NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN CHEST … · 2018. 12. 18. · mobilisasi thorak, postural...
Transcript of NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN CHEST … · 2018. 12. 18. · mobilisasi thorak, postural...
NASKAH PUBLIKASI
PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA
PENDERITA BRONKIEKTASIS DI RS PKU MUHAMADIYAH
SURAKARTA
Disusun Oleh :
Saputra Aji Hasmana
J 100 090 064
Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA
2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa
Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah
Surakarta dan diterima untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan
untuk menyelesaikan program studi Fisioterapi Diploma III Fisioterapi
Hari : Sabtu
Tanggal : 21 Juli 2012
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Nama terang Tanda Tangan
Penguji I : Wahyuni, SSt. FT, M. Kes ( )
Penguji II : Dwi Kurniawati, SSt. FT ( )
Penguji III : Isnaini Herawati, SSt. FT, M.Sc ( )
PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPHY PADA PENDERITA
BRONKIEKTASIS
DI RS PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA
(Saputra Aji Hasmana, 2012, 57 halaman)
ABSTRAK
Latar belakang: Di negara barat insiden bronkiektasis diperkirakan sebanyak
1,3% diantara populasi, sedangkan di Indonesia berdasarkan data yang diperoleh
dari RSUD Dr. Soetomo tahun 1990 menempatkan urutan ke-7 terbanyak. Dengan
kata lain didapatkan 221 penderita dari 11.018 (1.01%) pasien rawat inap.
Tujuan: mengetahui manfaat pemberian chest physiotherapy pada penderita
bronkiektasis untuk mengurangi atau menghilangkan sesak nafas, meningkatkan
pengembangan sangkar thorax, dan membantu pengeluaran sputum.
Hasil: Frekuensi sesak nafas yang menurun di ukur dengan skala borg yaitu
sebelum dilakukan tindakan fisioterapi (T0): posisi duduk 5 (berat), tidur
terlentang 4 (agak berat) tidur setengah duduk 3 (sedang) menjadi akhir fisioterapi
(T6): posisi duduk 2 (ringan), tidur terlentang 2 (ringan), setengah duduk 1 (cukup
ringan). Peningkatan mobilitas sangkar thorak kearah yang lebih baik untuk
melakukan proses inspirasi dan ekspirasi yang maksimum dan normal yaitu
sebelum dilakukan tindakan fisioterapi (T0): axilla 0,5 cm, intercostalis ke IV
0,5 cm dan lower costa/xiphoideus 0 cm dan akhir fisioterapi (T6): axilla 1 cm,
intercostalis ke IV 1 cm dan lower costa/xiphoideus 0,5 cm. Adanya penurunan
timbunan sputum pada lobus bawah kanan paru yaitu sebelum dilakukan tindakan
fisioterapi (T0): terdapat timbunan sputum banyak menjadi akhir fisioterapi (T6):
timbunan sedikit.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan terdapat keberhasilan dalam membantu
penurunan derajat sesak nafas, peningkatan mobilitas sangkar thorak, penurunan
timbunan sputum pada lobus bawah kanan, dan penurunan spasme otot bantu
pernafasan yaitu otot sternocledomastoideus dan otot pectoralis.
Kata kunci : Bronkiektasis, breathing exercise, latihan mobilisasi thorak,
postural drainage, latihan batuk efektif, dan massage.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prevelensi penyakit paru-paru sangat besar diperkirakan bahwa lebih
dari 80.000 orang Amerika Serikat meninggal setiap tahun karena penyakit paru
yang menahun, lebih dari 5 juta orang menderita gangguan fungsi paru-paru, dan
lebih dari 20 juta mempunyai gejala-gejala paru-paru. Dalam tahun 1967, biaya
morbiditas dan mortalitas karena penyakit paru diperkirakan 1,8 milyar dolar dan
pada tahun 1990 angka ini meroket menjadi lebih dari 40 milyar dolar (Mark,
1995).
Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui
pasti. Di negara-negara Barat, insiden bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3%
diantara populasi. Insidens bronkiektasis cenderung menurun dengan adanya
kemajuan pengobatan antibiotika. (Rahmatullah, 2001).
Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat penting pada
negara-negara berkembang. Di negara-negara maju seperti AS, bronkiektasis
mengalami penurunan seiring dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi
bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan golongan sosioekonomi yang
rendah. Data terakhir yang diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo tahun 1990
menempatkan bronkiektasis pada urutan ke-7 terbanyak. Dengan kata lain
didapatkan 221 penderita dari 11.018 (1.01%) pasien rawat inap (Alsagaff, 2006).
B. Tujuan Laporan Kasus
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, penulis mempunyai tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahui modalitas fisioterapi berupa breathing exercise, latihan
mobilisasi thorak, postural drainage, massage dan latihan batuk efektif, dapat
mengurangi sesak nafas pada kasus bronkiektasis.
2. Untuk mengetahui modalitas fisioterapi berupa breathing exercise, latihan
mobilisasi thorak, postural drainage, massage, dan latihan batuk efektif,
dapat meningkatkan pengembangan sangkar thorak
3. Untuk mengetahui modalitas fisioterapi breathing exercise, latihan mobilisasi
thorak, postural drainage, massage dan latihan batuk efektif, dapat
membantu pengeluaran sputum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
1. Bronkiektasis
Merupakan dilatasi abnormal bronkus atau bronkiolus. Bronkiektasis
terjadi pada obstruksi paru kronis di saluran nafas bagian bawah yang dapat
terjadi karena tumor, infeksi kronis, akumulasi mukus. Bronkus yang terisi
mukus akan terjadi atelektasis dan terjadi suatu pembentukan hubungan
abnormal antar bronkus, sehingga berakibat ventilasi alveolus akan terganggu
(Corwin, 2008). Sedangkan menurut Michael (2003), Bronkiektasis
merupakan dialatasi abnormal dinding bronkus dan berlangsung kronis.
Sehingga dinding bronkus akan terganggu dan berakibat terjadinya
peradangan maupun terinfeksi oleh bakteri.
2. Etiologi
Penyebab bronkiektasis sampai sekarang masih belum diketahui
dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronkiektasis dapat timbul secara
kongenital maupun didapat. Menurut Rahmatullah (2001), penyebab
bronkiektasis dapat diklasifikasikan antara lain karena kelainan kongenital, dan
bronkiektasis didapat yaitu oleh kaarena infeksi dan obstruksi bronkus itu
sendiri.
3. Patofisiologi
Berdasarkan definisi, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan
dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang
merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding
bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah akibat dari suatu proses
infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi, nitrit okside dan netrophilic
protease yang dilepaskan oleh system imun tubuh sebagai respon terhadap
antigen (Hassan, 2012).
4. Gambaran Klinis
Gambaran dan tanda klinis yang timbul pada penderita bronkiektasis
adalah biasanya pasien datang dengan gejala batuk berulang dan produksi
sputum yang mukopurulen selain itu kejadian Hemoptisis pada 50-70%. Pada
suatu kasus yang lebih berat, akan terjadi perdarahan yang lebih besar sebagai
akibat dari perdarahan dari hipertrofi arteri bronkial. Selain itu gambaran klinis
yang khas pada pasien bronkiektasia yang khas adalah timbul sesak nafas,
gangguan mobilitas thorak, dan penumpukan sputum (Loscalzo, 2010).
B. Teknologi Intervensi Fisioterapi
Berikut ini adalah teknik yang digunakan untuk mengatasi masalah pada kondisi
Bronkiektasis:
1. Breathing excercize
Tujuan dilakukan Breathing excercize adalah untuk mendapatkan
pengaturan napas yang lebih baik dari pernapasan sebelumnya yang cepat dan
dangkal menjadi pernapasan yang lebih lambat dan dalam (Sugiono, 2010).
Teknik latihan napas yang digunakan adalah pursed lip breathing, dan
pernapasan diafragma.
a. Pursed lip breathing
Dengan pursed lips breathing akan terjadi peningkatan tekanan
pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui
cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan
kolaaps saluran nafas kecil pada waktu ekspirasi. Hal ini akan
menurunkan volume residu, kapasitas vital meningkat, dan distribusi
ventilasi merata pada paru sehingga dapat memper baiki pertukaran gas
di alveoli, dan menurunkan sesak nafas (Alamsyah, 2010).
b. Pernapasan diafragma
Dengan teknik latihan pernafasan diafragma maka akan melatih
kembali penderita untuk menggunakan diafragma dengan baik dan
merelaksasi otot-otot asesoris, dan bertujuan meningkatkan volume alur
napas, menurunkan frekuensi respirasi dan residu fungsional, serta
memperbaiki ventilasi (Sugiono, 2010).
2. Mobilisasi Sangkar Thorak
Latihan ekspansi thorak akan meningkatkan volume inhalasi dan
membantu meningkatkan aliran udara masuk melalui saluran ventilasi
colateral. Latihan pengembangan sangkar thorak yang dilakukan secara verbal
dan stimulasi taktil, penguluran secara cepat dan ditambah tahanan yang
diberikan melalui tangan fisioterapi dengan mengambil keuntungan
memanjangnya ketegangan secara optimal pada otot otot inspirasi sehingga
dapat memperbaiki inspirasi secara maksimal (Suseno, 2011).
3. Postural Drainage
Postural drianage merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret
dari paru dengan mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri. Dengan
gaya berat yang ada maka sputum yang berada dalam bronkus akan mengalir
untuk dikeluarkan. Postural drainase dapat dilakukan untuk mencegah
terkumpulnya secret dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat pengeluaran
secret sehingga tidak terjadi atelektasis (Lubis, 2005).
4. Massage
Massage dengan teknik perkusi dan vibrasi merupakan energi
gelombang mekanik yang diterapkan pada dinding dada dan diteruskan
kedalam paru. Dengan gelombang energi mekanik tersebut sekret akan bergetar
dan turun sehingga pembersihan sputum akan bertambah (Sutadinata, 1981).
5. Latihan Batuk Efektif
Batuk efektif merupakan teknik batuk efektif yang menekankan
inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi dengan merangsang terbukanya
system kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, meningkatkan volume
paru, dan memfasilitasi pembersihan saluran napas sehingga sputum yang
tertimbun dengan latihan batuk efektif akan berkurang (Citra dan Swardana,
2012).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Sesuai dengan tindakan terapi yang dilakukan kepada pasien Tn. D usia
82 tahun dengan diagnosa bronkiektasis serta mendapatkan penanganan fisioterapi
selama enam kali terapi, Setelah dilakukan penetalaksanaan fisioterapi pada
pasien tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Adanya penurunan sesak nafas
Grafik 4.1 Hasil evaluasi penurunan sesak nafas dengan skala borg
2. Peningkatan mobilitas thorak
Grafik 4.2 Hasil evaluasi mobilitas thorak dengan pita ukur
0
1
2
3
4
5
6
Duduk Tidur terlentang
Setengah duduk
T0
T1
T2
T3
T4
T5
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
Aksila Costa 4 Xipoideus
T0
T1
T2
T3
T4
T5
3. Penurunan timbunan sputum maupun pengeluaran sputum
Tabel 3.4 Hasil evaluasi penimbunan sputum dengan auskultasi
Lobus yang
diperiksa
Hasil Auskultasi
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Lobus bawah kanan ++ ++ ++ ++ + + +
Lobus tengah kanan - - - - - - -
Lobus atas kanan - - - - - - -
Lobus bawah kiri - - - - - - -
Lobus atas kiri - - - - - - -
Keterangan :
++ : krakels keras
+ : krekels menurun
- : tidak terdengan bunyi krekels
B. Pembahasan
Berdasarkan grafik penilaian terapi diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penurunan sesak nafas
Berdasarkan terapi yang telah dilakukan yaitu berupa breathing
exercise, latihan mobilisasi thorak, postural drainage, massage dan latihan
batuk efektif dapat mengurangi sesak nafas pada kasus bronkiektasis.
Breathing excercize adalah untuk mendapatkan pengaturan nafas yang lebih
baik dari pernapasan sebelumnya yang cepat dan dangkal menjadi pernapasan
yang lebih lambat dan dalam (Sugiono, 2010). Teknik latihan nafas yang
digunakan adalah pursed lip breathing, dan pernapasan diafragma.
Dengan pursed lips breathing akan terjadi peningkatan tekanan pada
rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-
cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaaps
saluran nafas kecil pada waktu ekspirasi. Hal ini akan menurunkan volume
residu, kapasitas vital meningkat, dan distribusi ventilasi merata pada paru
sehingga dapat memper baiki pertukaran gas di alveoli, dan menurunkan
sesak nafas (Alamsyah, 2010).
Dengan teknik latihan pernafasan diafragma maka akan melatih
kembali penderita untuk menggunakan diafragma dengan baik dan merelaksasi
otot-otot asesoris, dan bertujuan meningkatkan volume alur napas, menurunkan
frekuensi respirasi dan residu fungsional, serta memperbaiki ventilasi
(Sugiono, 2010).
2. Peningkatan mobilitas thorak
Berdasarkan terapi yang telah dilakukan yaitu berupa breathing
exercise, latihan mobilisasi thorak, postural drainage, massage dan latihan
batuk efektif dapat meningkatkan pengembangan sangkar thorak. Latihan
ekspansi thorak akan meningkatkan volume inhalasi dan membantu
meningkatkan aliran udara masuk melalui saluran ventilasi colateral. Latihan
pengembangan sangkar thorak yang dilakukan secara verbal dan stimulasi
taktil, penguluran secara cepat dan ditambah tahanan yang diberikan melalui
tangan fisioterapi dengan mengambil keuntungan memanjangnya ketegangan
secara optimal pada otot otot inspirasi sehingga dapat memperbaiki inspirasi
secara maksimal (Suseno, 2011).
3. Penurunan timbunan sputum maupun pengeluaran sputum
Berdasarkan terapi yang telah dilakukan yaitu berupa breathing
exercise, latihan mobilisasi thorak, postural drainage, massage dan latihan
batuk efektif dapat membantu pengeluaran sputum. Postural drianage
merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan
mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri. Dengan gaya berat yang ada
maka sputum yang berada dalam bronkus akan mengalir untuk dikeluarkan.
Postural drainase dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya secret dalam
saluran nafas tetapi juga mempercepat pengeluaran secret sehingga tidak
terjadi atelektasis (Lubis, 2005).
Massage dengan teknik perkusi dan vibrasi merupakan energi
gelombang mekanik yang diterapkan pada dinding dada dan diteruskan
kedalam paru. Dengan gelombang energi mekanik tersebut sekret akan bergetar
dan turun sehingga pembersihan sputum akan bertambah (Sutadinata, 1981).
Batuk efektif merupakan teknik batuk efektif yang menekankan
inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi dengan merangsang terbukanya
system kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, meningkatkan volume
paru, dan memfasilitasi pembersihan saluran napas sehingga sputum yang
tertimbun dengan latihan batuk efektif akan berkurang (Citra dan Swardana,
2012).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada kasus Brokiektasis setelah dilakukan terapi selama 6 kali terapi
dengan modalitas terapi latihan berupa breating excercize, mobilisasi thorak dan
postural drainage, massage dan latihan batuk efektif didapatkan hasil bahwa
terjadi penurunan sesak nafas, peningkatan mobilitas sangkar thorak, penurunan
penimbunan sputum, penurunan spasme otot bantu pernafasan. Adanya kemajuan
dan keberhasilan pada penderita bronkiektasis tidak lepas dari kerja sama antara
fisioterapis dengan tenaga medis lainnya maupun peran dan dukungan dari
keluarga
B. Saran
Dalam hal ini pasien disarankan untuk tetap semangat melakukan
latihan secara rutin seperti yang diajarkan terapis, dan rutin minum obat yang
telah di berikan oleh dokter. Kepada keluarga pasien disarankan untuk tetap
memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien, dan selalu menjaga
lingkuangannya agar tetap bersih. Peran fisioterapi pada pasien bronkiektasis
sangat penting untuk mencegah terjadinya penurunan kapasitas fisik maupun
kemampuan fungsional sehingga dalam memberikan terapi latihan perlu diberikan
secara efektif dan efisien baik intensitas maupun frekuensi pemberian terapi.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka diharapkan nantinya dapat
memberikan hasil yang lebih baik bagi penyembuhan bronkiektasi.
DAFTAR PUSTAKA
Mark H dan Swartz. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC.
Alsagaff H dan Mukty A. 2006. Bronkiektasis Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Airlangga University Press.
Alamsyah, Hariman. 2010. Efek latihan pernafasan terhadap faal paru, derajat
sesak nafas dan kapasitas fungsionla penderita penyakit paru obstruksi
kronik stabil. Thesis. Kota: Medan. Universitas Sumatra utara.
Citra, Ade dan Swardana. 2012. Batuk Efektif dan Melatih Nafas Dalam. Aceh:
Poltekes Kemenkes Aceh
Corwin, Elizabeth J. 2008. Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition. United
States of America: Lippincott Williams & Wilkins.
Hassan I. Pathophysiology Bronchiectasis. Diakses tanggal 18 Maret 2012.
http://emedicine.medscape.com/article/296961-overview#a0104.
Lubis M. 2005. Fisioterapi pada Penyakit Paru Anak. E-USU Repository
Unisversitas Sumatra Utara.
Loscalzo, Joseph. 2010. Harrison’s Pulmonary and Critical Care Medicine.
United States of America: The McGraw-Hill Companies.
Michael EH. 2003. Current Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine.
United States of America: McGraw-Hill Companies
Rahmatullah P. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi Ke-3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sugiono. 2010. Pengaruh Kombinasi Tindakan Fisioterapi Dada dan Olahraga
Ringan Terhadap Faal Paru, Kapasitas Fungsional dan Kualitas Hidup
Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil. Thesis. Kota: Medan.
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Universitas Sumatera
Utara RSUP H. Adam Malik.
Suseno M. 2011. Pengaruh Mobilitas Sangkar Thorak Terhadap Pengurangan
Sesak Nafas Pada Penderita PPOK. Skripsi. Kota: Surakarta. Politeknik
Kesehatan Surakarta.
Sutadinata, Hudaya. 1981. Postural Drainage. Cermin Dunia Kedokteran.
24:1981:22-23