Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I...

17

Click here to load reader

Transcript of Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I...

Page 1: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I Pamulihan

Kabupaten Sumedang

melalui Kegiatan Lesson Study

LAPORAN FIELD STUDY

Mata Kuliah Pengembangan Program Pendidikan IPA

Dosen

Prof. Dr. Hj. Nuryani Rustaman, M.Pd.

Dr. Ari Widodo,MEd.

Oleh:

Widi Purwianingsih

0706716

JURUSAN PENDIDIKAN IPA S3

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2007

Page 2: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

I.PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi menjadikan Bioteknologi menjadi salah satu

bidang ilmu dalam Biologi yang harus dikuasai bangsa Indonesia, termasuk para siswa SMP

karena selain banyak terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari, juga dapat dikaitkan dengan

aspek ‘life skill’. Untuk memberikan penguasaan dan kebermaknaan yang baik tentang

bioteknologi kepada siswa, guru dituntut mampu melakukan pembelajaran yang benar dan sesuai

agar dicapai pemahaman yang baik pada siswanya.

Secara umum pengertian bioteknologi adalah : aplikasi dari organisme biologis, system dan

proses, dalam industry barang dan jasa, untuk kepentingan manusia (Royal Society,1981 dalam

Henderson & Knutton,1990). Bioteknologi dapat dibedakan menjadi bioteknologi konvensional

dan bioteknologi modern. Proses fermentasi (yaitu pemecahan substansi organik kompleks

menjadi lebih sederhana oleh suatu enzim yang dihasilkan mikroorganisme) merupakan proses

yang paling banyak dimanfaatkan dalam pembuatan produk-produk bioteknologi konvensional.

Beberapa contoh hasil Bioteknologi konvensional adalah bir, kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

dan donat. Sedangkan contoh produk bioteknologi modern misalnya tanaman transgenic,

tanaman hasil kultur jaringan, makanan hasil rekayasa genetic (GM food), domba hasil cloning

(Doli), bayi tabung dan lain-lain.

Bioteknologi sesungguhnya merupakan topik yang menarik karena seperti dikemukakan di

atas, aplikasinya sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Namun dilain pihak, bioteknologi

juga merupakan topik yang relaitf sulit karena untuk mendapatkan pemahaman yang baik

diperlukan pemahamana terhadap ilmu-ilmu dasar yang banyak bersifat abstrak. Karakter ini

menyebabkan bioteknologi merupakan materi yang dianggap sulit baik oleh guru maupun siswa.

Selama ini kebanyakan guru membelajarkan topik bioteknologi hanya dengan metoda ceramah

atau penugasan membaca dan merangkum suatu bahan bacaan terkait dengan materi tersebut

(Rustaman,2007). Penelitian terakhir menunjukan bahwa guru-guru sains mengenali adanya

kebutuhan untuk mengajarkan bioteknologi, tetapi masih sedikit yang terlaksana. Faktor-faktor

yang membatasi pengajaran bioteknologi meliputi : kurangnya keahlian guru dalam konten

Page 3: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

bidang ini, kurangnya pengalaman dalam kecocokan aktivitas mengajar; kurangnya sumber dan

materi kurikulum dan kurangnya waktu mengajar (Dawson & Schibeci,2003) .

Bagimanapun kesulitan-kesulitan tersebut haruslah dapat diatasi dan disiasati oleh para guru.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara memilih strategi pembelajaran yang lebih mudah

dilaksanakan, lebih menarik dan memberi pemahaman dan kebermaknaan bagi siwanya secara

lebih baik.

Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus

berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan

dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi dan kondisi dimana proses

pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan teknik pembelajaran

yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dalam mencapai tujuan

pembelajaran (Uno,2007). Oleh karena itu, guru dituntut dapat memilih dan mengembangkan

metode pembelajaran yang tepat guna mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode

pembelajaran yang sesuai untuk materi bioteknologi adalah metode praktikum atau eksperimen.

Dengan metode tersebut, diharapkan siswa langsung dapat mengamati proses-proses yang terjadi

dalam bioteknologi dan jika mungkin dapat menghasilkan produk bioteknologi. Dengan

demikian diharapkan siswa dapat menggunakan kemampuan ‘minds on’ dan ‘hands on’nya

secara lebih baik seklaigus menjadi lebih tertarik sehingga pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan dan lebih bermakna. Penerapan metode-metode pembelajaran diantaranya dapat

dilakukan melalui Lesson Study.

Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian

pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan

mutual learning untuk membangun ‘learning community’. Dengan demikian, Lesson Study

bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan

berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan

yang dihadapi guru. Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan (merencanakan),

Do (melaksanakan), dan See (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study

merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continous

improvement)(Hendayana,dkk,2007).

Page 4: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

Tugas Field study yang dilakukan kali ini, dilaksanakan melalui program Lesson Study

dengan argumentasi sebagai berikut: karakteristik Lesson study yang mempunyai tiga tahapan

dalam pelaksanaannya, memungkinkan untuk dilakukan identifikasi kesulitan guru sejak awal

kegiatan ,yaitu ketika merencanakan, melaksanakan sampai mengevaluasi program pembelajaran

yang dilakukan. Dengan demikian dapat ditemukan masalah-masalah yang menghambat dalam

setiap langkah tersebut sekaligus diupayakan bagaimana melakukan solusinya. Hasil yang

diinginkan adalah penyempurnaan program pembelajaran yang akan diberikan selanjutnya

kepada siswa, guna mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik dan lebih bermakna.

1.2.Permasalahan

Bagaimana proses perencanaan, implementasi dan evaluasi metode pembelajaran

eksperimen/praktikum pada materi Bioteknologi sederhana (pembuatan donat) yang dilakukan

guru terhadap siswa kelas IX SMP I Pamulihan Kabupaten Sumedang.

1.3.Tujuan Field Study

Mengobservasi untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana upaya dan proses yang

dilakukan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran

bioteknologi sederhana (pembuatan donat) melalui metode eksperimen/praktikum di SMP I

Pamulihan Kabupaten Sumedang.

II.FOKUS OBSERVASI

Field Study ini memfokuskan observasi pada beberapa hal sebagai berikut :

1. Identifikasi kesulitan guru dalam membelajarkan Bioteknologi.

2. Bagaimana solusi yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan dalam

membelajarkan Bioteknologi.

3. Bagaimana usaha guru mengembangkan metode pembelajaran (menentukan materi

pembelajaran, menyusun bahan ajar berupa silabus dan LKS, merencanakan proses

pembelajaran,menyiapkan alat dan bahan untuk proses pembelajaran,menguji coba proses

pembelajaran).

Page 5: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

4. Pelaksanaan pembelajaran di kelas.

5. Evaluasi pembelajaran

6. Kendala yang dialamai selama proses pembelajaran

7. Pendapat guru dan siswa setelah melakukan pembelajaran.

III.METODOLOGI

3.1. Subyek Observasi

Observasi dilakukan terhadap seorang guru dan 33 siswa kelas IX SMP I Pamulihan

Kabupaten Sumedang.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam Field Study ini meliputi :

1. Observasi kegiatan guru dalam merencanakan, dan melaksanakan proses pembelajaran.

2. Dokumentasi bahan ajar (,renpel,silabus dan LKS) dan dokumentasi pelaksanaan

pembelajaran.

3. Menjaring pendapat guru dan siswa setelah melakukan proses pembelajaran.

4. Mengikuti kegiatan refleksi yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran, untuk

mencatat tanggapan guru model, kepala sekolah dan para observer dalam implementasi

proses pembelajaran melalui Lesson study.

3.3.Pokok-Pokok Pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan untuk menjaring pendapat guru dan siwa setelah melakukan proses

pembelajaran meliputi :

1. Bagaimana pendapat guru tentang metode pembelajaran yang telah dilaksanakan serta

kesulitan dan kendala-kendala apa saja yang dialami.

2. Bagaimana pendapat siswa setelah melakukan proses belajar melalui metode yang

diberikan.

3. Bagaimana pendapat berbagai pihak (Kepala Sekolah, guru-guru observer dan dosen )

yang mengamati proses pembelajaran.

Page 6: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

3.4.Hal-hal yang Dilaporkan

Hal-hal yang dilaporkan dari kegiatan field study adalah temuan-temuan tentang segala hal

yang terkait dengan hasil dari setiap fokus observasi yang dirancang.

IV.TEMUAN FIELD STUDY

4.1. Identifikasi Kesulitan Guru dalam membelajarkan Bioteknologi.

Identifikasi kesulitan guru dalam membelajarkan materi Bioteknologi terjaring ketika

dilakukan tahap plan (merencanakan) yaitu tahapan awal dari Lesson Study. Tahapan ini

dilakukan sekitar dua minggu sebelum tahap Do (pelaksanaan). Tujuan tahapan ini selain

mengidentifikasi kesulitan guru dalam membelajarkan materi Bioteknologi, juga mencari solusi

bagaimana mengatasi permasalahan tersebut dengan melibatkan guru-guru lain diluar guru

model/guru yang diobservasi, dibantu oleh team dosen Biologi dari UPI.

Dari identifikasi permasalahan, ditemukan bahwa permasalahan yang dihadapi

merupakan permasalahan umum meliputi kesulitan mendapatkan bahan ajar berupa buku sumber

yang memadai, daya tangkap siswa yang dianggap kurang dan pasif, kemampuan guru

menguasai konten, dan kreativitas guru dalam menggunakan metode-metode mengajar yang

bervariasi terkendala dengan waktu.

4.2.Bagaimana solusi yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan dalam

membelajarkan Bioteknologi.

Permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi kemudian dicoba dipecahkan dengan

memberikan usulan penggunaan metode pembelajaran praktikum dalam bioteknologi sederhana

dengan kegiatan inti melakukan pembuatan donat. Usulan tersebut dikemukakan oleh tim dari

UPI (Jurusan Pendidikan Biologi) yang dipimpin Prof. DR. Nuryani Y.Rustaman. Usulan

tersebut direspons positif baik oleh guru model maupun guru-guru lain. Selanjutnya dilakukan

perancangan dan perencanaan lebih detail untuk menyiapkan segala sesuatu terkait dengan

pembelajaran yang akan dilakukan. Guru model bersama guru-guru lain diberi kesempatan

Page 7: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

merancang perangkat pembelajaran berupa silabus dan LKS, dengan diberi sumber bacaan

tertentu baik berupa buku teks maupun contoh-contoh LKS serupa. Hasil perancangan guru,

kemudian didiskusikan dengan tim dosen dari UPI. Selanjutnya juga dirancang alat dan bahan

yang dibutuhkan, komposisi bahan dasar (tepung terigu:kentang) yang akan dipraktikumkan,

kapan akan dilakukan proses uji coba, dan hal-hal teknis lain yang terkait dengan pembelajaran

yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan ini tampak antusiasme guru dan kerjasama yang sangat

baik diantara guru-guru ditunjukan dengan kekompakan mereka dalam merancang bahan ajar

selalu dilakukan secara bersama-sama dan saling mengisi. Namun dari hasil observasi, masih

tampak bahwa penguasaan konsep guru tentang materi bioteknologi masih kurang, terutama

tentang pemahaman proses fermentasi.

4.3.Langkah-langkah dan Usaha Guru Mengembangkan Metode Pembelajaran.

Tahap berikutnya (satu minggu setelah pertemuan pertama), guru model beserta guru-

guru lain yang terlibat dalam kegiatan tersebut melakukan uji coba tahapan-tahapan pembuatan

donat yang telah dirancang sebelumnya berdasarkan LKS yang mereka buat. Pada tahapan ini

guru-guru bahkan mendatangkan seorang ahli pembuatan donat utnuk mendapatkan masukan

yang menunjang kelancaran praktikum. Tim dosen dan observer tidak hadir pada kegiatan ini,

tetapi guru model dan guru lain tetap melakukan konsultasi dan melaporkan hasilnya melalui

telepon, guna menyempurnakan hasil. Dari aktivitas ini dapat dilihat kesungguhan guru dalam

mencoba mengembangkan dan melaksanakan kegiatan untuk memperoleh hasil yang sebaik-

baiknya.

Tahap lanjut (2 minggu setelah pertemuan pertama), guru model dibantu guru lain

melakukan uji coba kepada siswa dari kelas diluar kelas yang akan diberi perlakuan. Hasil uji

coba selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk menyempurnakan LKS. Pada tahap ini tim

dosen UPI juga tidak mendampingi, tetapi mendapat laporan secara lisan melalui telepon. Hasil

pembuatan silabus dan LKS yang dibuat guru dapat dilihat pada lampiran 1. Dari silabus yang

dihasilkan, masih tampak beberapa hal yang harus diperbaiki yaitu dalam hal tujuan

pembelajaran, pembuatan grafik (menentukan sumbu mana yang harus berupa variable bebas dan

veriabel terikat). Guru tampak belum terlalu menguasai tentang variable bebas, variable terikat

dan variable kontrol.

Page 8: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

4.4.Pelaksanaan Pembelajaran Bioteknologi di Kelas.

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan, yang dilakukan 4 minggu setelah pertemuan

pertama, yaitu pada tanggal 10 November 2007. Tahap ini diawali dengan pemberian pre test

untuk menjaring pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dibelajarkan. Soal pre tes

dibuat oleh tim dosen dari UPI, dipimpin Prof. DR. Nuryani Y. Rustaman,MPd. Pre tes

dilaksanakan kurang lebih 1 jam sebelum pelaksanaan praktikum. Soal pre test dan post tes dapat

dilihat pada lampiran 2.

Lebih kurang 1 jam setelah pre test dimulai, dilakukan kegiatan pembelajaran praktikum.

Awal pembelajaran dimulai dengan apersepsi oleh guru dengan menunjukkan beberapa contoh

produk bioteknologi sederhana seperti tempe, tape, roti. Selanjutnya guru menanyakan kepada

siswa tentang bahan dasar pembuatan produk-produk tersebut, persamaan proses dalam

pembuatan produk sekaligus menghubungkan dengan topik yang akan dibahas pada kegiatan

inti. Kegiatan apersepsi berlangsung lebih kurang 15 menit. Hasil observasi menunjukkan siswa

memberi respon positif terhadap pertanyaan yang ditunjukan dengan banyaknya siswa yang

berusaha menjawab. Guru nampak cukup berpengalaman untuk mengarahkan siswa memahami

apa yang akan diajarkan pada kegiatan inti. Meskipun tampak pada awalnya guru model agak

gugup, namun selanjutnya guru model dapat menguasai kelas dengan sangat baik.

Kegiatan inti dilakukan sesuai tahap-tahap yang dikemukakan dalam rencana

pembelajaran (lampiran 3) yang dibuat guru. Hasil observasi menunjukkan beberapa hal : Secara

umum siswa sangat antusias melakukan percobaan, dan hampir semua siswa terlibat aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Nampak kerjasama yang baik dalam melakukan semua langkah kegiatan,

dengan hampir semua indra digunakan. Pada saat dilakukan pencampuran adonan antara terigu

dan kentang, banyak siswa yang melakukannya terlalu kencang. Kelihatannya guru lupa

menyampaikan bahwa yang mereka gunakan adalah ragi instan yang sudah mengandung bahan

pengaktif, sehingga tanpa pengadukan yang terlalu kencangpun, ragi sudah dapat bekerja dengan

baik. Selain itu, penambahan air ke dalam campuran bahan tidak ditentukan oleh guru, sehingga

siswa hanya memperkirakan jumlah air yang ditambahkan. Hal tersebut menyebabkan perbedaan

hasil campuran meskipun pada kelompok dengan perlakuan sama. Dari sini dapat dilihat bahwa

guru masih kurang dalam hal mengembangkan kemampuan melakukan pengukuran.

Page 9: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

Setelah adonan tercampur, siswa diminta mengukur kemampuan adonan untuk

mengembang per satuan waktu. Cara yang dilakukan adalah dengan memasukan sedikit adonan

kedalam gelas ukur yang telah diberi skala. Pada kegiatan ini, mula-mula siswa bingung

menentukan jumlah adonan yang dimasukan dan menentukan dimana titik nol. Namun setelah

guru memberikan penjelasan, akhirnya mereka dapat melakukannya dengan baik. Kegiatan ini

meruapakan salah satu pengembangan kemampuan melakukan pengamatan sebagai salah satu

aktivitas kerja ilmiah. Bila kemampuan ini berhasil dikembangkan, maka keterampilan siswa

dalam kerja ilmiah akan lebih meningkat. Pada tiap langkah-langkah yang dilakukan, tampak

guru sangat aktif bekeliling ke seluruh kelompok untuk memberikan petunjuk-petunjuk pada

seluruh kelompok.

Pada kelompok dengan perbandingan terigu:kentang = 60:40, hasil adonannya sangat

lembek meskipun tanpa ditambah air. Hal tersebut menyebabkan adonan menjadi sulit dibentuk,

dan nampaknya hal ini menyebabkan siswa agak merasa kesal .

Hal lain yang dapat dicatat adalah, hampir semua siswa menunjukkan ekspresi senang

ketika melakukan kegiatan, dan bahkan tidak terlihat pasif seperti yang diprediksi oleh gurunya.

Selain itu,mereka tampak tidak terganggu dengan kehadiran para observer yang cukup banyak.

(Dokumentasi kegiatan dapat dilihat pada lampiran 4).

Setelah adonan dibentuk dan dibiarkan, dilakukan proses penggorengan. Pada kegiatan

ini banyak waktu yang terbuang karena kompor yang digunakan agak sulit menyala, sehingga

dibutuhkan waktu lama untuk sampai pada proses penggorengan. Pada awalnya banyak

kelompok siswa yang menggoreng dengan api yang terlalu besar, sehingga donat yang dihasilkan

terlalu ‘gosong’ tetapi dalamnya kurang matang. Tetapi dengan petunjuk guru, selanjutnya

proses penggorangan lebih baik. Pada aktivitas ini, tampak bahwa siswa masih belum

mengembangkan ‘minds on’ dalam aktivitas ‘hands on’ nya, sehingga mereka melakukan

langkah kerja tanpa memahami prinsip dasar mengapa aktivitas tersebut harus dikerjakan.

Selesai menggoreng, setiap kelompok kembali ke tempat masing-masing dan melakukan

diskusi hasil percobaan. Tiap kelompok dipersilahkan menuliskan hasil pengamatannya di papan

tulis, dan kelompok lain memperhatikan. Pada kesempatan ini seharusnya waktu menunggu

giliran bagi kelompok yang tidak maju, dapat digunakan untuk melakukan kegiatan lain,

Page 10: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

misalnya menambahkan toping pada donat yang dibuat, sehingga siap dipamerkan ketika

kegiatan selesai. Tapi penambahan toping dilakukan setelah semua kelompok selesai menuliskan

datanya di depan kelas, sehingga waktu menjadi lebih lama.

Pada praktikum yang dilakukan kali ini, tampaknya pemanfaatan waktu masih kurang

efisien, karena banyak hal yang tidak dilakukan secara parallel, pada hal tersebut memungkinkan

untuk dilakukan. Sedianya waktu pelaksanaan praktikum adalah 2 x 40 menit, namun

pelaksanaannya dapat mencapai hampir 3x40 menit.

4.5.Evaluasi pembelajaran

Setelah semua kegiatan praktikum selesai dilaksanakan, selanjutnya dilakukan post-tes

dengan soal dan waktu yang sama seperti yang dilakukan pada kegiatan pre-tes. Dari hasil pre-

tes dan post-test dihitung nilai N-Gainnya. Hasil menunjukkan dari jumlah 31 siswa, mayoritas

terkategori N-Gain rendah (43% atau 13 siswa), N-Gain kategori sedang sebanayak 19%, N-Gain

kategori tinggi hanya 2 orang siswa (6%). Sementara yang bernilai negative ada 8 orang siswa

(29%) dan bernilai nol (skor tes awal dan akhir sama) ada satu orang siswa (3%).

4.6.Kendala yang dialamai selama proses pembelajaran

Kendala yang dialami selama proses pembelajaran, dapat terobservasi dari pernyataan guru

model ketika dilaksanakan tahap refleksi. Menurut Guru model kendala-kendala yang terjadi

selama persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran meliputi : waktu persiapan yang cukup lama,

dan membutuhkan perhatian penuh,bahan yang harus disediakan cukup banyak sehingga biaya

cukup mahal. Dalam hal mengatasi kendala biaya, dukungan kepala sekolah sangat baik,karena

Kepala Sekolah bersedia membiayai semua alat dan bahan sepenuhnya, sehingga persoalan biaya

dapat diatasi. Waktu pelaksanaan pembelajaran juga dirasa belum tepat dan hal ini disadari guru

karena kurang efisiennya memanfaatkan waktu yang tersedia. Kendala ini dapat dicoba diatasi

dari berbagai masukan dari observer maupun dosen. Solusi yang diusulkan antara lain : waktu

pengadukan bahan tidak perlu terlalu lama, jumlah bahan bisa dikurangi, , kompor yang

digunakan dikurangi dan dinyalakan sebelum selesai pengembangan, waktu penulisan data

dikelas dapat dilakukan sambil menghias donat, dan pre tes dapat dilakukan diluar jam pelajaran.

4.7.Pendapat guru dan siswa setelah melakukan pembelajaran

Page 11: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

Pendapat guru dan siswa setelah mendapat pembelajaran dapat dijaring dari hasil wawancara

terhadap guru model dan 2 orang siswa yang mewakili 31 siswa yang diobservasi. Pendapat

guru: Sulit tepat waktu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, karena karakter siswa yang

masih rendah motivasi belajarnya dan inisiatifnya masih kurang. Pada praktikum ini seharusnya

sekaligus dilatihkan tentang metode ilmiah pada siswa, hal ini masih kurang dapat dilakukan

karena siswa tidak mendapatkan materi metode ilmiah disebabkan pada KBK dan KTSP materi

metoda ilmiah tidak ada, sehingga tidak ada alokasi waktu untuk itu. Pada kurikulum KTSP IPA

terpadu, hanay disediakan waktu 4 jam pelajaran/minggu setiap jamnya 40 menit, sementara

muatan materi sangat banyak, dan tidak ada buku sumber yang lengkap. Pada akhirnya guru

hanya terfokus pada bagaimana menyampaikan materi secepatnya agar dapat diselesaikan tepat

waktu. Jadi untuk mencoba berbagai metode yang baik dan bervariasi agak sulit dilaksanakan,

meskipun guru menyadari hal tersebut sangat baik bila dapat dilaksanakan. Walaupun secara

umum masih didapati banyak kendala, guru tetap bertekad ingin melaksanakan metode

pembelajaran ini, dengan dilakukan perbaikan dalam beberapa hal. Pendapat siswa: Kedua siswa

yang diwawancara menyatakan bahwa mereka belum pernah mendapatkan pembelajaran

semacam ini sebelumnya, dan mereka merasa sangat senang dengan pembelajaran ini dan

berharap metode semacam ini dapat diberikan oleh guru-guru lain pada mata pelajaran yang

berbeda. Tetapi ketika ditanyakan apakah pelajaran IPA selama ini dianggap sulit, keduanya

menyatakan ya. Tapi dari pengalaman yang baru saja mereka alami, mereka menyatakan bahwa

ternyata pelajaran IPA juga dapat dibuat menyenangkan. Ketika ditanya mengapa mereka merasa

senang, mereka menyatakan karena mereka merasa diajak langsung melakukan proses sains

sekaligus dapat memperoleh hasilnya dalam waktu singkat, sehingga mereka dapat membuktikan

bahwa IPA dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu mereka juga menyatakan

dengan metode pembelajaran yang dilakukan, mereka dapat lebih bekerjasama dalam mencapai

keberhasilan praktikum.

V.ANALISIS PENGEMBANGAN TEORI & KETERBATASAN

Berdasarkan temuan-temuan field study yang telah dilaksanakan, dapat dikemukakan

beberapa pengembangan teori diantaranya : 1) Suatu pembelajaran yang berhasil ternyata tidak

hanya memerlukan peran guru saja sebagai sentral keberhasilan, tetapi juga diperlukan peran

pendukung, terutama peran Kepala Sekolah sebagai motor penggerak terlaksananya semua

Page 12: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

kegiatan di sekolah. Dari hasil observasi dapat dikatakan bahwa tanpa dukungan penuh Kepala

Sekolah, aktivitas pembelajaran yang direncanakan tidak akan terlaksana dengan baik. 2)Dalam

membelajarkan suatu materi/topik, kiranya perlu juga diungkapkan alasan-alasan tentang

mengapa materi tersebut diajarkan, sehingga dapat menggugah semangat dan motivasi siswa

untuk melakukan aktivitas pembelajaran dengan sungguh-sungguh. 3) Pembelajaran

bioteknologi merupakan pembelajaran yang kaya akan muatan kerja ilmiah yang menjadi

komponen penting dalam hakekat pembelajaran IPA. Disamping itu pembelajaran bioteknologi

juga mengandung tuntutan penerapan nilai dan etika, yang akan sangat besar pengaruhnya dalam

kehidupan bermasyarakat, sehingga dapat dijadikan wahana menerapkan nilai-nilai dan etika.4)

Bioteknologi sederhana yang diobservasi dalam field study ini dapat meningkatkan keterampilan

kerja ilmia seperti mengukur, menimbang, mencatat data secara periodik dalam bentuk table atau

grafik dan melatih ketelitian dalam bekerja. Selain itu pembelajaran bioteknologi di tingkat SMP

dapat dijadikan bekal di masyarakat untuk mengembangkan ‘scientific literacy’ dan memperoleh

penghasilan. 5) Tampaknya pada tingkat SMP di Indonesia, hampir tidak mungkin dilakukan

pembelajaran bioteknologi modern, mengingat fasilitas (alat & bahan) yang dibutuhkan belum

memungkinkan dipenuhi oleh rata-rata sekolah SMP yang ada di Indonesia.

Adapun keterbatasan yang ditemukan dalam field study ini meliputi : 1) tampaknya

belum semua guru IPA memahami makna kerja ilmiah dengan baik, meskipun guru tersebut

sudah berada pada level S1.2) Dalam field study yang dilaksanakan kali ini, belum dilakukan

pengamatan pada sekolah lain, sehingga data belum dapat dibandingkan. 3) Baru satu model

pembelajaran yang diamati dalam topik bioteknologi, sehingga belum dapat dibandingkan

efektivitas metode pembelajaran yang paling tepat untuk topik tersebut. 4) Guru-guru belum

dapat membedakan variable bebas, variable terikat dan terutama variable kontrol. 5) guru belum

begitu terampil menentukan skala yang proporsional dalam membuat grafik.

Temuan field study yang dilakukan dapat menunjukan secara sepintas contoh riil

pendidikan IPA di masyarakat Indonesia. Berdasarkan temuan dan analisis di atas, perlu

dilakukan upaya-upaya perbaikan untuk meningkatkan kemampuan guru maupun calon guru

dalam membelajarkan materi Bioteknologi secara lebih baik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan

misalnya : 1) Meningkatkan kemampuan guru dan calon guru dalam mengembangkan strategi

maupun metode pembelajaran Bioteknologi, misalnya dengan langsung melibatkan mereka

Page 13: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

dalam kegiatan Lesson study (untuk calon guru dapat melalui program PPL), 2) Model

pembelajaran Bioteknologi di kampus yang mengembangkan muatan kerja ilmiah hendaknya dapat

dijadikan model oleh para calon guru dalam mengajarkan Bioteknologi di sekolah. Oleh karena itu dosen

hendaknya berupaya menjadi contoh sebagai model pembelajaran calon guru, dengan menggunakan

model-model pembelajaran berlandaskan inkuiri, sehingga ketika calon guru telah menjadi guru, mereka

telah terbiasa menggunakan variasi metode pembelajaran tersebut.3) Pemahaman tentang konten

Bioteknologi sangat perlu ditekankan di Perguruan Tinggi, sehingga calon guru kelak tidak salah dan

percaya diri dalam membelajarkan prinsip-prinsip Bioteknologi kepada siswanya. 4) calon guru ketika

duduk di Perguruan Tinggi seharusnya juga dibiasakan /dilatihkan mencari sumber-sumber belajar sendiri

(misalnya melalui internet), sehingga bila suatu saat di sekolah tempat ia mengajar terjadi kekurangan

buku sumber, mereka sudah terbiasa melakukan pencarian sumber lain secara mandiri .

Pengembangan kemampuan ini harus didasarkan beberapa teori yang terkait dengan

upaya tersebut, diantaranya :1) Teori Belajar, 2)Teori Pedagogical Content Knowledge, 3)Inkuiri

sebagai strategi pembelajaran,4) Konten Biologi.

5.1. Teori Belajar

J.Piaget berpandangan bahwa seorang anak membangun pengetahuan melalui berbagai

jalur, yakni membaca, mendengarkan, bertanya, menelusuri dan melakukan eksperimen terhadap

lingkungannya. Menurut Ausubel (1968 dalam Dahar 1996) bahwa apa yang dipelajari akan

bermakna bagi individu apabila bahan ajar yang dikaji dimulai dari apa yang telah diketahui

peserta didik sebelumnya. Dengan demikian disamping diperoleh konsep yang bermakna, peserta

didik dapat mentransfer hasil belajarnya kedalam konteks sosial budayanya. Menurut faham

konstruktivisme fungsi guru berubah menjadi fasilitator yang membuat situasi kondusif agar

terjadi hasil belajar dan transfer belajar yang optimal. Dalam hal ini proses belajar mengajar

tidak didominasi oleh guru (Poedjiadi,2001). Bila para guru dan calon guru memahami benar

prinsip-prinsip tersebut, maka calon guru dalam setiap pembelajaran yang dilakukannya akan

menerapkan prinsip-prinsip tersebut, misalnya dengan mengambangkan strategi pembelajaran

tertentu yang lebih mengaktifkan siswa.

5.2. Teori ‘Pedagogical Content Knowledge’/PCK

Page 14: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan semata,

melainkan sesuatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.

Mengajar berarti berpartisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna,

mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk

belajar itu sendiri (Bettencourt,1989 dalam Suparno,1997). Mengajar dalam konteks ini adalah

membantu seseorang berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir sendiri (von

Glalsersfeld, 1989 dalam Suparno,1997).

Atas dasar pemahaman inilah, maka seharusnya seorang guru mempunyai suatu pengetahuan

tentang bagaimana mengajarkan suatu bahan ajar kepada muridnya. Tetapi guru yang ingin

mengajar sains secara efektif harus lebih dari sekedar mengetahui tentang isi (konten) yang akan

diajarkan dan beberapa cara pengajarannya. Guru tersebut juga harus paham dan mampu dalam

mengintegrasikan pengetahuan konten ke dalam pengetahuan tentang kurikulum, pembelajaran,

mengajar dan siswa. Pengetahuan-pengetahuan tersebut akhirnya dapat menuntun guru untuk

merangkai situasi pembelajaran pada kebutuhan individual dan kelompok siswa. Pengetahuan

seperti ini dinyatakan sebagai pengetahuan konten pedagogi/pedagogical content knowledge

(PCK).(NSES,1996).

Pada awalnya pendidikan guru lebih banyak menekankan pada pengetahuan guru tentang

materi subjek (Shulman,1989 dalam Cochran, et al. 1993). Namun setelah dekade belakangan

ini, pendidikan guru mulai menekankan pada efektivitas metoda pedagogi secara general yang

meliputi penggunaan pertanyaan, desain suatu penugasan dan kurikulum serta asesmen performa

independen siswa pada tiap materi subjek.(Bell & Mc.Diarmid,1990 dalam Cochran, et al. 1993).

Para ahli kini menyadari bahwa baik pengetahuan tentang materi subjek maupun pengetahuan

pedagogi merupakan suatu hal yang krusial dalam suatu pengajaran yang baik dan dalam

meningkatkan pemahaman siswa. (Cochran, et al. 1993).

5.3. Inkuiri sebagai Strategi Pembelajaran.

NSTA(1998) merekomendasikan hal-hal yang terkait dengan inkuiri yaitu : Program

pengajaran calon guru harus mampu membuat calon guru dapat mengajak siswanya secara

regular dan efektif dalam melakukan sains secara inkuiri dan memfasilitasi pemahaman secara

Page 15: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

utuh peran inkuiri dalam pengembangan pengetahuan sains berdasarkan pada : 1. Melakukan

pertanyaan dan memformulasi pemecahan masalah.2. Merefleksikan dan mengkonstruksi

pengetahuan berdasarkan data yang ada. 3. Berkolaborasi dan bertukar informasi dalam

memecahkan suatu masalah.4. Mengembangkan konsep dan menghubungkannya dengan

pengalaman empiris. Jika hal ini dihubungkan denga temuan field study, tampak bahwa guru

belum dapat mengarahkan siswa terhadap aspek no 4.Hal tersebut dapat dilihat dari hasil Gain

antara pre test dan post test yang masih relative rendah.

Dalam NSTA(2003) disebutkan bahwa inkuiri mempunyai tiga tingkatan, yaitu:1)

Discovery Learning. Pada tahap ini guru merencanakan pembelajaran sedemikian hingga siswa

merasa bahwa dialah yang menemukan konsep yang akan diajarkan oleh guru; 2) Guided

Inquiry. Pada tahap ini guru mendampingi siswa dalam merancang suatu langkah perumusan

masalah sampai dengan siswa menemukan pemecahan masalah yang telah dirumuskannya; dan

3) Open Inquiry. Pada tahap ini guru memberikan sumbangan materi, sementara siswa berusaha

sendiri untuk dapat menemukan permasalahan dari materi yang disampaikan guru, kemudian

merumuskan cara untuk memecahkan masalah tersebut. Kemudian guru menganalisis atas

pemecahan masalah yang diselesaikan oleh siswa. Pada pembelajaran yang dilakukan dalam

field study, tampaknya inkuiri yang dilakukan baru pada tahap Discovery Learning.

5.4. Konten Biologi

NSTA (2003) merekomendasikan bagi guru IPA tingkat dasar dan tingkat menengah

bahwa mereka harus dapat membimbing siswa memahami hal-hal sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur, fungsi dan system kehidupan.

2. Berbagai system klasifikasi kehidupan

3. Siklus zat dan aliran energy melalui jalur kehidupan dan non kehidupan

4. Seleksi,adaptasi, keanekaragaman, dan kekhususan alam

5. Struktur, fungsi dan reproduksi sel, termasuk mikroorganisme

6. Tingkatan organisasi dari sel sampai biome

7. Reproduksi dan hereditas, termasuk reproduksi manusia dan kontrasepsi

8. Sifat system kehidupan dan peran umpan balik dalam regulasi system kehidupan

9. Gangguan terhadap mahluk hidup termasuk alergi, racun, penyakit dan agresi.

Page 16: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

VI.KESIMPULAN

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil field study diantaranya:

- Perencanaan , pelaksanaan dan evaluasi sebagai suatu kesatuan dalam strategi

pembelajaran Bioteknologi di SMP I Pamulihan dengan metode praktikum/eksperimen

telah dilakukan dengan cukup baik oleh guru model.

- Kendala utama yang dihadapai guru dalam pelaksanaan metode pembelajaran adalah

alokasi waktu, disamping kurangnya sumber bacaan dan kondisi siswa.

- Secara umum guru dan siswa senang dengan pembelajaran tersebut, tetapi belum terlalu

memberi dampak yang berarti pada peningkatan hasil belajar.

- Perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan proses pembelajaran di Perguruan Tinggi, guna

menyiapkan calon guru dalam membelajarkan materi Bioteknologi di Sekolah secara

lebih baik dan bermakna.

Daftar Pustaka

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori – Teori Belajar. Jakarta.Penerbit Erlangga.

Dawson V.& Schibeci. R.2003. Western australian High School Student Attitudes toward Biotechnology Processes.Journal of Biological Education.38 (1) . Hal .1-6.

Cochran, K.F., J.A. DeRuiter, R.A. King (1993). Pedagogical Content Knowing: An Integrative Model for Teacher Preparation. Journal of Teacher Education, 44 (4), 263-272.

Hendayana.S, Didi S ,Muchtar K,Sukirman,Ariswan,sutopo,Asep S, Harun,Siti S, Ana P, Hikmat, Nurjanah.2006. Lesson Study. Bandung. IMSTEP-JICA.

Henderson.J & S. Knutton. 1990. Biotechnology in School, A Hand Book for Teachers. Buckingham. St. Edmundsbury Press Ltd.

National Science Education Standard (NSES) (1996). Washington DC:National Academy Press.

NSTA & AETS (1998). Standard for Science Teacher Preparation.

Poedjiadi, A.2001.Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Bandung. Yayasan Cenderawasih.

Rustaman, N.Y. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains dan Asesmennya. Dalam The first International Seminar of Science Education on ‘Secience Education Facing against the challenges of the 21st century’.

Page 17: Observasi Pembelajaran Materi Bioteknologi di SMPN I ...file.upi.edu/.../laporan_laporan/LAPORAN_FIELD_STUDI_WIDIx.pdf · LAPORAN FIELD STUDY ... kecap, tempe, yoghurt, keju, roti

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Uno,H.B.2007. Model pembelajaran. Jakarta.PT Bumi Aksara.