Nn.craniles 12 Psg

8
A. Pendahuluan Saraf otak adalah saraf perifer yang berpangkal pada otak dan batang otak. Fu untuk sensorik, motorik, dan khusus. Yang dimaksud fungsi khusus itu ialah yang panca indera, seperti penghiduan,penglihatan, pendengaran, pengecapan dan keseimbangan. Dalam menentukan ada atau tidaknya disfungsi pada saraf, diperlukan pengetahu anatomi dan fisiologi susunan saraf.. Pada hakekatnya pemeriksaan neurologik ada pemeriksaan terhadap fungsi-fungsi susunan saraf. Susunan saraf berkaitan erat d topografi dan fungsi. Dengan diketahuinya suatu disfungsi susunan saraf maka diketahui juga kerusakan pada anatomiknya. Pada tubuh manusia terdapat 1 pasang saraf otak !1 "er#us $ranialis%. "er#u langsung berhubungan dengan otak tanpa melalui batang otak. Sebelas "er#us $rani lainnya berasal dari batang otak. "er#us && dan &&& berpangkal di 'esensephalon, &( , (, (& dan(&& berinduk di Pons. Sedangkan "er#us (&&& sampai "er#us )&& bera dari 'edula *blongata. 'emeriksa Saraf otak dapat membantu kita menentukan lokasi dan jenis penyakit. &nti saraf otak yang terdapat di batang otak letaknya saling berdekatan dengan strukt lain, sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu nti saja tapa meliba lainnya. 12 Nervus Cranialis Exit from and entry into the brain 1. "n. olfactorii !&% +ulbus olfactorius . ". opticus !&&% $hiasma opticum . ". oculomotorius !&&&% Pedunculus cerebri, Sulcus oculomotorius . ". trochlearis !&(% Dorsal to the ectum mesencephalicum /. ". trigeminus !(% 0ateral margin of the Pons - ". ophthalmicus !( 1% 2anglion trigeminale - ". ma3illaris !( % 2anglion trigeminale - ". mandibularis !( % 2anglion trigeminale 4. ". abducens !(&% +et5een Pons and Pyramis 6. ". facialis !(&&% $erebellopontile angle 7". intermediofacialis8 !(&&% 9. ". #estibulocochlearis !(&&&% $erebellopontile angle :. ". glossopharyngeus !&)% 'edulla oblongata, Sulcus posterolateralis !retro-oli#aris% 1;. ". #agus !)% 'edulla oblongata, Sulcus posterolateralis !retro-oli#aris% 11. ". accessorius !)&% 'edulla oblongata 1. ". hypoglossus !)&&% 'edulla oblongata, Sulcus anterolateralis

description

n cranialis

Transcript of Nn.craniles 12 Psg

A

A. Pendahuluan

Saraf otak adalah saraf perifer yang berpangkal pada otak dan batang otak. Fungsinya untuk sensorik, motorik, dan khusus. Yang dimaksud fungsi khusus itu ialah yang bersifat panca indera, seperti penghiduan, penglihatan, pendengaran, pengecapan dan keseimbangan.

Dalam menentukan ada atau tidaknya disfungsi pada saraf, diperlukan pengetahuan anatomi dan fisiologi susunan saraf.. Pada hakekatnya pemeriksaan neurologik adalah pemeriksaan terhadap fungsi-fungsi susunan saraf. Susunan saraf berkaitan erat dengan topografi dan fungsi. Dengan diketahuinya suatu disfungsi susunan saraf maka dapat diketahui juga kerusakan pada anatomiknya.

Pada tubuh manusia terdapat 12 pasang saraf otak (12 Nervus Cranialis). Nervus I langsung berhubungan dengan otak tanpa melalui batang otak. Sebelas Nervus Cranialis lainnya berasal dari batang otak. Nervus II dan III berpangkal di Mesensephalon,Nervus IV , V, VI danVII berinduk di Pons. Sedangkan Nervus VIII sampai Nervus XII berasal dari Medula Oblongata.

Memeriksa Saraf otak dapat membantu kita menentukan lokasi dan jenis penyakit. Inti saraf otak yang terdapat di batang otak letaknya saling berdekatan dengan struktur yang lain, sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu nti saja tapa melibatkan bangunan lainnya.

12 Nervus Cranialis

Exit from and entry into the brain1.Nn. olfactorii (I)

Bulbus olfactorius

2.N. opticus (II)

Chiasma opticum

3.N. oculomotorius (III)

Pedunculus cerebri, Sulcus oculomotorius

4.N. trochlearis (IV)

Dorsal to the Tectum mesencephalicum

5.N. trigeminus (V)

Lateral margin of the Pons

- N. ophthalmicus (V/1)

Ganglion trigeminale

- N. maxillaris (V/2)

Ganglion trigeminale

- N. mandibularis (V/3)

Ganglion trigeminale

6.N. abducens (VI)

Between Pons and Pyramis

7.N. facialis (VII)

Cerebellopontile angle

[N. intermediofacialis] (VII)

8.N. vestibulocochlearis (VIII)

Cerebellopontile angle

9.N. glossopharyngeus (IX)

Medulla oblongata, Sulcus posterolateralis

(retro-olivaris)

10.N. vagus (X)

Medulla oblongata, Sulcus posterolateralis

(retro-olivaris)

11.N. accessorius (XI)

Medulla oblongata

12.N. hypoglossus (XII)

Medulla oblongata, Sulcus anterolateralis

1. Nervus I Olfactorius

Penyakit yang hanya melibatkan N. Olfactorius saja jarang dijumpai. Biasanya kerusakan saraf ini disebabkan oleh kelainan disekitarnya. Bulbus Olfactorius dan Tractus Olfactorius dapat terganggu karena adanya tumor, meningioma atau glioma. Nervus ini juga dapat rusak akibat adanya infeksi seperti meningitis basal. Trauma kapitis juga dapat menyebabkan terputusnya serabut Olfactorius. Pada sindrom Parkinson, Alzheimer dan Khorea Huntington juga dapat menyebabkan disfungsi Olfactorius.

Lesi pada N. Olfaktorius mengakibatkan hilangnya daya penghiduan. Keadaan ini disebut sebagai Anosmia. Bila daya penghiduan kurang tajam maka disebut hiposmia. Daya penghiduan yang terlambat disebut hiperosmia, dan bila tercium bau yang tidak sesuai dinamakan parosmia.

Tindakan yang dilakukan bila terdapat Lesi N. Olfactorius adalah memberikan rangsangan dengan modalitas berupa bau-bauan yang cukup tajam seperti amonia, kamfer dan alkohol.

2. Nervus II OpticusPemeriksaan Oftalmoskopik merupakan pemeriksaan rutin dalam Neurologi. Banyak kelainan atau penyakit yang menunjukkan adanya kelainan pada pemeriksaan Oftalmoskopik.

Gangguan pada Nervus Opticus, baik yang bersifat radang, demilienisasi maupun degenerasi semuanya dinamakan Neuritis Optika. Secara sistematik etiologi neuritis optika dapat dibagi menjadi :

1. Proses radang

a. Intra Okular : retinitis, koroiditis, oftalmia simpatetik, tuberkulosa, sifilis dan toksoplasmosis.

b. Sinusitis

c. Radang di dalam ruang Orbitad. Meningitis akut dan kronik, baik yang bakterial maupun yang viral2. Penyakit Demilienisasi

a. Neuritis optika pasca infeksi virus

b. Neuritis optika karsinomatosa

c. Neuromielitis optika (Penyakit Devic)

d. Penyakit sklerosis multipleks

e. Penyakit Schilder

3. Penyakit Metabolik

a. Diabetes Mellitus

b. Defisiensi vitamin : beri-beri, pelagra, anemia pernisiosa, penyakit gastrointestinal karena parasit.

4. Racun Eksogen

Racun timah, tembakau, obat

5. Gangguan Vaskular

6. Infiltrasi atau metastasis tumor ganas

Keluhan utama disfungsi N. II ialah gangguan penglihatan. Keluhan itu dapat dibagi menjadi :

a. Mata menjadi kabur

b. Penglihatan menjadi gelap

c. Buta

3. Nervus III Occulomotorius

Nervus Occulomotorius ata Nervus III merupakan saraf oatak somato dan viscero motorik. Saraf ini menangani gerakan dari kedua bola mata.

Lesi pada N. III dapat dibagi menjadi lesi total dan parsial.

Gangguan total pada N. Occulomotorius ditandai oleh :

1. M. Levator palpebrae lumpuh, mengakibatkan terjadinya Ptosis atau menurunnya kelopak mata atas

2. Paralisis m. Rectus Superior, m. Rectus Internus, m. Rectus Inferior dan m. Oblikus Inferior.

3. Kelumpuhan saraf parasimpatik, mengakibatkan pupil melebar (midriasis) yang tidak bereaksi terhadap cahaya dan konvergensi.

Dua otot mata lainnya tidak ikut lumpuh, yaitu m. Rectus Lateralis (disarafi oleh N. IV) dan Oblikus Superior (N. VI). Hal ini mengakibatkan sikap bola mata menjadi terlirik keluar dan ke bawah.

Lesi parsial pada N. III bisa disebabkan oleh gangguan aliran darah, misalnya Neuropatik Diabetik. Bagian N. III yang terkena ialah yang letaknya di tengah sehingga reaksi pupil tidak terganggu.

Beberapa penyebab gangguan gangguan N. Occulomotorius

a. Gangguan Vaskuler

Diabetes Mellitus

Infark Arteritisb. Adanya tekanan akibat :

Herniasi

Aneurisma Tumor Trauma4. Nervus IV Trochlearis

Adalah satu-satunya saraf otak yang meninggalkan batang otak dari permukaan dorsalnya. Dan merupakan saraf otak yang terkecil. Kelumpuhan N. IV tersendiri jarang dijumpai. Penyebab kelumpuhan N. IV yang paling sering adalah akibat trauma. Dapat juga dijumpai pada pada orang yang menderita Diabetes Mellitus, namun tidak sesering lesi N. III. Nervus IV dapat mengalami lesi di dalam Orbita, di puncak Orbita atau di Sinus Kavernosus. Lesi N. IV mengakibatkan kelumpuhan m. Oblikus Superiror Ipsilateral, sedangkan lesi nuklearis disusul dengan kelumpuhan otot oblikus superior kontralateral. Kelumpuhan N. IV menyebabkan terjadinya diplopia (melihat ganda / melihat kembar) bila mata dilirikkan ke arah bawah. Penderitanya juga mengalami kesulitan bila naik atau turun tangga dan membaca buku karena harus melirik ke bawah.

5. Nervus V Trigeminus

N. V adalah saraf otak motorik dan sensorik. Terbagi menjadi tiga cabang.

Cabang pertama menghantarkan impuls eksteroseptif dari kulit dahi, pelipis, kepala sampai verteks, kelopak mata atas, hidung bagian anterior, bola mata dan kornea.

Cabang kedua menghantarkan impuls eksteroseptif dari kulit hidung bagian posterior, kulit kelopak mata bawah dan bibir atas.

Cabang ketiga terdiri dari serabut motorik dan sensorik. Otot yang dipersarafi cabang ini m. Maseter, temporalis, pterigoideus eksterna dan interna, milohiodeus, venter anterior, m. digastricus, m.tensor velum palatini dan tensor timpani.

Karena mempunyai fungsi motorik dan sensorik maka pemeriksaan fungsi N. V dibagi dalam :

1. Pemeriksaan fungsi motorik

2. Pemeriksaan fungsi sensorik

3. Pemeriksaan refleks trigeminal

Keluhan yang dapat terjadi sebagai akibat gangguan N. V ialah hipestesi atau anestesi di wajah, parestesi, rasa nyeri yang kadang-kadang dapat hebat dan datang dalam bentuk serangan, gangguan mengunyah, dan mulut tidak dapat dibuka lebar (trismus). Trismus disebabkan oleh spasme otot mengunyah.

Beberapa penyebab gangguan gangguan N. V :

Neuralgia Trigeminus Idiopatis

Trauma kapitis

Infeksi oleh Herpes Zoster

Penyakit Sjogren

6. Nervus VI Abducens

N. VI berasal dari intinya di Substansia Grisea yang menjadi lantai ventrikel keempat. Mensarafi m. Rectus lateralis yang bertugas melakukan abduksi bola mata. Lesi N. VI akan melumpuhkan otot rektus lateralis, sehingga mata akan terganggu saat melirik ke arah luar (lateral, temporal) dan akan terjadi diplopia. Bila penderita melihat lurus ke depan posisi mata akan terlihat sedikit mengalami adduksi. Ini karena aksi dari otot rectusnmedialis yang tidak terganggu.

Penyebab gangguan N. VI adalah :

a. Vaskuler, misalnya pada :

Infark

Arteritis

Anerurisma (A. Basilaris)

b.Trauma

Fraktur Os. Petrosum

c. Tekanan intrakanial tinggi

d. Mastoiditis

e. Meningitis

f. Sarkoidosis

g. Glioma di Pons

Nervus III, IV dan VI sama-sama mengurus gerakan kedua bola mata. Karena itu, maka ketiga saraf otak itu dinamakan Nervi Occulares yang di dalam klinis diperiksa secara bersama-sama.

Pemeriksaan terhadapfungsi nervi occlares mencakup :

1. Observasi terhadap kelopak mata

2. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil

3. Pemeriksaan bola mata

7. Nervus VII Facialis

Merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-otot ekspresi wajah. Di samping itu saraf ini membawa serabut parasimpatis ke kelenjar ludah dan air mata serta ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung, dan juga menghantar berbagai jenis sensasitermasuk sensasi eksteroseptif dari daerah gendang telinga.

Karena terjadi prose yang dikenal awam sebagai masuk angin atau dalam bahasa inggris cold, N. Facialis bisa menjadi sembab. Karena itu Nervus ini terjepit di dalam foramen Stilomastoideum dan menimbulkan kelumpuhan Facialis LMN. Kelumpuhan tersebut dinamakan Bells Palsy. Istilah Bells Palsy biasanya digunakan untuk kelumpuhan N. VII bagian perifer yang timbul secara akut yang penyebabnya belum diketahui, tanpa kelainan Neurologik lain. Pada sebagian besar penderita Bells Palsy akan sembuh dengan sendirinya, namun pada beberapa orang kelumpuhan sembuh dengan meninggalkan gejala sisa. Gejala sisa ini dapat berupa kontraktur, sinkenesia atau spasme spontan.

8. Nervus VIII Vestibulococlhearis

Terdiri dari 2 berkas saraf yang menyalurkan 2 macam impuls. Yang pertama N. Coclhearis yang menghantarkan impuls pendengaran dan N. Vestibularis yanng menghantarkan impuls keseimbangan.

Sehingga pemeriksaan pada N. VIII meliputi pemeriksaan pendengaran dan pemeriksaan keseimbangan.

Pemeriksaan daya pendengaran dapat dilakukan dengan menggunakan suara, arloji, garpu tala, atau audiometer.

Fungsi Vestibular ditelitti kalau terdapat keluhan pusing, baik yang bersifat vertigo maupun sakit kepala yang kurang jelas sifatnya. Pemeriksaan funsi Vestibular meliputi :

- Observasi sikap berdiri dan sikap badan waktu bergerak

- Observasi nistagmus spontan

- Observasi nistagmus yang dibangkitkan

Berbagai penyakit atau kelainan dapat mengganggu sistem vestibular :

a. Gangguan jenis perifer

Neuronitis Vestibular

Vertigo posisional benigno

Mabuk kendaraan

Trauma

Obat-obatan

Labirintis

Penyakit Meniere

Tumor di Fossa posterior

b.Gangguan jenis Sentral

Stroke atau ischemia batang otak

Migrain Basilair

Trauma

Perdarahan atau lesi di Cerebellum

Lesi lobus temporalis

Neoplasma

c.Lain-lain

Toksik

Infeksi

Hipotiroid

9. Nervus IX Glossopharingeus dan Nervus X Vagus

Nervus IX dan X diperiksa bersamaan karena kedua saraf ini berhubungan erat satu sama lain, sehingga gangguan fungsinya jarang tersendirikecuali pada bagian yang perifer sekali.

Nervus Glossopharingeus terdiri dari serabut-serabut motorik dan sensorik. Serabut-serabut efferen N. IX sebagian berfungsi sebagai somatosensorik dan sebagian viscerosensorik khusus yang menghantarkan impuls citarasa.

N. IX merupakan saraf motorik utama bagi farings yang memegang pera penting dalam mekanisme menelan. Nervus ini mensarafi otot Stilofaringeus yang merupakan levator farings. Di samping tugas motorik , N. IX menangani inervasi sensorik protopatik permukaan orofarings dan pengecapan 1/3 bagian belakang lidah.

Nervus Vagus juga mengandung serabut efferen somatomotorik dan sekretosensorik di satu bagian dan serabut afferen somatosensorik dan viscerosensorik di lain pihak.

Lesi pada N. IX dan N. X dapat menyebabkan gangguan berupa :

mengalami kesukaran dalam menelan (disfagia)

bicara pelo (disartria)

dijumpai tangis paksa atau tertawa paksa tanpa sebab.

Wajah kurang ekspresi

Gerak volunter wajah berkurang

Beberapa penyebab gangguan N. IX dan N. X :

Keadaan patologis di sekitar foramen jugulare

Aneurisma a. vertebralis

Idiopatis

Stroke bilateral (hemiparesa duplex)

Sklerosis lateral amiotrofik

10. Nervus XI Accecorius

Nervus Accecorius hanya terdiri atas serabut motorik saja. Saraf ini menginervasi otot Sternocleidomastoideus dan otot trapezius.

Pemeriksaan N. XI meliputi pemeriksaan dan penilaian fungsi otot Sternocleidomastoideus dan Trapezius.

Gangguan unilateral pada otot Sternocleidomastoideus dan otot trapezius mengakibatkan posisi leher/kepala menjadi asimetri. Disebut sebagai torticolis. Disamping paralisis didapatkan manifestasi hiperkinetik sering dijumpai. Kontraksi otot mengakibatkan kepala dan leher berputar. Kepala miring dengan wajah menoleh ke salah satu sisi dengan dagu sedikit terangkat.

Kelumpuhan bilateral pada otot sternocleidomastoideus dan trapezius dapat dijumpai pada motoneuron disease distrofia muskulorum progresiva dan miopatika tirotoksika. Dalam keadaan ini kedua otot yang diarafi oleh N. XI menjadi lemah dan tidak dapat menegakkan leher/kepala sehingga kepala menunduk ke depan.

Gangguan pada N. XI dapat terjadi karena lesi supranuklir (UMN), nuklir atau infranuklir.Banyak penyakit yang menyebabkan sindrom torticolis, misalnya faktor miogen, fusi vertebracervicalis congenital, spina bifida dan spondilitis cervicalis. Torticolis juga dapat disebsbkan oleh gangguan sistem ekstrapiramidal.

11. Nervus XII Hipoglossus

N. XII mengandung serabut somato motorik yang menginervasi otot ekstrinsik dan intrinsik lidah. Fungsi otot ekstrinsik lidah ialah menggerakkan lidah dan otot intrinsik lidah mengubah-bah bentuk lidah

Lesi N. XII dapat bersifat supranuklir, misalnya pada lesi di korteks atau kapsula interna yang dapat disebabkan oleh stroke. Jika terjadi kelumpuhan bilateral maka lidah tidak dapat digerakkan atau dijulurkan. Terjadi disartria (cedal, pelo) dan kesukaran menelan.

Selain itu terjadi juga kesukaran bernafas karena lidah dapat terjatuh ke belakang sehingga menghalangi jalan nafas.

Proses patologik yang sering menganggu bagian perifer nervus hipoglossus ialah infiltrasi karsinoma nasofarings, seringobulbi dan infeksi retrofaringeal.