Modul II Tahapan Penyusunan Rencana Pola Ruang

57
W O R K S H O P PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS ANGGOTA BKPRD KABUPATEN/ KOTA SE- PROVINSI LAMPUNG 22-25 April 2013 M O D U L: PENYUSUNAN RENCANA POLA RUANG DINAS PENGAIRAN DAN PERMUKIMAN P R O V I N S I L A M P U N G

description

RDTR - Modul II Tahapan Penyusunan Rencana Pola Ruang

Transcript of Modul II Tahapan Penyusunan Rencana Pola Ruang

  • W O R K S H O P II - 1 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    W O R K S H O P

    PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS ANGGOTA BKPRD

    KABUPATEN/ KOTA SE- PROVINSI LAMPUNG

    22-25 April 2013

    M O D U L:

    PENYUSUNAN RENCANA POLA RUANG

    DINAS PENGAIRAN DAN PERMUKIMAN P R O V I N S I L A M P U N G

  • W O R K S H O P II - 2 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    D a f t a r I s I

    2.1. KONSEP PERKEMBANGAN PERKOTAAN ................................................... II-4

    2.1.1. TREND ATAU KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN ..................... II-4

    2.1.2. SKENARIO PENGEMBANGAN PERKOTAAN ................................... II-6

    2.1.3. PUSAT KEGIATAN (KETERPUSATAN) ............................................. II-7

    2.1.4. ARAHAN PENANGANAN ................................................................... II-8

    2.2 .PENETAPAN BWP ........................................................................................ II-9

    2.2.1 Penetapan BWP/Sub BWP ................................................................. II-9

    2.2.2 Penetapan Blok/Sub Blok dan Zona/Sub Zona ................................... II-10

    2.3. RENCANA POLA RUANG .............................................................................. II-13

    2.3.1. Rencana Zona Lindung ....................................................................... II-13

    2.3.1.1. Zona Hutan Lindung ............................................................ II-14

    2.3.1.2. Zona Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Zona

    Dibawahnya ........................................................................ II-14

    2.3.1.3. Zona Perlindungan Setempat .............................................. II-14

    2.3.1.4. Ruang Terbuka Hijau (RTH) ................................................ II-14

    2.3.1.5. Suaka Alam dan Cagar Budaya .......................................... II-29

    2.3.1.6. Rawan Bencana Alam ......................................................... II-30

    2.3.2. Rencana Zona Budidaya ..................................................................... II-30

    2.3.2.1. Zona Perumahan ................................................................ II-32

    2.3.2.2. Zona Perdagangan dan Jasa (K) ....................................... II-36

    2.3.2.3 Zona Perkantoran (KT) ....................................................... II-40

    2.3.2.4. Zona Sarana Pelayanan Umum .......................................... II-43

    2.3.2.5 Zona Industri ....................................................................... II-49

    2.3.2.6. Zona Peruntukan Lainnya ................................................... II-51

    2.3.2.7. Zona Peruntukan Khusus .................................................... II-54

    2.3.2.8. Zona Campuran .................................................................. II-55

    Tabel 1 Perbedaan Blok/Sub Blok dan Zona/Sub Zona. ......................................... II-11

    Tabel 2 Pembagian Zona/Sub Zona Lindung .......................................................... II-13

  • W O R K S H O P II - 3 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Tabel 3 Contoh Vegetasi untuk RTH Taman Kelurahan ......................................... II-15

    Tabel 4 Contoh Vegetasi untuk RTH Taman Kecamatan ........................................ II-16

    Tabel 5 Contoh Penyajian Tabel Zona Lindung ...................................................... II-30

    Tabel 6 Zona/Sub Zona Budidaya .......................................................................... II-31

    Tabel 7 Contoh Pembagian Zona Perdagangan dan Jasa ...................................... II-37

    Tabel 8 Contoh Pembagian Zona Perkantoran ....................................................... II-41

    Tabel 9 Contoh Pembagian Zona Sarana dan Pelayanan Umum ........................... II-46

    Tabel 10 Pembagian Zona Peruntukan Lainnya ....................................................... II-52

    Tabel 11 Contoh Pembagian Zona Peruntukan Khusus ........................................... II-55

    Gambar 11 Contoh Tata Letak RTH berbentuk Taman atau Area ........................ II-16

    Gambar 12 Cotoh Tata Letak RTH Kelurahan ....................................................... II-17

    Gambar 13 Contoh Pola Tanam Hutan Kota Strata Banyak .................................. II-18

    Gambar 14 Contoh Tata Letak Jalur Hijau Jalan ................................................... II-19

    Gambar 15 Contoh Jalur Tanaman Tepi Peneduh ................................................ II-20

    Gambar 16 Contoh Ilustrasi Jalur Tanaman Tepi Penyerap Polusi Udara ............. II-20

    Gambar 17 Contoh Pola Tanam RTH Jalur Pejalan Kaki ....................................... II-24

    Gambar 18 Ilustrasi Rencana Pengembangan RTH pada Sempadan Sungai ....... II-25

    Gambar 19 Contoh Desain Penataan Jalur Hijau Jaringan Listrik

    Tegangan Tinggi ................................................................................. II-26

    Gambar 20 Contoh Pola Penanaman pada RTH Pemakaman .............................. II-27

    Gambar 21 Contoh Peta Zona Perumahan ............................................................ II-35

    Gambar 22 Contoh Peta Zona Perdagangan dan Jasa ......................................... II-39

  • W O R K S H O P II - 4 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2.1 KONSEP PERKEMBANGAN PERKOTAAN

    2.1.1. TREND ATAU KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN

    Kecenderungan perkembangan kawasan perkotaan dilihat berdasarkan 3 aspek utama

    yaitu aksesbilitas, kawasan terbangun secara eksisting, dan ketersediaan prasarana lainnya.

    Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a. Aksesbilitas.

    Kecederungan perkembangan kawasan perkotaan/BWP dipengaruhi oleh akses yang

    melalui kawasan tersebut seperti akses regional. Akses regional dapat terdiri dari

    jaringan jalan Arteri Primer, Kolektor Primer dan Lokal Primer. Untuk itu dalam melihat

    kecenderungan perkembangan kawasan perkotaan perlu diidentifikasi terlebih dahulu

    akses yang melalui kawasan perkotaan tersebut sehingga dapat dilihat arah

    perkembangan yang terjadi. Setelah diketahui sistem jaringan jalan yang melalui

    kawasan perkotaan tersebut perlu diindetifikasi pola jaringan jalan apakah membentuk

    pola linier, pola grid, pola konsentris dan sebagainya.

    b. Kawasan Terbangun.

    Faktor yang mempengaruhi kecenderungan perkembangan lainnya adalah Kawasan

    terbangun. Kawasan terbangun awalnya dilihat secara eksisting berupa perkembangan

    kawasan permukiman yang berkembang, kemudian dikaitkan dengan sistem dan pola

    jaringan jalan.

    c. Prasarana lainnya.

    Ketersediaan prasarana lainnya mempengaruhi kecenderungan perkembangan

    perkotaan. Semakin tinggi tingkat pelayanan prasarana seperti air bersih, sampah,

    drainase maka kecenderungan perkembangan akan mendekati ketersediaan fasilitas.

    Berikut ini dijelaskan contoh bagaimana melihat kecenderungan perkembangan di

    sebuah perkotaan:

    Tahap 1 : Identifikasi Sistem dan Pola Jaringan Jalan

    Pada tahap ini media yang digunakan adalah peta jaringan jalan eksisting kawasan

    perkotaan dan peta jaringan jalan eksisting kabupaten.

  • W O R K S H O P II - 5 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Tahap 2 : Identifikasi Kawasan Terbangun

    Pada tahap kedua media yang digunakan adalah peta penggunaan lahan (land use)

    eksisting.

    3. Perkembangan permukiman juga dapat dilihat dari pengaruh harga lahan. Lahan

    yang berada diwilayah pusat kota cenderung mahal sehingga sebagian

    permukiman juga berkembang di wilayah pinggiran.

    Berdasarkan gambar 1, secara Regional kawasan perkotaan ini dilalui oleh akses:

    9. jalan arteri primer; 10. jalan kolektor primer;

    dan 11. jalan lokal primer. Pola jalan yang terbentuk dominan berbentuk linier.

    Berdasarkan gambar 2, kecenderungan

    kawasan terbangun yang terjadi

    meliputi:

    1. Permukiman cenderung berkembang

    meneruskan jaringan jalan, sehingga

    pola yang terbentuk berupa linier. Hal

    serupa terjadi juga pada

    perkembangan perdagangan dan

    jasa mengikuti jaringan jalan secara

    linier;

    2. Permukiman cenderung mangarah

    pada penyatuan kawasan dengan

    mengisi lahan-lahan kosong diantara

    permukiman yang sudah ada;

    Gambar 1

    Gambar 2

  • W O R K S H O P II - 6 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Tahap 3 : Identifikasi Kawasan Terbangun

    Pada tahap ketiga adalah mengidentifikasi ketersediaan prasarana lainnya yang

    berada di wilayah perkotaan. Sistem jaringan prasarana yang dilihat meliputi

    ketersediaan air bersih, ketersediaan persampahan, jaringan drainase, air limbah dan

    sistem telekomunikasi. Permukiman cenderung mengarah pada wilayah-wilayah yang

    memiliki ketersediaan dan kelengkapan prasarana.

    2.1.2. SKENARIO PENGEMBANGAN PERKOTAAN

    Skenario pengembangan kawasan perkotaan/BWP dapat dirumuskan dengan melakukan

    proses analisa dari beberapa aspek meliputi aspek fisik, aspek sosial, ekonomi dan

    lingkungan hidup. Hasil dari proses analisa kemudian dirumuskan potensi dan permasalahan

    pengembangan perkotaan dan dikomparasikan dengan kecenderungan perkembangan

    perkotaan. Hasil dari komparasi kedua aspek tersebut kemudian dikaitkan dengan

    penggunaan lahan eksisting sehingga dapat disusun skenario perkembangan perkotaan.

    Skenario perkembangan perkotaan dilihat dari berbagai aspek penggunaan lahan (gejala

    spasial yang akan terjadi dimasa yang akan datang) meliputi arahan pengembangan

    kawasan permukiman, arahan pengembangan kegiatan ekonomi regional (pertanian,

    perkebunan, industri, peternakan, dll), arahan pengembangan kawasan yang menunjang

    kegiatan ekonomi perkotaan seperti kegiatan perdagangan dan jasa, perkembangan fasilitas

    umum dan sebagainya.

    Berdasarkan gambar 3, dapat dilihat skenario perkembangan perkotaan yang dapat direkomendasikan meliputi:

    1. Perkotaan yang kompak dengan penyatuan kawasan permukiman;

    2. Peningkatan permukiman melalui infiltrasi;

    3. Pembatasan perkembangan permukiman;

    4. Pengembangan kawasan permukiman baru;

    5. Kawasan pertanian yang dipertahankan;

    6. Kawasan hutan yang dipertahankan;

    7. Membentuk pusat kegiatan baru; dan

    8. Mempertahankan kawasan pusat kota (CBD).

    Gambar 3

  • W O R K S H O P II - 7 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2.1.3. PUSAT KEGIATAN (KETERPUSATAN)

    Pusat kegiatan atau keterpusatakan kegiatan perkotaan dapat diketahui melalui 2

    (dua) tahapan meliputi pusat kegiatan yang sudah terjadi secara eksisting yang akan

    dipertahankan dan pusat kegiatan baru yang akan direncanakan karena adanya penyatuan

    dan perkembangan permukiman yang diprediksi terjadi dimasa yang akan datang. Berikut ini

    hal-hal yang mempengaruhi keterpusatan kegiatan meliputi:

    adanya kegiatan atau fasilitas-fasilitas yang mengalami penyatuan pada suatu lokasi,

    aktifitas dengan jenis kegiatan yang sama dan mendominasi lokasi tertentu sehingga

    dapat diarahkan sebagai pusat pelayanan.

    persebaran permukiman yang perlu didukung oleh fasilitas sebagai membuat pusat

    kegiatan baru.

    Berikut ini contoh pemetaan pusat kegiatan disuatu perkotaan dapat dilihat pada

    gambar 4 dan gambar 5 berikut ini:

    Gambar 4, menunjukkan adanya dominasi kegiatan dengan satu jesni aktifitas sehingga dapat ditetapkan sebagai pusat kegiatan dan dapat direkomendasikan sebagai sub pusat pelayanan.

    Gambar 5 menunjukkan penetapan pusat-pusat kegiatan karena adanya kegiatan yang mengalami pemusatan dan sebagai pusat pelayanan untuk wilayah sekitarnya.

    Penentuan pusat-pusat kegiatan dilihat berdasarkan kegiatan:

    12. perdagangan dan jasa. 13. pendidikan dan perkantoran; 14. kegiatan industri; 15. kegiatan permukiman;dan 16. Kegiatan Pertanian.

    Gambar 4 Gambar 5

  • W O R K S H O P II - 8 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2.1.4. ARAHAN PENANGANAN

    Arahan penanganan dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi terhadap sektor-

    sektor yang akan dikembangkan untuk menunjang kegiatan perkotaan yang akan

    direncanakan. Sektor-sektor yang akan ditangani tidak lepas dari kondisi eksisting yang

    sudah berkembang dan yang memiliki potensi untuk dikembangkan, dan termasuk pula

    sektor-sektor yang memiliki kendala dalam pengembangan. Berikut beberapa rekomendasi

    penanganan kawasan pada masing-masing sektor yang akan dikembangkan di kawasan

    perkotaan, meliputi:

    a. Pertanian, perkebunan dan kehutanan.

    Penanganan untuk kawasan pertanian dapat direkomendasikan berupa arahan

    penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), pengolahan hasil produksi

    pertanian dan perkebunan, penetapan kawasan hutan kota (RTH) dll.

    b. Permukiman,

    Arahan penanganan untuk kawasan permukiman meliputi pengembangan permukiman

    baru, penyatuan permukiman dengan infiltrasi, memperbaiki perumahan lama,

    konservasi kawasan perumahan yang memiliki nilai sejarah, peningkatan sarana dan

    prasarana untuk menunjang permukiman, pengembangan pasar baru untuk melayani

    kawasan permukiman baru, dll.

    c. Perdagangan dan jasa,

    Arahan penanganan untuk sektor perdagangan dan jasa meliputi membatasi

    pengembangan pertokoan secara linier, pemerataan fasilitas, penyediaan pasar baru

    untuk kawasan pusat kegiatan baru, pembatasan perkembangan minimarket,

    penataan PKL, penyediaan tempat parkir, penyediaan ruang terbuka dll.

    d. Industri.

    Arahan penangan untuk kawasan industri dan sekitarnya meliputi penyediaan Ruang

    Terbuka Hijau (RTH), penyediaan sistem pembuangan limbah, diarahkan untuk

    membatasi pengembangan permukiman sekitar industri besar, dll.

  • W O R K S H O P II - 9 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Berikut ini contoh Ilustrasi Pemetaan Arahan Penanganan Kawasan Permukiman

    Perkotaan:

    2.2. PENETAPAN BWP

    2.2.1 Penetapan BWP/Sub BWP

    Mengacu pada Permen PU No. 20 Tahun 2011, adapun pengertian dari BWP, Sub

    BWP dan Blok adalah sebagai berikut:

    a. Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari

    kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau perlu

    disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau yang ditetapkan di

    dalam RTRW kabupaten/kota yang bersangkutan, dan memiliki pengertian yang sama

    dengan zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor

    15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

    Gambar 6

  • W O R K S H O P II - 10 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    b. Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah bagian dari

    BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan memiliki

    pengertian yang sama dengan subzona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam

    Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan

    Ruang.

    2.2.2 Penetapan Blok/Sub Blok dan Zona/Sub Zona

    Pengertian Blok/Sub Blok dan Zona/Subzona sebagaimana tercantum dalam Permen

    PU No. 20 Tahun 2011 adalah

    a. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang

    nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan

    ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan

    rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan

    memiliki pengertian yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud

    dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

    Penataan Ruang.

    b. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan subzona.

    c. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.

    Gambar 7

    Pembagian Sub BWP

    Gambar 8

  • W O R K S H O P II - 11 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    d. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu

    yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang

    bersangkutan.

    Mengacu pada pengertian tersebut, adapun ciri-ciri antara blok/sub blok dan zona/sub

    zona dapat dilihat pada tabel 1 dan contoh penentuan blok/subblok dan zona/subzona dapat

    dilihat pada gambar 8 dan gambar 9.

    Tabel 1 Perbedaan Blok/Sub Blok dan Zona/Sub Zona.

    No Ciri-ciri

    1 Blok Dibatasi oleh batas fisik baik yang nyata maupun belum nyata. Batas fisik yang nyata berupa : - jaringan jalan, - sungai, - selokan, - saluran irigasi, - saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, - garis pantai, dll. Batas fisik yang belum nyata berupa rencana jaringan yang muncul karena perkembangan penduduk, seperti: - rencana jaringan jalan, - rencana saluran drainase, dan - rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai

    dengan rencana kota, dan rencana sektoral lainnya. Didalam blok bisa terdapat beberapa zona.

    2 Sub Blok Pembagian sub blok berdasarkan batasan fisik yang dilihat berdasarkan perbedaan zona yang terdapat di dalam satu blok. Didalam sub blok hanya ada satu jenis zona (sub Zona)

    3 Zona - Memiliki karakteristik yang spesifik. - Kawasan dengan kegiatan yang seragam. - Kawasan yang memiliki kegiatan dominan. - Dalam zona terdapat beberapa kegiatan yang selanjutnya

    dapat menjadi sub zona

    4 Sub Zona - Pembagian zona berdasarkan jenis kegiatannya. - Jenis-jenis kegiatan yang terdapat dalam satu zona dapat

    menjadi sub zona. - Satu Sub Zona sama dengan satu sub blok.

  • W O R K S H O P II - 12 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Penentuan zona/sub zona dapat dilihat dengan mengambil contoh Sub BWP II pada gambar

    8, sebagaimana tergambar dibawah ini:

    SUB BWP BLOK

    I 19 ( A s/d S)

    II 38 ( A s/d LL)

    III 31 ( A s/d EE)

    IV 22 (A s/d V)

    V 6 (A s/d F)

    VI 6 (A s/d F)

    VII 6 (A s/d F)

    Gambar 9

    Contoh Pembagian Blok/Sub Blok

    Gambar 10

    Contoh Pembagian Blok dalam SBWP II

  • W O R K S H O P II - 13 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2.3. RENCANA POLA RUANG

    Rencana pola ruang dalam RDTR mengacu pada Permen PU No. 20/2011 yang

    memuat Zona Lindung dan Zona Budidaya. Penentian masing-masing zona disesuaikan

    dengan kondisi wilayah perkotaan masing-masing. Tidak semua jenis zona yang tercantum

    dalam Permen PU terdapat pada suatu perkotaan. Hanya jenis zona yang dimiliki oleh

    perkotaan yang akan direncanakan dan sesuai dengan hasil analisa.

    2.3.1. Rencana Zona Lindung

    Zona lindung merupakan zona yang ditetapkan fungsi utamanya untuk melindungi

    kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan

    nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Sesuai

    dengan Keppres no. 32 tahun 1990, pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan

    pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.

    Penentuan Zona lindung berdasarkan Permen PU dijabarkan dalam tabel dibawah ini:

    Tabel 2

    Pembagian Zona/Sub Zona Lindung

    No Zona Sub Zona Kegiatan

    1 Zona Hutan Lindung - HL

    2 Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya

    zona bergambut PB

    zona resapan air

    3 Zona perlindungan setempat

    sempadan pantai PS

    sempadan sungai

    zona sekitar danau atau waduk

    zona sekitar mata air

    4 Zona RTH kota taman RT RTH

    taman RW

    taman kota

    pemakaman

    5 zona suaka alam dan cagar budaya

    - SC

    6 zona rawan bencana alam zona rawan tanah longsor RB

    zona rawan gelombang pasang

    zona rawan banjir

    zona lindung lainnya -

    Sumber : Permen PU 20/2007

  • W O R K S H O P II - 14 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2.3.1.1. Zona Hutan Lindung

    Zona Hutan Lindung adalah Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan

    lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan

    untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut,

    dan memelihara kesuburan tanah. Penetapan zona hutan lindung pada kawasan

    perkotaan/BWP berdasarkan penetapan Kawasan Lindung yang ditetapkan oleh RTRW

    Kabupaten/Kota.

    2.3.1.2. Zona Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Zona Dibawahnya

    Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona dibawahnya adalah peruntukan

    ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai

    perlindungan terhadap kawasan di bawahannya meliputi kawasan gambut dan kawasan

    resapan air. Penetapan zona ini dalam RDTR Perkotaan mengacu pada RTRW

    Kabupaten/Kota. Dalam muatan rencana perlu dijabarkan penetapan zona/sub zona

    kedalam Sub BWP dan Blok serta upaya pengembangan dan penanganan zona.

    2.3.1.3. Zona Perlindungan Setempat

    Zona perlindungan setempat adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari

    kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan

    pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata

    air. Dalam pola ruang zona perlindungan setempat dijabarkan sesuai dengan sub zona

    perlindungan setempat yang berada di wilayah Perkotaan/BWP .

    Hal-hal yang perlu dijabarkan pada rencana zona perlindungan setempat pada

    masing-masing sub zona yaitu penetapan sub zona dalam zona perlindungan setempat

    dalm Sub BWP dan Blok serta arahan pengembangan zona dan upaya

    penanganan/pengelolaan kawasan sesuai dengan masing-masing sub zona.

    2.3.1.4. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

    RTH adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya

    lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah

    maupun yang sengaja ditanam.

    Adapun Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang direncanakan pada suatu perkotaan/BWP

    terdiri dari:

    I. RTH Publik, berupa :

    1. Taman dan hutan kota

  • W O R K S H O P II - 15 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Taman RT : Fasilitas yang harus disediakan adalah setidaknya tersedia bangku

    taman dan fasilitas mainan anak-anak, diusahakan ada pada setiap RT dengan

    luas minimum 250 m2. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal

    seluas 40% dari luas taman. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai

    tanaman, juga terdapat 3-5 pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.

    Taman RW : setidaknya seluas 1.250 m2 dan luas area yang ditanami tanaman

    (ruang hijau) minimal seluas 70% dari luas taman sisanya dapat berupa

    pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas. Pada

    taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga

    terdapat minimal 10 (sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau

    sedang.

    Taman Kelurahan : Luas area minimum 5.000 m2 yang ditanami tanaman (ruang

    hijau) minimal seluas 90% dari luas taman sisanya dapat berupa pelataran yang

    diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas. Pada taman ini selain

    ditanami dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 15

    (sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang. Pada setiap

    kelurahan dikembangkan taman tematik yang mempunyai fungsi juga sebagai

    area untuk rekreasi dan olah raga. Setiap kelurahan /desa mengembangkan

    tema masing-masing berupa taman anak-anak, taman remaja, taman manula,

    dan taman toga masing-masing seluas 1 Ha.

    Tabel 3 Contoh Vegetasi untuk RTH Taman Kelurahan

    JENIS TAMAN

    KOEFISIEN

    DAERAH

    HIJAU (KDH)

    FASILITAS VEGETASI

    1). Lapangan terbuka; 1). Minimal 25 pohon

    (sedang dan kecil);

    2). Trek lari, lebar 5 m panjang 325

    m; 2). Semak;

    3). WC umum; 3). Perdu;

    4). 1 unit kios (jika diperlukan );

    5). Kursi - kursi taman;

    1). Sirkulasi jalur pejalan kaki 1,5 -

    2 m;

    1). Minimal 50 pohon

    (sedang dan kecil);

    2). WC Umum; 2). Semak;

    3)1 unit kios (jika diperlukan); 3). Perdu;

    4). Kursi - kursi taman; 4). Penutup tanah;

    70 - 80 %

    4). Penutup tanah;

    CONTOH VEGETASI UNTUK RTH TAMAN KELURAHAN

    Aktif

    Pasif 80 - 90 %

    Sumber : KEPMEN No. 5 Tahun 2008

  • W O R K S H O P II - 16 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Gambar 11 Contoh Tata Letak RTH berbentuk Taman atau Area

    Tabel 4 Contoh Vegetasi untuk RTH Taman Kecamatan

    JENIS TAMAN

    KOEFISIEN

    DAERAH HIJAU

    (KDH)

    FASILITAS VEGETASI

    1). Lapangan terbuka; 1). Minimal 50 pohon (sedang dan

    kecil);

    2). Lapangan Basket; 2). Semak;

    3). Lapangan volley; 3). Perdu;

    4). Trek lari, lebar 5 m panjang 325 m;

    5). WC Umum;

    6). Parkir kendaraan;

    7). Termasuk sarana kios (jika diperlukan);

    8). Kursi - kursi taman;

    1). Sirkulasi jalur pejalan kaki 1,5 - 2 m;1). Lebih dari 100 pohon tahunan

    (sedang dan kecil);

    2). WC Umum; 2). Semak;

    3)parkir kendaraan termasuk sarana kios (jika

    diperlukan);

    3). Perdu;

    4). Kursi - kursi taman; 4). Penutup tanah;

    4). Penutup tanah;

    Pasif 80 - 90 %

    CONTOH VEGETASI UNTUK RTH TAMAN KECAMATAN

    Aktif 70 - 80 %

    Sumber : KEPMEN No. 5 Tahun 2008

  • W O R K S H O P II - 17 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Gambar 12 Cotoh Tata Letak RTH Kelurahan

    Taman Kota : Taman ini minimum memiliki luas 10.000 m2, dapat berupa

    fasilitas olahraga dilengkapi beberapa lapangan olahraga lainnya seperti

    lapangan basket, volley, atletik serta fasilitas rekreasi masyarakat seperti area

    bermain anak-anak, kolam air mancur, panggung terbuka dan lain sebagainya.

    Pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berkelompok atau menyebar

    berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar

    kegiatan. Adapun jumlah pohon yang direkomendasikan 100- 150 pohon.

    Taman Rekreasi

  • W O R K S H O P II - 18 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Outbond Rumah Pohon

    Berkuda Atraksi permainan alam

    Hutan Kota

    Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai peyangga lingkungan kota

    yang berfungs iuntuk:

    a. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai stetika;

    b. Meresapkan air;

    c. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota;

    d. Mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia.

    Gambar 13 Contoh Pola Tanam Hutan Kota Strata Banyak

  • W O R K S H O P II - 19 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2. Jalur Hijau berbentuk koridor

    Pada prinsipnya penempatan dan pemilihan tanaman pada jalur jalan diupayakan

    tidak mengganggu pandangan pemakai jalan khususnya pengendara kendaraan.

    Baik penempatan disisi jalan (berm jalan), khususnya penempatan ditengah jalan

    (boulevard), atau taman pada simpul-simpul persimpangan jalan.

    Gambar 14 Contoh Tata Letak Jalur Hijau Jalan

    A. Bentuk taman/RTH pada koridor jalan

    Pada jalur tanaman tepi jalan

    1) Peneduh

    a) Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal1,5m dari tepi median);

    b) percabangan 2 m di atas tanah;

    c) bentuk percabangan batang tidak merunduk;

    d) bermassa daun padat;

    e) berasal dari perbanyakan biji;

    f) ditanam secara berbaris;

    g) tidak mudah tumbang.

    Contohjenistanaman:

    a) Kiara Payung (Filiciumdecipiens)

    b) Tanjung (Mimusopselengi)

    c) Bungur (Lagerstroemiafloribunda)

  • W O R K S H O P II - 20 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Gambar 15 Contoh Jalur Tanaman Tepi Peneduh

    2) Penyerap polusi udara

    a) terdiri dari pohon, perdu/semak;

    b) memiliki kegunaan untuk menyerap udara;

    c) jarak tanam rapat;

    d) bermassa daun padat.

    Contoh jenis tanaman:

    a) Angsana (Ptherocarphus indicus)

    b) Akasia daun besar (Accasia mangium)

    c) Oleander (Nerium oleander)

    d) Bogenvil (Bougenvillea Sp)

    e) Teh-tehan pangkas (Acalypha sp)

    Gambar 16 Contoh Ilustrasi Jalur Tanaman Tepi Penyerap Polusi Udara

  • W O R K S H O P II - 21 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    3) Peredam kebisingan

    a) terdiri dari pohon, perdu/semak;

    b) membentuk massa;

    c) bermassa daun rapat;

    d) berbagai bentuk tajuk.

    Contoh jenis tanaman:

    a) Tanjung (Mimusops elengi)

    b) Kiara payung (Filicium decipiens)

    c) Teh-tehan pangkas (Acalypha sp)

    d) Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis)

    e) Bogenvil (Bogenvillea sp)

    f) Oleander (Nerium oleander)

    JalurTanamanTepiPenyerapKebisingan

    4) Pemecahangin

    a) tanaman tinggi, perdu/semak;

    b) bermassa daun padat;

    c) ditanam berbaris atau membentuk massa;

    d) jarak tanam rapat < 3 m.

    Contohjenistanaman:

    a) Cemara (Cassuarina equisetifolia)

    b) Mahoni (Swietania mahagoni)

  • W O R K S H O P II - 22 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    c) Tanjung (Mimusops elengi)

    d) Kiara Payung (Filicium decipiens)

    e) Kembang sepatu (Hibiscusrosasinensis)

    Jalur Tanaman Tepi Pemecah Angin

    5) Pembatas pandang

    a) tanaman tinggi, perdu/semak;

    b) bermassa daun padat;

    c) ditanam berbaris atau membentuk massa;

    d) jarak tanam rapat.

    Contohjenistanaman:

    a) Bambu (Bambusa sp)

    b) Cemara (Cassuarina equisetifolia)

    c) Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis)

    d) Oleander (Nerium oleander)

  • W O R K S H O P II - 23 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Jalur Tanaman Tepi Pembatas Pandang

    Padamedian Jalan :

    1) Penahansilaulampukendaraan

    a) tanaman perdu/semak;

    b) ditanam rapat;

    c) ketinggian 1,5 m;

    d) bermassadaunpadat.

    Contohjenistanaman:

    a) Bogenvil (Bogenvillea sp)

    b) Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensi )

    c) Oleander (Netrium oleander)

    d) Nusa Indah (Mussaenda sp)

    Jalur Tanaman pada Median Penahan Silau Lampu Kendaraan

  • W O R K S H O P II - 24 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    3. RTH Ruang Pejalan Kaki

    Ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan

    jalan atau didalam taman. Ruang pejalan kaki yang dilengkapi dengan RTH harus

    memenuh ihal-hal sebagai berkut:

    1) Kenyamanan, adalah cara mengukur kualitas fungsional yang

    ditawarkan oleh sistem pedestrian yaitu:

    Orientasi, berupa tanda visual (landmark,marka jalan) pada

    Lansekap untuk membantu dalam menemukan jalan pada konteks

    lingkungan yang lebih besar;

    Kemudahan berpindah dari satu arah ke arah lainnya yang dipengaruhi oleh

    kepadatan pedestrian, kehadiran penghambat fisik, kondisi permukaan

    jalan dan kondisi iklim. Jalur pejalan kaki harus aksesibel untuk semua

    orang termasuk penyandang cacat.

    2) Karakter fisik, meliputi:

    Kriteria dimensional, disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya

    setempat, kebiasaan dan gaya hidup, kepadatan penduduk, warisan

    dan nilai yang dianut terhadap lingkungan;

    Kriteria pergerakan, jarak rata-rata orang berjalan di setiap tempat

    Umumnya berbeda dipengaruhi oleh tujuan perjalanan, kondisi cuaca,

    kebiasaan dan budaya. Pada umumnya orang tidak mau berjalan lebih dari

    400m.

    Gambar 17 Contoh Pola Tanam RTH Jalur Pejalan Kaki

    4. RTH fungsi tertentu

    Sempadan Sungai

    Kawasan Sempadan sungai yang diarahkan di Kawasan Perkotaan/BWP meliputi :

  • W O R K S H O P II - 25 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    a. Sungai bertanggul :

    Sungai bertanggul di kawasan perkotaan/BWP diatur sebagai berikut :

    1) Garis sempadan sungai tersebut sekurang-kurangnya 3m disebelah luar

    sepanjang kaki tanggul;

    2) Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat

    diperkuat, diperlebar dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya

    garis sempadan sungai;

    3) Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, makalahan yangdiperlukan

    untuktapaktanggulbaruharusdibebaskan.

    b. Sungai tidakbertanggul:

    Sungai tidak bertanggul diatur sebagai berikut :

    1) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan

    ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m;

    2) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m,

    garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m;

    3) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m, garis

    sempadanditetapkansekurang-kurangnya30m.

    Penetapan kawasan sempadan sungai di wilayah Perkotaan dapat berupa:

    1) Perlindungan pada sungai besar diluar kawasan permukiman ditetapkan

    minimum 100 meterkiri kanan sungai.

    2) Perlindungan terhadap anak- anak sungai diluar kawasan permukiman

    ditetapkan minimum 50 meter.

    3) Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman

    ditetapkan minimum 15 meter.

    Gambar 18 Ilustrasi Rencana Pengembangan RTH pada Sempadan Sungai

  • W O R K S H O P II - 26 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Sempadan SUTT

    Sempadan SUTT dilengkapi dengan penjelasan terkait lokasi penetapan SUTT di

    Sub BWP dan Blok serta dilengkapi dengan luas RTH yang dietatpkan sebagai

    sempadan SUTT.

    Gambar 19 Contoh Desain Penataan Jalur Hijau Jaringan Listrik Tegangan Tinggi

    RTH Pemakaman

    Luas area RTH makam di wilayah perencanaan direncanakan seluas 6,4

    Ha.Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki

    fungsi utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu

    sebagai daerah resapan air,tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta

    iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti

    beristirahat dan sebagai sumber pendapatan. Untuk penyediaan RTH pemakaman,

    maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagaiberikut:

    a) Ukuran makam 1 m x 2m;

    b) Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;

    c) tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/ perkerasan;

    d) pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing

    blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;

    e) batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan

    deretan pohon pelindung disalah satu sisinya;

    f) batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar

    buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;

    g) ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70%

  • W O R K S H O P II - 27 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang

    hijaunya.

    Gambar 20 Contoh Pola Penanaman pada RTH Pemakaman

    II. RTH Privat

    RTH Privat terdiri dari halaman pada kawasan terbangun berupa perumahan,

    perkantoran, perdagangan jasa, sarana pelayanan umum dan lainnya, setidaknya

    seluas 10% dari luas area yang dimiliki. Pada kondisi sangat padat sehingga tidak

    memungkinkan tersedia RTH privat maka dapat dikembangkan sistem penyediaan RTH

    privat melalui pot-pot, bangunan hijau dan RTH di atas atap.

    a. RTH Pekarangan

    Pekarangan adalah lahan diluar bangunan,yang berfungsi untuk berbagai aktivitas.

    Luas pekarangan disesuaikan dengan ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB)

    dikawasan perkotaan, seperti tertuang didalam PERDA mengenai RTRW dimasing-

    masing kota. Untuk memudahkan didalam pengklasifikasian pekarangan maka

    ditentukan kategori pekarangan sebagai:

    1) Pekarangan Rumah Besar

    Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah besar adalah sebagai

    berikut:

    a) kategori yang termasuk rumah besar adalah rumah dengan luas lahan

    diatas 500 m2;

    b) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luaslahan (m2)

    dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerahsetempat;

    c) jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon

  • W O R K S H O P II - 28 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan

    atau rumput.

    2) Pekarangan Rumah Sedang

    Ketentuan penyediaan RTH untuk pekarangan rumah sedang adalah sebagai

    berikut:

    a) Kategori yang termasuk rumah sedang adalah rumah dengan luas lahan

    antara 200 m2 sampai dengan 500 m2;

    b) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2)

    dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah

    setempat;

    c) jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2 (dua)

    pohonpelindungditambah dengantanaman semak dan perdu,

    sertapenutuptanahdanataurumput.

    3) Pekarangan Rumah Kecil

    Ketentuan penyediaan RTH untukpekarangan rumah kecil adalah sebagai

    berikut:

    a) kategori yang termasuk rumah kecil adalah rumah dengan luas lahan

    dibawah 200 m2;

    b) ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2)

    dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah

    setempat;

    c) jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon

    pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan

    atau rumput.

    Keterbatasan luas halaman dengan jalan lingkungan yang sempit, tidak menutup

    kemungkinan untuk mewujudkan RTH melalui penanaman dengan menggunakan

    potatau media tanam lainnya.

    b. RTH Halaman Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha

    RTH halaman perkantoran, pertokoan,dan tempat usaha umumnya berupa jalur

    trotoar dan area parkir terbuka. Penyediaan RTH pada kawasan ini adalah

    sebagaiberikut:

    1) Untuk dengan tingkat KDB 70%-90% perlu menambahkan tanaman dalam pot;

    2) Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB diatas 70%, memiliki

  • W O R K S H O P II - 29 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    minimal 2 (dua) pohon kecil atau sedang yang ditanam pada lahan atau pada

    pot berdiameter diatas 60cm;

    3) Persyaratan penanaman pohon pada perkantoran, pertokoan dan tempat

    usaha dengan KDB dibawah 70%,berlaku seperti persyaratan pada RTH

    pekarangan rumah,dan ditanam pada area diluar KDB yang telah ditentukan.

    c. RTH dalam Bentuk Lainnya

    Pada kondisi luas lahan terbuka terbatas, maka untuk RTH dapat memanfaatkan

    ruang terbuka non hijau, seperti teras rumah, teras-teras bangunan bertingkat dan

    disamping bangunan,danlain-lain dengan memakai media tambahan,seperti pot

    dengan berbagai ukuran sesuai lahan yang tersedia.

    Contoh Bentuk RTH Privat pada Rumah Tinggal

    2.3.1.5. Suaka Alam dan Cagar Budaya

    Suaka alam dan cagar budaya adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari

    kawasan lindung yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang

    mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa

    dan ekosistemnya beserta nilai budaya dan sejarah bangsa.

    Arahan pengelolaan untuk kawasan cagar budaya adalah sebagai berikut:

    1. Meningkatkan pelestarian pada bangunan peninggalan sejarah dan budaya .

    2. Pada kawasan sekitar bangunan cagar budaya harus dikonservasi untuk kelestarian

    dan keserasian benda cagar budaya, berupa pembatasan pembangunan, pembatasan

    ketinggian, dan menjadikan tetap terlihat dari berbagai sudut pandang;

    3. Menetapkan pembatasan bangunan yang terdapat disekitar kawasan cagar budaya.

    Sebagai obyek daya tarik wisata sejarah.

  • W O R K S H O P II - 30 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2.3.1.6. Rawan Bencana Alam

    Zona Rawan Bencana Alam adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari

    kawasan lindung yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang

    sering atau berpotensi tinggi mengalami tanah longsor, gelombang pasang/tsunami, banjir,

    letusan gunung berapi, dan gempa bumi.

    Tabel 5 Contoh Penyajian Tabel Zona Lindung

    No Zona Kode Kegiatan BWP Blok

    1 Hutan Lindung Hutan Lindung A A2.1 , A3.6

    1 Perlindungan Bawahan / PB

    PB Hutan A A2.1

    2 Perlindungan Setempat

    PS Sempadan Rel A A2.1 , A3.6

    D D2.1 , D4.1

    Sempadan Sungai A A2.1 ,A2.2, A3.1,

    B B2.8 B2.7 B2.9

    C C2.6 C3.3

    D D2.1 , D4.1

    3 Ruang Terbuka Hijau

    RTH Taman dan Hutan Kota

    A A1.2 A1.22

    B B1.4

    C C3.4

    D D1.1 D1.8 D1.2 D2.4

    RTH Jalur Hijau Koridor

    RTH Pejalan Kaki

    RTH Fungsi Tertentu A A1.10 A2.1 A2.2 A2.3 A3.1 A3.6

    B B1.8 B2.6 B2.8 B2.9

    C C1.10 C3.3

    D D1.1 D2.1 D4.1 D5.1 D5.5 D5.6

    4 Suaka Alam dan Cagar Budaya

    SC Cagar budaya B B2.9

    2.3.2. Rencana Zona Budidaya

    Zona budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

    dibudidayakan dengan dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia

    dan sumber daya buatan. Pemanfaatan kawasan budidaya dilakukan dengan

    memperhatikan prinsip serasi, selaras dan seimbang agar terwujud keseimbangan antara

    kepentingan sosial ekonomi masyarakat dan upaya-upaya untuk menjaga kelestarian

  • W O R K S H O P II - 31 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    lingkungan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam berwawasan

    lingkungan.

    Penetapan Zona budidaya didasarkan pada ketersediaan lahan beserta daya

    dukungnya sebagai upaya dalam mendukung berbagai aktivitas penduduk secara

    berkelanjutan. Adapun zona budidaya yang tercantuk dalam Permen PU 20/2011 meliputi

    zona perumahan, zona perdagangan dan jasa, zona perkantoran, zona industry, zona

    pelayanan umum, zona ruang terbuka non hijau, zona peruntukan lainnya dan zona

    peruntukan khusus.

    Tabel 6 Zona/Sub Zona Budidaya

    No Zona Sub Zona KODE

    1 Zona Perumahan perumahan kepadatan sangat tinggi

    R-1

    perumahan kepadatan tinggi

    R-2

    perumahan kepadatan sedang

    R-3

    perumahan kepadatan rendah

    R-4

    perumahan kepadatan sangat rendah

    R-5

    2 Zona Perdagangan dan Jasa

    Perdagangan dan Jasa Tunggal

    K-1

    Perdagangan dan Jasa Kopel

    K-2

    Perdagangdan dan Jasa Deret

    K-3

    3 Zona Perkantoran Perkantoran Pemerintahan KT-1

    Perkantoran Swasta KT-2

    4 Zona Indistri Industri Kimia Dasar I-1

    Industri Mesin dan Logam Dasar

    I-2

    Industri Kecil I-3

    Aneka Industri I-4

    5 Zona Sarana Pelayanan Umum

    Pendidikan SPU-1

    Transportasi SPU-2

    Kesehatan SPU-3

    Olahraga SPU-4

    Sosial Budaya SPU-5

    Peribadatan SPU-6

    6 Zona Peruntukan Lainnya Pertanian PL-1

  • W O R K S H O P II - 32 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    No Zona Sub Zona KODE Pertambangan PL-2

    Pariwisata PL-3

    7 Zona Peruntukan Khusus Pertahanan dan Keamanan (hankam)

    KH-1

    TPA KH-2

    IPAL KH-3

    8 Zona Peruntukan Campuran

    Perumahan dan Perdagangan/jasa

    C-1

    Perumahan dan Perkantoran

    C-2

    Perkantoran dan Perdagangan/Jasa

    C-3

    Sumber : Permen PU 20/2007

    2.3.2.1. Zona Perumahan

    Zona Perumahan adalah Peruntukan ruang yang terdiri atas kelompok rumah tinggal

    yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan

    fasilitasnya. Penetapan zona perumahan di kawasan perkotaan/BWP disesuaikan dengan

    karakteristik perumahan yang ada secara eksisting dan penetapan rencana perumahan yang

    sesuai dengan hasil analisa.

    A. Sub Zona Rumah Kepadatan Sangat Tinggi (R-1)

    Rumah kepadatan sangat tinggi adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari

    kawasan budi daya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang

    sangat besar antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. Kriteria perencanaan untuk

    rumah kepadatan sangat tinggi adalah zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki

    kepadatan bangunan diatas 1000 (seribu) rumah/hektar.

    B. Sub Zona Rumah Kepadatan Tinggi (R-2)

    Rumah kepadatan tinggi adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari

    kawasan budi daya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang

    besar antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. Kriterian penetapan sub zona ini

    adalah zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki kepadatan bangunan 100

    (seratus)-1000 (seribu) rumah/hektar.

    C. Sub Zona Rumah Kepadatan Sedang (R-3)

    Rumah kepadatan sedang adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari

    kawasan budi daya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang

    hampir seimbang antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. Kriteria penetapa

  • W O R K S H O P II - 33 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    untuk sub zona ini adalah zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki kepadatan

    bangunan 40 (empat puluh)-100 (seratus) rumah/hektar

    D. Sub Zona Rumah Kepadatan Rendah (R-4)

    Rumah kepadatan rendah adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari

    kawasan budi daya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang

    kecil antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. Kriteria perencanaan untuk sub

    zona ini adalah zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki kepadatan bangunan

    dibawah 10 (sepuluh)-40 (empat puluh) rumah/hektar

    Rencana zona/sub zona perumahan harus memuat hal-hal sebagai berikut:

    1. Lokasi setiap peruntukan perumahan yang direncanakan dalam Sub BWP dan

    Blok/Sub Blok;

    2. Setiap rencana perumahan harus disertakan jenis kegiatan atau jenis/tipe/karakter

    rumah yang ditetapkan dalam masing-masing Sub BWP dan Blok/Sub Blok.

    Berikut ini contoh penyajian rencana zona perumahan dalam bentuk tabel dan peta:

    Tabel 6 Contoh Penyajian Peruntukan Zona Perumahan

    No. Sub Zona Kode Kegiatan Sub BWP

    Blok

    1. Perumahan Kepadatan Tinggi

    R-2 Rumah Tunggal dan rumah deret (rumah sederhana dan menengah)

    I B, D, E, F, G

    II A, J, S, T, J', 'K, L'

    IV D, E, F, G, I, J, O, Q, R

    V A

    Rumah Tunggal dan rumah deret (rumah sederhana)

    I H, J, O, S

    II C', E', F', 'I

    III A

    IV K, N

    V A

    VII A

    2. Perumahan Kepadatan Sedang

    R-3 Rumah Tunggal dan rumah deret (rumah sederhana)

    III N, O, U, Z

    IV A, C, L, S, T, U, V

    V D, E

    VI A, B, C, E

    VII A, B

    Rumah Tunggal dan rumah deret (Rumah Menengah)

    II D

    III P, S, T, U, W

    IV A, C, L, S, T, U, V

    V A, B

    VI D

    VII A, B

    Rumahderet V F

  • W O R K S H O P II - 34 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    No. Sub Zona Kode Kegiatan Sub BWP

    Blok

    (Rumah Dinas)

    3. Perumahan Kepadatan Rendah

    R-4 Rumah Tunggal dan rumah deret (rumah sederhana)

    I D, M, R

    II B, C, D, E, F, G, H, I, O, P, Q, R, U, X, Z, A', B', G', H'

    III C, E, F, G, L, Q, R, V, A'

    V B

    VI A

    Rumah Tunggal dan rumah deret (Rumah Menengah)

    I B, C, I, K, L, N, P, Q

    II K, L, M, Y

    III H, J, K, X, Y, B'

    IV B

    VI B,C

    Rumahderet (Asrama)

    I J

    VI C

  • W O R K S H O P II - 35 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Gambar 21

    Contoh Peta Zona Perumahan

  • W O R K S H O P II - 36 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2.3.2.2. Zona Perdagangan dan Jasa (K)

    Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk

    pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial, tempat bekerja, tempat berusaha,

    serta tempat hiburan dan rekreasi, serta fasilitas umum/sosial pendukungnya. Zona

    perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret dan perdagangan jasa tunggal

    (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam lokasi PKL, pasar tradisional, pasar

    modern, pusat perbelanjaan, dan sebagainya).

    A. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Tunggal (K-1)

    Sub zona perdagangan dan jasa adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian

    dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan

    dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala

    pelayanan regional yang dikembangkan dalam bentuk tunggal secara horisontal maupun

    vertikal. Kriteria perencanaan untuk sub zona ini adalah :

    - lingkungan dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang, dan rendah dan akan diatur

    lebih lanjut di dalam peraturan zonasi

    - lingkungan yang diarahkan untuk membentuk karakter ruang kota melalui

    pengembangan bangunan bangunan tunggal

    - skala pelayanan perdagangan dan jasa yang direncanakan adalah tingkat nasional,

    regional, dan kota

    - jalan akses minimum adalah jalan kolektor

    - tidak berbatasan langsung dengan perumahan penduduk

    B. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Kopel (K-2)

    Sub zona perdagangan dan jasa kopel adalah peruntukan ruang yang merupakan

    bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan

    perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja , tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi

    dengan skala pelayanan regional berupa bangunan tunggal dengan atap menyambung

    untuk 2 (dua) unit toko/tempat usaha. Kriteria perencanaan untuk sub zona ini adalah

    - lingkungan dengan tingkat kepadatan rendah sampai sedang

    - skala pelayanan perdagangan dan jasa yang direncanakan adalah tingkat regional,

    kota, dan lokal

    - jalan akses minimum adalah jalan kolektor

    - sebagai bagian dari fasilitas perumahan dan dapat berbatasan langsung dengan

    perumahan penduduk

  • W O R K S H O P II - 37 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    C. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Deret (K-2)

    Sub zona perdagangan dan jasa deret adalah peruntukan ruang yang merupakan

    bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan

    perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi

    dengan skala pelayanan regional yang dikembangkan dalam bentuk deret. Kriteria

    perencanaan untuk sub zona ini adalah tersedianya ruang untuk:

    - menampung tenaga kerja, pertokoan, jasa, rekreasi, dan pelayanan masyarakat

    - menyediakan fasilitas pelayanan perdagangan dan jasa yang dibutuhkan

    masyarakat dalam skala pelayanan kota dan lokal

    - membentuk karakter ruang kota melalui pengembangan bangunan perdagangan

    dan jasa dalam bentuk bangunan tunggal

    Rencana zona/sub zona perdagangdan dan jasa harus memuat hal-hal sebagai

    berikut:

    1. uraian terkait lokasi setiap peruntukan perdagangan dan jasa yang direncanakan

    dalam Sub BWP dan Blok/Sub Blok;

    2. uraian setiap rencana sub zona dan jenis kegiatan perdagangan dan jasa dalam

    masing-masing Sub BWP dan Blok/Sub Blok.

    3. Jenis kegiatan pada masing-masing sub zona disesuaikan dengan karakter

    perdagangan dan jasa yang sudah berkembang dan yang akan direncanakan di

    perkotaan/BWP.

    Berikut ini contoh penyajian rencana zona perdagangan dan jasa dalam bentuk tabel

    dan peta:

    Tabel 7

    Contoh Pembagian Zona Perdagangan dan Jasa

    No. Sub Zona Kode Kegiatan Sub BWP

    Blok

    1. Perdagangan dan Jasa Tunggal

    K-1

    Warung I J

    II L

    III N, U, W, A'

    IV A, E, F, G, H, I, J, L, Q, R

    V A

    VI C,D

    VII A

    Toko I B, H, J

    II G, H, K, L Q, V, A', B', C', E', J', K'

    III C, O, P, S. W. X. Z, A', B', C', D', E'

    IV A, C, E, F, G, H, I, J, K, Q, R, S, T, U

    V A, C, D, E, F

  • W O R K S H O P II - 38 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    No. Sub Zona Kode Kegiatan Sub BWP

    Blok

    VI A, B, C, E

    VII A

    Pasar Tradisional

    II R

    Pasar Lingkungan

    I J

    III Z

    IV A, I, J

    V A

    VI C

    Pusat Perbelanjaan

    II W

    IV N, R, S, T

    Supermarket III H, P, U

    IV C, I

    Bahan Bangunan

    I H

    IV F, Q, R

    V C, B, D, E

    Makanan dan Minuman

    II Y

    Peralatan Rumah Tangga

    II D

    III L, A

    Hewan Peliharaan

    V V

    Jasa Lembaga Keuangan

    I J

    III S

    IV H, U

    Jasa Komunikasi

    J

    U

    F, H, L

    Bengkel I J

    VI A, B, C, D, E

    VIII A

    SPBU III B

    VI D

    II G, , Y, A'

    III Z, A'', C', D'

    IV A, S, T, U

    V A, C

    VI A, B, C, E

    Dst...

    2 Perdagangan dan Jasa Deret

    K-3 Ruko I P, Q, R, S

    II O, Q

    III H

    V D

  • W O R K S H O P II - 39 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Gambar 22

    Contoh Peta Zona Perdagangan dan Jasa

  • W O R K S H O P II - 40 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2.3.2.3. Zona Perkantoran (KT)

    Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk

    pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha, tempat

    berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya. Zona perkantoran terdiri

    dari 2 (dua) sub zona yaitu Perkantoran Pemerintahan (KT-1) dan perkantoran swasta (KT-

    2).

    A. Perkantoran Pemerintahan

    Sub zona perkantoran pemerintahan adalah peruntukan ruang yang merupakan

    bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan

    dan pelayanan masyarakat. kriteria perencanaan untuk sub zona ini adalah

    - kantor pemerintahan baik tingkat pusat maupun daerah (provinsi, kota/kabupaten,

    kecamatan, kelurahan)

    - kantor atau instalasi hankam termasuk tempat latihan baik pada tingkatan nasional,

    Kodam, Korem, Koramil, Polda, Polwil, Polsek, dan sebagainya

    - untuk pemerintah tingkat pusat, provinsi dan kota aksesibilitas minimum adalah

    jalan kolektor

    - untuk pemerintah tingkat kecamatan dan dibawahnya aksesibilitas minimum adalah

    jalan lingkungan utama

    B. Perkantoran Swasta

    Sub zona perkantoran swasta adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari

    kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perkantoran

    swasta, jasa, tempat bekerja, tempat berusaha dengan fasilitasnya yang dikembangkan

    dengan bentuk tunggal /renggang secara horizontal maupun vertikal. Sub zona ini ditetapkan

    dengan kriteria :

    - lingkungan dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang, dan rendah dan akan diatur

    lebih lanjut didalam peraturan zonasi

    - lingkungan yang diarahkan untuk membentuk karakter tuang kota melalui

    pengembangan bangunan bangunan tunggal

    - skala pelayanan yang direncanakan adalah tingkat nasional dan regional dan kota

    - jalan akses minimum adalah jalan kolektor

    - tidak berbatasan langsung dengan perumahan penduduk

    Rencana zona/sub zona perkantoran harus memuat hal-hal sebagai berikut:

  • W O R K S H O P II - 41 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    1. uraian terkait lokasi setiap peruntukan perkantoran yang direncanakan dalam Sub

    BWP dan Blok/Sub Blok;

    2. uraian setiap rencana sub zona dan jenis kegiatan perkantoran dalam masing-masing

    Sub BWP dan Blok/Sub Blok.

    3. Jenis kegiatan pada masing-masing sub zona disesuaikan dengan jenis perkantoran

    yang sudah ada secara eksisting dan yang akan direncanakan di perkotaan/BWP.

    Berikut ini contoh penyajian rencana zona perkantoran dalam bentuk tabel dan peta:

    Tabel 8 Contoh Pembagian Zona Perkantoran

    No. Sub Zona Kode Kegiatan Sub BWP Blok

    1. Perkantoran Pemerintah

    KT-1 Kantor Kelurahan I J

    II L

    III I

    VI B

    Kantor Kecamatan II L

    Kantor Dinas II U, Y

    III P, W, X, P, Z

    IV B, F, H, I, L, M, O, R

    Kantor Pemerintah Kabupaten

    IV M

    Kantor DPRD Kabupaten II Y

    Kantor Kecamatan III P

    Kantor Desa I J

    Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

    III D'

    Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah

    IV I

    Kantor Dinas Kesehatan III Z

    Kantor Dinas Peternakan III C'

    Kantor Kementerian Agama III E'

    Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    III W

    Kantor Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

    III W

    Dst.... ... .....

    2 Perkantoran Swasta

    KT-2 Bank III P

    IV I, F, H, R

    Sumber : Hasil Rencana

  • W O R K S H O P II - 42 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Gambar 23

    Contoh Peta Zona Perkantoran

  • W O R K S H O P II - 43 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2.3.2.4. Zona Sarana Pelayanan Umum

    Zona sarana pelayanan umum adalah Peruntukan ruang yang dikembangkan untuk

    menampung fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial

    budaya, olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya yang dikembangkan dalam bentuk

    tunggal/ renggang, deret/rapat dengan skala pelayanan yang ditetapkan dalam RTRWK.

    A. Sub Zona Pendidikan (SPU-1)

    Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang

    dikembangkan untuk sarana pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi, pendidikan

    formal dan informal, serta dikembangkan secara horizontal dan vertikal. Pembagian Sub

    Zona Pendidikan terbagi menjadi beberapa jenis kegiatan antara lain :

    1. Paud dan TK.

    2. SD.

    3. SMP.

    4. SMA/SMK.

    5. Perguruan Tinggi (PT).

    6. Pondok Pesantren.

    7. Pengembangan Sekolah berbasis Internasional pada sekolah unggulan.

    8. Dst...disesuaikan dengan kondisi eksisting yang terdapat di lokasi perencanaan dan

    fasilitas yang akan direncanakan.

    B. Sub Zona Transportasi (SPU-2)

    Sub Zona Transportasi merupakan salah satu peruntukan ruang yangmerupakan

    bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk manampung fungsi transportasi

    dalam upaya untuk mendukung kebijakan pengembangan sistem transportasi yang tertuang

    didalam rencana tata ruang yang meliputi transportasi darat, udara, dan perairan. Jenis

    kegiatan yang dikembangkan pada sub zona transportasi dapat berupa terminal (tipe

    terminal harus dicantumkan), pelabuhan, bandara, stasiun dst.

    C. Sub Zona Kesehatan (SPU-3)

    Sub zona kesehatan adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan

    budi daya yang dikembangkan untuk pengembangan sarana kesehatan dengan hierarki dan

    skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk yang akan dilayani yang

    dikembangkan secara horizontal dan vertikal. Kriteria perencanaan untuk sub zona ini antara

    lain:

  • W O R K S H O P II - 44 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    1. penempatan penyediaan fasilitas kesehatan akan mempertimbangkan jangkauan

    radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi

    untuk melayani pada area tertentu

    2. sarana kesehatan yang dikembangkan dalam satu zona tersendiri adalah sarana

    kesehatan dengan skala pelayanan tingkat kecamatan atau lebih yang meliputi

    rumah bersalin, laboratorium kesehatan, puskesmas kecamatan, RS pembantu tipe

    C, RS wilayah tipe B, dan RS tipe A

    3. sarana kesehatan berupa pos kesehatan, apotik , klinik, praktek dokter tidak

    dikembangkan dalam satu zona terpisah dan akan diatur lebih lanjut dalam

    peraturan zonasi

    4. rumah sakit dikembangkan dengan dengan jalan akses minimum jalan kolektor,

    perletakan tidak boleh berbatasan langsung dengan perumahan

    5. puskesmas dikembangkan dengan jalan akses minimum jalan lingkungan utama

    6. mengacu pada ketentuan- ketentuan lain yang berlaku dalam pengembangan sarana

    kesehatan

    D. Sub Zona Olahraga

    Sub zona olahraga adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan

    budi daya yang dikembangkan untuk menampung sarana olahraga baik dalam bentuk

    terbuka maupun tertutup sesuai dengan lingkup pelayanannya dengan hierarki dan skala

    pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk. kriteria penetapan untuk sub zona ini

    adalah tersedianya ruang untuk:

    1. sarana olahraga yang dikembangkan dalam satu zona tersendiri adalah sarana

    olahraga tingkat pelayanan kecamatan yang meliputi gedung olahraga, kolam

    renang, gelanggang olahraga, stadion mini

    2. sarana olahraga dengan skala pelayanan lebih rendah dari tingkat kecamatan tidak

    dikembangkan dalam satu zona tersendiri namun merupakan satu kesatuan dengan

    permukiman (bagian dari fasilitas perumahan) dan akan diatur lebih lanjut dalam

    peraturan zonasi

    3. fasilitas olahraga dengan skala pelayanan lebih besar atau sama dengan tingkat

    kecamatan dikembangkan dengan dengan jalan akses minimum jalan kolektor

    Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat ditentukan beberapa jenis kegiatan yang

    termasuk dalam sub zona ini meliputi:

    1. Gedung olahraga;

  • W O R K S H O P II - 45 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2. Kolam renang;

    3. Gelanggang olahraga, stadion mini;

    4. Lapangan sepak bola;

    5. Sport Center; dll

    E. Sub Zona Sosial Budaya

    Sub zona sosial budaya adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari

    kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampung sarana sosial budaya dengan

    hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk yang

    dikembangkan secara horizontal maupun vertikal. Sub zona ini ditetapkan dengan kriteria:

    1. sarana sosial budaya yang dikembangkan dalam satu zona tersendiri adalah sarana

    sosial budaya tingkat pelayanan kecamatan atau lebih besar yang meliputi balai

    warga, gedung serba guna, balai latihan kerja, panti sosial, gedung jumpa bakti,

    gedung pertemuan umum dengan besaran minimum diatur di dalam peraturan

    zonasi;

    2. sarana sosial budaya dengan skala pelayanan lebih rendah dari tingkat kecamatan

    tidak dikembangkan dalam satu zona tersendiri namun merupakan satu kesatuan

    dengan permukiman (bagian dari fasilitas perumahan) dan akan diatur lebih lanjut

    dalam peraturan zonasi; dan

    3. fasilitas sosial budaya dengan skala pelayanan lebih besar.

    F. Sub Zona Peribadatan

    Sub zona peribadatan adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan

    budi daya yang dikembangkan untuk menampung sarana ibadah dengan hierarki dan

    skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk. Sub zona ini ditetapkan

    dengan :

    1. memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian

    merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan

    tuntutan planologis dan religius

    2. mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok

    lingkungan yang ada

    3. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area

    layanan terkait dengan kebutuhan dasar

    4. sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu

  • W O R K S H O P II - 46 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    5. sarana ibadat yang dikembangkan dalam satu zona tersendiri meliputi sarana ibadat

    tingkat pelayanan kecamatan atau lebih besar

    6. sarana ibadat dengan skala pelayanan lebih rendah dari tingkat kecamatan tidak

    dikembangkan dalam satu zona tersendiri namun merupakan satu kesatuan dengan

    permukiman (bagian dari fasilitas perumahan) dan

    7. akan diatur lebih lanjut dalam peraturan zonasi

    8. fasilitas peribadatan dengan skala pelayanan lebih besar atau sama dengan tingkat

    kecamatan dikembangkan dengan jalan akses minimum jalan kolektor

    9. mengacu pada ketentuan yang berlaku dalam pengembangan sarana peribadatan

    Rencana zona/sub zona sarana pelayanan umum harus memuat hal-hal sebagai

    berikut:

    1. uraian terkait lokasi setiap peruntukan Sarana Pelayanan Umum yang direncanakan

    dalam Sub BWP dan Blok/Sub Blok;

    2. uraian setiap rencana sub zona dan jenis kegiatan sarana pelayanan umum dalam

    masing-masing Sub BWP dan Blok/Sub Blok.

    3. Jenis kegiatan pada masing-masing sub zona disesuaikan dengan jenis sarana

    pelayanan umum yang sudah ada secara eksisting dan yang akan direncanakan di

    perkotaan/BWP.

    Berikut ini contoh penyajian rencana zona Sarana Pelayanan Umum dalam bentuk

    tabel dan peta:

    Tabel 9 Contoh Pembagian Zona Sarana dan Pelayanan Umum

    No. Sub Zona Kode Kegiatan Sub BWP

    Blok

    1. Pendidikan SPU-1 Paud dan TK I J, Q, S

    II C, F, C

    III C, T

    IV A

    V C

    VI A, D

    Sekolah Dasar / Sederajat I D, L

    II A, J

    III M, W

    IV I, O

    V A

    VI B, E

    Sekolah Menengah Pertama / Sederajat

    I K

    III P

    IV C

    VI C

    Sekolah Menengah Atas / Kejuruan I J

  • W O R K S H O P II - 47 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    No. Sub Zona Kode Kegiatan Sub BWP

    Blok

    II G

    III J, P

    VI C

    Perguruan Tinggi (PT) III P

    VI B

    Lembaga Pendidikan II A

    IV H

    Pondok Pesantren I J

    IV C

    2. Transportasi SPU-2 terminal Tipe C VI E

    3. Kesehatan SPU-3 Rumah Sakit Tipe B II N

    IV C

    Poliklinik III G

    IV O

    VI D

    Praktek Dokter I L

    II G

    III H

    IV V

    V B

    VI D

    VII A

    Praktek Bidan I L

    II G

    III G, H

    IV V

    V B

    VI D

    VII A

    Laboratorium Medis / Praktek Dokter Bersama

    IV R

    Apotik IV C

    V B

    Dst.....

    4 Rekreasi dan Olah Raga

    SPU-4 Lapangan Sepak Bola I Q

    IV P

    IV A

    GOR III Z

    Sport Center VI B

    5 Peribadatan SPU-6 Masjid / Musholla I L

    II C

    III C, M

    IV A, I, O

    V C

    VI A

    Gereja III B

    IV I, R

  • W O R K S H O P II - 48 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Gambar 24

    Contoh Peta Sarana dan Pelayanan Umum

  • W O R K S H O P II - 49 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2.3.2.5. Zona Industri

    Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang

    setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

    penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Pada zona

    industri terdiri dari 4 sub zona yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan logam

    dasar, industri kecil, dan aneka industri;

    A. Industri Kimia Dasar (I-1)

    Yang dimaksud dengan industri kimia dasar adalah zona industri yang mengolah

    bahan mentah menjadi bahan baku serta memiliki proses kimia yang menghasilkan produk

    zat kimia dasar, seperti asam sulfat (H2SO4) dan ammonia (NH3), seperti, Industri kertas,

    semen, obat-obatan, pupuk, kaca, dan lain-lain. Kriteria perencanaan pada sub zona ini

    antara lain:

    - dikembangkan pada lingkungan dengan tingkat kepadatan rendah

    - tidak berada maupun berbatasan langsung dengan zona perumahan

    - penentuan lokasi industri dilakukan dengan memperhatikan rencana transportasi

    yang berhubungan dengan simpul bahan baku industri dan simpul-simpul

    pemasaran hasil produksi yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan

    transportasi yang tertuang di dalam rencana tata ruang maupun rencana induk

    transportasi

    - memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan

    pengembangan lahan industri

    B. Industri Mesin dan Logam Dasar (I-2)

    Yang dimaksud dengan industri mesin dan logam dasar adalah zona industri bahan

    logam dan produk dasar yang menghasilkan bahan baku dan bahan setengah jadi, seperti

    industri peralatan listrik, mesin, besi beton, pipa baja, kendaraan bermotor, pesawat terbang,

    dan lain-lain. Sub zona ini ditetapkan dengan kriteria:

    - dikembangkan pada lingkungan dengan tingkat kepadatan rendah

    - penentuan lokasi industri dilakukan dengan memperhatikan rencana tranportasi

    yang berhubungan dengan simpul bahan baku industri dan simpul-simpul

    pemasaran hasil produksi yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan

    transportasi yang tertuang di dalam rencana tata ruang maupun rencana induk

    transportasi

  • W O R K S H O P II - 50 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    - memperhatikan kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar kawasan

    industri

    - tidak berada maupun berbatasan langsung dengan zona perumahan

    - memperhatikan penanganan limbah industri

    - memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan

    pengembangan lahan industri

    C. Sub Zona Industri Kecil (I-3)

    Yang dimaksud dengan industri kecil adalah zona industri dengan modal kecil dan

    tenaga kerja yang sedikit dengan peralatan sederhana. biasanya merupakan industri yang

    dikerjakan per orang atau rumah tangga, seperti industri roti, kompor minyak, makanan

    ringan, minyak goreng curah dan lain-lain. Sub zona ini ditetapkan dengan kriteria:

    - dikembangkan pada lingkungan dengan tingkat kepadatan rendah sampai sedang

    - penentuan lokasi industri dilakukan dengan memperhatikan keserasian dengan

    lingkungan sekitar serta kebutuhannya

    - memperhatikan kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar industri

    - dapat dikembangkan di zona perumahan selama tidak mengganggu aspek

    lingkungan

    - memperhatikan penanganan limbah industri

    - berada di dalam bangunan deret atau perpetakan

    - disediakan lahan untuk bongkar muat barang hasil industri sehingga tidak

    mengganggu arus lalu lintas sekitar pemukiman

    - memperhatikan ketentuan peraturan perundang-

    D. Sub Zona Aneka Industri

    Sub Zona Aneka industri adalah industri yang menghasilkan beragam kebutuhan

    konsumen dibedakan ke dalam 4 golongan, yaitu:

    1. aneka pengolahan pangan yang menghasilkan kebutuhan pokok di bidang pangan

    seperti garam, gula, margarine, minyak goreng, rokok, susu, tepung terigu

    2. aneka pengolahan sandang yang menghasilkan kebutuhan sandang, seperti bahan

    tenun, tekstil, industri kulit dan pakaian jadi

    3. aneka kimia dan serat yang mengolah bahan baku melalui proses kimia sehingga

    menjadi barang jadi yang dapat dimanfaatkan, seperti ban kendaraan, pipa

    paralon, pasta gigi, sabun cuci, dan korek api

  • W O R K S H O P II - 51 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    4. aneka bahan bangunan yang mengolah aneka bahan bangunan, seperti industri

    kayu, keramik, kaca dan marmer

    Sub zona ini ditetapkan dengan kriteria :

    1. dikembangkan pada lingkungan dengan tingkat kepadatan rendah sampai sedang

    2. penentuan lokasi industri dilakukan dengan memperhatikan rencana transportasi

    yang berhubungan dengan simpul bahan baku industri dan simpul-simpul

    pemasaran hasil produksi yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan

    transportasi yang tertuang di dalam rencana tata ruang maupun rencana induk

    transportasi

    3. memperhatikan kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar industri

    4. disediakan lahan untuk bongkar muat barang hasil industri sehingga tidak

    mengganggu arus lalu lintas sekitar pemukiman

    2.3.2.6. Zona Peruntukan Lainnya

    Peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan di daerah

    tertentu berupa pertanian, pertambangan, pariwisata, dan peruntukan-peruntukan lainnya.

    A. Sub Zona Pertanian (PL-1)

    Sub zona pertanian adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung

    kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan mengusahakan tanaman tertentu,

    pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan untuk pribadi atau tujuan

    komersil. Kriteria perencanaan untuk sub zona ini adalah

    1. ruang yang secara teknis dapat digunakan untuk lahan pertanian basah (irigasi

    maupun non irigasi) ataupun lahan kering tanaman pangan maupun palawija

    2. ruang yang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan basah ataupun lahan

    kering dapat memberikan manfaat baik ekonomi, ekologi maupun sosial

    3. kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh

    dialihfungsikan memperhatikan ketentuan pokok tentang perencanaan dan

    penyelenggaraan budi daya tanaman serta tata ruang dan tata guna tanah budi

    daya tanaman mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

    Sistem Budi Daya Tanaman peruntukan perkebunan, peternakan, perikanan:

    4. tidak mengganggu permukiman penduduk terkait dengan limbah yang dihasilkan

    5. pada lingkungan dengan kepadatan rendah

    6. memperhatikan ketentuan pokok tentang pemakaian tanah dan air untuk usaha

    peternakan; serta penertiban dan keseimbangan tanah untuk ternak mengacu

  • W O R K S H O P II - 52 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    kepada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

    Peternakan dan Kesehatan Hewan

    B. Sub Zona Pertambangan (PL-2)

    Sub zona pertambangan adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk

    menampung kegiatan pertambangan bagi daerah yang sedang maupun yang akan segera

    melakukan kegiatan pertambangan golongan bahan galian A, B, dan C. Kriteria

    perencanaan untuk sub zona ini antara lain:

    1. ruang yang secara teknis dapat digunakan untuk pemusatan kegiatan

    pertambangan, serta tidak menggangu kelestarian fungsi lingkungan hidup

    2. ruang yang apabila digunakan untuk kegiatan pertambangan akan memberikan

    manfaat secara ekonomi, sosial budaya, dan ekologi baik skala nasional, regional

    maupun lokal

    3. memperhatikan ketentuan pokok yang diatur di dalam Undang-Undang No.11

    Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan

    C. Sub Zona Pariwisata (PL-3)

    Sub zona pariwisata adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan

    budi daya yang dikembangkan untuk mengembangkan kegiatan pariwisata baik alam,

    buatan, maupun budaya. Kriteria perancanaan untuk sub zona ini meliputi:

    1. kawasan wisata yang dikembangkan di tempat berlangsungnya atraksi budaya,

    prosesi upacara adat, dan sekitarnya yang ditujukan untuk mengakomodasi wisata

    dengan minat khusus (tengeran/landmark, cagar budaya)

    2. kawasan wisata di tempat objek alam (gunung, sawah, pantai, laut, teIuk, lembah)

    dan kawasan di sekitarnya yang ditujukan untuk mengakomodasi wisata minat alam

    yang memiliki kecenderungan mendapatkan sesuatu dan pengalaman baru yang

    bermanfaat dari objek wisata alam yang dikunjungi.

    Contoh

    Tabel 10 Pembagian Zona Peruntukan Lainnya

    No. Sub Zona Kode Kegiatan Sub BWP

    Blok

    1. Pertanian PL-1 Pertanian Lahan Basah (Sawah Irigasi Teknis)

    I A

    III B, D, I

    Pertanian Lahan Kering(tanamam tembakau dan ketela pohon)

    V D, E

    VI F

    VII B, C, D, F

    2. Pariwisata PL-3 Wisata Perairan IV

    Wisata Event Tertentu IV

  • W O R K S H O P II - 53 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Gambar 24

    Contoh Peta Zona Peruntukan Lainnya

  • W O R K S H O P II - 54 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2.3.2.7. Zona Peruntukan Khusus

    Zona peruntukan khusus adalah Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari

    kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampung peruntukan-peruntukan khusus

    hankam, tempat pemrosesan akhir (TPA), instalasi pembuangan air limbah (IPAL), dan lain-

    lain yang memerlukan penanganan, perencanaan sarana prasarana serta fasilitas tertentu,

    dan belum tentu di semua wilayah memiliki peruntukan khusus ini. Zona ini meliputi 3(tiga)

    sub zona antara lain pertanahan dan keamanan (hankam), Tempat Pembuangan Akhir

    (TPA) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

    A. Sub Zona Pertahanan dan Keamanan (KH-1)

    Sub zona pertahanan dan keamanan adalah peruntukan tanah yang merupakan

    bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan

    pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti kantor, instalasi hankam,

    termasuk tempat latihan baik pada tingkat nasional, Kodam, Korem, Koramil, dsb. Kriteria

    penetapan sub zona ini meliputi:

    1. memperhatikan kebijakan sistem pertahanan dan keamanan nasional

    2. memperhatikan kebijakan pemerintah yang menunjang pusat hankam nasional

    3. memperhatikan ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan bidang hankam

    beserta prasarana dan sarana penunjangnya

    4. aksesibilitas yang menghubungkan zona hankam adalah jalan kolektor; dan

    5. tidak berbatasan langsung dengan zona perumahan dan komersial.

    B. Sub Zona TPA (KH-2)

    Sub zona TPA adalah peruntukan tanah di daratan dengan batas-batas tertentu yang

    yang digunakan sebagai tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk terakhir

    perlakuan sampah. Kriteria penetapan sub zona ini meliputi:

    1. memperhatikan kebijakan sistem persampahan (jalur dan saluran)

    2. memperhatikan ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan TPA serta ruang

    ruang yang diperlukan didalam operasi pembuangan akhir sampah

    3. aksesibilitas yang TPA minimal adalah jalan lokal

    4. tidak berbatasan langsung dengan zona peru