tengah.
Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada
telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan
leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut
akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di
telinga tengah.
Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan
mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-
sel peradangan pada telinga tengah. Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia,
mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi
pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel
tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia,
mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan pengeluaran sekret. Perforasi membran timpani terjadinya nekrosis
jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri. Penyembuhan OMA
ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan dan kembali ke bentuk lapisan epitel
sederhana, membran timpani yang berangsur normal dan kemudian menutup serta
sekret yang tidak ada lagi. Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari 2
bulan maka keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)2,3.
E. Klasifikasi OMSK
OMSK dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu2:
1. Tipe tubotimpanal
Tipe tubotimpanal disebut juga sebagai tipe jinak (benigna) dengan perforasi yang
letaknya sentral. Biasanya tipe ini didahului dengan gangguan fungsi tuba yang
menyebabkan kelainan di kavum timpani. Tipe ini disebut juga dengan tipe mukosa
karena proses peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, dan disebut
juga tipe aman karena tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
2. Tipe atikoantral
Beberapa nama lain digunakan untuk tipe ini OMSK tipe tulang karena penyakit
menyebabkan erosi tulang, tipe bahaya ataupun sering disebut sebagai chronic
supurative otitis media with cholesteatoma. Perforasi membran timpani yang terjadi
pada tipe ini biasanya perforasi yang marginal yang dihasilkan dari suatu kantong
retraksi dan muncul di pars plasida, merupakan perforasi yang menyebabkan tidak ada
sisa pinggir membran timpani (annulus timpanikus). Oleh sebab itu dinding bagian
tulang dari liang telinga luar, atik, antrum, dan sel-sel mastoid dapat terlibat dalam
proses inflamasi sehingga tipe ini disebut ‘penyakit atikoantral’.
Kolesteatoma pada OMSK tipe atikoantral adalah suatu kantong retraksi yang
dibatasi oleh epitel sel skuamosa yang diisi dengan debris keratin yang muncul dalam
ruang yang berpneumatisasi dari tulang temporal. Kolesteatoma mempunyai
kemampuan untuk tumbuh, mendestruksi tulang, dan menyebabkan infeksi kronik
sehingga suatu otitis media kronik dengan kolesteatoma sering dikatakan sebagai
‘penyakit yang tidak aman’ dan secara umum memerlukan penatalaksanaan bedah.
F. Gejala Klinik OMSK
Gejala Klinis yang sering ditemukan pada pasien dengan OMSK adalah sebagai
berikut :
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK
tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali
sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak
dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip
telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang
encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna
biasanya didapat tuli konduktif berat.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat
berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses
atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat
terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin
lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum.
G. Diagnosis OMSK
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara2 :
1. Anamnesis
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali
datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering
dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang pada tipe
tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau
busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau
busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret
yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan
kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi
dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran
tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan
untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai
‘speech reception threshold’ pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki
pendengaran.
4. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk menilai
kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif menunjukkan
anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
H. Penatalaksanaan
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.
Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1) Adanya perforasi membran
timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, (2)
infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal (3) sudah terbentuk jaringan
patologik yang ireversibel dalam rongga matoid, dan (4) gizi dan higiena yang kurang3.
A. Terapi OMSK tipe aman
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah dengan konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci
telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi
dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan
kortikosteroid. Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada OMSK adalah Polimiksin B
atau Polimiksin E, Neomisin, dan Kloramfenikol. Secara oral diberikan antibiotika
golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum hasil
tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten
terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selam 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga
perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.
B. Terapi OMSK tipe bahaya
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi,
bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelebul dilakukan pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan
tersendiri sebelum mastoidektomi. Terdapat beberapa jenis pembedahan atau teknik
operasi pada OMSK dengan komplikasi mastoiditis yaitu (1) mastoidektomi sederhana,
(2) mastoidektomi radikal, (3) mastoidektomi radikal dengan modifikasi, (4)
miringoplasti, (5) timpanoplasti, dan (6) pendekatan ganda timpanoplasti.
I. Komplikasi
Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi untuk
menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat
menyebabkan kematian. Bentuk patologik ini tergantung kelainan yang menyebabkan
otore. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya, tetapi OMSK
tipe aman pun dapat menyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi kuman yang
purulen. Klasifikasi otitis media menurut adams dkk (1989) adalah sebagai berikut3 :
1. Komplikasi di telinga tengah :
Perforasi membran timpani persisten
Erosi tulang pendengaran
Paralisis nervus facialis
2. Komplikasi di telinga dalam :
Fistula Labirin
Labirinitis supuratif
Tuli saraf (sensorineural)
3. Komplikasi ekstradural :
Abses ekstradural
Thrombosis sinus lateralis
Petrositis
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat :
Meningitis
Abses otak
Hidrosefalus otitis
PEMBAHASAN
Diagnosis otitis media supuratis kronis (OMSK) ditegakkan dari hasil anamnesis
serta pemeriksaan fisik dimana pasien mengeluh keluarnya cairan sedikit kental dari
telinga kiri sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan pendengaran berkurang pada
kedua telinga. Pasien juga mengeluhkan batuk tidak berdahak. Dari pemeriksaan fisik,
pada telinga kiri didapatkan sekret berwarna jernih kekuningan, sedikit kental dan tidak
berbau yang keluar terus menerus, setelah sekret dibersihkan tampak perforasi pada
membran timpani telinga kiri. Dari pemeriksaan fisik, pada telinga kanan tidak
didapatkan adanya sekret namun terdapat perforasi pada membran timpani telinga
kanan. Pasien mengatakan pernah keluar cairan pada telinga kiri dan kanan pada waktu
SD, sejak saat itu pendengaran berkurang pada kedua telinga terutama telinga kanan.
Keterbatasan data menyebabkan tidak dapat diketahui perjalanan penyakit pasien
hingga saat ini, apakah perforasi sudah mengalami resolusi atau menjadi persisten dan
menyebabkan penyakit menjadi kronis. Kemungkinan terjadi perforasi persiten dari
membran timpani sehingga pendengaran pasien berkurang. Terdapat beberapa faktor
pada pasien yang dapat menyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu terapi yang terlambat
diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien
rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.
Pada pemeriksaan hidung tenggorokan yang dilakukan tidak didapatkan adanya
suatu kelainan.
Pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa kultur dan uji resistensi
kuman dari sekret telinga, pemeriksaan Radiologi berupa radiologi konvensional/posisi
schuller, pemeriksaan pendengaran dengan tes penala atau audiometric, pemeriksaan
darah lengkap (DL), BT, CT dan GDS untuk persiapan timpanoplasti.
Pada pasien direncanakan terapi dengan memberikan obat pencuci telinga, berupa
larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan
dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung yaitu diberikan Ofloxacin
0.3% dengan aturan pakai 2 kali sehari 3-6 tetes pada telinga kiri. Rencana dilakukanya
timpanoplasti untuk telinga kanan. Rencana dilakukannya timpanoplasti untuk telinga
kiri apabila perforasi membran timpani menetap. Selain pengobatan dengan
medikamentosa perlu juga untuk memberikan edukasi kepada pasien berupa anjuran
untuk makan, minum dan istirahat yang cukup, menjaga hygiene daerah telinga, tidak
mengorek telinga terlalu dalam, menjaga agar air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi
dan dilarang berenang, segera berobat bila menderita ISPA, kontrol jika obat habis dan
bila sebelum obat habis timbul keluhan lain segera kontrol kembali, memberikan
penjelasan kepada pasien mengenai rencana untuk melakukan operasi rekonstruksi yaitu
timpanoplasti pada telinga kanan, dan juga pada telinga kiri apabila perforasi membran
timpani menetap setelah pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. 1996. Prevention of Hearing Impairment from Chronic
Otitis Media. Available from : http://www. who.int / (Accessed at April, 12th 2011)
2. Askaroellah, Aboet. 2007. Radang Telinga Tengah Menahun. Available from :
http://www.usu.ac.id/ (Accessed at April, 12th 2011)
3. Zainul, A., Djaafar, Z.A., Helmi dan Restuti, R.D. Kelainan Telinga Tengah.
Dalam Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-enam. Jakarta: FKUI
4. Snow, J.B. and Ballenger, J.J. 2003. Ballenger Otorhinolaryngology Head and
Neck Surgery sixteenth edition. United States: BC Decker Inc
5. Luran, R. dan Wajdi, F. 2001. Pemakaian Antibiotika Topikal pada Otitis Media
Supuratif Kronis Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No.132
6. Djaafar, Z.A. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi Efiaty Arsyad, dkk. 2001.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher Edisi kelima.
Jakarta: FKUI
7. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi
Efiaty Arsyad, dkk. 2001. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok
kepala leher Edisi kelima. Jakarta: FKUI