Oksigenasi Membran Ekstra Korporeal

3
Oksigenasi Membran Ekstra Korporeal Indikasi dan seleksi pasien Karena sifat invasif dari oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) , terutama kebutuhan untuk meligasi arteri karotis pada banyak pasien dan risiko perdarahan yang banyak yang dihasilkan dari heparinisasi sistemik, ECMO berguna untuk neonatus yang tidak merespon terhadap bantuan konvensional maksimal dan diyakini memiliki kesempatan untuk bertahan hidup 20% atau kurang. Karena risiko tinggi perdarahan intrakranial pada bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 34 minggu, ECMO saat ini hanya berlaku untuk bayi cukup bulan atau mendekatinya. Secara umum, untuk dipertimbangkan terapi ECMO, bayi harus cukup 34 minggu usia kehamilan, berat badan sekurangnya 2kg, dan memiliki kegagalan paru atau jantung yang reversibel. Sindrom aspirasi mekonium merupakan penyebab paling sering kegagalan pernapasanyang mengarah ke ECMO. Kondisi umum lainnya adalah hernia diafragmatik, sepsis, pneumoni bawaan, RDS, asfiksia perinatal. Hipertensi Pulmonary Persisten pada bayi baru lahir (PPHN) hampir selalu merupakanfaktor utama, biasanya disertai dengan berbagai tingkat disfungsi miokard. Gagal jantungprimer adalah indikasi yang relatif jarang untuk ECMO dan keberhasilan prosedur pada pasien tersebut terbatas. Angka bertahan hidup untuk pasien ECMO tercantum dalam Organisasi Life Support Extracorporeal (ELSO) tercatat di University of Michigan pada bulan Juli 1997 adalah 80,4%. Untuk tahun1973-1982 adalah 57,8%, dan meningkat menjadi 82,2% pada tahun 1983-1989. Angka bertahan hidup menurun sedikit pada tahun1990-1997 hingga79,8%, yang mencerminkan perubahan pada pasien pada proporsi campuran yang lebih besar dari kasus yang lebih sulit. Prognosis untuk bertahan hidup terutama tergantung padaberat lahir, usia kehamilan, dan diagnosis yang mendasarinya. Ph kemungkinan juga bisa menjadi fitur prognostik yang berguna. Komplikasi serius dari ECMO jarang terjadi tetapi dapat menghancurkan. Perhatian terbesar adalah yang berkaitan dengan heparinisasi sistemik dan ligasidari karotis dan mungkin pembuluh darah jugularis. Perdarahan intrakranial terjadi sekitar16% dari pasien dan lebih sering pada bayi 34-35 minggu kehamilan. Komplikasi penting lainnya

description

ew

Transcript of Oksigenasi Membran Ekstra Korporeal

Page 1: Oksigenasi Membran Ekstra Korporeal

Oksigenasi Membran Ekstra Korporeal

Indikasi dan seleksi pasien

Karena sifat invasif dari oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) , terutama kebutuhan untuk meligasi arteri karotis pada banyak pasien dan risiko perdarahan yang banyak yang dihasilkan dari heparinisasi sistemik, ECMO berguna untuk neonatus yang tidak merespon terhadap bantuan konvensional maksimal dan diyakini memiliki kesempatan untuk bertahan hidup 20% atau kurang. Karena risiko tinggi perdarahan intrakranial pada bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 34 minggu, ECMO saat ini hanya berlaku untuk bayi cukup bulan atau mendekatinya. Secara umum, untuk dipertimbangkan terapi ECMO, bayi harus cukup 34 minggu usia kehamilan, berat badan sekurangnya 2kg, dan memiliki kegagalan paru atau jantung yang reversibel. Sindrom aspirasi mekonium merupakan penyebab paling sering kegagalan pernapasanyang mengarah ke ECMO. Kondisi umum lainnya adalah hernia diafragmatik, sepsis, pneumoni bawaan, RDS, asfiksia perinatal. Hipertensi Pulmonary Persisten pada bayi baru lahir (PPHN) hampir selalu merupakanfaktor utama, biasanya disertai dengan berbagai tingkat disfungsi miokard. Gagal jantungprimer adalah indikasi yang relatif jarang untuk ECMO dan keberhasilan prosedur pada pasien tersebut terbatas.

Angka bertahan hidup untuk pasien ECMO tercantum dalam Organisasi Life Support Extracorporeal (ELSO) tercatat di University of Michigan pada bulan Juli 1997 adalah 80,4%. Untuk tahun1973-1982 adalah 57,8%, dan meningkat menjadi 82,2% pada tahun 1983-1989. Angka bertahan hidup menurun sedikit pada tahun1990-1997 hingga79,8%, yang mencerminkan perubahan pada pasien pada proporsi campuran yang lebih besar dari kasus yang lebih sulit. Prognosis untuk bertahan hidup terutama tergantung padaberat lahir, usia kehamilan, dan diagnosis yang mendasarinya. Ph kemungkinan juga bisa menjadi fitur prognostik yang berguna.

Komplikasi serius dari ECMO jarang terjadi tetapi dapat menghancurkan. Perhatian terbesar adalah yang berkaitan dengan heparinisasi sistemik dan ligasidari karotis dan mungkin pembuluh darah jugularis. Perdarahan intrakranial terjadi sekitar16% dari pasien dan lebih sering pada bayi 34-35 minggu kehamilan. Komplikasi penting lainnya termasuk perdarahan internal, gagal ginjal, dan kejang. Infarkserebral, terutama yang melibatkan hemisfer kananpernah terjadi pada pasien yang hipotensi pada saat ligasi arteri karotis. Data selanjutnya menggambarkan meskipun terjadi keparahan ekstrim dari penyakit neonatal,sebagian besar pasien ECMO yang bertahan tidak mengalami penurunan neurologis ataugangguan perkembangan.Gangguan makan sering terjadi dan mungkin menunda pengeluaran. Namun, jarang terjadi terus-menerus melampaui beberapa minggu, kecuali pada anak dengan hernia diafragma. Gangguan pendengaran sensorik merupakan komplikasi umum dari ECMO dan tercatat terjadidalam 29 di 112(26%) pasien ECMO . Evaluasi pendengaran awal dan rutin pada masa anak-anak untuk semua pasien yang melaksanakan terapi ECMO.

Page 2: Oksigenasi Membran Ekstra Korporeal

Penyakit Kuning

Bilirubin diproduksi daripemecahan hemoglobin, mioglobin sitokrom dan heme lain yang mengandungsenyawa terutama di hati, limpa, dan sumsum tulang. Bilirubin tidak langsung tidak dapat larut dalam air tapi larut dalam lemak, oleh karena itu berpotensi racun bagi sistem saraf pusat. Beta-glucurodinase yang terdapat dalam ASI dapat meningkatkan penyerapan bilirubin dari usus. Pada janin, bilirubin indirekdiangkut melalui plasenta. Dari pengamatan Hiperbilirubinemia terjadi ketika produksi bilirubin yang meningkat(misalnya, hemolisis) atau saateliminasi berkurang.

Hyperbilirubinemia adalah masalah yang paling sering ditemui pada neonatus cukup bulan dan masalah yang signifikan pada bayi prematur akhir (36-38 minggu). Hiperbilirubinemia secara klinis relevan pada neonatus berkaitan dengan kernikterus (pewarnaan kuning dari ganglia basal dan hipokampus). Kebanyakan laporan menunjukkan bahwa pada bayi cukup bulan tanpa ada masalah hemolisis, kernikterus tidak mungkin terjadi jika bilirubin serum dipertahankan dibawah 25mg/dl, meskipun kernikterus telah dilaporkan pada bayi berat lahir rendah ketika bilirubin serum tidak pernah melebihi 10mg/dl. Kejadian kernikterus pada bayicukup bulan dan near term disebabkan karena pengeluaran awal, menyusui buruk dan tindak lanjut yang tidak memadai terutama pada bayi prematur akhir (13-15 minggu kehamilan).

Manifestasi klinis dari kernikterus pada bayi cukup bulan, termasuk ketidakstabilan temperatur, letargi, menyusui buruk, menangis dengankeras, muntah, dan hipotoni. Setelah itu, iritabilitas, opisthotonus, mata tampak seperti matahari terbenam, dan kejang dapat terjadi. Gerakan “Wind Milling” dari ekstremitas telah dilaporkan. Perdarahan paru atau lambung dapat terjadi sebagai kejadian akhir. Gejala sisa jangka panjang meliputi kejang, atau bentuk athetoid dari cerebral palsy, kehilangan pendengaran ( khususnya nada tinggi), kelumpuhan tatapan keatas, dan enamel hypoplasia. Pada bayi premature fisting, apneu dan peningkatan merupakan manifestasi akut. Pencarian berlanjut untuk mengidentifikasi bayi risiko terbesar untuk menentukanapakah dan kapan encephalopathy mungkin segera terjadi.