Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

29
TUGAS PERIODONSI I OBESITAS DAN KAITANNYA DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL Oleh : ANNISA AMALIA NIM. 04081004043 Dosen Pengajar : drg. Asti Rosmala Dewi, M.M. PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN 0 | Page

description

g

Transcript of Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

Page 1: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

TUGAS PERIODONSI I

OBESITAS DAN KAITANNYA DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL

Oleh :

ANNISA AMALIA

NIM. 04081004043

Dosen Pengajar :

drg. Asti Rosmala Dewi, M.M.

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2010

0 | P a g e

Page 2: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit periodontal umumnya berupa inflamasi dengan penyebab utamanya bakteri dan

plak. Di samping bakteri dan plak sebagai penyebab utama, berperan juga faktor-faktor lain

sebagai faktor resiko. Salah satu faktor yang dalam beberapa tahun belakangan ini dikaitkan

dengan penyakit periodontal adalah obesitas (kegemukan). Obesitas merupakan penyakit

sistemik yang memicu timbulnya berbagai komplikasi yang dapat mempengaruhi kesehatan

secara keseluruhan. Prevalensi obesitas telah meningkat secara drastis pada sebagian negara-

negara industri. Banyak studi-studi yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa obesitas juga

berhubungan dengan penyakit rongga mulut,terutama penyakit periodontal.1

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang disebabkan adanya infeksi pada jaringan

periodontal. Bakteri plak merupakan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal berupa

inflamasi seperti periodontitis kronis. Beberapa faktor lain turut berperan secara tidak langsung

dengan cara memfasilitsasi penumpukan dan perkembangbiakan bakteri plak. Sebagai contoh

adalah kalkulus, gigi yang berjejal (crowded), karies gigi yang berada dekat tepi gingiva,

tambalan yang overhanging, dan tepi restorasi yang tidak baik. Di samping itu, berperan pula

faktor-faktor lain sebagai faktor resiko, seperti faktor lingkungan, tingkah laku, dan biologis,

yang keberadaannya dapat meningkatkan kemungkinan sesorang menderita suatu penyakit. Dua

faktor resiko penyakit periodontal yang dikenal selama ini adalah kebiasaan merokok dan

diabetes mellitus.

Obesitas atau kegemukan berperan menjadi faktor resiko yang besar dari penyakit kronis,

termasuk hipertensi dan stroke, penyakit-penyakit kronis mulut dan berbagai bentuk kanker. Para

1 | P a g e

Page 3: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

peneliti menemukan bahwa prevalensi penyakit periodontal pada individu dengan obesitas yang

berumur 18-34 tahun adalah 76% lebih tinggi daripada individu dengan berat normal pada

kelompok umur yang sama.2

Definisi operasional obesitas dievaluasi secara khas dengan menggunakan perhitungan

mutlak dengan cara mengukur BMI (Body Mass Index), tetapi dapat juga dengan pengukuran

distribusi lingkar pinggang, atau rasio lingkar pinggang dan pinggul. Penting untuk mengetahui

etiologi, faktor risiko, dan komplikasi dari obesitas. Pasien dengan obesitas memiliki sepuluh

kali lipat risiko yang tinggi dalam peningkatan diabetes tipe 2 dan tiga kali lipat risiko yang

tinggi dalam peningkatan periodontitis. Untuk mengurangi prevalensi dari kelebihan berat badan

dan obesitas, pekerja kesehatan oral sangat dibutuhkan untuk bekerjasama antar sektor dan

disiplin ilmu. Dokter gigi sebagai tenaga kesehatan harus mengingatkan pola makan yang sehat

kepada pasien yang obesitas. Pasien dengan komplikasi obesitas memerlukan penanganan yang

harus dipertimbangkan, karena obesitas merupakan faktor risiko dari penyakit-penyakit

periodontal sehingga langkah-langkah pencegahan penyakit periodontal untuk pasien obesitas

perlu dilakukan oleh profesi kedokteran gigi.

2 | P a g e

Page 4: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

BAB II

ISI

2.1 OBESITAS

2.1.1 Definisi Obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang

berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi,

sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki

lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak

tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita

dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap

mengalami obesitas.

Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat

badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%

Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%

Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5%

dari antara orang-orang yang gemuk).

3 | P a g e

Page 5: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

2.1.2 Penyebab Obesitas

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang

diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan

pembakaran kalori ini masih belum jelas.

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:

Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab

genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan

kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk

memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan

bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan

seseorang.

Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas,

tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini

termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali

seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat

mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.

Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan

makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.

Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini

merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa

4 | P a g e

Page 6: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman

dalam pergaulan sosial.

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam

jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari).

Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan

bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge

hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai

akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari,

adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan,

agitasi dan insomnia pada malam hari.

Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

o Hipotiroidisme

o Sindroma Cushing

o Sindroma Prader-Willi

o Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

Obat-obatan. Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa

menyebabkan penambahan berat badan.

Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)

menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita

obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak

5 | P a g e

Page 7: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal.

Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya

dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab

utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur.

Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung

mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang,

akan mengalami obesitas.

2.1.3 Gejala Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa

menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun

penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat

tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu),

sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah

dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga

kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki

permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga

panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih

banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di

daerah tungkai dan pergelangan kaki.

6 | P a g e

Page 8: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

2.1.4 Komplikasi

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan

yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas

meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:

Diabetes tipe 2

Hipertensi

Stroke

Serangan jantung (infark miokardium)

Gagal jantung

Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)

Batu kandung empedu dan batu kandung kemih

Gout dan artritis gout

Osteoartritis

Tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan

berkurangnya kadar oksigen dalam darah)

Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk). 2

2.1.5 Diagnosa

7 | P a g e

Page 9: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan cara yang

sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko

terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap

penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan

seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan

dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio yang

dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam

meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau

lebih.3 Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI)

BMI Klasifikasi

< 18.5 berat badan di bawah normal

18.5–24.9 normal

25.0–29.9 normal tinggi

30.0–34.9 Obesitas tingkat 1

35.0–39.9 Obesitas tingkat 2

8 | P a g e

Page 10: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

≥ 40.0 Obesitas tingkat 3

2.2 PENYAKIT PERIODONTAL

Penyakit periodontal merupakan sekumpulan kondisi peradangan atau inflamasi jaringan

periodontal yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit periodontal dapat diklasifikasikan

berdasarkan derajat keparahannya menjadi :

1. Gingivitis

Merupakan bentuk penyakit periodontal yang ringan dan reversible, dimana penyakit ini

hanya menyerang gingiva.

2. Periodontitis

Merupakan bentuk penyakit periodontal yang desruktif, biasanya merupakan kelanjutan dari

gingivitis yang tidak diterapi dengan baik.

Terdapat beberapa gejala dan tanda penyakit periodontal, dintaranya :

- Penyusutan atau pembengkakan gusi

- Nyeri pada gusi dan gigi menjadi sensitive saat mengunyah

- Perdarahan gusi ketika menyikat gigi

9 | P a g e

Page 11: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

- Gigi mobile atau tanggal

- Halitosis

- Terbentuk poket periodontal

2.2.1 Jaringan Periodontal

Jaringan periodonsium memiliki empat komponen, yaitu : 4

1. Gingiva

Merupakan bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan mnutupi

linggir (ridge) alveolar. Berfungsi melindungi jaringan di bawah perlekatan gigi

terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut. Gingiva tergantung dari adanya gigi-

geligi, bilagigi-geliginya ada maka gingiva ada, begitupun sebaliknya. Gingiva sehat

berwarna merah muda dengan tepi seperti scallop agar sesuai degn kontur gigi-geligi.

2. Ligamentum Periodontal

Merupakan suatu ikatan, biasanya menghubungkan dua buah tulang. Ligament

periodontal tidak hanya menghubungkan gigi ke tulang rahang tetapi juga menopang

gigi pada soketnya dan menyerp beban yang mengenai gigi. Ligament terdiri dari

serabut jaringan ikat yang tersusun teratur pada matriks substansi dasar yang dilalui

syaraf dan pembuluh darah.

3. Sementum

10 | P a g e

Page 12: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

Merupakan jaringan ikat kalsifikasi yang menyelubungi dentin akar dan tempat

berinsersinya bundle serabut kolagen. Ketebalan sementum terbesar terjadi pada

apeks dan daerah furkasi.

4. Tulang Alveolar

Prosesus alveolaris adalah bagian tulang rahang yang menopang gigi-geligi.

Prosesus ini sebagian bergantung pada gigi dan setelah tanggalnya gigi akan terjadi

resorpsi tulang. Seperti tulang lainnya, tulang alveolar terus-menerus mengalai

remodeling sebagai respons terhadap stress mekanis dan kebutuhan

metabolismeterhadap ion fosfor dan kalsium. Pada keadaan sehat, remodeling

prosesus berfungsi untuk mempertahankan volume keseluruhan dari tulang dan

anatomi keseluruha relative stabil.

2.2.2 Macam-macam deposit pada gigi

Deposit pada gigi terdiri dari :

1. Pelikel saliva

Beberapa detik setelah penyikatan gigi akan terbentuk deposit selapis tipis dari

protein saliva yang terutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan gigi, pada

11 | P a g e

Page 13: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

restorasi, dan gigi tiruan. Lapisan ini disebut sebagai pelikel.fugsipelikel adalah

untuk perlindungan.

2. Plak gigi

Dalam beberapa menit setelah erdepositnya pelikel, pelikel kan berpopulasi

dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email, tetapi biasanya

bakteri melekat dulu dengan pelikel. Pembentukan plak akan terjadi dalam beberapa

jam karena adanya perlekatan antara spesies bakteri streptococcus dan actinomyses

denagn pelikel. Secara klinis plak merupakan lapisan bakteri lunak yang tidak

terkalsifikasi, menumpuk, dan melekat erat pada gigi dan objek lain di dalam mulut,

misalnya restorasi.

3. Materi alba

Merupakan deposit lunak berwarna kekuningan atau keputihan, dapat

ditemukan pada rongga mulut yang kurang terjaga kebersihannya. Terdiri dari

masa mikroorganisme, sel-sel epitel yang terdeskuamasi, sisa makanan, leukosit,

dan deposit saliva. Strukturnya berbeda dengan plak dan dapa dengan mudah

dibersihkan dengan semprotan air.

4. Kalkulus

Merupakan plak yang terkalsifikasi. Terdapat dua macam kalkulus :

- Kalkulus Supragingiva

12 | P a g e

Page 14: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

Dapat ditemukan di sebalh koronal tepi gingiva. Warnanya agak kekuningan

kecuali sudah terpapar faktor lain (misalnya tembakau, anggur,pinang),

cukup keras, rapuh, dan mudah dilepas dari gigi dengan alat tertentu.

- Kalkulus Subgingiva

Melekat pada permukaan akar gigi, distribusinya tidak berhubungan dengan

glndula saliva tetapi dengan adanya inflamasi gingival dan pembetukn

poket. Warnanya hijau tua atau hitam. Lebih keras daripada kalkulus

supragingiva.

2.2.3 Etiologi Penyakit Periodontal

Penyakit inflamasi periodontal merupakan keseimbangan antara faktor etiologi

primer, plak gigi, dan host pada dentogingival junction. Penyebab primer dari penyakit

periodontal adalah iritasi bakteri. Ada beberapa faktor lain (faktor sekunder) bai faktor

lokal maupun sistemis yang merupakan predisposisi dari akumulasi plak atau

perubahan respin gigiva terhadap plak.

1. Faktor lokal

Kalkulus, restorasi yang keliru, kavitas karies, food impaction, GTSL dengan

desain yang buruk, pesawat ortho, crowded, kebiasaan bernafas melalui mulut,

dan merokok.

2. Fakror sistemis

Faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, yaitu faktor genetik,

nutrisional, hormonal, obat-obatan, stress, dan hematologi. Dahulu ada anggapan

13 | P a g e

Page 15: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

bahwa defisiensi system-sistem ini merupakan penyebab utama dari penyakit

periodontal. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa faktor-faktor sistemik dapat

memodifikasi respon jarigan terhadap iritasi bakteri dan mempengaruhi

perkembangan serta keparahan penyakit periodontal.4

2.3 OBESITAS SEBAGAI FAKTOR RESIKO PEYAKIT PERIODONTAL

Bertitik tolak dari adanya kaitan antara obesitas dengan diabetes mellitus, khususnya

tipe2, yang dapat menjadi faktor resiko penyakit periodontal. Muncul kemungkinan adanya

keterkaitan antara obesitas juga dapat menjadi faktor resiko penyakit periodontal. Telah

banyak studi-studi yang melaporkan bahwa terdapat kaitan yang bermakna antara obesitas

(diukur dengan body mass index / BMI) dengan peningkatan resiko menderita periodontitis.5

14 | P a g e

Page 16: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

BAB III

PEMBAHASAN

Meknisme berperannya obesitas sebagai faktor resiko bagi periodontitis adalah melalui

TNF-α (tumor necrosis factor – alpha). TNF-α adalah salah satu sitokin yang berperan dalam

terjadinya penyakit periodontal melalui aktivitasnya, yang antara lain memicu proliferasi,

diferensiasi, dan aktivitas osteoklas yang berakibat terjadinya resorpsi tulang, dan mengiduksi

produksi proteinase di dalam sel-sel mesenkim yang ikut bertanggung jawab dalam destruksi

jaringan ikat. 5 Sitokin ini telah diteliti pada binatang dan manusia yang gemuk kadarnya

meningkat.6 Pada penderita periodontitis terjadi peningkatan level TNF- α, yang akan menurun

setelah dilakukan perawatan periodontal.

15 | P a g e

Page 17: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

Terdapat hubungan antara obesitas dengan TNF- α, dimana peningkatan level TNF- α

akan menjurus ke keadaan hiperinflamatori yang selanjutnya meningkatkan resiko bagi penyakit

periodontal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level TNF- α dalam plasma berkaitan secara

bermakna dengan BMI dan glukosa darah. 5 Peningkatan level TNF- α tersebut tampaknya ada

kaitan dengan lokasi obesitasnya. Level TNF- α yang meningkat lebih dijumpai pada individu

dengan obesitas abdominal disbanding dengan obesitas perifer.

Jaringan adipose yang banyak terdapat pada orang yang obese merupakan tempat dimana

TNF- α disintesis. Hal ini berarti obesitas berperan sebagai faktor resiko periodontitis melalui

TNF- α. Terjadinya obesitas berkaitan dengan adanya penimbunan asam lemak bebas, yang juga

dapat menimbulkan diabetes mellitus. Hal ini menunjukkan adanya saling keterkaitan antara

obesitas, diabetes mellitus, dan penyakit periodontal. Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut : adiposit pada orang obese akan melepas TNF- α ke dalam plasma, dengan akibat

terhambatnya pensinyalan insulin yang akan menjurus ke insulin resistance. Keadaan insulin

resistence tersebut menyebabkan diabetes mellitus disertai keadaan hiperinflamatori, yang

menjadi faktor terjadinya penyakit periodontal. Beberapa hal yang terjadi pada pasien diabetes

sehingga cenderung memperparah penyakit periodontal adalah7 :

1. Bacterial Pathogens

Kandungan glukosa yang terdapat di dalam cairan gusi dan darah pada pasien diabetes

dapat mengubah lingkungan mikroflora, meliputi perubahan kualitatif bakteri yang

berpengaruh terhadap keparahan penyakit periodontal.

2. Polymorphonuclear Leucocyte Function

16 | P a g e

Page 18: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

Penderita diabetes rentan terhadap terjadinya infeksi. Hal ini dihipotesiskan sebagai

akibat dari Polymorphonuclear Leucocyte defeciencies yang menyebabkan gangguan

khemotaksis, adheren, dan defek fagositosis.

3. Altered Collagen Metabolism

Pada pasien diabetes yang tidak terkontrol yang megalami hiperglikemi kronis terjadi

pula perubahan metabolism kolagen, dimana terjadi peningkatan aktivitas collagenase

dan penurunan collagen synthesis. Kolagen yang terdapat di dalam jaringan cenderung

lebih mudh mengalami kerusakan akibat infeksi periodontal yang mempengaruhi

integritas jaringan tersebut.

Keterkaitan antara obesitas, diabetes mellitus, dan penyakit periodontal sudah banyak

dibahas. Dengan demikian, masalah obesitas bukan merupakan masalah kesehatan umum saja,

tetapi juga merupakan masalah kesehatan mulut, khususnya kesehatan periodonsium.

Dokter gigi harus lebih jeli dalam mengevaluasi kesehatan periodonsium pasien dengan

obesitas. Dengan cara demikian kemungkinan dampak obesitas terhadap periodonsium dapat

dicegah. Disamping itu, profesi dokter gigi dapat pula berperan dalam penyuluhan terhadap

orang tua untuk mencegah timbulnya obesitas pada anak-anak dan remaja. Masyarakat perlu

diberi pemahaman bahwa obesitas tidak hanya berdampak pada kesehatan umum saja seperti

diabetes mellitus dan hipertensi, tetapi juga kesehatan periodonsiumnya.

Perlunya keterlibatan dokter gigi dalam penanganan masalah obesitas ini didasarkan pada

asusmsi bahwa terjadinya obesitas adalah lebih disebabkan pengabaian akan masalah kesehatan,

17 | P a g e

Page 19: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

demikian juga penyakit periodontal adalah pengabaian kebersihan mulut. Asumsi ini didukung

dengan adanya korelasi antara obesitas dan periodonitis.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Obesitas dapat menjadi faktor resiko potensial timbulnya penyakit periodontal terutama

pada individu dewasa muda. TNF- α yang meningkat pada penderita obesitas memiliki peranan

dalam meningkatkan hiperinflamatori sehingga akan memicu dan memperparah penyakit

periodontal. Promosi kesehatan oleh dokter gigi merupakan faktor tambahan yang penting untuk

mencegah dan menghentikan progresifitas penyakit periodontal terutama terhadap pasien obese.

Masih diperlukan studi literatur dan penelitian lebih lanjut terhadap hubugan obesitas dan

penyakit periodontal agar prevalensi periodontitis pada pasien obese dapat berkurang.

18 | P a g e

Page 20: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.kalbe.co.id , diunduh pada tanggal 28 Oktober 2010.

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas , diunduh pada tanggal 28 Oktober 2010.

3. http://gizi.net/pedoman-gizi/ , diunduh pada tanggal 28 Oktober 2010.

4. Madson, J.D. dan Eley, B.M.1993.Buku Ajar Periodonti. Alih bahasa : drg.Anastasia S.

Ed.2. Jakarta : Hipokrates.

5. Daliemunthe, Saidina Hamzah. 2006. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Penyakit

Periodontal. Dentika Dental Jurnal, Volume 11 no.2. Hal 184-7.

6. Fidianingsih, Ika. 2007. Sel Lemak Dan Peranannya Dalam Penyakit. Jurnal UII, Volume

386. Hal 129-137.

19 | P a g e

Page 21: Obesitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Periodontal Annisa Amalia

7. FA, Carranza. 2002. Carranza’s Clinical Periodontology. Ed,9th. Philadelphia:WB

Saunders Co.

20 | P a g e