Nopember13 STIE Putra Perdana Indonesia PELAYANAN PRIMA … · 2020. 12. 1. · konsumen pasti...
Transcript of Nopember13 STIE Putra Perdana Indonesia PELAYANAN PRIMA … · 2020. 12. 1. · konsumen pasti...
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 241
PELAYANAN PRIMA DI PERGURUAN TINGGIBERBASIS SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI)
SATRIAS DJAMARAN(DOSEN TETAP STIE PPI)
ABTRAKSI
Dalam era globalisasi ini persaingan di segala bidang menjadi semakin tajam, danketat baik dalam hal sarana dan prasarana maupun dalam bidang pelayanan jasa.Kompetisi dalam layanan jasa ini semakin hari semakin kompetitif. Baik itu sektorjasa pelayanan dalam bidang kesehatan, penginapan, tata boga, even organizer, jasapendidikan dan jasa yang lainnya. Semua ini selalu mengatakan memberikanpelayanan yang sempurna bagi customer-nya.
Dalam dunia pendidikan kita tidak bisa lagi hanya bersaing dengan penyelenggarapendidikan di dalam negeri saja, tapi persaingan sudah terjadi denganpenyelenggara pendidikan dari luar. Persaingan itu memicu kompetisi dalammemberikan layanan pendidikan bagi stakesholder yang ada di Indonesia. Agardunia pendidikan Indonesia tidak tertinggal dari penyelenggara pendidikan dari luarnegeri, kita harus meningkatkan pelayanan dalam segala bidang bagi duniapendidikan.
Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah dengan melakukan tinjauanpustaka dan pengamatan lapangan terhadap tingkat kepuasan para pengguna jasalayanan pendidikan . Focus pengamatan pada penyelenggaraan pendidikan padatingkatan perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Tujuan penulisan ini untuk merepresentasikan tingkat pelayanan perguruan tinggikepada mahasiswanya. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi perkembangandunia pendidikan tinggi di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
Page 242 InoVasi Volume 8 ; Nopember 2013
PELAYANAN PRIMA DI PERGURUAN TINGGIBERBASIS SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI-PT)
Latar Belakang Masalah
Kegiatan dalam dunia usaha apapun sekarang sudah dipastikan akan
memberikan pelayanan yang sempurna atau pelayanan prima. Sekarang
tidak lagi mengenal jenis kegiatan usaha tersebut, baik jasa maupun produk,
konsumen pasti menginginkan pelayanan yang prima. Secara etimologi kata
pelayanan ini berasal dari kata Inggris (service) dan di Indonesia-kan
menjadi pelayanan, yaitu melayani orang atau majikan dalam sebuah
kegiatan yang melibatkan lebih dari satu orang.
Kalau kita lihat sejarah, kata pelayanan ini banyak kita jumpai dan dilihat
pada masa kerajaan-kerajaan di dunia. Ada yang menamakan pelayan
tersebut sebagai pegawai kerajaan, ada pula yang disebut dengan abdi dalam,
(Indonesia). Mereka-mereka ini tugasnya adalah memberikan pelayanan
yang memuaskan kepada tuan dan majikannya dalam hal ini adalah keluarga
istana. Tujuan mereka dalam melaksanakan tugas ini berbeda-beda di setiap
kerajaan dan daerahnya. Semua ini tergantung dari keinginan sang penguasa
sampai sejauh mana seseorang harus melayani kebutuhan sang penguasa.
Sesuai dengan perkembangan zaman, pandangan orang tentang pelayanan
bukan lagi semata untuk melayani sang majikan atau keluarga istana, tapi
sudah merupakan keharusan dalam kegiatan dunia usaha modern sekarang
ini. Kalau ingin meraih sukses dalam kegiatan bisnis, harus memperhatikan
dengan serius dan hati-hati tentang pelayanan kepada konsumen.
Sedangkan makna dari prima adalah utama, dalam hal ini memberikan yang
baik atau kelas satu bagi orang yang dihormati dan disayangi. Apa alasan
kita memberikan yang terbaik kepada seseorang atau kelompok, ini semua
didasarkan atas rasa hormat dan kasih sayang kita kepada orang tersebut.
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 243
Ibarat orang tua yang selalu memberikan yang terbaik dan utama bagi putra
dan putrinya. Begipula dalam hal bisnis, kita harus memberikan jasa
pelayanan yang baik atau utama bagi setiap pelanggan tanpa ada
diskriminasi.
Jika kedua kata tersebut digabungkan menjadi pelayanan prima, bisa kita
berikan arti berdasarkan kepentingan dan kegunaan dalam setiap kegiatan.
Seandainya kita bergerak dalam bidang jasa tentu yang dimaksudkan
pelayanan prima di sini adalah memberikan pelayanan kelas satu atau
pelayanan sempurna kepada pengguna jasa kita. Tidak memandang suku,
bangsa, dan ras, semuanya berhak mendapatkan pelayanan prima sesuai
standar yang berlaku di lingkungan masyarakat di mana kita membuka
usaha.
Bertolak dari semakin kuatnya persaingan dalam berbisnis, maka para
pelaku bisnis memandang perlu untuk selalu meningkatkan jasa pelayanan
kepada customer-nya. Hal ini dilakukan agar pemakai jasa yang kita berikan
merasa puas dan sesuai dengan janji mutu yang diiklankan. Tidak perduli
berapapun biaya iklan dikeluarkan, asalkan pelayanan yang dijanjikan itu
memang memenuhi standar pelayanan dalam sektor jasa yang kita tawarkan.
Calon customer akan sangat selektif dalam memilih suatu produk, agar
nantinya tidak menemukan kekecewaan.
Bisnis sektor apa saja sekarang yang dituntut adalah pelayanan yang
sempurna, atau dengan istilah kerennya pelayanan prima bagi setiap
customer-nya. Dengan cara inilah persaingan bisa dilakukan, tidak bisa lagi
dengan proteksi. Calon pengguna dan pembeli jasa yang ditawarkan sudah
memahami betul tentang kualitas dari suatu produk. Mereka lebih cenderung
untuk memilih produk yang berkualitas dan murah serta dengan pelayanan
yang sempurna.
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
Page 244 InoVasi Volume 8 ; Nopember 2013
Tidak terkecuali bisnis jasa pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat,
bisnis ini sangat sensitive sekali dalam hal pelayanan yang diberikan kepada
pengguna jasa jenis ini. Jasa pendidikan ini mulai dari tingkat yang paling
rendah sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu, perguruan tinggi.
Pemerintah sebagai pemangku kepentingan dalam melaksanakan amanat
UUD 1945 dalam bidang pendidikan tidak mampu, secara kuantitas
menyediakan pendidikan bagi masyarakatnya, maka swastalah yang
memberikan dukungan pada program pemerintah ini.
Peluang ini dikembangkan oleh orang yang berjiwa wirausaha dalam jasa
pendidikan, maka berdirilah bermacam-macam jenis lembaga pendidikan
tinggi di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Hal ini diwadahi
oleh pemerintah dengan membentuk Koordinator Perguruan Tinggi Swasta
mulai dari Kopertis I – XIII. Lewat lembaga bentukkan pemerintah inilah
perguruan tinggi swasta yang ada di Indonesia dibina agar selalu dapat
meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang sesuai dengan UU Sisdiknas.
Dalam undang-undang ini sudah diatur sedemikian rupa indikator-indikator
yang harus disediakan oleh sebuah perguruan tinggi dalam
menyelenggarakan pendidikan tinggi agar sesuai standar yang sudah
ditetapkan.
Pembinaan yang dilakukan oleh Kopertis di seluruh Indonesia ialah
menyangkut proses belajar dan mengajar di lembaga pendidikan tinggi
swasta di seluruh Indonesia. Ini adalah bentuk kontrol yang bagus dari
pemerintah terhadap perguruan tinggi swasta, agar masyarakat Indonesia
bisa menikmati pendidikan yang bermutu dan standar yang ditetapkan oleh
Kemendikbud RI. Bagi perguruan tinggi swasta yang tidak mengindahkan
kaedah-kaedah yang diberikan oleh Kopertis, maka perguruan tinggi tersebut
tidak akan mendapatkan pelayanan administrasi dari Kopertis, dan ini adalah
bentuk kontrol dari pemerintah bagi penyelenggara pendidikan tinggi di
Indonesia.
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 245
Sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah lewat Kopertis
bagi penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia, maka perguruan tinggi
swasta harus mengacu kepada aturan tersebut. Dalam hal,ini perguruan
tinggi swasta mau tidak mau harus tunduk kepada aturan tersebut, seperti
misalnya perpanjangan izin, beasiswa, dan lain sebagainya.
Kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan
harus siap untuk selalu memperbaharui system pelayanan yang telah ada.
Tujuannya untuk memberikan kepuasan kepada customer agar mendapat
pelayanan yang berstandar di setiap produk yang dihasilkan. Berkaca dengan
semakin tingginya tuntutan dari para pelanggan, maka penyedian jasa
terutama dalam bidang pendidikan harus selalu siap untuk meningkatkan dan
mempebaharui system pelayan jasa yang mereka miliki saat ini.
Kalau kita pelajari sejarah dari munculnya system penjamin mutu perguruan
tinggi itu di mulai dari tanggal 18 September 1988, tak kurang dari 14
universitas di Eropa berkumpul di Bologna, Italia (Toni Atyanto Dharko;
2011, 1).pertemuan ini membawa dampak yang positif bagi dunia
pendidikan yang akan melahirkan suatu keputusan bersama. Munculnya
standarisasi perguruan tinggi itu mulai dari Eropa baru nantinya berkembang
ke seluruh dunia. Pertemuan ini menghasilkan Bologna Charter, yang
berisikan empat kesepakatan, yakni sebagai berikut:
1. Mempertahankan tradisi kebebasan akademik;
2. Upaya untuk menggabungkan program pengajaran dan aktivitas riset;
3. Upaya untuk memenuhi hak-hak mahasiswa secara maksimal;
4. Melakukan pertukaran dosen dan mahasiswa (Toni Atyanto Dharka;
2011, 20.
Untuk di Negara-negara ASEAN pada tahun 1997, Sekretariat Asean
membentuk ASEAN University Network-Board of Trustees (AUN-BOT) di
Yogyakarta. Ada tiga subkomite organisasi, salah satunya adalah AUN for
Quality Assurance (AUN-QA) (Toni Atyanto Dharka: 2011, 7). Tindak
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
Page 246 InoVasi Volume 8 ; Nopember 2013
lanjutnya adalah terbentuknya apa yang disebut dengan Bangkok Accord
menghasilkan 7 kesepakatan dasar, yakni:
1. Setiap universitas menunjuk Ketua Pelaksana Janiman Mutu (Chief
Quality Officer/CQO untuk mengkoordinasikan implementasi dalam
meraih tujuan tersebut. CQO dari universitas anggota harus mengadakan
pertemuan secara teratur pada workshop yang diprogramkan.
2. Kriteria kualitas dan prosedur rujukan yang dihasilkan dari workshop
pertama (antara lain tentang pengajaran dan pembelajaran, riset,
pengabdian pada masyarakat, media pembelajaran, fasilitas
pembelajaran, rasio mahasiswa-dosen, dan lainnya) diterima semua
universitas anggota.
3. Setiap universitas akan mengidentifikasi dan mendorong implementasi
good practices penjaminan mutu pendidikan tinggi.
4. Setiap universitas akan melanjutkan kolaborasi dan pertukaran informasi
yang saling menguntungkan melalui chanel/komunikasi regular dan
berbagai informasi.
5. Setiap universitas secara individual dapat mengundang dan menfasilitasi
audit, penilaian, dan review oleh sesama universitas anggota maupun
oleh lembaga-lembaga audit internal.
6. Setiap universitas harus bertanggungjawab untuk mengimplementasikan
Bangkok Accord oleh universitas anggota. Berbagai perbedaan atau
perselisihan yang muncul dari implementasi Bangkok Accord akan
diselesaikan dengan konsultasi diantara anggota.
7. Setiap universitas harus mencari kesepakatan lebih lanjut dan mendalam
mengenai penjaminan mutu pendidikan tinggi dengan mitra dialog
ASEAN.
Hingga saat ini telah dilakukan beberapa kali workshop dari AUNQANet
seperti di Universitas Malaysia April 2001, kedua di Oktober 2001 di
Universitas Chulalongkorn, Universitas Burapha, dan Kementerian Urusan
Universitas Thailand. Workshop ketiga pada Maret 2002 di Myanmar,
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 247
dengan tema Pelaksanaan Penjamian Mutu: Pengajaran Terbaik,
Pembelajaran Terbaik. Workshop ke empat Oktober 2002 di UGM dan UI
Jakarta.
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
Page 248 InoVasi Volume 8 ; Nopember 2013
A. Pelayanan Prima dan Manajemen Mutu (SPMI)
Secara sederhana, pelayanan prima (service excellence) adalah suatu
pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.
Dengan kata lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang
memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang memenuhi standar kualitas
adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan
pelanggan/masyarakat. Tentunya semua ini adalah suatu standar yang sudah
berlaku umum dan sudah disetujui antara pengguna, penyedia, dan
pemerintah dalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak orang.
Pelayanan prima ini juga berkembang sesuai dengan tuntutan zaman yang
bersifat dinamis dengan arti kata tidak statis. Pelayanan yang prima semasa
kerajaan akan berbeda dengan yang dimaksud dengan pelayanan prima yang
dituntut dalam zaman yang serba modern sekarang ini. Begitu juga dalam
dunia pendidikan tinggi, mahasiswa zaman sekarang yang serba digital ini
akan menuntut pelayanan yang serba cepat dan akurat. Hal ini tentu akan
menuntut para penyelenggara agar selalu meng-up date diri agar sesuai
dengan perkembangan zaman dan tuntutan para pengguna jasa pendidikan.
Kalau dulu orang kuliah dengan alat yang serba terbatas , tapi sekarang
lembaga perguruan tinggi dan dosen harus bisa beradaptasi dengan teknologi
agar dapat mengikuti perkembangan zaman.
Menurut Kemendikbud system penjamian mutu pendidikan tinggi (SPM-PT)
dari pasal 52 ayat (2) UU.12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi.
Penjamian mutu sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
Penetapan standar pendidikan tinggi;
Pelaksanaan standar pendidikan tinggi;
Evaluasi standar pendidikan tinggi;
Pengendalian standar pendidikan tinggi; dan
Peningkatan standar pendidikan tinggi (Kemendikbud; 2013)
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 249
Tentunya ini sangat berkaitan dengan persaingan dalam dunia bisnis dan jasa
yang harus terintegrasi dalam satu system. Bagi sebuah perguruan tinggi
baik swasta maupun negeri ini akan menjadi daya tarik apabila dapat
memanfaatkan perkembangan teknologi dan mengimplentasikannya dalam
kegiatan belajar dan mengajar di kampus. Hal ini adalah salah satu bentuk
untuk meningkatkan mutu layanan kepada para pengguna jasa pendidikan
dalam hal ini adalah mahasiswa dan pihak terkait lainnya. Hal ini tidak
terlepas dari kesiapan semua infrastruktur yang dimiliki oleh sebuah
perguruan tinggi agar maksud tersebut tercapai.
Dalam pelayanan prima terdapat dua elemen yang saling berkaitan, yaitu
pelayanan dan kualitas. Kedua elemen tersebut sangat penting untuk
diperhatikan oleh tenaga pelayanan (penjual, pedagang, pelayan, atau
salesman). Konsep pelayanan prima dapat diterapkan pada berbagai
organisasi, instansi pemerintah, ataupun perusahaan bisnis. Ke dua konsep
akan saling mendukung dalam terciptanya pelayanan prima tersebut.
Seorang pelayan yang akan dipergunakan tenaganya tentu harus dibekali
dengan berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan jasa pelayanan. Hal ini
sangat penting, karena sebagus apapun konsep pelayanan prima yang kita
buat kalau tidak didukung oleh personil yang handal akan sia-sia belaka.
Oleh sebab itu sebuah usaha atau perguruan tinggi harus menyiapkan
personil yang yang benar-benar sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan.
Konsep yang kedua tentunya adalah kualitas, yaitu kualitas layanan yang
diberikan atau yang kita jual kepada pelanggan. Kualitas layanan ini juga
mempunyai tingkatan seperti di hotel, ada hotel bintang lima (5) dan
sebagainya. Begitu juga di tingkat perguruan tinggi ditandai dengan hasil
akreditasi program studi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(BAN-PT) yang mengeluarkan peringkat seperti A, B, C, dan tidak
terakreditasi. Bagi perguruan tinggi yang sudah terakreditasi masyarakat
umum akan melihat hasil peringkatnya, hal ini akan berkaitan dengan jasa
atau kualitas layanan yang akan didapatnya.
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
Page 250 InoVasi Volume 8 ; Nopember 2013
Perlu diketahui bahwa kemajuan yang dicapai oleh suatu
organisasi/perusahaan tercermin dari standar pelayanan yang diberikan
kepada pelanggannya. Organisasi/perusahaan yang belum maju pada
umumnya kualitas pelayanan yang diberikan di bawah standar minimal.
Pada Organisasi/perusahaan yang sudah berkembang kualitas pelayanan
telah memenuhi standar minimal. Sedangkan di Organisasi/perusahaan maju
kualitas pelayanan terhadap pelanggannya di atas standar minimal. Jadi bagi
sebuah perguruan tinggi yang akan memberikan layanan prima kepada para
mahasiswanya harus melebihi standar pelayanan yang sudah ada agar dapat
berkompetisi secara sehat. Semua ini harus ditopang oleh organisasi yang
sehat dalam artian mencukupi segala aspek dalam pelayanan prima.
Mutu menurut Goestsch dan Davis (1994: 4) mutu (quality) merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kalau kita
perhatikan dan simak dengan seksama tentang defenisi yang diberikan oleh
ke dua ahli di atas, dapatlah kita simpulkan tentang mutu itu sendiri yaitu
sesuatu yang diinginkan seseorang, kelompok atau perusahaan agar dapat
memenuhi harapan yang diharapkan. Seperti halnya dalam pelayanan di
perguruan tinggi yang merupakan pelayanan jasa pendidikan yang dijual
kepada masyarakat. Agar kenyataan dan harapan dari pencari pelayanan
pendidikan ini sesuai dengan harapannya tentu sebuah institusi atau
perguruan tinggi harus memenuhi persyaratan untuk memenuhi target dari
para pencari layanan jasa pendidikan.
Dalam memenuhi mutu tersebut tentunya tidak bisa berdiri sendiri, tetapi
merupakan suatu system yang saling berkait antara perencana dengan
pelaksana serta sarana dan prasarana yang memadai untuk mencapai tujuan
tersebut. Pihak lembaga harus menyiapkan segala sesuatunya yang
berhubungan sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar dalam
pelayanan mutu. Petugas di lapangan juga harus dilatih dengan baik agar
mereka dalam memberikan layanan kepada konsumen dengan baik dan
sesuai dengan janji yang diberikan. Agar semua itu tercapai dan sukses tentu
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 251
para petugas tersebut harus yang mempunyai kompetensi dalam bidang
tersebut dan mempunyai latar belakang pendidikan yang berkaitan dengan
pelayanan prima.
Dalam mencapai manajemen mutu terpadu perlu diperhatikan aspek-aspek
berikut:
1. Perhatian pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal;
2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap mutu;
3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah;
4. Memiliki komitmen jangka panjang;
5. Membutuhkan kerjasama tim;
6. Memperbaiki proses secara berkesinambungan;
7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan;
8. Memiliki kesatuan tujuan;
9. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (H.B. Siswanto, 2005,
197).
Tentu semua ini berjalan beriringan satu sama lain, tidak boleh ada yang
saling mendahului dalam mencapai target pelayanan prima ini. Semua harus
berjalan sesuai dengan relnya masing-masing dan sesuai dengan proporsinya
dalam bidang yang telah ditentukan. Seperti sebuah mobil truk setiap roda
yang ada di sasis mobil saling mendukung dan tidak ada yang saling
mendahului sehingga truk tersebut bisa berjalan dengan baik dan sampai ke
tujuan karena semua fungsi yang ada di mobil tersebut berjalan dengan baik.
Begitu juga dalam sebuah perguruan tinggi semua itu harus saling
mendukung dan berjalan sesuai dengan porsinya masing-masing tentu akan
menghasilkan hasil yang maksimal. Pelayan prima berjalan sesuai harapan
dari para mahasiswa atau orangtua mahasiswa dan semua elemen
masyarakat tentunya perguruan tinggi tersebut akan mendapat kepercayaan
dari masyarakat dalam menimba ilmu.
Untuk mencapai semua itu tentu butuh perjuangan dan saling pengertian
diantara pemangku kepentingan, tidak saling menonjolkan kepentingan
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
Page 252 InoVasi Volume 8 ; Nopember 2013
masing-masing, tidak saling menjelekkan satu sama lain. Semua itu tentu
juga dapat menambah nilai tambah sebuah perguruan tinggi di mata
masyarakat pendidikan dan pemerintah. Guna mencapai kepercayaan
tersebut lembaga pendidikan tinggi bisa juga mengikuti standar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi (BAN-PT) yang berlaku untuk perguruan tinggi negeri dan perguruan
tinggi swasta di Indonesia saat ini. Juga boleh dikombinasikan dengan
lembaga sejenis seperti ISO atau lembaga-lembaga internasional yang sudah
terjamin mutunya.
SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI (SPM-PT)
Mutu pendidikan tinggi adalah tingkat kesesuain antara
penyelenggaraan pendidikan dengan standar pendidikan tinggi yang
terdiri atas standar nasional pendidikan tinggi dan standar pendidikan
tinggi.
System penjaminan mutu pendidikan tinggi, selanjutnya disingkat
SPMI-PT, merupakan kegiatan sistemik untuk meningkatkan mutu
pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 253
System penjaminan mutu internal, selanjutnya disingkat SPMI,
adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh
setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan
penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan
berkelanjutan.
System penjaminan mutu eksternal, selanjutnya disingkat SPME,
adalah kegiatan penilaian melalui akreditasi untuk menentukan
kelayakan program studi oleh lembaga akreditasi mandiri dan
perguruan tinggi oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi,
atas dasar kriteria yang mengacu pada standar nasional pendidikan
tinggi (Garis Besar system penjamian mutu internal (SPMI)
perguruan tinggi-Dikti; 2013)
Semua yang telah dirancang dengan bagus dan baik bisa berjalan apabila
sumber daya manusia yang ada di lembaga tersebut memenuhi kualifikasi
untuk tujuan tersebut. Secanggih apapun rencana tersebut tapi tidak
didukung oleh sumber daya manusianya tentu tidak akan berjalan sesuai
dengan harapan. Dalam hal ini sangat berperan adalah top manager-nya
dalam menyeleksi sumber daya manusia yang diperlukan. Penyeleksian
harus sesuai standar yang telah ditetapkan agar menghasilkan target yang
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
Page 254 InoVasi Volume 8 ; Nopember 2013
memuaskan. Seperti lembaga pemerintah yang baik dalam perekrutan
sumber daya manusianya adalah lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), kita sebagai warga Negara Indonesia tentu sangat bangga dengan
kualitas lembaga ini dan sangat mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Menurut saya kunci utamanya lembaga tersebut mendapat pengakuan dari
masyarakat Indonesia karena system perekrutan sumber daya manusianya
mempunyai standar yang tidak boleh dikurangi oleh siapapun. Kalau kita
mau mencontoh untuk tingkat perguruan tinggi di Indonesia tentunya kita
akan teringat ke Universitas Indonesia, kita semua tahu bagaimana system
perekrutan untuk tenaga dosen dan mahasiswanya sangat ketat sekali dan
standarnya yang mendekati sempurna. Mungkin untuk tingkat internasional
semua orang akan sepakat mengatakan Harvard University adalah perguruan
tinggi yang terbaik di tingkat global. Tentunya bagi sebuah perguruan tinggi
di level nasional ingin memberikan layanan yang prima harus mengambil
patokan ke universitas yang yang ada di level nasioanal seperti UI, UGM,
ITB dan lain sebagainya.
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 255
Sebagai dasar utamanya dalam mencapai pelayanan yang prima di perguruan
tinggi itu tentunya para pemangku kebijakan di perguruan tinggi itu harus
mempunyai pemimpin yang visoner. Kalau hal ini terpenuhi akan membawa
angin segar bagi perguruan tinggi tersebut serta mempunyai team work yang
solid dan saling mendukung dalam pencapaian pelayanan prima di
perguruan tinggi mereka. Sebagai suatu Negara yang berbudaya timur
tentunya seorang pemimpin yang cocok bagi sebuah perguruan tinggi di
Indonesia adalah seorang pemimpin yang kebapakan karena Indonesia
adalah berpahan fathernalistic. Karena budaya di Indonesia itu akan patuh
apabila dia mempunyai seorang pemimpin yang kharisma dan bersifat
kebapakan yang mengayomi anak buahnya. Faktor psikologisnya adalah
seorang anak buah akan merasa tenang bekerja apabila dia merasa yakin
bahwa pemimpinya akan melindunginya sebagaimana harapannya dan
seperti seorang bapak melindungi anaknya. Inilah salah satu ciri khas bentuk
kepemimpinan yang sebenarnya diinginkan oleh masyarakat Indonesia, tidak
terlepas juga dalam lembaga pendidikan tinggi. Kalau seorang rektor atau
ketua atau direktur mempunyai karakter seperti di atas maka para karyawan
dan dosennya akan merasa nyaman bekerja dan akan menunjukkan
kinerjanya dengan baik.
Teknik Perumusan Standar, perumusan standar menggunakan kata kerja
yang dapat diukur dan hindari kata kerja yang tidak dapat diukur. Rumusan
standar harus memenuhi unsure:
1. Audience
2. Behavior
3. Competence
4. Degree (Kemedibud; 2013)
Perguruan tinggi adalah sebuah mesin pencetak manusia yang berkualitas
dan berdaya saing yang tinggi, tentunya harus dikelola dengan baik dan
harus mempunyai pemimpin yang visioner. Untuk meraih ini semua juga
harus diperhatikan hal yang tak kalah pentingnya adalah kesejahteraan para
pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan tinggi tersebut. Misalnya
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
Page 256 InoVasi Volume 8 ; Nopember 2013
gaji yang didapat oleh seorang rektor, ketua dan direktur tentu harus lebih
memadai agar mereka-mereka ini konsen untuk bekerja dan menghasilkan
pemikiran yang berkualitas bagi perguruan tinggi yang dipimpinnya. Begitu
juga bagi tenaga dosen dan tenaga administrasinya harus mendapatkan
imbalan yang lebih dari cukup agar mereka semua bisa lebih bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugasnya. Kalau hal ini diabaikan oleh para
pemilik atau pemerintah apa yang ingin dicapai tersebut dipastikan hanya
bagus di atas kertas saja. Bagaimana mungkin para pemangku kepentingan
tersebut akan bekerja kalau komponen hidup layak para pekerjanya tidak
memenuhi standar yang diharapkan. Kita ambil contoh untuk seorang dosen,
kalau seorang dosen penghasilannya di bawah komponen hidup layak, mana
mungkin dia akan bisa fokus dalam mengajar dan meningkatkan ilmunya
karena memikirkan hal yang sangat penting yaitu KHL-nya jauh di bawah
standar. Sebagai perbandingan dengan negara tentangga kita Malaysia,
tingkat hidup seorang dosen jauh di atas KHL-nya seorang dosen di
Indonesia, tentu akibatnya kita bisa lihat sekarang Malaysia tingkat
pendidikannya jauh di atas negara kita. Kalau kita bernostalgia, di tahun
1960-an negara tetangga kita itu mengimpor guru dan dosen dari Indonesia
untuk mengejar ketertinggalan mereka dari Indonesia. Kunci utamanya
menurut hipotesa saya adalah penghargaan pemerintah negara tetangga
tersebut terhadap guru sangat positif, baik dari segi materil maupun dari in
material. Bagaimana di Indonesia tentunya sangat berbanding terbalik apa
yang diterima oleh para pejuang tanpa tanda jasa tersebut. Mereka sering
diejek dengan sebutan guru Umar Bakri yang tidak punya apa-apa kecuali
sepeda kumbang dan tas hitam kulit buaya.
Miris memang apa yang dalami para pejuang pendidikan di Indonesia,
sangat tidak mungkin atau sangat tidak relevan kalau seandainya kita
menuntut agar para anak didik mereka melebih seperti yang ada di Malaysia,
karena para pejuang pendidikan itu seperti dibiarkan berjuang dalam
memenuhi KHL-nya sendiri. Memang sangat jauh jika kalau kita mencontoh
ke negeri Jepang yang sama-sama mulai dari nol dengan Indonesia di tahun
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 257
1945. Tapi ada hal yang sangat prinsipil yang ditunjukkan oleh pemimpin
tertingginya yaitu Teno Haika saat negaranya di bom atom oleh Amerika
Serikat, yang ditanyakan oleh pemimpinnya adalah guru yang tertinggal di
negaranya. Inilah buktinya nyata yang diberikan oleh seorang pemimpin
tertinggi kepada tenaga pendidiknya. Bagaimana dengan di Indonesia, kita
masih ingat di acara Kick Andy di salah satu stasiun televisi swasta seorang
kepala SDN di suatu daerah mempunyai kerja sampingan sebagai tukang
ojek, bahkan ada seorang guru dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya
dengan jalan memulung.
Tentunya kita semua yang terlibat dalam dunia pendidikan tidak hanya
berjuang demi kesejahteraan saja, tapi itulah mungkin suatu hal yang sering
terlupakan oleh pemerintah maupun bagi pengelola pendidikan. Sebuah
mutu dan layanan prima itu akan muncul apabila nasib para pemangku
kepentingan dalam dunia pendidikan atau khususnya di perguruan tinggi
terjamin dan memenuhi KHL-nya seorang dosen yang mungkin kita ambil
patokan seperti di negara tetangga, saya akan yakin pelayan prima di
perguruan tinggi akan tercapai. Mereka-mereka ini akan bekerja dengan
tenang tanpa memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuahn hidup
manusia. Seperti teori motivasi yang dikemukakan oleh Abraham H.
Maslow sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisilogis (sandang, pangan, dan papan)
2. Kebutuhan keamanan (security)
3. Kebutuhan akan teman (sosialisasi)
4. Kebutuhan akan keindahan
5. Aktualisasi diri.
Melihat teori motivasi di atas tentunya kita tidak bisa memungkiri
bagaimana seorang dosen atau tenaga kependidikan akan meningkatkan
kebutuhannya ke tingkat ke dua kalau kebutuhan dasar saja dia sulit untuk
mencapainya. Jadi semua itu ibarat kita naik tangga, tentunya harus dimulai
dari anak tangga yang terbawah dulu baru meningkat ke anak tangga
selanjutnya.
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
Page 258 InoVasi Volume 8 ; Nopember 2013
Sebuah perguruan tinggi ingin memberikan layanan prima kepada
konsumennya tentunya yang utama dulunya adalah layanan prima ke
internalnya. Karena kalau internalnya sudah mendapatkan layanan prima
tentunya imbasnya bagi perguruan tinggi itu adalah para karyawan dan
dosennya akan memberikan yang prima juga kepada konsumen dari
perguruan tinggi tersebut (mahasiswa dan pihak yang berkepentingan
lainnya). Disamping itu tentunya adanya sebuah unit yang khusus memantau
pelaksanaan mutu terpadu internal tersebut sebagai auditor internal. Auditor
internal ini sangat penting peranannya sebagi penjaga dan pengingat bagi
sebuah perguruan tinggi agar dalam memberikan layanan prima sesuai
dengan yang telah direncanakan serta membuatkan instrument yang harus
dijalankan oleh para pelaksana atau operator di lapangan. Kalau semua
instrument ini sudah dijalankan dengan baik sesuai standar dan dikontrol
dengan baik akan memberikan hasil yang sempurna. Imbasnya adalah
perguruan tinggi itu akan menjadi sebuah perguruan tinggi yang konsekuen
dengan janjinya kepada para konsumennya. Dengan begitu perguruan tinggi
itu akan dapat bersaing dengan kompetitornya dan tidak akan takut kalah,
karena semuanya sudah berjalan sesuai rel dan rencana yang ditetapkan.
Kalau kita lihat hasil IPM Indonesia di level Asia kita sangat jauh
dibandingkan dengan Malaysia yang dulunya mengimpor guru dari kita.
Apalagi kalau kita bandingkan di tingkat global sangat jauh sekali kita
tercecer di antara negara-negara di dunia. Begitu juga universitas yang ada di
Indonesia baik negeri maupun swasta sangat jauh rengkingnya baik di evel
Asia maupun di tingkat global. Memang apa yang dikemukakan oleh Dikti
beberapa yang lalu tentang jumlah Doktor (S3) yang ada di Indonesia sangat
jauh dari idealnya bagi kemajuan sebuah perguruan tinggi. Akibat dari data
ini Dikti mencanangkan akan mencetak Doktor (S3) kurang lebih 600
Doktor baru yang bertugas di Indonesia demi mengejar ketertinggalan
bangsa ini dari bangsa lain di ASEAN ataupun di Asia. Tapi menurut hemat
saya apa yang direncanakan Dikti itu bagus namun belum menyentuh secara
adil bagi Magister (S2) yang ada di perguruan tinggi swasta (PTS) karena
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 259
sebarannya tidak merata. Menurut hemat kami lebih banyak dinikmati oleh
perguruan tinggi negeri (PTN) terutama PTN yang berada di pulau Jawa.
Alangkah lebih bijaksananya Dikti memberikan beasiswa Doktor (S3)
berdasarkan kuota kepada setiap prodi yang sudah terakreditasi oleh BAN-
PT. semisalnya, bagi prodi yang peringkat Akreditasinya C diberikan jatah
dua (2) orang magister yang akan melanjutkan ke jenjang Doktor (S3),
selanjutnya yang berprediket B diberikan kuota empat (4) orang dosen yang
magister untuk melanjutkan ke jenjang Doktoral (S3), dan bagi yang
berprediket A diberikan kuota enam (6) dosen Magister untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang Doktoral (S3). Hal ini tentunya akan menjadi menarik
bagi semua prodi baik di PTS maupun di PTN untuk meningkatkan
peringkat akreditasinya. Kalau suatu saat nantinya akreditasi program studi
di seluruh PTS dan PTN di Indonesia sudah beprediket A saya yakin IPM
dan tingkat pendidikan tinggi Indonesia akan selevel dengan negara di
ASEAN bahkan di tingkat Asia atau lebih jauh lagi tingkat global. Tapi
sangat disayangkan hal ini mungkin baru berupa angan kami sebagai penulis
dan yang mencoba membuka mata hati pemerintah kalau mau mutu
perguruan tinggi di Indonesia mengglobal tentu yang tidak kalah penting
adalah mencetak sebanyak mungkin dosen-dosen yang berpendidikan
Doktor (S3) di semua PTS dan PTN.
Sejalan dengan hal di atas saya berkeyakinan mutu layanan di perguruan
tinggi di Indonesia baik PTS dan PTN akan berkualitas internasional. Semua
yang terlibat dalam pengelolaan perguruan tinggi mendapat kesempatan
untuk meningkatkan jenjang pendidikannya sampai Doktor (S3) dengan
skema yang kami usulkan tadi. Unit pengelolaan system penjaminan mutu
internal akan mencapai kesempurnaannya karena sumber daya manusia yang
mengelolanya berpendidikan Doktor (S3) semua yang hal ini memudahkan
bangsa ini untuk mencetak generasi muda yang daya saing global. Tentunya
tidak pungkiri kalau dosen-dosen yang mengajar di perguruan tinggi kita
saat ini mayoritas adalah berpendidikan Magister (S2), tentunya mereka ini
mempunyai keterbatasan dalam transformasi pengetahuan kepada
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
Page 260 InoVasi Volume 8 ; Nopember 2013
mahasiswanya. Jika seandainya yang mengajar di perguruan tinggi itu
semuanya adalah Doktor (S3) alangkah indahnya dan majunya dunia
pendidikan Indonesia. Hal ini juga akan mengurangi anak bangsa ini nafsu
anak bangsa ini pergi ke luar negeri hanya sekedar mengejar ilmu. Kalau hal
ini selalu terjadi tentunya akan mengurangi devisa negara kita, karena
ketidaktersediaannya pendidikan yang bermutu. Pangkal muasalnya adalah
para dosennya sebagian besar adalah berpendidikan Magister (S2),
sedangkan di luar negeri berbanding terbalik dengan keadaan yang ada di
dalam negeri.
Kembali ke pokok permasalahan tentang pelayanan prima di perguruan
tinggi di Indonesia, hal yang sangat penting adalah bagaimana kita sebagai
anak bangsa mengimplementasikan sebuah rencana menjadi sebuah
kenyataan. Rencana sudah tersusun dengan baik tetapi pendukungnya dan
sumber daya manusia yang ada jauh dari harapan idealnya. Tentu hal ini
sangat menjadi kendala dalam mencapai goal yang hendak dituju oleh
bangsa ini. Rencana sudah ada, unitnya juga sudah dibentuk, tetapi personil
yang ada tidak ideal dengan rencana yang ada. Menurut hemat kami
alangkah sempurnanya apabila semuanya yang terlibat dan yang menjadi
pendukungnya berpendidikan Doktor (S3) sehingga akan menghasilkan
sinergi yang kuat dan hasil yang maksimal. Saya berkeyakinan apabila
pemerintah melalui Dikti dapat merealisasikan untuk menciptakan Doktor
(S3) untuk seluruh dosen yang ada di Indonesia. Kami juga berharap jangan
ada diskriminasi antara dosen swasta dan dosen negeri, mereka semua
adalah anak bangsa yang ingin menjadikan pendidikan di Indonesia maju
dan bertaraf global. Memang bahasa klisenya pemerintah selalu mengatakan
tidak ada diskriminasi antara dosen swasta dengan negeri tapi kenyataannya
di lapangan sangat jauh berbeda. Semisalnya kenapa tunjangan sertifikasi
antara guru dengan dosen berbeda, kalau pemerintah menganggap sama
tentunya tidak ada dikatomi ini.
Instrument yang mendukung terlaksananya pelayanan prima di perguruan
tinggi antara lain adalah adanya unit system pelayan mutu internal dengan
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 261
segala perangkatnya akan berkualitas apabila dikelola oleh para pemangku
kepentingan yang berpendidikan Doktor (S3) bahkan oleh seorang Profesor.
Tapi ini semua hanya berlaku di PTN yang mapan seperti yang terdapat di
pula Jawa, bagaimana dengan daerah di luar Jawa tentu sangat jauh berbeda.
Penyusunan instruksi kerja dan perintah kerja dalam SPMI ini tentunya akan
lebih berkualitas apabila dilahirkan oleh orang yang berkualitas dengan
kualifikasi S3 (Doktor). Bagi perguruan tinggi swasta yang masih kecil dan
belum kuat tentu akan menjadi masalah, terutama SDM yang ada dan juga
mungkin sarana dan prasarana serta dana untuk mendukung hal tersebut.
Tahapan Membangun SPMIGaris Besar Proses Penyusunan SPMI
Siasat apa yang dapat dilakukan oleh sebuah perguruan tinggi yang ingin
memiliki SPMI yang bertaraf nasional, tentunya sangat bergantung dari
kemauan yayasan dan juga rektornya yang visioner. Seharusnya pemerintah
memberikan dorongan baik berupa moril maupun materil agar semuanya
berjalan sesuai harapan para mahasiswa yang ingin mendapatkan pelayanan
sempurna dalam menempuh pendidikan di jenjang (S1, S2, dan S3).
Tentunya dengan berjalannya SPMI yang baik dan terkontrol akan
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
Page 262 InoVasi Volume 8 ; Nopember 2013
memberikan dampak positif kepada dunia pendidikan di Indonesia, karena
selalu dikontrol oleh SPMI yang ada di setiap perguruan tinggi tersebut.
Pemerintah cukup hanya memberikan kemudahan dalam hal menciptakan
dosen-dosen yang sudah Magister (S2) untuk melanjutkan ke jenjang Doktor
(S3).
Kesimpulan
1. Dalam menciptakan layanan prima di perguruan tinggi harus mempunyai
pemimpin yang visioner.
2. SPMI adalah jalan atau syarat untuk menciptakan pelayanan prima.
3. Harus adanya SDM yang mempunyai kualitas minimal Doktor (S3)
sebagai pengelola unit tersebut.
4. Pemerintah melalui Dikti disarankan agar memberikan kesempatan
mendapatkan beasiswa Doktor (S3) berdasarkan peringkat akreditasi dari
sebuah prodi di perguruan tinggi.
5. Jangan ada diskriminasi antara dosen swasta dengan dosen negeri.
6. Biarkan SPMI yang di setiap perguruan tinggi yang ada di Indonesia
mengikuti budaya dari perguruan tinggi tersebut, hal ini akan
memperkaya khasanah dunia pendidikan Indonesia.
7. Bagi semua program studi yang ada di Indonesia harus mempunyai
SPMI di tingkat prodi yang mengacu ke SPMI di tingkat universitas.
8. Berikanlah KHL yang layak bagi seorang dosen agar si dosen bisa
meningkatkan jenjang pendidikannya dan dapat untuk membeli buku dan
melakukan riset yang bermutu secara global.
9. Bagi semua perguruan tinggi yang ada di Indonesia agar selalu
memperbaiki apa yang sudah dicapai dan selalu ditingkatkan agar dapat
menghasilkan anak didik yang berkualitas.
10. Bagi pihak pengelola atau yayasan agar selalu memberikan dukungan
kepada universitas, sekolah tinggi, atau akademi/politeknik.
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
STIE Putra PerdanaIndonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan AkuntansiSTIE Putra Perdana Indonesia
Nopember 13
InoVasi Volume 8; Nopember 2013 Page 263
DAFTAR PUSTAKA
Dharoko, Toni Atyanto, Konsep dan Strategi Inisiasi SISTEM PENJAMINAN
MUTU PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS GADJAH MADA,
Gadjah Mada University Press, Yogjakarta, 2011
Gunawan, Johanes, Kebijaksanaan Nasional Sistem Penjamian Mutu Pendidikan
Tinggi, Seminar sehari di UNIS Tangerang, 2014
Pramana Gentur Stuapa, J, AUDIT INTERNAL, Kiat Sukses untuk Auditor Mutu
Internal, Kontor Jaminan Mutu Universitas Gadjah Mada, Yogjakarta,
2011
Kementerian Pendidikan Nasonal Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, SISTEM
PENJAMINAN PENELITIAN PERGURUAN TINGGI, Jakarta
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada,
Kumpulan Materi Pelatihan Sistem Penjaminan Mutu Penelitian Perguruan
Tinggi (SPMP-PT) 12 – 13 Oktober 2011, LPPM UGM, 2011
Siswanto, H.B, Pengantar Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2009