98835 Murni Yulianti Fsh
-
Author
iqbal-artinya-datang -
Category
Documents
-
view
47 -
download
5
Embed Size (px)
description
Transcript of 98835 Murni Yulianti Fsh
-
MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA PEGADAIAN SYARIAH
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
MURNI YULIANTI NIM: 106046101668
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.H. Hamid Farihi, M.A H.M. Dawud A. Khan,S.E.,M.Si.,Ak.,CPA NIP. 195811191986031001
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H
PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1431 H / 2010 M
ii
-
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Manajemen Risiko dan Aplikasinya pada Pegadaian Syariah telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 24 September 2010 Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM. NIP: 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
1. Ketua : DR. Euis Amalia, M. Ag (.) NIP: 197107011998032002 2. Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H (.) NIP: 197407252001121001 3. Pembimbing I : Drs.H. Hamid Farihi, MA (.) NIP. 1973050420031002 4. Pembimbing II : M.Dawud A.Khan,SE.,M.Si.,Ak.,CPA (.) 5. Penguji I : Dr.Ir. Iwan Pontjowinoto, SE., MM (.) 6. Penguji II : Hendra Pertaminawati, MA (.)
iii
-
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Ramadhan 1431 H September 2010 M
MURNI YULIANTI
iv
-
ABSTRAK
MURNI YULIANTI. NIM 106046101668. Manajemen Risiko dan Aplikasinya pada Pegadaian Syariah. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M. Isi: xiii - 113halaman + 28 lampiran, 31 literatur (1993-2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen risiko serta aplikasinya pada Pegadaian Syariah, pada penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang diajukan kepada jeneral manajer manajemen risiko dan manajer usaha rahn PERUM Pegadaian Pusat Jakarta, dan data sekunder yang mendukung penelitian ini. Sedangkan untuk metode analisis, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mekanisme manajemen risiko pada Pegadaian Syariah diawali dengan proses identifikasi jenis risiko, kemudian dipetakan menurut dampak yang ditimbulkan dari masing-masing risiko, dan menentukan perlakuan terhadap risiko dengan menyusun strategi dalam pengendalian risiko.
Kata Kunci: Manajemen risiko, Jenis risiko, Dampak risiko, Strategi penanganan
risiko. Pembimbing I : Drs.H. Hamid Farihi, M.A NIP. 195811191986031001 Pembimbing II : H.M. Dawud A. Khan,SE.,M.Si.,Ak.,CPA
v
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya,
shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya,
Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul Manajemen
Risiko dan Aplikasinya pada Pegadaian Syariah, maka penulis ingin mengucapkan
terima kasih terutama kepada :
1. Bapak Prof. DR. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH,
Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs.H. Hamid Farihi, M.A dan H.M. Dawud A. Khan,S.E.,M.Si.,Ak.,CPA,
Dosen Pembimbing I dan II atas segenap waktu, arahan, motivasi, dan
kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.
4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.
vi
-
6. Segenap pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum khususnya
Farhan Musthofa, SEI, atas kemudahan yang penulis rasakan selama
pengumpulan literatur, dan staf dari berbagai perpustakaan di beberapa
universitas di Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
7. Ayahanda Syarif Abah dan ibunda Wartini yang telah mencurahkan kasih
sayangnya dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat merasakan
pendidikan di Perguruan Tinggi. Saudara-saudaraku tercinta: aa, teh syanti, teh
euis yang begitu banyak membantu, uyuy, dan audhi trimakasih atas doa dan
dukungannya.
8. Sahabat-sahabatku Iea, Wie dan Nay yang senantiasa mengubah kepenatan
menjadi kebahagiaan. Roni yang berkenan membantu dan meluangkan waktunya
untuk berbagi pengetahuan dan Appaz yang juga berkenan berbagi ilmu bahasa
arabnya.
9. Bapak Ir. Fauzan Ahmad, Direktur PT. Maestro Motivasi Indonesia dan sahabat-
sahabat Maestro: Danu, Abuy, Yudi dan lainnya yang senantiasa memberikan
motivasi dan inspirasi.
10. Untuk dosen yang sangat bersahabat bapak Mumin Rauf, S.Ag., MA terimakasih
untuk doa, arahan dan motivasinya. Bu Oke dan Pa Hadi yang memberi
kemudahan dalam menyelesaikan prosedur terkait kelulusan.
11. Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006,
terutama PSC 2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di
perkuliahan.
vii
-
viii
12. Bapak Pamuji Gesang Raharjo, SE.,MM dan bapak Rudy Kurniawan,SE. Jeneral
Manajer Manajemen Risiko dan Jeneral Manajer Usaha Rahn Perum Pegadaian.
13. Dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi
ini baik moril maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Jazakumullahu Khairul Jaza.
Ciputat, Ramadhan 1431 H September 2010 M
MURNI YULIANTI
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................................... iii
LEMBAR PENYATAAN .......................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ......................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7
D. Kerangka Teori dan Konseptual ......................................................... 9
E. Review Studi Terdahulu ................................................................... 11
F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan .......................................... 12
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Konstruksi Gadai Syariah
1. Pengertian Gadai .......................................................................... 17
2. Landasan Syariah ......................................................................... 18
3. Hakikat dan Fungsi Gadai Syariah .............................................. 20
ix
-
4. Rukun dan Syarat Sah Gadai Syariah .......................................... 21
5. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan Rahn ................ 22
B. Manajemen Risiko 1. Pengertian Manajemen Risiko ..................................................... 24
2. Konsep Risiko .............................................................................. 26
3. Klasifisikasi Manajemen Risiko .................................................. 31
C. Mekanisme Manajemen Risiko ........................................................ 40
1. Identifikasi Risiko ........................................................................ 41
2. Pengukuran Risiko ....................................................................... 43
3. Pemetaan Risiko ........................................................................... 44
4. Model Pengelolaan Risiko ........................................................... 45
5. Monitor dan Pengendalian Risiko ................................................ 46
BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH A. Sejarah Berdirinya Pegadaian ........................................................... 47
1. Sejarah Singkat Perum Pegadaian................................................ 48
2. Pegadaian Syariah di Indonesia ................................................... 50
B. Visi dan Misi Pegadaian Syariah ..................................................... 52
C. Produk Pegadaian Syariah
1. Rahn ............................................................................................. 59
2. Ar-Rum ........................................................................................ 61
3. Mulia ............................................................................................ 62
D. Legalitas dan Struktur Organisasi Pegadaian Syariah ...................... 64
E. Gambaran Umum SDM Pegadaian Syariah ...................................... 67
x
-
BAB IV MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA
PEGADAIAN SYARIAH ....................................................................... 71
A. Mekanisme Manajemen Risiko Pegadaian Syariah ......................... 72
1. Identifikasi ................................................................................... 73
2. Pengukuran ................................................................................. 74
3.Pemantauan ................................................................................... 75
4. Pengendalian ................................................................................ 76
B. Jenis Risiko yang Dihadapi Perum Pegadaian ................................. 78
C. Analisis Risiko ................................................................................. 84
1. Dampak dari Masing-masing Risiko yang Dihadapi Perum
Pegadaian ..................................................................................... 90
2. Analisis Dampak Risiko Perum Pegadaian .................................. 94
D. Strategi yang Ditempuh Perum Pegadaian dalam Mengatasi
Permasalahan Risiko yang Dihadapi ............................................. 101
1. Upaya-upaya yang telah Dilakukan Perum Pegadaian dalam
Mengurangi Risiko .................................................................... 103
2. Upaya yang Dilakukan Perum Pegadaian untuk Mengelola
Risiko ......................................................................................... 105
BAB V PENUTUP 1. KESIMPULAN ................................................................................ 106
2. SARAN ............................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 110
LAMPIRAN ............................................................................................................. 114
xi
-
xii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 3.1 Komposisi Karyawan menurut Tingkat Pendidikan ........................... 68
Tabel 4.1 Dampak Risiko Pegadaian .................................................................. 90
Gambar 1.1 Siklus Manajemen Risiko ..................................................................... 9
Gambar 1.2 Konseptual Analisa Penerapan Manajemen Risiko ............................ 10
Gambar 2.1 Skema Transaksi Gadai Syariah ......................................................... 17
Gambar 3.1 Struktur Divisi Syariah ....................................................................... 67
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Manajemen Risiko Perum Pegadaian ....................... 77
Gambar 4.2 Tampilan Peringkat Risiko secara Kualitatif ...................................... 88
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai dibicarakan di berbagai
forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya pembicaraan
masalah ini karena salah satu tolak ukur kemajuan suatu Negara adalah dari
kemajuan ekonominya dan tulang punggung dari kemajuan ekonomi adalah dunia
bisnis. Masalah pokok dan paling sering dihadapi oleh setiap perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha apa pun tidak terlepas dari kebutuhan akan dana
(modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan baik
untuk modal investasi atau modal kerja.
Adalah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang memegang
peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dana. Hal ini disebabkan
perusahaan keuangan memang bidang utama usahanya adalah menyediakan
fasilitas pembiayaan dana bagi perusahaan lainnya.1
Dalam setiap perekonomian modern, keberadaan lembaga keuangan yang
menawarkan berbagai bentuk fasilitas pembiayaan merupakan sesuatu yang
penting guna mendukung kegiatan perekonomian, terutama melalui pengerahan
1
1 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cet.6 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2002), hal.1.
-
sumber-sumber pembiayaan dan penyalurannya secara efektif dan efisien. Sejalan
dengan itu, sejak tahun 1988 pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan
untuk lebih memperkuat sistem lembaga keuangan nasional melalui
pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga keuangan,2 di antaranya
lembaga keuangan non-bank seperti Pegadaian.
Perusahaan Pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan
fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan nasabah tersebut digadaikan
dan kemudian ditaksir oleh pihak Pegadaian untuk menilai besarnya nilai
jaminan. Besarnya nilai jaminan akan mempengaruhi jumlah pinjaman.
Sementara ini usaha Pegadaian secara resmi masih dilakukan Pemerintah.
Gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang-piutang, yang
mana untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang
berutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap utangnya itu.
Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan (orang yang berutang)
tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang berpiutang). Praktik seperti ini telah
ada sejak jaman Rasulullah saw dan Rasulullah sendiri pernah melakukannya.
Gadai mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi dan dilakukan secara sukarela
atas dasar tolong-menolong.3
2
2 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, ed.II (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,
1999), hal.229.
3 Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta; Salemba Diniyah, 2003), h.2.
-
Hadirnya Pegadaian Syariah sebagai sebuah lembaga keuangan formal
yang berbentuk unit dari Perum Pegadaian di Indonesia, yang bertugas
menyalurkan pembiayaan dalam bentuk pemberian uang pinjaman kepada
masyarakat yang membutuhkan berdasarkan hukum gadai syariah merupakan
suatu hal yang perlu mendapatkan sambutan positif. Dalam gadai syariah, yang
terpenting adalah dapat memberikan kemaslahatan sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat dan menjauhkan diri dari praktik-praktik riba, qimar
(spekulasi), maupun gharar (ketidaktransfaranan) yang berakibat terjadinya
ketidakadilan dan kedzaliman pada masyarakat dan nasabah.4
Semua organisasi tentunya mempunyai suatu tujuan sendiri-sendiri yang
merupakan motivasi dari pendiriannya. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah
mekanisme yang mengintegrasikan proses dari kegiatan-kegiatan yang perlu
dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan, dan kegiatan tersebut kita kenal
sebagai kegiatan manajemen. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik
industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa keuangan didorong oleh motif
mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapatkan keuntungan yang besar,
manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien.5
3
4 Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional: Suatu Kajian Kontemporer
(Jakarta: UI-Press, 2005), h.5. 5 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah , cet.4 (Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006), h.90.
-
Berbicara mengenai manajemen, Islam mendorong umatnya untuk
melakukan segala sesuatu secara terorganisasi dengan rapi. Dalam sebuah Hadits
dikemukakan,
} {
Jika anda ingin melakukan sebuah perbuatan atau pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya. Jika perbuatan itu baik, teruskan, dan jika perbuatan itu jelek , maka berhentilah. (HR Ibnul Mubarak)
Pesan untuk memikirkan akibat dari suatu perbuatan merupakan larangan
untuk melakukan sesuatu tanpa sasaran yang jelas, tanpa organisasi yang rapi, dan
tanpa tujuan yang jelas. Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata
wadah, melainkan lebih menekankan bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan
secara rapi. Organisasi lebih menekankan pengaturan mekanisme kerja.6
Dalam proses untuk mencapai tujuan, setiap organisasi perusahaan selalu
dihadapkan pada hambatan dan kendala, baik kendala teknis maupun operasional.
Hambatan atau kendala tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis yang akan
dihadapi sebuah organisasi ataupun perusahaan dalam mencapai tujuan. Semua
hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan kita kenal sebagai risiko.
Setiap usaha bisnis atau pendirian perusahaan, haruslah mengukur potensi
risikonya terlebih dahulu. Dalam menghadapi risiko tersebut, banyak cara
4
6 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik (Jakarta: Gema
Insani Press, 2003), h.100.
-
dilakukan perusahaan. Apa pun upaya yang dilakukan perusahaan dalam
menghadapi risiko, suatu pemahaman tentang bagaimana risiko terjadi,
bagaimana mengukur, memantau dan mengendalikannya adalah suatu proses
manajemen yang perlu dilakukan perusahaan. Perusahaan yang melakukan proses
manajemen risiko akan semakin sadar dan siap menghadapi kemungkinan
terjadinya risiko yang potensial terjadi.
Manajemen risiko akhir-akhir ini menjadi bagian pertimbangan dari bisnis
yang tidak dapat dihindarkan. Banyak perusahaan yang bangkrut dan dilikuidasi
karena menderita kerugian yang sedemikian besar. Hal itu terjadi karena tidak
atau gagal memperhitungkan risiko yang ada. Namun demikian, bagi perusahaan
yang sudah berjalan dan mempunyai banyak bisnis usaha, keputusan untuk
memasukkan pengukuran risiko dalam pengambilan keputusan bisnisnya adalah
lebih baik daripada hanya memperhitungkan potensi return-nya saja.
Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko dan memasukkan
dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya diharapkan dapat lebih survive,
karena potensi risiko yang terjadi sudah diperhitungkan. Perusahaan yang
melakukan proses manajemen risiko juga diharapkan lebih dapat menciptakan
nilai tambah, karena potensi return yang diperoleh sudah diperhitungkan lebih
besar daripada potensi risiko kerugiannya. Dengan demikian, proses manajemen
risiko menjadi suatu kebutuhan bagi setiap perusahaan bukan menjadi kewajiban
5
-
yang dipersyaratkan oleh regulator7. Oleh karena itu manajemen risiko mutlak
diterapkan baik oleh individu maupun korporasi. Lebih spesifik dalam korporasi,
sebagai suatu organisasi, perusahaan pada umumnya memiliki tujuan dalam
mengimplementasikan manajemen risiko.8
Berdasarkan pemaparan tersebut, sudah sepantasnya sebuah organisasi
ataupun perusahaan menyadari bahwa pengelolaan risiko merupakan sesuatu yang
penting bagi organisasi sehingga perlu memiliki suatu sistem manajerial yang
mampu meminimalisir bahkan menghilangkan segala kemungkinan risiko yang
dihadapi dalam kegiatan usahanya. Tidak terkecuali Pegadaian Syariah yang
merupakan sebuah lembaga keuangan umat yang memiliki prospek yang baik,
juga harus memiliki sebuah sistem manajemen pengawasan risiko dengan segala
tindakan preventif yang akan mampu mencegah bahkan menghilangkan risiko
kerugian financial dari kegiatan usaha perusahaannya.
Dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dan untuk
menganalisa penerapan manajemen risiko pada Pegadaian Syariah, maka penulis
tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam penulisan skripsi yang
berjudul: MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA
PEGADAIAN SYARIAH
6
7 Muhammad Muslich, Manajemen Risiko Operasional: Teori dan Praktik (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007), h.3.
8 Dida Nurhaida, Islam juga Mengajarkan Manajemen Risiko, Sharing: Inspirator Ekonomi dan Bisnis Syariah, (Mei 2010): h.64.
-
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berbicara mengenai manajemen memang perlu pambahasan yang cukup
luas. Demi terselesaikannya penulisan ini, maka dalam penelitian ini penulis
hanya memfokuskan pada pembahasan manajemen risiko yang terdapat pada
institusi lembaga keuangan Pegadaian Syariah.
Berdasar pada pembatasan masalah dan pembatasan penelitian tersebut,
maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya
sebagai berikut:
1. Jenis risiko apa saja yang dihadapi Pegadaian Syariah?
2. Bagaimana dampak dari masing-masing risiko tersebut terhadap
kelangsungan bisnis Pegadaian Syariah?
3. Bagaimana strategi yang ditempuh oleh Pegadaian Syariah dalam
menanggulangi permasalahan risiko yang dihadapi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Mengetahui dan menjelaskan jenis risiko yang terjadi pada Pegadaian
Syariah.
7
-
b. Mengetahui dan menjelaskan dampak dari masing-masing risiko terhadap
kelangsungan bisnis Pegadaian Syariah.
c. Mengetahui strategi yang ditempuh oleh Pegadaian Syariah dalam
menanggulangi permasalahan risiko yang dihadapi.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pencerahan dan daya guna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa
Menambah khasanah keilmuan demi meningkatkan kompetensi diri,
kecerdasan intelektual dan emosional dalam bidang lembaga keuangan
syariah khususnya mengenai manajemen risiko Pegadaian Syariah.
b. Bagi Institusi
Menambah sumbangan wacana pemikiran serta motivasi kepada lembaga
keuangan maupun lembaga yang terkait dalam sistem manajemen
pengelolaan risiko, sehingga mampu menerapkan sistem manajemen
risiko yang dapat meminimalisir bahkan menghilangkan kemungkinan
risiko yang dihadapai dalam kegiatan usahanya.
Harapan utama penulis dengan adanya penulisan ini, dapat memperkaya
wawasan dan wacana dalam ekonomi Islam pada umumnya dan sebagai sumbang
saran dan masukan bagi para praktisi dalam manajemen pengelolaan risiko usaha
8
-
yang dihadapi oleh lembaga keuangan syariah, khususnya Pegadaian Syariah,
serta dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dalam melakukan
aktifitas ekonominya.
D. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui,
menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan
dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.
Bramantyo Djohanaputro menjelaskannya dalam siklus manajemen risiko yaitu9:
Gambar 1.1 Siklus Manajemen Risiko
Evaluasi pihak berkepentingan
Identifikasi risiko
Pengawasan dan pengendalianrisiko
Model pengelolaan risiko Pemetaan
risiko
Pengukuran Risiko
9
9Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi (Jakarta: PPM, 2006),
h. 27.
-
Dalam perkembangannya, risiko-risiko yang dibahas dalam
manajemen risiko dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori dan pada tiap
kategori tersebut memiliki risiko-risiko yang lebih spesifik lagi tergantung
pada jenis usaha yang di bidangi oleh masing-masing perusahaan, yaitu:
a. Risiko Keuangan
b. Risiko Operasional
c. Risiko Strategis
d. Risiko Eksternalitas
2. Kerangka Konsep
Dalam skripsi ini konsep pemikirannya adalah sebagai berikut:
Gambar 1.2 Konseptual Analisa Penerapan Manajemen Risiko
Identifikasi jenis risiko pada Pegadaian Syariah
Dampak dari masing-masing risiko yang dihadapi Pegadaian Syariah
Menentukan strategi manajemen risiko dalam mengatasi risiko yang
dihadapi
Penerapan manajemen risiko pada Pegadaian Syariah
Langkah antisipasi dan preventif
10
-
E. Review Studi Terdahulu
1. Manajemen Risiko Operasional Bank Syariah (Studi pada Unit Usaha Syariah
Bank Bukopin) oleh Harun Masykur mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun skripsi 2008. Secara umum
permasalahan yang dibahas dalam penelitiannya adalah mengenai proses
identifikasi dan pengukuran risiko operasional, proses pengendalian dan
pelaporan risiko operasional, proses pengukuran dana cadangan risiko
operasional dengan metode the basic indicator approach (BIA) dan
hambatan-hambatan dalam manajemen risiko operasional pada UUS Bukopin.
Sedangkan pada skripsi ini, membahas manajemen risiko secara keseluruhan
pada Pegadaian Syariah dan tidak terbatas pada risiko operasionalnya saja
tetapi juga menganalisa seluruh risiko yang dihadapi Pegadaian Syariah.
2. Manajemen Risiko dan Penerapannya di PT. Asuransi Takaful Keluarga oleh
Wahyu Gunawan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun skripsi 2004. Secara umum permasalahan yang
dibahas dalam penelitiannya adalah mengenai konsep manajemen risiko
Islami, strategi yang ditempuh oleh PT Asuransi Takaful keluarga dalam
menanggulangi permasalahan risiko perusahaan yang mungkin dihadapi dan
sejauh mana kesesuaian program-program manajemen risiko perusahaan yang
telah ditetapkan oleh PT Asuransi Takaful Keluarga dengan prinsip-prinsip
manajemen risiko Islami. Sedangkan pada skripsi ini membahas manajemen
11
-
risiko secara umum dan strateginya dalam menghadapi risiko-risiko usaha
pada Pegadaian Syariah, karena obyek penelitian pada skripsi ini adalah
Pegadaian Syariah.
F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis Penelitian
Dalam pembahasan dan pengumpulan data skripsi ini, penulis memakai
metode penelitiaan kualitatif deskriptif yaitu tahap penyajian data yang
didasarkan kepada pendekatan phenomenologi yang terjadi dalam praktik
manajemen risiko di Pegadaian Syariah.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif, yaitu ilmu ekonomi
dalam bidang manajemen dan lebih spesifikasinya mengenai pengelolaan
manajemen risiko.
3. Jenis data dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa deskripsi
penerapan manajemen risiko di Pegadaian Syariah.
b. Sumber data penelitian ini yaitu:
12
-
1) Data Primer yaitu : dokumen-dokumen yang terkait dengan
manajemen risiko Pegadaian Syariah berupa: wawancara dengan divisi
manajemen risiko dan divisi usaha syariah, anual report 2009 Perum
Pegadaian.
2) Data Sekunder yaitu kajian kepustakaan tentang manajemen risiko dan
gadai syariah baik berupa jurnal, buku, majalah, dan lain-lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua metode, yaitu:
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Metode ini digunakan untuk memperoreh data tertulis dengan cara
membaca buku-buku, surat kabar dan sebagainya yang ada kaitannya
dengan masalah yang penulis teliti.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dengan
cara mendatangi langsung objek penelitian. Untuk memperoleh data dari
lapangan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1) Observasi dengan pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap mekanisme aplikasi manajemen risiko pada
Pegadaian Syariah dengan menggunakan seluruh alat indera.
13
-
2) Wawancara untuk tujuan mendapatkan keterangan secara lisan dari
pihak yang terkait dengan obyek penelitian.
5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara
bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu
mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan
jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikannya dan
menganalisa mekanisme penerapan manajemen risiko pada Pegadaian
Syariah.
6. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
G. Sistematika Penulisan
Dalam membahas skripsi ini, penulis membagi ke dalam lima bab. Pada
tiap bab terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini penulis
menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
14
-
BAB I, PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, kerangka teori dan konseptual, review studi
terdahulu, metodologi penelitian dan teknik penulisan serta sistematika
penulisan.
BAB II, LANDASAN TEORITIS
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai
konstruksi gadai syariah yang meliputi pengertian gadai, landasan
syariah, hakikat dan fungsi gadai syariah, rukun dan syarat sah gadai
syariah, persamaan dan perbedaan antara gadai dengan rahn. Dan
teori mengenai manajemen risiko yang meliputi: pengertian
manajemen risiko, konsep risiko, klasifikasi manajemen risiko serta
mekanisme manajemen risiko yang meliputi: identifikasi risiko,
pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan risiko, monitor
dan pengendalian risiko.
BAB III, GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH
Dalam bab ini, penulis menguraikan gambaran umum dari Pegadaian
Syariah yang meliputi: sejarah singkat Perum Pegadaian dan
Pegadaian Syariah, visi dan misi Pegadaian Syariah, produk dan jasa 15
-
16
Pegadaian Syariah, legalitas dan struktur organisasi Pegadaian
Syariah, gambaran umum Sumber Daya Manusia Pegadaian Syariah.
BAB IV, MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA PEGADAIAN
SYARIAH
Dalam bab ini, penulis menguraikan bagaimana manajemen
pengelolaan risiko dan aplikasinya pada Pegadaian Syariah, apa saja
jenis risiko yang dihadapi, bagaimana manganalisis risiko, bagaimana
dampak dari masing-masing risiko tersebut terhadap kelangsungan
bisnis Pegadaian Syariah, dan bagaimana strategi yang ditempuh oleh
Pegadaian Syariah dalam mengatasi permasalahan risiko yang
dihadapi.
BAB V, PENUTUP
Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang
dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.
-
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konstruksi Gadai Syariah
1. Pengertian Gadai
Secara umum, gadai merupakan suatu hak yang diperoleh kreditur atas
suatu barang bergerak yang dijadikan sebagai jaminan pelunasan atas hutang.
Sedangkan Rahn atau Gadai Syariah adalah penyerahan hak penguasaan
secara phisik atas harta/barang berharga dari nasabah kepada penerima gadai
sebagai jaminan atas pembiayaan qardh yang diterima oleh nasabah.1
Gambar 2.1 Skema Transaksi Gadai Syariah
1 Rudy Kurniawan, Pelatihan Pegadaian Syariah. Soft Skill sebagai Peningkatan Sumber Daya Insani Pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS), 14 April 2010. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
17
-
Sesuai dengan skema tersebut, pada dasarnya operasionalisasi
Pegadaian Syariah berjalan diatas dua akad transaksi syariah yaitu:
a. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. Dengan akad ini, Pegadaian menahan barang bergerak sebagai
jaminan atas utang nasabah/Rahin.
b. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini, dimungkinkan bagi
Pegadaian Syariah untuk menarik biaya Ijarah atas penyimpanan dan
pemeliharaan barang bergerak milik nasabah/Rahin yang telah melakukan
akad.
2. Landasan Syariah
Landasan konsep Pegadaian Syariah mengacu kepada syariat Islam
yang bersumber dari Al Quran dan Hadits Nabi saw. Adapun prinsip dasar
yang digunakan adalah2:
18
2 M. Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), h.128.
-
a. Al-Quran Surat Al Baqarah (2): 283
I 2)A t" o`Z 1 kM" @" G`Ko
V% I aG% 1 =
Qlm u aG" )A% *m s
y *" `k`N~ G% `N*e 5 12
` I `" 2l
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
b. Hadits
}
{
Dari Aisyah r.a., Nabi saw., bersabda:
19
-
Sesungguhnya Rasulullah saw., pernah membeli makanan dengan berutang dari seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya. (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Hakikat dan Fungsi Gadai Syariah
Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 283 dan begitu juga dalam
hadits Rasulullah saw. dari Ummul Muminin Aisyah ra. yang diriwayatkan
Abu Hurairah, dijelaskan bahwa gadai pada hakikatnya merupakan salah satu
bentuk muamalah, dimana sikap menolong dan sikap amanah sangat
ditonjolkan.
Maka pada dasarnya, hakikat dan fungsi Pegadaian dalam Islam
adalah semata-mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang
membutuhkan dengan meminta/menyerahkan marhun sebagai jaminan dan
bukan untuk kepentingan komersil dengan mengambil keuntungan yang
sebesar-besarnya tanpa menghiraukan kemampuan orang lain.
Produk rahn disediakan untuk membantu nasabah dalam pembiayaan
kegiatan multiguna. Rahn sebagai bentuk pinjaman, berarti Pegadaian Syariah
hanya memperoleh imbalan atas biaya administrasi, penyimpanan,
pemeliharaan, dan asuransi marhun, maka produk rahn ini biasanya hanya
digunakan untuk keperluan sosial-konsumtif seperti kebutuhan hidup,
20
-
pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan rahn sebagai produk pembiayaan,
berarti Pegadaian Syariah memperoleh bagi hasil dari usaha rahin yang
dibiayainya.3
4. Rukun dan Syarat Sah Gadai Syariah
a. Orang yang berakad:
1) Yang berhutang (Rahin)
2) Yang berpiutang (Murtahin)
Syarat yang terkait dengan orang yang berakad, adalah cakap bertindak
hukum (baligh dan berakal).
b. Sighat (ijab qabul)
c. Utang (Marhun bih)
d. Barang yang dijadikan agunan (Marhun)
Syarat marhun menurut pakar Fiqh adalah4:
1) Marhun itu dapat dijual dan nilainya seimbang dengan marhun bih.
2) Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal).
3) Marhun itu jelas dan tertentu.
4) Marhun itu milik sah rahin.
5) Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain.
21
3 Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional: Suatu Kajian Kontemporer
(Jakarta: UI-Press, 2005), h.41.
4 Nasrun Haroen, Fiqh muamalat (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.254.
-
6) Marhun itu merupakan hak milik yang utuh, tidak berupa bagian
dalam kepemilikan bersama.
7) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun manfaatnya.
5. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan Rahn
Persamaan antara gadai dengan rahn adalah sebagai berikut5:
a. Hak gadai berlaku atas pinjaman uang
b. Adanya agunan (barang jaminan) sebagai jaminan utang
c. Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan
d. Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai
e. Apabila batas waktu pinjaman uang telah habis, barang yang digadaikan
boleh dijual atau dilelang.
Sedangkan perbedaan antara gadai dengan rahn adalah sebagai berikut:
a. Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong-
menolong tanpa mencari keuntungan, sedangkan gadai menurut hukum
perdata, disamping berprinsip tolong-menolong juga menarik keuntungan
dengan cara menarik bunga atau sewa modal yang ditetapkan.
22
5 Rais, Pegadaian Syariah, h.46.
-
b. Dalam hukum perdata, hak gadai hanya berlaku pada benda yang
bergerak, sedangkan dalam hukum Islam, rahn berlaku pada seluruh harta,
baik harta yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
c. Dalam rahn, menurut hukum Islam tidak ada istilah bunga uang.
d. Gadai menurut hukum perdata, dilaksanakan melalui suatu lembaga, yang
di Indonesia disebut Perum Pegadaian, sedangkan rahn menurut hukum
Islam dapat dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga.
Akad rahn telah dipakai sebagai alternatif dari pegadaian
konvensional. Bedanya dengan pegadaian biasa, dalam rahn, nasabah tidak
dikenakan bunga. Yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan,
pemeliharaan, penjagaan, dan penaksiran.
Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga pegadaian adalah dari
sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sedangkan biaya rahn
hanya sekali dan ditetapkan dimuka.6
23
6 Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, h.130.
-
B. Manajemen Risiko
1. Pengertian Manajemen Risiko
Istilah manajemen mengacu pada suatu proses mengkoordinasi dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan
efektif dengan dan melalui orang lain. Proses menggambarkan fungsi-fungsi
yang berjalan terus atau kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan oleh para
manajer. Fungsi-fungsi tersebut biasanya disebut sebagai merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.
Manajemen juga diartikan dalam berbagai istilah atau sebutan,
sehingga dengan istilah tersebut masing-masing orang dapat memandang
manajemen sesuai dengan cara pandang mereka. Walaupun berbeda dalam
cara pandang, namun konsep manajemen tetap mengacu pada perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Manajemen adalah praktek yang secara sadar dan berkesinambungan
menata dan membentuk pada organisasi formal. Dalam melakukan hal ini,
seni pengambilan keputusan memainkan peran yang sangat penting.
Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses identifikasi dan
pemilihan tindakan untuk menyelesaikan suatu masalah spesifik (stoner etal,
1995).7
24
7 Indo Yama Nasarudin dan Hemmy Fauzan, Pengantar Bisnis dan Manajemen (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 161.
-
Para ahli pengambil keputusan pernah membedakan antara
ketidakpastian dan risiko, tetapi kini lebih sering memandang ketidakpastian
sebagai alasan mengapa satu situasi itu berisiko.
Risiko merupakan bahaya; risiko adalah ancaman atau kemungkinan
suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Risiko juga merupakan peluang; risiko
adalah sisi yang beralawanan dari peluang untuk mencapai tujuan. Kata
kuncinya adalah tujuan dan dampak/ sisi yang berlawanan. Guna
mempertahankan eksistensi kehidupan, maka diperlukan suatu tujuan. Untuk
mencapai tujuan diperlukan tindakan atau aktivitas. Aktivitas memiliki risiko
jika dampaknya berlawanan. Sebaliknya, aktivitas memberikan peluang untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
Setiap organisasi pasti memiliki tujuan berupa visi dan misi yang ingin
dicapai. Tujuan tersebut berpeluang untuk dicapai, tetapi terdapat juga risiko
untuk tidak tercapai.8
Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak
diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan
munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan
25
8 Ferry n. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia ( Jakarta: Rajawali Pers, 2008),h.4.
-
terjadinya hasil negatif tadi. Kejadian risiko merupakan kejadian yang
memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak
diinginkan. Sementara itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang
diakibatkan kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian non-
finansial.9
Tujuan memahami risiko adalah untuk mengelola risiko. Manajemen
risiko membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan hal-
hal di luar dugaan yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi.
Manajemen risiko juga memberikan pertimbangan mengenai tindakan yang
harus diambil guna menangani berbagai risiko tersebut.10
Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui,
manganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan
dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.11
2. Konsep Risiko
Untuk dapat memahami masalah-masalah pokok yang berkaitan
dengan risiko, maka perlu adanya pengetahuan mengenai konsep-konsep
26
9 Fachmi Basyaib, Manajemen Risiko (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h.1
10 Leo J. Susilo dan Victor Riwu Kaho, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk Industri Nonperbankan (Jakarta: PPM Manajemen, 2010), h.1
11 Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Cet.V, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h.17.
-
dasar yang berhubungan dengan risiko. Pemahaman atas perbedaan antara
risiko dan ketidakpastian akan memberikan suatu pandangan tentang sifat
hakiki dari risiko.
Ketidakpastian mengacu pada pengertian risiko yang tidak
diperkirakan (unexpected risk). Sedangkan istilah risiko itu sendiri mengacu
kepada risiko yang diperkirakan (expected risk). Ketidakpastian atau
uncertainty sering diartikan dengan keadaan dimana ada beberapa
kemungkinan kejadian akan menyebabkan hasil yang berbeda. Tetapi tingkat
kemungkinan atau probabilitaas kejadian itu sendiri tidak diketahui secara
kuantitatif.
Pengertian dasar risiko terkait dengan adanya ketidakpastian dan
tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif serta tingkat
ketidakpastian tersebut dapat dihitung dengan memperoleh informasi. Jadi,
yang membedakan risiko dan ketidakpastian adalah informasi. Ada beberapa
pengertian yang sering digunakan dalam istilah risiko. Yang paling mendasar
adalah risiko bisa diartikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat
probabilitas kejadiannya.12
Disamping perlu adanya pemahaman mengenai risiko dan
ketidakpastian, juga perlu adanya pengetahuan mengenai prinsip-prinsip
27
12 Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. (Jakarta: PPM,
2006),h.14.
-
manajemen risiko, manajemen risiko suatu organisasi hanya dapat efektif bila
mampu menganut prinsip-prinsip sebagai berikut13:
a. Manajemen risiko haruslah memberi nilai tambah.
Manajemen risiko memberikan kontribusi melalui peningkatan
kemungkinan pencapaian sasaran perusahaan secara nyata. Selain itu, juga
memberikan perbaikan dalam aspek keselamatan, kesehatan kerja,
kepatuhan terhadap peraturan perundangan, perlindungan lingkungan
hidup, persepsi publik, kualitas produk, reputasi, corporate governance,
efisiensi operasi, dan lain-lain.
b. Manajemen risiko adalah bagian terpadu dari proses organisasi.
Manajemen risiko merupakan bagian dari tanggung jawab manajemen dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari proses organisasi, proyek, dan
manajemen perubahan.
c. Manajemen risiko adalah bagian dari proses pengambilan keputusan.
Manajemen risiko membantu para pengambil keputusan untuk mengambil
keputusan atas dasar pilihan-pilihan yang tersedia dengan informasi yang
selengkap mungkin. Manajemen risiko dapat membantu menunjukkan
semua risiko yang ada, mana risiko yang dapat diterima dan mana risiko
yang memerlukan perlakuan lebih lanjut. Manajemen risiko juga
memantau apakah perlakuan risiko yang telah diambil memadai dan cukup
28
13Leo J. Susilo, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000, h.22.
-
efektif atau tidak. Informasi ini merupakan bagian dari proses
pengambilan keputusan.
d. Manajemen risiko secara khusus menangani aspek ketidakpastian.
Manajemen risiko secara khusus menangani aspek ketidakpastian dalam
proses pengambilan keputusan. Ia memperkirakan bagaimana sifat
ketidakpastian dan bagaimanakah hal tersebut ditangani.
e. Manajemen risiko bersifat sistematik, terstruktur, dan tepat waktu.
Sifat sistematik, terstruktur, dan tepat waktu yang digunakan dalam
pendekatan manajemen risiko inilah yang memberikan kontribusi terhadap
efisiensi dan konsistensi manajemen risiko. Dengan demikian, hasilnya
dapat dibandingkan dan memberikan hasil serta perbaikan.
f. Manajemen risiko berdasarkan pada informasi terbaik yang tersedia.
Masukan dan informasi yang digunakan dalam proses manajemen risiko
didasarkan pada sumber informasi yang tersedia, seperti pengalaman,
observasi, perkiraan, penilaian ahli, dan data lain yang tersedia. Akan
tetapi, tetap harus disadari bahwa semua informasi ini mempunyai
keterbatasan yang harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan
keputusan, baik dalam membuat model risiko maupun perbedaan pendapat
yang mungkin terjadi diantara para ahli.
29
-
g. Manajemen risiko adalah khas untuk penggunaannya.
Manajemen risiko harus diselaraskan dengan konteks internal dan
eksternal organisasi, serta sasaran organisasi dan profil risiko yang
dihadapi organisasi tersebut.
h. Manajemen risiko mempertimbangkan faktor manusia dan budaya.
Penerapan manajemen risiko haruslah mengenali kapabilitas organisasi,
persepsi dan tujuan masing-masing individu di dalam serta di luar
organisasi, khususnya yang menunjang atau menghambat pencapaian
sasaran organisasi.
i. Manajemen risiko harus transparan dan inklusif.
Untuk memastikan bahwa manajemen risiko tetap relevan dan terkini,
para pemangku kepentingan dan pengambil keputusan di setiap tingkatan
organisasi harus dilibatkan secara efektif. Keterlibatan ini juga harus
memungkinkan para pemangku kepentingan terwakili dengan baik dan
mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pendapat serta
kepentingannya, terutama dalam merumuskan kriteria risiko.
j. Manajemen risiko bersifat dinamis, berulang, dan tanggap terhadap
perubahan.
Ketika terjadi peristiwa baru, baik di dalam maupun di luar organisasi,
konteks manajemen risiko dan pemahaman yang ada juga mengalami
perubahan. Dalam situasi semacam inilah tahapan monitoring dan review
30
-
berperan memberikan kontribusi. Risiko baru pun muncul, ada yang
berubah, ada juga yang menghilang. Oleh karena itu, menjadi tugas
manajemen untuk memastikan bahwa manajemen risiko senantiasa
memperhatikan, merasakan, dan tanggap terhadap perubahan.
k. Manajemen risiko harus memfasilitasi terjadinya perbaikan dan
peningkatan organisasi secara berlanjut.
Manajemen organisasi harus senantiasa mengembangkan dan menerapkan
perbaikan strategi manajemen risiko serta meningkatkan kematangan
pelaksanaan manajemen risiko, sejalan dengan aspek lain dari organisasi.
3. Klasifikasi Manajemen Risiko
Manajemen risiko yang dianggap paling maju adalah pada industri
perbankan. Namun, kesulitan masih muncul disana-sini dalam
mengidentifikasikannya. Terdapat risiko-risiko yang berlaku hampir di semua
industri. Ragam dan klasifikasi yang disampaikan disini merupakan salah satu
model. Surat edaran Bank Indonesia perihal penerapan manajemen risiko bagi
bank umum hanya mencantumkan delapan jenis risiko yang diantaranya
adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko
hukum, risiko reputasi, risiko strategik, dan risiko kepatuhan.14
31
14 Robert Tampubolon, Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), h.24.
-
Berikut pemaparan dalam hal pengklasifikasian risiko pada industri
nonperbankan, dimana delapan jenis risiko bank umum menurut versi Bank
Indonesia menjadi bagian dari risiko yang ada dalam model ini. Risiko
perusahaan dapat dikategorikan ke dalam empat jenis risiko yaitu risiko
keuangan, risiko operasional, risiko strategis dan risiko ekternalitas. Masing-
masing kategori risiko terdiri dari beberapa jenis risiko.15
a. Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter
perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Ukuran keuangan
dapat berupa arus kas (dan ini yang banyak digunakan), laba perusahaan,
economic value added (EVA), dan pertumbuhan penjualan.
Risiko keuangan terdiri dari tiga jenis risiko: risiko likuiditas, risiko
kredit, dan risiko permodalan.
1) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan
tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau
pengeluaran tak terduga. Ini berkaitan dengan pengelolaan modal kerja
perusahaan. Risiko ini terjadi bila perusahaan kekurangan uang tunai
atau modal kerja bentuk lain yang bisa diuangkan dengan mudah
32
15 Bramantyo, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, h. 34.
-
untuk membayar utang dagang, utang pajak, utang bank yang jatuh
tempo, commercial paper (CP), dan kewajiban jangka pendek lainnya.
Sekalipun risiko likuiditas berkaitan dengan jangka waktu yang
pendek, kondisi tidak likuid yang ekstrem dapat menyebabkan
kebangkrutan.
2) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit
tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang
dalam kesepakatan. Ini mengandung pengertian, risiko kredit suatu
perusahaan berarti juga risiko turunnya kemampuan perusahaan
debitur. Oleh karena itu, mengukur risiko kredit selalu dikaitkan
dengan nominal risiko dan kualitas dari risiko. Keduanya menentukan
kebijakan perusahaan dalam memberi kredit.
3) Risiko Permodalan
Risiko permodalan disebut juga risiko solvensi, yaitu risiko yang
dihadapi perusahaan berupa kemungkinan tidak dapat menutup
kerugian. Risiko ini merupakan risiko yang dihadapi perusahaan dan
merupakan akumulasi berbagai risiko yang terjadi sebelumnya, antara
lain risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar, dan risiko
operasional. 33
-
Tidak ada ketentuan rasio permodalan di luar industri perbankan dan
asuransi. Namun, analis keuangan dapat membantu direksi
menetapkan rasio terbaik untuk mencapai nilai perusahaaan dan
kekayaan pemegang saham yang maksimum dengan tingkat risiko
yang bisa diterima.
4) Risiko Pasar
Risiko pasar berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan
karena pergerakkan variabel pasar selama periode likuidasi dan
perusahaan harus secara rutin melakukan penyesuaian nilai terhadap
pasar (mark to market). Hal-hal yang terkait dengan risiko pasar
adalah transaksi dan instrumen keuangan.
Risiko pasar biasanya dikelompokkan menjadi empat jenis: risiko
suku bunga, risiko nilai tukar, risiko komoditas, dan risiko ekuitas.
a) Risiko Suku Bunga
Yaitu risiko yang berdampak pada potensi penyimpangan beban
biaya atau pendapatan karena fluktuasi suku bunga. Bagi
perbankan, risiko suku bunga merupakan salah satu risiko yang
secara rutin dihadapi dan selalu dimonitor. Risiko ini baik dari sisi
beban biaya maupun pendapatan bunga.
34
-
b) Risiko Nilai Tukar
Adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena
fluktuasi nilai tukar. Biasanya risiko nilai tukar dikaitkan dengan
potensi penyimpangan pada transaksi atau arus kas, laba akuntansi,
dan penyimpangan nilai perusahaan atau kekayaan pemegang
saham.
c) Risiko Komoditas
Risiko komoditas merupakan potensi penyimpangan ekspektasi
penerimaan atau kewajiban pembayaran Rupiah karena perusahaan
melakukan transaksi komoditas secara forward, yang dimaksud
dengan transaksi forward adalah transaksi yang disepakati saat ini
mengenai jumlah atau volume komoditas yang ditransaksikan,
harga, dan jatuh temponya, dan eksekusi dilakukan saat jatuh
tempo.
d) Risiko Ekuitas
Yaitu potensi penyimpangan hasil oleh karena berfluktuasinya
harga atau indeks saham. Perusahaan pada umumnya tidak terlalu
memperdulikan risiko ekuitas karena investasi dalam bentuk ini
relatif kecil.
35
-
b. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau
faktor lain. Risiko operasional bisa terjadi pada dua tingkatan, yaitu teknis
dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi apabila
sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai, dan
pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran
organisasi, risiko operasional bisa muncul karena sistem pemantauan dan
pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan
sebagaimana seharusnya.
Risiko operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor manusia (SDM), teknologi, sistem dan prosedur, kebijakan, struktur
organisasi.
1) Risiko Produktivitas
Risiko produktivitas berkaitan dengan penyimpangan hasil atau
tingkat produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan
dari variabel yang mempengaruhi produktivitas kerja. Termasuk di
dalamnya adalah teknologi, peralatan, material, dan SDM.
36
-
2) Risiko Teknologi
Risiko teknologi berupa potensi penyimpangan hasil karena teknologi
yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi.
3) Risiko Inovasi
Risiko inovasi adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya
pembaharuan, modernisasi, atau tranformasi dalam beberapa aspek
bisnis. Penyimpangan positif (perbaikan kinerja) terjadi apabila
inovasi tersebut membantu proses operasi. Sebaliknya, inovasi
beberapa aspek dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan negatif
apabila perusahaan tidak segera melakukan penyesuaian.
4) Risiko Sistem
Risiko ini merupakan bagian dari risiko proses, yaitu potensi
penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian sistem
dalam operasi perusahaan.
5) Risiko Proses
Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil
yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan
dalam kombinasi sumber daya (SDM, keahlian, metode, peralatan,
37
-
teknologi, dan material) dan karena perubahan lingkungan. Kesalahan
prosedur merupakan salah satu bentuk perwujudan risiko proses.
c. Risiko Strategis
Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat
dan eksposur strategis (terutama eksposur keuangan) sebagai akibat
keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan
internal usaha.
1) Risiko Usaha
Risiko usaha adalah potensi penyimpangan hasil korporat (nilai
perusahaan dan kekayaan pemegang saham) dan hasil keuangan
karena perusahaan memasuki suatu bisnis tertentu dengan lingkungan
industri yang khas dan menggunakan teknologi tertentu.
2) Risiko Transaksi Strategis
Risiko transaksi strategis adalah potensi penyimpangan hasil korporat
maupun strategis sebagai akibat perusahaan melakukan transaksi
strategis. Yang termasuk ke dalam transaksi strategis adalah merjer,
akuisisi, investasi baru, divestasi, spin off, likuidasi, aliansi, dan
sejenisnya. Transaksi ini menyebabkan perubahan yang sangat
strategis pada perusahaan.
38
-
3) Risiko Hubungan Investor
Adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil dari
eksposur korporat dan terutama eksposur keuangan karena
ketidaksempurnaan dalam membina hubungan dengan investor, baik
pemegang saham maupun kreditur.
d. Risiko Eksternalitas
Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur
korporat dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha,
karena pengaruh dari faktor eksternal. Yang termasuk faktor eksternal,
antara lain reputasi, lingkungan, sosial, dan hukum.
1) Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah potensi hilangnya atau hancurnya reputasi
perusahaan karena penerimaan lingkungan eksternal yang rendah,
bahkan bisa terjadi penolakan. Penyebab penolakan tersebut ada dua,
yaitu ketidakmampuan perusahaan mengambil tindakan terhadap isu
eksternal yang terkait dengan perusahaan dan ketidakmampuan
perusahaan mengelola komunikasi dengan pihak berkepentingan
eksternal yang dapat menimbulkan persepsi positif terhadap
perusahaan.
39
-
2) Risiko Lingkungan
Risiko lingkungan adalah potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi
penutupan perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan dalam
mengelola polusi dan dampaknya yang ditimbulkan oleh perusahaan.
3) Risiko Sosial
Risiko sosial adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak
akrabnya perusahaan dengan lingkungan tempat perusahaan berada.
Termasuk di dalamnya adalah kalau perusahaan tidak peka terhadap
rekruitmen karyawan tanpa memberi kesempatan masyarakat setempat
dan peran sosial perusahaan dalam masyarakat.
4) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena
perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Di
lingkungan perbankan dikenal dengan risiko kepatuhan (compliance
risk).
C. Mekanisme Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko adalah tahapan-tahapan melalui mana sebuah
perusaahaan memastikan bahwa risiko yang dihadapinya (yang mengancamnya)
40
-
adalah sesuai dengan risiko yang diinginkan, dibutuhkan, atau direncanakan
supaya terjadi.
1. Identifikasi Risiko
Sebelum memanajemeni risiko, maka harus dapat diketahui adanya
risiko itu, berarti membangun pengertian tentang sifat risiko yang dihadapi
dan dampaknya terhadap aktivitas perusahaan. Pengidentifikasian risiko
sering pula disebut mendiagnosis risiko. Jika semua kerugian potensial yang
mungkin menimpa suatu perusahaan tidak diketahui, maka tidak mungkin
memanajeri risiko perusahaan yang bersangkutan. Dalam keadaan tidak
diidentifikasikan semua risiko, berarti perusahaan yang bersangkutan
menanggung risiko tersebut secara tak sadar.16
Organisasi harus melakukan identifikasi sumber risiko, area dampak
risiko, peristiwa dan penyebabnya, serta potensi akibatnya. Sasaran dari
tahapan ini adalah membuat daftar risiko secara komprehensif dan luas yang
dapat mempengaruhi pencapaian sasaran, baik meningkatkan, menghalangi,
memperlambat, atau bahkan menggagalkan pencapaian sasaran organisasi.
Perlu juga diidentifikasi risiko-risiko yang terjadi bila peluang yang ada tidak
kita ambil. Proses identifikasi risiko ini penting untuk dilakukan secara
meluas dan mendalam serta komprehensif, karena risiko yang tidak
41
16 Darmawi, Manajemen Risiko, h.34.
-
teridentifikasi pada tahapan ini tidak akan diikutsertakan pada proses-proses
berikutnya. Identifikasi risiko ini juga dilakukan terhadap sumber-sumber
risiko, baik yang di dalam kendali maupun yang di luar kendali organisasi.
Teknik identifikasi yang digunakan oleh organisasi hendaknya sesuai
dengan sasaran, kemampuan, dan jenis risiko yang dihadapi oleh organisasi.
Informasi yang relevan dan terkini sangat penting dalam proses identifikasi
risiko. Bila memungkinkan hendaknya juga digali latar belakang informasi
tersebut. Orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang risiko terkait
atau proses/kegiatan terkait hendaknya dilibatkan dalam proses identifikasi
risiko. Setelah mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi, perlu
dipertimbangkan hal-hal yang dapat menyebabkan risiko itu terjadi.
Bagaimanakah skenario yang memungkinkan hal tersebut terjadi dan
bagaimana besar dampaknya. Semua hal yang secara signifikan dapat
menimbulkan risiko harus dipertimbangkan dan diperhatikan.
Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang harus
dikelola organisasi melalui proses yang sistematis dan terstruktur. Proses
tersebut dimulai dengan mengidentifikasi secara komprehensif, ekstensif, dan
intensif mengenai risiko apa saja yang dapat terjadi, dimana, dan bilamana.
Setelah diperoleh daftar risiko yang dapat terjadi maka mulai dianalisis
mengapa hal tersebut dapat terjadi dan bagaimana terjadinya.
42
-
Sasaran identifikasi risiko adalah mengembangkan daftar sumber
risiko dan kejadian yang komprehensif serta memiliki dampak terhadap
pencapaian sasaran dan target (atau elemen kunci) yang teridentifikasi dari
konteks. Dokumen utama yang dihasilkan dalam proses ini adalah daftar
risiko (risk register).17
2. Pengukuran Risiko
Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu
kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa
banyak nilai atau eksposur, yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait
dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan
risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Data historis merupakan salah
satu sumber identifikasi risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya
risiko. Namun, analisis biasanya perlu melakukan penyesuaian, karena
kondisi masa depan tidak selalu sama dengan masa lalu. Hanya dalam kondisi
bahwa masa yang akan datang sama dengan masa lalu, kualitas dan kuantitas
risiko cukup berdasarkan hasil analisis masa lalu. Semakin tinggi gejolak atau
perubahan eksternal dan internal perusahaan, semakin perlu revisi
dilakukan.18
43
17 Leo J. Susilo, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000, h.110.
18 Bramantyo, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, h.28.
-
3. Pemetaan Risiko
Perusahaan tidak perlu menakuti semua risiko. Ada risiko yang perlu
mendapat perhatian khusus, tetapi ada pula risiko yang dapat diabaikan. Itulah
sebabnya perusahaan perlu membuat peta risiko. Tujuan pemetaan ini adalah
untuk menetapkan prioritas berasarkan kepentingannya bagi perusahaan.
Perlu adanya prioritas karena keterbatasan sumber daya untuk
menghadapi semua risiko. Jumlah uang dan SDM yang terbatas menyebabkan
perusahan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu, mana
yang dinomorduakan, dan mana yang diabaikan. Perlu prioritas juga karena
tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan.
Pada intinya, tujuan perusahaan adalah maksimalisasi nilai. Ukuran
nilai ada dua, nilai atau kekayaan bagi pemegang saham dan nilai perusahaan
secara keseluruhan. Pengertian maksimalisasi nilai ini banyak dibahas oleh
mereka yang berkecimpung dalam dunia keuangan. Yang pokok disini adalah
selama biaya total pengelolaan risiko lebih rendah dari manfaatnya, maka
pengelolaan risiko berguna bagi pencapaian tujuan perusahaan. Pemetaan
bertujuan untuk memiliah-milah mana risiko yang mampu memberi kontribusi
positif, mana yang merupakan value destoyer bila dikelola.19
44
19 Ibid, h.28.
-
4. Model Pengelolaan Risiko
Risiko yang diperkirakan (expected risk) merupakan risiko yang
diterima kehadirannya oleh setiap orang, komisaris, direksi, manajer, bahkan
karyawan bukan manajer. Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana
menyikapi risiko seperti itu.
Pada intinya, perusahaan memperlakukan expected risk dengan tiga
cara. Cara pertama, menjadikan expected risk sebagai bagian dalam proses
penyusunan strategi dan rencana sampai ke anggaran perusahaan. Dalam
proses penyusunan strategi misalnya, perusahaan menggunakan metode
sensitivitas untuk melihat sejauh mana pengaruh perubahan suatu variabel
yang mengandung risiko pada expektasi kinerja perusahaan. Dengan
ditemukannya switching value, perusahaan dapat menyempurnakan strategi,
rencana, dan anggaran supaya dapat menampung berbagai kemungkinan
gejolak yang diperhitungkan tersebut. Cara kedua, perusahaan
mengalokasikan sejumlah modal sebagai bantalan (cushion) terhadap risiko.
Kalau risiko tersebut menjadi kenyataan, maka ada sejumlah modal yang telah
dimiliki perusahaan untuk mengatasi kerugian sehingga tidak berdampak pada
kesulitan likuiditas, solvensi, apalagi kebangkrutan. Industri selain bank dan
asuransi belum memiliki standar. Namun, ada metode perhitungannya supaya
perusahaan dapat tetap sehat dan berkelanjutan. Cara ketiga, adalah dengan
menerapkan manajemen risiko konvensional. Manajemen risiko klasik terdiri
45
-
46
dari empat jenis yaitu penghindaran risiko, pengurangan risiko, pemindahan
risiko, dan pemahaman risiko. Umumnya manajemen memperlakukan
expexted risk dengan cara yang pertama, yaitu memasukkan expected risk ke
dalam penyusunan strategi, rencana, dan anggaran. Cara kedua dan ketiga
lebih banyak berlaku untuk pengelolaan unexpected risk.
5. Monitor dan Pengendalian Risiko
Monitor dan pengendalian juga merupakan hal yang penting. Pertama,
karena manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
berjalan sesuai dengan rencana. Ini berarti, monitor dan pengendalian
prosedur itu sendiri. Kedua, manajemen juga perlu memastikan bahwa model
pengelolaan risiko cukup efektif. Artinya, model yang diterapkan sesuai
dengan dan mencapai tujuan pengelolaan risiko. Ketiga, karena risiko itu
sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau
perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil
risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis
pada perubahan prioritas risiko.20
20 Ibid, h.29
-
BAB III
GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH
A. Sejarah Berdirinya Pegadaian
Nama
Bidang Usaha Pokok
Pemilik
Modal
Dasar Hukum Pendirian
Produk
Jaringan Pelayanan
Kantor Pusat
Telepon
Faksimili
Homepage
E-mail
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
PERUM Pegadaian
Jasa Kredit Gadai
100% Pemerintah RI
Rp.251.252.000.000,00
PP No.103 tahun 2000
Efektif berdiri sejak 1 April 1901
Kredit Gadai, Kredit Berbasis Fidusia,
Dan Jasa Lainnya
1 Kantor Pusat 13 Kantor Wilayah
3.297 Outlet
Jl. Kramat Raya No. 162, Jakarta 10430
PO Box 1090
(021) 315-5550
(021) 391-4221
http\\www.Pegadaian.co.id
47
-
1. Sejarah Singkat Perum Pegadaian
Sejarah Pegadaian dimulai pada abad XVIII ketika Vereenigde Oost
Indische Compagnie (VOC) suatu maskapai perdagangan dari Belanda datang
ke Indonesia dengan tujuan berdagang. Dalam rangka memperlancar kegiatan
perekonomiannya VOC mendirikan Bank van Leening yaitu lembaga kredit
yang memberikan kredit dengan sistem gadai. Bank van Leening didirikan
pertama di Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746 berdasarkan keputusan
Gubernur Jenderal Van Imhoff.
Pada tahun 1800 setelah VOC dibubarkan, Indonesia berada di bawah
kekuasaan pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda melalui Gubernur
Jenderal Daendels mengeluarkan peraturan yang merinci jenis barang yang
dapat digadaikan seperti emas, perak, kain dan sebagian perabot rumah
tangga, yang dapat disimpan dalam waktu yang relatif singkat.
Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari tangan
Belanda (1811-1816), Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811)
memutuskan untuk membubarkan Bank van Leening dan mengeluarkan
peraturan yang menyatakan bahwa setiap orang boleh mendirikan usaha
Pegadaian dengan ijin (licentie) dari pemerintah daerah setempat. Dari
penjualan lisensi ini pemerintah memperoleh tambahan pendapatan.
Ketika Belanda kembali berkuasa di Indonesia (1816), pemerintah
Belanda melihat bahwa Pegadaian yang didirikan pada masa kekuasaan
48
-
Inggris banyak merugikan masyarakat, pemegang hak banyak melakukan
penyelewengan, mengeruk keuntungan untuk diri sendiri dengan menetapkan
bunga pinjaman sewenang-wenang. Berdasarkan penelitian oleh lembaga
penelitian yang dipimpin oleh Wolf van Westerrode pada tahun 1900
disarankan agar sebaiknya kegiatan Pegadaian ditangani sendiri oleh
pemerintah sehingga dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih
besar bagi masyarakat peminjam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
pemerintah mengeluarkan Staatsblad No.131 tanggal 12 Maret 1901 yang
pada prinsipnya mengatur bahwa pendirian Pegadaian merupakan monopoli
dan karena itu hanya bisa dijalankan oleh pemerintah.
Berdasarkan undang-undang ini maka didirikanlah Pegadaian Negara
pertama di kota Sukabumi (Jawa Barat) pada tanggal 1 April 1901.
Selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun
Pegadaian.
Sejak awal kemerdekaan, Perum Pegadaian dikelola oleh Pemerintah
Republik Indonesia, kantor Jawatan Pegadaian sempat pindah ke
Karanganyar, Kebumen karena situasi perang yang kian memanas. Agresi
Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah lagi ke
Magelang. Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi
ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Dalam masa ini, Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai
49
-
Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), dan
selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10/1990 (yang
diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah No.103/2000) berubah lagi
menjadi Perusahaan Umum (PERUM) hingga sekarang.
Kini usia Pegadaian telah lebih seratus tahun. Manfaatnya makin
dirasakan oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Meskipun
perusahaan membawa misi public service obligation, ternyata tetap mampu
memberikan kontribusi yang signifikan dalam bentuk pajak dan bagian
keuntungan kepada Pemerintah.1
2. Pegadaian Syariah di Indonesia
Keberadaan Pegadaian Syariah, pada awalnya didorong oleh
berkembangnya lembaga keuangan syariah. Di samping itu, masyarakat
Indonesia yang menjadi nasabah Pegadaian kebanyakan umat Islam, sehingga
dengan keberadaan Pegadaian Syariah ini, maka akan memperluas pangsa
pasar Pegadaian dan nasabah akan merasa aman, dikarenakan transaksinya
sesuai dengan syariat Islam. Berarti pinjaman yang diterapkan adalah
pinjaman tanpa bunga dan halal.2
50
1 PERUM Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian (Jakarta: PERUM Pegadaian, Laporan
Tahunan 2009),h.17.
2Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional: Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: UI-Press, 2005), h.150.
-
Rahn (Gadai Syariah) adalah produk jasa yang berlandaskan pada
prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern
yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai
Islam.
Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong-
menolong dan tidak untuk mencari keuntungan. Dalam transaksi rahn yang
tidak mengenal istilah bunga uang maka pemberi gadai tidak dikenakan
tambahan pembayaran atas pinjaman yang diterimanya, namun bagi penerima
gadai memperoleh imbalan berupa ijarah (pengganti pengelolaan agunan) dari
penyimpanan marhun (barang jaminan/agunan). Produk yang disalurkan
adalah Gadai Syariah (Ar-Rahn) yang mulai diluncurkan sejak Januari 2003.
Tujuan dan lapangan usaha rahn (gadai syariah) tercantum dalam
kesepakatan bersama Perum Pegadaian dan Bank Muamalat Pasal 1 ayat 2
dan Keputusan Direksi Perum Pegadaian nomor 06.A/UL.3.00.22.3/2003.
a. Tujuan usaha gadai syariah:
1) Mengimplementasikan dan mensosialisasikan produk gadai syariah
khususnya kepada masyarakat muslim Indonesia.
2) Menjawab kebutuhan nasabah muslim di Indonesia yang
menginginkan transaksi pinjaman sesuai syariah.
51
-
b. Lapangan usaha:
Dengan mengindahkan prinsip-prinsip syariah Islam dalam transaksi
ekonomi dan terjaminnya keselamatan kekayaan Negara, perusahaan
menyelenggarakan usaha gadai syariah sebagai berikut:
1) Penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan pada penerapan
prinsip syariah Islam dalam transaksi ekonomi secara syariah.
2) Penyaluran usaha dalam bentuk skim lainnya yang dibenarkan
menurut hukum syariah Islam.3
B. Visi dan Misi Pegadaian Syariah
Visi dan Misi Divisi Usaha Syariah tidak dapat dipisahkan dari Visi dan
Misi Perum Pegadaian sebagai berikut:
Visi Pegadaian adalah: Pada tahun 2013 Pegadaian menjadi Champion dalam
pembiayaan mikro dan kecil berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat
golongan menengah ke bawah.
52
3 Pegadaian Syariah, Divisi Usaha SyariahPerum Pegadaian: Laporan Keuangan, Kinerja
dan Realisasi Anggaran Triwulan I 2010 (Jakarta: Pegadaian Syariah,2010), h.2
-
Misi Pegadaian adalah:
1. Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat
khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi
keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman kepada usaha mikro dan
kecil.
2. Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dan melaksanakan tata
kelola perusahaan yang baik secara konsisten.
3. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.
Untuk mencapai visi dan misi perusahaan, maka Divisi Usaha Syariah
mengelola usahanya dengan menjalankan prinsip usaha Memberikan solusi
keuangan berbasis syariah dengan prosedur mudah dan praktis, proses cepat
serta memberikan rasa tentram bagi penggunanya.
Dan untuk mendukung terwujudnya Good Corporate Governance (GCG),
Perum Pegadaian mengacu kepada Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-
117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good
Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), juga
menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam pengelolaan perusahaannya, dan prinsip-
prinsip tersebut adalah4:
53
4 Perum Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian, h.70.
-
1. Transparansi
Kepercayaan investor dan efisiensi pasar tergantung dari
pengungkapan kinerja Perum Pegadaian secara akurat dan tepat waktu.
Dengan adanya transparansi seluruh pihak yang berkepentingan dengan
Perum Pegadaian dapat mengetahui potensi yang ada serta risiko yang
mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan Perum Pegadaian.
Implementasi dari prinsip transparansi di Perum Pegadaian bisa
diketahui antara lain dari :
a. Isi Laporan Tahunan disamping memuat pencapaian usaha dan kinerja
keuangan, juga memuat permasalahan non keuangan yang perlu diketahui
publik, seperti :
1) Tujuan, sasaran usaha, dan strategi Perum Pegadaian.
2) Penilaian terhadap Perum Pegadaian oleh pihak eksternal seperti
auditor eksternal, media surat kabar dan lembaga pemerintah lainnya.
3) Riwayat hidup anggota Direksi dan Dewan Pengawas serta sistem
remunerasi (penggajian) yang berlaku.
4) Upaya penanganan risiko Perum Pegadaian yang dilakukan oleh
fungsi/organ tersendiri dalam perusahaan (Unit Manajemen Risiko).
5) Implementasi Good Corporate Governance.
b. Pengungkapan transaksi penting lainnya kepada stakeholder melalui
publikasi laporan keuangan dan Prospektus Perusahaan antara lain:
54
-
1) Penjelasan mengenai risiko-risiko yang dihadapi Perum Pegadaian
serta upaya untuk mengelola risiko tersebut.
2) Strategi dan tujuan usaha Perum Pegadaian.
3) Evaluasi manajemen terhadap iklim usaha dan risiko.
4) Tanggungjawab sosial Perusahaan dan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL).
2. Kemandirian
Kemandirian adalah suatu keadaan dimana Perum Pegadaian dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.
Implementasi prinsip kemandirian dalam Perum Pegadaian antara lain:
a. Seluruh organ Perum Pegadaian yang terdiri dari Dewan Pengawas,
Direksi dan Pejabat lainnya dalam melakukan pengambilan keputusan
selalu berusaha menghindari terjadinya benturan kepentingan.
b. Diantara organ Perum Pegadaian saling menghormati hak, kewajiban,
tugas, wewenang serta tanggung jawab masing-masing.
3. Akuntabilitas
Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ Perum Pegadaian sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas ini merupakan salah satu
55
-
solusi pokok untuk mengatasi agency problem yang timbul akibat perbedaan
kepentingan perusahaan dengan pemilik modal.
Implementasi prinsip akuntabilitas di Perum Pegadaian antara lain :
a. Pembagian tugas yang tegas antar organ Perum Pegadaian, meliputi antara
lain :
1) Direksi memiliki tugas pokok untuk memimpin dan mengurus Perum
Pegadaian sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan dan
senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas Perum
Pegadaian serta untuk menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan
Perum Pegadaian.
2) Dewan Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan
pengurusan Perum Pegadaian yang dilakukan oleh Direksi serta
memberi nasehat kepada Direksi termasuk mengenai rencana
pengembangan, rencana kerja dan anggaran tahunan Perusahaan, dan
pelaksanaan ketentuan Anggaran Dasar.
b. Pemberdayaan Satuan Pengawasan Intern dan Komite Audit secara
optimal sehingga dapat melaksanakan praktek audit yang benar-benar
independen, sehat dan terwujudnya sistem pengendalian yang baik dalam
rangka pencapaian tujuan Perum Pegadaian tanpa menyimpang dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
56
-
4. Keadilan
Keadilan adalah kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders
yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Prinsip keadilan pada Perum Pegadaian diimplementasikan dalam
bentuk antara lain:
a. Perum Pegadaian memperlakukan setiap pegawai secara adil dan bebas
dari bias karena perbedaan suku, asal-usul, jenis kelamin, agama, atau hal-
hal lain yang tidak ada kaitannya dengan kinerja.
b. Perum Pegadaian memberikan kondisi kerja yang baik dan aman bagi
setiap pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta peningkatan
kesejahteraannya sesuai dengan kemampuan keuangan perusahaan.
c. Perum Pegadaian selalu berupaya memperlakukan rekanan secara sama,
adil serta transparan dalam memberikan informasi.
5. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban yaitu, kesesuaian di dalam pengelolaan Perum
Pegadaian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat.
Implementasi prinsip pertanggungjawaban pada Perum Pegadaian,
tercermin dari beberapa kondisi antara lain:
57
-
a. Pemenuhan kewajiban kepada pihak ketiga dengan baik dan tepat waktu,
seperti pemenuhan kewajiban perpajakan, pembayaran hak pemilik berupa
Dana Pembangunan Semesta (DPS), kewajiban pembayaran/
pengembalian modal kerja kepada kreditur dan sebagainya.
b. Pelaksanaan pengadaan, pengangkatan, penempatan, pemberhentian,
kedudukan, kepangkatan, jabatan, gaji/upah, kesejahteraan dan
penghargaan pada pegawai Perum Pegadaian diatur dan ditetapkan sesuai
dan mengacu kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c. Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dilakukan dengan cara
antara lain melalui pembinaan usaha kecil dan koperasi, bantuan kepada
masyarakat akibat bencana alam yang dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Bentuk pertanggungjawaban Perum Pegadaian yang lain
yaitu pertanggungjawaban kepada pegawai melalui penandatanganan
perjanjian kerja bersama (PKB) oleh Direksi pada tanggal 1 April 2004,
sehingga menimbulkan adanya iklim demokratisasi terhadap keberadaan
Perum Pegadaian yaitu antara manajemen dan pegawainya untuk
memahami haknya masing-masing dan melaksanakan semua
kewajibannya.
58
-
C. Produk Pegadaian Syariah
Sebagai lembaga keuangan non bank yang berfungsi majemuk, maka
dalam menjalankan usahanya Pegadaian Syariah memiliki beberapa produk dan
jasa yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
1. Rahn (Gadai syariah)
Pegadaian rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada
prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern.
Rahn (Gadai Syariah) merupakan skim pinjaman yang mudah dan praktis
untuk memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat dengan sistem gadai sesuai
syariah dengan agunan berupa emas perhiasan, berlian, elektronik dan
kendaraan bermotor.
Cara memperoleh pinjaman Rahn (Gadai Syariah) cukup membawa
barang jaminan disertai copy identitas ke loket Penaksir dan barang jaminan
(marhun) akan ditaksir oleh Penaksir, selanjutny