=Jv - erepo.unud.ac.id

14
rsBN g7g - 602 - 294 - 215 - 3 PROSIDING BEMINAR NASIONAT SASTRA I}AN BUDAYA II PENGEMBANGAN PENGETAHUAN SASiTR,-q DAN BUDAYA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN .PMN GETAHUAN I}AN APRESIASI TERI{ADAP KERAGAMAi\ BUDAYA BANGSA DENPASAR, 26 - 27 tr.flnr 2017 ':.".. EAKULTAS ILMU BUBAYA .l'"' UNIYERSITAS UDAffiANA 20t7 7(s'''"''\ //* '/\\ =Jv.i tQj i.'+ :/t \,,,,,,--y

Transcript of =Jv - erepo.unud.ac.id

Page 1: =Jv - erepo.unud.ac.id

rsBN g7g - 602 - 294 - 215 - 3

PROSIDINGBEMINAR NASIONAT SASTRA I}AN BUDAYA II

PENGEMBANGAN PENGETAHUAN SASiTR,-q DAN BUDAYASEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN .PMN GETAHUAN

I}AN APRESIASI TERI{ADAP KERAGAMAi\ BUDAYA BANGSA

DENPASAR, 26 - 27 tr.flnr 2017

':."..

EAKULTAS ILMU BUBAYA.l'"'

UNIYERSITAS UDAffiANA20t7

7(s'''"''\//* '/\\

=Jv.itQji.'+ :/t\,,,,,,--y

Page 2: =Jv - erepo.unud.ac.id

ISBN 978 - 602 - 294 - 215 - 3

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA II

PENGEMBANGAN PENGETAHUAN SASTRA DAN BUDAYASEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN

APRESIASI TERIIADAP KEANEKARAGAMAN BUDAYA BANGSA

Penyunting AhliDr. I Ketut Sudewa, M. Hum

Penyunting PelaksanaDrs.I Wayan Teguh, M. Hum

DENPASAR, 26 - 27 M.Et 2017

F'AKULTAS ILMU BUDAYAUNIYERSITAS UDAYANA

DENPASAR2017

Page 3: =Jv - erepo.unud.ac.id

KATA PENGAI\TAR

Buku ini merupakan kompilasi makalah-makalah yang dipresentasikan pada

Seminar Nasional Sastra dan Budaya II yang diselenggarakan pada tauggal 26 *27

Mei 2017 di Kampus Fakultas Itnu Budaya Universitas Universitas Udayana.

Peserta yang berpartisipasi pada Seminar ini berasal dari Universitas Institut Seni

Denpasar, IKIP PGRI Bali, Universitas Tujuh Belas Agustus, Surabaya, Universitas

Pajajaran, Universitas Halu Oleo Kendari, Universitas Flores, Universitas Negeri

Gorontalo, Universitas Negeri Malang, Universitas Ahmad Dahlan, ISBI Tanah

Papua, Universitas Warmadewa, Universitas Negeri makasar, Universitas

Bengkulu, Universitas Negeri Banda Aceh, Universitas Hindu Indonesia, Balai

Bahasa Bali dan tentunya dari Universitas Udayana. . Makalah yang diterima

dikelompokkan berdasarkan makalah tentang Sastra dan makalah tentang Budaya.

Seminar tahun ini mengedepankan tema "Penggmfangan Pengetahuan Sastra dan

Budaya sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan dan Apresiasi terhadap

Keanekaragaman Budaya Bangsa".

Prosiding ini dibuat untuk memudahkan para peserta seminar atau siapapun

yang tertarik kepada masalah sastra dan budaya untuk memperoleh informasi yang

berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Besar harapan kami bahwa seminar ini dapat berkonhibusi terhadap kegiatan

akademik yang dirancang oleh Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas staf pengajarnya.

Panitia

Page 4: =Jv - erepo.unud.ac.id

DAFTAR I$I

TXFA N TANAII pApUA: TEXT AND CONTEXT .........I rtrI-r[ Rri s" vva! rL1\r ....... l

SISIIA DA}T BUI}AYA SEB.AGAI SU},{BER PEMBELAJARAN

IWepIm "'.....'.....'...... 19

WAYANG MADUR.E INOVASI PENGEMBANGAN SE*, WAYANGSEBAGAT MEDrA pnm*aranaN RE'F,NSIF BAHASA DANSASTRA MADURA BAGI pej.nmTn MADURAAhmad Junaidi '?!ryv!\r:r -.......49

PERISTIWA TUTUR DALAM TRANSAKSI ruAL BELI DI PASARcRosrR BUTLTNG uares san. - -...Ahmad Junaidi '.................58

BALI SEBAGAI DAERAH ISTIMEWA KONSERVASI BAHASADAERAH: SEBUAH USULAN _.-_....Bambang Suwamo .....................71

PENGARUH CONS Crc USNE S S-RAISING GRO (]PDALAM KEGIATANMEMBACA EKSTENSIF TEK' N*i'PiNATIF GENDER PADA SIKAPEMANsrpArrF srswA sue r.reGBii nr KorA BENCi<uru... ............... 84Bambang Suwarno dan Agus lrto pu.*uOi

MOTIF HIAS KAIN PADA ARCA PERWUruDAN DI PURA PUSEHDESA SUMERTA, DENPASAn rrlnin ..................:-_.--............................. e6Coleta Palupi Titasari

INVENTARISASI CAGAR BUDAYA DI DESA SUMERTA KOTADENPASARcoreta parupi ri,,"*; [;"h.t;s"d;;;;";;;;; i*ii^a ...... r05

Page 5: =Jv - erepo.unud.ac.id

it

I

:

PEMBERDAYAAN BAHASA LEWAT TRADISI BERCERITA (SASTRA):STTJDI KASUS DI DESA SUMERTA, DENPASAR............... ......112I GAA. Mas Triadnyani, I Nyoman Suparwa, I Wayan Teguh

PARIBASA DAN PEMBENTUKAN MORAL DALAM LAGU POPBALI ...,..120I Gede Budiasa

REPRESENTASI MULTIKULTURALISME DALAM TRILOGINOVEL''SEMBALTIN RINJANI'' KARYA DJELANTIK SANTHA .............. 1 3 1

I Gede Gita Purnama dan Arsa Putua

PENERAPAN STRATEGI PEMELAJARAN BAHASA ASINGOLEH SISWA-SISWI KELAS 1O SMA NEGERI 3 DENPASAR....................140I Gede Oeinada dan I Nyoman Rauh Artana

EKSISTENSIALISME DALAM CERITA "ON THE ROAD" .......148I Gusti Ayu Gde Sosiowati danNi Made Ayu Widiastuti

KAJIAN DWIBAHASA PADA PAPAN INFORMASI PUBLIK:PERSPEKTIF ALIH BAHASA.. .................156I Gusti Ngurah Parthama

TEMA-TEMA CERITA RAKYAT SEBAGAI PEMBENTUKKARAKTER...............I Ketut Darma Laksana

PEMALI: SEBUAH KEAITIFANI LOKAL MEMBENTUK KARAKTERANAK USIA DINI ......... .,..,.,,,,175I Ketut Jirnaya

EKSISTENSI NASKAH LONTAR PRASASTI, PRALINTIH KI GUSTIPANIDA DI DESA SUMERTA DENPASAR............... ...................I82I Kefut Jimaya, Anak Agrrng Gede Bawa, dan Komang Paramarta

AMANAT CERITA PENDEK "DILARANG MENCINTAIBUNGA-BUNGA" KARYA KUNTOWIJOYO....... ....190I KetutNama

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TEKS SAADALAM RITUALTUMPEK BUBIIH ...................t97I Ketut Ngurah Sulibra

164

lll

Page 6: =Jv - erepo.unud.ac.id

ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya II

Denpasar, 26-27 Mei 2017

EKSISTENSI NASKAH LONTAR PRASASTI, PRALINTIH KIGUSTI PAIIIDA DI DESA STIMERTA DENPASAR

I Ketut Jirnaya, Anak Agung Gede Bawa, dan Komang Paramarta

Program Studi Sastra Jawa Kuno, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

Abstrak

Bali memiliki warisan budaya berupa ribuan naskah lontar.Aktivitas para leluhur yang dapat dipakai pedoman di dalam kehidupanmasa kini dan masa yang akan dating terdokumentasikan di dalamnaskah lontar. Satu diantaranya naskah lontar Prasasti, Pralintih KiGusti Panida yang kini tersimpan di pura Dadya Panida desa Sumerta,Denpasar. Naskah ini cukup unik karena dari segi bentuk beradadiantara prasasti dan babad. Prasasti merupakan maklumat, dekrit,piagam, pengumuman pemerintah (Zoetmulderdan S.O. Robson, 2006).Babad adalah penulisan sejarah tradisional yang dikemas dalam sastrasehingga disebut pula sastra sejarah (Darusuprapta, 1980; SartonoKartodirdjo, 1968;' Teeuw, 1984). Bagaimana sesungguhnya posisinaskah lontar ini dilihat dari segi bentuknya? Kenapa ditempatkan dipura?, Apa fungsi naskah lontar tersebut?. Kajian ini akan memakaiteori fungsi. Robson (1978) mengatakan bahwa fungsi karya sastraberkaitan erat dengan filsafat, kesenian, agama, sejarah dan adat-istiadat. Kutha Ratna (2011), karya sastra dengan kekhasan wilayahtertentu berfungsi untuk mengevokasi kerinduan pembaca terhadapmasa yang seolah-olah sudah hilang, sudah terlupakan. Data yang dikajimerupakan hasil simak, retroaktif, pencatatan dari naskah lontar yangdidahului dengan wawancara. Teknik penyajian hasil analisismenggunakan metode informal. Hasil kajian menunjukkan: bahwanaskah disimpan di pura untuk menyucikan dan menghormati paraleluhur; bentuk naskah antara babad dan prasasti; fungsinya pemersatukarena dapat menelusuri pertalian para leluhur dengan klen yang lain.Kata kunc iz na s kahl o nt ar, s u c i, p en ghorm at an, p em er s atu.

PENDAHULUAN

Pulau Bali dikenal dengan sebutan Pulau Seribu Pura. Sesungguhnya Pulau

Bali juga dikenal dengan pulau ribuan naskah lontar. Naskah lontar adalah sebuah

dokumentasi budaya yang ditulis di atas daun lontar (Borasmusflabellifer). Daerah

lain di Nusantara juga mengenal dokumentasi budaya berupa naskah lontar, seperti

di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah (Soemantri, 1986:65). Perbedaannya

tI

I

l

II

rsBN 978 - 602 - 294 - 2t5 - 3

Page 7: =Jv - erepo.unud.ac.id

$I

t

I

*

ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya IIDenpasar, 26-27 Mei 2017

dengan naskah Bali adalah ditulis dengan aksara Bali dan dengan media bahasa

Jawa Kuno atau bahasa Bali untuk naskah yang lebih muda, seperti sastra geguritan.

Naskah lontar Bali mengandung berbagai pengetahuan dan berbagai jenis

(genre). Salah satu naskah lontar Bali ada yang bernama naskah babad. Agastia

mengelompokkan naskah Bali sesuai dengan bentuk dan isinya. Naskah babad

dimasukkan ke kelompok pamancangalt, usana, prasasti, dan uwug (regreg) (cf.

Tinggen, 1982:8-11). Pembagian ini mengikuti pengelompokan naskah Sasfia Jawa

Kuno yang jauh sebelumnya pernah dilakukan oleh Pigeaud (1967: a5) yaitu (1)

religion and ethic, (2) history and mythologi, (3) belles letters, (4) science, art,

hum ani s t i es, I aw, cus t o m s, fo I kl or e, dan mi s c ell an e s.

Kedua pengelompokan tersebut menempatkan babad sebagai karya sastra

sejarah. Di Bali hampir setiap klan memiliki naskah babad. Isinya tentu memuat

silsilah dan akrtivitas leluhurnya. Ada salah satu naskah lontar berjudul Prasasti

Pralintih Ki Gusti Panida Sumerta. Naskah ini menarik untuk dikaji karena

judulnya prasasti, tetapi tebal naskahnya sampai berjumlah tiga belas lembar.

Biasanya yang lembarannya sampai setebal itu, sudah termasuk naskah babad.

Untuk mengkaji naskah tersebut, ada dua masalah yang akan dikaji. Pertama,

apakah naskah tersebut prasasti atau babad? Kedua, bagaimana isi dan fungsinya

bagi klan yang mengoleksinya? Tujuan kajian ini untuk mengetahui isi dan

fungsinya sehingga dapat memposisikan genre naskah tersebut. Di samping itu juga

ada manfaat bagi klan kolektornya dapat mengetahui hubungan klan-klan yang lain

yang safu leluhur sehingga akan tercipta kerukunan, persaudaraan, dalam persatuan.

Babad atau prasasti termasuk karya sastra dalam arti luas. Untuk penelitian

karya sastra klasik, pendekatan yang digunakan tentu pendekatan yang relevan

dengan kurya tersebut karena setiap karya sastra memiliki sifat dan struktur yang

berbeda dengan karya yang lain (Teeuw, 1984:136). Robson (1978:8-9)

mengatakan bahwa fungsi karya sastra berkaitan erat dengan filsafat, kesenian,

agama, sejarah, dan adat-istiadat. Babad merupakan karya sastra sejarah khas Bali.

Karya sastra dengan kekhasan wilayah tertentu berfungsi untuk mengevokasi

kerinduan pembaca terhadap masa yang seolah-olah telah hilang, sudah terlupakan

j

$

f$

I&

rsBN 978 - 602 - 294 - 2t5 - 3 183

Page 8: =Jv - erepo.unud.ac.id

prosidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya II

Denpasar, 26-27 Mei 2017

(Ratra, 2007:89). Hal ini berarti bahwa dengan kajian fungsi naskah lontar ini akan

memberikan gambaran situasi, kondisi, dan eksistensi para leluhur klan Ki Gusti

Panida di Desa Sumerta Denpasar.

Kajian akan berhasil atau tidak sangat bergantung pada metode yang dipakai

pada saat pengumpulan data (Bungin, 2001:129). Data yang dikaji dalam tulisan

ini merupakan hasil proses tansliterasi dari aksara Bali ke aksara Latin, terjemahan

dari bahasa Jawa Kuno ke dalam bahasa Indonesia. Untuk melenekapi data,

dilakukan interttiew, perekaman, dan pencatatan (Moleong, 1990:199). Kajian inibersifat kualitatif, analisis data memakai deskriptif analitik. Hasil kajian memakai

metode informal, menggunakan rangkaian kata atau kalimat (Sudaryant o,1992:64).

Lnplikasinya tidak akan memakai rumusan angka-angka, diagram, grafik, yang

masih memerlukan penjelasan lagi.

PEMBAHASAII

Cerita diawali ketika Mahapatih Gajahmada menurunkan Sri Maharaja

Kapakisan di Bali setelah Bali menjadi kekuasaan Majapahit. Secara periodik

dikirim para arya dari Jawa untuk bertugas di Bali. Tiap-tiap arya itu telah

menurunkan puta dan menyebar di Bali. Salah satu patih bernama Ki Gusti Nginte.

Beliau menurunkan I Gusti Agung Widya dan I Gusti Kaler Pranawa. I Gusti Kaler

Pranawa berputra tiga belas, terdiri dari delapan laki-laki. Adapun putra beliau

adalah Ki Gusti Panida,I Gusti Kamasan, Ki Gusti Sibtan, I Gusti sampalan, I Gusti

Tambesi, I Gusti Tges, I Gusti ubud, I Gusti Basangkasa, di pihak lain puti beliau

tidak disebutkan.

Kyai Panida dikatakan pernah menjabat patih setelah Ki Gusti Kaler yang

digantikan oleh Kyayi Kdung. Kedudukan Kyayr Panida kemudian digantikan oleh

Ki Gusti Agung Dimade. Keturunan Ki Gusti Ngurah panida mengungsi ke Badung.

Beliau bemama I Gusti Pohgading mengabdi pada Gusti Jambe Sameta (Sumerta).

Silsilah keturunan dari I Gusti pohgading adalah I Gusti Lunga, Ki Gusti puwed,

Ki Gusti wakta, Ki Gusti Nyoman Penyarikan, Ki Gusti Ladha, Ki Gusti Mertha,

184 ISBN 978 - 602 - 294 - zts - 3

Page 9: =Jv - erepo.unud.ac.id

ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya IIDenpasar, 26-27 Mei 2017

Ki Gusti Sarwi, Ki Gusti Munged, dan Ki Gusti Manis. Demikian cuplikan isi cerita

yang masih akan dikaji apakah cocok babad atau prasasti.

Babad merupakan penulisan sejarah hadisional atau historiografi, yaitu

suatu bentuk dari suatu kultur, riwayat. Dalam hal ini sifat-sifat dan tingkat kultur

memengaruhi bahkan menentukan bentuk itu sehingga historiografi selalu

mencermiokan kultur yang menciptakannya (Kartodirdjo, 1968:24). Pandangan

Soekmono (1973:103) lebih luas lagi, yaitu sesungguhnya babad tersebut cerita

sejarah yang biasanya lebih berupa berita daripada uraian sejarah. Jika babad

tersebut dilihat dari sudut pandang sastra, babad, hikayat, sejarah, merupakan teks-

teks historik atau genealogik yang mengandung unsur-unsur kesastraan. Dikatakan

demikian karena teks-teks tidak pertama-tama boleh dipandang sebagai dokumen

sejarah dalam arti ilmu sejarah modern, tetapi teks-teks ini secara kreatif dan

menurut konvensi kebudayaan masing-masing menafsirkan dan membayangkan

hal-hal sejarah dan bukan sejarah (Teeuw, 1984:345). Jika demikian halnya

semakin jelas bahwa babad itu merupakan cerita sejarah yang diramu dengan model

penulisan sastra. Jadi babad itu bukanlah sejarah, tetapi karya sastra yang memuat

data sejarah.

Untuk melihat lebih jelas apakah naskah lontar Prasasti Pralintih Ki Gusti

Panida merupakan naskah babad atau prasasti, di atas telah diperikan pengertian

dasar naskah babad. Berikut dideskripsikan pengertian naskah prasasti.

Prasasti berasal dari bahasa Sanskerta yatrg berarti interalia, dekrit,

proklamasi, maklumat, pengumuman pemerintah (Zoetmulder dan S.o. Robson,

2006:850). Prasasti juga berarti piagam yang tertulis pada batu, tembaga, dan

sebagainya (Alwi dkk, 2005:893). Oleh karena itu, prasasti tersebut tidak ada yang

memuat ceita (naratif) bila dilihat dari sudut pandang sastra. Hadirnya peristiwa

yang menyulut konflik dan berakhir dengan kebahagiaan (hoppy ending).

Kembali kepada persoalan bentuk, jenis (genre), bila naskah lontar di atas

dikatakan babad, unsur tokoh utama Ki Gusti Panida yang tertulis di dalam judul

naskah, juga tidak memenuhi unsur konvensi. Judul dengan mengangkat nama

ISBN 978 - 602 - 294 - 215 - 3

Page 10: =Jv - erepo.unud.ac.id

. ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya II

I)enpasar, 26-21 Mei 2017

tokoh umunnya mendominasi narasi. Akan tetapi setelah dikaji, dalam naskah ini

tidak ditemukan dominasi cerita dengan tokod Ki Gusti Panida. Nama Ki Gusti

Panida hanya muncul empat kali, yaitr.r (l) pada pertengahan cerita ketika

diceritakan Ki Gusti Kaler memiliki beberapa putra, salah satunya Ki Gusti Panida

dan tidak ada diceritakan aktivitas beliau; (2) ketika Ki Gusti Panida menjabat

sebagai Pemade menggantikan ayahnya, yaitu Ki Gusti Kaler, tidak diceritakan

aktivitas beliau. (3) Pada saat Ki Gusti Panida wafat. (4) Nama Ki Gusti Panida

disinggung pada saat habis dirusak oleh Ki Gusti Agung Dimade yang berstana di

Kapal. Kemudian ada yang mengungsi ke Badung mengabdikan diri pada Gusti

Jambe Sametha (Sumerta).

Apabila dimasukkan sebagai naskah prasasti, kurang tepat karena ada

silsilah dan dikisahkan dari generasi ke generasi keturunannya. Unsur sasha dalam

hal gaya bahasa ditemukan beberapa gaya bahasa sastra. Untuk menjadikan karya

sastra itu indah, bahasa dimanipulatif (Ratra, 2006). Di dalam teks yang dikaji ini

ditemukan beberapa gaya bahasa, salah satunya ...apkik rupa sira, byaktapsara

ngawatara, laksana pratiwimba (4a) 'wajahnya amat tampan, bagaikan bidadara

turun ke bumi, demikian perumpamaannya.' Kata-kata indah seperti ini sangat

jarang ditemukan di dalam naskah prasasti.

Dari dua sudut arah kajian, yakni dari sudut babad dan prasasti, rupanya

naskah Prasasti Pralintih Ki Gusti Panida sangat sulit diposisikan ke dalam kedua

tempat tersebut. Permasalahannya, mengapa disebut prasasti? Masyarakat Bali

memiliki kebiasaan menyimpan naskah lontar di tempat khusus, seperti di atas

tempat tidur, di lemari dengan keropak, dan ada juga disimpan di gedong dalam

pura. Bagi masyarakat Bali, naskah lontar dianggap benda suci karena mengandung

berbagai ilmu pengetahuan dan yang menurunkan ilmu pengetahuan itu adalah

Dewi Sanghyang Saraswati. Itu sebabnya disucikan karena kepercayaan Hindu

bahwa ketika Dewi Saraswati (hari raya Saraswati) turun ke bumi, beliau berstana

di atas aksara Bali.

186 rsBN 978 - 602 -294 -215 -3

Page 11: =Jv - erepo.unud.ac.id

ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya IIDenpasar, 26-27 Mei 2017

Masyarakat Hindu Bali memiliki apresiasi yang tinggi dan penghormatan

kepada Dewi Saraswati sebagai dewinya ilmu pengetahuan yang telah membuat

manusia ke luar dari kebodohan dan tahu akan arti kehidupan. Ini dasarnya naskah

lontar silsilah @ralintih) Ki Gusti Panida disebut prasasti karena naskah tersebut

milik kolektif klan Panida di Desa Sumerta, Denpasar disimpan di pura dan

disucikan. Biasanya naskah babad tersimpan di museum, perpustakaan, kolektor

pribadi, dan secara perorangan. Karena naskah ini disimpan di pura, barangkali ini

sebabnya naskah Silsilah Ki Gusti Panida disebut dengan judulnya prasasti. Hal ini

sah-sah saja karena merupakan bentuk penghormatan dari para klannya.

Kajian ini memberikan fungsi bagi klan (semeton dadya) keturunan Ki

Gusti Panida di Desa Sumerta, Denpasar. Mereka dapat mengetahui isi naskah

(teks) Prasasti Pralintih Ki Gusti Panida dengan jelas. Para leluhur mereka

memiliki saudara yang masing-masing menurunkan keturunan (pratisantasa) dan

kini menyebar tinggal di beberapa desa di Bali.

Penelusuran kembali saudara-sau dara para leluhurnya berarti menelusuri

kembali saudara atau keluarga besar yang masih sedarah. Umumnya jika sudah tahu

bersaudara, rasa persatuan yang merupakan energi di dalam kehidupan ini akan

muncul. Dengan demikian kondisi ini akan meminimalisasi konflik, baik konflik

vertikal maupun konflik horizontal.

PENUTUP

Sebagai penutup dari kajian ini, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan.

Banya naskah lontar Prasasti Pralintih Ki Gusti Panida Surnerta ada

kecenderungan sebuah babad karena berisi silsilah, tetapi disebut prasasti

kemungkinan karena disimpan di gedong di dalam pura. Jadi, untuk lebih

menghormati dan menyrcikan naskah lontar tersebut.

Hasil kajian ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang silsilah yang

berasal dari Sri Maharaja Kepakisan ketika ditugaskan di Bali oleh Mahapatih

Gajah Mada, didampingi pam arya dan akhimya sampai ke Ki Gusti Panidayang

berada di Desa Sumerta, Denpasar,

ISBN 978 - 602 - 294 - 2r5 - 3l

I

tI

$

h

187

Page 12: =Jv - erepo.unud.ac.id

ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya II

Denpasar, 26-27 Mei 2017

Setelah teks ini dipahami, akan diketahui saudara yang satu darah dengan

leluhurnya. Dengan demikian muncul rasa per*t r* auq dapat menghindari konflik

horizontal maupun vertikal.

DAF"TAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:Balai Pustaka.

B*ngirU Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Format-Format Kuantitatifdan Kualitarl Surabaya: Airlangga University Press.

Moleong, Lexi J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.

IGrtodirdjo, Sartono. 1968. "Segi-Segi Strukturil Historiografi Indonesia."Yogyakarta: Lembaga Sejarah 3.

Pigeaud, Theodore G. Th. 1967. Literature of Java. Volume 1. Hague MartinusNyhoff.

Ratra, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Tel*tik Penelitian Sastra dariStruhuralisme hingga PoststruWuralisme, Perspektif Wacana Naratif.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Ratra, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra dan Budaya.Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Robson, S.O. 1978. "Pengkajian Sasha-Sastra Tradisional Indonesia." Bahasa danSastra. Th. IV, Nomor 6.

Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta:Yayasan Kanisius.

Soemantri, Emuch Herman. 1986. "Identifikasi Nasakah." Bandung: FakultasPascasarjana Universitas Padjadjaran.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teloik Analisis Data. Yogyakarta: DutaWacana University Press.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustakalaya.

188 rsBN 978 - 602 - 294 - 215 - 3

Page 13: =Jv - erepo.unud.ac.id

ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya IIDenpasar, 26-27 Mei 2017

Zoetuulder, P.J. dan s.o. Robsoo. 2006. Kamus Ja,wa Kuna-Indonesia.Diterjemahkan Danrsuprapta dan Sumarti Suprayitra. Jakarta: Gramedia Pustaka

189ISBN 978 - 602 - 294 - 215 - 3

Page 14: =Jv - erepo.unud.ac.id