Novel Tamparan Lina by LANIA

170
 BIODATA PENULIS  Nama asli : Latiwatul Ainia  Nama cerpenis : LANIA TTL : Jombang, 10 Juli 1988 Alamat : Jl. Cendana 3b RT 43 NO 10 Madinah C Kayu Tangi Banjarmasin 70123 Status : Mahasiswa FKIP UNLAM  No Hp pribadi : 085717885730 Alamat email : [email protected] Rekening bank sendiri : Kantor Cabang : BNI UNLAM Banjarmasin Atas Nama : Latiwatul Ainia  No rekening : 0187402934 Saya sangat berharap pihak penerbit bersedia membantu saya mempublikasikan dan membukukan novel saya ini. Serta mengoreksi novel saya ini jika banyak keasalan kata. Jika bersedia tolong hubungi nomor HP yang telah saya cantumkan atau kirimkan email ke alamat email yang telah saya cantumkan. Sebelum dan sesudahnya atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Transcript of Novel Tamparan Lina by LANIA

BIODATA PENULIS Nama asli : Latiwatul Ainia Nama cerpenis : LANIA TTL : Jombang, 10 Juli 1988 Alamat : Jl. Cendana 3b RT 43 NO 10 Madinah C Kayu Tangi Banjarmasin 70123 Status : Mahasiswa FKIP UNLAM No Hp pribadi : 085717885730 Alamat email : [email protected] Rekening bank sendiri : Kantor Cabang : BNI UNLAM Banjarmasin Atas Nama : Latiwatul Ainia No rekening : 0187402934

Saya sangat berharap pihak penerbit bersedia membantu saya mempublikasikan dan membukukan novel saya ini. Serta mengoreksi novel saya ini jika banyak keasalan kata. Jika bersedia tolong hubungi nomor HP yang telah saya cantumkan atau kirimkan email ke alamat email yang telah saya cantumkan. Sebelum dan sesudahnya atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Ringkasan Cerita Tamparan Lina By : Lania Di saat sedang merayakan ulang tahun Mawar di Restoran Monggo Mampir, Lina malah mendapatkan permainan aneh dengan hadiah uang yang sangat menggiurkan dari teman-temannya. Permainan itu adalah menampar Afgan, seorang actor yang lagi tenar-tenarnya saat itu. Apalagi saat itu Afgan sedang merayakan keberhasilan lounching film yang dibintanginya di Restoran Monggo Mampir. Sebetulnya Lina tak ingin melakukan itu, akan tetapi ia ketakutan akan diusir dari koskosan karena sudah 5 bulan ia menunggak dan akhirnya ia pun melakukannya. Tetapi Lina merasa bersalah, jadi ia segera cari cara buat minta maaf pada Afgan. Bagaimana caranya konyolnya meminta maaf pada Afgan? Dan apakah afgan mau memaafkannya? Cinta terpendam Kau pernah jatuh cinta akan tetapi cintamu ini kau pendam selalu dalam hatimu. Seakan terkurung suci dalam sangkarnya. Engkau tak ingin ada orang yang bisa membukanya, membiarkannya pergi bersama aliran angin. Engkau ingin menjaganya, tetap suci di dalamnya tanpa ternoda dan terjapai oleh siapapun juga. Kau tak ingin ada seseorang pun yang bisa menyentuhnya maupun menggapainya. Inilah yang dialami oleh Lina. Pernah mendengar Banjarmasin. Ya Banjarmasin adalah Ibukota dari Kalimantan selatan. Dan disinilah tempat dimana Lina mengadu nasib, bekerja

sebagai seorang suster di rumah sakit yang cukup terkenal di Banjarmasin yaitu Rumah Sakit Ulin. Satu Hal yang Lina suka dari rumah sakit ini adalah selain termasuk rumah sakit dengan alat-alat yang modern juga memiliki fasilitas pengobatan yang lengkap. Selain itu tanpa ketinggalan rumah sakit ini tak melupakan perannya dengan alam yaitu tetap membiarkan pohon rindang tetap tumbuh di depan gedung rumah sakit yang berdiri tegak bak pencakar jalan, dengan memiliki lima lantai yang memiliki fungsinya masing-masing dan kamar pasien yang lumayan banyak, lebih dari empat ratus kamar. Akan tetapi asal Lina bukanlah berasal dari Banjarmasin, akan tetapi ia berasal dari tanah Jawa, tepatnya dia lahir di Jombang Jawa Timur. Akan tetapi ia mempunyai alasan kenapa ia lebih memilih bekerja di luar Jawa dari pada di daerah Jawa dekat rumahnya sendiri. Dan alasan ini dalah demi cinta. Bagi orang mungkin ini adalah alasan yang aneh akan tetapi memang itu yang membuatnya memilih impian menginjakkan kakinya di kota Banjarmasin. Dulu waktu SMA di Jombang ia pernah sekelas dengan Rio. Rio ini adalah orang Banjarmasin tapi ia bersekolah di Jombang. Ia ingat sekali waktu itu ia bertemu dengan Rio yang berkaca mata, berkulit putih, serta mempunyai postur tubuh yang tinggi, dengan rambut hitam berpotongan pendek. Waktu itu kelas dua SMA Lina sekelas dengan Rio. Bagi Lina ini adalah cinta pertamanya yang terpendam yang mungkin selamanya akan ia pendam dalam hati. Tapi apakah dosa merasakan hal seperti ini. Cinta adalah anugrah terindah dari Allah SWT, asalkan ia tak melakukan sesuatu yang menyalahi agama apa salahnya Ya Allah.

Akan tetapi Lina tak pernah yang namanya mengobrol dengan Rio kecuali jika Rio meminjam buku dengannya, mereka juga saling menghormati. Bagi Lina, ia begitu sangat kagum dengan Rio, karena di balik sikapnya yang pendiam dan otaknya yang topcer abis, Lina merasa sepertinya tersimpan misteri yang seperti tak ada orang yang akan bisa membukanya. Misteri dimana membuatnya menjadi seseorang yang cenderung pendiam, suka menyendiri dan sukar bergaul dengan orang lain. Akan tetapi Bagi Lina sudah melihatnya sekali saja dalam sehari itu sudah cukup baginya, tapi ia tak berani terus memandang Rio, karena baginya sebagai seorang muslim ia harus bisa menjaga pandangannya. Tapi apakah cinta seperti ini bisa ia pendam terus selamanya, baginya ini yang harus ia lakukan. Karena ia tak ingin patah hati. Setelah lulus SMA akhirnya Lina harus berpisah dengan Rio, karena Lina dengar kabar dari temannya kalau Rio memutuskan untuk kembali ke Banjarmasin menempuh jenjang kuliahnya di UNLAM. Sejak itulah Lina berjanji dalam hatinya, walaupun ia tak bisa meneruskan kuliah karena terbentur masalah biaya dan hanya bisa belajar menjadi seorang suster. Akan tetapi ia bertekad akan mengejar dan mencari Rio Febriansyah hingga ke Banjarmasin. Walaupun tak tau dimana Rio bertempat tinggal. Tapi bisikan hati Lina mengatakan ia akan bisa bertemu dengan Rio. Suatu hari Lina amatlah sangat yakin kalau ia akan bisa bertemu dengan Rio, walaupun ia sendiri tak tau itu kapan. Ia pun berusaha cukup keras untuk mengumpulkan uang dengan bekerja menjadi cleaning servis di hotel Fatma. Hasil dari kerjanya ia kumpulkan sampai akhirnya ia bisa menempukkan pendindikan menjadi seorang suster.

Setelah lulus menjadi suster, Lina pun memutuskan untuk segera mengikuti ujian CPNS dengan tempat dinas yang menjadi pilihannya adalah Banjarmasin. Ia sangat berharap akan bisa lolos dan mewujudkan impiannya bertemu dengan Rio kembali setelah empat tahun lamanya tak kunjung bertemu dengannya. Dan alhamdulillah ia sangat bersyukur sekali ia bisa lolos. Sesampainya di Banjarmasin ia pun mulai menjalani aktifitasnya sebagai seorang suster di Rumah Sakit Ulin, itulah tempat dimana ia ditugaskan. Ia pulang pulang pergi dengan menggunakan sepatu roda. Dan menurutnya hal itu lebih menghemat uang dari pada ia naik taksi dengan harga sekali naik baik jaraknya dekat atau jauh ongkos yang diperlukan hanya tiga ribu saja. Sangat murah kan ada taksi yang tarifnya di bawah lima ribu sangat jarang sekali ditemukan karena biasanya harga taksi kan di atas ratusan, tetapi itu hanya ada di Banjarmasin. Ingin merasakan Taksi di Banjarmasin itu kayak apa. Ups jangan salah sangka ya. Jangan dipikir kalau orang Banjarmasin menyebut Taksi itu adalah seperti taksi yang berargo, bentuknya seperti mobil mersedes tetapi tidak berwarna hitam melainkan berwarna putih atau kuning dengan bertuliskan taksi di atasnya, seperti taksi yang terlihat di TV. Itu salah besar, karena taksi yang dimaksud orang-orang Banjarmasin adalah jika di Jawa sama halnya itu disebut sebagai angkutan umum, makanya tarifnya murah akan tetapi namanya ngejreng kan. Namun apakah Lina bisa menemukan Rio. Ternyata tidak semudah yang dipikirkan Lina. Ternyata Banjarmasin termasuk kota metropolotan, walaupun tak sepadat Jakarta dan Surabaya, akan tetapi Banjarmasin memiliki daerah yang

cukup luas. Dan ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Walaupun begitu ia tak pernah putus harapan. Lina masih tetap yakin dan juga berharap suatu hari ia akan bisa bertemu dengan pujaan hatinya. Satu tahun berlalu akan tetapi ia tak kunjung juga bertemu dengan Rio. Ia selalu berpikir. Apakah pencariannya ini akan sia-sia belaka. Entahlah Lina tak tau apa yang ia lakukan selain fokus dengan pekerjaannya sebagai seorang suster. Karena ia merasa sudah bersusaha semampu yang ia bisa. Sengaja ia memilih tempat untuk kos-kosan yang paling dekat dengan tempat dimana Rio Febriansyah kuliah di UNLAM, yaitu di daerah Cendana. Setiap pagi ia selalu melewati Gerbang UNLAM yang bercatkan dominan warna biru dengan berharap suatu hari ia bisa bertemu dengan Rio. Akan tetapi seakan harapannya itu gagal. Tak kunjung juga ia bisa melihat wajah Rio.

Berhutang Suatu hari di awal musim hujan musibah datang menghampiri Lina. Seakan tak dapat Lina percaya ia mendapatkan telepon dari ibunya yang mengabarkan bahwa Ayahnya sakit keras, sakit gagal jantung dan harus segera operasi, karena itulah melalui telepon Ibunya Lina meminta bantuan uang sebisa yang dipunya Lina. Rasanya Lina ingin sekali segera pulang, akan tetapi itu tidak mungkin karena pastinya akan menambah beban keuangan saja. Bagi Lina ini sungguh sangatlah berat karena di keluarga ia adalah anak pertama, jika mengharapkan uang dari saudaranya yang lain itu tidak mungkin, karena adik-adiknnya sendiri sekarang masihlah cukup kecil dan juga masih

sekolah. Ia pun segera menguras habis tabungannya selama setahun dari hasil kerjanya yang berjumlah dua juta setengah. Akan tetapi itu juga masih belum cukup untuk operasi ayahnya. Karena uang yang diperlukan untuk operasi ayahnya adalah dua belas juta rupiah. Ya Allah dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu, pikir Lina. Akhirnya dengan sangat terpaksa Lina pun memutuskan untuk berhutang ke teman-teman sepekerjanya, teman sekamar kosnya Titin dan juga kepada rumah sakit. Dengan hasil hutangnya itu akhirnya ia bisa mengirimkan uang kepada Ibunya untuk segera digunakan untuk operasi ayahnya. Dan syukur alhamduliah setelah operasi keadaan kondisi kesehatan ayahnya berangsur-angsur menjadi lebih baik. Akan tetapi sekarang ia pun harus terfokus dengan banyaknya hutang yang melilitnya. Bagi Lina ia beruntung sekali karena ia masih memiliki agama yang kuat. Karena kalau tidak pasti ia akan memutuskan untuk bunuh diri. Karena baginya uang dua belas juta itu adalah sesuatu hutang yang sangat besar dan tak pernah ia alami. Akan tetapi ia sangat yakin dengan kekuasaan Allah, karena rezki, jodoh dan maut itu semua yang mengatur adalah Allah, dan setiap orang pasti mempunyai rezkinya masing-masing. Tentunya Lina sangat yakin akan rezki Allah. Walaupun seringkali ia menangis di malam hari hanya di hadapan Allah karena memikirkan hutang yang begitu besar baginya. Dan dengan sangat kuat ia azzamkan dalam dirinya bahwa Allah pasti akan menolongnya. Ya ia sangat yakin pertolongan Allah pasti akan datang. Akan tetapi dalam hati Lina sangat bersyukur karena untuk sementara teman-temannya sepekerjanya dan Titin tahu

tentang keadaan Lina, jadi mereka membiarkan gaji Lina bekerja sebagai suster di rumah sakit digunakan untuk melunasi hutangnya di rumah sakit dengan cara setiap gajian, oleh pihak rumah sakit gaji Lina selalu dipotong hingga 70 persen, sisanya pun hanya cukup Lina gunakan untuk Biaya makan sehari-sehari, dan tentunya biaya ini tak mencukupi untuk membiayai kos-kosan. Jadi selama delapan bulan itu Lina terus menunggak tagihan iuran koskosan. Setelah Lina hitung delapan bulan kemudian hutangnya dengan rumah pihak rumah sakit hanya tinggal sejuta saja, Lina berfikir setelah lunas ia akan segera mencicil untuk membayar hutangnya kepada teman-temannya. Akan tetapi masalah timbul kembali. Sudah 8 bulan ia menunggak membayar uang koskosan dan Lina yakin Suatu hari Bu Aida, ibu kos di tempatnya pasti akan menggertaknya. Dan hari itu pasti akan segera datang. Lalu apa yang dapat Lina lakukan. Pengusiran Malam telah datang, urusan pekerjaan Lina di rumah sakit sekarang sudah selesai. Setelah semua barang perawat ia kembalikan ke ruang penyimpanan ia segera bergegas pulang ke rumah kos-kosan. Seperti biasa sepatu rodanya segera melaju pesat membawanya pulang. Menyusuri jalanan ibukota Banjarmasin yang beraspal, yang sering sekali Lina melewati jembatan sungai. Ya namanya juga kota Seribu Sungai, itu adalah julukan bagi kota Banjarmasin yang memiliki tekstur tanah berawa-rawa. Jadi jangan heran jika sebentar-sebentar selalu bertemu dengan yang namanya jembatan, sedikit-sedikit bertemu dengan yang namanya sungai. Selain itu kota Banjarmasin juga dikelilingi oleh dua sungai

Besar yaitu sungai Barito dan sungai Martapura, dan di antara kedua sungai tersebut terhubung dengan banyak anak sungai. Hal unik lainnya dari

Banjarmasin adalah dari letaknya yang berada kira-kira 0,5 meter di bawah permukaan laut. Karena itulah, bila saat musim tertentu air laut masuk ke sebagian wilayah sungai Barito dan Sungai Martapura, membuat air menjadi terasa asin. Dan Lina sudah membuktikannya sendiri jika rasa air itu memang terasa asin di musim-musim tertentu. Di awal Bulan Maret ini dapat dikatakan Lina pulangnya sudah cukup larut malam hari ini, karena di jam tangannya sekarang jam sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang 15 menit, akan tetapi anehnya Kota Banjarmasin belumlah sunyi dibuatnya, memang Banjarmasin adalah kota tersibuk di Kalimantan walaupun malam sudah menjelang. Menyusuri jalanan Ibukota di atas tanah berawa yang telah berubah menjadi beraspal, seringkali Lina melewati suatu tempat yang yang selalu membuatnya berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan tempat tersebut. Tempat itu adalah pinggiran sungai yang terletak di depan Mesjid Raya atau tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman. Dengan taman yang baik dan nyaman sehingga sangat enak untuk dibuat santai baik pagi, siang maupun malam hari. Di pinggir sungai terdapat siring telah dibuat sebuah pelataran, dan tersedia tempat duduk dan lampu penerangan untuk santai di sore dan malam hari. Lina sering berhenti sejenak setiap pagi atau malam hari untuk melihat pemandangan yang masih membuatnya cukup takjub. Di pagi hari kita bisa melihat pantulan sinar matahari yang terlukis indah di genangan air sungai Martapura yang tak terlalu

deras arus sungainya. Sedangkan malam hari ia bisa melihat indahnya bulan jika tidak tertutupi oleh mendung. Setelah sampai di koskosan dan berbicara dengan Bu Aida, rasanya kepalanya begitu amat pening. Hari ini saat ia melangkahkan kakinya menuju kamar kosnya di lantai dua rasanya begitu terasa sangat lemas sekali. Rasanya kepalanya mau pecah. Setelah dimarahi Bu Aida abis-abisan di depan teras rumah kos tadi, Lina pun mulai mengingat kejadian tadi dan menghentikan langkah kakinya. Baru saja Lina pulang dari rumah sakit dan sampai di depan rumah koskosan yang terbuat dari kayu Ulin dengan bawahnya terdapat air comberan, ternyata sudah dari tadi Bu Aida menunggu Lina di depan teras. Melihat Lina datang ia langsung menghujani Lina dengan berbagai pertanyaan yang sebetulnya sudah Lina duga kejadian seperti ini pasti akan menimpanya. Apa sekarang kau sudah mendapatkan gajimu? Maaf bu, gaji saya disita lagi oleh pihak rumah sakit. Amarah ibu kos pun langsung terlihat bergemuruh, seperti sebuah gunung berapi yang akan siap meluap-luap menumpahkan segala isinya. Lina, apa kau masih belum mengerti, ibu sekarang sedang membutuhkan uang, lagipula kau ini sudah menunggak 8 bulan lina. Saya tau bu tapi sekarang ini saya betul-betul tidak punya uang bu, uang sisa dari gaji saya hanya cukup untuk biaya makan saya sehari-hari Bu. Sudah Lina, cukup, saya tak mau tau, ini adalah peringatan terakhir kalinya untukmu, jika besok kau tidak segera melunasi hutangmu itu, terpaksa kau harus angkat kaki dari rumah ini.

Kata-kata angkat kaki dari rumah ini langsung terngiang-ngiang di kepala Lina. Untuk menghentikannya Lina pun segera menggelengkan kepalanya sambil berkata. Tidak ,aku tidak ingin dikeluarkan dari rumah ini, aku kan orang rantau, jika aku betul-betul dikeluarkan, lalu aku harus tinggal dimana, Ya Allah apa yang harus aku lakukan, tolong aku , bagaimana bisa aku mendapatkan uang 800 ribu hanya dalam waktu sehari, sedangkan hutangku berjibun tumpukannya. Setelah menghela napas yang panjang, barulah Lina merasa bisa melanjutkan perjalanannya yang tertunda tadi. Menuju ke lantai dua. Walaupun rumah Bu Aida terbuat dari Kayu tapi jangan meremehkan rumah seperti ini karena rumah dari kayu ini bisa dibilang lebih tahan lama daripada rumah dari beton. Jika di Jawa mungkin rumah beton jauh lebih awet daripada rumah dari kayu, bahkan jika ada rumah yang terbuat dari kayu pasti rumah itu akan cepat rusak dimakan rayap. Akan tetapi beda halnya dengan keadaan di Banjarmasin, rumah dari kayu jauh lebih awet dan tahan lama karena kayu yang digunakan adalah kayu Ulin. Kayu yang hanya tumbuh di hutan Kalimantan saja dan sangat cocok dengan keadaan tanah Banjarmasin yang berawa-rawa. Dan yang membuat Lina mengagumkan ternyata Subhanallah ternyata kayu Ulin memiliki sifat yang sangat mengutungkan yaitu jika terkena air malah kayu ini tambah lebih kuat. Keadaan alam yang berawa-rawa adalah sebagai tempat awal tumbuhnya rumah tradisional Banjar, menghendaki bangunan dengan lantai yang tinggi. Pondasi, tiang dan tongkat dalam hal ini sangat berperan. Pondasi sebagai konstruksi paling dasar, biasanya menggunakan kayu Kapur Naga atau kayu

Galam. Tiang dan tongkat menggunakan kayu ulin, dengan jumlah biasanya mencapai 60 batang untuk tiang dan 120 batang untuk tongkat. Dengan kondisi bawah rumah terdapat genangan air yang biasanya disebut di sini dengan air comberan. Rumah Bu Aida terdiri dari dua lantai. Untuk lantai atas diperuntukkan untuk anak koskosan, sedangkan untuk lantai bawah digunakan untuk keluarga Bu Aida. Di lantai atas ini terdiri atas 6 kamar. Dengan setiap kamar bisa diisi dua atau kalau mau sendirian juga bisa. Otomatis yang sendirian itu bayarnya lebih mahal yaitu perbulan 250 ribu rupiah, sedangkan Lina memutuskan untuk sekarang dua orang saja dengan Titin jadi setiap orang dari kami bayar 100 ribu rupiah. Sesampainya Lina di dalam kamarnya, didapatinya Titin teman sekamarnya sedang membaca majalah di atas ranjangnya. Titin ini adalah orang Banjarmasin asli. Jadi ia bisa sebetulnya berbahasa Banjar dengan fasih, akan tetapi untuk menghormati Lina kadang kala bahkan bisa dibilang sering sekali ia menggunakan Bahasa Indonesia jika berbicara dengan Lina yang logat jawanya masih kental terlihat. Di dalam kamar kami ini terdapat dua ranjang dan satu lemari kayu cemara yang agak besar, serta satu meja hias. Langit-langit atapnya datar bercatkan putih sedangkan lantainya dari keramik dengan dominan warna biru dan hiasan bunga di tengahnya tentunya di bawah dari keramik itu adalah kayu Ulin. Dengan jendela berpintukan satu dan gorden warna kelabu menghiasi bingkai jendelanya. Itulah keadaan kamar kos Lina. Tak terlalu lebar, karena luasnya mungkin hanya sekitar 300 meter saja. Assalamualaikum. ucap Lina sambil membuka pintu

Wallaikum salam, eh baru pulang Lin? ucap Titin sambil segera bangun dari tempat tidurnya. Iya, tadi ada sedikit masalah, dan kau buku apa yang sedang kau baca itu? ucap Lina sambil berjalan menuju ranjangnya dan duduk di sana. Oh ini, ini itu bukan buku, tapi majalah tau He , Kau baca majalah? Gak salah dengar nih? ucap Lina sambil sedikit tersenyum mengejek Kau itu jangan mengejekku, mentang-mentang setiap hari aku bergelut dengan buku, bukan berarti kan aku gak boleh baca majalah? Titin adalah seorang mahasiswi akutansi di UNLAM jadi tak heran jika ia sedikit tersinggung Hei, aku itu hanya bercanda tau. Oh ya Lin, hari ini aku kan sedang bahagia, jadi jangan kau rusak kebahagianaanku itu ya. Enak aja, emangnya aku ini seorang perusak apa, tapi, Kau sedang bahagia, memangnya kau baru dapat durian runtuh ya, atau jangan-jangan apa Zein sudah melamarmu. Emang sih sebetulnya aku sangat berharap Zein segera melamarku walaupun ia sendiri sampai sekarang juga masih belum siap, tapi ini semua itu tidak ada hubungannya dengan Zein. Makanya jangan pacaran, sudah pacaran 5 tahun eh ujung-ujungnya masih belum juga dilamar, alasannya belum siaplah, takut orang tualah, padahal coba kau lihat

kan, si Zein itu kan sudah mempunyai pekerjaan yang tetap, rumah sendiri juga sudah ada lalu, apa lagi yang ditunggu. Titin hanya diam saja karena memang apa yang dikatakan Lina itu memang benar, tapi ia pun langsung menyangkal. Kau salah sangka Lin, Mas Zein itu nggak ingin cepat-cepat melamarku karena aku ini masih kuliah, jadi ia takut bakalan mengganggu kuliahku. ucap Titin He, alasannya yang aneh, bisa aja kan kuliah sambil menikah, toh banyak juga mahasiswa yang bisa berhasil kuliahnya padahal ia menikah, tinggal bagaimana saja kita itu pintar-pintar mengatur waktu itu secara bijak. Ah bilang aja kau ini iri ya denganku, karena sampai sekarang, nggak ada lakilaki yang menembakmu. Eh , iri, sorry kali yeh, bagiku pacaran sebelum menikah itu haram hukumnya tapi kalau pacaran setelah menikah baru itu yang halal dan kata orang itu yang lebih nikmat lagi Min. Dengan alasan apa kau itu mengatakan kalau pacaran sebelum menikah itu haram? Toh kalau kau tau, pacaran sebelum nikah, itu sebetulnya lebih penting karena orang pacaran itukan melakukan penjajakan, saling mengenal seperti apa sifat dari pasangannya masing-masing. Memangnya di islam nggak ada apa namanya pengenalan sebelum menikah, ya pastinya ada dong dan itu juga jauh lebih syar I lagi, lagipula itu juga menjauhkan kita dari fitnah. Memangnya cara seperti apa kalau pengenalan sifat dalam Islam itu? Dengan ta aruf.

Hei ta aruf itu kan untuk melihat seperti apa wajah calon kita. Kau salah justru pada saat taaruf, kita disunahkan untuk bertanya tentang apa saja yang kau ingin kau ketahui tentang calon suamimu, bukan hanya melihat wajah saja, tapi kau bisa tanyakan apa saja kebiasaan yang sering ia lakukan setelah bangun tidur hingga tidur kembali, apa yang ia suka dan apa yang tidak ia sukai dan banyak hal kau bisa tanyakan waktu itu. Tapi kami pacaran itu pacaran islami, nggak pernah melakukan sesuatu yang di luar batas agama. Minah, Dalam Al-Quran surat Al Isra ayat 32 mengatakan Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." Nah coba kita fikir secara logika deh , mendekatinya saja loh kita tak boleh apalagi melakukannya, jadi bisa dibilang kalau pacaran sebelum menikah itu sama halnya dengan mendekati Zina, dan lagipula pacaran itu kan budaya dan peradaban orang-orang jahiliah, yg dilestarikan oleh orang-orang kafir negeri-negeri Barat dan tanpa disadari oleh sebagian umat Islam dengan dalih mengikuti perkembangan jaman modern mereka mengikutinya termasuk juga kau. Tapi kami tak pernah melakukan Zina Lin. Oke baiklah, sekarang aku Tanya, Kau pernah loh pergi berduaan dengannya, pasti pernahlah, aku pernah liat kau pernah dijemputnya, terus pegangan tangan, pasti pernahkan? dan bohong kalau kalau ada orang yang bilang kalau dua orang yang berdua-duaan, sepi-sepi lagi, tidak melakukan apa-apa, aku tak percaya itu, karena orang yang berdua-duaan yang ketiga itu pasti syetan, dengan sekuat

tenaga syetan itu pasti akan berusaha dengan segala kekuatannya untuk menjerumuskan manusia ke dalam lubang dosa yang sangat dalam Ah kau ini emang pintar sekali ya bicara, dan selamat ya kau itu sudah sukses merusak kebahagiaanku hari ini. Wah rupanya kau marah ya, baiklah aku minta maaf deh kalau tadi kata-kataku itu kasar untukmu tapi sebetulnya apa sih yang membuatmu bahagia? Oh itu, itu semua karena hotel Sekar Arum masuk majalah, bagus kan. ucap Mina sambil tersenyum dan bertepuk tangan. Tapi bukannya mengucapkan selamat, Lina malah tertawa. Kau ini, kenapa malah tertawa? Abis kau ini aneh sekali sih, hotel Sekar Arum yang masuk majalah, kenapa jadi malah jadi kau yang senang. Ya tentu aja aku senang, hotel itu kan tempat aku kerja, lagipula mulai besok aku kan bisa bertemu dengan bintang-bintang film Ada Apa Denganmu? Oh aku tau sekarang, jadi kau senang itu bukan Karena hotel itu masuk majalah tapi pasti karena setiap hari kau bisa bertemu dengan bintang-bintang terkenal itu kan, hei minah, ingat, mau kau kemanakan si Zein itu. Kau ini, uh memang susah ya bicara dengan orang yang tidak pernah merasakan mengagumi orang lain. Siapa bilang aku gak pernah merasakannya? Kalau kau pernah merasakannya seharusnya kau menegerti dong dengan perasaanku.

He dengar ya, aku juga pernah merasakan seperti apa yang kau rasakan, mengagumi seseorang, tapi ingat ya, jangan sampai rasa kagummu itu terlalu berlebihan hingga menjadikannya idola dalam gaya hidupmu, padahal kalau saja kau tau, nabi Muhamad itu adalah sebaik-baiknya idola yang patut untuk ditiru. Kau itu memang pembohong yang ulung, kalau kau memang pernah mengagumi seseorang seharusnya kau itu tau dong dengan apa yang kurasakan sekarang. Tunggu-tunggu, kenapa sih kita malah bertengkar? Iya-ya, kita ini memang aneh. Kau itu yang aneh, bukannya aku. Sejenak mereka pun tertawa. Oh ya Lin, hampir saja aku lupa, tadi ibu kos mencarimu. Mendengar hal itu Lina langsung lemas dan menundukkan kepalanya Ada apa Lin?Apa kau sudah bertemu dengan ibu kos? Iya, tadi ia menungguku di depan rumah. Jadi kau sudah menyelesaikan masalahmu? Boro-boro bayar uang kos,hutangku pada teman-teman dan rumah sakit saja belum aku bayar. Ya ampun Lin, jadi gajimu bulan ini belum kau berikan pada ibu kos? Sebetulnya sih mau kuberikan, tapi pihak rumah sakit sudah menyitanya, mereka bilang aku harus mencicil. Sebetulnya hutangmu pada mereka itu masih berapa sih Lin? Kira-kira masih 6 juta lebih. Ya ampun Lin banyak sekali.

Padahal aku sudah bilang alasannya pada ibu kos tapi ia malah mengancam akan mengusirku jika besok aku tidak melunasinya. Lin, kau jangan menyalahkan ibu kos, mungkin saja ibu kos sekarang sedang membutuhkan banyak uang, kau tau sendiri kan kalau beliau itu termasuk orang tua tunggal, anaknya saja tiga dan semuanya masih butuh biaya untuk sekolah dan kebutuhan sehari-hari, apalagi beliau harus ngurusi semua kebutuhan anakanaknya tanpa bantuan seorang suami lagi, jadi aku yakin pasti ibu kos sangat membutuhkan uang sehingga ia bersikap seperti itu. Aku tidak menyalahkannya kok. Tiba-tiba air mata Lina mulai menetes akibat ia tak bisa lagi, menahan perasaan sedihnya. Lin, kau menangis, maaf Lin aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu. Lina pun mulai berdiri Lin, kau mau kemana? Aku mau buang air kecil. Kemudian berjalanlah Lina, tetapi tidak menuju ke kamar mandi, malahan ia pergi ke halaman depan rumah. Di sanalah ia mulai memandang langit. Tak terbendung lagi air matanya pun mengalir deras menetes. Dalam hati ia pun selalu bertanya kenapa aku harus mengalami kesulitan uang dalam dalam hidupnya. Apakah aku tak bisa merasa sehari saja tenang tanpa ada urusan uang. Waktu mau sekolah SMA dulu saja ia harus kerja baru bisa sekolah. Dan sekarang setelah aku dapat kerjaan kenapa musibah itu harus datang padaku, kenapa ayahku harus sakit parah dan harus dioperasi, kenapa Engkau harus membuat aku berhutang ke sana

kemari Tuhan untuk uang operasi ayahku yang sakit kanker Jantung? Kenapa? Ya Allah aku mohon tolonglah aku, kirimkanlah seseorang yang bisa menolongku. Itulah keluhan Lina, ia terus saja menangis. Lina tak tahu harus minta tolong pada siapa lagi kecuali kepada Tuhan yang Maha Esa. Dalam benaknya masih ada keyakinan yang mendalam bahwa Allah tidak akan mungkin memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambanya. Jadi Lina yakin pastinya ia bisa melalui kesulitan yang ia hadapi sekarng ini. Setelah Lina mampu menata hatinya, barulah Lina merasa bisa masuk ke dalam kamarnya. Pertemuan Yang Dinanti Pagi telah datang dan Lina pun harus segera menyiapkan diri untuk menjalankan aktifitasnya di rumah sakit. Seperti biasa, sepatu rodanya sudah meluncur menyelusuri jalanan ibu kota Surabaya. Walaupun jam di tangannya sekarang sudah menunjukkan pukul setengah enam, akan tetapi keadaan jalanan Banjarmasin bisa dibilang sudahlah cukup rame, karena dengan segala aktifitas penduduk menyambut pagi yang cerah dengan sapaan asap knalpot kendaraan bermotor. Sesungguhnya bukan tanpa sebab Lina memilih untuk menggunakan sepatu roda dalam segala aktifitasnya untuk berangkat ke rumah sakit. Akan tetapi alasan yang paling terpenting selain untuk megurangi polusi udara juga untuk menghemat pengeluaran, sehingga ia tak perlu mengeluarkan ongkos lebih untuk angkutan umum. Walaupun begitu jarak antara koskosan dengan rumah sakit tempatnya kerja bisa dibilang cukulah jauh, jika ditempuh dengan sepatu rodanya seperti biasanya ia bisa sampai menghabiskan waktu sekitar dua puluh lima menitan.

Lina terus saja melaju dengan sepatu rodanya, memecah kabut pagi yang cerah walaupun sudah sedikit tercermar udaranya. Seperti biasa Lina memandang terus ke arah gerbang UNLAM, seakan berharap ia bisa bertemu dengan Rio. Akan tetapi tetap saja ia tak meliahat bayangan Rio. Setelah sampai di depan Kayu Tangi satu betapa terkejutnya ia melihat seorang anak kecil yang berumur sekita tiga tahunan berjalan keluar dari tempat parkir sebuah mini market menuju ke arah jalan raya, seakan Ibunya tak menyadari karena terlalu sibuk mencari uang yang hilang dalam tasnya. Melihat hal itu Lina pun segera bergegas meluncurkan sepatu rodanya untuk meraih anak tersebut. Akan tetapi ternyata kalah cepat dengan seorang lelaki yang berpakaian batik warna merah dan bercelanakan blus yang langsung saja meraih anak kecil tersebut dan memeluknya. Lina tak bisa melihat siapa lelaki itu karena waktu itu ia hanya bisa melihat punggunya saja. Seakan kaget anak kecil itu langsung saja menangis. Mendengar teriakan tangisan anaknya, Ibu dari anak itu langsung saja sadar bahwa anaknya tak ada di sampingnya dan segeralah ia menghapiri lelaki itu. Dan saat itulah barulah ia bisa melihat wajah lelaki itu dengan jelas. Dan sungguh tak dapat ia percaya ternyata lelaki itu adalah Rio. Lina pun segera menghampiri Rio. Terlihat oleh Lina melihat ibunya dari anak yang ia gendong itu datang, Rio pun segera memberikan anak kecil itu pada Ibunya. Tapi anehnya bukan malah berterimakasih, Ibu itu malah memarahi Rio. Dasar ikam nih, apa nang ikam ulah sampai anakku menangis kayak ngini, sini lekasi unjuk lawan unda dasar1. ucap Ibu tersebutdengan menggunakan bahasa Banjar, sambil mengambil anaknya untuk segera ia gendong.

1. Dasar kamu ini, apa yang kamu lakukan dengan anakku sampai bisa menangis kayak begini, sini cepat berikan padaku, Akan tetapi ya seperti sifat Rio ia malah meminta maaf dan terdiam melihat Ibu tersebut segera berlalu pergi meninggalkannya. Rasanya kalau jadi aku pasti sudah aku marahi abis-abisan Ibu tersebut karena membiarkan anak kecil hampir berjalan menuju ke arah jalan raya, karena itu adalah sesuatu yang menakutkan, bisa-bisa kalau Rio tak segera mengambil anak tersebut bisa terjadi kecelakaan nantinya, tapi anehnya Ibu itu malah marah-marah, pikir Lina. Waktu itu Lina melihat Rio mulai membalikkan badannya seakan ia mau pergi dan Lina pun segera mencegahnya dengan cara memanggil namanya. Tungguh dulu Rio! Mendengar ada seseorang yang memanggilnya Rio pun segera membalikkan badannya ke arah Lina. Maaf, kau memanggilku. tanya Rio seakan tak mengenali siapakah orang yang ada di hadapannya Ya akulah memanggilmu. ucap Lina cukup datar Ada perlu apa ya? Astagfirullah haladzim, kau tak ingat siapa aku? Maafkan aku, aku tak ingat kau ini siapa. Ya Allah betapa sedinya hati Lina, ternyata Rio sama sekali tak mengenalinya Baiklah aku akan mengingatkanmu, namaku Lina temanmu waktu SMA dulu di Jombang, gimana apa kau sudah ingat. Maaf Lina siapa ya?

Ya Allah gimana ya? Ya Memang sih aku akui dulu kita tidak terlalu akrab tapi waktu kelas dua kita pernah sekelas dan kau sering meminjam juga sering meminjam buku padaku tapi sayangnya kau tak pernah mengucapkan terima kasih padaku. Oh aku ingat sekarang, ya kau ini Lina yang hitam itu kan. Apa kau bilang aku hitam? Maaf jangan tersinggung, tapi aku nggak menyangka sekarang kau itu berubah total ya, wajahmu lebih bersih tidak sehitam yang dulu lagi. Jadi maksudmu dulu aku ini kotor. Maaf tapi mungkin lebih tepatnya kurang bisa merawat diri, tapi sekarang kau sudah terlihat cantik kok dan tentunya tetap manis dengan cekungan di pipimu jika kau tersenyum. Ya terima kasih pujiannya setelah menghinaku. ucap Lina dengan nada yang ia usahakan biasa saja walaupun jujur dalam hatinya rasanya begitu sangat menjengkelkan sekali. Maaf ya atas kelakuanku dulu yang sering meminjam buku akan tetapi jarang sekali aku berterima kasih kepadamu. Ya tidak apa-apa, aku sudah melupakannya kok. Sudah dilupakan kok masih diungkit. dengan lirih Rio berucap. Apa kau bilang? Oh tidak, oh ya sekarang kau bekerja menjadi suster ya. ucap Rio setelah melihat Baju putih Lina dengan kerudung warna putih dan rok juga warna putih.

Ya kau benar tapi bagaimana kau bisa tau, oh iya pasti kau melihat dari seragamku yang putih ini ya. Rio hanya mengangguk saja. Kau sendiri apa yang kau kerjakan sekarang, apa masih kuliah di UNLAM? Ya lebih tepatnya aku sekarang menempuh S2 Jurusan Bisnis di UNLAM. Tiba-tiba ada seorang gadis kecil yang umurnya sekitar sembilan tahunan turun dari mobil dengan warna buah cheri dan segera anak kecil itu menghampiri Rio. Om, kita ini jadi nggak sih jalan-jalan? Ya tentu saja jadi dong, oh iya salaman dulu ya dengan Kak Lina, Lin kenalkan ini keponakanku namanya Gina. Lina pun segera menyalami Gina yang masih berumur sekitar tujuh tahun dan Subhanallah sungguh sangat lucunya Gina itu bagi Lina karena Gina membalas salaman Lina dengan cara mencium punggung tangannya. Oh ya gina Hakunlah1 kalau sebelum kita jalan-jalan kita antarkan kakak Lina ke rumah sakit. Memangnya Kak Lina itu sakit Om. Kadak2 sayang, tapi kak Lina kerjanya di rumah sakit, gimana hakunlah Gina. Yups, boleh-boleh. Lina merasa risih jadi ia pun segera berkomentar. Lebih baik tak usah aku pakai sepatu roda kok jadi aku bisa kok pergi ke sana sendiri. 1. Hakunlah : Maulah 2. Kadak : Tidak

Tak apa Lin, mumpung aku sekarang bisa menolongmu, jadi mau ya aku antarkan kau kerja. Rasanya Lina tak sanggup lagi menolak permintaan Rio. Mereka pun segera masuk ke dalam denga Riolah yang menyetir mobilnya sedangkan Lina duduk di sebelahnya sambil memangku Gina. Setelah memasukkan gigi melajulah mobil itu mengantarkan Lina ke Rumah Sakit Ulin. Kakak, orang sakit itu pakaiannya putih semua ya. tanya Gina eh Gimana ya menjelaskannya. ucap Lina sambil sedikit menggaruk kepala Kau tak perlu menjawabanya kalau kau tak mengerti dengan ucapan Gina, Gina main game aja ya. ucap Afgan sambil memberikan MP5 pada Gina yang di dalamnya telah terisi beratur-ratus permainan. Dan sepertinya Gina suka sekali dengan MP5 yang diberikan Rio. Terbukti dengan lihai Gina langsung bisa memainkannya. Oh ya Lin, aku punya seorang nenek namanya Noor yang sekarang ini di rumah sakit, kau pernah merawatnya? Rasanya aku nggak pernah merawat seorang nenek yang namanya Noor, tapi kalau boleh aku tanya, nenekmu itu di rawat di kelas mana. Nenekku dirawat di kelas VIP. Oh jelas saja aku nggak pernah merawatnya, biasanya aku kan ditaruh di kelas satu atau dua. Oh jadi begitu, oh iya gimana rasanya hidup di Banjarmasin.

Ya begitulah rasanya cukup sulit tapi aku harus tetap bertahan dengan kesulitanku sendiri, sedangkan Kau sendiri pastinya senang ya hidup serba berkecukupan, punya mobil, dan tak pernah rasanya menderita. Mendengar ucapanku tiba-tiba saja Rio tersenyum. Ya Allah baru kali ini aku meliatmu tersenyum. Memang aku ini orangnya nggak pernah tersenyum ya Lin. Ya menurut sepenglihatan sih, aku tak pernah melihatmu tersenyum bahkan cenderung kau itu selalu menyendiri, jarang berkawan. Ternyata kau itu memperhatikankan juga ya sikapku selama ini waktu di Jawa ya, tapi tidak semua yang kau lihat itu nyata dan menyenangkan, terkadang rasanya seperti robot yang harus selalu menuruti perintah majikannya. Maksudmu aku sama sekali tak mengerti dengan apa yang aku ucapkan. Nah Kita sudah sampai. Lina pun segera berpamitan dengan Gina dan berterimah kasih dengan Afgan atas tumpangannya. Dan setelah Rio berpamitan dengan Lina, segeralah melaju mobil Rio berlalu meninggalkan Lina. Akan tetapi setelah mobil itu cukup jauh barulah Lina sadar kalau ia itu begitu amat bodoh, kenapa ia tak menanyakan dimana alamat tempat tinggal Rio dan no Hpnya. Apakah bisa ya Lina bertemu dengan Rio kembali. Ya semoga bisa, Lina yakin akan hal itu. Dan akhirnya ia hanya berdoa semoga oleh Allah ia dipertemukan lagi dengan Rio. Sesampainya di rumah sakit Lina pun segera menuju ke ruang ganti suster. Rumah Sakit Ulin itu memiliki 5 lantai. Bisa dibilang rumah sakit Ulin adalah salah satu RS tertua dan terbaik di Kalimantan. RSUD Ulin Bayarmasin adalah

rumah sakit kelas B Pendidikan. Berdiri tahun 1943 di atas lahan 63,920 m2 dengan luas bangunan 38.619 m2. Di awal berdirinya, konstruksi utama rumah sakit ini terbuat dari kayu Ulin. Kayu ini sangat kuat, kokoh, dan mampu bertahan puluhan bahkan ratusan tahun. Kayu ini khas Kalimantan dan mungkin tak dapat ditemui di daerah lain. Tahun 1985, renovasi pertama dilakukan. Bangunan Ulin diganti dengan konstruksi beton. Tahun 1997 dibangun Paviliun Aster, kemudian direnovasi lagi dan dibangun bersama Poliklnik Rawat Jalan dan Ruang Inap Aster tahun 2002. Sejak itu RSUD Ulin terus berkembang dan saat ini gedung memiliki lima lantai dengan fungsi masing-masing. Lantai satu untuk Instalasi Rawat Darurat (IRD), lantai dua untuk unit Kandungan atau Kebidanan, Lantai tiga untuk ICU/ ICCU/NICU/PICU, lantai empat untuk Kantor, sedangkan lantai lima untuk Kamar Operasi. Untuk ruangan suster terdapat di lanatai satu. Sekarang RSUD Ulin Banjarmasin telah menjadi rumah sakit Pusat Rujukan di Kalimantan, dan sebagai sarana pendidikan dan penelitian bagi para dokter dan paramedik. Fasilitas dan kelengkapannya tergolong paling lengkap, didukung dengan peralatan yang canggih. Pengembangan terus dilakukan, termasuk penambahan gedung baru yang modern dan megah. Rumah sakit Ulin ini mempunyai kapasitas tempat tidur berjumlah 478, digunakah untuk kelas III sebanyak 30 %; Kelas utama dan Aster sebesar 20 %; untuk kelas I sebanyak 15 %, kelas II 15 % untuk kelas VIP 20% dengan tingkat hunian atau BOR (Bet Ocupation rate berkisar 80 %).

Sekarang Lina masih menunggu Suci di Ruang Suster, Karena sekarang yang mendapat giliran mengambil kertas data pasien adalah Suci, jadi Lina dan teman-teman yang lain harus menunggu sambil duduk di ruang ganti suster. Dan sekali lagi Lina mulai melamun lagi memikirkan masalahnya. Sampai-sampai ia tak sadar kalau Suci sudah datang. Kemudian Suci malah segera memberikan kertas yang dia bawa kepada suster-suster yang lain dan menyuruh mereka segera pergi. Barulah ia mulai menggertakku. Hei Lin, kau ini kerjaannya suka ngelamun ya, ngelamunin siapa, iya am, baru punya cowok ya? Siapa bilang, enak aja kalau ngomong, aku itu belum punya suami tau. Kalau begitu siapa yang sedang kau lamunin? Aku tidak sedang ngelamunin siapa-siapa kok, aku sedang bingung saja dengan masalahku. Kau punya masalah, jangan-jangan masalahmu ada hubungnnya ya dengan uang? Aku belum bayar 8 bulan uang kos, jika hari ini Aku tidak bayar bisa-bisa aku diusir dari rumah itu. Kau jangan melihatku, kau kan belum bayar hutangmu padaku. Iya-iya sebelum hutangku lunas aku tidak akan berhutang lagi padamu, oh ya dimana Rima dari tadi aku tak melihatnya? Dia gak masuk hari ini? Apa dia sakit?

Ha(sambil tertawa) sakit, yang ada sekarang ini mereka sedang asik-asiknya lihat jumpa fans yang diadakan di mal.. Bagaimana kau bisa tau kalau sekarang Rima tu ada di mal melihat acara jumpa fans? Habis dia itu loh kemarin itu itu aneh banget, masa ia itu senyum-senyum sendiri kayak orang gila abis elihat berita di TV lokal tentang berita bintang Film ADA APA DENGANMU hadir di Banjarmasin dan akan mengadakan jumpa fans di mal, emang kau tak melihat beritanya di TV ya? Ah kau ini mana ada TV di koskosanku, Heh lagipula aku pikir omonganmu tentang Rima tu Cuma anggapan saja, belum tentu kan si Rima itu ngeliat acara jumpa fans yang diadakan di mal, mungkin saja anggapanmu itu salah dan Rima sekarnang malah betul-betul sakit di rumah. La kemarin itu kan si Rima sehat walafiat masak bisa sekarang ini malah sakit, tapi yang terserah kalau kau tak percaya padaku. Ya sudah aku percaya deh dengan ucapnmu, tapi kau sendiri apa tidak ikut dengannya? Apa? Jadi Kau menyuruhku membuang uangku hanya untuk melihat tampang mereka. Kau ini kenapa sih? Kok sepertinya sinis sekali dengan mereka? Bagaimana aku tidak sinis, coba deh kau pikir, mereka itu kan Cuma jual tampang mereka dan acting mereka itu loh ya Tuhan betul-betul tidak bisa

menyakinkan orang, aku jadi heran kenapa orang seperti mereka bisa sampe terkenal seperti itu.

Mendengar ucapan Suci lina malah tersenyum melihat sikap Suci yang sepertinya begitu membenci artil-artis yang sedang naik daun itu. Kau itu jangan tertawa lin, nih kertasnya! ucap Suci sambil menyodorkan kertas data pasien yangia bawa itu dan segeralah aku ambil. Maaf-maaf, aku akan menghormati pendapatmu kok. Oh ya Lin, kulihat di kertas itu kau itu akan merawat nenek yang namanya itu nenek Zatil ya? Setelah aku lihat di kertas ternyata benar ada yang namanya nenek Zatil. Iya, memangnya kenapa, apa ada yang salah? Oh tidak, tapi Aku cuma sarankan saja pada kau, lebih baik kau harus hati-hati dengan nenek pemarah itu. Nenek pemarah? Iya, apalagi untuk saat ini setelah nenek itu tidak diijinkan pulang oleh Dr Ian, ya pastinya tambah mengamuklah nenek aneh itu. Loh, aneh sekali, seharusnya nenek itu tau kan, kalau dia tidak diijinkan pulang ya pastinya karena ia belum sembuh kan. Itu dia masalahnya, nenek itu masih belum tau, kalau dia sedang mengidap radang paru-paru. Loh kenapa nenek itu sampe tidak tau? Itu karena anak-anaknya melarang Dr Ian untuk memberitahukan pada nenek, mereka takut nenek itu akan syok jika mendengar tentang penyakitnya. Apa nenek itu sedang stress berat ya Ci?

Entahlah aku sendiri juga tak tau, tapi aku benar-benar sarankan pokoknya kau harus hati-hati dengan nenek itu kalau perlu bawa obat bius, kalau nenek itu macam-macam bius aja biar benda tajam tidak menancap ke tubuhmu, pokoknya jangan biarkan nenek itu sampai memegang benda tajam, bisa jadi kau itu malah jadi sasaran kemarahannya. Apa sebegitu parahkan nenek itu? Bukan parah lagi tapi menurutku seperti orang gila, kau tau nggak, nenek itu tu sering sekali gonta-ganti suster, setiap kali ada suster yang merawatnya pasti deh segera minta dipindahkan, karena tak tahan dengan sifat sifat pemarahnya itu, dan kau tau minggu kemarin aku juga minta dipindahkan buat tak merawat nenek itu. Jadi kau pernah merawat nenek itu? Ya pernahlah , dan ujung-ujungnya nenek itu menancapkan jarum suntik menembus kulitku,emang dasar. Oh jadi minggu semalam1 tanganmu diperban itu karena nenek itu. Semalam : kemarin Yap kau benar, jadi aku sarankan kau harus hati-hati ya. Lina hanya mengangguk saja, akan tetapi ia jadi merasa penasaran, seperti apa yang sifat pemarah nenek Zatil itu sampai-sampai para suster gak ada yang mau merawatnya lagi dan dilimpahkan deh tugas itu padaku. Memang dasar, tapi ini adalah suatu tanggung jawab yang pastinya akan dimintai pertanggungung jadi walaupun mungkin sulit tapi aku harus melaksanakannya dengan profesional. Karena sadar mereka terlalu banyak bicara, mereka pun menghentikan pembicaraan mereka dan segera menjalankan tugas mereka masing-masing. Bertemu Nenek Pemarah

Seperti biasa tugas Lina adalah mencatat segala kemajuan dan kemunduran kesembuhan pasien, mengganti segala sesuatu yang dibutuhkan pasien, memberi perawatan kepada pasien, memberi keputusan klinis, melindung dan advokat klien, sebagai manajer kasus di tempat, sebagai rehabilitator, sebagai pemberi kenyamanan, sebagai komunikator dan penyuluh, serta memandikan pasien tentunya dengan cara rumah sakit. Itu semua adalah tugas yang harus Lina kerjakan setiap hari. Hari ini Lina bertugas di Kamar klas VIP. Sebuah ruangan yang hampir tak jauh beda dengan ruang hotel pada umumnya. Di ruangan itu selain disediakan sebuah pesawat televisi seperti yang ada di ruang klas I, di ruang ini pun dilengkapi pula dengan pendingan (AC) dan sebuah kulkas, serta kamar mandi sendiri, jadi bisa dibilang ini adalah tempat untuk orang-orang yang kaya alias berduit lebih. Akhirnya siang menjelang, sekarang Lina sudah sampai di kamar 403, kamar dimana tempat nenek Zatil berada. Ia sekarang berdiri di depan pintu kamar nenek Zatil. Ada sebersit perasaan takut yang tersirat dalam hatinya, akan tetapi ia harus berani. Kemudian Lina mulai membuka pintu dan masuk ke dalam. Melihat Lina datang saat itu dalam keadaan duduk di atas ranjang nenek Zatil langsung memandang dengan tatapan sinis seperti mau memakan muka Lina mentah-mentah dan kemudian nenek itu langsung menghujani Lina dengan berbagai pertanyaan. Dimana dokter Ian? ucap nenek Zatil dengan nada menggertak, keras dan juga suara yang cukup lantang melengking hingga membuat bulu roma Lina agak berdiri ketakutan

Nanti sore dokter akan ke sini nek. ujar Lina sedatar mungkin yang ia lakukan Hei, dasar, kau itu tak punya otak ya, aku itu butuhnya sekarang bukan nanti sore. Maaf nek, percuma saja, walaupun nenek sudah bertemu dengan dokter Ian, nenek tetap tidak akan diperbolehkan pulang. Kau itu jangan mengguruiku ya, aku itu lebih tua darimu, jadi cepat panggil dokter Ian sekarang juga! tukas nenek Zatil sambil menunjuk pintu kamarnya, dengan harapan penuh Lina akan segera keluar dan memanggil dokter Ian. Maaf nek saya tidak bisa. Dasar brengsek kau. ucap nenek Zatil sambil melemparkan bantal ke arah Lina dan tepat sasaran sekali mengenai muka Lina. Setelah itu bantal itu tepat jatuh di bawah kkinya. Ya Allah, Lina betul-betul sangat kaget dn ta percaya, ternyata memang benar apa yang dikatakan Suci, nenek ini betul-betul sangat pemarah. Baru pertama kali ketemu saja sdah mendapat perakuan yang tidak menyenangkan kayak gini, dapat lemparan batal lagi. Dan nenek ini juga telah berhasil membuat darah Lina mendidih. Lina pun mulai mengambil bantal yang jatuh ke tanah tadi dan berkatalah ia sambil memegang bantal. Nenek, barang yang seringan ini tidak akan bisa menyakiti anak muda sepertiku. Apa kau bilang? ucap nenek Zatil sambil mengangkat kepalan tangannya ke atas.

Tetapi setelah itu Lina lihat nenek Zatil menundukkan kepalanya, nafasnya mulai terengah-engah dan tangannya mulai memegang dadanya. Jadi Lina pun berfikir kalau penyakit kanker paru-paru nenek kambuh. Segera ia berusaha menolong nenek, mendekatinya dan menyuruh nenek untuk tenang serta menarik nafas dalam-dalam.Tapi setelah itu nenek malah mendorong Lina ke belakang hingga jatuh tersungkur kebelakang. Melihat Lina ternyata Nenek Zatil malah tertawa terbahak-bahak. Ya Allah, Lina pikir nenek itu betul-betul sudah keterlaluan, Lina pun segera berdiri dan mengatakan kata-kata yang pedas pada nenek Zatil. Nenek, apa nenek sudah puas dengan apa yang nenek lakukan ini padaku? Ya aku puas sekali.

Nenek, apa nenek tidak merasa, jika nenek begini terus nenek tidak akan bisa sembuh. Kau itu jangan mengguruiku ya, aku itu tidak sakit dan kau juga bukan dokter jadi jangan sok deh jadi orang, Ya memang saya bukanlah seorang dokter, tapi jika nenek terus

mempertahankan sifat nenek ini, para suster pasti enggan merawat nenek dan suatu hari nanti pasti nenek akan merasakan apa itu namanya kesepian, nenek dengar itu kesepian. Mendengar kata kesepian wajah nenek langsung terlihat lesu. Padahal tadinya ia terlihat begitu sangat pemarah dan begitu lantang bicaranya. Lina jadi berfikir sebetulnya apa yang sebenarnya terjadi dengan nenek Zatil, apa ia merasa kesepian, tidak mungkin anak-anaknya kan begitu sangat mencintainya, terbukti

mereka tidak mau nenek ini mengetahui penyakit yang sedang dideritanya. Lina pun mulai berusaha menenangkan hatinya, agar semuanya tidak bertambah kacau. Nenek ingin keluar dari tempat ini? Tentu saja iya, apa kau bisa membantuku. Wajah nenek langsung terlihat berseri, rasanya Lina bisa mlihat seakan nenek Zatil ini ingin segera keluar dari rumah sakit, karena mungkin merasa sudah lebih dari empat bulan mendekam terkurung dalam rumah sakit. Ya aku bisa membantu nenek, asal nenek mau memenuhi syaratku. Kau mau minta syarat apa saja pasti aku mau memenuhinya, asal kau bisa mengeluarkanku dari tempat setan ini. Baiklah, tidak banyak kok mintaku nek, aku hanya mau nenek meminum obat secara teratur dan mau memenuhi permintaan dokter. Dasar ikam gila, Aku itu tidak sakit, untuk apa aku minum obat. Ikam : Kamu dalam bahasa banjar Terserah nenek, kalau nenek tidak mau aku tidak bisa mengeluarkan nenek dari tempat ini. Baiklah berikan obatnya itu, biar aku minum sekarang! Akhirnya Lina bisa membuat nenek ini meminum obat tanpa harus melalui paksaan dengan suntikan. Setelah nenek meminum obatnya, Lina segera membantu nenek duduk di kursi roda. Nenek Zatil tidak bisa berjalan lagi alias lumpuh jadi kemana-mana ia harus menggunakan kursi roda. Kursi roda itu terus Lina dorong sampai pada tempat tujuannya yaitu pohon rindang cukup besar yang

ada di halaman rumah sakit ini. Setelah itu berhentilah Lina dan segera ia kunci kursi rodanya biar gak ke mana-mana. Loh, apa-apaan kau ini? Kenapa kau menaruhku di sini kau bilang akan mengeluarkan aku dari rumah sakit ini.? Siapa bilang aku mau mengeluarkan nenek dari rumah sakit ini? Kau jangan mengibuliku ya, tadi kau sendiri kan yang bilang? Aku kan memang sudah melakukannya nek KAu itu jangan mengibuliku ya, sekarang ini aku masih di dalam rumah sakit, bukan di luar rumah sakit. Nenek, maksudku tadi mengeluarkan nenek dari kamar itu, bukan dari rumah sakit ini. Jadi kau itu membohongiku ya? Aku tidak merasa membohongi nenek, aku kan memang sudah melakukan apa yang harus aku lakukan nek. ujar Lina dengan santainya Kau ini , aku tidak mau tau keluarkan aku dari tempat ini! sentak nenek Amah dengan emosi yang memuncak karena merasa dikibuli Nenek, nenek diam saja di sini, nikmati alam ini, sementara itu aku akan mengambilkan sesuatu untuk nenek. Tunggu-tunggu, jadi kau mau meninggalkan aku sendirian di sini? Siapa bilang nenek sendirian, apa nenek tidak lihat makhluk hidup yang mengitari nenek.

Dasar bocah tengik, aku tidak mau berbasa-basi lagi denganmu, cepat keluarkan aku dari sini! teriak nenek Zatil hingga membuat semua orang melihatnya dan seperti biasa nenek sama sekali tak memperdulikan orang-orang yang melihatnya. Maaf ya nek, aku pergi dulu. ujar Lina dengan tenang tanpa sedikit pun panik Hei tunggu ., cepat kembali, jangan tinggalkan aku sendirian disini, hei Nenek masih terus saja mengomel-ngomel dan berkuciak (berteriak) saat Lina pergi. Setelah Lina sampai di ruangan suster, ia segera menuju ke lokernya untuk mengambil buku komik yang selalu menemaninya di saat ia sedang jaga malam. Setelah ia kembali ke sana, nenek Zatil hanya terlihat diam saja, jadi Lina pikir pasti nenek Amah sudah kecapekan ngomelnya. Setelah sampai di depan nenek Amah Lina segera menyodorkan komik yang ia bawa kepada nenek Zatil. Ini untuk nenek. Apa ini? apa nenek tidak tau, ini komik nek? Aku tau itu komik, tapi untuk apa kau berikan padaku? Ya tentu saja untuk dibaca. Kau pikir aku ini anak kecil apa? Dasar suster tengik. Nenek, komik itu bukan hanya untuk anak kecil, orang dewasa seperti nenek juga bisa membacanya. Nenek Zatil mulai mengambil komik yang disodorkan Lina tetapi bukan dibacanya malah ia buang komik itu. Melihat tindakan nenek, Lina segera mengambil komiknya dan menaruh komiknya itu di samping kiri kursi roda nenek.

Nenek mau membacanya atau tidak itu terserah nenek, tapi aku sarankan lebih baik nenek membacanya karena nenek pasti akan kesepian, karena aku tidak bisa menemani nenek, banyak tugas yang banyak menantiku jadi selamat membaca ya nek. Lina segera melangkahkan kakinya meninggalkan nenek sendirian di sana. Namun tidak seperti biasanya saat Lina pergi nenek sama sekali tidak mengomel hanya diam membisu. Tanpa diketahui nenek, Lina mulai memantau nenek dari kejauhan. Di lorong rumah sakit di depan salah satu jendela rumah sakit di lantai satu inilah, Walaupun cukup lama hingga lima belas meniat ia menunggu tapi alhamdulilah akhirnya lina mulai melihat nenek mengambil buku komik tersebut dan keluarlah senyuman manis dari bibirnya.Syukur alhamdulillah langsung ia ucapkan. Tetapi tiba-tiba dari belakang Suci mengagetkan Lina dengan menepuk pundaknya sambil berkata. Hei, ngelamun saja. Ngelamun apaan sih, aku ini sedang melihat orang tau. Ngeliat apaan sih?(Suci mulai mengalihkan pandangannya ke arah taman)hah itu kan nenek Zatil, Ya Allah astagfirullah haladzim, dia tertawa, bagaimana bisa kau buat dia tertawa. Aku cekik dia agar dia mau menurutiku. Ah kau ini jangan bercanda cepat beritau aku. Nggak mau ah, abis kau memukulku sih. Ah kau ini pemarah sekali sih, aku kan tadi hanya bercanda Lin.

Sambil berjalan mereka pun masih terus bercanda. Selang waktu setengah jam Lina kembali ke taman untuk melihat keadaan nenek dan ternyata nenek sudah tertidur di atas kursi roda. Rasanya tak tega hati ia membangunkannya. Tapi ini adalah pengalaman pertama kali Lina merawat orang yang super pemarah seperti nenek Zatil ini. Akan tetapi Rasanya Lina sekarang malah jadi penasaran Sebetulnya apa yang membuat nenek merasa kesepian. Tapi sudahlah suatu hari Lina yakin, ia pasti akan tahu kenapa nenek Zatil merasa kesepian. Tamparan Lina Malam telah tiba dan jam tugas kerja Lina telah habis. Saat ini Lina sudah berada di luar rumah sakit. Sekarang ini ia sedang memandang ke arah rumah sakit. Rasanya tidak ada kecemasan lagi dalam hatinya, karena ia dengar dari Suci kalau cucu nenek Zatil sudah datang menjenguk nenek dan bisa dipastikan cucunya itu akan menginap di kamar nenek Zatil, jadi Lina yakin pasti nenek tidak akan mersa kesepian lagi. Akan tetapi kalau saja Lina Tau siapa sebenarnya cucu dari nenek Amah itu , pasti ia akan senang sekali bisa bertemu dengan nenek yang suka marah seperti nenek Zatil ini. Rasanya Lina tidak merasa berat lagi menjalankan sepatu rodanya pergi secepat mungkin meninggalkan rumah sakit.Tapi belum sempat ia jauh dari rumah sakit Suci sudah memanggilanya dari belakang sambil berlari. Lina pun segera berhenti. Ada apa ci? Ah kau itu jangan pulang dulu kenapa sih? ucap Suci sambil mengatur nafasnya yang masih terengah-engah. Loh kau ini aneh ya, kenapa kau melarangku pulang?

Ah kau ini tak tau ya, Mawar sekarang itu sedang ulang tahun. Ah kau ini, kau ini tak tau ya dengan keadaanku, aku tidak bisa membelikan Mawar kado, jadi jangan minta padaku dong. Siapa yang mau minta kado, uh dasar kau ini, justru Mawar itu mau mentraktir kita di restoran terkenal, lagipula Anggun dan Lia juga ikut kok. Oh jadi dia mau mentraktir kita, ya sudahlah syukur kalau begitu, aku tunggu di sini ya. Ah kau ini tulalitmu masih belum hilang juga ya, apa kau tak lihat dirimu, kau itu masih pakai sepatu roda neng, jadi sekarang ayo kita balik ke rumah sakit, ganti sepatumu itu dengan sepatu biasa, aku heran kenapa sih kau itu suka sekali menggunakan sepatu roda! Oya ya kau benar juga. Lina dan Suci segera kembali ke rumah sakit. Setelah mereka semua berkumpul dan Lina mengganti sepatunya dengan sepatu biasa, mereka pun segera berangkat ke tempat restoran yang diinginkan Mawar. Berbeda dengan yang lainnya Lina masih memakai baju tugas, atasan putih lengan panjang warna putih dan rok panjang putih serta kerudung warna putih juga. Pokoknya semua serba warna putih. Beda halnya dengan teman-temannya yang sudah mengganti baju mereka dengan baju santai. Lina tak bisa melakukannya karena lokernya sudah terlalu penuh dengan komik sebagai peneman hatinya di kala sedang jaga malam dan tambahan pula sepatu cats sebagai gantinya jika ia bekerja, jadi lokernya tak cukup lagi buat menaruh baju ganti.

Mereka memutuskan untuk jalan kaki saja karena jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Setelah sampai di restoran Monggo Mampir yang mana tentunya yang mempunyai restoran ini tentunya adalah orang jawa, karena bisa terlihat dari nama restorannya Monggo mampir yang artinya adalah mari berkunjung menikmati santapan makan enak. Bagi Lina ini agak terasa aneh karena ternyata yang dimau Mawar restoran itu cukup bergengsi untuk orang yang berduit. Mereka segera masuk ke dalam. Dan bertepatan sekali di dalam sudah terlihat rame karena ada banyak artis dan para pendukung film Ada Apa

Denganmu berkumpul untuk merayakan keberhasilan jumpa pers yang mereka adakan di Banjarmasin. Di sana sekitar ada 8 orang sedang merayakan keberhasilan film tersebut dengan makan-makan, termasuk di sana juga ada sutradara terkenal Agung Catmico dan juga actor yang sedang naik daun, Afgan. Film mereka sekarang ini memang sedang membludak-bludaknya di bioskop. Akan tetapi bagi Lina, ia tak punya waktu lagi guna memikirkan sesuatu yang bisa membuang uangnya yaitu menonton di bioskop. Semuanya segera memasuki restoran Monggo Mampir dan mencari tempat duduk. Setelah duduk, barulah kami sadari kalau Dari tadi Lia itu berdiri seperti patung bengong, sambil memandang Afgan dari kejauhan. Bagi Lia ia begitu sangat senang sekali karena bisa dengan mata telanjang melihat bintang idolanya ada di depan wajahnya. Segera saja Lia ditarik oleh Suci untuk segera duduk di tempat duduk yang sudah mereka pilih yang sudah dipesan Mawar. Tapi belum sempat Lina memesan makanan ia sudah merasa mules perutnya ingin buang air

ke belakang. Saat itu juga Suci pun mulai mengatakan kesulitan uang yang dialami Lina kepada teman-temannya. Eh teman-teman kalian tau nggak ada berita duka. ucap Suci Memangnya siapa yang meninggal dunia Ci. tanya Anggun Ini bukan masalah orang meninggal, tapi Lina itu kena musibah lagi, kalian tau nggak, dia itu ya terancam diusir dari koskosan karena sudah delapan bulan menunggak membayar biaya kos. Ci, kau itu tau kan gimana sikap Lina itu kayak apa, ia itu pasti nggak akan mau menerima uang pemberian dari kita. ucap Mawar Ia Ci apa yang dikatakan Mawar benar, dulu aja waktu ayahnya dioperasi kita kan bilang kalau uangnya nggak usah diganti, tapi ia bersikeras kalau itu adalah utang, jadi yang mau gimana lagi, ia itu mau bersikeras mengembalikan uang kita dulu, padahal kau tau sendiri kan kalau kita semua itu sama sekali tak mengnganggap kalau itu adalah utang, karena kami iklas memberikan uang itu pada Lina untuk biaya operasi Ayahnya. tambah Lia Nah karena itu aku punya ide, tapi kalian itu harus membantu ideku ini. ucap Suci Dengan serius mereka pun mulai membicarakan rencana menurut ide yang dirancang sendiri oleh Suci, agar Lina mau menerima uang yang mereka kumpulkan untuk membantu Lina membayar uang kos dan tak menganggap uang itu adalah hutang akan tetapi sebuah hasil jeripayahnya sendiri. Setelah selesai dari kamar mandi Lina pun segera kembali ke ruang makan dan duduk di tempat tidurnya.

Teman-teman, kalian taulah kenapa aku metraktir kalian di tempat mewah seperti ini, ada yang tau nggak . Tanya Mawar sambil memandang secara bergantian mata teman-temannya Karena kau baru dapat durian runtuh kan Ro Mawar? jawab Anggun setangh tersenyum karena tak yakin dengan jawabannyasendiri Yap kau benar sekali, akan tetapi lebih tepatnya dua minggu lagi, aku menikah. ucap Roslina denga senyuman yang begitu lebar Ah . Selamat ya Mawar menyalami tangan Mawar Tapi Mawar kau itu kan belum punya pacar, bagaimana kau bisa menikah secepat ini. tanya Anggun Anggun-anggun kau itu jangan cemburu dengan Mawar. sindir Lia Apa maksudmu, siapa juga yang cemburu. jawab Anggun Ala aku yakin kau itu pasti cemburu dengan Mawar karena pacarmu Anton itu . ucap seluruh temannya sambil bergantian

nggak segera-segera melamarmu, padahal kau dan Anton itu kan sudah lebih dari empat tahun pacaran. ucap Lia Anton mau melamarku atau tidak itu bukan urusanmu, jadi kau itu jangan suka ikut campur. pertegas Anggun dengan suara yang mulai meninggi sepertinya keadaanya menjadi tambah panas, karena itu Roslina segera turun tangan. Eh kalian, aku ini kan sedang bahagia, jangan merusak kebahagianku dong. Sindir Mawar

Ia kalian ini, hormati Mawar dong, tapi Mawar kalau kami boleh tau berasal dari mana jodohmu itu, terus siapa namanya? tanya Lina Dia berasal dari Solo Jawa Tengah, kerjaan adalah pembisnis Batik dan namanya Hartono. Ucap Roslina Wah dari Jawa, berarti pastinya kau akan ikut suamimu ke jawa dong. tanya Suci Yap kau benar sekali. Mawar membenarkan ucapan Suci Wah Mawa,r, kau ini betul-betul keterlaluan berarti ini pertemuan kita yang terakhir dong? tanya Anggun. Ya tentu saja tidak, dua minggu lagi setelah resepsi pernikahan baru aku pindah ke Solo, tapi jangan khawatir teman-teman, kita masih bisa kok kontekkontekkan. ucap Mawar untuk menenangkan teman-temannya Mawar jangan kau bilang selain merayakan ulang tahunmu kau itu juga ingin merayakan kepergiannmu dengan kami? tanya Lia Maaf teman-teman itu memang benar. perjelas Mawar Tapi sebelum aku pergi, aku punya permainan ni. Dan siapa yang bersedia melakukan permainan ini aku kasih dia uang delapan ratus rupiah, ayo apa ada yang mau. tawar Mawar Dengan cepat Suci pun langsung mengangkat tangannya akan tetapi ternyata Lia juga mengangkat tangannya namun kalah cepat dengan Suci. Kau juga mau uang itu Ci? tanya Lia Ya tentu saja tidak, emangnya aku ini orang kere apa? jawab Suci Lalu kenapa kau mengangkat tanganmu Ci? tanya Lina

Aku hanya ingin menyarankan satu orang yang cocok melakukannya dan orang itu adalah Lina. ucap Suci sambil menunjuk Lina Kenapa harus Aku. ucap Lina seraya bingung Lin, ingat kos-kosanmu, ini itu kesempatanmu. ucap Suci sambil berbisik Lina pun segera mengerti dengan maksud Suci, kalau uang hadiah dari permainan itu bisa ia gunakan untuk membayar koskosan. Memangnya permainan apasih yang kalian maksud? tanya Lina Permainan yang mudah kok Lin, tapi pasti menyenangkan, Kau Lihat lelaki yang duduknya membelakangi kita itu. ucap Mawar sambil menunjuk orangnya. Ya tentu saja aku tau, dia itu kan Afgan, aktor terkenal, pemain film ADA APA DENGANMU. Baguslah jika kau tau, hadiahnya adalah uang delapan ratus ribu rupiah ini (ucap Roslina sambil meletakkan uang delapan ratus ribu rupiah di atas meja) sedangkan permainannya, siapa yang berani menampar Afgan, dia yang akan berhak mendapakan hadiah uang ini. Hanya menampar saja mudah sekali, aku mau Mawar melakukannya. ucap Lia Eh enak saja kau itu bepandir, aku kan yang mengangkat tangan terlebih dahulu, jadi aku dong yang berhak memutuskan siapa yang berhak mendapatkan kesempatan melakukan permainan asyik itu. Suci langsung saja menerobos menimpali Eh kenapa bisa begitu. gertak Lia

Kalau menurutku apa yang dikatakan Suci itu benar Lia, dia itu kan yang mengangkat tangan terlebih dahulu jadi tentunya dia yang punya hak. ucap Mawar membenarkan ucapan Suci Tapi sepertinya Lina sendiri tak mau melakukannya, jadi ya berikan saja padaku. sindir Lia Memangnya kau tak mau Lin, pina diam terus, ya sudah kalau begitu aku berikan saja permainan ini pada. Tunggu, aku mau melakukannya, tapi berikan dulu uangnya padaku. Lina langsung saja memotong ucapan Mawar Mawar menyanggupi apa yang dimau Lina. Akan tetapi walaupun begitu Lina merasa begitu ketakutan menerima permainan konyol itu. Tapi jika ia tak mengambil permainan itu bisa-bisa hari ini juga ia diusir dari tempat koskosannya, tapi jika ia menerima permainan itu berarti ia harus menampar Afgan, ya aku punya ide beri tamparan kecil saja pada Afgan, pasti dia juga takkan marah, pikir Lina. Setelah Mawar memberikan uang segeralah Lina melaksanakan permainan yang aneh ini. Ia mulai keluar dari tempat duduknya berjalan meninggalkan teman-temannya. Rasanya tangan Lina mulai gemetaran, jantungnya juga berdebar keras sekali, rasanya ia takut tapi ia harus melakukannya agar bisa mendapatkan uang itu. Setelah sampai di depan Afgan duduk, Lina mulai sedikit berbasa-basi. Assalamuallaikum Afgan! Wallaikum salam, ada perlu ap?

Tamparan Kecil langsung Lina layangkan di pipi Afgan dan setelah itu ia langsung lari sekecang mungkin meninggalkan restoran itu, lari dan terus berlari tanpa melihat ke belakang lagi. Saat itu Lina begitu sangat ketakuatan kalau Afgan akan mengejarnya dan membalas apa yang ia lakukan. Sesampainya di depan rumah koskosan, barulah Lina merasa bisa menghentihkan langkahnya. Sambil masih mengatur nafasnya yang masih terengah-engah, ia mulai melihat ke belakang dan Lina merasa berutung karena Afgan tidak mengejarnya. Senyuman pun mulai merekah di bibirnya. Setelah nafasnya stabil barulah ia masuk ke dalam rumah kos dan ternyata Ibu kos sudah menunggunya di ruang tamu sambil duduk di atas sofa. Kemudian Lina segera memberikan uang yang ia dapatkan dari cara yang tidak benar itu kepada Ibu kos dan akhirnya ia bisa terhindar dari pengusiran dari rumah koskosan. Waktu itu juga Ibu Aulia langsung meminta maaf kepada Lina, bukannya ia memaksa Lina untuk segera melunasi hutangnya yang telat membayar uang kos-kosan selama 5 bulan tapi ia terpaksa melakukannya. Hal ini karena ia sedang membutuhkan uang yang banyak untuk biaya anak laki-lakinya yang pertama mau masuk universitas, sedangkan anaknya yang duduk di Sekolah Dasar kelas Lima mau naik ke kelas enam, sedangkan anak perempuannya yang masih duduk di SMA kelas tiga juga membutuhkan biaya untuk ujian UAN. Lina pun berusaha mengerti dengan penderitaan yang dialami Bu AUlia. Akan tetapi bagaimana dengan Afgan, tamparan yang dilakukan Lina itu sungguh sekarang malah membuat semua orang melihatnya. Dan spontan Nikki yang duduk di sampingnya langsung menanyainya.

Loe tu kenal ya dengan tu gadis ? Loe tu bercanda Apa Nik, ya jelaslah , Enggak sama sekali. ujar Afgan dengan cukun tegas. Kalau you nggak kenal terus kenapa ia menamparmu? tambah ANNA yang waktu itu sedang duduk di hadapannya. Ya mana gue tau, gue aja sendiri aja nggak kenal siapa tu gadis? ucap Afgan sera ingin membela diri. Sudahlah, loe tu nggak perlu merasa malu dengan kami, seorang wanita itu nggak bakal mungkin menampar orang jika tanpa sebab yang pasti jadi cepat deh, loe cepat kejar kekasihmu itu dan minta maaf sana dengannya, nanti keburu dia kabur loh. tambah sutradara. Ya Allah gue harus bilang berapa kali lagi supaya loe-loe semua ni percaya sama gue, gue tu memang nggak kenal dengan wanita itu, lagipula please deh tolong jangan memandanggue ni kayaknya seperti seorang narapidana aja? Kayak gue ni baru aja ngelakuin sesuatu yang salah lagi. Lalu untuk apa tu cewek nampar loe he? Tanya ANNA lagi. Ya emang gue tahu, emangnya gue tu bapaknya apa. ucap Afgan kekesalan Sudahlah masak hanya karena wanita aneh kita jadi bertengkar kayak begini, kita kan sekarang sedang happy karena film kita laris manis, jadi sudahlah kita

lupakan saja kejadian tadi,toh lagipula juga nggak ada wartawan, jadi masalah ini pasti nggak bakal ada orang yang tau. usul sang sutradara. Mereka pun segera melupakan kejadian dimana Lina menampar Afgan dan kembalilah mereka bersenang-senang.

Meminta Maaf Akhirnya Lina bisa terbebas dari apa itu namanya pengusiran dan kemudian segeralah ia masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan badannya ke atas ranjangnya, tanpa mengganti baju tugasnya. Di dalam kamar sekarang ini ia sendirian, anehnya Minah sekarang tidak berada di Kamar. Waktu Lina Lina tak sempat memikirkan Minah, karena ia sendiri sudahlah sangat capek, karena itu rasanya ia ingin segera tidur, akan tetapi saat Lina mulai menutup matanya, seketika itu juga bayangan ia menampar Afgan langsung saja muncul. Sepertinya sekarang perasaan bersalah sedang menghantuinya. Dengan cepat ia pun segera membuka matanya kembali. Ia coba lakukan lagi tapi hasilnya nihil, bayangan itu keluar lagi. Rasanya ia mulai ketakutan sendiri menutup matanya. Ia lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 9.00, sedangkan Minah belum juga pulang dari kampus. Rasanya Afgan sudah seperti hantu bagi Lina karena sudah berusaha sebisa mungkin untuk menutup mata akan tetapi bayangannya ituselalu saja muncul. Lina pun segera bangun dari ranjangnya dan berteriak dalam hati. Tidak, aku tidak boleh begini terus, jika begini terus aku tidak akan bisa tidur, Ya Allah apa yang harus aku lakukan? Astagfirulahaladzim, bagamana bisa aku mendapakan uang dengan cara yang tak benar, Ya Allah Mungkin jika aku minta maaf padanya, aku akan bisa tidur dengan nyenyak, tapi apa dia akan memaafkanku ya? Ah aku ini kenapa jadi berfikiran negative, aku kan belum mencobanya, tapi gimana aku bisa menemuinya, oh iya hampir saja aku lupa, Minah kan sekarang kan kerja dengan artis-artis terkenal itu, ya Hotel Sekar

Arum. Untuk saat ini keputusan Lina sudah bulat, ia akan meminta maaf pada Afgan agar tidak dikejar terus dengan persaan bersalah. Ia pun mulai meminjam sepatu roda milik Minah tentunya tanpa meminta ijin sebelumnya kepadanya, karena ia harus segera bergegas pergi sebelum kemalaman bertemu dengan Afgan, tapi ia janji dalam hatinya setelah Minah pulang ia pasti segera minta maaf kepada Minah karena telah memakai barangnya tanpa minta ijin terlebih dahulu. Kemudian setelah itu bergegaslah ia meluncur bersama dengan sepatu rodanya menuju ke Hotel Sekar Arum. Cukup jauh letak hotel itu dari koskosannya yaitu ada di jalan Pahlawan, dekat kawasan Taman Maskot. Membutuhkan waktu setengah jam barulah ia sampai di hotel Sekar Arum. Setelah sampai di sana, segeralah ia menuju ke depan receptionist yang hanya ada satu orang saja. Saya ingin bertemu dengan Afgan Sucatmimiko, bisa kan mbak? Maaf ya mbak, bintang-bintang terkenal itu sekarang sedang keluar. ucap Aida selaku receptionis yang kala itu sedang jaga Anda jangan membohongi saya ya, masa sampe jam sembilanan begini kok mereka masih belum pulang. Kalau anda ngefans berat dengan mereka, datang saja besok ke mal. Maaf ya mbak, saya itu bukan pengagum mereka dan saya ingin bertemu dengannya sekarang juga, bukannya besok. Setelah itu lina Lina lihat Aida mulai mengangkat gagang telp, ia pikir akan menghubungi Afgan tapi ternyata malah menghubungi satpam. Lina pun jadi gelagapan.

Apa maksud anda memanggil satpam,saya ini kan sudah bilang, saya ini bukanlah pengagum mereka. Dalam hitungan detik satpam itu sudah ada di samping kiri Lina Pak tolong usir wanita ini! Mendengar perintah Aida satpam itu segera mengusir Lina dengan cara yang kasar dan hampir menyentuh tangan Lina. Spontan Lina pun langsung marah dan menghindar. Jangan menyentuhku, kau bukan muhrimku, aku bisa kok keluar sendiri. Kalau begitu cepat keluar! Lina mulai menjalankan sepatu rodanya keluar dari hotel sambil di belakang satpam itu membututinya seperti ekor. Sampai di luar pagar satpam itu langsung memperingatkan Lina, jika ia berani masuk ke dalam lagi maka satpam itu akan memanggil polisi untuk mengusir Lina. Alhasil akhinya Lina putuskan menunggu di luar pagar hotel. Untung di sana ada di sana ada tempat duduk besar yang terbuat dari beton, jadi Lina tidak harus berdiri menunggunya. Tunggu ditunggu ternyata Lina hampir lebih dari satu jam menunggunya. Lina jadi berfikir, apa receptionist itu membohongiku ya, ah lebih baik aku tunggu 5 menit aja lagi, jika ia belum datang juga aku bakalan masuk lagi ke dalam. Namun belum habis waktu 5 menit itu, dari kejauhan Lina melihat mobil bertipe SYV yang meluncur ke arah hotel. Dan lina yakin mobil itu adalah milik Afgan jadi segera ia cegat mobil itu dengan cara seperti orang yang mau bunuh diri tepat di depan arah mobil merentangkan tangannya. Dan dengan terpaksa akhirnya mobil itu pun mau berhenti. Lina segera menuju kearah jendela

depan dan Nikki, artor yang saat itu ialah yang menyetir mobil itu langsung membuka kaca jendela dan memarahi Lina karena tindakan Lina tadi begitu ceroboh, kalau sampai ia tertabrak pastinya Nikkilah yang akan bertanggung jawab. Hei, loe tu sudah gila ya? Loe itu mau bunuh diri apa? Anna, seorang aktris cantik yang duduk di samping Nikki langsung mengenali wajah Lina Loh, Nik, itu kan wanita yang ada di restoran tadi. ucap Anna Dimana Afgan? aku ingin bertemu dengannya, kumohon ijinkan aku bertemu dengannya. Tanya Lina tanpa menghiraukan ucapan mereka. Hei, hormati dong kalau orang sedang Tanya. ucap Nikki penuh emosi Apa kau bilang? tanya? Hai, kayaknya kau tadi itu memarahiku, bukannya menanyaiku. ucap Lina dengan sikap yang tenang. Mendengar suara Lina yang cukup lantang, akhirnya Afgan memutuskan keluar dari mobil, dan Nikki langsung mengalihkan pandangannya ke arah Afgan dan juga langsung menanyainya. Loh Afgan, loe ini kenapa malah turun? Hei kau itu jangan meladeni wanita sinting ini Sudahlah, biar gue selesaikan masalah gue dengan gadis ini. Eh tunggu dulu, alhamdulillah aku merasa sangat senang sekali jika kau mau bicara denganku, tapi aku mau Anna juga ikut turun, karena jika dua orang yang bukan muhrimnya berduaan yang ketiga itu adalah setan, jadi aku mohon Anna, kau mau sekiranya turun! pinta Lina

Loe ini sok agamis banget sih, emangnya, Afgan itu mau apa menyentuh wanita jelek sepertiloe. ucap Nikki seraya dengan nada yang mengejek Sudahlah, please deh, stop Nik! Hentikan omongan loe itu! kasar sekali tau, Anna tolongin gue please, loe turun sekarang juga! temani kami! Afgan! teriak Nikki Nik, gue tu mohon loe please deh, biarin, gue selesaikan masalah yang dibuat sendiri oleh wanita ini selesai, okey! Baiklah jika itu mau Loe, tapi gue sarankan Loe itu harus hati-hati dengan wanita yang pintar bicara ini. ucap Nikki Kemudian Anna segera turun dari atas mobil dan berjalan menuju ke tempat duduk yang terbuat dari beton itu lalu duduk di sana. Berbeda dengan Lina yang memakai baju serba tertutup, hanya tangan dan mukanya saja yang kelihatan, akan tetapi Anna hanya memakai baju yang serba terbuka dan juga seksi, hanya memakai baju tang top dan celana jins. Akan tetapi di sini Anna hanya diam saja duduk di atas kursi beton, hanya melihat pembicaraan dan juga pertekaran antara Lina dengan Afgan. Setelah mobil itu masuk, barulah Afgan menanyai Lina. Okey, sekarang katakan! Apa yang kau mau? Aku hanya ingin minta maaf padamu. Oh , jadi itu tadi caramu minta maaf.. sindir Afgan Maaf, jika menurutmu apa yang kulakukan tadi salah, tapi aku tadi hanya merasa kesal saja, abis aku harus menunggu satu jam, lebih lagi, baru aku bisa menemuimu.

Aku tidak menyuruhmu untuk menungguku. Memang benar sih, tapi , sudahlah, aku ke sini kan bukan untuk membuat garagara lagi denganmu, tapi ingin minta maaf denganmu. Okey, baiklah, jika kau ingin membuat agar masalah yang kau buat sendiri ini selesai, baiklah, aku akan memaafkanmu. Betulkah? Seketika itu senyuman kecil langsung keluar dari bibir Lina tapi Afgan langsung mengeluarkan kata-kata yang membuat rasa senang Lina jadi turun. Kau jangan senang dulu, aku akan memaafkanmu, tapi kau harus menerima syaratku. Syarat? Iya, syarat, aku hanya ingin kau merasakan apa yang kurasakan saat di restoran tadi. Jadi maksudmu? Apa kau mau menamparku. Yap, kau betul sekali. Jadi kau mau menampar wanita? Jika itu diperlukan. Tapi kan aku hanya memberikan tamparan kecil padamu. Ya, memang itu adalah sebuah tamparan kecil, tapi, apa kau tak sadar dengan apa yang kau lakukan itu, kau itu sudah berhasil membuat orang-orang yang ada di restoran itu langsung melihatku, dan aku yakin pasti mereka berfikir jiaka aku mempunyai hubungan yang khusus denganmu, padahal aku sama sekali tak mengenalmu, untung saja di sana tidak ada wartawan, jika ada wartawan,

masalahnya kan bisa jadi tamba gawat tambah runyam, bisa-bisa gossip yang tidak-tidak itu bisa menyebar. ujar Afgan dengan nada suara yang tegas serta keras hingga membuat tangan Lina menjadi gemetar Baiklah jika itu maumu, ayo cepat tampar aku, biar masalah ini cepat selesai, ayo cepat tampar aku ucap Lina sambil menyodorkan pipinya untuk ditampar.

Dan seketika itu juga meneteslah air mata Lina. Sungguh Afgan tak menyangka, sekarang ia telah membuat seorang wanita menangis tepat di hadapannya. Tapi setelah Lina mau menerima syarat itu, Afgan malah tidak segera menampar Lina. Ia malah berjalan ke arah Anna dan duduk di samping Anna. Melihat tingkah Afgan Linapun jadi kebingungan. Kau ini? Sebetulnya apa sih maumu, katanya kau mau menamparku. Gak jadi ah, rasanya aku jadi ga tega menampar wanita yang sedang menangis. Hai, kau itu jangan menghinaku ya, aku ini bukan wanita lemah seperti yang kau pikirkan,jika kau mau menamparku, tampar saja aku, aku tak butuh rasa kasianmu itu. ucap Lina dengan penuh emosi Loh-loh, kenapa sekarang jadi kau yang marah-marah, seharusnya aku kan yang marah-marah. Sudahlah jangan banyak basa-basi lagi! Jika kau mau menamparku tampar saja aku sekarang, jangan banyak basa-basi lagi! Aku pikir aku tak perlu melakukannya, karena aku kan sudah memaafkanmu. Apa kau bilang? Kau memaafkanku, Apa? Kau ini tidak boong kan? Hei, memangnya wajahku ini tukang boong apa. Bukannya begitu tapi

Sudahlah, duduklah di samping Anna, kau tidak capek apa berdiri terus. Lina pun mulai duduk di samping Anna. Betul kau memaafkanku? Kau ini masih belum percaya ya? Bukannya begitu, tapi tadi kau kan terlihat pemarah sekali. Abis aku marah kan karena ulahmu sendiri, oh ya jika aku boleh tau sebetulnya untuk apa kau menamparku, kau menamparku pasti ada alasannya kan? Lina mulai ketakuatan, Ia pikir jika ia menceritakan sejujurnya pada Afga jika tamparan itu adalah sebuah permainan untuk bisa mendapatkan uang, pasti Afgan nantinya akan berpikir jika ia dijadikan sebagai alat permainan, ya lebih baik ia rahasiakan saja hal ini, pikir Lina. Kenapa malah diam? tegur Afgan Maaf Afgan, aku tidak bisa mengatakannya, jika kau mau menamparku tampar saja aku. Kau ini, aku kan sudah bilang tidak akan menamparmu jadi sudahlah jangan bahas itu lagi. Betul dengan yang kau ucapkan? Iya wanita aneh , oh ya siapa namamu? Namaku Lina. Kau ini berkerja sebagai suster ya? Hah, bagaimana kau tau? Dari seragammu.

Lina pun segera melihati baju yang ia pakai, dan barulah ia sadar kalau baju yang ia pakai masihlah baju tugasnya. Oh, iya aku lupa belum sempat ganti baju. ucap Lina sambil kemudian menguap karena tak tahan lagi menahan kantuk Kau mengantuk? Iya ni, aku mau pulang dulu sudah malam. Perlu diantar. Tidak usah, aku kan sudah pake sepatu roda, ya sudah aku pulang sekarang Assalamualaikum, mbak Anna juga Assalamualaikum. Lina segera pergi meninggalkan mereka. Sedangkan Afgan ia terus saja memandang kepergian Lina, Rasanya ia tak tega melihat Lina pulang malammalam sendirin, jadi ia pun minta tolong pada Anna. Anna, gue bisa nggak minta tolong ama loe? Ya gue tau, loe mau nyuruh geuw buat ngantarin tu anak kan? ucap Anna sambil berdiri dari tempat duduknya. Anna, dia itu wanita Anna, apa loe tak kasian ama dia, pulang selarut malam ini, gimana jika ada yang mengganggunya di jalanan. Hah , Afgan-afgan Kenapa kau tak antarkan saja dia sendiri, kenapa harus gue? Loe lihat sendiri kan, tipenya itu kayaknya agamis banget deh, bicara berduaan saja ia tak mau, harus ada pendamping, alasannya karena yang ketiga itu setan, Nah apalagi jika aku antarkan ia pulang otomatis ia pasti bakalan nggak mau, tapi

aku yakin jika yang mengantarkannya itu adalah kau pasti ia mau, percaya deh sama aku. Heh, aku tak menyangka, ternyata loe bisa jatuh hati juga ya sama wanita berkerudung itu. Anna please deh, jangan bergurau. Iya-iya, gue ambil mobil dulu, loe puas kan Makasilah An. Anna pun segera bergegas meluncur seperti kilat untuk mengambil mobil di garasi hotel dan mengejar Lina dengan mobil, tentunya untuk mengantarkannya pulang. Anna pun segera menancapkan gas mobilnya guna mengejar Lina. Setelah melihat Batang hidung Lina ia pun segera membunyikan klakson mobil, sehingga membuat Lina yang tadinya terus memandang lurus ke depan ia langsung Dengan tetap di dalam mobil Anna setelah mobilnya di depan Lina, ia segera menawari Lina untuk segera naik ke mobil. Hei, Lin, cepat masuk, gue antarkan kau pulang. Aku pulang sendiri aja, aku bisa kok pulang sendiri. Ayolah guys, kau janganlah mempersulitku dong, nanti kalau Afgan marah sama aku karena tak jadi mengantarkanmu, kan masalahnya jadi berabe, jadi lebih cepat kau itu masuk ke dalam mobil. Akhirnya Lina pun mau masuk ke dalam mobil, ia nduduk di depan bersama dengan Anna. Maaf mbak Anna, kata sampean Afgan yang menyuruh anda untuk mengantarkan saya pulang.

Yap kau benar, kenapa, kau jangan salah sangka ya, bukan berarti Afgan itu jatuh cinta dengan wanita sepertimu, karena sebetulnya ia itu sudah punya pacar tapi sayangnya pacarnya itu malah pergi meninggalkan dia ke luar negeri, lagipula Lin, ia menyuruhku tu hanya karena dia takut, dia tidak ingin kalau sampai terjadi apa-apa denganmu, kau ini kan seorang wanita lemah, bisa bahaya kalau pulang malam-malam sendirian Mbak Anna, maaf sampean jangan tersinggu ya, saya mau Tanya satu hal yang mungkin akan membuat sampean merasa tersinggu. Mau Tanya soal apa? Itu sampean itu pakai baju lengan pendek seperti itu, sampean tidak merasa kedinginan apa mbak? Kemudian Langsung saja Anna tertawa. Kenapa mbak, apa ada yang lucu dengan diri saya? Enggak, aku hanya merasa kau itu lugu sekali, tetapi aku memang suka kok pake baju seperti ini, aku itu nggak suka namanya kepanasan, sedangkan kau sendiri suka ya dengan baju seperti itu, nggak kepanasan apa setiap hari memakai kerudung? Kalau aku sih nggak betah. Lagian kalau aku pakai baju ya aku kondisikan kok sesuai situasi, kalau situasinya formal ya aku nggak bakal pakai baju santai kayak begini. Kalau kau sendiri, merasa kepanasan nggak? Alhamdulillah sudah terbiasa jadi nggak terlalu panas lagi, lagipula saya melakukan ini kan karena perintah dalam agama, dan jelas itu tercantum dalam surat An-Nur ayat 31 dan Al-Adzab ayat 59 yang memerintahkan kita memakai

kerudung dan juga jilbab, dan sebetulnya jilbab dan kerudung itu tidak sama, ada bedanya. Tapi coba kau itu membacanya baik-baik dalam ayat-ayat yang kau katakan tadi, tak ada yang namanya perintah diwajibkan atasmu untuk menjulurkan kerudung hingga menutup dada, seperti perintah untuk berpuasa ramadhon ada kata

diwajibkan kamu untuk berpuasa di bulan ramadhon tapi dalam surat Annur dan Al-Adzab tak ada kata wajibnya, jadi menurutku berarti memakai kerudung itu tak wajib hukumnya, toh kita kan juga nggak tinggal di negeri arab, anaknya raja arab King Abdulloh saja tidak memakai kerudung waktu kuliah di Amerika. Subhanallah bagi Lina ia cukup kagum dengan ucapan Anna, karena berarti Anna sebetulnya mengerti perintah Berjilbab dan berkerudung dalam Al-Qur an, dan pemikirannya bisa dibilang cukup cermelang bagi Lina sayangnya belum terarah. Kalau begitu coba saya Tanya kepada Mbak, mbak pastinya pernah sholatkan? Ya tentu saja dong, begini-begini walaupun pakaianku ini serba seksi dan aku juga sering ke llabing tapi aku ini orangnya rajin sholat 5 waktu. Nah sekarang saya tantang mbak, kalau mbak bisa mencarikan kata bahwa melakukan sholat itu wajib, saya akan menuruti satu permintaan mbak, tapi jika mbak tak bisa membuktikannya, saya harap mbak mau belajar dengan saya lebih dalam lagi tentang hukum islam itu seperti apa, gimana mbak mau menerima tantangan saya. Wah aku tu suka banget dengan yang namanya tantangan, jadi okeylah, aku mau tapi kau harus memegang kata-katamu ya?

Baik mbak, oh itu mbak rumah kos-kosan saya yang pagarnya warna hijau. ucap Lina sambil menunjuk ke arah kos-kosannya yang sudah semakin dekat Mobil pun segera menepi dan Lina pun segera turun masuk ke dalam kamar kemudian ia pun mulai tidur lelap dengan tenang seperti tak ada pikiran yang menggganggu tidurnya. Tapi beda halnya dengan Anna, setelah sampai di kamar hotel, ia tak langsung tidur begitu saja tetapi malah membaca AlQuran untuk mencari apa ada kata wajib dalam perintah sholat apakah ada dalam AlQuran. Semalaman ia mencari untuk mencari hakekat apakah memakai kerudung itu adalah kewajiban bagi seorang muslim. Beda halnya dengan Lina, setelah ia sampai di tempat koskosan dan masuk ke kamarnya ia malah mendapati Titin sedang duduk di atas ranjang sambil menangis tersedu-sedu. Karena khawatir Lina pun segera menghampirinya, dan duduk di samping Titin untuk berusaha menenangkannya. Ada apa Tin, Apa yang menyebabkanmu menangis, coba kau ceritakan kepadaku, mungkin aku bisa menolongmu. Apa yang harus aku lakukan Lin, aku tadi lihat di papan pengumuman kalau aku nggak dapat beasiswa lagi, dan yang lebih parah lagi aku tadi dipecat Lin. ucap Titin sambil menangis tersedu-sedu Apa dipecat, bagaimana bisa Tin? Memangnya apa kesalahanmu? Aku tak tau, kata bu Bella, ia menuduhku kalau akulah yang mencuri dompet milik bapak Agung. Tapi memang benarkan kau tak mencurinya.

Ya tentulah Lin, aku sama sekali tidak mencurinya, apa kau tak percaya padaku? Lalu kenapa Ibu itu menuduhmu? Karena waktu itu akulah yang membersikan kamar hotel yang ditempati Bapak Agung Lin, makanya Ibu itu menuduhku, padahal aku bersumpah Lin demi Allah, aku sama sekali tak mencurinya. ucap Titin sambil meneteskan air mata. Sudahlah Min tenang, istigfar, Apakah kau merasa akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu? Mereka ditimpa oleh mala petaka, serta digoncang dengan bermacam-macam cobaan, maka Berkatallah Rasul dan orang orang yang beriman bersamanya bilakah datang pertolongan Allah? ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat Minah kau yakin kan dengan ayat-ayat Allah, Allah tak pernah berbohong Allah begitu sangat dekat denganmu, bahkan lebih dekat dari urat nadimu, jadi kau harus yakin kepadaNya dan berdoalah, karena sesungguhnya segala sesuatu yang hilang dari diri kita, bisa harta, keluarga maupun jabatan itu adalah sesuatu yang memang sudah digariskan untuk kita oleh Allah dan bisa jadi sekarang Allah sedang menguji kita, jika kita sabar maka kita adalah orang yang lulus dari ujian Allah, tapi jika kita berputus asa dan malah menyalahkan Allah maka kita bukanlah orang yang lulus, bahkan bisa jadi kita masuk dalam golongan syetan, karena sifat syetan itu adalah suka berputus asa serta sombong. Tapi bagaimana aku bisa membiayai kuliahku Lin, kau tau kan Orang tuaku itu bukanlah orang yang mampu, karena itu aku kuliah sambil bekerja paruh waktu sebagai cleaning servise, Ya Allah kenapa kau itu begitu teganya memberikaan

aku masalah seperti ini, ah saja waktu itu.

aku ini memang bodoh, kenapa aku tak menyontek

Titin, kenapa kau malah berfikiran seperti itu? Kau tak tau sih Lin, Siska yang orangnya suka nyontek, ia dapat nilai sempurna dan kau taulah, ia itu juga dapat beasiswa untuk mahasiswa tak mampu, padahal ia orang kaya, punya sepeda montor, coba saja kau bayangkan, aku yang jujur, yang semalaman belajar malah mendapatkan nilai yang pahit, sedangkan ia, ia dapat nilai sempurna dengan cara kotor Lin, aku rasanya begitu jengkel dengannya, tapi aku juga menyesal, kenapa waktu itu nggak juga ikut mencontek saja, kalau saja aku itu mencontek, pastinya aku bisa meneruskan beasiswaku lagi, tapi sekarang aku tak bisa meneruskan beasiswaku karena ipkku jelek Lin, nilaiku itu jelek, ipk ku itu NASAKOM lin. Maaf Tin, aku itu nggak mengerti, Apa itu NASAKOM? Nasib mahasiswi ipknya satu koma. ucap Minah sambil tetap meneteskan air mata Sebetulnya Lina tak paham apa yang dimaksud dengan ipkanya satu koma, tapi ia bisa menebak pastinya nilai segitu sangat jelek sekali sekali. Sebelum menjelaskan panjang lebar tentang haramnya mencotek, Lina mulai menarik nafas terlebih dahulu, barulah ia mearasa mampu untuk berucap. Ya Allah Titin, seandainya saja kau tau, bahwa sebetulnya tidak artinya dunia ini dibandingkan dengan surganya Allah yang begitu luas, seluas langit dan bumi, Tidak ada artinya harta ini Tin, di hadapan Allah, jika kita tidak menginfakkannya untuk perjuangan di jalan-Nya, Tidak ada artinya waktu ini Tin, jika dakwah

bukan prioritas hidup yang utama dan harus dijaga, Dan tak artinya hidup ini di hadapan Allah Tin, jika kita hanya mengejar nilai dunia saja, materi saja, yang mana itu takkan bisa kita bawa ke alam baka, dan juga karena semua itu tak ada artinya di hadapan Allah, tak ada Tin, bahkan malahan dosa yang yang akan kita dapatkan, karena mencontek itu sama artinya mengambil rezki nilai yang sebetulnya bukanlah miliknya. Lagipula Allah itu melihat proses seperti dengan cara apa kita mendapatkannya, bukannlah hasil yang Allah lihat, dan mungkin jika orang sukses dengan jalan yang tidak benar seperti Siska, di mata manusia memang benar ia adalah orang yang sukses dan berhasil mendapatkan nilai yang bagus dan juga beasiswa, akan tetapi di mata Allah, dia sebetulnya adalah orang yang gagal. Kau itu bicara sepertinya tanpa dosa saja, padahal aku dengar dari Ragil, temanmu waktu SMP dulu, kau itu adalah ratunya si pencontek, sampai-sampai guru yang paling killer pun bisa kau kelabui, dan sekarang kau malah mengatakan kalau mencontek itu haram, apa aku aku tak salah dengar, seorang ratu penyontek menasehatiku untuk tak mencontek. Ya aku akui, waktu SMP aku itu adalah orang yang suka mencontek, bahkan Pak Bakri guru yang paling terkenal killer di sekolahku dulu bisa aku kibuli, akan tetapi setelah aku SMA, aku bertemu dengan Dina, dan Alhamdulillah ialah yang merubahku untuk tak mencontek lagi, dengan kata-kata yang aku ucapkan tadi padamu, bahwa hidup ini memang tak ada artinya jika hanya materi saja yang kita kejar, karena semua itu tak ada artinya di hadapan Allah, bahkan ia mengajukan tiga pertanyaan penting padaku, yaitu uqdatul kubro.

Tiga pertanyaan penting? Ya, tiga pertanyaan penting itu adalah dari manakah asal manusia dan kehidupan ini? mau kemana manusia dan kehidupan setelah ini? dan untuk apa manusia dan kehidupan ini ada? Aku bisa menjawab pertanyaanmu itu Lin, darimana kita berasal, ya kita berasal dari tanah, dari tanahlah kita diciptakan oleh Allah SWT, lalu untuk apa kita hidup di dunia ini, kalau menurutku ya untuk berbakti kepada kedua orang tua, dan setelah meninggal kita akan kemana, tentunya kembali kepada Allah yang menciptakan kita. Ya kau betul, terlepas dari kau bisa atau tidak menjawab pertanyaan itu, akan tetapi mengaplikasikannya dalam kehidupan itulah yang paling sulit, karena apakah kita betul-betul yakin dibalik alam dan kehidupan ini ada Sang Pencipta yang selalu mengawasi kita, yang mengadakan seluruh alam, termasuk dirinya sendiri, memberi tugas atau amanah kehidupan pada manusia dan kelak ada kehidupan lain setelah dunia ini, yang akan menghisab seluruh perbuatannya kita di dunia, maka jika kita menyakini hal ini dan betul-betul menanamkan dalam hidup kita maka