Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

37
PENGARUH DOSIS HERBISIDA JAPRA 400 SE (Bahan Aktif Asetoklor 200 g/l +Atrazin 200 g/l) TERHADAP GULMA DAN HASIL TANAMAN JAGUNG Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M..Si JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017

Transcript of Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

Page 1: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

PENGARUH DOSIS HERBISIDA JAPRA 400 SE

(Bahan Aktif Asetoklor 200 g/l +Atrazin 200 g/l)

TERHADAP GULMA DAN HASIL TANAMAN JAGUNG

Oleh :

Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M..Si

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017

Page 2: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, karena berkat ramat-Nyalah, penulisan Karya Ilmiah ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Untuk itulah rasa hormat dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya

penulis sampaikan kepada :

1. Ketua Perpustakaan Universitas Udayana atas pinjaman buku-bukunya.

2. Semua pihak serta rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang banyak memberikan bantuan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Sebagai akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang

bersifat membangun, demi kesempurnaannya. Semoga tulisan ini ada manfaatnya

bagi yang berkepentingan

Denpasar, Mei 2017

Penulis

Page 3: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

iii

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1 Pengaruh dosis herbisidaJapra 400 SE terhadap variabel pengamatan.......................22

2 Pengaruh dosis herbisida Japra400 SE terhadap beberapa populasi dan jenis gulma

pada umur 3 minggu tanaman jagung..........................................................................22

3 Pengaruh dosis herbisidaJapra 400 SE terhadap berat biomassa kering oven

beberapa populasi gulma pada umur 3 minggu tanaman jagung...............................24

4 Pengaruh dosis herbisida Japra 400 SE terhadap tinggi tanama jagung pada umur 3

minggu, 6 minggu (cm) dan hasil biji jagung pipilan kering kadar air 12 %

per hektar ( t)..............................................................................................................25

Page 4: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

iv

PENGARUH DOSIS HERBISIDA JAPRA 400 SE

(b.a: Asetoklor 200 g/l + Atrazin 200 g/l ) TERHADAP GULMA

DAN HASIL TANAMAN JAGUNG

(I Ketut Arsa Wijaya)

ABSTRAK

Percobaan dilaksanakan di lahan sawah petani di Desa Munggu,Kecamatan

Mengwi, Badung ,Provinsi Bali.sejak bulan April sampai Juli 2016.Percobaan

dilaksanakan dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan.

Pengaruh herbisida Japra 400 SE pada berbagai tingkatan dosis yang di uji

menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap jenis dan populasi gulma pada umur 3 dan 6

minggu setelah aplikasi. Pengaruh herbisida Japra 400 SE terhadap berat biomassa gulma

kering oven pada umur 3 minggu setelah aplikasi menunjukkan pengaruh yang efektif pada

jenis Cyperus rotundus L., Orysa sativa L., Portulaca olera L., sedangkan terhadap jenis

gulma Panicum paludosumRoxb. menunjukkan pengaruh yang kurang efektif pada umur 3

minggu dan 6 minggu.

Hasil biji jagung pipilan kering kadar air 12 % yang tertinggi diperoleh pada

perlakuan penyiangan secara manual sebesar 11,33 ton/hektar yang berbeda tidak nyata

dibandingkan dengan perlakuan dosis herbisida 2,0 l/ hektar dan 2,5 l/ hektar yang hasilnya

masing- masing sebesar 10,68 ton/hektar dan 10,98 ton/hektar dan terendah pada perlakuan

kontrol sebesar 7,10 ton/hektar yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan

penyiangan secara manual

Kata Kunci : Herbisida Japra 400 SE, Gulma dan Tanaman jagung.

Page 5: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

v

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………………………………………………………………………....

KATA PENGANTAR………………………………………………………....

DAFTAR TABEL……………………………………………………………..

ABSTRAK............……………………………………………………………..

DAFTAR ISI......................................................................................................

I PENDAHULUAN………………………………………………………….

II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………...........................

III METODE PENELITIAN………………………………………………......

IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………......................................

V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………........

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….........

LAMPIRAN........................................................................................................

i

ii

iii

iv

v

1

4

17

22

26

27

28

Page 6: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang mendapat

perioritas dalam pembangunan pertanian Indonesia . Di Indonesia peranan jagung

sangat penting baik sebagai bahan makanan, bahan baku industri maupun bahan

pakan ternak ( Najiyati dan Danarti,1994). Jagung sebagai bahan makanan

merupakan sumber karbohidrat selain padi.Kebutuhan jagung terus meningkat sejalan

dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan

ternak sehingga perlu upaya peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan

sumber daya alam, ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi (Pakasi et

al., 2011 dalam Haryati dan Permadi,2015).

Produksi jagung di Jawa Barat pada tahun 2012 mencapai 1.028.653 ton dan

pipilan kering meningkat sebesar 8,84 persen. Rata-rata produktivitas jagung

meningkat dari 6,42 ton per hektar tahun 2011 menjadi 6,92 ton per hektar pada tahun

2012, meningkat sebesar 7,78 persen. Luas panen jagung pada tahun 2011 yang

147.152 hektar dan pada tahun 2012 mencapai 148.601 hektar, meningkat sebesar

1.449 hektar atau mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen (Badan Pusat Statistik

Jawa Barat, 2013).

Upaya peningkatan produksi jagung perlu mendapat perhatian yang lebih

serius agar kebutuhan jagung yang terus meningkat itu dapat terpenuhi serta dapat

mewujudkan swasembada jagung. Peningkatan produksi dan produktivitas

dipengaruhi oleh faktor iklim, kesuburan tanah, penggunaan benih unggul, tingkat

serangan hama dan penyakit, penggunaan pestisida, penggunaan pupuk dan

gangguan oleh gulma. Sedangkan dari segi ekonomi dipengaruhi oleh sarana produksi

pertanian, keterampilan dan pengalaman berusaha tani (Andjani, dkk., 2010).

Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung , selain dipengaruhi oleh populasi

tanaman, juga dipengaruhi oleh kehadiran gulma pada pertanaman. Menurut Rani dan

Raju (ny) di India, gulma dapat menurunkan produksi tanaman setahun 45 %,

serangga 30 %, penyakit 20 % dan yang lain 5 %. Kehilangan hasil akibat gulma

tergantung atas jenis gulma, populasi atau kepadatan gulma, lama gulma tumbuh,

Page 7: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

2

kemampuan kompetisi tanaman dengan gulma serta kondisi iklim yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman

dan gulma. Rendahnya hasil jagung yang disebabkan oleh adanya kompetisi dengan

gulma ,terutama terhadap CO2, cahaya matahari, unsur hara dan ruang tumbuh

(Sukman dan Yakup,1991). Akibat kompetisi ini hasil tanaman jagung turun sampai

13 % bahkan di Columbia penurunan hasil mencapai 45,6 % (Charmer,1976 dalam

Purnomo,1986). Besarnya penurunan hasil panen yang disebabkan oleh gulma sangat

bervariasi tergantung dari jenis tanaman pokok dan jenis gulma. Menurut Rukmana

dan Saputra (1999) kehilangan hasil jagung yang disebabkan oleh jenis gulma rumput

belulang (Eleusine indica L) berkisar 58,8 -72,1 %. Adanya gulma dalam jumlah

yang cukup banyak dan rapat selama musim petumbuhan akan menyebabkan

kehilangan hasil secara total (Sastrautomo,1990). Selanjutnya dikatakan pula

besarnya kehilangan hasil tanaman pangan akibat kompetisi sangatlah erat kaitannya

dengan jumlah individu gulma yang turut berperan dalam kompetisi serta siklus hidup

dari gulmanya.

Kompetisi gulma pada jagung tergantung atas empat faktor yaitu: stadium

pertumbuhan tanaman, jumlah gulma yang ada, derajat cekaman air dan hara , serta

spesies gulma. Gangguan gulma terhadap tanaman jagung utamanya masalah

kompetisi cahaya, air dan hara. Tanaman jagung sangat sensitif terhadap kompetisi

selama periode kritis antara stadium V3 dan V8 ( stadia pertumbuhan jagung berdaun

ke -3 dan ke-8). Sebelum stadium V3, biasanya berperan penting karena gulma lebih

besar dari pada jagung atau tanaman dalam cekaman air. Jagung membutuhkan

periode stadia antara V 3 dan V 8 ketika gulma sedikit ada. Setelah stadia V 8 sampai

pemasakan tanaman jagung biasanya mampu menurunkan cahaya matahari mencapai

gulma sehingga cukup untuk menekan gulma (Lafitte,1994).

Akibat perilaku gulma yang menghambat pertumbuhan dan penurunan hasil

cendrungmembuat manusia berusaha mengurangi atau menghilangkan hal itu

(Moenandir, 1990). Pengendalian gulma dilaksanakan pada saat tertentu, yang bila

tak diberantas pada saat itu akan benar-benar menurunkan hasil akhir pertanaman.

Salah satu herbisida yang dapat dipergunakan mengendalikan gulma adalah herbisida

Japra 400 SE (ba: asetoklor 200 g/l + atrazin 200 g/l ).

Page 8: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

3

Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu melakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Dosis Herbisida Japra 400 SE terhadap Gulma dan Hasil

Tanaman Jagung”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dosis

herbisida Japra 400 SE terhadap gulma dan tanaman jagung.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menemukan dosis herbisidda Japra 400 SE

yang tepat untuk mengendalikan gulma pada tanaman serta dapat mmeningkatkan

hasil tanaman jagung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk mmengetahui penggunaan dosis yang

tepat dari herbisida Japra 400 SE , yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dasar

pada pengembangan budidaya tanaman jagung dalam tujuan untuk meningkatkan

hasil.

Page 9: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengaruh Gulma terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung

Definisi gulma cukup banyak, diantaranya ( Rukmana dan Saputra, 1999) adalah

sebagai berikut:

1.Tumbuhan yang tidak pada tempatnya.

2.Tumbuhan yang mempunyai nilai negatif.

3.Tumbuhan yang tidak dikehendaki.

4.Tumbuhan yang mengganggu usaha manusia dalam mencapai kesejahtraannya.

5.Setiap tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki, terutama di tempat

manusia bermaksud mengusahakan tumbuhan atau tanaman lain.

6.Setiap tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan ,sehingga manusia

berusaha memberantasnya,

7.Tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia.

8.Tumbuhan yang tumbuh sendiri di antatra tanaman yang diusahakan.

9.Tumbuhan yang kompetitif dan agresif.

10. Tumbuhan liar dan tumbuh berlebihan.

11.Tumbuhan yang kukuh (gigih) dan tahan terhadap pengendalian atau pemberantasan.

12. Tumbuhan yang tidak enak dipandang dan merusak pemandangan.

Selanjutnya gulma dapat disimpulkan adalah tumbuhan yang tidak pada

tempatnya dan memiliki pengaruh negatif sehingga kehadirannya tidak dikehendaki

oleh manusia. Gulma dapat memperluas daya adaptasi dan daya saing (kompetisi)

hingga merugikan tanaman budidaya. Sifat-sifat umum yang dimiliki gulma antara lain:

a.Cepat berkembang biak.

Page 10: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

5

b.Periode pembungaan cukup lama.

c.Pembentukan biji berlainan umur.

d.Bunga umumnya majemuk.

e.Berbiji banyak.

f.Sifat dormansi yang lama.

g.Daya adaptasi luas.

h.Tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan.

Gulma dapat dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu.

A. Berdasarkan morfologinya, gulma dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Golongan rerumputan (grasses)

Golongan rerumputan mencakup jenis gulma yang termasuk ke dalam famili

gramineae.Gulma ini memiliki daya adaptasi cukup tinggi, distribusi cukup tinggi dan

mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun tergenang. Ciri umum dari gulma

rerumputan adalah sebagai berikut:

1.Bentuk batangnya umumnya silindris, ada pula yang agak pipih atau persegi.

2.Batang biasanya berongga, beberapa diantaranya berisi.

3.Daunnya tunggal (soliter) terdapat pada buku dan berbentuk garis (linear)

4.Duduk daun berselang seling, membentuk barisan kanan dan kiri..

5.Tulang daun sejajardan ditengah helaiannya terdapat ibu tulang daun.

6.Daun terdiri dari pelepah dan helaian daun yang tepinya rata.

7.Lidah daun kerap tampak jelas pada batas antara pelepah dan helai daun.

8.Bunga tersusun dalam bulir.

9.Bulir tersusun dari anak bulir(spikelet) yang bertangkai, meskipun ada pula yang tak

bertangkai.

Page 11: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

6

10.Setiap anak bulir tersusun dari satu atau lebih bunga kecil (floret).

11.Biasanya setiap bunga kecil dikelilingi oleh sepasang daun pelindung(bratea) yang

besarnya tidak sama.Bratea yang besar disebut lema dan bratea yang kecil disebut palea.

12.Bakal buah beruang satu dan berbiji satu.

13.Buahnya sering disebut caryopsis atau grain.

14.Bentuk buah ada yang bulat memanjang (oblong), seperti perahu, bulat telur atau

datar cembung (planoconvex)_.

Contoh gulma rerumputan, antara lain alang-alang (Imperata cylindrica L,), Rumput

pahit (Ax0n0pus cmpressus Swartz.Beauv.)

2. Golongan Teki (Sedges)

Golongan teki meliputi semua jenis gulma yang termasuk kedalam famili

Cyperaceae.Ciri-ciri gulma golongan teki adalah sebagai berikut:

1.Batang pada umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat, pipih dan berisi.

2.Daun berjejal pada pangkal batang dan tersusun dalam tiga deret.

3.Daun duduk dan berbentuk pita dengan urat daun membujur.

4.Pelepah daun berbentuk buluh, meskipun ada pula yang tidak berpelepah.

5.Tanaman tidak memiliki lidah daun.

6.Bunga tersusun dalam bulir atau anak bulir dan biasanya disungkupi oleh satu daun

pelindung.

7.Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku.

8.Buah tidak membuka, bijinya lepas dari dinding buah.

9.Organ perbanyakan utamanya ada yang terletak dalam tanah, ada yang

mempergunakan biji.

Contoh gulma golongan teki antara lain: Teki (Cyperus rotundus L) dan

Page 12: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

7

Rumput sendayan (Rhynchospora corymbosa L )

3. Golongan Berdaun Lebar (Broadleaf weeds)

Golongan gulma berdaun lebar meliputi semua jenis gulma selain famili

gramineae dan Cyperaceae. Gulma berdaun lebar umumnya terdiri dari golongan

diocotyledoneae dan paku-pakuan (pteridophyta).

Ciri –ciri umum gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut:

1.Ukuran daunnya lebar.

2.Tulang daun berbentuk jaringan

3.Terdapat tunas-tunas tambahan pada setiap ketiak daun, kadang-kadang juga pada

akar.

Contoh gulma berdaun lebar adalah: Bayam duri (Amaranthus spinosus ) dan

Babadotan atau wedusan ( Ageratum conyzoides L.)

B. Berdasarkan habitat umum gulma dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Gulma Darat (Terrestrial weeds)

Gulma darat tumbuh pada lahan kering dan bila tergenang air akan mati. Contoh

gulma darat antara lain: teki (Cyperus rotundus L.), alang-alang (Imperata cylindrica

L.) dan rumput setawar (Borreria latifolia (Aubl.) K.Sch).

2. .Gulma Air (Aquatic weeds)

Gulma air adalah gulma yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di air.

Contoh gulma air antara lain: eceng lembut (Monochoria vaginalis ), eceng gondok

(Eichornia crasipes ) dan genjer (Limnocharis flava L)

C. Berdasarkan bentuk daun, maka gulma dapat digolongkan menjadi:

1. Gulma berdaun lebar. Tumbuhan inimempunyai bentuk daun lebar, dari jenis

dikotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C3.

Page 13: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

8

2. Gulma berdaun sempit. Tumbuhan inimempunyai bentuk daun sempit panjang,

dari jenis monokotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C4.

D. Berdasarkan lama hidupnya maka gulma digolongkan menjadi:

1. Gulma semusim atau setahun (annual). Tumbuhan ini menyelesaikan daur

hidupnya dari biji, tumbuh sampai mati selama semusim atau setahun.Karena

banyaknya biji yang terbentuk maka persisten.

2. Gulma dua tahunan(biennial). Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya

selama satu sampai dua tahun. Bunga dibentuk pada tahun kedua.

3. Gulma tahunan (perennial). Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama

lebih dari dua tahun. Kebanyakan dari gulma ini membentuk biji yang banyak

untuk penyebaran dan dapat pula menyebar secara vegetatif.

E. Berdasarkan dari sudut pentingnya interaksi terhadap tanaman yang dibudidayakan,

maka gulma dapat digolongkan kedalam:

1. Golongan gulma ganas terdiri dari 18 spesies, yang antara lain adalah: Cyperus

rotundus, Cynodon daktylon, Echinochloa crusgalli, Echinochloa colona ,

Eleusin indica dan Imperata silindrica.

2. Golongan gulma agak ganas yang terdiri dari 57 spesies antara lain : Ageratum

conyzoides, Anagalis arvensis, Argemone mexicana, Axoopus compressus dan

Bidens pilosa.

Besarnya penurunan hasil panen yang disebabkan oleh gulma sangat bervariasi

tergantung dari jenis tanaman pokok dan jenis gulma. Rukmana dan Saputra (1999)

mengatakan bahwa kehilangan hasil pada tanaman jagung akibat gangguan oleh gulma

sebesar 58,80-72,10 %. Purnomo (1986) juga mengatakan bahwa kehilangan hasil

Page 14: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

9

tanaman jagung akibat kompetisi dengan gulma sebesar 13,0 %. Adanya gulma dalam

jumlah yang cukup banyak dan rapat selama musim pertumbuhan akan menyebabkan

kehilangan hasil secara total (Sastrautomo,1990). Selanjutnya dikatakan pula besarnya

kehilangan hasil tanaman pangan akibat kompetisi sangatlah erat kaitannya dengan

jumlah individu gulma yang turut berperan dalam kompetisi serta siklus hidup dari

gulmanya. Akibat perilaku gulma yang menghambat pertumbuhan dan penurunan hasil

cendrung membuat manusia berusaha mengurangi atau menghilangkan gulma itu

(Moenandir, 1990). Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma setara dengan kerugian yang

diakibatkan oleh hama dan penyakit. Gulma menjadi masalah yang tetap, karena selalu

menyaingi tanaman utama (pokok) dalam pengambilan unsur hara, air, cahaya dan

tempat.

Pengendalian gulma dapat dibagi menjadi beberapa golongan (Moenandir,1990)

yaitu secara:

1.Pengendalian gulma secara preventif (pencegahan)

Pencegahan lebih baik daripada perawatan, karena itu kita harus menjaga benih

yang akan ditanamn sebersih mungkin dan bebas kontaminasi dengan biji gulma,

penggunaan alat pertanian yang bersih, pembuatan kompos yang sempurna dan

menyaring air pengairan agar tidak membawa biji gulma ke petak pertanaman atau tidak

membawa biji gulma ketempat penampungan air pengairan.

2. Pengendalian secara mekanik

Pengendalian gulma dengan cara ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau

mekanik, baik dengan tangan biasa , alat sederhana maupun alat berat. Pengendalian

gulma secara mekanik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a.Pencabutan dengan tangan atau disebut dengan tangan.

Page 15: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

10

Cara ini sangat praktis, efisien dan murah jika diterapkan pada suatu areal yng

tidak luas, seperti di halaman rumah, dalam barisan dan guludan di mana alat berat sulit

untuk mencapainya.

b.bajak tangan (most satisfactorily meets the weed). Alat semacam ini sangat berguna

pada halaman dan sebagai alat tambahan mengolah tanah dalam penyiangan di segala

jenis barisan pertanaman.

c.Pengolahan tanah. Suatu usaha yang cukup praktis pada pengendalian gulma annual,

biennual dan perennial.

d.Penggenangan.

Pelaksanaan penggenangan pada umumna berhasil untuk gulma perennial.

Penggenangan dibatasi dengan galangan, dengan tinggi 15-25 cm selama 2-8 minggu.

Sebelumnya dibajak terlebih dahulu dan tak dibenarkann ada tumbuhan yang mencuat

di atas permukaan air. Penggenangan dapat berhasil dengan memuaskan bila

ketinggian air tidak menyebabkan pertumbuhan baru.

e.Panas.

Suhu tinggi menyebabkan panas, sehingga dapat mengkoagulasikan protoplasma

dan mengurangi kerja enzim. Titik mati kebanyakan sel tanaman karena panas terletak

antara 45-55 0

C. Api atau uap panas sehubungan dengan pengemndalian gulma

mempunyai tujuan untuk:

1.Menghancurkan bagian atas gulma yang telah tua atau terpotong oleh alat lain.

2.Pada tempat berbatu atau jalan kereta api, uap panas atau api dapat dilakukan l

kali lebih baik.

3.Pada barisan tanaman kapas biji gulma yang berkecambah dapat dibasmi oleh

hembusan api yang dikerjakan berulang kali.

Page 16: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

11

f. Pembubuhan mulsa.

Pemakaian mulsa bertujuan untuk menghalangi sampainya cahaya matahari

pada gulma dan menghalangi pertumbuhan bagian atas sehingga pemakaian mulsa dapat

mengendalikan gulma.

3. Pengendalian secara kultur teknis

Pengendalian gulma secara kulktur teknois da[pat dilakukan dengan cara:

a.Pengolahan tanah yaitu pada pengolahan tanah pertama, gulma dibenamkan kedalam

tanah,sedangkan pengolahan tanah yang kedua untuk merusak dan mematikan gulma

yang masih tumbuh.

b.Penggunaan benih tanaman budidaya yang bebas gulma yaitu dengan melakukan

seleksi benih tanaman budidaya dari biji-biji gulma yang terbawa dengan cara

merendam dalam air.Biji gulma yang kecil akan terapung untuk segera dipisahkan dari

benih tanaman budidaya.

c.Pemupukan yaitu dengan memberi pupuk berimbang kepada tanaman pokok sehingga

tanaman tumbuh subur dan mampu bersaing dengan gulma.

d.Pergiliran (rotasi ) tanaman dengan tujuan agar gulma tertentu untuk tidak

mengganggu perkembangan pertanaman berikutnya. Pesaing kuat bagi suatu

pertanaman memberi banyak keuntungan. Misalnya pertanaman itu cepat tumbuh.

berkanopi lebih lebat sehingga cepat memberi naungan pada daerah di ba.wahnya, cepat

masak untuk dipanen.

e.Pengendalian gulma secara ekologis yaitu dengan memodifikasi lingkungan yang

mengakibatkan tumbuhan tanaman menjadinlebih baik dan pertumbuhan gulma

menjadi lebih buruk. Misalnya mengubah kedudukan air dan nutrisi pada saat tertentu.

Page 17: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

12

f.Penggunaan jenis alat pengolah tanah memberikan pengaruh pada timbulnya gulma

selanjutnya pada lahan pertanaman. Contoh penggunaan alat sederhana dari manusia

atau hewan dinadingkan dengan menggunakanalat berat yang menggunakan mesin akan

memberikan dampak yang berbeda pada timbulnya gulma pada pertanaman.

4.Pengendalian gulma secara biologis

Pengendalian biologis yaitu dengan menggunakan insekta dan jamur untuk

mengendalikan gulma. Contoh penggunaan penggerek Argentine (Cactoblastis

cactorum ) di Queensland yang memakan kaktus (opuntia) selama 12 tahun dapat

menekan sampai 95 %. Ada pula hewan ternak yang memakan rerumputan secara

teratur dapat menekan sejenis gulma. Contoh penggunaan ayam kalkun di kebun kapas,

jenis ikan dugong di laut sekitar Amerika tengah dapat mengendalikan gulma

air.Pengendalian alang-alang oleh tumbuhan penutup tanah, seperti calloponium,

centrosema ddan pueraria.

5. Pengendalian secara kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan

menggunakan bahan kimia yang dapat menekan atau mematikan gulma. Bahan

kimiayang dipakai disebut herbisida. Pengendalian dengan cara ini membutuhkan alat

penyebar herbisida serta pengetahuan khusus tentang herbisida itu sendiri. Secara garis

besarnya herbisida dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu golongan herbisida

selektif dan golongan herbisida non selektif.

Kebanyakan herbisida akan lebih efeftif pada gulma daun lebar, bila besar

konsentrasi herbisida yang digunakan tepat dan tepat pula saat pemberiannya.

Sesuai waktu pemberian maka herbisida dapat diberikan secara:

Page 18: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

13

a. Pra pengolahan, sebelum pengolahan tanah, gulma yang ada di atas lahan diberi

herbisida untuk memudahkan pengolahan.

b. Pra tanaman, setelah pengolahan tanah dan sebelum tanam, herbisida diberikan

untuk menghambat pertumbuhan gulma dan memudahkan menanam.

c. Pra tumbuh, setelah tanam, herbisida diberikan sebelum tanaman maupun gulma

muncul.

d. Pasca tumbuh, herbisida diberikan setelah tanamanmaupun gulma muncul atau

tumbuh.

Tentang arah penggunaan herbisida dengan alat penyemprotan dapat diberikan secara:

-langsung pada gulmanya

-langsung pada gulma yang tumbuh terpencar.

-langsung pada gulma dalam larikan.

-diberikan di atas pertanaman.

-diberikan pada keseluruhan tanaman dan gulma.

6. Pengendalian secara terpadu

Akibat parahnya penekanan gulma pada pertumbuhan tanaman membuat para

petani berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menanggulaninya. Penentuan

keputusan pelaksanaan pengendalian secara terpadu sangat penting dalam

keberhasilannya. Apakah perpaduan pengendalian itu menguntungkan atau tidak.

Kombinasi dalam perpaduan yang tepat akan memberikan hasil yang maksimal dalam

pengendalian gulma. Perpaduan beberapa cara pengendaliaan gulma dapat diharapkan

mengatasi permasalahan gulma. Misalnya perpaduan antara pengendalian secara

mekanik diteruskan dengan pemberian herbisida pasca tumbuh, penggunaan herbisida

Page 19: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

14

pra tumbuh diteruskan dengan herbisida pasca tumbuh dan lain-lain, dapat menekan

infestasi gulma yang sulit untuk dibasmi.

2.2 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung

Taksonomi tanaman jagung (Zea mays saccharata sturt) dalam taksonomi

tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi (Warisno, 1998)sebagai berikut :

Kingdom : Plantae ( tumbuh-tumbuhan )

Division : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

Sub divisio : Angiospermae ( berbiji tertutup )

Classis : Monocotyledone ( berkeping satu )

Ordo : Graminae ( rumput-rumputan )

Familia : Poaceae ,Genus : Zea dan Species : Zea mays saccharata sturt .

Sistem perakaran tanaman jagung merupakan akar serabut dengan 3 macam akar

yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Pertumbuhan akar ini melambat

setelah plumula muncul kepermukaan tanah. Akar adventif adalah 6 akar yang semula

berkembang dari buku di ujung mesokotil, selanjutnya berkembang dari tiap buku

secara berurutan ke atas hingga 7 sampai dengan 10 buku yang terdapat di bawah

permukaan tanah. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan unsur hara. Akar

udara adalah akar yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah yang

berfungsi sebagai penyangga supaya tanaman jagung tidak mudah rebah. Akar tersebut

juga membantu penyerapan unsur hara dan air ( Suprapto, 2002). Menurut Suprapto,

(2002) tinggi batang jagung berkisar antara 150 sampai dengan 250 cm yang terbungkus

oleh pelepah daun yang berselang-seling berasal dari setiap buku. Ruas-ruas bagian atas

berbentuk silindris, sedangkan bagian bawah agak bulat pipih. Tunas batang yang telah

berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Percabangan (batang liar) pada jagung

Page 20: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

15

umumnya terbentuk pada pangkal batang. Batang liar adalah batang sekunder yang

berkembang pada ketiak daun terbawah dekat permukaan tanah. Jumlah daun jagung

bervariasi antara 8 helai sampai dengan 15 helai, berwarna hijau berbentuk pita tanpa

tangkai daun. Daun jagung terdiri atas kelopak daun, lidah daun (ligula) dan helai daun

yang memanjang seperti pita dengan ujung meruncing. Pelepah daun berfungsi untuk

membungkus batang dan melindungi buah. Tanaman jagung di daerah tropis

mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibandingkan dengan tanaman jagung

yang tumbuh di daerah beriklim sedang. Tanaman jagung disebut juga tanaman

berumah satu, karena bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman, tetapi

letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman,

sedangkan bunga 7 betina pada tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi

batang. Biji jagung mempunyai bagian kulit buah, daging buah, dan inti buah (Riwandi,

2014).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka dan menyukai cahaya. Ketinggian

tempat yang cocok untuk tanaman jagung dari 0 sampai dengan 1300 m di atas

permukaan laut. Temperatur udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman jagung

adalah 23 – 27 0 C. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung pada umumnya

antara 200 sampai dengan 300 mm per bulan atau yang memiliki curah hujan tahunan

antara 800 sampai dengan 1200 mm. Tingkat kemasaman tanah (pH) tanah yang

optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung berkisar antara 5,6

sampai dengan 6,2. Saat tanam jagung tidak tergantung pada musim, namun tergantung

pada ketersediaan air yang cukup. Adapun pengairannya cukup, penanaman jagung

pada musim kemarau akan memberikan pertumbuhan jagung yang lebih baik. Tanaman

Page 21: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

16

C4 adalah tanaman dengan hasil pertama dalam fotosintesis di mesofil berupa suatu

molekul dengan 4 atom C. Tanaman C4 adalah tanaman yang menghasilkan asam 4

karbon sebagai produk utama penambahan CO2 (Salisbury, 1998). Secara fisiologis

tanaman jagung termasuk tanaman C4. Pertumbuhannya memerlukan cahaya yang

penuh. Golongan tanaman C4 ini juga lebih efisien dalam memanfaatkan CO2 yang

diperlukan dalam proses fotosintesis. Hal ini dapat berlangsung karena tanaman jagung

memiliki sel 8 seludang daun atau bundle seath cells yang mengelilingi pembuluh daun

(Riwandi, 2014). Tanaman C4 adalah tanaman dengan hasil pertama dalam fotosintesis

di mesofil berupa suatu molekul dengan 4 atom C. Tanaman C4 adalah tanaman yang

menghasilkan asam 4 karbon sebagai produk utama penambahan CO2 (Salisbury,

1998). Secara fisiologis tanaman jagung termasuk tanaman C4. Pertumbuhannya

memerlukan cahaya yang penuh. Golongan tanaman C4 ini juga lebih efisien dalam

memanfaatkan CO2 yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Hal ini dapat

berlangsung karena tanaman jagung memiliki sel 8 seludang daun atau bundle seath

cells yang mengelilingi pembuluh daun (Riwandi, 2014

Page 22: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

17

BAB III

METEDO PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah petani di Desa Munggu,Kecamatan

Mengwi, Badung ,Provinsi Bali. Waktu penelitian dari bulan April sampai Juli 2016.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah alat pengolah

tanah(traktor),

tali rapia, alat-alat tulis, timbangan, alat ukur, seng untuk papan nama dan oven.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung Bisi 2, pupuk

urea, TSP, KCl, benih jagung Bisi 2, tas plastik dan herbisida Japra 400 SE.

3.3 Perlakuan dan Rancangan

3.3.1 Rancangan percobaan

Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak

Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan.

Adapun dosis aplikasinya adalah:

H 1,5 : perlakuan herbisida JAPRA 400 SE dengan dosis 1,5 l /ha.

H 2,0: perlakuan herbisida JAPRA 400 SE dengan dosis 2 l/ha.

H 2,5: perlakuan herbisida JAPRA 400 SE dengan dosis 2,5 l/ha

H 3,0: perlakuan herbisida JAPRA 400 SE dengan dosis 3 l/ha.

H 3,5: perlakuan herbisida JAPRA 400 SE dengan dosis 3,5 l/ha.

PM : perakuan penyiangan secara manual.

K : kontrol.

Page 23: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

18

3.3.2Pelaksanaan percobaan

1. Penyiapan lahan

Lahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah lahan sawah bekas tanaman

padi. Penyiapan lahan dilakukan dengan membersihakan sisa tanaman padi dan rumput,

yang selanjutnya diolah tanahnya dengan traktor. Lahan yang sudah lalu dibagi menjadi

4 blok dan tiap blok dibuat petakan sebanyak 7 buah yang masing-masing berukuran 5

m x 6 m.

2. Penanaman

Penanaman benih jagung dilakukan dengan cara menugal dan memasukan dua

(2) benih jagung pada setiap lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm x

60 cm.

3. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman jagung adalah proses yang penting, karena akan ikut

menentukan hasil produksi dari aktivitas kita bercocok tanam jagung.

Kegiatanpemeliharaan tanamanjagung meliputi:

1. Penyiraman

Cara yang paling mudah untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman jagung adalah

dengan membuat saluran air pada sekeliling lahan atau dari turunnya air hujan. Sebab,

bila kita harus menyiram lahan yang begitu luas, akan cukup merepotkan.

Air bagi tanaman jagung dibutuhkan untuk:

Saat awal pertumbuhan yaitu untuk perkecambahanSaat pembentukan

tongkol. Akibat kekurangan air adalah:

-Biji lama/gagal berkecambah.

-Tongkol jagung menjadi kerdil.

Page 24: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

19

Cara penyiraman lahan tanaman jagung adalah sebagai berikut: Pada daerah yang

cukup air, penyiraman dilakukan dengan cara menyalurkan air pada saluran air antara

barisan tanamann jagung.. tunggu sampai 3 jam, bila air masih sisa dalam saluran tadi,

maka air harus dibuang. Pada lahan yang kering, penyiraman dilakukan dengan

menggunakan gembor.

Waktu penyiraman tanaman jagung adalah: setelah masa tanam jagung

selesai, dengan tujuan agar biji jagung segera berkecambah.

Setiap hari satu kali tanaman jagung disiram selama satu minggu.

Setelah istirahat, penyiraman kembali dilakukan setelah minggu ke-4.

Saat pembentukan tongkol, tanaman jagung disiram sehari sekali agar tumbuh

dengan sempurna. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyiraman tanaman

jagung adalah:Jangan menyiram tanaman jagung jika hari sudah hujan. Karena

jika terlalu banyak air tanaman jagung bisa membusuk dan akhirnya mati.

Penyiraman hanya dilakukan jika lahan kering saja.

2. Penyiangan

Penyiangan adalah kegiatan membuang rumput liar/pengganggu yang ikut

tumbuh bersama tanaman jagung, yang sering disebut gulma.

Macam-macam rumput liar yang sering tumbuh dalam lahan jagung adalah:

-Rumput teki

-Alang-alang

-Kaki/tapak kuda

-Meniran

-Krokot.

Cara penanggulanggan rumput liar atau gulma ini adalah dengan cara:

langsung dicabut dengan tangan secara beramai-ramai.

Dengan menggunakan herbisida yaitu senyawa kimia yang digunakan untuk

membasmi gulma.

Page 25: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

20

3. Pembubunan

Pembumbunan adalah penimbunan tanah pada sekeliling tanaman

jagung. Caranya adalah sebagai berikut:

Pertama-tama kita bersihkan rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman jagung,

dengan cara dicabut. Ambil hasil cabutan rumput liar tadi, dan timbun dengan

tanah pada sekeliling tanaman jagung.

4.Penyulaman tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman tanaman yang mati , yang

dilakukan seminggu setelah tanam yaitu dengan menanam benih yang baru

sebanyak dua (2) benih per lubang tanam.

5.Pemupukan

Pemberian pupuk yanmg dimaksudkan disini adalah pemupukan

lanjutan, yaitu setelah tanaman jagung berumur 2 minggu, dengan cara

ditaburkan pada larikan tanaman jagung. Pemberian urea juga diberikan

setelah tanaman jagung berumur 4 minggu setelah tanam, dengan tujuan

meningkatkan jumlah dan kualitas tongkol, jagung. Pemberian pupuk Urea 50

kg/ha, 100 kg SP 36 dan 100 kg KCL per hektar. Pupuk diberikan pada saat

tanam, kecuali pupuk urea diberikan 2 kali yaitu ½ bagian pada saat tanam dan

½ bagian lagi pada umur 4 minggu setelah tanam

6.Perlakuan herbisida

Perlakuan herbisida Japra 400 SE diberikan sebanayak dua kali yaitu pada umur

tanaman jagung tiga minggu dan enam minggu setelah tanam,dengan cara

menyemprotkan kepermukaan tanaman dan gulma. Pemberian dosis herbisida diberikan

sesuai dengan perlakuan masing-mmasing.

3.3.3 Variabel pengamatan

Adapun varabel yang diamati adalah sebagai berikut:

Page 26: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

21

1.Pengamatan pada biomassa segar dan kering oven pada setiap spesies gulma yang

dilakukan pada saat 3 dan 6 minggu setelah aplikasi herbisida pada setiap petakan

dengan menggunakan metode kuadrat berukuran 1 m x 1 m .

2.Tinggi tanaman jagung yang diukur dari pangkal batang sampai ujung daun teratas,

yang dilakukan pada umur 3 dan 6 minggu setelah tanam, dengan 10 contoh tanaman

pada setiap petak perlakuan.

3.Hasil tanaman jagung yang berupa berat jagung pipilan kering setelah dipanen dengan

menggunakan petak ubinan yang berukuran 2,5 m x 2,5 m pada setiap petak.

3.3.5 Panen

Panen tanaman jagung dilakukan setelah tongkol memenuhi kreteria panen, yang

dicirikan dengan warna klobot buah jagung telah berubah mmenjadi coklat dan biji telah

mengeras dan bila digores tidak lecet.

3.3.6 Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam (anova)

sesuai dengan rancangan yang digunakan dan hasilnya berpengaruh nyata dan atau

sangat nyata akan dilanjutkan dengan uji BNT pada tarap 5%(Steel dan Torrie,1991).

Page 27: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengaruh herbisida Japra 400 SE menunjukkan pengaruh yang sangat

nyata terhadap semua variabel pengamatan ,kecuali terhadap variabel berat kering

oven gulma Portulaca olera L menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (Tabel 1).

Tabel 1.Pengaruh dosis herbisidaJapra 400 SE terhadap variabel pengamatan

No Variabel Signifikansi

1 PopulasiGulmaPanicumpaludosumRoxb. (3 Minggu) ***

2 PopulasiGulmaCyperusrotundus L. ***

3 PopulasiGulmaOryza sativa L. ***

4 PupulasiGulmaPortulacaolera L. **

5 PopulasiPanicumpaludosumRoxb. (6 Minggu) ***

6 BeratKeringOvenGulmaPanicumpaludosumRoxb. (g) (3 Minggu) ***

7 BeratKering Oven GulmaCyperusrotundus L. (g) ***

8 Beratkering oven GulmaOryza sativa L. (g) ***

9 Beratkering oven GulmaPortulacaolera L. (g) ns

10 Beratkering oven GulmaPanicumpaludosumRoxb. (g) (Minggu 6) ***

11 Tinggi TanamanJagung (cm) (3 Minggu) ***

12

13

Tinggi TanamanJagung (cm) (6 Minggu)

Hasil biji pipilan kering per hektar (t )

***

***

Keterangan :ns : Berpengaruhtidaknyata (P ≥ 0,05)

** : Berpengaruhsangatnyata (P ≤ 0,01)

*** : Berpengaruhsangatnyata (P ≤ 0,01)

Tabel 2.Pengaruh dosis herbisida Japra400 SE terhadap beberapa populasi dan jenis gulma

pada umur 3 minggu tanaman jagung.

Perlaku

an

Panicumpaludosu

mRoxb.

Cyperusrotu

ndus L.

Oryza

sativa L.

Portulaca

olera L.

Panicumpaludosu

mRoxb.

(6 Minggu)

H 1,5 45,25 c 27,25 ab 15,50 cd 3,75 a 60,75 b

H 2,0 101,00 b 19,50 c 17,50 bcdd 1,50 abc 64,25 b

H 2,5 122,50 ab 21,50 bc 22,50 bc 1,50 abc 59,50 b

H 3,0 51,50 c 23,50 abc 25,25 b 0,50 bc 64,00 b

H 3,5 56,25 c 26,50 ab 21,00 bc 0,75 bc 54,75 b

P M 18,25 d 11,75 d 10,75 d 0 c 11,50 c

K 135,25 a 29,50 a 34,50 a 2,50 ab 98,00 a

BNT

5% 15,94 4,17 5,02 1,57 8,82

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama masing masing

perlakuan menunjukkan berbeda tiak nyata berdasarkan uji BNT 5%.

22

Page 28: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

Hasil pengaruh herbisida Japra 400 SE terhadap jenis dan populasi gulma pada umur

3 minggu setelah aplikasi menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap masing- masing

variabel yang diamati (Tabel 2).

Hasil pengaruh herbisida Jpara 400 SE terhadap jenis dan populasi gulma pada umur

6 minggu setelah aplikasi menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada berbagai tingkat

dosis herbisida dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan penyiangan manual

maupun dengan kontrol (Tabel 2). Jenis gulma Panicum paludosum L.(golongan rerumputan)

mempunyai populasi yang paling tinggi atau yang mendominasi . Hasil penelitian Sudarma

dkk.(2012) juga mengatakan golongan gulma graminaceae (rerumputan ) yaitu Paspalum

commersonii Lamk. adalah jenis gulma yang paling mendominasi sebesar 23,3 % disusul

oleh gulma Mollugo pentaphylla L ( Famili Molluganiaceae) sebesar 19,1 % dan Phylanthus

urinaria L.( Famili Euphorbiaceae ) sebesar 12,9 % pada tanaman jagung.

Populasi gulma yang tinggi pada stadium vegetatif tanaman jagung , merupakan

keadaan yang berbahaya karena stadium vegetatif tanaman jagung sangat rentan terhadap

kompetisi cahaya, air dan hara. Hasil penelitian Nouan et al., (2004) gulma yang dilakukan

penyiangan pada stadium tanaman jagung dengan daun 3-10 memberikan hasil jagung paling

tinggi dibandingkan stadium yang lain ( 3-5 daun, 3-7 daun dan tanpa penyiangan ).

Kemampuan kompetitif gulma ditentukan oleh beberapa karakteristik tanaman, salah

satu sifat yang paling umum gulma adalah cendrung setahun atau dua tahun dari pada gulma

tahunan; hal ini yang membuat spesies gulma berproduksi lebih cepat. Karakteristik yang lain

adalah weediness yaitu kemampuan spesies gulma yang berkolonisasi di bawah cahaya

matahari yang tinggi dan kandungan kadar air tanah yang rendah (Kelton dan Price, ny ).

Periode aktual sebelum gulma memulai mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman

tampak berhubungan dengan waktu yang terjadi di mana gulma mencapai menutup

permukaan secara lengkap (James et al., 2000). Menurut Karimmojeni et al., 2010) gulma

tertentu seperti Xanthium strumarium competitor yang lebih kuat dari pada gulma lainnya

seperti Datura stramonium dengan jagung. Oldum ( 1971) mengatakan bahwa lingkungan

dengan indek keragaman yang sangat kecil adalah lebih labil karena didominasi oleh jenis

tertentu yang mendesak kehidupan gulma yang lainnya.

23

Page 29: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

Bila dikaitkan dengan penelitian ini berarti gulma Paspalum paludosum L.

mempunyai kompetitif yang paling kuat dibandingkan dengan gulma yang lainnya , oleh

karena gulma Panicum paludosum L mempunyai nilai populasi yang tertinggi.

Hasil pengaruh herbisida Japra 400 SE terhadap biomassa gulma kering oven jenis

gulma pada umur 3 minggu setelah aplikasi menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada

Panicum paludosumRoxb.,CyperusrotundusL.dan Orysa sativa L., kecuali terhadap jenis

gulma Portulaca olera L.menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (Tabel 3)

Tabel 3.Pengaruh dosis herbisidaJapra 400 SE terhadap berat biomassa kering oven beberapa

populasi gulma pada umur 3 minggu tanaman jagung..

Perlaku

an

Panicum

paludo

sumRoxb.

(g)

Cyperus

rotundus

L. (g)

Oryza

sativa L.

(g)

Portulaca

olera L.

(g)

PanicumpaludosumRox

b.

(6 Minggu) (g)

H 1,5 30,37 b 12,32 b 15,87 a 2,27 a 115,85 b

H 2,0 28,00 b 11,30 bc 12,92 a 6,57 a 113,05 b

H 2,5 22,67 b 11,50 b 11,35 a 5,25 a 111,57 b

H 3,0 23,22 b 10,02 bc 11,32 a 5,30 a 103,20 b

H 3,5 29,87 b 11,02 bc 4,35 b 2,45 a 127,15 b

P M 12,57 c 6,30 c 3,55 b 1,77 a 18,62 c

K 55,15 a 21,02 a 15,07 a 7,27 a 216,92 a

BNT 5% 4,96 3,24 3,47 5,45 22,53 Keterangan: Nilai rata-rata yang diikutiolehhuruf yang samapadakolom yang

samamasingmasingperlakuanmenunjukkanberbedatidaknyataberdasarkanuji BNT 5%

Biomassa berat kering gulma PanicumpaludosumRoxb.pada umur 6 minggu setelah

aplikasi menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada berbagai taraf dosis herbisida

sedangkan terhadap perlakuan penyiangan manual dan kontrol menunjukkan pengaruh yang

sangat nyata (Tabel 3).

Hasil pengujian herbisida japra 400 SE terhadap tinggi tanaman jagung pada umur 3

minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata pada semua taraf

dosis herbisida dan penyiangan manual ,sedangkan terhadap perlakuan kontrol berpengaruh

sangat nyata (Tabel 4).

Hasil pengamatan tinggi tanaman jagung pada umur 6 minggu setelah tanam

menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada semua dosis herbisida,

24

Page 30: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

sedangkan terhadap kontrol menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (Tabel 4).

Hasil biji jagung pipilan kering kadar air 12 % yang tertinggi diperoleh pada

perlakuan penyiangan secara manual sebesar 11,33 ton/ hektar dan terendah pada perlakuan

kontrol sebesar 7,10 ton/ hektar. Hasil pada penyiangan manual berbeda tidak nyata

dibandingkan dengan perlakuan dosis 2 l/hektar dan 2,5 l /hektar yaitu masing –masing

sebesar 10,68 ton/hektar dan 10,98 ton/hektar(Tabel 4).. Hasil penelitian ini hampir

mendekati hasil penelitian Raka, dkk., (2012) yang mendapatkan hasil biji kadar air 12 %

pada jagung Hibrida Bisi 2 yang diberikan perlakuan Rizobacteri Pantoea agglomerans BS

7a diperoleh hasil sebanyak 14,88 ton per hektar dan terendah pada kontrol sebanyak 11,01

ton per hektar atau meningkat sebesar 34,15 % dibandingkan dengan kontrol.

Tabel 4.Pengaruh dosis herbisida Japra 400 SE terhadap tinggi tanama jagung pad umur 3

minggu, 6 minggu (cm) dan hasil biji jagung pipilan kering kadar air 12 % per hektar ( t)

Perlakuan Umu 3

minggu (cm)

Umur 6 Hasil biji pipilan

minggu (cm) kering per hektar (t)

H 1,5 73,95 b 181,07 c 10,42 c

H 2,0 73,25 b 181,47 c 10,68 a

H 2,5 73,42 b 182,12 bc 10,98 a

H 3,0 72,20 b 181,60 c 8,03 b

H 3,5 74,75 b 180,75 c 7,33 b

P M 77,50 b 184,27 ab 11,33 a

K 100,82a 185,02 a 7,10 b

BNT 5% 4,18 1,58 0,67 Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama masing masing perlakuan

menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT 5%

25

Page 31: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Pengaruh herbisida Japra 400 SE pada berbagai tingkatan dosis yang di uji

menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap jenis dan populasi gulma pada umur 3 dan 6

minggu setelah aplikasi

Pengaruh herbisida Japra 400 SE terhadap berat biomassa gulma kering oven jenis pada

umur 3 minggu setelah aplikasi menunjukkan pengaruh yang efektif pada jenis Cyperus

rotundus L., Orysa sativa L., Portulaca olera L., sedangkan terhadap jenis gulma Panicum

paludosumRoxb. menunjukkan pengaruh yang kurang efektif pada umur 3 minggu dan 6

minggu.

Hasil biji jagung pipilan kering kadar air 12 % tertinggi diperoleh pada perlakuan

penyiangan secara manual sebesar 11,33 ton /hektar dan terendah pada perlakuan kontrol

yaitu sebesar 7,10 ton/hektar.

5.2 SARAN

Hasil pengujian ini perlu ditindak lanjuti dengan pengujian laboratorium maupun

ditempat yang lain untuk mengetahui pengaruh herbisida Japra 400 SE untuk mengendalikan

gulma.

26

Page 32: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Andjani, T. K., Djoko Kustiono dan Iman Yushendra (2010) Analisis Pendapatan dan

Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga Petani. AGRISE 10 (1): 65-73.

Haryati, Y. dan K. Permadi ( 2015) Implementasi Pengelolaan Tanaman Terpadu pada

Jagung Hibrida (Zea mays L.). Agritrop.Journal on Agricultural Science. Vol. 5. No. 1.

Lafitte, H.R ( 1994) Identifying Production Problems in Tropical Maize: a fieldic guide.

CYMMYT, Mexoco, D.F.p.76-84.

Moenandir,H.J.(1990) Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma( Ilmu Gulma Buku

III).Jakarta. Rajawali Pers.Cet. I:101 hal.

Najiyati,S.dan Danarti (1994) Palawija.Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Jakarta.Penebar

Swadaya. Hal1-42.

Purnomo,1986(Pengaruh Pengelolaan Tanah dan tanaman terhadap Pertumbuhan Gulma dan

Produksi Kacang Hijau. Penelitian palawija. Malang I (1): 43-50.

Sudarma,M.; Suada, K.; Yuliadi, A dan Puspawati, M. (2012) Hubungan Antara Keragaman

Gulma dengan Penyakit Bulai pada Jagung (Zea mays L) Stadium Pertumbuhan

Vegetatif. Agritrop. Journal on Agricultural Science. Vol. 2 N0.1. Hal: 91-99.

Soerjani,M ; Koestermans ,A.J.G.H dan Tjitrosoepomo,G (1987). Weeds of Rice in

Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. 716 hal.

Steel,R.G.D dan Torrie,J.H (1991). Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan Edisi ke dua .

Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rani, P.L. & Raju, M.S. (ny) Lecture Notes on Weed Management. Departement of

Agronomy. College of Agriculture, Acharya N.G Ranga Agricultural University

Rajendranagar, Hyderabad 500030.

Raka, I G.N.; Khalimi, K.; Nyana, D.N dan Siadi, K (2012) Aplikasi Rhizobacteri Pantoea

angglomerans untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea

mays L.) Varietas Hibrida Bisi 2. Agritrop Journal on Agricultural Science. Vol.2

No.1. Hal: 1-9.

Rukmana,H.R dan Saputra,U.S (1999). Gulma dan Teknik Pengendalian. Penerbit Kanisius

Yogyakarta Cet. Ke 5. 88 hal.

Odum,E.P (1971) Fundamental of Ecology. Third Edition . W.B. Saunders Company.

Philadelphia, Toronto London. Toppan Company .Ltd. Tokyo, Japan.

27

Page 33: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

Lampiran 1. Kegiatan pelaksanaan pengujian di lapangan

Waktu

Bulan

3

Bulan

4

Bulan

5

Bulan

6

Bulan

7

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Survei lokasi dan

penentuian petak

x

2 Persiapan lahan

dan penanaman

x x

3 Aplikasi herbisida

Japra 400 SE

X

4 Pengamatan

keracunan

tanaman

x x x

5 Pengamatan 3

minggu setelah

aplikasi-berat

kering gulma dan

tinggi tanaman

x

6 Pengamatan 6

minggu setelah

aplikasi ,berat

kering gulma dan

tinggi tanaman

x

7 Panen &

penanganan pasca

panen

x x

8 Pengolahan data

dan penyusunan

laporan

x x x

28

Page 34: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

Lampiran 2. Foto-foto hasil penelitian

Gambar 1. Perlakuan herbisida Japara SE dengan dosis 3,5 liter/hektar.

Gambar 2. Perlakuan herbisida Japra SE dengan dosis 2,5 liter/hektar

29

Page 35: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

Gambar 3.Perlakuan penyiangan gulma secara manual

Gambar 4. Perlakuan herbisida dengan dosis 1,5 liter/hektar

30

Page 36: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

Gambar 5.Tanaman gadro (tanaman pinggir)

Gambar 6. Kebun dari tanaman pinggir.

31

Page 37: Oleh : Ir.I Ketut Arsa Wijaya,M. - erepo.unud.ac.id

Gambar 7. Hasil panen tongkol jagung varietas Bisi 2 pada masing-mmasing

perlakuan.

32