I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

24
FUNGSI DAN PERAN BAHASA INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA Oleh I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA 2017

Transcript of I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

Page 1: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB I

FUNGSI DAN PERAN BAHASA INDONESIA DALAM

PEMBANGUNAN BANGSA

Oleh

I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

2017

Page 2: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

i

ABSTRAK

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang penting bagi

bangsa Indonesia di dalam wilayah NKRI. Bahasa Indonesia berkedudukan

sebagai bahasa nasional sejak dicetuskan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928

dengan fungsi sebagai lambing kebanggaan, lambing identitas, alat pemersatu,

dan alat perhubungan. Selanjutnya, sebagai bahasa negara secara resmi berlaku

sejak diundangkannya UUD 45, 18 Agustus 1945 dengan fungsi sebagai bahasa

resmi kenegaraan, pendidikan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan

iptek.

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa,

yakni sebagai prisai pemersatu yang belum pernah dijadikan sumber

permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari beragam

suku/daerah. Selanjutnya, bahasa Indonesia berperan penting dalam pembangunan

bangsa karena digunakan sebagai bahasa resmi kenegaraan dalam memajukan

pembangunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.

Kata kunci : fungsi, peran, bahasa Indonesia, pembangunan, bangsa

Page 3: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan naskah yang berjudal “Fungsi dan

Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa” ini dalam rangka

pengembangan salah satu tri darma perguruan tinggi, yaitu bidang penelitian.

Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-

kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis

terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.

Tulisan ini dapat sepenuh diselesaikan berkat adanya bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak,

terutama rekan-rekan dosen Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan

masukan demi kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini. Akhimya, semoga

tulisan yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.

Denpasar, Januari 2017

Penulis

Page 4: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………...…………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………..……………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………...………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………..….…………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang …………………...………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah …………….…………………………………………….. 2

1.3 Tujuan ……………..………………………………………………………… 2

1.4 Manfaat …………………….................…………………….……………….. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………….……..….…………………………..…… 4

2.1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia …………...…………………..…. 4

2.2. Fungsi dan Peran Bahasa dalam Pembangunan Bangsa Indonesia …………. 4

2.3. Peran Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari ………....………..…. 17

BAB III PENUTUP ………..….……………...…………………………………… 19

3.1. Simpulan …………………...……………………………………………… 19

3.2. Saran …………….……………………….………………………………….. 19

DAFTAR PUSTAKA ……..….……………...…………………………………… 20

Page 5: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan

kebutuhan seseorang. Oleh karena dengan menggunakan bahasa seseorang dapat

mengekspresikan dirinya sehingga fungsi bahasa sangat berabagam. Bahasa

digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Selain itu, bahasa digunakan sebagai

alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalain lingkungan atau

situasi. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia, baik secara lisan maupun

tertulis.

Dalam kehidupan berbangsa dan bemegara, bahasa berperan sangat

penting. Oleh karena bahasa merupakan simbol yang dihasilkan oleh alat ucap

yang biasa digunakan oleh sesama masyarakat. Dalain kehidupan sehari-hari

hampir semua aktivitas masyarakat menggunakan bahasa, baik berbahasa secara

lisan maupun tulis dan bahasa tubuh. Bahkan saat kita tidur pun tanpa sadar kita

menggunakan bahasa.

Bahasa juga dapat diartikan sebagai sebuah simbol atau lambang bunyi

yang berfimgsi sebagai alat komunikasi antar individu. Masyarakat berinteraksi

satu sama lain dan bersosialisasi menggunakan bahasa itu sehingga begitu

pentinganya peranan bahasa dalam kehidupan bermasyarkat. Seiring

perkembangan zaman, bahasa terus berkembang dan beradaptasi dengan

lingkungan di bawah arus perkembangan pemakaian bahasa pada era globaliasi.

Pada lingkup kecil seperti keluarga dan masyarakat kita menggunakan bahasa

daerah untuk berkomunikasi, tetapi pada lingkup yang luas dan bersifat resmi

digunakan bahasa Indonesia.

Dengan dicetuskannya bahasa Melayu-Riau sebagai dasar Bahasa

Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu, perkembangan bahasa

Indonesia terus meningkat. Bahasa Indonesia semakin berkembang dan

beradaptasi, tetapi di sisi lain bahasa daerah pun tetap memiliki peranan dan

jabatan yang penting dalam kehidupan sehari – hari. Bahasa daerah tetap dijaga

eksistensinya di balik arus permasalahan kebahasaan yang terjadi di Indonesia.

Page 6: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

2

Menilik pemakaian bahasa Indonesia di kalangan masyarakat. Terjadi fenomena –

fenomena negatif di tengah – tengah masyarakat kita. Misalnya, banyak orang

Indonesia dengan bangga memperlihatkan kemahirannnya menggunakan bahasa

Inggiis walaupun mereka tidak mengusai bahasa Indonesia dengan baik. Tidak

sedikit pula orang malu tidak bisa berbahasa asing. Oleh karena itu, sebagai

bangsa yang besar kita harus mengetahui pentingnya fimgsi dan peran bahasa

Indonesia dalam pembangunan bangsa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa masalah. Adapun

masalah itu adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di NKRI?

2) Apakah fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa

(Indonesia)?

1.3 Tujuan

Tujuan tulisan ini adalah sesuai dengan masalah di atas. Adapun tujuan itu

adalah sebagai di bawah ini.

1) Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di NKRI..

2) Untuk mengetahui fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam pembangunan

bangsa (Indonesia).

1.4 Manfaat

Ada dua manfaat berkaitan dengan tulisan ini. Dua manfaat tersebut

adalah (1) manfaat praktis dan (2) manfaat teoritis. Kedua manfaat itu dijabarkan

berikut ini.

1.4.1 Manfaat Praktis

Secara praktis tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Adapun

manfaatnya adalah dapat memperluas wawasan pembaca yang

berhubungan dengan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, di samping

memperluas wawasan tentang peranan bahasa Indonesia dalam

pembangunan bangsa.

Page 7: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

3

1.4.2 Manfaat Teoritis

Secara teoritis tulisan ini mempunyai manfaat bagi ilmu

pengetahuan. Dalam hal ini manfaatnya adalah dapat menambah khazanah

ilmu pengetahuan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, termasuk

peranan bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa.

Page 8: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi di

dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk berkomunikasi sebenarnya dapat

juga digunakan cara atau alat lain, misalnya, tanda-tanda, gambar, atau isyarat.

Namun, bahasalah sebagai alat komunikasi yang paling sempurna. Bahasa

Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara

di Indonesia (Sukharta dkk., 2015:3) mempunyai fungsi sebagai berikut.

1) Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi

sebagai.

a. lambang kebanggaan nasional;

b. lambang identitas nasional;

c. alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang

sosial budaya dan bahasanya; dan

d. alat perhubungan antar budaya dan antar daerah.

2) Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi

sebagai.

a. bahasa resmi kenegaraan;

b. bahasa pengantar resmi di lembaga – lembaga pendidikan;

c. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk

kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah;

dan

d. bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu

pengetahuan serta teknologi modern.

2.2 Fungsi dan Peran Bahasa dalam Pembangunan Bangsa Indonesia

Fungsi bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa terdapat dalam

pernyataan sikap "bertanah air satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu bangsa

Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia" dalam Sumpah

Pemuda 28 Oktober 1928. Hal ini merupakan perwujudan politik bangsa

Page 9: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

5

Indonesia yang menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

(nasional) bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia telah menyatukan berbagai lapisan

masyarakat ke dalam satu – kesatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia

mencapai puncak perjuangan politik sejalan dengan perjuangan politik bangsa

Indonesia dalam mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini

dibuktikan dengan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara (lihat

Pasal 36, UUD 1945, lihat juga Hasil Amandemen UUD 45, Agustus 2002).

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah

menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni (ipteks). Ipteks berkembang terus sejalan dengan perkembangan yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Perkembangan ipteks yang

didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi dan infonnasi (seperti

internet, e-mail, e-business, e-commerce, TV-edukasi, dan lain-lain) melaju

dengan pesat, terutama memasuki abad ke-21 sekarang.

Di sisi lain, perkembangan bahasa Indonesia terasa belum seimbang

dengan perkembangan ipteks dan zamannya. Pengalihan konsep-konsep ipteks

dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris belum seluruhnya dapat dicarikan

padanannya dalam bahasa Indonesia. Sebagai akibatnya, kosakata dan istilah

asing itu mengalir deras ke dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia. Dengan

demikian, peran strategis bahasa Indonesia sebagai bahasa peradaban modern

masih memerlukan pengembangan yang lebih serasi dan serius sesuai dengan

perkembangan ipteks.

Dalam rangka menuju ke arah peradaban modern, kita perlu memahami,

menguasai, dan mengembangkan konsep-konsep ipteks modem, yang pada

umumnya masih tertulis dalam baliasa asing, khususnya bahasa Inggris.

Tujuannya, agar konsep-konsep ipteks modem tidak hanya diserap oleh mereka

yang memahami baliasa asing yang jumlahnya tentu tidak sebanding dengan

jumlah anggota masyarakat Indonesia yang memerlukannya. Apalagi dalam

rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, penyebarluasan konsep-

konsep ipteks modern itu harus dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Dalam rangka lebih memasyarakatkan peristilahan modem itu, istilah-

istilah yang telah berhasil disusun, kemudian diolah lebih lanjut menjadi berbagai

Page 10: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

6

kamus istilah. Tentu saja, selain mengandung padanan istilah dalam bahasa

Indonesia, kamus istilah itu juga mencantumkan rumusan atau penjelasan setiap

istilah yang dicantumkan. Sampai sekarang, telah berhasil disusun tidak kurang

dari 40 buah kamus istilah. Penerbitan daftar dan kamus istilah itu sangat penting

dan bemanfaat dalam rangka memasyarakatkan dan menyebarluaskan perangkat

istilah yang sudah dibakukan. Jika upaya penerbitan dan publikasi itu tidak

dilakukan, hasil penyusunan dan pembakuan istilah itu akan tetap tertinggal

sebagai harta karun. Dalam hal ini para ilmuwan dari berbagai disiplin diharapkan

menggunakan istilah yang telah dibakukan itu dengan taat asas. Selain itu, harus

pula diupayakan adanya arus balik yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan

dalam proses pengembangan bahasa selanjutnya. Di samping itu dipandang dari

segi pembinaan dan pengembangan bahasa, masuknya istilah-istilah yang sudah

dibakukan itu ke dalam buku ajar, makalah, laporan penelitian, jurnal-jurnal

ilmiah, karangan-karangan ilmiah lainnya, dan media komunikasi dan informasi

(baca: komputer) merupakan langkah berikutnya yang tidak dapat ditawar-tawar

lagi.

Bahasa Indonesia memiliki dua sifat utama yang menguntungkan, yaitu (1)

bentuk yang sederhana sehingga mudah dipelajari dan (2) kelenturan (fleksibel)

untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh latar belakang sejarah kebahasaan

yang kuat. Kaum cerdik-cendekia yang hidup pada zaman kemerdekaan pun, pada

umumnya yakin bahwa bahasa Indonesia mempunyai kemampuan berkembang

luas dengan cepat di tanali air ini, dari Sabang sampai Merauke. Danzer Carr

misalnya, berkeyakinan bahwa bahasa Indonesia dapat menggantikan kedudukan

bahasa Inggris di Asia.

Bahasa Indonesia tidak diragukan lagi kemampuannya untuk menjadi

bahasa ipteks modern. Pengembangan ipteks bahasa ragam ipteks itu harus hemat

dan cermat karena menghendaki respons yang pasti dari pendengar dan

pembacanya. Kaidah-kaidah sintaktis dan bentukan-bentukan bahasa dan ranah

penggantinya hams mudah dipahami. Kehematan penggunaan kata, kecermatan,

dan kejelasan sintaktis yang berpadu dengan penghapusan unsur-unsur yang

bersifat pribadi dapat menghasilkan ragam ipteks yang umum.

Page 11: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

7

Kalimat ipteks yang panjang-panjang hanya dapat direspons secara

langsung oleh pembaca yang terlatih. Pembaca dan penyimak ragam bahasa ipteks

itu diharapkan tidak memperoleh informasi yang keliru. Kelugasan, keobjektifan,

dan keajegan/konsistensi bahasa ipteks itulah yang membedakannya dengan

bahasa ragam sastra yang subjektif, halus, dan lentur sehingga interpretasi

pembaca yang satu kerap kali sangat berbeda dengan interpretasi dan apresiasi

pembaca lainnya. Ihwal pengembangan bahasa Indonesia ragam ipteks, hal itu

dapat dihubungkan dengan klasifikasi bidang ihnu yang lazim berlaku di

Indonesia, yaitu ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu

pengetaliuan budaya. Namun, yang menjadi masalah sekarang adalah unsur ip

(ilmu pengetahuan). Apalagi sekarang ini telah berkembang teknologi komunikasi

dan informasi, seperti internet, e-mail, e-business, e-commerce, cybertechnology,

teleducation, cybercity, dan lain-lain. Berdasarkan pemakaian kata ilmu

pengetahuan sebagai padanan kata science (s) dengan muatan makna natural

science, maka unsur ip pada kata ipteks itu merujuk pada ilmu pengetahuan alam.

Dengan demikian, bahasa Indonesia ragam ipteks itu adalah bahasa Indonesia

yang digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi (science and

technology).

Upaya pengembangan konsep ipteks modern dalam bahasa Indonesia

hanya mungkin dapat dilakukan dengan baik apabila istilah-istilah yang biasa

digimakan dalam bidang ipteks itu sudah ada padanannya dalam bahasa

Indonesia. Hal itu berarti, agar dapat mengembangkan bahasa Indonesia menjadi

ragam ipteks, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyusun

peristilahannya. Untuk keperluan itulah Pusat Bahasa yang ada sekarang, dengan

bantuan sejumlah pakar perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian di

Indonesia telah berhasil menyusun peristilahan untuk berbagai bidang ilmu,

dengan memberikan prioritas pada empat bidang ilmu dasar, yakni fisika, kimia,

biologi, dan matematika. Keempat bidang ilmu dasar itu masing-masing diberi

judul Glosarium Fisika, Glosarium Kimia, Glosarium Biologi, dan Glosarium

Matematika. Di tengah perubahan sosial-politik dan teknologi informasi serta

komunikasi yang ada sekarang, apalagi menuju bahasa Indonesia menjadi

peradaban modern, para pakar dari berbagai disiplin ilmu harus bahu-membahu

Page 12: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

8

menjadikan bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa asing lainnya, temtama

bahasa Inggris.

Kita ambil contoh kata valid yang dipungut dari bahasa Inggris. Orang

Inggris menyerap kata itu dari kata validus dari bahasa Latin. Dengan

menggunakan proses morfologis bahasa Inggris, terbentuklah kata-kata validity,

validate, validly, dan validness. Kata-kata itu dalam kamus bahasa Inggris ada

dalam satu lema (entry). Jika kita bandingkan kata-kata pungut dalam kamus

bahasa Inggris dengan kata pungut dalam kamus bahasa Indonesia, maka akan

terlihat adanya perbedaan yang mencolok.

Dalam rangka mengembangkan kosakata bahasanya, orang Inggris

mempertahankan sistem dan kaidah kebahasaannya secara ajeg (konsisten). Sikap

bahasa yang demikian itu tidak tampak dalam kamus-kamus bahasa Indonesia,

termasuk Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam edisi terbarunya. Kata valid dan

validitas diserap langsung dari bahasa Inggris tanpa mengalami proses morfologis

bahasa Indonesia sehingga kedua kata tersebut merupakan dua lema yang

berbeda. Untuk kata valid itu, para leksikograf Kamus Besar Bahasa Indonesia

tidak menurunkan kevalidan sebagai padanan kata validness. Bahkan akhir-akhir

ini kita sering mendengar dan membaca pemakaian kata validasi sebagai padanan

kata validation. Penyerapan kata validate sangat sulit, bahkan juga tidak mungkin

dilakukan tanpa proses morfologis bahasa Indonesia. Dengan menggunakan

kaidah morfologi bahasa Indonesia, dapat diturunkan kata memvalidkan.

Dengan menggunakan kaidah morfologi bahasa Indonesia, penyerapan

kata/istilah sesungguhnya dapat berlangsung lebih mudah dan ajeg. Dari kata

valid dapat diturunkan kata-kata kevalidan, memvalidkan, pemvalidan, dan secara

valid, yang merupakan sinonim kata keabsahan, mengabsahkan, pengabsahan,

dan secara absah.

Dari uraian di atas dapat disenaraikan karakteristik baliasa Indonesia

ragam ipteks sebagai berikut. Pertama, kelugasan dan kecermatan yang

menghindari segala macam kesamaran dan ketaksaan (ambiguity). Kedua,

keobjektifan yang sedapat mungkin tidak menunjukkan selera perseorangan

(impersonal). Ketiga, pembedaan dengan teliti, nama, ciri, atau kategori yang

mengacu ke objek penelitian atau telaahnya agar tercapai kecermatan dan

Page 13: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

9

ketertiban bernalar. Keempat, penjauhan emosi agar tidak mencampurkan

perasaan sentimen dalam tafsirannya. Kelima, kecenderungan membakukan

makna kata dan ungkapannya dan gaya pemeriannya berdasarkan perjanjian.

Keenam, langgamnya tidak bombastis atau dogmatis. Ketujuh, penggunaan kata

dan kalimat secara ekonomis agar tidak lebih banyak daripada yang diperlukan.

Kini, 28 Oktober 2004 kita berada pada jarak 76 taliun dari para

pendahulu kita yang sangat peduli terhadap martabat bahasa Indonesia itu.

Marilah kita bersama-sama merefleksi kembali apakah keyakinan, kebulatan

semangat kebangsaan (nasionalisme) untuk mempersatukan berbagai kelompok

masyarakat sehingga bahasa Indonesia sebagai sarana penghubung antarsuku,

antardaerah, anatarbudaya, dan sarana pengembangan ipteks modern itu

digunakan dengan sebaik-baiknya. “Malu rasanya aku jadi bangsa Indonesia”

(meminjam istilah Taufiq Ismail), kita yang hidup di alam kemerdekaan dengan

kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi sekarang tidak dapat

memanfaatkan peluang untuk mempersatukan seluruh komponen masyarakat dan

bangsa ini.

Namun, ada satu harapan baru ketika para pemuda kita empat tahun lalu,

bersamaan dengan peringatan Sumpah Pemuda 2000 telah mengikrarkan adanya

Sumpah Internet Pemuda, yang dapat diakses langsung dari seluruh pelosok tanah

air. Ini merupakan sebuah upaya nyata agar masyarakat dan bangsa kita di tengali

krisis multidimensional sekarang tidak terpecah-pecah dan berakibat pada

disintegrasi bangsa. Oleh karena itu, perlu dukungan dan tindak lanjut dari

berbagai kelompok masyarakat, seperti elite politik, pemerintah, lembaga

swadaya masyarakat, pers, para pemuda, dan mahasiswa agar Sumpah Internet

Pemuda tersebut dapat diimplementasikan menuju peradaban modem.

Mendahulukan bahasa Indonesia memiliki peran penting di dalam

kehidupan bennasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Peranannya tampak di dalam

kehidupan bermasyarakat di berbagai wilayah tanah tumpah darah Indonesia.

Komunikasi perhubungan pada berbagai kegiatan masyarakat telah memanfaatkan

bahasa Indonesia di samping bahasa daerah sabagai wahana dan piranti untuk

membangun kesepahaman, kesepakatan, dan persepsi yang memungkinkan

terjadinya kelancaran pembangunan masyarakat di berbagai bidang. Bahasa

Page 14: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

10

Indonesia sebagai milik bangsa, dalam perkembangan dari waktu ke waktu telah

teruji keberadaannya, baik sebagai bahasa persatuan maupun sebagai resmi

negara.

Adanya gejolak dan kerawanan yang mengancam kerukunan dan kesatuan

bangsa Indonesia bukanlah bersumber dari bahasa persatuannya, bahasa Indonesia

yang dimilikinya, melainkan bersumber dari krisis multidimensional, terutama

krisis ekonomi, hukum, dan politik, serta pengaruh globalisasi. Justru, bahasa

Indonesia hingga kini menjadi perisai pemersatu yang belum pernah dijadikan

sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai

ragam suku dan daerah. Hal ini dapat terjadi karena bahasa Indonesia dapat

menempatkan dirinya sebagai sarana komunikasi efektif, berdampingan dan

bersama-sama dengan bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam

mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan,

temasuk pengembangan bahasa-bahasa daerah.

Dengan demikian bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah memiliki

peran penting di dalam memajukan pembangunan masyarakat di dalam berbagai

aspek kehidupan. Peran bahasa Indoensia dan bahasa daerah semakin penting di

dalam era otonomi daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah yang dilaksanakan

dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, akan mendorong dan

menumbuhkan prakarsa dan kreativitas daerah. Hal ini tercermin dari

kewenangan-kewenangan yang telah diserahkan ke daerah dalam wujud otonomi

yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Dengan prinsip tersebut diharapkan

dapat mengakselarasi pencapaian tujuan yang telah direncanakan dalam

pembangunan masyarakat. Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999. Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, yakni mencakup

semua kewenangan pemerintahan, kecuali kewenangan bidang politik luar negeri,

pertalianan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta

kewenangan bidang lain yang bersifat lintas kabupaten/kota. Kewenangan

kabupaten/kota meliputi bidang pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan

kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman

modal, lingkungan hidup, pertanahan, serta koperasi dan tenaga kerja.

Pengembangan Bahasa, termasuk sastra berhubungan dengan kewenangan

Page 15: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

11

pemerintahan di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, baik yang dimiliki

pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Kewenangan pemerintah pusat

berupa penyediaan standar, pedoman, fasilitas dan bimbingan dalam rangka

pengembangan bahasa serta sastra. Selanjutnya, kewenangan untuk

penyelenggaraan kajian sejarah dan nilai tradisional serta pengembangan bahasa

dan budaya daerah merupakan bagian dari kewenangan provinsi. Oleh karena

bahasa dan sastra daerah pada dasamya berkembang dari masyarakat di desa-desa,

kampung-kampung, serta kelompok masyarakat tradisional yang secara

kewilayahan berada dalam wilayah kabupaten/kota sehingga mulai di

kabupaten/kota dilakukan kegiatan operasional pengembangan bahasa dan sastra

daerah. Di tingkat nasional sudah ada Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional sebagai lembaga yang mendapat mandat dari pemerintah untuk

melakukan perencanaan bahasa. Pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota

dibentuk lembaga perpanjangan penyelenggaraan Pusat Bahasa berupa balai atau

kantor bahasa yang berfungsi untuk membina dan mengembangkan bahasa dan

sastra. Penyelenggaraan kegiatan pada lembaga bahasa di tingkat

provinsi/kabupaten ini terkait langsung dengan rangkaian penyelenggaraan

pendidikan dan kebudayaan.

Pembinaan dan pengembangan bahasa pada era otoda seharusnya semakin

mendapat tempat yang penting. Oleh karena era otoda memerlukan sumber daya

manusia yang berkualitas, akselarasi manajemen yang tepat, masyarakat yang

peduli, dan keterhubungan pihak lain secara komunkatif. Keseluruhan unsur tadi

berkaitan langsung dengan bahasa sebagai piranti utama dalam berinteraksi.

Perubahan sistem pemerintahan negara dari sentrahstik menjadi desentralistik

yang diwujudkan melalui sistem otonomi daerah memberikan peluang dan

tantangan bagi upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Bahasa

mengalami perubahan sejalan dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat

penuturanya. Bahasa digunakan sebagai sarana ekspresi dan komunikasi dalam

kegiatan kehidupan manusia, seperti dalam bidang kebudayaan, ilmu, dan

teknologi. Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan dan ilmu serta

teknologi berkembang sedemikian rupa. Bahasa Indonesia pun berkembang

mengikuti perkembangan tersebut. Pesatnya perkembangan kebudayaan, ilmu,

Page 16: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

12

dan teknologi di dunia Barat membawa pengaruh terhadap perkembangan bahasa

Indonesia, khususnya di bidang kosakata/peristilahan. Di samping itu, luas

wilayah pemakaian (tersebar di pulau-pulau yang secara geografis terpisahkan

dengan oleh laut) dan besarnya jumlah penutur yang berlatar belakang (bahasa

daerah dan kebudayaannya), memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan di

tiap-tiap daerah yang lama kelamaan akan berkembang menjadi dialek tersendiri.

Oleh karena itu, perlu diadakan kontak terus-menerus antara daerah yang satu dan

daerah yang lain untuk menjaga keutuhan bahasa Indonesia.

Perkembangan baliasa Indonesia itu harus diarahkan menuju ragam bahasa

baku. Selanjutnya, ada beberapa dasar pembinaan baliasa Indonesia yang

diharapkan memberikan semangat dan motivasi tinggi dalam membina dan

mengembangkan bahaasa Indoensia. Landasan tersebut bersifat keagamaan

(religius), kesejarahan (historis, politis), kecendekian (intelektual), bersifat

kemasyarakatan (sosial). Dengan landasan tersebut, pembinaan bahasa Indonesia

yang dilakukan pada era otonomi daerah menjadi kuat, tidak tergoyahkan oleh

kondisi yang bersifat memecah-belah, dan dapat dijadikan referensi dalam

menjaga kesatuan dan persatuan demi keutuhan bangsa Indonesia.

Landasan yang bersifat keagamaan adalah bahwa bahasa Indonesia itu

karunia Tuhan yang harus kita syukuri. Membina dan mengembangkan bahasa

Indonesia berarti mensyukuri karunia Tuhan. Sebaliknya, mengabaikan

pemeliharaan bahasa Indonesia adalah sama dengan tidak mensyukuri karunia

Tuhan. Landasan kedua bersifat kesejarahan, yaitu bahasa Indonesia merupakan

amanat para pejuang atau pahlawan bangsa. Butir ke-3 Sumpah Pemuda 1928

menyatakan bahwa “Kami putra-putri Indonesia, menjungjung bahasa Persatuan,

bahasa Indonesia”. Demikian pula Pasal 36 UUD 1945 menyatakan bahwa

“Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”. Generasi peneras harus mengamalkan

amanat itu. Menghargai bahasa Indonesia dengan jalan “menggunakan bahasa

Indonesia dengan baik dan benar dalam suasana resmi” berarti mengamalkan

amanat para pahlawan tersebut. Dasar berikutnya adalah landasan kecendekiaan.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang mampu mengemban konsep, mutu, dan

keilmiahan, karena diemban oleh intelektualisme para cendekiawan atau orang

terpelajar, bukan awam. Kemampuan intelektual orang terpelajar jauh lebih tinggi

Page 17: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

13

daripada orang awam. Pengalaman intelektual mereka pun jauh lebih banyak

daripada orang awam. Atas dasar itu, bahasa Indonesia orang terpelajar harus

lebih bermutu daripada orang awam. Bahasa Indonesia beragam. Dasar ini juga

merupakan landasan dalam pembinaan bahasa Indonesia karena secara sosial,

penutur bahasa Indonesia berasal dari berbagai strata dan kelompok masyarakat.

Ragam bahasa Indonesia, di antaranya ragam baku, nonbaku, ragam ilmiah, dan

ragam lainnya.

Fokus dan arah pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia pada

prinsipnya, yakni pembinaan dan pengembangan bahasa sebagai upaya dan

penyelenggaraan kegiatan yang ditujukan untuk memelihara dan mengembangkan

bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pengajaran bahasa asing. Hal ini dilakukan

supaya bahasa tersebut dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya. Pembinaan

dan pengembangan bahasa Indonesia difokuskan melalui usaha-usaha pembakuan

agar tercapai pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien dalam berkomunikasi.

Sehubungan dengan hal itu, perlu diciptakan kaidah (aturan) dalam bidang

ejaan, kosakata/istilah, dan tata bahasa. Dalam usaha pembinaan bahasa Indonesia

perlu diarahkan dan didahulukan pada bahasa Indonesia ragam tulis karena

coraknya lebih tetap dan batas cakupannya lebih jelas. Di samping itu, pembakuan

lafal perlu dilakukan sebagai pegangan guru, penyiar televisi/radio, dan

masyarakat luas. Untuk kepentingan praktis, telah diambil sikap bahwa: (1)

pembinaan, terutama difokuskan kepada penutumya, yaitu masyarakat pemakai

bahasa Indonesia; (2) pengembangan terutama difokuskan kepada bahasa dalam

segala aspeknya. Pembinaan dan pengembangan bahasa mencakup dua arah, yaitu

(1) pengembangan bahasa mencakup dua masalah pokok (masalah bahasa dan

masalah kemampuan/sikap) dan (2) pembinaan yang mencakup dua arah

(masyarakat luas dan generasi muda).

Pengembangan aspek bahasa meliputi ragam bahasa lisan dan bahasa tulis.

Ragam bahasa lisan mencakup lafal, tata bahasa, kosakata/istilah, dan ejaan.

Dalam ragam bahasa tulis yang digarap terlebih dahulu adalah ejaan, dengan

peresmian penggunaan Ejaan yang Disempumakan oleh Presiden Republik

Indonesia tahun 1972. Kemudian, disusul dengan usaha pembakuan di bidang

kosakata/istilah yang pemakaiannya diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan

Page 18: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

14

Kebudayaan pada tahun 1975. Di samping itu, dilakukan pula pengolahan kembali

Kamus Umum Bahas Indonesia karangan W.J.S. Poewadarminta oleh Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang terbit mulai cetakan V tahun 1976.

Kemudian, pada tahun 1988 terbit Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan

disempurnakan dalam edisi kedua yang terbit pertama tahun 1991. Usaha

pembakuan dalam bidang tata bahasa secara resmi telah dirintis dengan

diadakannya Seminar Penyusunan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia 1988.

Dalam hal pengembangan kemampuan dan sikap, telah ditempatkan dasar yang

kuat, yaitu dicantumkannya di dalam GBHN bahwa “pembinaan dan

pengembangan bahasa dilakukan dengan mewajibkan peningkatan mutu

pengguna bahasa Indonesia sehingga penggunaan bahasa Indonesia secara baik

dan benar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.”

Di samping itu, telah dan terus dilakukan pengembangan kemampuan dan

sikap positif pemakai bahasa Indonesia dengan media televisi dan radio. Ada pula

upaya penyuluhan kebahasaan secara langsung bagi para pelaku ekonomi dan

pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, di berbagai

provinsi. Dengan demikian, diharapkan akan diperoleh keseragaman kaidah dan

penerapannya dalam berbagai laras bahasa (jenis penggunaan bahasa) sehingga

tujuan pengembangan bahasa-salah satu tujuannya adalah agar pembakuan bahasa

dapat dicapai. Pada era otoda ini, pembinaan bahasa tetap mengacu pada sikap

kebijakan pembinaan bahasa, yaitu ditujukan kepada masyarakat penutur bahasa.

Pembinaan ini mencakup dua arah, yaitu. vertikal dan horizontal. Arah vertikal

dengan sasaran pembinaan kepada generasi muda, termasuk pelajar dan

mahasiswa, yang merupakan generasi penerus.

Selanjutnya, arah horizontal dengan sasaran pembinaan kepada generasi

sekarang, yaitu masyarakat luas minus generasi muda. Pada masyarakat generasi

sekarang diutamakan pembinaan ragam bahasa tulis. Oleh karena merekalah yang

akan mewariskan penggunaan bahasa yang baik dan benar kepada generasi

penerus. Berdasarkan paparan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa pembinaan

dan pengembangan bahasa pada era otoda sekarang ini meliputi usaha

pengembangan bahasa (yang salah satu sasarannya berupa pembakuan bahasa)

Page 19: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

15

dan usaha meningkatkan kemampuan dan sikap penutur bahasa Indonesia agar

dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Beberapa Masalah Pembinaan Bahasa Indonesia pada Era Otoda

Pembinaan bahasa Indonesia sudah lama dilakukan, bahkan sejak zaman Pujangga

Baru (1933). Namun, sampai sekarang masih banyak kendala yang dihadapi dan

dialaminya, khususnya pada era otoda. Masalah utama adalah persoalan sikap

terhadap pembinaan bahasa Indonesia. Ada sebagian masyarakat pengguna bahasa

Indonesia yang meremehkan bahasa Indonesia. Sikap mereka terhadap pembinaan

bahasa Indonesia acuh tak-acuh. Mereka menilai: (1) pelaksanaan pembinaan

bahasa Indonesia kurang menarik, (2) hasilnya kurang nyata, dan (3) bahasa

Indonesia dianggap mudah. Karena dianggap mudah, orang Indonesia tidak perlu

mempelajari bahasa Indonsia. Persoalan sikap tersebut semakin menjadi masalah,

karena sikap negatif itu bukan berasal dari kelompok awam, melainkan kelompok

cendekia atau terpelajar. Mereka itu adalah sebagian pelaku utama dan pemegang

peranan penting dalam roda otonomi daerah. Jika orang awam bersikap negatif

terhadap bahasa Indonesia, itu dapat dipahami. Namun jika orang terpelajar

bersikap seperti orang awam itu, tampaknya tidak berterima. Masalahnya, orang

awam berbeda dengan orang terpelajar. Orang awam tidak banyak berkaitan

dengan dunia pemikiran. Kegiatannya terbatas pada pemenuhan kebutuhan hidup

sehari-hari, sedangkan seorang terpelajar berkaitan erat dengan dunia pemikiran.

Pemikiran-pemikirannya melahirkan konsep-konsep, perencanaan, dan kebijakan-

kebijakan. Oleh karena orang terpelajar pencetus konsep, perencana kegiatan, dan

pembuat kebijakan. Orang terpelajar selalu bergulat dengan masalah mutu

sumberdaya manusia. Dalam pergulatan itulah bahasa Indonesia tampil sebagai

piranti yang penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi, bahasa

negara. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dipahami bahwa orang terpelajar

(kita semua) pada hakikatnya berkepentingan dengan pembinaan bahasa

Indonesia. Bahkan orang terpelajar juga dengan sendirinya menjadi pembina

bahasa Indonesia. Oleh karena, sekali lagi, orang terpelajar terlibat dalam dunia

pemikiran. Di sisi lain, orang terpelajar sering terlibat dalam suasana resmi,

suasana kenegaraan, dan yang terakhir, orang terpelajar berpengaruh kuat

terhadap orang lain (anak buah, bawahan). Alasan tersebut di atas yang

Page 20: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

16

menjadikan kelompok terpelajar, termasuk kita semua, harus berperan sebagai

pembina bahasa Indonesia.

Konsekuensi logisnya adalah mau tidak mau, kita haruslah menjadi

contoh, teladan, anutan, atau model bagi orang lain. Setidaknya, bahasa Indonesia

kita harus bemutu. Bahasa Indonesia yang bermutu ialah bahasa Indoensia yang

bersih dari kesalahan, baik kesalahan kaidah, kesalahan logika, maupun kesalahan

budaya. Kesalahan kaidah sudah sering dibahas. Jadi pembicaraannya tidak perlu

imtuk sementara. Kesalahan logika tampak pada penggunaan pola, seperti “Dalam

seminar itu membicarakan masalah pengentasan kemiskinan”. “Beberapa seniman

diberikan pengliargaan”, dan yang lainnya. Kesalahan budaya terlihat pada

penggunaan kata-kata asing seperti oke, sorry, point, complain, no comment,

coffee morning, dan yang lain. Begitu pula penggunaan pola-pola seperti “tujuan

daripada pembangunan”, “banyak teori-teori”, “tidak masalah”, dan yang lain.

Pola-pola seperti itu merupakan kesalahan budaya yang melahirkan kesalahan

kaidah (Bacalah Halim, Amran. 1976. Politik bahasa Nasional II. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa

Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kridalaksana,

Harimurti. 1976). Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa Indah. Mawardi,

Oentarto S. Peran Bahasa dan Sastra Daerah dalam Memperkukuh Ketahanan

Budaya Bangsa. Makalah dalam Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 14-17

Oktober 2003. Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indoensia dengan Benar.

Jakarta: Puspa Swara. Sumowijoyo, G. Susilo. 2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia.

Surabaya: Unipress Unesa ABSTRAK. Bahasa Indonesia memiliki peran penting

di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Peran tampaknya

di dalam kehidupan bermasyarakat di berbagai wilayah tanah tumpah darah

Indonesia. Komunikasi perhubungan pada berbagai kegiatan masyarakat telah

memanfaatkan bahasa Indonesia, di samping bahasa daerah sabagai wahana dan

piranti untuk membangun kesepahaman, kesepakatan, dan persepsi yang

memungkinkan terjadinya kelancaran pembangunan masyarakat di berbagai

bidang Bahasa Indonesia sebagai milik bangsa, dalam perkembangan dari waktu

ke waktu telah teruji keberadaannya, baik sebagai bahasa persatuan maupun

sebagai resmi negara.

Page 21: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

17

2.3 Peran Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari

Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah, bahasa

Indonesia berperan sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia ternyata

dapat memperkaya bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak memiliki kata

untuk sebuah konsep. Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra

Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa

Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang

penting dalam dunia internasional.

Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan

kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat

untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi

sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan

control sosial. Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan berikut ini.

1) Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri

Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk

mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap

(kedua orang tua). Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi

menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, tetapi

juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya.

2) Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.

Komunikasi tidak akan sempurna apabila ekspresi diri kita tidak diterima

atau dipahami oleh orang lain.

3) Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial

Bahasa, di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan,

memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman

mereka, mempelajari, dan mengambil bagian dalam pengalaman-

pengalaman itu serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain.

Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien

melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh

memungkinkan tiap-tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan

Page 22: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

18

kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan

kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-

bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya.

4) Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial

Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini

dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat.

Setelah memahami fungsi bahasa tersebut, dapat kita ketahui bahwa sangat

penting menggunakan bahasa Indonesia dalam tatanan kehidupan masyarakat

negara Indonesia. Oleh karena bangsa Indonesia memiliki kekayaan bahasa dalam

setiap daerah dengan ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, bahasa Indonesia sangat

penting digunakan untuk mempersatukan bangsa yang kaya ini.

Page 23: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

19

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di wilayah NKRI adalah sebagai

bahasa nasional dan baahsa negara. Dalam pembangunan bangsa yakni sebagai

perisai pemersatu yang belum pemah dijadikan sumber permasalahan oleh

masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku daerah.

Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia mampu menempatkan dirinya

sebagai sarana komunikasi yang efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan

bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan

berbagai aspek kehidupan, kebudayaan, termasuk pengembangan bahasa-bahasa

daerah. Bahasa Indonesia berperan penting dalam pembagunan bangsa karena

bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan yang berperan penting

dalam memajukan pembagunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan yang

akhimya mendorong kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam

pembangunan bangsa.

3.2. Saran

Sebagai kaum intelektual kita harus menjaga bahasa Indonesia agar

menjadi bahasa yang dapat mempersatukan berbagai kelompok masyarakat. Hal

ini dapat dilakukan dengan mengadakan pembinaan dan pengembangan bahasa

Indonesia agar tercapai pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien.

Page 24: I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa - erepo.unud.ac.id

BAB III

20

DAFTAR PUSTAKA

Mudhofar, M. 2010 Kapita Selekta Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya:

Pustaka Gama.

Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa.

Kridalaksana, Harimurti. 1976. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa

Indah.

Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.

Sukartha, I Nengah dkk. 2015. Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan

Tinggi. Denpasar: Udayana University Press.

Sumowijoyo, G. Susilo. 2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia. Surabaya: Unipress

Unesa.