Nasori Fsh

download Nasori Fsh

of 102

description

Hukum

Transcript of Nasori Fsh

  • PERJUDIAN DALAM PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP

    (Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

    Oleh :

    NASORI

    105045101494

    KONSENTRASI PIDANA ISLAM

    PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    J A K A R T A

    1431 H / 2010 M

  • DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

    D. Metode Penelitian

    E. Telaah Studi Terdahulu

    F. Sistematika Penulisan

    BAB II Perjudian Secara Umum

    A. Pengertian Perjudian

    B. Sejarah, Macam-Macam dan Dampak Negatif Perjudian

    BAB III Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif Tentang Perjudian

    A. Tindak Pidana Perjudian dalam Persfektif Hukum Islam dan

    Hukum Positif

    B. Dasar Hukum Tindak Pidana Perjudian dalam Hukum Islam dan

    Hukum Positif

    C. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian dalam

    Hukum Islam dan Hukum Positif

  • BAB IV Analisa Terhadap Putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

    dalam Perkara Tindak Pidana Perjudian

    A. Deskripsi Putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

    B. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam Perkara

    Perjudian

    C. Analisa Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam Perkara

    Tindak Pidana Perjudian Menurut Hukum Positif dan Hukum

    Islam

    BAB V Penutup

    A. Kesimpulan

    B. Saran-saran

  • PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI

    Skripsi berjudul PERJUDIAN DALAM PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP

    (Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan) telah diujikan dalam Sidang

    Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta pada 02 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

    gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Jinayah Siyasah.

    Jakarta, 15 September 2010

    Mengesahkan,

    Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

    Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

    NIP. 195505051982031012

    PANITIA UJIAN

    1. Ketua Majelis II : Dr. Asmawi, M.Ag () NIP. 197210101997031008

    2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag ()

    NIP. 197102151997032002

    3. Pembimbing : Dr. Asmawi, M.Ag () NIP. 197210101997031008

    4. Penguji I : Prof. Dr. HM. Abduh Malik ()

    5. Penguji II : H. Zubir Laini, SH ()

    iv

  • v

  • PERJUDIAN DALAM PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP

    (Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

    Pada Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Oleh:

    Nasori

    105045101494

    Di Bawah Bimbingan,

    Pembimbing,

    Dr. Asmawi, M.Ag

    NIP. 197210101997031008

    KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

    PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1431 H / 2010 M

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

    atau merupakan hasil jiplakan ari karya orang lain, maka saya bersedia

    menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 15 September 2010

    Nasori

  • KATA PENGANTAR 2{

    G+o 2lo

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan

    taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkat limpahan taufik dan hidayah-

    Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. sebagai pelengkap syarat guna mencapai

    gelar sarjana pada Fakultas Syari`ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita

    Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah kebenaran, serta kepada

    keluarganya, dan para Tabi`in dan kita semua sebagai umatnya yang selalu senantiasa

    mengharapkan syafaatnya.

    Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaiakan skripsi ini tidak sedikit

    hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan dan

    ketabahan hati serta kerja keras dan berdoa serta dorongan dan bantuan dari berbagai

    pihak secara langsung ataupun tidak langsung sehingga hal-hal yang demikian rumit

    dapat penulis atasi dengan sebik-baiknya. Untuk itu penulis sangat berterimakasih

    kepada :

    1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H. M.A M.M., Dekan Fakultas

    Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak Dr. Asmawi, M.Ag., dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag., sebagai ketua dan

    Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang selalu memberikan dorongan

    i

  • dan motifasi kepada penulis, dan selalu membantu serta meluangkan waktu

    untuk hal-hal yang berkaitan dengan perkuliahan.

    3. Bapak Dr. Asmawi, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Jinayah Siyasah

    sekaligus pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dengan penuh

    kesabaran dan motifasi yang tinggi, serta telah meluangkan waktu, tenaga,

    pikiran, dan perhatiannya selama membimbing penulis.

    4. Dan kepada seluruh dosen Fakutas Syariah dan Hukum Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarata, yang telah banyak memberikan ilmunya

    dengan ikhlas kepada penulis, dan seluruh anggota staf perpustakaan yang

    telah meminjamkan buku-buku guna menunjang kegiatan perkuliahan hingga

    selesai.

    5. Ayah H. Masum (Alm) dan Ibu Hj. Fatimah, kakak-kakaku tersayang (H.

    Romadlon, Saefudin Zuhri, Ruyat, Atikah, Julaikhah, Latifah, Hasanuddin)

    dan Adikku (Umi Saroh dan Mudrikah) serta seluruh keluarga tercinta yang

    telah memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materil yang tak

    terhingga dalam menyelasaikan skripsi ini.

    6. Kepala Madrasah beserta Dewan Guru Tarbiyatus Shibyan, dan santriwan/i.

    Yang selalu memberi doa dan dukungan hingga selesainnya skripsi ini.

    7. Teman-teman seperjuangan PI (Pidana Islam 2005) : Sayidi, Deni, Zeze,

    Yazid, Asharyanto, Usep, Nendi, Anwar, Lukman, Trezal, Raizak, Zaki, Pipit,

    Liala, Laili, Amin Indah, Wiwit, Rina, Ivada. Terima kasih atas kesetian di

    ii

  • iii

    dalam pencarian ilmu di jurusan Pidana Islam. Dan semua pihak yang tidak

    dapat disebutkan satu-persatu

    8. Kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak

    langsung kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini penulis

    ucapkan beribu-ribu terima kasih.

    Akhirnya kepada Allah SWT, jualah penulis serahkan, agar semua bantuan

    dari berbagai pihak tersebut diberikan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

    Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi

    para pembaca pada umumya. Terima Kasih.

    Jakarta, 15 September 2010

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    LEBAR PENGESAHAN

    LEMBAR PERNYATAAN

    KATA PENGANTAR ... i

    DAFTAR ISI iv

    BAB I PENDAHULUAN . 1

    A. Latar Belakang Masalah .. 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .. 4

    C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 5

    D. Metode Penelitian . 6

    E. Telaah Studi Terdahulu . 8

    F. Sistematika Penulisan .. 10

    BAB II PERJUDIAN SECARA UMUM 11

    A. Pengertian Perjudian 11

    B. Sejarah, Macam-Macam dan Dampak Negatif Perjudian ... 15

    BAB III TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF

    TENTANG PERJUDIAN....... 22

    A. Tindak Pidana Perjudian dalam Persfektif Hukum Islam dan

    Hukum Positif 22

    iv

  • B. Dasar Hukum Tindak Pidana Perjudian dalam Hukum Islam dan

    Hukum Positif 31

    C. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian dalam

    Hukum Islam dan Hukum Positif . 41

    BAB IV ANALISATERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN

    NEGERI JAKARTA SELATAN DALAM PERKARA TINDAK

    PIDANA PERJUDIAN ... 62

    A. Deskripsi Putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. 62

    B. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam Perkara

    Perjudian . 65

    C. Analisa Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam Perkara

    Tindak Pidana Perjudian Menurut Hukum Positif dan Hukum

    Islam ... 68

    BAB V PENUTUP ... 78

    A. Kesimpulan . 78

    B. Saran-saran . 81

    DAFTAR PUSTAKA . 82

    LAMPIRAN

    v

  • vi

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Sebagai makhluk sosial (zoon politicon), manusia dalam berinteraksi satu

    sama lain seringkali tidak dapat menghindari adanya bentrokan-bentrokan

    kepentingan di antara mereka, konflik yang terjadi dapat menimbulkan kerugian,

    karena biasanya disertai dengan pelanggaran hak dan kewajiban dari pihak satu ke

    pihak yang lain. Konflik-konflik seperti itu tidak mungkin dibiarkan begitu saja,

    tetapi memerlukan sarana hukum untuk menyelesaikannya. Dalam keadaan seperti

    itulah hukum sangat diperlukan untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi. Seperti

    ungkapan dimana ada masyarakat, maka di situ perlu hukum. Eksistensi hukum

    sangat diperlukan dalam mengatur kehidupan manusia, tanpa adanya hukum,

    kehidupan manusia akan liar. Siapa yang kuat dialah yang menang.1

    Dalam kehidupan ini, manusia diatur oleh sebuah norma-norma hukum.

    Adanya norma hukum tersebut agar terciptanya kehidupan yang aman, tenteram dan

    damai, salah satu aturan hukum yang dikenal adalah hukum pidana positif dan hukum

    pidana Islam. Di dalam dua aturan hukum tersebut, banyak aturan-aturan yang harus

    dilaksanakan dan aturan-aturan dilarang dikerjakan manusia sebagai objek hukum.

    Salah satu aturan hukum yang harus dijauhi adalah tindak pidana perjudian.

    1 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum, Upaya Mewujudkan Hukum yang Pasti dan

    Berkeadilan, (Yogyakarta: UII Press, 2006), h. 2

    1

  • 2

    Masalah perjudian sudah dikenal sejak lama sepanjang sejarah ditengah-

    tengah masyarakat. Sejak zaman dahulu, masalah perjudian merupakan suatu

    kenyataan atau gejala sosial, yang berbeda hanyalah pandangan hidup dan cara

    permainanya.2

    Kehidupan masyarakat yang mempunyai tata aturan kehidupan, dengan arti

    dan tujuan tertentu berusaha menanggulangi permasalahan ini. Usaha prefentif dan

    refresif oleh pemerintah pun telah dilakukan, namun dewasa ini, berbagai macam

    dan bentuk perjudian sudah demikian merebak dalam kehidupan masyarakat sehari-

    hari, baik yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Bahkan

    sebagian masyarakat sudah memandang perjudian sebagai sesuatu hal wajar,

    sehingga tidak perlu lagi dipermasalahkan. Sehingga yang terjadi di berbagai tempat

    sekarang ini banyak dibuka agen-agen judi togel dan judi-judi lainnya yang

    sebenarnya telah menyedot dana masyarakat dalam jumlah yang cukup besar.

    Sementara itu di sisi lain, memang ada kesan aparat penegak hukum kurang begitu

    serius dalam menangani masalah perjudian ini. Bahkan yang lebih memprihatinkan,

    beberapa tempat perjudian disinyalir mempunyai becking dari oknum aparat

    keamanan.3

    Karena bagaimanapun kenyataan di masyarakat, perjudian dapat

    menimbulkan akibat negatif yang membahayakan dan meresahkan masyarakat,

    2 A. Hadyana Pudjaatmaka, dkk, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi

    Pustaka, 1989) jilid ke-7, h. 474 3 Bambang Sutiyoso, Perjudian dalam Perspektif Hukum, artikel diakses pada hari selasa, 08

    Desember 2009 http://bambang.staff.uii.ac.id/2008/10/17/perjudian-dalam-perspektif-hukum

  • 3

    seperti: seringnya terjadi pencurian, perkelahian, rusaknya moral generasi muda

    (pemarah dan emosional) serta identik dengan penjualan minuman keras dan

    pelacuran.

    Pada hakekatnya, perjudian adalah perbuatan yang bertentangan dengan

    norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi

    penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Ditinjau dari

    kepentingan nasional, penyelenggaraan perjudian mempunyai dampak yang negatif

    dan merugikan terhadap moral dan mental masyarakat, terutama terhadap generasi

    muda. Perjudian merupakan salah satu penyakit masyarakat yang menunggal dengan

    kejahatan, yang dalam proses sejarah dari generasi kegenerasi ternyata tidak mudah

    diberantas. Oleh karena itu perlu diupayakan agar masyarakat menjauhi melakukan

    perjudian, perjudian terbatas pada lingkungan sekecil-kecilnya dan terhindarnya

    dampak-dampak negatif yang lebih parah untuk akhirnya dapat berhenti melakukan

    perjudian.

    Keadaan demikian ini merupakan dilema sosial yang harus dihadapi dan

    dihentikan. Pada hakikatnya perjudian adalah bertentangan dengan agama, kesusilaan

    dan moral pancasila, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan

    masyarakat, bangsa dan negara.4 Padahal menurut hukum, penjudi yang tertangkap

    dapat dihadapkan ke meja hijau berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 yang

    menegaskan bahwa semua bentuk perjudian dikatagorikan sebagai tindak

    4 H. Al Yasa Abubakar, Syariat Islam di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Paradigma,

    Kebijakan dan Kegiatan, ed. 3, (Banda Aceh, Dinas Syariat Islam Provinsi NAD, 2005), h. 265

  • 4

    kejahatan, dan ini dipertegas lagi oleh intruksi presiden No. 7 Tahun 1981 yang

    mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1981 bahwa segala bentuk perjudian dilarang

    di Indonesia

    Berangkat dari permasalahan diatas, penulis memandang perlu

    memperhatikan serta membahas lebih jauh mengenai permasalahan tersebut, serta

    dapat dijadikan sebagai skripsi dengan judul PERJUDIAN DALAM

    PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP (Kajian Terhadap

    Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    a. Pembatasan Masalah

    Salah satu aspek yang paling penting dalam kehidupan berbangsa dan

    bernegara adalah aspek hukum, dimana ujung pangkal dari hukum itu adalah

    penjatuhan hukuman atau pidana bagi setiap pelaku tindak pidana. Yang mana hal

    tersebut diatas tidak dapat dilepaskan dari pemenuhan rasa keadilan bagi setiap pihak

    yang dirugikan.

    Berdasarkan hal diatas, maka penulis membatasi penulisan skripsi pada hal-

    hal sebagai berikut:

    a. Sanksi bagi pelaku perjudian dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

    Positif

  • 5

    b. Analisa terhadap putusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam

    perkara tindak pidana perjudian dalam hukum Pidana Islam

    b. Perumusan Masalah

    Dengan mengacu pada pembatasan masalah diatas, untuk mendapatkan hasil

    yang baik, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

    a. Bagaimanakah Pandangan Hukum Pidana Islam terhadap perjudian ?

    b. Bagaimanakah pandangan Hukum Pidana Positif terhadap perjudian ?

    c. Bagaimanakah pandangan Hukum Pidana Islam terhadap putusan Pengadilan

    Negeri Jakarta Selatan No:1169/Pid/B/2009/PN.Jkt.Sel. tentang perjudian ?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Dari paparan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka dapat

    diketahui bahwa tujuan penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui dan menjelaskan pandangan Hukum Pidana Islam terhadap

    perjudian

    2. Untuk mengetahui dan menjelaskan pandangan Hukum Pidana Positif

    tentang perjudian

    3. Untuk mengetahui dan menjelaskan pandangan Hukum Islam terhadap

    putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No:1169/Pid/B/2009/PN.Jkt.Sel.

    tentang perjudian

  • 6

    2. Manfaat Penelitian

    Dari penelitian ini, diharapan mendapat manfaat bagi pembangunan

    pengetahuan ilmiah di bidang hukum, baik hukum pidana Islam pada khususnya

    maupun hukum pidana positif pada umumnya. Selain itu diharapkan skripsi ini dapat

    memberikan informasi tentang hukuman bagi pelaku tindak pidana perjudian menurut

    hukum pidana Islam dan hukum pidana positif kepada masyarakat luas, dan

    khususnya kepada umat Islam, begitu juga sebagai masukan kepada pihak-pihak yang

    berwenang dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan agar dapat dilakukan

    perbaikan yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam

    bidang hukum, khususnya hukum mengenai perjudian.

    D. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang data-

    datanya diungkapkan melalui kata-kata, norma atau aturan-aturan, dengan kata lain,

    penelitian ini memanfaatkan data kualitatif.5

    Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif doktriner, yaitu

    penelitian yang mengkaji asas-asas dan norma-norma hukum. Penulis mencoba

    menelaah dan menjelaskan aspek-aspek yang berkenaan dengan permasalahan ini6.

    5 Lexi J. Moelong, Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. ke-5, h.

    6 6 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: PT. Raja

    Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-8, h. 13

  • 7

    Penelitian ini digunakan karena untuk menegtahui dan menjelaskan asas-asas dan

    norma-norma hukum yang menjadi landasan hukum yang berkenaan dengan

    penelitian ini.

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan

    menjelaskan satu variabel.

    2. Sumber Data

    Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah sumber data

    sekunder, yang terdiri dari :

    a. Bahan primer yaitu : Perundang-undangan yakni dokumentasi putusan

    Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

    (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), dalil-

    dalil yang terdapat dalam Al-Quran dal Al-Hadits, serta ketentuan-ketentuan

    Fiqh yang mengatur masalah perjudian.

    b. Bahan hukum sekunder yaitu : buku-buku hukum yang ada kaitannya dengan

    materi yang ada kaitannya dengan materi yang menjadi pokok masalah yang

    akan dibahas.

    c. Bahan hukum tersier yaitu : bahan hukum yang memberikan penjelasan

    terhadap bahan hukum primer dan sekunder.

    3. Tehnik Pengumpulan Data

    Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumenter yaitu

    dengan cara memanfaatkan dokumen, buku-buku tertentu atau arsip yang ada di

  • 8

    lembaga pemerintahan setempat sebagai objek penelitian serta data-data yang

    diperoleh dari literature dan referensi yang berhubungan dan berkenaan dengan judul

    skripsi ini.

    4. Tehnik Analisa Data

    Dalam menganalisa data, digunakan tehnik analisis isi secara kualitatif,

    karena menggunakan data kualitatif. Dengan tehnik ini penulis berusaha untuk

    mengkualifikasikan bahan-bahan yang telah diperoleh dan disusun, kemudian

    melakukan interpretasi dan formulasi, yang mana, penulis menggambarjan objek

    pembahasan dengan apa adanya untuk kemudian dicermati secara mendalam.

    Adapun tehnik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman

    Penulisan Skripsi, cetakan ke-1 yang diterbitkan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

    E. Telaah Studi Terdahulu

    Sejumlah penelitian yang memaparkan tentang masalah yang dikaji dalam

    skripsi ini secara spesifik belum ada. Hanya penjelasan secara umum yang banyak

    ditemukan pada buku-buku. Adapun buku-buku yang menjelaskan secara rinci

    jumlahnya sangat sedikit. Berikut ini paparan secara umum atas sebagian buku-buku

    tersebut.

    Buku pertama merupakan buku yang paling lengkap sebagai referensi untuk

    masalah hukum pidana Islam. Buku tersebut adalah karya dari Ahmad Hanafi, yang

  • 9

    berjudul Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Dalam buku ini menjelaskan tentang

    macam-macam jarimah yang ada di dalam hukum Islam, baik itu jarimah

    hudud,qishash diyat, maupun tazir, akan tetapi untuk permasalahan Tindak Pidana

    Perjudian tidak ditemukan pembahasannya.

    Buku yang kedua adalah buku yang berjudul Hukum Pidana Islam karya

    Zaenuddin Ali. Di dalam buku ini masih menjelaskan masalah hukum dalam koridor

    hukum Islam, yang mana pembidangannya dari pidana Islam (jinayah) membahas

    tentang jarimah-jarimah hudud, qishash diyat, dan tazir. Untuk itu dipandang perlu

    mengangkat permasalahan mengenai Tindak Pidana Perjudian ynag dibahas

    dalam buku-buku ini khususnya dan umumnya secara koridor hukum pidana Islam.

    Buku lain yang membahas tentang perjudian adalah buku yang ditulis oleh

    P.A.F. Lamintang dengan judul Delik-Delik Khusus, Tindak Pidana-Tindak Pidana

    Melanggar Norma-Norma Kesusilaan dan Norma-Norma Kepatutan, buku karya

    Leden Marpaung dengan judul Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah

    Prevensinya,dan buku Adami Chazawi dengan judul Tindak Pidana Mengenai

    Kesopanan buku-buku ini membahas tentang tidak pidana kesopanan dan kesusilaan

    yang di dalamnya membahas tentang tindak pidana perjudian, walaupun dalam buku

    ini dirasa cukup dalam menjelaskan masalah perjudian, namun menurut hemat

    penulis tidak ada salahnya lebih mengeksplor lagi dengan mengkomparasikan dengan

    dua tipe hukum ( Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif)

  • 10

    F. Sistematika Penulisan

    Dalam upaya memudahkan penyusunan skripsi ini serta agar lebih terarah,

    maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

    Bab I Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

    Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode

    Penelitian,Telaah Studi Terdahulu, Sistematika Penulisan.

    Bab II Bagian ini akan menerangkan tentang Pengertian Perjudian, Sejarah,

    Macam-Macam Perjudian dan Dampak Negatif dari Perjudian

    BabIII Bagian ini akan menerangkan tentang Tinjauan Hukum Islam dan

    Hukum Positif Tentang Perjudian, Tindak Pidana Perjudian dalam

    Persfektif Hukum Islam dan Hukum Positif, Dasar Hukum Larangan

    Tindak Pidana Perjudian dalam Hukum Islam dan Hukum Positif,

    Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian dalam

    Hukum Islam dan Hukum Positif

    BAB IV Bagian ini akan menerangkan tentang Analisa terhadap Putusan

    Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam Perkara Tindak

    Pidana Perjudian, Deskripsi Kasus Perjudian, Putusan Hakim

    Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam Perkara Perjudian, Analisa

    Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Menurut Hukum Pidana

    Islam dan Hukum Pidana Positif

    BAB V Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran-saran

  • BAB II

    PERJUDIAN SECARA UMUM

    A. Pengertian Judi

    Kata al-maisir atau judi dalam bahasa mempunyai arti sebagai berikut :

    Al-maisir/judi dalam bahasa Arab mempunyai beberapa pengertian

    diantaranya adalah: lunak, tunduk, keharusan, mudah, gampang, kaya, membagi-bagi.

    Ada yang mengatakan kata al-maisir berasal dari kata yasara ( ) yang artinya

    keharusan. Makna ini mengingatkan kita kepada adanya keharusan bagi siapa yang

    kalah dalam bermain al-maisir/judi untuk menyerahkan sesuatu yang dipertaruhkan

    kepada pihak yang menang. Ada yang mengatakan kata al-maisir berasal dari kata

    yusrun ( ) yang artinya mudah, dengan analisa bahasa karena al-maisir/judi

    merupakan upaya dan cara untuk mendapatkan rizki dengan mudah, tanpa susah

    payah. Ada lagi yang mengatakan bahwa kata al-maisir berasal dari kata yasrun (

    ) yang artinya kaya, dengan analisa bahasa karena dengan permainan itu akan

    menyebabkan pemenangnya menjadi kaya. Adapula yang yang berpendapat bahwa

    kata al-maisir berasal dari kata yusrun ( ) yang artinya membagi-bagikan daging

    onta. Hal ini sesuai dengan sifat al-maisir/judi yang ada pada masa jahiliyah yang

    karenanya ayat Al-Quran itu diturunkan, di mana mereka membagi-bagi daging onta

    menjadi dua puluh delapan bagian. Dalam bahasa Arab al-maisir sering juga disebut

    11

  • 12

    Menurut bahasa Indonesia judi adalah permainan dengan menggunakan uang

    sebagai taruhan, seperti main dadu, kartu dan lain-lain.2

    Menurut pendapat Muhammad Ali as-Sayis adalah Al-maisir asalnya dari kata

    taisr yang berarti yang memudahkan, yaitu suatu cara pembagian yang didasarkan

    atas kesepakatan sebagaimana yang dilakukan pembagian dalam judi.3

    Perjudian adalah taruhan, suatu bentuk permainan untung-untungan dalam

    masalah harta benda yang dapat menimbulkan kerugian dan kerusakan pada semua

    pihak.4

    Adapun arti judi menurut istilah ada beberapa pendapat, diantaranya :

    Tafsir al-Shawiy juz I hal. 90 :

    $%o5 N e K 1KsKo}m

    Al-maisir adalah qimar, yaitu alat-alat permainan yang dipermainkan untuk mendapatkan imbalan uang

    Tafsir Rawiul Bayan juz I hal 279 3oo{mG%Koacs{a eo s l Ie #

    Setiap permainan yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain adalah termasuk maisir/judi yang diharamkan

    1 Ibrahim Hosen, Apa itu Judi ?, (Jakarta: Institut Ilmu Al-Quran, 1986), cet.1, h.25 2 Anton M. Moeliono, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988),

    cet. Ke 1, h. 367 3 Muhammad Ali as-Sayis, Tafsir Ayat Ahkam, (Misra: Ali Assabais, 1953), jilid ke-2, h. 207 4 M. Abdul Mujieb, dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta, PT. Pustaka Firdaus, 1994), cet. 1, h.

    142

    12

  • 13

    Tafsir Mahasinut Tawil juz III hal 552 X Iq

    /o{mG%Ns. l #kKM%$

    Mujahid berkata, setiap permainan yang didalamnya mengandung taruhan adalah termasuk maisir; termasuk permainan anak-anak kecil dengan kelereng

    Yusuf Qardlawy dalam kitabnya Al-Halal wal-Haram Fil-Islam:

    s{e s G%l "de%#s3o Ns. l #

    Setiap Permainan yang mengandung taruhan adalah haram. Qimar/judi adalah setiap permainan yang pemainnya bisa untug dan bisa rugi (untung-untungan)

    Sayyid Syarif Ali bin Muhammad Al-Jurjani dalam kitabnya At-Taarifat

    halaman 179

    "~m~m G%me

    eIKs Judi adalah permainan di mana seseorang mengambil dari kawannya sedikit demi sedikit dalam suatu permainan

    Al-maisir/judi adalah suatu permainan yang mengandung unsur taruhan yang

    dilakukan secara berhadap-hadapan/langsung antara dua orang atau lebih.5

    Hasby ash-Shidieqy mengartikan judi dengan : segala bentuk permainan

    yang ada wujud kalah menangnya ; pihak yang kalah memberikan sejumlah uang atau

    barang yang disepakati sebagai taruhan kepada pihak yang menang. Lebih lanjut

    5 Ibrahim Hosen, Apa itu Judi ?, (Jakarta: Institut Ilmu Al-Quran, 1986), cet.1, h. 29

    13

  • 14

    dikatakannya, segala permainan yang mengandung untung-untungan termasuk judi,

    dilarang syara.6

    Menurut Hamka judi yaitu segala permainan yang menghilangkan tempo dan

    melalaikan waktu dari membawa pertaruhan.7

    Menurut Rasyid Ridha, maisir sama dengan qimar, yaitu permainan yang

    mensyaratkan bahwa orang yang menang menerima seluruh taruhan yang ditentukan

    dalam permainan itu8

    Menurut KUHP Pasal 303 ayat (3) adalah: Permainan dimana pada umumnya

    kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, dan juga karena

    pemainannya terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang

    kepetusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara

    mereka yang turut berlomba atau bermain, begitu juga segala segala pertaruhan yang

    lainnya.9

    Dari rumusan Pasal 303 ayat (3) di atas sebenarnya ada dua pengertian

    perjudian, yakni sebagai berikut:10

    1. Suatu permainan yang kemungkinan mendapat untung bergantung pada

    peruntungan belaka. Pada macam perjudian ini, menang atau kalah dalam arti

    6 Abdul Aziz Dahlan,dkk, Ensiklopedi Islam 1 (Jakarta, PT. Ictiar Baru Van Hoeve, 1999), h.

    297 7 Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983), h. 39 8 M. Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia, Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, (Jakarta: PT. Al-

    Mawardi Prima, 2003) cet. 1, h. 306 9 R. Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)

    Ed. 5, h. 182 10 Adami Chazawi, Tndak Pidana Mengenai Kesopanan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo

    Persada, 2005), h. 166 - 167

    14

  • 15

    mendapat untung atau rugi hanyalah bergantung pada keberuntungan saja,

    atau secara kebetulan. Misalnya dalam permainan judi dalam menggunakan

    alat dadu.

    2. Permainan yang kemungkinan mendapat untung atau kemenangan sedikit atau

    banyak bergantung pada kemahiran atau keterlatihan si pembuat. Misalnya

    melempar bola, permainan dengan memanah, bermain bridge, atau domino.

    Dua pengertian perjudian di atas, diperluas juga pada dua macam pertaruhan,

    yaitu :

    1. Segala bentuk pertaruhan tentang keputusan perlombaan lainnya yang tidak

    diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain. Misalnya dua orang

    bertaruh tentang suatu pertandingan sepak bola antara dua kesebelasan, di

    mana yang satu bertaruh dengan menebak satu kesebelasan sebagai

    pemenangnya dan yang satu pada kesebelasan lainnya.

    2. Segala bentuk pertaruhan lainnya yang tidak ditentukan, maka segala bentuk

    pertaruhan dengan cara bagaimana pun dan dalam segala hal mana pun adalah

    termasuk perjudian. Seperti beberapa permainan kuis untuk mendapatkan

    hadiah yang ditayangkan pada televise termasuk juga pengertian perjudian

    menurut Pasal ini. Tetapi perminan kuis itu tidak termasuk permainan judi

    yang dilarang, apabila terlebih dulu telah mendapat izin dari instansi atau

    pejabat terkait.

    15

  • 16

    B. Sejarah, Macam-Macam dan Dampak Negatif Perjudian

    Judi telah dikenal sejak lam sepanjang sejarah. Sejak zaman dahulu, masalah

    perjudian merupakan suatu gejala sosial, yang berbeda hanyalah pandangan hidup

    dan ragam permainannya saja. Hal ini dibuktikan oleh peninggalan arkeolog di Mesir,

    ditemukan sejenis permainan yang diduga berasal dari tahun 3.500 Sebelum Masehi.

    Pada lukisan makan dan gambar keramik terlihat orang yang sedang melempar

    astragali (tulang kecil dibawah tumit domba atau anjing, yang disebut pula tulang

    buku kaki) dan papan pencatat untuk menghitung nilai pemain. Tulang ini memiliki

    empat sisi yang tidak rata, setiap sisi diduga memiliki nilai tersendiri. Astragali juga

    dimainkan oleh penduduk Yunani dan Romawi, yang membuat tiruannya dari batu

    dan logam. Orang kuno juga berjudi dengan menggunakan sebatang tongkat kecil.

    Dadu sudah ada sejak zaman tarikh Masehi. Ada dadu yang dibuat dari tulang,

    namun lebih banyak lagi yang dibuat dari tembikar atau kayu. Dadu tertua, yang

    dibuat tahun 3.000 Sebelum Masehi, berasal dari Irak dan India. Ada kemungkinan,

    astragali, dadu dan tongkat, selain untuk berjudi, juga digunakan untuk mencari

    jawaban suatu masalah atau mengakhiri suatu sengketa. Ketika bangsa Arya

    menyerbu India sekitar 200 tahun Sebelum Masehi, mereka membawa permainan

    dadu dengan menggunakan sejenis biji.

    Mitologi Yunani dan Romawi menceritakan dewa bermain judi. Cerita judi

    paling banyak di temukan pada kebudayaan Asia, termasuk Asia Tenggara, Jepang,

    Filipina, Cina dan India. Ada yang menceritakan permainan judi antara dewa, antara

    16

  • 17

    manusia, dan antara manusia dan dewa. Taruhannya berupa harta, kaum wanita

    (isteri, saudara perempuan, anak perempuan), bagian tubuh, atau bahkan jiwa. Dalam

    karya sastera India yang terkenal. Mahabarata, dikisahkan kesengsaraan Pandawa

    akibat kalah berjudi dengan Kurawa.11

    Pada masa Jahiliyah dikenal dua bentuk al-maisir, yaitu al-Mukhatarah dan

    at-Tajziah. Dalam bentuk al-Mukhatarah dua orang laki-laki atau lebih

    menempatkan harta dan isteri mereka masing-masing sebagai taruhan dalam suatu

    permainan. Orang yang memenangkan permainan ini berhak mengambil harta dan

    isteri dari pihak yang kalah. Harta dan isteri yang sudah menjadi milik pemenang itu

    dapat diperlakukannya sekehendak hatinya.

    Dalam bentuk at-Tajziah, seperti dikemukakan oleh al-Qurtubi, sebanyak

    sepuluh orang laki-laki bermain kartu yang terbuat dari potongan-potongan kayu.

    Kartu yang disebut al-Azlam atau al-Aqlam itu berjumlah sepuluh buah, yaitu al-Faz

    berisi satu bagian, at-Tauam dua bagian, ar-Raqib tiga bagian, al-Halis empat

    bagian, an-Nafis lima bagian, al-Musbil enam bagian , dan al- Mualli berisi tujih

    bagian, yang merupakan bagian terbanyak. Sedangkan kartu as-Safih, al-Manih, dan

    al-Wagd merupakan kartu kosong. Jadi jumlah keseluruhan dari sepuluh nama kartu

    tersebut adalah dua puluh delapan buah. Kemudian seekor unta dipotong menjadi dua

    puluh delapan sesuai dengan jumlah isi kartu tersebut. Selanjutnya kartu dengan

    nama-nama sebanyak sepuluh itu di masukkan ke dalam sebuah karung dan

    11A. Hadyana Pudjaatmaka, dkk, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi

    Pustaka, 1989) jilid ke-7, h. 474

    17

  • 18

    diserahkan kepada seseorang yang dipercaya kemudian dikocok dan dikeluarkan satu

    persatu hingga habis. Setiap peserta mengambil bagian dari daging unta itu sesuai

    dengan isi atau bagian yang tercantum dalam kartu tersebut. Mereka yang mendapat

    kartu kosong, dinyatakan sebagai pihak yang kalah dan merekalah yang harus

    membayar unta tersebut. Sedangkan mereka yang menang, sedikitpun tidak

    mengambil daging unta hasil kemenangan itu, melainkan seluruhnya dibagi-bagikan

    kepada orang-orang miskin. Mereka yang menang saling membanggakan diri dan

    membawa-bawa serta melibatkan pula suku atau kabilah mereka masing-masing.

    Disamping itu, mereka juga mengejek dan menghina pihak yang kalah dengan

    menyebut-nyebut dan melibatkan pula kabilah mereka. Tindakan mereka itu selalu

    berakhir dengan perselisihan, percekcokan, bahkan saling membunuh dan

    peperangan.12

    Di Indonesia judi telah dikenal sejak dulu, ini terbukti dengan beberapa relief

    di candi Borobudur yang menggambarkan sejenis permainan judi. Dan pada

    umumnya masyarakat Indonesia dulu, permainan judi biasanya dilaksanakan pada

    acara-acara besar adapt, seperti sabung ayam pada masyarakat Bugis Makasar

    dilakukan saat kematian kerabat raja, perkawinan dan penobatan, dan pada

    masyarakat Bali dulu dilakukan pada hari raya Galungan dan Kuningan.

    Ini menjadi bukti sejarah bahwa judi, baik di Indonesia maupun di seluruh

    dunia telah dikenal dan dipermainkan sejak dulu, hanya dengan bergulirnya

    12 Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta, PT. Ictiar Baru Van Hoeve,

    1997), jilid ke-3, h. 1053

    18

  • 19

    perkembangan budaya, bentuk permainan dan ragam judi ini pun semakin banyak dan

    berkembang sesuai dengan banyaknya kreasi manusia.

    Mengenai macam-macam judi yang banyak dipermainkan orang sekarang ini,

    baik di dalam dan di luar negeri, penulis membagi ke dalam dua kelompok, yaitu judi

    non elektronik dan judi elektronik. Yang termasuk judi non elktronik diantaranya

    adalah adalah : lotre, togel, wewe dan kim (semacam kupon undian berhadiah), kartu

    ceki, kartu samgong, kiu-kiu, mahyong, capjiki, capsa, maciok, coco dan domino

    (macam-macam permainan kartu), tuwo, ting, togar dan jampale (permainan dengan

    melempar mata uang), bola gelinding, dadu, sabung ayam, rolet dari Perancis,

    Jackpot dan baccarat yang terkenal di Inggris, blackjack dari Amerika, kartu Perancis,

    trente et quarante yang terkenal di kasino Monto Corle, dan segala macam tebak-

    tebakan apa saja yang di dalamnya terdapat unsure taruhan. Dan yang termasuk judi

    elektronik adalah permainan judi yang menggunakan alat elektronik ataupun

    teknologi canggih, seperti : mickey mouse, dingdong (ketangkasan), MGM mirage

    dan Park palace (lewat internet), dan lain sebagainya. 13

    Adapun dampak dari perjudian tidaklah lebih kecil daripada khamar.

    Seseorang yang baik dapat menjadi jahat, seseorang yang taat dan giat dapat menjadi

    jahil, malas bekerja, malas mengerjakan ibadah, dan terjauh hatinya dari mengingat

    Allah. Dia jadi orang pemalas, pemarah, matanya merah, badannya lemas dan lesu

    dan hanya berangan-angan kosong. Dan lebih jauh kalau orang yang asyik dengan

    13A. Hadyan Pudjaatmaka, dkk, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi

    Pustaka, 1989) jilid ke-7, h. 474

    19

  • 20

    hidangan meja hijau menurut istilah yang mereka pergunakan itu akan berani menjual

    agamanya, harga dirinya dan tanah airnya, demi permainan judi. Kecintaannya

    terhadap hidangan ini akan mencabut kecintaannya terhadap barang lain, atau nilai

    apapun. Hidangan ini dapat menaburkan benih permainan judi dengan segala macam

    cara. Sampai pun tentang harga dirinya, keyakinannya dan bangsanya, akan rela

    dikorbankan demi terlaksananya pekerjaan yang sia-sia ini.14 Dan dengan sendirinya

    akhlaknya rusa, tidak mau bekerja mencari rizki dengan jalan yang baik, selalu

    mengharap kalau-kalau mendapat kemenangan. Dalam sejarah perjudian, tidak ada

    orang yang kaya karena berjudi, malah sebaliknya yang terjadi, banyak orang yang

    kaya jatuh miskin karena judi.15 Judi juga dapat menimbulkan permusuhan dan

    kemarahan antara partner sepermainan, dan tidak jarang juga menimbulkan

    pembunuhan, menghalangi dzikrullah dan shalat, merusak masyarakat dengan

    membiasakan hidup menganggur dan bermalas-malasan, menunggu hasil yang besar

    tanpa jerih payah dan bersungguh-sungguh, merusak rumah tangga, seberapa banyak

    rumah tangga menjadi porak-poranda yang dahulunya hidup dalam kesenangan dan

    kebahagiaan yang disebabkan oleh judi, sehingga kadang-kadang berakibat sangat

    menyedihkan sekali, pelakunya mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri atau rela

    hidup dengan kemiskinan dan kehinaan.16

    14 http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/40349.html ,diakses pada hari sabtu, 21 November 2009

    15Zaini Dahlan, dkk, UII, Al-Quran dan Tafsirnya, (Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995) jilid. 1 h.386

    16 Muammal Hamidy, dkk, Terjemah Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni , (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1985) jilid I, cet. I, h. 228

    20

  • 21

    Perjudian adalah musuh bagi orang yang selalu memenangi perjudian itu. Ia

    akan terus menerus mengharap orang lain celaka atau jatuh dalam bahaya. Dan, ini

    adalah yang terjadi di dunia. Banyak dari apa yang kita dengar bahwa seseorang tega

    membunuh temannya sendiri akibat dari kekalahannya dalam perjudian.

    Dalam perjudian, bisa jadi kekayaan seseorang semakin melimpah. Tapi, bisa

    jadi ia tertimpa dua hal, berubah dari kaya menjadi miskin, atau menyakiti diri

    sendiridemi menghilangkan rasa kesusahan dalam kehidupannya. Dan kenyataannya

    kita melihat bahwa banyak dari kejadian bunuh diri diakibatkan oleh kemiskinan

    akibat dari kekalahan dalam perjudian.

    Seorang penjudi terkadang melakukan profesi berjudinya secara bebas tanpa

    kendali, dari berjudi ini, dia bisa meraup keuntungan tertentu. Selain itu, seorang

    penjudi terkadang juga memiliki keluarga, dan dalam keluarga itu dia merupakan

    orang yang bertanggung jawab menafkahi keluarganya. Seorang penjudi lebih sering

    menderita kerugian/kekalahan dari pada keuntungan. Ketika ia jatuh rugi dan

    bangkrut, dia bisa berbuat apa saja, termasuk merusak peraturan rumah tangganya

    sendiri.

    Seorang penjudi yang jatuh bangkrut, namun jiwa penjudinya sudah mendarah

    daging, ia akan bisa melakukan tindakan amoral, yang diantaranya adalahmencuri,

    atau melakukan pekerjaan-pekerjaan lain yang semacam itu, seperti menipu,

    21

  • 22

    22

    mencopet, berkhianat, melakukan pemalsuan-pemalsuan dan mencari celah-celah

    untuk mendapatkan uang yang jelas tidak halal.17

    17 Syekh Ali Ahmad al-Jarjani, Indahnya Syariat Islam,(Jakarta: Gema Insani Press, 2006),

    cet. I, hal 443

  • BAB III

    TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG

    PERJUDIAN

    A. Tindak Pidana Perjudian dalam Persfektif Hukum Islam dan Hukum Positif

    Agama Islam membolehkan berbagai macam hiburan dan permainan bagi

    setiap pemeluknya, tetapi Islam mengharamkan setiap permainan yang dicampuri

    dengan unsur perjudian, yaitu suatu permainan yang mengandung unsur taruhan, baik

    itu berupa uang, barang, kehormatan dan orang yang menang itu berhak mendapat

    taruhannya tersebut.

    Judi merupakan praktek untung-untungan yang membuat orang bermain

    berharap akan mendapat keuntungan dengan mudah.

    Khusus mengenai judi, sebagaimana minuman khamar, Allah melarang main

    judi sebab bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya. Bahaya main judi tidak

    kurang dari bahaya minum khamar. Judi cepat sekali menimbulkan permusuhan dan

    kemarahan, dan tiadk jarang juga menimbulkan pembunuhan. Bahaya itu sudah

    terbukti sejak dulu sampai sekarang. Bilamana disuatu tempat sudah berjangkit

    perjudian, maka di tempat itu selalu terjadi perselisihan, permusuhan maupun

    pembunuhan. Ini disebabkan hilangnya rasa persahabatan dan solidaritas sesama

    teman karena rasa dendam dan culas untuk saling mengalahkan di dalam berjudi.

    Judi adalah perbuatan berbahaya, karena dampaknya, seseorang yang baik dapat

    menjadi jahat, seseorang yang giat dan taat dapat menjadi jahil, malas bekerja, malas

    22

  • 23

    mengerjakan ibadah, dan terjauh hatinya dari mengingat Allah. Dia jadi orang

    pemalas, pemarah, matanya merah, badannya lemas dan lesu dan hanya berangan-

    angan kosong. Dan dengan sendirinya akhlaknya rusak, tidak mau bekerja mencari

    rizki dengan jalan yang baik, selalu mengharap-harap kalau-kalau mendapat

    kemenangan. Dalam sejarah perjudian, tidak ada orang kaya karena berjudi. Malah

    sebaliknya yang terjadi, banyak orang yang kaya tiba-tiba jatuh miskin karena judi,

    banyak pula rumah tangga yang aman dan bahagia tiba-tiba hancur karena judi.1

    Di dalam al-Quran surat Al-Maidah ayat 91, Allah menyebutkan alasan

    mengapa khamar dan judi di haramkan bagi orang-orang muslim. Alasan yang

    disebutkan dalam ayat ini ada dua macam yaitu:

    Pertama : karena dengan kedua perbuatan itu syaitan ingin menimbulkan

    permusuhan dan rasa saling benci di antara sesama manusia.

    Kedua : karena perbuatan itu akan melalaikan mereka dari mengingat Allah.

    Pada ayat lain telah disebutkan bahwa minum khamar dan berjudi adalah perbuatan

    perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan. Artinya syaitanlah yang membujuk-

    bujuk manusia untuk melakukannya agar timbul permusuhan dan rasa saling benci di

    antara mereka.

    Timbulnya bahaya-bahaya tersebut pada orang yang suka meminum khamar

    dan judi tak dapat diingkari lagi. Kenyataan yang dialami oleh orang-orang semacam

    itu cukup menjadi bukti. Khususnya bagi orang-orang yang suka bermain judi,

    1Zaini Dahlan, UII, Al-Quran dan Tafsirnya, (Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995)

    jilid. 1, hal. 386

  • 24

    mereka selalu berharap akan memperoleh kemenangan, oleh sebab itu mereka tidak

    pernah jera dari perbuatan itu, selagi ia masih mempunyai uang, atau barang yang

    dipertaruhkannya. Dan pada saat ia kehabisan uang atau barang, ia akan berusaha

    untuk menambil milik orang lain dengan jalan yang tidak sah.

    Setelah menjelaskan bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh khamar dan judi,

    maka Allah SWT. dengan nada bertanya memperingatkan orang-orang mukmin :

    Maka maukah kalian berhenti (menjalankan perbuatan itu) ?. maksudnya adalah

    setelah mereka diberitahu tentang bahaya yang demikian besar dari perbuatan-

    perbuatan itu, maka hendaklah menghentikan dengan segera. Apabila mereka tidak

    mau menghentikannya setelah diberi tahu bahaya-bahayanya, maka mereka sendirilah

    yang akan menanggung akibatnya, yaitu kerugian di dunia dan di akhirat.2

    Begitulah Islam mengajarkan umatnya untuk selalu mengambil manfaat yang

    lebih besar dan menolak kerusakan, sebagaimana dirumuskan dalam kaidah fiqhiyah :

    l 4k + k{+ s"n. "N G, tkZsl

    3 k

    Artinya : Menolak kerusakan lebih diutamakan dari pada menarik kemaslahatan. Dan apabila berlawanan antara mafsadat dan maslahat, didahulikan menolak yang mafsadat.

    2 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsir, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-

    Quran, 1983) jilid 3 h. 20-22 3 Abdul Mujib, al-Qawaid al-Fiqhiyah, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1980), h. 37

  • 25

    Walaupun dalam khamar dan judi terdapat kemaslahatan, tetapi kemaslahatanya

    lebih kecil dibandingkan dengan mafsadatnya. Demikianlah Allah mengharamkan

    judi, sebab akan membawa kesengsaraan dan kedurhakaan kepada Allah.

    Bahaya judi tidaklah lebih kecil daripada bahaya khamar. Ia dapat menimbulkan

    permusuhan dan kemarahan di antara partner sepermainan, menghalangi dzikrullah

    dan shalat, merusak masyarakat dengan membiasakan hidup menganggur dan malas,

    menunggu hasil yang besar tanpa jerih payah dan bersungguh-sungguh, merusak

    rumah tangga. 4Firman Allah:

    `5 keoe Gm~ I `e 1Aq

    `k` y t8 o.e

    p}q` 1}ke G on G

    | #`N /5 IRAw%

    Artinya: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).(QS. Al-Maidah :91).

    Dengan demikian seorang muslim tidak boleh menjadikan permainan judi

    sebagai sarana hiburan dan mengisi waktu luang, sebagaimana ia juga tidak boleh

    menjadikannya sebagai sarana mencari nafkah dalam situasi bagaimanapun.

    4Ash-Shabuni, Tafsir Ayat Ahkam, terj. Muammal Hamidy, dkk. Terjemahan Tafsir Ayat

    Ahkam Ash-Shabuni, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1985), cet. I, h. 228

  • 26

    Yusuf Qardhawi menjelaskan beberapa hikmah dan tujuan dibalik

    pengharaman judi diantaranya :5

    1. Hendaknya seorang muslim mengikuti sunnatullah dalam bekerja mencari

    uang, dan mencarinya dengan dimulai dari pendahuluan-pendahuluannya.

    Masukilah rumah dari pintu-pintunya; dan tunggulah hasil (musabbab) dari

    sebab-sebabnya. Sedang judi yang di dalamnya termasuk undian dapat

    menjadikan manusia hanya bergantung kepada pembagian, sedekah dan

    angan-angan kosong; bukan bergantung kepada usaha, aktivitas dan

    menghargai cara-cara yang telah ditentukan Allah, serta perintah-perintahNya

    yang harus diturut.

    2. Islam menjadikan harta manusia sebagai barang berharga yang dilindungi.

    Oleh karena itu tidak boleh diambilnya begitu saja, kecuali dengan cara tukar-

    menukar sebagai yang telah disyariatkan, atau dengan jalan hibah dan

    sedekah. Adapun mengambilnya dengan jalan judi, adalah termasuk makan

    harta orang lain dengan cara yang batil.

    3. Tidak mengherankan, kalau perjudian itu dapat menimbulkan permusuhan

    dan pertentangan antara pemain-pemain itu sendiri, kendati nampak dari

    mulutnya bahwa mereka telah saling merelakan. Sebab bagaimanapun akan

    selalu ada pihak yang menang dan yang kalah, yang dirampas dan yang

    merampas. Sedang yang kalah apabila diam, maka diamnya itu penuh

    5 Yusuf Qaradhawi, al-Halal wal- Haram fil- Islam, terj. Abu Hana Zulkarnain, dkk., Halal Haram dalam Islam, (Jakarta: Media Eka Sarana, 2004),cet. 1, h. 378-379

  • 27

    kebencian dan mendongkol. Dia marah karena angan-angannya tidak dapat

    tercapai. Dia mendongkol karena taruhannya itu sial. Kalau dia ngomel, maka

    ia ngomeli dirinya sendiri karena derita yang dialami dan tangannya yang

    menaruhkan taruhannya dengan membabi-buta.

    4. Kerugiannya itu mendorong pihak yang kalah untuk mengulangi lagi,

    barangkali dengan ulangan yang kedua itu dapat menutup kerugiannya yang

    pertama. Sedang yang menang, karena didorong oleh lezatnya menang, maka

    ia tertarik untuk mengulangi lagi. Kemenangannya yang sedikit itu mengajak

    untuk dapat lebih banyak. Samasekali dia tidak ada keinginan untuk berhenti.

    Dan makin berkurang pendapatannya, makin dimabuk oleh kemenangan

    sehingga dia beralih dari kemegahan kepada suatu kesusahan yang

    mendebarkan. Begitulah berkaitnya putaran dalam permainan judi, sehingga

    hampir kedua putaran ini tidak pernah berpisah. Dan inilah rahasia terjadinya

    pertumpahan darah antara pemain-pemain judi.

    5. Oleh karena itu hobby ini merupakan bahaya yang mengancam masyarakat

    dan pribadi. Hobby ini merusak waktu dan aktivitas hidup dan menyebabkan

    si pemain-pemainnya menjadi manusia yang tamak, mereka mau mengambil

    hak milik orang tetapi tidak mau memberi, menghabiskan barang tetapi tidak

    dapat berproduksi.

  • 28

    Selamanya pemain judi sibuk dengan permainannya, sehingga lupa akan

    kewajibannya kepada Tuhan, kewajibannya akan diri, kewajibannya akan keluarga

    dan kewajibannya akan ummat.

    Tidak terlalu jauh kalau orang yang suka hidangan meja hijau menurut istilah

    yang mereka pergunakan itu akan berani menjual agamanya, harga dirinya dan tanah

    airnya, demi permainan judi. Kecintaannya terhadap hidangan ini akan mencabut

    kecintaannya terhadap barang lain, atau nilai apapun. Hidangan ini dapat menaburkan

    benih permainan judi dengan segala macam cara. Sampai pun tentang harga dirinya,

    keyakinannya dan bangsanya, akan rela dikorbankan demi terlaksananya pekerjaan

    yang sia-sia ini.

    Betapa benarnya dan indahnya susunan al-Quran yang mengkaitkan arak dan

    judi ini dalam satu rangkaian ayat dan hukumnya, sebab bahayanya terhadap pribadi,

    keluarga, tanah air dan moral adalah sama. Pencandu judi sama dengan pencandu

    arak, bahkan jarang sekali didapat salah satunya saja sedang yang lain tidak.

    Betapa benarnya al-Quran yang telah menjelaskan kepada kita, bahwa arak

    dan judi adalah salah satu daripada perbuatan syaitan; dan kemudian diikutinya

    dengan menyebut berhala dan azlam serta ditetapkannya kedua hal tersebut sebagai

    perbuatan yang najis dan harus dijauhi.

  • 29

    Dalam perspektif hukum positif, perjudian merupakan salah satu tindak

    pidana (delict) yang meresahkan masyarakat. Masalah perjudian ini dimasukkan

    dalam tindak pidana kesopanan6, dan diatur dalam Pasal 303 KUHP dan Pasal 303

    bis KUHP jo. Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian.

    Dalam Pasal 1 Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban

    Perjudian dinyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian sebagai kejahatan.

    Dalam KUHP masalah perjudian diatur dalam Pasal 303 yang berbunyi :7

    (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda

    paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barangsiapa tanpa mendapat izin.

    1. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk

    permainan judi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian, atau dengan

    sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu.

    2. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak

    umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam

    perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan

    kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara.

    3. Menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencaharian.

    6 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, ( Jakarta: PT: Raja Grafindo

    Persada, 2005), h. 157 7 R. Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2006),

    edisi 5, h. 182

  • 30

    (2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan

    pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian

    itu.

    (3) Yang disebut dengan permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana pada

    umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung kepada peruntungan

    belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ

    termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan

    lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau

    bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.

    Meskipun masalah perjudian sudah diatur dalam peraturan perundang-

    undangan, tetapi baik dalam KUHP maupun UU No. 7 tahun 1974 ternyata masih

    mengandung beberapa kelemahan. Adapun beberapa kelemahannya adalah:

    1. Perundang-undangan hanya mengatur perjudian yang dijadikan mata

    pencaharian, sehingga kalau seseorang melakukan perjudian yang bukan

    sebagai mata pencaharian maka dapat dijadikan celah hukum yang

    memungkinkan perjudian tidak dikenakan hukuman pidana

    2. Perundang-undangan hanya mengatur tentang batas maksimal hukuman,

    tetapi tidak mengatur tentang batas minimal hukuman, sehingga dalam

    praktek peradilan, majelis hakim seringkali dalam putusannya sangat ringan

    hanya beberapa bulan saja atau malah dibebaskan

  • 31

    3. Pasal 303 bis ayat (1) angka 2, hanya dikenakan terhadap perjudian yang

    bersifat ilegal, sedangkan perjudian yang legal atau ada izin penguasa sebagai

    pengecualian sehingga tidak dapat dikenakan pidana terhadap pelakunya.

    Dalam praktek izin penguasa ini sangat mungkin disalahgunakan, seperti

    adanya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dengan pejabat yang

    berwenang.

    B. Dasar Hukum Tindak Pidana Perjudian Menurut Hukum Pidana Islam dan

    Hukum Pidana Positif

    Dasar hukum dilarangnya perjudian dalam hukum pidana Islam adalah

    berdasar Al-Quran dan hadits Nabi :

    Surat Al-Baqarah ayat 219 :

    `5 {f o`d p}q` # `Nl

    12 poy @% A `N2 p

    G% `N5 [c5 {f n% IAe # `

    [cm 8P9e 1 0e)` 1 ` Io)"

    Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.

  • 32

    Adapun sebab turunnya ayat tersebut, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad

    dari Abi Hurairah sebagai berikut :

    Ketika Rasulullah SAW. telah bersabda di Madinah di dapati para sahabat ada

    yang meminum khamar dan berjudi, seba hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka

    sejak nenek moyang mereka. Kemudian para sahabat bertanya kepada Rasulullah

    SAW. mengenai hukumnya. Maka turunlah ayat ini. Mereka memahami dari ayat ini

    bahwa khamar dan judi itu tidak diharamkan oleh agama Islam, hanya dikatakan

    bahwa bahayanya lebih besar.

    Sesudah itu maka turunlah ayat yang lebih tegas yang menyuruh mereka

    berhenti sama sekali dari meminum khamar dan berjudi, yaitu surat Al-Maidah ayat

    90-91

    R[ke 8 ;@% `5 oe

    p}l` !V5)U 1X)U Fs GP% #` Gm~ E*F

    1 ` I " `5 keoe Gm~

    I `e 1Aq `k`

    y t8 o.e p}q`

    1}ke G on G | #`N /5 IRAw%

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)

  • 33

    khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

    Sesudah selesai turunnya ayat yang lebih tegas ini mereka berkata : Ya Tuhan

    kami , kami pasti berhenti meminum khamar dan berjudi8

    Dalam riwayat lain, sebab turunnya ayat tersebut diatas karena Umar bin

    Khattab berdoa:

    Imam Ahmad, Abu Daud dan Tirmizi meriwayatkan dari Umar bin Khattab,

    bahwa ia pernah berdoa: Ya Allah terangkanlah kepada kami, tentang (hukum)

    khamar dengan keterangan yang jelas, karena itu telah membinasakan harta dan

    merusak akal, kemudian turun ayat mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan

    judi, lalu Umar dipanggil dan dibacakan ayat tersebut, lalu ia berdoa (lagi): ya

    Allah, terangkanlah kepada kami, tentang khamar dengan keterangan yang jelas !

    Maka turunlah ayat dalam surat An-Nisa, Hai orang-orang yang beriman, janganlah

    kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk (QS. 4:43). Maka juru panggil

    Rasulullah apabila shalat hendak didirikan memanggil dengan hendaklah sekali-kali

    orang yang mabuk tidak mengerjakan shalat, lalu Umar dipanggil, kemudian

    dibacakan ayat dari surat tadi An-Nisa tadi, kemudian ia berdoa (lagi): Ya Allah

    terangkanlah kepada kami tentang khamar dengan keterangan yang jelas, kemudian

    turun ayat dalam surat al-Maidah, lalu Umar dipanggil dan dibacakan surat tersebut,

    8 Zaini Dahlan, Universitas Islam Indonesia, Al-Quran dan Tafsirnya, (Yogyakarta, PT.

    Dana Bhakti Wakaf, 1995) jilid. 1, hal. 366

  • 34

    maka tatkala sampai pada ayat maukah kalian berhenti ? (QS. 5 : 91). Umar

    berkata : kami berhenti, kami berhenti.9

    Dalam mengharamkan khamar dan judi Allah tidak mengharamkan sekaligus

    tetapi dengan proses berangsur-angsur, karena minuman khamar dan berjudi itu bagi

    orang Arab sudah menjadi adapt dan kebiasaan yang telah mengakar dan mendarah

    daging semenjak zaman jahiliyah. Seandainya Allah melarangnya sekaligus

    dikhawatirkan akan sangat memberatkan bagi mereka dan mungkin mereka akan

    menolak larangan tersebut.

    Khusus mengenai judi, sebagaimana minuman khamar, Allah melarang main

    judi sebab bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya. Bahaya main judi tidak

    kurang dari bahaya minum khamar. Judi cepat sekali menimbulkan permusuhan dan

    kemarahan, dan tiak jarang juga menimbulkan pembunuhan. Bahaya itu sudah

    terbukti sejak dulu sampai sekarang. Bilamana disuatu tempat sudah berjangkit

    perjudian, maka di tempat itu selalu terjadi perselisihan, permusuhan maupun

    pembunuhan. Ini disebabkan hilangnya rasa persahabatan dan solidaritas sesama

    teman karena rasa dendam dan culas untuk saling mengalahkan di dalam berjudi.

    Judi adalah perbuatan berbahaya, karena dampaknya, seseorang yang baik dapat

    menjadi jahat, seseorang yang giat dan taat dapat menjadi jahil, malas bekerja, malas

    mengerjakan ibadah, dan terjauh hatinya dari mengingat Allah. Dia jadi orang

    pemalas, pemarah, matanya merah, badannya lemas dan lesu dan hanya berangan-

    9 Muhammad Ali as-Shabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam,(Surabaya : PT. Bina Ilmu 1985), cet. 1,

    alih bahasa, Muhammad Hamidy dan Imron A. Manan, h. 216

  • 35

    angan kosong. Dan dengan sendirinya akhlaknya rusak, tidak mau bekerja mencari

    rizki dengan jalan yang baik, selalu mengharap-harap kalau-kalau mendapat

    kemenangan. Dalam sejarah perjudian, tidak ada orang kayak arena berjudi. Malah

    sebaliknya yang terjadi, banyak orang yang kaya tiba-tiba jatuh miskin karena judi,

    banyak pula rumah tangga yang aman dan bahagia tiba-tiba hancur karena judi.10

    Timbulnya bahaya-bahaya tersebut pada orang yang suka meminum khamar

    dan judi tak dapat diinkari lagi. Kenyataan yang dialami oleh orang-orang semacam

    itu cukup menjadi bukti. Khususnya bagi orang-orang yang suka bermain judi,

    mereka selalu berharap akan memperoleh kemenangan, oleh sebab itu mereka tidak

    pernah jera dari perbuatan itu, selagi ia masih mempunyai uang, atau barang yang

    dipertaruhkannya. Dan pada saat ia kehabisan uang atau barang, ia akan berusaha

    untuk menambil milik orang lain dengan jalan yang tidak sah.

    Setelah menjelaskan bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh khamar dan judi,

    maka Allah SWT. dengan nada bertanya memperingatkan orang-orang mukmin :

    Maka maukah kalian berhenti (menjalankan perbuatan itu) ?. maksudnya adalah

    setelah mereka diberitahu tentang bahaya yang demikian besar dari perbuatan-

    perbuatan itu, maka hendaklah menghentikan dengan segera. Apabila mereka tidak

    10Zaini Dahlan, dkk, UII, Al-Quran dan Tafsirnya, (Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Wakaf,

    1995) jilid. 1, hal. 386

  • 36

    mau menghentikannya setelah diberi tahu bahaya-bahayanya, maka mereka sendirilah

    yang akan menanggung akibatnya, yaitu kerugian di dunia dan di akhirat.11

    Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu musa al-Asyari berikut ini: tkloC G, :$ 1 Zl"t"AGs oUt\+ tG ( %F%Gllk. s ) Zs

    Artinya: Dari Abi Musa, dari Nabi Saw. bersabda : siapa bermain dadu, maka sungguh berarti dia itu durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Imam Malik dalam al-Muwaththa).

    Dan hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah :

    1 $ "G, : $ 1 Zl""AGoeo

    KtG (l )+ ) k.m o, $

    " $ G, #q uu

    Artinya : Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw., beliau bersabda : Siapa bersumpah yang dalam sumpahnya itu mengatakan demi berhala Latta dan Uzza , maka hendaklah dia (susul dengan) mengucapkan kalimat la ilaaha illallaah , dan siapa yang mengajak kawannya mari bermain judi , maka hendaklah dia (tebus dengan) bersedekah. (H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim)

    11 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsir, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-

    Quran, 1983) jilid 3 h. 20-22

  • 37

    Perkataan maka hendaklah dia (tebus dengan) bersedekah itu, menunjukan

    dilarangnya bermain judi. Karena sedekah yang diperintahkan itu sebagai tebusan

    untuk suatu perbuatan dosa.

    Begitu juga hadits yang diriwayatkan oleh Buraidhah :

    kf 6ollo@ G, : $ 1 Zl""AIkeoG 12(ll 0", k. s) , loeuEa0 Artinya: Dari Buraidhah, bahwa Nabi Saw. bersabda: Siapa bermain dadu, maka seolah-olah dia mencelupkan tangannya ke dalam (adonan) daging babi dan darahnya. (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Daud)

    Dasar hukum dilarangnya perjudian dalam hukum pidana Positif adalah

    Ordonansi tanggal 7 Maret1912 (Staatsblad Tahun 1912 Nomor 230) yang telah

    beberapa kali dirubah dan ditambah, terakhir dengan Ordonansi tanggal 31 Oktober

    1935 (Staatsblad Tahun 1935 Nomor 526), KitabUndang-Undang Hukum Pidana

    Kitab (KUHP) Pasal 303 ayat (1), (2) dan (3) dan Pasal 542 ayat (1) dan (2), dan

    Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian.

    Pasal 303 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana

    (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau pidana denda

    paling banyak enam ribu rupiah. (berdasarkan UU No. 7 Tahun 1974 jumlah

    12 Muamal Hamidi, dkk, Terjemah Nailul Authar Himpunan Hadits-Hadits hukum, jilid 6,

    (Surabaya, P.T. Bina Ilmu, 2005), h. 2988-2989.

  • 38

    pidana tel diubah mnjadi sepuluh tahun atau denda menjadi dua puluh lima

    juta rupaiah), barangsiapa tanpa mendapat izin

    1. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk

    permainan judi dan menjadikannya sebagai pencarian, atau dengan

    sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu.

    2. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak

    umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam

    perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan

    kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara.

    Dalam rumusan kejahatan di atas, ada lima macam kejahatan mengenai

    perjudian, dimuat dalam ayat (1) yaitu :

    Pertama, kejahatan yang melarang orang tanpa izin dengan sengaja

    menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi dan menjadikannya

    sebagai mata pencaharian. kejahatan ini, terdiri dari unsur-unsur objektif dan

    subjektif. Unsur objektif : (a) Perbuatannya yaitu menawarkan kesempatan dan

    memberikan kesempatan. (b) objeknya adalah untuk bermain judi tanpa izin dan

    dijadikan sebagai mata pencaharian. Adapun unsur subjektifnya adalah dengan

    sengaja

    Kedua, kejahatan melarang orang yang tanpa izin dengan sengaja turut serta

    dalam suatu kejahatan usaha permainan judi, terdiri dari unsur-unsur objektif : (a)

  • 39

    perbuatannya : turut serta. (b) objek : dalam suatu kegiatan usaha permainan judi

    tanpa izin. Unsur subjektifnya adalah dengan sengaja

    Ketiga, melarang orang yang tanpa izin dengan sengaja menawarkan atau

    memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi. Dengan demikian

    terdiri dari unsur-unsur unsur-unsur objektif : (a) perbuatannya yaitu menawarkan

    dan memberikan kesempatan, objeknya adalah kepada khalayak umum dan untuk

    bermain judi. Unsur subjektifnya adalah dengan sengaja

    Keempat, larangan dengan sengaja turut serta dalam menjalankan kegiatan

    usaha perjudian tanpai izin. Unsur-unsurnya adalah unsur objektif : (a) perbuatannya :

    turut serta , (b) Objek : dalam kegiatan usaha permainan judi tanpa izin. Unsur

    subjektifnya adalah dengan sengaja

    Kelima, melarang orang yang melakukan perebuatan turut serta dalam

    permainan judi tanpa izin yang dijadikannya sebagai mata pencaharian. Unsur-

    unsurnya adalah Perbuatannya : turut serta, Objeknya : dalam permainan judi tanpa

    izin, sebagai mata pencaharian.13

    Pasal 303 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana

    (2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan

    pencariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu.

    13 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, (Jakarta : PT. Raja Garfindo

    Persada, 2005) h. 158-165

  • 40

    Pada ayat (2) dikatan diancam pidana pencabutan hak menjalankan pencarian

    barang siapa yang melakukan lima macam kejahatan mengenai perjudian tersebut di

    atas dalam menjalankan pencahariannya.

    Pasal 303 ayat (3) Kitab Undang-undang Hukum Pidana

    (3) Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada

    umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung kepada peruntungan

    belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ

    termasuk segala pertaruhan tentang keputusan tentang perlombaan atau

    permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut

    berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.

    Pada ayat (3) diterangkan tentang arti perjudian, yakni : Tiap-tiap

    permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung

    kepada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih

    mahir.14

    Seperti beberapa permainan kuis untuk mendapatkan hadiah yang ditayangkan

    pada televise termasuk juga pengertian perjudian menurut Pasal ini. Tetapi perminan

    kuis itu tidak termasuk permainan judi yang dilarang, apabila terlebih dulu telah

    mendapat izin dari instansi atau pejabat terkait

    Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 bis.

    14 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, (Jakarta : PT. Raja Garfindo

    Persada, 2005) h. 166

  • 41

    (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana

    denda paling banyak sepuluh juta rupiah.

    1. Barangsiapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan

    melanggar pasal 303;

    2. Barang siapa ikut main judi di jalan umum atau dipinggir jalan umum atau

    ditempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari

    penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan

    perjudian itu.

    Mengenai kejahatan perjudian dimuat dalam ayat (1), sedangkan pada ayat (2)

    pengulangannya yang merupakan dasar pemberatan pidana. Kejahatan dalam ayat (1)

    ada dua bentuk sebagaiman dirumuskan pada butir 1 dan 2, yaitu pada bentuk

    pertama ini terdapat unsur-unsur sebagai berikut: perbuatannya : bermain judidan

    dengan menggunakan kesempatan yang diadakan dengan melanggar Pasal 303.

    Kejahatan memberi kesempatan seperti pada Pasal 303, bisa dilakukan oleh

    satu orang, karena si pembuat bukanlah orang yang bermain judi. Akan tetapi, pada

    kejahatan menurut Pasal 303 bis, tidaklah dapat dilakukan oleh satu orang, karena

    perbutan bermain judi tidak mungkin terwujud tanpa hadirnya minimal dua orang.

    Kejahatan ini termasuk penyertaan mutlak. Penyertaan mutlak adalah suatu tindak

    pidana yang karena sifatnya untuk terjadinya mutlak diperlukan dua orang. Dalam

    kejahatan permainan judi ini, kedua-duanya dipertanggungjawabkan dan dipidana

    yang sama. Pada bentuk ke dua terdapat unsur-unsur sebagai berikut : Perbutannya :

  • 42

    Ikut serta bermain judi, tempatnya yaitu di jalan umum, di pinggir jalan, di tempat

    yang dapat dikunjungi umum, dan perjudian itu tanpa mendapat izin dari penguasa

    yang berwenang

    C. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian dalam Hukum

    Islam dan Hukum Positif

    Sanksi pidana atau hukuman dalam bahasa Arab disebut uqubah, lafaz

    uqubah menurut bahasa berasal dari lafaz uqubah berasal dari kata yang

    sinonimnya

    artinya membalasnya sesuai dengan apa yang dilakukan.15

    Adapun pengertian hukuman sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Qodir

    Audah adalah:

    Artinya: Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk kemaslahatan

    masyarakat, karena adanya pelanggaran-pelanggaran atas ketentuan-ketentuan syara.16

    Sedangkan pengertian jarimah sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-

    Mawardi adalah sebagai berikut:

    Artinya: Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara yang

    diancam dengan hukuman had atau tazir.17 15 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005 ), h.144-146

    16 Abdul Qodir Al-Audah, At-Tasyri Al-Jinaiy Al- Islami, (Bairut: Dar Al-Kitab, t.th), Juz 1h, 609

  • 43

    Tindak pidana yang dikenakan hukuman-hukuman tertentu dalam syariat

    Islam dibagi menjadi beberapa macam dan jenis sesuai dengan aspek yang

    ditonjolkan. Pada umumnya, para ulama membagi tindak pidana berdasarkan aspek

    berat dan ringannya hukuman serta ditegaskan atau tidaknya oleh al-quran atau al-

    hadist. atas dasar ini, mereka membaginya menjadi tiga macam.18

    1. Sanksi Tindak Pidana Hudud

    Hudud secara bahasa berarti larangan, sedangkan secara istilah tindak pidana

    hudd adalah tindak pidana yang diancam dengan hukuman had, pengertian had

    sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Qodir Audah, hukuman had adalah

    hukuman yang ditentukan oleh syara dan merupakan hak Allah Subhanahu Wa

    taala.19

    Adapun makna hudud yakni hukuman yang sudah ditentukan. Artinya

    syara sudah menentukan jenis dan membatasi kadarnya, tidak membiarkan pilihan

    atau kadar hukuman kepada penguasa atau hakim. Maksud hukuman yang telah

    ditentukan Allah SWT adalah bahwa hukuman had tidak memiliki batasan minimal

    (terendah), ataupun batasan maksimal (tertinggi). Maksud hak Allah SWT ialah

    17 Abdul Qodir Al-Audah, At-Tasyri Al-Jinaiy Al- Islami, (Bairut: Dar Al-Kitab, t.th), Juz 1h,

    12 18 Ibid, h. 99 19 Ibid, h. 100

  • 44

    hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan oleh perseorangan (individu) atau

    masyarakat.20

    Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ciri khas dari tindak pidana

    hudud yaitu sebagai berikut:

    1. Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukuman tersebut telah

    ditentukan oleh syara dan tidak ada batas minimal dan maksimal.

    2. hukuman hudud tersebut merupakan hak Allah SWT semata-mata atau kalau

    ada hak manusia di samping hak Allah, maka hak Allah SWT yang lebih

    dominan.21

    Dalam hubungannya dengan hukuman tindak pidana had maka pengertian hak

    Allah di sini adalah bahwa hukuman tersabut tidak bisa dihapuskan oleh

    perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarga) atau oleh masyarakat yang

    diwakili oleh Negara22.

    Jarimah hudud ini ada tujuh macam antara lain sebagai berikut :

    1. Jarimah Zina

    Hukuman untuk jarimah zina adalah:

    a. Dera (jilid);

    b. Pengasingan (taghrib);

    20 Abdul Qodir Audah, At-Tasyri al-jinai al-Islamy Muqaranan bil Qonunil Wadiy, Terj.

    Ahsin Sakho Muhammad, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. jld 1, h. 99-100 21 Ibid, h. 99 22 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam (Fikih Jinayah),

    (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), cet. 1, h. 18

  • 45

    c. Rajam

    Hukuman dera sebanyak seratus kali dan pengasingan selama satu tahun

    ditetapkan untuk pelaku zina ghairu muhshan, sedangkan rajam ditetapkan untuk

    pelaku zina muhshan.

    Hukuman ini sesuai dengan firman Allah SWT. dalam surat Al-Nr ayat 2

    dan hadits Nabi SAW. dari Ubadah ibn Shamit :

    m5u t7u F # k

    `RDP% ^% `F y mU" `R s t8

    8l I /A IA%" 4m oa)`

    kRl `Rm aGP% 89A%

    Artinya : Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS. Al-Nur : 2)

    Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ubadah ibn Shamit : ({@s sdM s )@Z5^%k"Foo. Artinya : ..Jejaka dan gadis hukumannya jilid seratus kali dan pengasingan selama satu tahun (HR. Jamaah kecuali Al-Bukhari dan An-Nasai) ( {@s sdM s )0Fo^%k"F l l Artinya: dan janda dengan duda huykumannya jilid seratus kali dan rajam (HR. Jamaah kecuali Al-Bukhari dan An-Nasai)

  • 46

    2. Jarimah Qadzaf ( Menuduh Zina)

    Hukuman untuk jarimah qadzaf ada dua, yaitu :

    1. Hukuman pokok, yaitu jilid sebanyak delapan puluh kali

    2. Hukuman tambahan, yaitu pencabutan hak sebagai saksi.

    Ketentuan ini berdasarkan firman Allah SWT. dalam surat Al-Nr ayat 4

    8 I%oe 0@V 12 2 "e

    `s `kR 2Kk F 89A.2

    A`F y " 1z `kR` @k

    ` 1K I{

    Artinya : Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Nr:4)

    3. Syurbul Khamr (Minum Minuman Keras)

    Hukuman untuk jarimah ini adalah delapan puluh kali jilid. Menurut Imam

    Syafii hukumannya adalah empat puluh kali dera sebagai hukuman had, sedangkan

    empat puluh kali cambukan lainnya tidak termasuk had melainkan tazir.

    Larangan untuk meminum minuman keras ini terdapat dalam Al-Quran surat

    Al-Maidah ayat 90

    R[ke 8 ;@% `5 oe

    p}l` !V5)U 1X)U Fs GP% #`

  • 47

    Gm~ E*F 1 ` I "

    Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah : 90)

    4. Jarimah Pencurian

    Jarimah pencurian diancam dengan potong tangan berdasarkan dengan firman

    Allah dalam surat Al-Maidah ayat 38

    s{{ s{{ ; `Neke

    /u`F ` V{ >5 aGP% uew

    2l` Artinya : Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Maidah :38)

    5. Jarimah Hirabah (Perampokan)

    Hukuman untuk jarimah hirabah ada empat macam yaitu sebagai berikut:

    a. Hukuman Mati

    Hukuman mati dijatuhkan kepada perampok (pengganggu keamanan) apabila

    mereka melakukan pembunuhan.

    b. Hukuman Mati Disalib

    Hukuman ini di jatuhkan apabila perampok melakukan pembunuhan dan

    perampasan harta benda.

    c. Hukuman Potong Tangan dan Kaki

  • 48

    Hukuman ini dijatuhkan apabila perampok hanya mengambil harta tanpa

    melakukan pembunuhan.

    d. Hukuman Pengasingan

    Hukuman ini dijatuhkan apabila perampok hanya menakut-nakuti orang yang

    lewat di jalan, tetapi tidak mengambil harta benda dan tidak pula membunuh.

    6. Jarimah Riddah ( Murtad)

    Jarimah ini diancam dengan dua jenis hukuman yaitu :

    a. Hukuman pokok, yaitu hukuman mati

    Hukuman mati bagi orang murtad didasarkan kepada sabda Nabi SAW.

    Eel$k G% : 1 Zl"t" $Zs$ :$EsGG (s sds) . Artinya : Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW. : barang siapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah ia. (HR. Al-Bukhari)

    b. Hukuman Penyitaan Harta.

    Hukuman ini merupakan hukuman tambahan. Mengenai realisasi hukuman ini

    para ulama berbeda pendapat. Menurut mazhab Maliki, Syafii, dan pendapat yang

    kuat dalam mazhab Hambali, semua harta yang dimiliki oleh orang yang murtad

    disita oleh Negara. Menurut Imam Abu Hanifah dan para pengikiutnya, harta yang

    disita oleh Negara hanyalah harta yang diperoleh setelah ia murtad.23

    2. Sanksi Tindak Pidana Qishash Diyat

    23 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam (Fikih Jinayah),

    (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), cet. 1, h. 146

  • 49

    Di dalam Syariat Islam tindak pidana qishash dan diyat adalah tindak pidana

    yang diancam dengan hukuman qishash dan diyat. Arti qishash adalah setimpal.

    Artinya, membalas pelaku sesuai dengan apa yang dilakukannya, atau menyamakan,

    maksudnya membalas pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya yang sama

    dalam hal pelaksanaannya.24

    Sedangkan pengertian diyat menurut bahasa adalah membayar tebusan dengan

    sejumlah harta benda karena perbutan. Keduanya merupakan hak individu yang kadar

    jumlahnya telah ditentukan, yakni tidak memiliki batasan minimal dan maksimal.

    Maksud hak individu disini adalah sang korban boleh membatalkan hukuman tersebut

    dengan memaafkan sipelaku jika ia menghendakinya. Tindak pidana qiss meliputi:

    tindak pidana pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, penganiayaan

    sengaja, dan penganiayaan tersalah.25

    Jarimah Qishash diyat ini hanya ada dua macam, yaitu pembunuhan dan

    penganiayaan. Namun apabila diperluas jumlahnya ada 4 macam yaitu :

    1. Pembunuhan Sengaja

    Hukuman untuk pembunuhan sengaja itu ada lima macam yaitu :

    a. Qishash

    Pembunuhan sengaja sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Qadir

    Audah adalah:

    24 Ibid, h. 100 25 Ibid, h.100

  • 50

    Pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan dimana perbuatan yang

    mengakibatkan hilangnya nyawa itu disertai dengan niat untuk membunuh

    korban.26

    Dasar hukuman qishash dalam hukum Islam disyariatkan berdasarkan al-

    Quran dan al-Hadits. Dasar hukuman dari al-Quran terdapat dalam beberapa ayat,

    diantaranya yaitu surat Al-Baqarah ayat 178-179.

    R[ke 8 A% V * 1m V t8

    s ) vo Oo k`

    k` C5>U C5>U G` t

    G% la " o` `l

    m GV{ `n me% GP% 1s `s

    G` u`k* `k `n !m 2l 1 t8 V l`

    te )U 1 ` I*" ) /-- (

    Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedi. (179)Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (QS. Al-BAqarah :178-179)

    26. Abdul Qodir Audah, At-Tasyri al-jinai al-Islamy Muqaranan bil Qonunil Wadiy, Terj.Ahsin Sakho Muhammad, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. jld 1 h. 180

  • 51

    b. Hukuman Kifarat

    Kifarat adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan maksiat untuk

    menebus dosa akibat melakukan perbuatan tersebut. Hukuman kifarat pada dasarnya

    adalah salah satu bentuk ibadah, karena berupa pembebasan hamba, memberi makan

    fakir miskin, atau berpuasa. Jika dikenakan terhadap perbuatan maksiat, kifarat

    adalah hukuman pidana murni atau bisa hukuman yang bersifat ibadah. Tindak

    pidana yang terkena hukuman kifarat adalah terbatas pada: perusakan puasa,

    perusakan ihram, pelanggaran sumpah, bersenggama dengan isteri yang sedang haid,

    bersenggama dengan isteri yang telah dizihar, dan membunuh.27

    Hukuman kifarat sebagai hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan

    sengaja, merupakan hukuman yang diperselisihkan oleh para fuqoha, menurut jumhur

    fuqoha yang terdiri dari Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah dalam salah satu

    riwayatnya, hukuman kifarat tidak wajib dilaksanakan dalam pembunuhan sengaja.

    Dalam hal ini karena kifarat, merupakan hukuman yang ditetapkan oleh syara untuk

    pembunuhan karena kesalahan, sehingga tidak bisa disamakan dengan pembunuhan

    sengaja. Adapun menurut Syafiiah, diwajibkan kifarat bagi pembunuhan yang

    dilakukan dengan sengaja, semi sengaja ataupun karena tersalah. Alasannya adalah

    bahwa maksud disyariatkannya kifarat itu adalah menghapus dosa.28

    c. Hukuman Diyat

    27 Abdul Qodir Audah, At-Tasyri al-jinai al-Islamy Muqaranan bil Qonunil Wadiy,

    Terj.Ahsin Sakho Muhammad, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. jld III, h.83 28, Abdul Qodir Audah, At-Tasyri al-jinai al-Islamy Muqaranan bil Qonunil Wadiy,

    Terj.Ahsin Sakho Muhammad, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam.. jld III h.84

  • 52

    Hukuman qishash dan kifarat untuk pembunuhan sengaja merupakan

    hukuman pokok. Apabila hukuman tersebut tidak bisa dilaksanakan karena sebab-

    sebab yang dibenarkan oleh syara maka hukuman penggantinya adalah hukuman

    diyat untuk hukuman qishash dan puasa untuk kifarat. Adapun dalam hal jenis-jenis

    dan kadarnya, para ulama berbeda pendapat dalam menentukan jenis diyat. Menurut

    Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Syafii dalam qaul qadm, diyat dapat

    dibayar dengan salah satu dari tiga jenis, yaitu: unta, emas, dan perak.29

    2. Pembunuhan Semi Sengaja

    Pembunuhan semi sengaja dalam hukum pidana Islam, diancam dengan

    beberapa hukuman. Sebagian hukuman pokok dan pengganti, dan sebagian lagi

    hukuman tambahan. Hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan semi sengaja

    adalah hukuman diyat dan kifarat. Hukuman diyat pembunuhan semi sengaja tidak

    diancam dengan hukuman qishash, melainkan dengan hukuman diyat.30

    Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasai, dan

    Ibn Majah dari Abdullah bin Umr Ibn Ash, bahwa Rasulullah telah bersabda:

    ) (

    Arinya: Ingatlah sesungguhnya diyat kekeliruan dan semi sengaja yaitu pembunuhan dengan cambuk dan tongkat adalah 100 ekor unta diantaranya 40 ekor diadalam perutnya ada anaknya (sedang bunting).31

    29 Ibid.jld III h.327 30 Ibid, h. 329 31 Imam Hafiz Abi Daud Sulaiman ibn Asyab Sajastany, Sunan Abi Daud. (Bairut: Dar

    Alam, 2003), h.749

  • 53

    Diyat untuk pembunuhan semi sengaja sama dengan diyat pembunuhan

    sengaja, baik dalam kadar, jenis maupun beratnya. Selai itu pembunuhan semi

    sengaja juga dikenakan hukuman kifarat.

    Selain daripada itu pula, ada hukuman pengganti bagi pembunuhan semi

    sengaja pula dikenakan hukuman tazir. Apabila hukuman diyat gugur karena sebab

    pengampunan atau lainnya, hukuman tersebut diganti dengan hukuman tazir.32

    3. Pembunuhan Karena Kesalahan

    Hukuman untuk pembunuhan karena kesalahan in