OA
-
Upload
irsyamfisio -
Category
Documents
-
view
81 -
download
0
description
Transcript of OA
BAB I
PENDAHULUAN
A.ANATOMI FISIOLOGI
Knee joint merupakan sendi sinovial yang dilengkapi oleh ROM yang luas pada saat
fleksi.Knee join dibentuk oleh tulang femur,patella,tibia dan fibula yang membentuk sendi
patellofemoral,tibiofemoral dan tibiofemoral prosimal yang diperkuat oleh ligamen sebagai
stabilisator pasif dan kuat sebagai stabilisator aktif.
1.Anatomi tulang dan sendi.
Pada knee joint terdapat 3 sendi,yaitu :
a.Tibiafemoral
Ciri khas sendi ini diantarai oleh 2 meniskus,disanggah oleh ligamen dan
otot.Stabilitas bagian anterior dan posterior diberikan oleh ligamen
crusiatum anteri-posterior.Demikian pula untuk stabilitas sendi sisi medial-lateral
diberikan oleh ligamen collateral lateral.
Tulang femur berbentuk konveks dan di tambah oleh dua kondylus yang tidak
simetris pada ujung distal femur dimana condylus medial lebih panjang dari
kondilus lateral sehingga dapat menjadi mekanisme pengunci lutut.
Tulang tibia berbentuk konkaf dari 2 dataran tibia pada ujung proximal tibia beserta
meniscus fibrokartilago. Dataran medial lebih besar dari dataran lateral.
Pada gerakan tibia dataran tibia dataran kinkav akan slide ke arah yang sama
dengan gerakan tulang.
Pada gerakan femur, dimana tibia terfiksasi, condylus yang konveks akan slide ke
arah yang berlawanan dengan gerakan tulang.
b. Patellofemoral
Ciri khas, patella merupakan tulang sesamoidea dari otot quadriceps, yang akan
bersendi dengan sulcus intercondiloidea pada aspek anterior dari bagian distal
femur. Permuka sendinya dilingkupi oleh cartilago yang halus. Patella tersusup ke
dalam bagian anterior dari kapsul sendi dan dihubungkan ke tibia melalui ligamen
patella serta banyak bursa patella.
Pada saat fleksi lutut, maka patella akan slide ke caudal disepanjang sulcus
intercondilodea, sedangkan pada saat ekstensi lutut maka patella akan slide ke arah
cranial.
c. Tibiofibular proximal
Merupakan sendi sinovial yang datar, terbentuk dari caput fibula dan suatu
persendian pada aspek posterolateral dari cincin condylus tibia yang permukannnya
menghadap ke arah posterior, inferior dan lateral.
2. Otot-otot yang melewati sendi lutut
a. M. quadriceps
M. rectus femoris
Origo : Spina iliaca anterior superior
M. vastus medialis
Origo : Labium medial linea aspera
M. vastus lateralis
Origo : Labium medial linea aspera
M. vastus intermedialis
Origo : Lingkup ventral femur
Keempat otot ini berisenrtio pada tuberositas tibia
Inervasi : N. tibialis
b. M. hamstring
M. biceps femoris
Origo : Caput longum (tuber ischiadicum)
Caput brevis (labium lateral linea aspera)
Insertio : Caput fibula
Fungsi : Ekstensi hip, fleksi dan eksorotasi knee
Inervasi : Caput longum
Caput brevis (N. fibularis)
M. semitendinosus
Origo : tuber ischiadicum
Insertio : Pes anserinus
Fungsi : Ekstensi hip. Fleksi dan endorotasi knee
Inervasi : N. tibialis
M. semimembranosus
Origo : tuber ischiadicum
Insertio : condylus medial tibia
Fungsi : Ekstensi hip. Fleksi dan endorotasi knee
c. M. tensor facialatae
Origo : SIAS
Insertio : traktus iliotibial
Fungsi : abduksi hip, membantu ekstensi knee
Inervasi : N. gluteus superior
d. M. sartorius
Origo : SIAS
Insertio : corpus tibai bagian proximal
Fungsi : fleksi dan endorotasi knee
Inervasi : N. sciatik L4, S, 2
e. M. popliteus
Origo : epyconilus lateral femur, caput fibula
Insertio : facies posterior tibia
Fungsi : Fleksi dan endorotasi knee
B. PATOFISIOLOGI
Osteoathritis merupakan gangguan dari persendian diarthrodial yang dicirikan oleh
fragmentasi dan terbelah-belahnya cartilago persendian, lesi tersebut berkenaan dengan
perubahan biokimiawi di bawah permukaan cartilago yang meningkatkan sintesa
timdin dan glintin
Faktor-faktor yang dapat menimbullan/mempengaruhi degenerasi cartilago adalah :
a. Umur
Yaitu dengan adanya penurunan anabolisme chondrosit dan kekuatan otot
b. Pengrusakan genetik
Fiber collagen, komponen proteoglikan
c. Kelebihan berat badan
Beban yang dipertahankan oleh knee joint melebihi kemampuan/kekuatan
d. Stress pekerjaan
e. Kelemahan otot
f. Trauma
g. Menopause
Melalui sela-sela yang timbul akibat degenerasi fibliar pada cartilago, cairan
sinovial dipenetrasikan ke dalam tulang di bawah lapisan cartilago, ini menghasilkan
krista-krista (prosesnya belum diketahui), cartilago menjadi keras, cartilago yang sudah
hancur mengakibatkan celah menjadi sempit, di samping itu tulang bereaksi terhadap
lesi cartilago dengan pembentukan tulang baru (osteofit).
Beberapa faktor yang dianggap sebagai penyambung dalam terwujudnya
osteoarthritis :
a. Faktor usia
Semakin tua seseorang maka semakin turun kualitas cartilago persendian cartilago
sebagai bantalan penahan tekanan semakin tua semakin kurang elastisitasnya.
b. Faktor gangguan mekanik
Kelainan atau perubahan pada bentuk persendian mempermudah atau mempercepat
terwujudnya osteoartritis. Kelainan kongenital pada unsur keras atau lunaknya
persendian seperti displasia pada panggul merupakan keadaan yang kelak disusul
oleh osteoartritis.
c. Faktor metabolik
Pendepositan kristal asam urat dan calsium phyropospat adalah manifestasi
gangguan metabolisme yang mendasari gout artritis dan kondrokal sianosis dan
keadaan patologik itu dapat berlanjut pada osteoartritis.
Walaupun cartilago persendian tidak peka nyeri dan lesi inisial berada pada
cartilago, tetapi manifestasi klinis dari osteoartritis berupa sakit, ini merupakan
ungkapan klinis dari sinovium persendian yang mulai terlibat dalam proses
degenerasi di cartilago. Synovium memang kaya akan reseptor nyeri. Pada tahap
lanjut dari osteoartritis terdapat synovium yang menunjukkan tanda-tanda
peradangan yang mendasari terasanya nyeri hebat.
Hubungan antara derajat kerusakan pada persendian yang diperhatikan oleh
perubahan bentuk dari satu pihak dan rasa nyeri di lain pihak adalah kurang mantap. Lebih
mantap adalah hubungan antara keadaan mental seseorang dengan ambang keluh. Dalam
keadaan tegang, banyak pikiran, depresi, dll. Penderita osteoartritis lebih cepat mengeluh,
semakin tegang dan depresi semakin hebat nyeri dirasakan.
Penderita OA tidak merasa sakit pada saat diam/istirahat atau sewaktu tidur di
malam hari, kecuali kalau persendian vertebra yang terkena OA lutut pada tahap dini sering
disertai oleh efusi tapi jarang menunjukkan tanda-tanda inflamasi.Pada tahap lanjut nyeri
lutut disertai oleh kelainan pada unsur lunak persendian melainkan tulang persediaan
memperlihatkan perubahan bentuk dan krepitasi dapat didengar.
STATUS KLINIK
A. DATA-DATA MEDIS R.S
1. Diagnosa medis : OA Pada tungkai sebelah sinistra
2. Catatan Klinis
a) TD : 120/80
b) Denyut Nadi : 77/ Menit
c) Pernapasan : 24/menit
d) Temperatur : Normal
B. PEMERIKSAAN FT
a) Anamnesis
A. Umum :
Nama : Nasrah
Umur : 20 Tahun
J.k : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Perawat
Alamat : Jln. Datu
B. Khusus :
K.U : Nyeri pa lutut
R.P penyerta : tidak ada penyakit lain
Penyebab : Karena pengaruh berat badan ( obesitas )
Sifat keluhan : Terlokalisir.
RPP : 2 bulan yang lalu pasien ikut dalam
pertandingan tarik tambang. Keesokan harinya pasien merasakan
nyeri pada lututnya. Namun pasien mengabaikannya, setelah beberapa
bulan kemudian pasien merasakan nyeri lagi di daerah lutunya dan
memeriksakan ke dokter. Kemudian dokter merujuknya ke
fisioterapi.
R.Penderita : Pasien sehari-hari mempunyai aktifitas
sebagai perawat di rumah sakit umum Gowa ,selama pasien
mengalami gangguan pada lututnya sehingga aktifitasnya terganggu.
R.Keluarga : Pasien tidak mempunyai anggota keluarga
yang menderita penyakit yang sama.
C. PEMERIKSAAN
A. PEMERIKSAAN VITAL SIGN
1) Tekanan darah : 120 / 80 MmHg
2) Denyut nadi : 75 x /menit
3) Pernapasan : 18 x / menit
4) Temperatur : Normal
5) Tinggi badan : 165 cm
6) Berat badan : 55 kg
B. INSPEKSI
a Statis
Lutut pasien sedikit fleksi disertai varus
b Dinamis
Pasien berjalan dengan irama langkah yang lambat.
C. TES ORIENTASI : Jongkok berdiri pasien sanggup melakukannya tapi terasa
nyeri.
D. PALPASI : - Ada nyeri tekan pada kedua lutut bagian medial dan lateral
- Suhu normal
- Tidak ada bengkak
E. PEMERIKSAAN GERAKAN FUNGSI DASAR
Knee joint kanan
Gerakan Aktif Pasif TIMT
Fleksi
Ekstensi
Tidak nyeri dan tidak
terbatas
Tidak nyeri, dan
terbatas
Tidak nyeri,, soft end feel
Tidak nyeri, Hard end feel
Tidak nyeri, dan
kuat
Eksorotasi
Endorotasi
__
__
Tidak nyeri,, elastik end
feel
Tidak nyeri,, elastik end
feel
Tidak nyeri, dan
kuat
_
_
Knee joint kiri
Gerakan Aktif Pasif TIMT
Fleksi
Ekstensi
Eksorotasi
Endorotasi
Tidak nyeri dan
terbatas
Nyeri dan terbatas
__
__
Tidak nyeri, soft end feel
Nyeri, Hard end feel
Sedikit nyeri, elastik end
feel
Tidak nyeri, elastik end
feel
Tidak nyeri dan
lemah
Nyeri dan lemah
__
__
F. KOGNITIF, INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL
Kognitif : Pasien mampu melakukan orientasi dan pasien kurang
mampu mengikuti intruksi fisioterapis dengan baik pada saat
latihan.
Intrapersonal : Pasien mempunyai motivasi yang tinggi untuk sembuh.
Interpersonal : Pasien mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik
di lingkungan sekitarnya.
G. PEMERIKSAAN SPESIFIK
a. Ballotement test
Hasil : -
IP : tidak ada cairan pada kedua lututnya.
b. 1. Tes shift anterior lutut kanan
Hasil : Nyeri
IP : Terjadi gangguan pada lig. Cruciatum Anterior lutut kanan.
2. Tes shift anterior lutut kiri
Hasil : Nyeri
IP : Terjadi gangguan pada lig. Cruciatum Anterior lutut kiri.
c. 1. Tes Shift posterior lutut kanan
Hasil : Tidak nyeri
IP : Tidak mengalami gangguan pada lig. Cruciatum posterior .
2. Tes Shift posterior lutut kiri
Hasil : Tidak nyeri
IP : Tidak mengalami gangguan pada lig. Cruciatum posterior.
d. Tes varus lutut kanan dan lutut kiri
Hasil : nyeri
IP : Terjadi gangguan pada lig. Collateral lateral
e. Tes valgus lutut kanan dan lutut kiri
Hasil : Tidak nyeri
IP : Tidak terjadi gangguan pada lig. Collateral medial.
f. Mobilisasi patella
Hasil : Nyeri pada kedua lutut
IP : Terganggunya mobilisasi patella.
g. MMT : Kelemahan otot paha dengan nilai 4
h. Tes VAS
- Kanan :
10
- Kiri :
0 6,1 10
i. ROM tes
Knee Dextra : S. 0º. 10º.135º
Knee Sinistra : S. 0º. 10º.135º
j. ADL tes
a. Berjalan
Hasil : Pasien mampu berjalan sekitar 10 menit
b.Duduk ke berdiri
Hasil : Pasien mampu melakukan tapi terasa nyeri
c.Jongkok berdiri
Hasil : Pasien mampu melakukan tapi terasa nyeri pada
kedua lututnya.
H. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
Adanya nyeri dan gangguan fungsi Knee Joint Sebelah Sinistra bagian Bilateral akibat
osteoartritis
I. PROBLEMATIK
a. Nyeri pada kedua lutut
b. Kelemahan otot paha
c. Keterbatasan ROM
d. Gangguan ADL kedua lutut
BAB II
PROGRAM FISIOTERAPI
A. Rencana Tindakan Fisioterapi
1. Jangka panjang :
Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional kedua lutut.
2. Jangka pendek
Mengurangi nyeri pada kedua lutut
Meningkatkan kekuatan otot paha
Meningkatkan ROM
Mengembalikan ADL lutut
3. Rencana tindakan
a. Teknologi Fisioterapi
1. SWD
Tujuan : - Pre eliminary excercise
- Meningkatkan elastisitas jaringan
- Memperlancar sirkulasi darah
2. Friction
Tujuan : mengurangi nyeri pada tipe saraf IV/c
3. Interferensi
Tujuan : mengurangi nyeri pada tipe saraf III b
4. Mobilisasi patella
Tujuan : untuk mencegah perlengketan patella
5. Static Kontraksi
Tujuan : - untuk stabilitas sendi
- untuk memelihara fungsi fisiologis otot
6. Strengthening
Tujuan : meningkatkan kekuatan otot
7. Pasif Exc.
Tujuan : meningkatkan ROM
b. Edukasi
1. meminta pasien untuk mengompres air hangat pada kedua lututnya.
2. meminta pasien menekan bantalan kecil dibawah lututnya.
3. pasien disarankan untuk menghindari jalan jauh dan naik turun
tangga
4. pasien dianjurkan untuk memakai knee brace.
4. Rencana Evaluasi
a. Pengukuran nyeri dengan VAS
b. Pengukuran kekuatan otot dengan MMT
c. Pengukuran ROM dengan Goniometer
d. Pengukuran ADL dengan tes ADL
A. Prognosis
Qou ad Vitam : Baik
Quo ad Sanam : Baik
Quo ad Fungsionam : Baik
Quo ad Cosmeticam : Baik
B. Pelaksanaan Fisioterapi
1. SWD : Pasien dalam posisi duduk kemudian kondensator diletakkan pada
bagian distal femur dan bagian proksimal tibia fibula.
F : 1x sehari
I : IEM
T : Koplanar
T : 8 menit
2. Interferensi : Pasien tidur terlentang, pad yang sudah dibasahi diletakkan pada
ke-2 lutut pada bagian medial dan lateral knee joint.
F : 1x sehari
I : 20 mA
T : Kontraplanar pada lutut kanan dan kiri
T : 10 menit
3. Friction : Pasien tidur terlentang, lalu berikan massage pada area yang
nyeri.
F : 1x sehari
I : 20x hitungan
T : Sirkuler
T : 3x repetisi
4. Mobilisasi patella : Pasien dalam posisi tidur terlentang kemudian kedua tangan
fisioterapis diletakkan diatas patella kemudian patella digerakkan
kearah medial dan lateral.
F : 1x sehari
I : 8x hitungan
T : kontak langsung
T : 3x repetisi
5. Statik Kontraksi : Pasien dalam keadaan tidur terlentang kemudian tangan
fisioterapi yang kanan diletakkan dibawah lutut pasien dan
bersamaan dengan itu kaki didorso fleksikan kemudian pasien
disuruh menekan tangan fisioterapi.
F : 1x sehari
I : 10x hitungan
T : Statik Kontraksi
T : 3x repetisi
6. Strengthening : Pasien tidur terlentang kemudian ke-2 lutut pasien ditekuk.
Tangan fisioterapis memfiksasi dibawah lutut kemudian tangan
yang 1 menahan gerak pasien.
F : 1x sehari
I : Tahanan sesuai toleransi pasien
T : Strengthening
T : 3x repetisi
7. Pasif exc. : Pasien tidur tengkurap dengan knee fleksi 60°, dalam keadaan
rileks tangan kanan fisioterapis menarik tungkai bawah pasien dan
tangan lain memfiksasi daerah distal femur yang disertai
pemberian penekanan secara pasif exc.
F : 1x sehari
I : Pasien Fokus
T : Force pasive movement
T : 3x pengulangan tiap sendi.
8. Traksi Translasi
Tujuan : menambah ROM
Dosis : F : 3 x seminggu
I : 10 x pengulangan
T : Pasif
T : 3 menit
D. Evaluasi
1. Sesaat
VAS
- Dextra :
0 5,3 10
- Sinistra :
0 6,1 10
ROM tes
Knee Dextra : S. 0° 10° 130°
Knee Sinistra : S. 0° 10° 130°
2. Berkala
__