Lp Oksigenasi 1

22
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PLEURITIS DAN OKSIGENASI DI RUANG CEMPAKA RST dr. SOEPRAOEN DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR Disusun oleh : Laras Frestyawangi Wasitin 2014204610111072 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

description

oksi

Transcript of Lp Oksigenasi 1

Page 1: Lp Oksigenasi 1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PLEURITIS DAN OKSIGENASI

DI RUANG CEMPAKA RST dr. SOEPRAOEN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR

Disusun oleh :

Laras Frestyawangi Wasitin

2014204610111072

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015

Page 2: Lp Oksigenasi 1

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR

2015

Mahasiswa

Laras Frestyawangi Wasitin

201420461011072

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )

Page 3: Lp Oksigenasi 1

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem

(kimia atau fisika). Oksigenasi

merupakan gas tidak berwarna

dan tidak berbau yang sangat

dibutuhkan dalam proses

metabolisme sel. Sebagai

hasilnya, terbentuklah karbon

dioksida, energi, dan air. Akan

tetapi penambahan

Karbondioksida (CO) yang melebihi batas normal pada tubuh akan

memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel

(Mubarak, 2007).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam

proses metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup

seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan

cara menghirup O ruangan setiap kali bernapas (Tarwanto, 2006)..

Page 4: Lp Oksigenasi 1

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam

kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam

proses metabolism sel tubuh.

Tujuan terapi oksigenasi :

1. Mengembalikan PO2 arterial pada batas normal.

2. Mengoreksi kondisi hipoksia dan oksigenasi dapat diberikan

secara adekuat.

3. Mengembalikan frekuensi pernapasan dalam batas normal

(Muttaqin, 2005)

B. Fisiologi Oksigen

Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:

1. Menghirup udara (inpirasi)

Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk

melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses

inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar tekanan rongga

dada turun/lebih kecil.

2. Menghembuskan udara (ekspirasi)

Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah

suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan.

Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil,

tekanan rongga dada naik/lebih besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas

tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.

Page 5: Lp Oksigenasi 1

1. Ventilasi Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari

atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses

ini di pengaruhi oleh beberapa factor:

a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya

suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.

b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.

c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk

mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil

adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau

kontraksinya paru-paru.

2. Difusi Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli

ke kapiler paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses

pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Luasnya permukaan paru-paru.

b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas

epitel alveoli dan interstisial. Keduanya dapat

mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses

penebalan.

c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi

sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara

berdifusi karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih

tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.

d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan

mengikat HB.

Page 6: Lp Oksigenasi 1

3. Transportasi Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian

O² kapiler ke jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kaviler.

Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.

b. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah

dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit

dan kadar hb.

C. Etiologi

Etiologi atau faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen

meliputi :

1. Saraf Sensorik

2. Hormonal dan obat

3. Alergi pada saluran nafas

4. Faktor perkembangan

5. Faktor lingkungan

6. Faktor perilaku dan pola makan

D. Jenis Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi

1. Hypoxia Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam

tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Gangguan

permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen.

2. Hyperventilasi Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering

disebut hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli

melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO2 yang

Page 7: Lp Oksigenasi 1

dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan

peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan.

3. Hypoventilasi Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak

mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan

dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat

dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping

dari beberapa obat.

4. Cheyne Stokes Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi,

dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti

periode apnea, o.k gagal jantung kongestif, PTIK, dan overdosis

obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun

pathologis.

5. Kussmaul’s ( hyperventilasi ) Peningkatan kecepatan dan

kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai

pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.

6. Apneustic Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat

7. Biot’s Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan

klien dengan gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas

hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut

dyspnea.

E. Tanda dan Gejala

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda

gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit,

penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan

Page 8: Lp Oksigenasi 1

nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,

penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan

posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,

peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang,

penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola

nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi.

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu

takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas,

hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna kulit

abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia,

sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan

kedalaman nafas.

F. Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan

trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen

yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses

ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan

baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai

benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi

(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan

menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan

pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi

seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan

Page 9: Lp Oksigenasi 1

kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas

(Brunner & Suddarth, 2002).

G. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran: kesadaran menurun

2) TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi

3) Head to toe

a) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis

(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena

emboli atau endokarditis)

b)Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan

mengerutkan mulut

c) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung

d)Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris

antara dada kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.

e) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat

(tacypnea), pernafasan lambat (bradypnea)

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui

adanya gangguan oksigenasi yaitu:

a. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,

mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.

b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi

respond jantung terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini

memberikan informasi tentang respond miokard terhadap

Page 10: Lp Oksigenasi 1

peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan

aliran darah koroner.

c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan

oksigenasi ; pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).

I. Penatalaksanaan Umum

1. Terapi oksigen.

Terapi pemberian oksigen dapat dibagi atas 2 teknik :

a. Sistem aliran rendah

Yang termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kataeter

nasal, kanula nasal, sungkup muka sederhana, sungkup

muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan

kantong non rebreathing.

1)Kateter nasal atau nasal kanul :

Kecepatan aliran yang disarankan

(L/menit): 1-6. Keuntungan :

pemberian O2 stabil dengan volume

tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan

kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak,

berbicara, lebih mudah ditolerir klien.

Kerugian : tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih

dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat

mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm,

mengiritasi selaput lender.

Page 11: Lp Oksigenasi 1

2) Sungkup Muka Sederhana

(Simple Mask) : Kecepatan

aliran yang disarankan

(L/menit): 5-8.

Keuntungan : konsentrasi O2

yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula

nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui

pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan

dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian : tidak dapat

memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat

menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.

3) Sungkup Muka dengan

kantong rebreathing

(Rebreathing Mask) :

Kecepatan aliran yang

disarankan (L/menit): 8-12.

Keuntungan : konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup

muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lender.

Kerugian : tidak dapat memberikan O2 konsentrasi

rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan

penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat..

4) Sungkup Muka dengan kantong

non rebreathing

Page 12: Lp Oksigenasi 1

(NonRebreathing Mask) : Kecepatan aliran yang

disarankan (L/menit): 8-12.

Keuntungan : konsentrasi O2 yang diperoleh dapat

mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.

Kerugian : kantong O2 bisa terlipat. (Harahap, 2005).

b. Sistem aliran tinggi

Suatu teknik pemberian O2

dimana FiO2 lebih stabil dan

tidak dipengaruhi oleh tipe

pernafasan, sehingga dengan

teknik ini dapat menambahkan

konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun

contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka

dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu

gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup

kemudian dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga

tercipta tekanan negatif, akibat udara luar dapat diisap dan

aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara

pada alat ini ± 4–14 L/mnt dan konsentrasi 30 – 55%.

Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diberikan konstan

sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi

perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembapan

gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2.

Kerugian : Sistem ini hampir sama dengan sungkup muka

yang lain pada aliran rendah (Harahap, 2005).

Page 13: Lp Oksigenasi 1

2. Terapi pengobatan sesuai program

J. Pathways

K. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan

dengan mukus dalam jumlah berlebihan

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi

Sistem kardiovaskular

SSP

Sirkulasi darah + suplai osigen

Beban tekanan energi

Transport

Beban sistole berlebihan

Pengaturan CO2

+ H+ + O2

Hambatan pengosongan

Preload

Beban jantung

meningkat

CO2 ↓ + O2 ↓

Difusi O2 dan CO2

Pertukaran gas

Gangguan suplai O2

Sistem Pernapasan

Page 14: Lp Oksigenasi 1

L. Asuhan Keperawatan

No

Diagnosa Keperawatan

NOC(Tujuan dan Kriteria Hasil)

NIC(Intervensi)

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebihan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat menunjukkan status respirasi yang paten dengan kriteria hasil :1. Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara nafas yang bersih (5)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (5)

3. Mampu mencegah dan mengidentifikasi faktor yang dapat menghambat jalan napas (5)

Manajemen Jalan Napas1. Posisikan klien

untuk memaksimalkan ventilasi

2. Lakukan fisioterapi dada

3. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

4. Auskultasi suara nafas

5. Berikan bronkodilator jika perlu

6. Atur intake nutrisi untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

7. Monitor status respirasi dan status O2

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat menunjukkan pertukaran gas yang adekuat dengan kriteria hasil :1. Mendemonstrasikan

peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat (5)

2. Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda distress (5)

3. Mendemosntrasikan

Monitor pernapasan1. Monitor rata-rata

kedalaman, irama, dan usaha respirasi

2. Catat pergerakan dada, amati, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal.

3. Monitor suara

Page 15: Lp Oksigenasi 1

batuk efektif dan suara nafas yang bersih (5)

4. TTV dalam rentang normal (5)

nafas4. Monitor pola nafas5. Catat lokasi

trakea6. Monitor kelelahan

otot diafragma7. Auskultasi suara

nafas8. Tentukan

kebutuhan suction9. Tentukan

kebutuhan suction10. Auskultasi suara

paru setelah tindakan

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat menunjukkan kefektefian pola nafas dengan kriteria hasil :1. Sesak nafas berkurang

sampai dengan hilang (5)2. Ekspirasi dada simetris

(5)3. Tidak ada penggunaan

otot bantu pernafasan, tidak ada nafas pendek (5)

4. Bunyi nafas tambahan tidak ada (5)

5. Tidak ada nyeri dan cemas (5)

6. TTV dalam batas normal (5)

Terapi Oksigen1. Pertahankan jalan

nafas yang paten2. Atur peralatan

oksigenasi3. Monitor aliran

oksigen4. Pertahankan

posisi pasien5. Observasi adanya

tanda-tanda hipoventilasi

6. Monitor adanya kecemas pasien terhadap oksigenasi

Page 16: Lp Oksigenasi 1

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :

EGC

Harahap. 2005. Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal

Keperwatan Rufaidah Sumatera Utara Volume 1

Page 17: Lp Oksigenasi 1

Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2014. NANDA International Nursing

Diagnosis: Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley

Blackwell

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2012. Nursing

Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Missouri: Mosby

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2012. Nursing

Intervention Classification (NIC) Fifth Edition. Missouri: Mosby

Muttaqin. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Pernafasan. Jakarta: Salmba Medika

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan

Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC

Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.