Obgyn

12
uterotonica jenis lain dianjurkan apabila setelah pemberian oxytocin dan kompresi bimanual gagal menghentikan perdarahan, pilihan berikutnya adalah ergotamine. 4 Gambar 6. Kompresi Bimanual Interna dan Eksternal - Retensio plasenta Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan penanganan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala tiga) dan harus diantisipasi dengan melakukan plasenta manual, meskipun kala plasenta belum lewat setengah jam. 5,6 1

description

o

Transcript of Obgyn

Page 1: Obgyn

uterotonica jenis lain dianjurkan apabila setelah pemberian oxytocin dan

kompresi bimanual gagal menghentikan perdarahan, pilihan berikutnya

adalah ergotamine.4

Gambar 6. Kompresi Bimanual Interna dan Eksternal

- Retensio plasenta

Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir

disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan

penanganan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara

plasenta dan uterus. Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum

terlepas, maka tidak akan menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta

yang sudah lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak

(perdarahan kala tiga) dan harus diantisipasi dengan melakukan plasenta

manual, meskipun kala plasenta belum lewat setengah jam.5,6

Gambar 7. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut

1

Page 2: Obgyn

Gambar 8. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus

Gambar 9. Mengeluarkan plasenta.

- Sisa Plasenta

Sebagian kecil dari plasenta yang tertinggal dalam uterus disebut sisa

plasenta. Apabila kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah

kompresi bimanual ataupun massase dihentikan, bersamaan pemberian

uterotonica lakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan cara manual/digital

atau kuret. Beberapa ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan tetapi

hal ini sulit dilakukan tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam

syok. Jangan hentikan pemberian uterotonica selama dilakukan eksplorasi.

Setelah eksplorasi lakukan massase dan kompresi bimanual ulang tanpa

menghentikan pemberian uterotonica.8

2

Page 3: Obgyn

Pemberian antibiotik spectrum luas setelah tindakan eksplorasi dan manual

removal. Apabila perdarahan masih berlanjut dan kontraksi uterus tidak

baik bisa dipertimbangkan untuk dilakukan laparatomi. Pemasangan

tamponade uterovaginal juga cukup berguna untuk menghentikan

perdarahan selama persiapan operasi.6,8

Gambar 10. Eksplorasi ke dalam rahim

- Gangguan Pembekuan Darah

Jika manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya ruptur uteri, sisa

plasenta dan perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus yang baik mak

kecurigaan penyebab perdarahan adalah gangguan pembekuan darah.

Lanjutkan dengan pemberian product darah pengganti (trombosit,

fibrinogen).4

- Trauma Jalan Lahir

Perlukaan jalan lahir sebagai penyebab pedarahan apabila uterus sudah

berkontraksi dengan baik tapi perdarahan terus berlanjut. Lakukan

eksplorasi jalan lahir untuk mencari perlukaan jalan lahir dengan

penerangan yang cukup. Lakukan reparasi penjahitan setelah diketahui

sumber perdarahan, pastikan penjahitan dimulai diatas puncak luka dan

berakhir dibawah dasar luka. Lakukan evaluasi perdarahan setelah

penjahitan selesai. Hematoma jalan lahir bagian bawah biasanya terjadi

apabila terjadi laserasi pembuluh darah dibawah mukosa,

penetalaksanaannya bisa dilakukan insisi dan drainase. Apabila hematom

3

Page 4: Obgyn

sangat besar curiga sumber hematoma karena pecahnya arteri, cari dan

lakukan ligasi untuk menghentikan perdarahan.3,8

b. Penggantian Perkiraan Kehilangan Darah

Pemahaman akan kebutuhan pasien terhadap terapi komponen cairan dan

darah penting untuk menyediakan perawatan yang adekuat bagi pasien

perdarahan. Perkiraan penggantian kehilangan darah dimulai dengan

resusitasi cairan. Cairan kristaloid yang hangat dengan rasio perbandingan 3:1

sebagai therapy inisial penting untuk menstabilisasi pasien dengan

perdarahan.3

c. Penatalaksanaan Medikamentosa

- Oksitosin

Merupakan profilaksis pertama, pemberian pada menit pertama setelah

persalinan 10 IU/mL atau 5 IU bolus perlahan.

- Ergometrin / Metilergometrin

0,2 mg IM pada menit pertama setelah persalinan.

- Misoprostol

600 mirkrogram oral pada menit pertama setelah persalinan, bila

oksitosin tidak tersedia.4

Tabel 2. Obat-obatan Uterotonika

ObatCara Kerja dan Keefektifitasan Efek Samping

Oksitosin(ekstrak hipofisis anterior)

- Onset: 2- 3 menit

- Lama kerja: 15- 30 menit

- Belum diketahui kontraindikasinya untuk pemakaian pasca persalinan

- Tidak ada/minimal efek samping- Jika untuk induksi persalinan, jangan gunakan

oksitosin sebelum 6 jam setelah pemberian dosis misoprostol

Misoprostol(E1 analog prostaglan

din)

- Onset: 3-5 menit)

- Konsentrasi tertinggi dalam darah pada 18- 34 menit

- Lama kerja 75 menit

- Belum diketahui kontraidikasinya untuk pemakaian pasca persalinan

- Efek samping: menggigil dan kenaikan suhu tubuh sementara

4

Page 5: Obgyn

Syntome trin (kombinasi dari 5IU oksitosin dan 0,5 mg ergometrin)

- Kombinasi kerja cepat oksitosin dan kerja ergometrin yang terus-menerus

- Kontraindikasinya sama dengan ergometrin (pada wanita yang mempunyai riw.hipertensi, preeklamsi, eklamsi, penyakit jantung, dan plasenta inkarserata)

- Hanya digunakan pada pasca persalinan- Efek samping: mual, muntah, sakit kepala, dan

TD meningkat

Ergometrin (Preparat Ergot)

- Onset: 6- 7 menit (IM)

- Lama Kerja: 2- 4 jam

- Kontraindikasi pada wanita yang mempunyai riw.hipertensi, preeklamsi, eklamsi, penyakit jantung, dan r. retensi plasenta .

- Hanya digunakan pada pasca persalinan- Menyebabkan kontraksi kuat uterus-resiko

plasenta inkarserata- Efek samping: mual, muntah, sakit kepala, dan

hipertensi.- Jangan digunakan bila obat sudah berubah warna

Tabel 3. Pemakaian Oksitosin pada Penanganan Aktif Kala III

Dosis dan RuteIM = 10 unitWanita yang terpasang jalur IV = 10 IU IM atau 5 IU bolus perlahan

Yang Harus Diperhatikan dan Kontraindikasi

Sebelum pemberian oksitosin, pastikan tidak ada bayi kedua. Bila sudah diberi oksitosin, namun ternyata ada bayi kedua, kemungkinan bayi kedua terperangkap di uterus sangat kecil resikonya

Tabel 4. Pemakaian Oksitosin pada Manajemen Perdarahan Postpartum

Dosis dan RuteIV = infus 20 unit dalam 1 L cairan infus dengan 60 tetes per menitIM = 10 unit

Dosis LanjutanIV = infus 20 unit dalam 1 L cairan infus dengan 40 tetes per menit

Dosis Maximum Tidak lebih dari 3 L cairan infus+oksitosin

Yang Harus Diperhatikan dan Kontraindikasi

Jangan diberikan dalam bolus

Tabel 5. Pemakaian Misoprostol pada Manajemen Perdarahan Postpartum

Dosis Maksimum dan RuteRectal = dosis singel 1000 mcgOral = dosis singel 600 mcgSublingual = dosis singel 800 mcg

Dosis Lanjutan Belum diketahui

5

Page 6: Obgyn

Yang Harus Diperhatikan dan Kontraindikasi

(-)

e. Terapi Pembedahan

- Laparatomi

Pemilihan jenis irisan vertical ataupun horizontal (Pfannenstiel) adalah

tergantung operator. Begitu masuk bersihkan darah bebas untuk

memudahkan mengeksplorasi uterus dan jaringan sekitarnya untuk

mencari tempat ruptur uteri ataupun hematoma. Reparasi tergantung tebal

tipisnya ruptur. Pastikan reparasi benar-benar menghentikan perdarahan

dan tidak ada perdarahan dalam karena hanya akan menyebabkan

perdarahan keluar lewat vagina. Pemasangan drainase apabila perlu.

Apabila setelah pembedahan ditemukan uterus intak dan tidak ada

perlukaan ataupun rupture lakukan kompresi bimanual disertai pemberian

uterotonica.7

- Ligasi arteri

Ligasi arteri uterine

Prosedur sederhana dan efektif menghentikan perdarahan yang

berasal dari uterus karena uteri ini mensuplai 90% darah yang

mengalir ke uterus. Tidak ada gangguan aliran menstruasi dan

kesuburan.

Ligasi arteri ovarii

Mudah dilakukan tapi kurang sebanding dengan hasil yang diberikan

Ligasi arteri iliaca interna

Efektif mengurangi perdarahan yany bersumber dari semua traktus

genetalia dengan mengurangi tekanan darah dan circulasi darah

sekitar pelvis. Apabila tidak berhasil menghentikan perdarahan,

pilihan berikutnya adalah histerektomi.7

6

Page 7: Obgyn

Gambar 11. Ligasi Arteri Uterina

- Histerektomi

Merupakan tindakan curative dalam menghentikan perdarahan yang

berasal dari uterus. Total histerektomi dianggap lebih baik dalam kasus

ini walaupun subtotal histerektomi lebih mudah dilakukan, hal ini

disebabkan subtotal histerektomi tidak begitu efektif menghentikan

perdarahan apabila berasal dari segmen bawah rahim, servix,fornix

vagina.6

7

Page 8: Obgyn

BAB III

KESIMPULAN

Perdarahan postpartum sering bersifat akut, dramatik, underestimated dan

merupakan sebab utama kematian maternal. Pendekatan resiko diperlukan untuk

mengantisipasi kemungkinan kejadiannya. Penanganan perdarahan postpartum

ditujukan pada 3 hal yakni pencegahan, penghentian perdarahan dan mengatasi

syok. Penanganan aktif kala III persalinan merupakan tindakan preventif yang

harus diterapkan pada setiap persalinan. Oksitosin dan metilergonovin merupakan

obat lini pertama baik dalam upaya pencegahan maupun pengobatan. Misoprostol

dengan dosis 600- 1000 μg dapat dipakai bila obat lini pertama gagal. Restorasi

cairan melalui dua jalur infus dengan venokateter ukuran besar adalah tindakan

pertama mengatasi syok hemoragik. Larutan kristaloid sebanyak 3 kali estimasi

jumlah darah yang hilang dapat mempertahankan perfusi jaringan. Dalam keadaan

yang sangat mendesak (perdarahan mencapai 40% volume darah) dan masih

berlangsung pemberian darah yang sesuai tanpa crossmatching adalah tindakan

live safing yang dapat dibenarkan. Tindakan bedah dilakukan bila usaha

menhentikan perdarahan secara medis tdak berhasil. Tindakan tersebut adalah

kompresi bimanual, tamponade, jahitan B Lynche, histerektomi dan tamponade

intraabdominal.

8

Page 9: Obgyn

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

2. Cunningham F G, Gant NF. 2011. Williams Obstetri. Volume 2. Penerbit

Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

3. Chandra PK. 2013. Perdarahan Postpartum. Fakultas Kedokteran Universitas

Trisakti: Jakarta.

4. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetris. Edisi Kedua. EGC: Jakarta.

5. Mansjoer, A, et al. 2002. Kapita Selekta Kedokteran: Perdarahan Pasca

Persalinan. Edisi ke tiga. Media Aesculapius FKUI: Jakarta.

6. The International Federation of Gynecology and Obstetrics. Prevention and

Treatment of Postpartum Hemorrhage in Low Resourse Settings. FIGO

Guidelines. International Journal Gynecology and Obstetrics 2012; 117:

108-118

7. World Health Organization. 2012. WHO recommendations for the preventiom

and treatment of postpartum haemorrhage. WHO Guidelines.

8. United Stated Agency International Development. Fact Sheets: Uterotonic

Drugs for the Prevention and Treatment of Postpartum Hemorhage.

Prevention of Postpartum Hemorrhage Initiative 2008: 1-10

9