OMSK

26
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS PENDAHULUAN OMSK merupakan salah satu penyebab gangguan telinga pada berbagai negara, terutama di Negara berkembang. Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% atau diperkirakan sekitar 6,6 juta penduduk Indonesia dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia 1,2 . Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastois, dan sel-sel mastoid. Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media akut (OMA) dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2

Transcript of OMSK

Page 1: OMSK

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

PENDAHULUAN

OMSK merupakan salah satu penyebab gangguan telinga pada berbagai negara,

terutama di Negara berkembang. Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara.

Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Lebih dari

90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah

Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial

ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek

merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada

negara yang sedang berkembang. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% atau

diperkirakan sekitar 6,6 juta penduduk Indonesia dan pasien OMSK merupakan 25%

dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia1,2.

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,

tuba Eustachius, antrum mastois, dan sel-sel mastoid. Otitis media supuratif kronis

(OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan

sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin

encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media akut (OMA) dengan perforasi

membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih

dari 2 bulan. Bila infeksi berlangsung kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif

subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang

terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh

pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk3.

Page 2: OMSK

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. D

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : P

Alamat : -

Pekerjaan : -

ANAMNESIS

Keluhan utama :

Keluar cairan dari telinga kiri sejak empat hari yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke poliklinik THT RSUP Mataram pada tanggal 31 Maret 2011

dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri sejak empat hari yang lalu, tampak

cairan yang keluar berwarna jernih kekuningan, sedikit kental, tidak berbau, dan

tidak disertai keluar darah. Pasien juga mengeluh telinga terkadang terasa nyeri dan

berdengung. Pasien juga mengatakan pendengarannya berkurang. Pasien tidak

mengeluhkan demam. Pasien mengeluh batuk (+), tidak berdahak, nyeri tenggorok

(-). Saat ini pilek, bersin-bersin, dan hidung tersumbat disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien mengatakan pernah keluar cairan pada telinga kiri dan kanan pada waktu

SD. Sejak saat itu pendengaran berkurang pada kedua telinga terutama telinga

kanan. Pasien mengatakan tidak pernah keluar cairan lagi sejak saat itu hanya

pendengaran yang berkurang.

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

Riwayat alergi :

Tidak ada alergi terhadap obat-obatan ataupun makanan.

Page 3: OMSK

Riwayat Pengobatan :

Sebelumnya empat hari yang lalu pasien berobat ke Puskesmas dan diberikan obat

tetes telinga akan tetapi tidak mengalami perubahan.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

GCS : E4V5M6

Tanda vital :

TD : 110/70 mmHg

HR : 88 x/menit

RR: 18 x/menit

Suhu: Teraba normal

Status Lokalis

Pemeriksaan telinga

No.Pemeriksaan

TelingaTelinga kanan Telinga kiri

1. Daun telinga

Bentuk dan ukuran dbn,

edema (-), hiperemi (-),

hematoma (-), fistula (-),

massa (-), nyeri pergerakan

aurikula (-), nyeri tekan

tragus (-), nyeri tekan

retroaurikula (-).

Bentuk dan ukuran dbn,

edema (-), hiperemi (-),

hematoma (-), fistula (-),

massa (-), nyeri pergerakan

aurikula (-), nyeri tekan

tragus (-), nyeri tekan

retroaurikula (-).

2. Liang telinga luarSerumen (-), Tampak

cairan (-), Edema (-),

Serumen (-), Tampak cairan

mukopurulen dan terus

Page 4: OMSK

Hiperemi (-), Furunkel (-) menerus keluar. Edema (-),

hiperemi (-), furunkel (-)

3. Membran timpani

Perforasi (+) subtotal,

sekret (-), retraksi (-),

bulging (-), cone of light

(-), pulsasi (-).

Perforasi (+) sentral

berukuran sedang, sekret (-),

retraksi (-), bulging (-), cone

of light (-), pulsasi (-).

Pemeriksaan hidung

Pemeriksaan Hidung Hidung kanan Hidung kiri

Hidung luarBentuk (dbn), inflamasi (-),

nyeri tekan (-), deformitas (-)

Bentuk (bdn), inflamasi (-),

nyeri tekan (-), deformitas (-)

Rinoskopi anterior

Vestibulum nasi dbn, ulkus (-) dbn, ulkus (-)

Cavum nasiBentuk (dbn), mukosa

hiperemia (-)

Bentuk (dbn), mukosa

hiperemia (-)

Meatus nasi mediaMukosa hiperemia (-) , sekret

(-), massa (-)

Mukosa hiperemia (-) , sekret

(-), massa (-)

Konka nasi inferiorEdema (-), mukosa hiperemi

(-), sekret (-), livide (-)

Edema (-), mukosa hiperemi

(-), sekret (-), livide (-)

Septum nasiDeviasi (-), benda asing (-),

perdarahan (-), ulkus (-)

Deviasi (-), benda asing(-),

perdarahan (-), ulkus (-)

Palpasi sinus

maksila dan frontalNyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Pemeriksaan Tenggorokan

Page 5: OMSK

Mukosa Bukal berwarna merah muda, hiperemia (-)

Lidah Normal

Uvula Normal

Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)

Faring Mukosa hiperemi (-), membran (-), granul (+)

Tonsila palatina Hiperemia (-), ukuran T1-T1, Kripte melebar (-), detritus (-)

DIAGNOSIS

- Otitis media supuratif kronis tipe aman fase aktif sinistra

- Otitis media supuratif kronis tipe aman fase inaktif dextra

DIAGNOSIS BANDING

-

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga

Pemeriksaan Radiologi berupa radiologi konvensional/posisi schuller

Pemeriksaan pendengaran dengan tes penala atau audiometri

Pemeriksaan darah lengkap (DL), BT, CT dan GDS untuk persiapan timpanoplasti

RENCANA USULAN TERAPI

Larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.

Setelah sekret berkurang diberikan Ofloxacin 0.3% 2 x 3-6 tetes

Timpanoplasti untuk telinga kanan

Timpanoplasti untuk telinga kiri apabila perforasi membran timpani menetap

Page 6: OMSK

KIE kepada pasien :

1. Makan, minum dan istirahat yang cukup

2. Menjaga hygiene daerah telinga

3. Tidak mengorek telinga terlalu dalam

4. Menjaga agar air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi dan dilarang berenang

5. Segera berobat bila menderita ISPA

6. Kontrol jika obat habis dan bila sebelum obat habis timbul keluhan lain segera

kontrol kembali

7. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai rencana untuk melakukan

operasi rekonstruksi yaitu timpanoplasti pada telinga kanan

8. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai rencana untuk melakukan

operasi rekonstruksi yaitu timpanoplasti pada telinga kiri apabila perforasi

membran timpani menetap setelah pengobatan

PROGNOSIS

Dubia ad bonam

Page 7: OMSK

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan

perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah menetap atau

berulang dan biasanya diikuti oleh penurunan pendengaran dalam beberapa tingkatan.

Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah1,4,5.

Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen, tipe

sekunder, OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid, OMSK tipe

ganas). OMSK tipe ganas ini dapat menimbulkan komplikasi kedalam tulang temporal

dan ke intrakranial yang dapat berakibat fatal2.

B. Epidemiologi

OMSK adalah salah satu penyebab gangguan telinga pada berbagai negara, terutama

berkembang. Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden

OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering

dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan

orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia

akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat,

Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang

rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor

yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang

berkembang1,2.

Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi

penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat

OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39–200

juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK

di Indonesia adalah 3,8% atau diperkirakan sekitar 6,6 juta penduduk Indonesia dan

pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT

rumah sakit di Indonesia2.

Page 8: OMSK

C. Etiologi

Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak

normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah,

keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.

Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,

jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring

(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba

Eustachius. Proses infeksi ini sering disebabkan oleh campuran mikroorganisme aerobik

dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini. Kuman penyebab

yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus

sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal

merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak2,6,7.

Beberapa penyebab OMSK antara lain 6,7 :

1. Lingkungan

2. Genetik

3. Otitis media sebelumnya.

4. Infeksi

5. Infeksi saluran nafas atas

6. Autoimun

7. Alergi

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada

OMSK6,7 :

1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi

sekret telinga purulen berlanjut.

2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada

perforasi.

3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme

migrasi epitel.

Page 9: OMSK

4. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang

cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan

spontan dari perforasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi

kronis majemuk, antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.

2. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.

3. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

4. Perforasi membran timpani yang menetap.

5. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada

telinga tengah.

6. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.

7. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.

8. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan

mekanisme pertahanan tubuh.

D. Patogenesis

Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan

stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk

diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA

dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering.

Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media

kronis. OMA dengan perforasi membran timpani menjadi OMSK apabila prosesnya

sudah lebih dari 2 bulan. Sumbatan Tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama

terjadinya OMA3,6.

Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan

akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk

menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan

udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang

relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi

Page 10: OMSK

saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga

lebih sering menimbulkan OMA daripada dewasa.

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring

melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari

telinga tengah.

Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada

telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan

leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut

akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di

telinga tengah.

Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan

mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-

sel peradangan pada telinga tengah. Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia,

mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi

pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel

tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia,

mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan

peningkatan pengeluaran sekret. Perforasi membran timpani terjadinya nekrosis

jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri. Penyembuhan OMA

ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan dan kembali ke bentuk lapisan epitel

sederhana, membran timpani yang berangsur normal dan kemudian menutup serta

sekret yang tidak ada lagi. Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari 2

bulan maka keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)2,3.

E. Klasifikasi OMSK

OMSK dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu2:

1. Tipe tubotimpanal

Tipe tubotimpanal disebut juga sebagai tipe jinak (benigna) dengan perforasi yang

letaknya sentral. Biasanya tipe ini didahului dengan gangguan fungsi tuba yang

menyebabkan kelainan di kavum timpani. Tipe ini disebut juga dengan tipe mukosa

Page 11: OMSK

karena proses peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, dan disebut

juga tipe aman karena tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya.

2. Tipe atikoantral

Beberapa nama lain digunakan untuk tipe ini OMSK tipe tulang karena penyakit

menyebabkan erosi tulang, tipe bahaya ataupun sering disebut sebagai chronic

supurative otitis media with cholesteatoma. Perforasi membran timpani yang terjadi

pada tipe ini biasanya perforasi yang marginal yang dihasilkan dari suatu kantong

retraksi dan muncul di pars plasida, merupakan perforasi yang menyebabkan tidak ada

sisa pinggir membran timpani (annulus timpanikus). Oleh sebab itu dinding bagian

tulang dari liang telinga luar, atik, antrum, dan sel-sel mastoid dapat terlibat dalam

proses inflamasi sehingga tipe ini disebut ‘penyakit atikoantral’.

Kolesteatoma pada OMSK tipe atikoantral adalah suatu kantong retraksi yang

dibatasi oleh epitel sel skuamosa yang diisi dengan debris keratin yang muncul dalam

ruang yang berpneumatisasi dari tulang temporal. Kolesteatoma mempunyai

kemampuan untuk tumbuh, mendestruksi tulang, dan menyebabkan infeksi kronik

sehingga suatu otitis media kronik dengan kolesteatoma sering dikatakan sebagai

‘penyakit yang tidak aman’ dan secara umum memerlukan penatalaksanaan bedah.

F. Gejala Klinik OMSK

Gejala Klinis yang sering ditemukan pada pasien dengan OMSK adalah sebagai

berikut :

1. Telinga Berair (Otorrhoe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK

tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali

sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan

infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak

dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret

telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.

Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip

telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang

encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

Page 12: OMSK

2. Gangguan Pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya

ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan

mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna

biasanya didapat tuli konduktif berat.

3. Otalgia (Nyeri Telinga)

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat

berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya

durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri

merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses

atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi

dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan

tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat

terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin

lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga

akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi

serebelum.

G. Diagnosis OMSK

Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara2 :

1. Anamnesis

Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali

datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering

dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang pada tipe

tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau

busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau

busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret

yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan

kurang pendengaran atau telinga keluar darah.

Page 13: OMSK

2. Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi

dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

3. Pemeriksaan audiologi

Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran

tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan

untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai

‘speech reception threshold’ pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki

pendengaran.

4. Pemeriksaan radiologi

Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk menilai

kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif menunjukkan

anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.

H. Penatalaksanaan

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.

Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain

disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1) Adanya perforasi membran

timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, (2)

infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal (3) sudah terbentuk jaringan

patologik yang ireversibel dalam rongga matoid, dan (4) gizi dan higiena yang kurang3.

A. Terapi OMSK tipe aman

Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah dengan konservatif atau dengan

medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci

telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi

dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan

kortikosteroid. Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada OMSK adalah Polimiksin B

atau Polimiksin E, Neomisin, dan Kloramfenikol. Secara oral diberikan antibiotika

golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum hasil

tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten

terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.

Page 14: OMSK

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selam 2 bulan,

maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk

menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,

mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta

memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya

infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga

perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.

B. Terapi OMSK tipe bahaya

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi,

bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan

mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan

medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelebul dilakukan pembedahan.

Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan

tersendiri sebelum mastoidektomi. Terdapat beberapa jenis pembedahan atau teknik

operasi pada OMSK dengan komplikasi mastoiditis yaitu (1) mastoidektomi sederhana,

(2) mastoidektomi radikal, (3) mastoidektomi radikal dengan modifikasi, (4)

miringoplasti, (5) timpanoplasti, dan (6) pendekatan ganda timpanoplasti.

I. Komplikasi

Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi untuk

menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat

menyebabkan kematian. Bentuk patologik ini tergantung kelainan yang menyebabkan

otore. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya, tetapi OMSK

tipe aman pun dapat menyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi kuman yang

purulen. Klasifikasi otitis media menurut adams dkk (1989) adalah sebagai berikut3 :

1. Komplikasi di telinga tengah :

Perforasi membran timpani persisten

Erosi tulang pendengaran

Paralisis nervus facialis

2. Komplikasi di telinga dalam :

Page 15: OMSK

Fistula Labirin

Labirinitis supuratif

Tuli saraf (sensorineural)

3. Komplikasi ekstradural :

Abses ekstradural

Thrombosis sinus lateralis

Petrositis

4. Komplikasi ke susunan saraf pusat :

Meningitis

Abses otak

Hidrosefalus otitis

Page 16: OMSK

PEMBAHASAN

Diagnosis otitis media supuratis kronis (OMSK) ditegakkan dari hasil anamnesis

serta pemeriksaan fisik dimana pasien mengeluh keluarnya cairan sedikit kental dari

telinga kiri sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan pendengaran berkurang pada

kedua telinga. Pasien juga mengeluhkan batuk tidak berdahak. Dari pemeriksaan fisik,

pada telinga kiri didapatkan sekret berwarna jernih kekuningan, sedikit kental dan tidak

berbau yang keluar terus menerus, setelah sekret dibersihkan tampak perforasi pada

membran timpani telinga kiri. Dari pemeriksaan fisik, pada telinga kanan tidak

didapatkan adanya sekret namun terdapat perforasi pada membran timpani telinga

kanan. Pasien mengatakan pernah keluar cairan pada telinga kiri dan kanan pada waktu

SD, sejak saat itu pendengaran berkurang pada kedua telinga terutama telinga kanan.

Keterbatasan data menyebabkan tidak dapat diketahui perjalanan penyakit pasien

hingga saat ini, apakah perforasi sudah mengalami resolusi atau menjadi persisten dan

menyebabkan penyakit menjadi kronis. Kemungkinan terjadi perforasi persiten dari

membran timpani sehingga pendengaran pasien berkurang. Terdapat beberapa faktor

pada pasien yang dapat menyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu terapi yang terlambat

diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien

rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.

Pada pemeriksaan hidung tenggorokan yang dilakukan tidak didapatkan adanya

suatu kelainan.

Pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa kultur dan uji resistensi

kuman dari sekret telinga, pemeriksaan Radiologi berupa radiologi konvensional/posisi

schuller, pemeriksaan pendengaran dengan tes penala atau audiometric, pemeriksaan

darah lengkap (DL), BT, CT dan GDS untuk persiapan timpanoplasti.

Pada pasien direncanakan terapi dengan memberikan obat pencuci telinga, berupa

larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan

dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung yaitu diberikan Ofloxacin

0.3% dengan aturan pakai 2 kali sehari 3-6 tetes pada telinga kiri. Rencana dilakukanya

timpanoplasti untuk telinga kanan. Rencana dilakukannya timpanoplasti untuk telinga

kiri apabila perforasi membran timpani menetap. Selain pengobatan dengan

medikamentosa perlu juga untuk memberikan edukasi kepada pasien berupa anjuran

Page 17: OMSK

untuk makan, minum dan istirahat yang cukup, menjaga hygiene daerah telinga, tidak

mengorek telinga terlalu dalam, menjaga agar air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi

dan dilarang berenang, segera berobat bila menderita ISPA, kontrol jika obat habis dan

bila sebelum obat habis timbul keluhan lain segera kontrol kembali, memberikan

penjelasan kepada pasien mengenai rencana untuk melakukan operasi rekonstruksi yaitu

timpanoplasti pada telinga kanan, dan juga pada telinga kiri apabila perforasi membran

timpani menetap setelah pengobatan.

Page 18: OMSK

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. 1996. Prevention of Hearing Impairment from Chronic

Otitis Media. Available from : http://www. who.int / (Accessed at April, 12th 2011)

2. Askaroellah, Aboet. 2007. Radang Telinga Tengah Menahun. Available from :

http://www.usu.ac.id/ (Accessed at April, 12th 2011)

3. Zainul, A., Djaafar, Z.A., Helmi dan Restuti, R.D. Kelainan Telinga Tengah.

Dalam Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,

Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-enam. Jakarta: FKUI

4. Snow, J.B. and Ballenger, J.J. 2003. Ballenger Otorhinolaryngology Head and

Neck Surgery sixteenth edition. United States: BC Decker Inc

5. Luran, R. dan Wajdi, F. 2001. Pemakaian Antibiotika Topikal pada Otitis Media

Supuratif Kronis Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No.132

6. Djaafar, Z.A. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi Efiaty Arsyad, dkk. 2001.

Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher Edisi kelima.

Jakarta: FKUI

7. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi

Efiaty Arsyad, dkk. 2001. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok

kepala leher Edisi kelima. Jakarta: FKUI