Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

21
Modul ke: Fakultas Program Studi ETIKA UMB Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si 1 1 Ekonomi Marketing Komunikasi Pokok bahasan materi ini : 1.

description

korupsi

Transcript of Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

Page 1: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

Modul ke:

Fakultas

Program Studi

ETIKA UMB

Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si

11Ekonomi

Marketing Komunikasi

Pokok bahasan materi ini :1.

Page 2: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

“No impunity to corruptors“

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

2Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 3: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

1. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai upaya pemberantasan korupsi;

2. Mahasiswa mampu membandingkan berbagai kelebihan dan kelemahan upaya pemberantasan korupsi dari berbagai sudut pandang;

3. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai upaya apa yang dapat dilakukannya dalam rangka mencegah dan memberantas korupsi baik di lingkungannya maupun dalam masyarakat.

Kompetensi Dasar

POKOK BAHASAN : Upaya Pemberantasan Korupsi

SUB POKOK BAHASAN :1. Konsep Pemberantasan

Korupsi;2. Upaya Penanggulangan

Kejahatan (Korupsi) dengan Menggunakan Hukum Pidana;

3. Berbagai Strategi dan/atau Upaya Pemberantasan

Korupsi.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

3Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 4: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

4

A. KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSI

Mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian masif di sebuah negara dan tidak di negara lain?Korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’ sifatnya kronis juga akut.

Perekonomian negara digerogoti secara perlahan namun pasti. Korupsi di Indonesia menempel pada semua aspek atau bidang kehidupan masyarakat.

PENTING DIPAHAMI : di manapun dan sampai pada tingkatan tertentu, korupsi akan selalu ada dalam suatu negara atau masyarakat

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

5Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 5: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

5

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

6Upaya Pemberantasan Korupsi

It is always necessary to relate anti-corruption strategies to characteristics of the actors involved (and

the environment they operate in). THERE IS NO SINGLE CONCEPT and program of good governance FOR ALL COUNTRIES and organizations, there is no

‘one right way’. There are many initiatives and most are tailored to specifics contexts. SOCIETIES and

organizations WILL HAVE TO SEEK THEIR OWN SOLUTIONS.

(Fijnaut dan Huberts : 2002)

Page 6: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

6

REALITA DI INDONESIA

• Ada PERANGKAT HUKUM : ada Peraturan Per-UU, ada lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan (kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan); ada lembaga independen ‘Super Body’ yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibentuk untuk memberantas korupsi.

• Di sekolah siswa/mahasiswa Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.

• Realita : korupsi tetap tumbuh subur dan berkembang dengan pesat.

• Apa yang salah???

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

7Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 7: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

7

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

8Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 8: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

8

UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN KORUPSI

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 9Upaya Pemberantasan Korupsi

• Kebijakan penerapan Hukum Pidana (Criminal Law Application);

• Sifat repressive (penumpasan/ penindasan/pemberantasan) apabila kejahatan sudah terjadi;

• Perlu dipahami bahwa: upaya/tindakan represif juga dapat dilihat sebagai upaya/tindakan preventif dalam arti luas

(Nawawi Arief : 2008)

• Kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without punishment);

• Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and punishment/mass media atau media lain seperti penyuluhan, pendidikan dll);

• Sifat preventive (pencegahan)

JALUR PENAL JALUR NON-PENAL

Page 9: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

9

UPAYA PENAL DAN NON-PENAL

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 10Upaya Pemberantasan Korupsi

• Sasaran dari upaya non-penal adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya korupsi, yang berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi politik, ekonomi maupun sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh-suburkan kejahatan (korupsi);

• Upaya penal dilakukan dengan memanggil atau menggunakan hukum pidana yaitu dengan menghukum atau memberi pidana atau penderitaan atau nestapa bagi pelaku korupsi;

• Upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau memiliki posisi penting atau posisi strategis dari keseluruhan upaya penanggulangan korupsi karena sifatnya preventif atau mencegah sebelum terjadi.

Page 10: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

10

KETERBATASAN SARANA PENAL

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 11Upaya Pemberantasan Korupsi

• Sarana penal memiliki ‘keterbatasan’, mengandung ‘kelemahan’ (sisi negatif). Fungsi sarana penal seharusnya hanya digunakan secara ‘subsidair’.

• Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan jenis sanksi yang paling tajam dalam bidang hukum, sehingga harus digunakan sebagai ultimum remedium (obat yang terakhir apabila cara lain atau bidang hukum lain sudah tidak dapat digunakan lagi);

Page 11: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

11

KETERBATASAN SARANA PENAL

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

12Upaya Pemberantasan Korupsi

• Secara fungsional/pragmatis, operasionalisasi dan aplikasinya menuntut biaya yang tinggi;

• Sanksi pidana mengandung sifat kontradiktif/paradoksal, mengadung efek sampingan yang negatif. Lihat realita kondisi overload Lembaga Pemasyarakatan;

• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau ‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi kejahatan.

Page 12: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

12

KETERBATASAN SARANA PENAL

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

13Upaya Pemberantasan Korupsi

• Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya merupakan ‘kurieren am symptom’ (menyembuhkan gejala), hanya merupakan pengobatan simptomatik bukan kausatif karena sebab-sebab kejahatan demikian kompleks dan berada di luar jangkauan hukum pidana;

• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil (sub sistem) dari sarana kontrol sosial yang tidak mungkin mengatasi kejahatan sebagai masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat kompleks;

Page 13: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

13

KETERBATASAN SARANA PENAL

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14Upaya Pemberantasan Korupsi

• Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan individual/personal; tidak bersifat struktural atau fungsional;

• Efektifitas pidana (hukuman) bergantung pada banyak faktor dan masih sering diperdebatkan oleh para ahli.

• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau ‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi kejahatan.

(Nawawi Arief : 1998)

Page 14: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

14

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

15Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 15: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

15

HUKUM PIDANA BUKAN PANACEA

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

16Upaya Pemberantasan Korupsi

Rubin : hukum pidana atau pemidanaan tidak mempunyai pengaruh terhadap masalah kejahatan.

Schultz : naik turunnya angka kejahatan tidak berhubungan dengan perubahan di dalam hukum atau putusan pengadilan, tetapi berhubungan dengan bekerjanya atau berfungsinya perubahan kultural dalam kehidupan masyarakat.

Page 16: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

HUKUM PIDANA BUKAN PANACEA

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Karl. O. Christiansen : pengaruh pidana terhadap masyarakat luas sulit diukur.

S.R. Brody : 5 (lima) dari 9 (sembilan) penelitian menyatakan bahwa lamanya waktu yang dijalani oleh seseorang di dalam penjara tidak berpengaruh pada adanya reconviction atau penghukuman kembali.

16 17Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 17: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

17

HUKUM PIDANA BUKAN PANACEA

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 18Upaya Pemberantasan Korupsi

Wolf Middendorf : tidak ada hubungan logis antara kejahatan dengan lamanya pidana. Kita tidak dapat mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab dan akibat. Orang melakukan kejahatan dan mungkin mengulanginya lagi tanpa hubungan dengan ada tidaknya UU atau pidana yang dijatuhkan. Sarana kontrol sosial lainnya, seperti kekuasaan orang tua, kebiasaan-kebiasaan atau agama mungkin dapat mencegah perbuatan, yang sama efektifnya dengan ketakutan orang pada pidana. (Nawawi Arief : 1998)

Page 18: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

18

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

19Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 19: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

19

HUKUM PIDANA BUKAN PANACEA

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

20Upaya Pemberantasan Korupsi

Diskusikanlah kasus perlakuan istimewa yang diberikan kepada Artalita. Ia bisa menyulap ruang

tempat ia mendekam di LP Cipinang menjadi ruang yang sangat nyaman bagaikan ruang hotel berbintang.

Bagaimana pula dengan Gayus yang bebas berkeliaran dan berpelesiran ke luar negeri selama

menjadi tahanan kasus penggelapan pajak. Menurut and apa yang harus dilakukan untuk mencegah hal

ini?

Page 20: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

20

STRATEGI DAN/ATAU UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 21Upaya Pemberantasan Korupsi

Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

Monitoring dan Evaluasi

Kerjasama Internasional

1

2

3

4

5

6

Page 21: Modul Bab XII Upaya Pencegahan Korupsi

Terima KasihWahyudi Pramono. S.Ag.M.Si