Modul 6_Rancangan Peledakan.pdf
-
Upload
jaya-syahputra-mielala -
Category
Documents
-
view
253 -
download
1
Transcript of Modul 6_Rancangan Peledakan.pdf
-
5. RANCANGAN PELEDAKAN
Pekerjaan peledakan pada massa batuan mempunyai
tujuan tertentu, yaitu:
1. Membongkar atau melepas
2. Memecah dan memindah
3. Membuat rekahan
-
Agar pekerjaan peledakan berhasil dengan baik sesuai
dengan rencana perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Karaktersitik atau sifat batuan yang diledakkan, termasuk
data geoteknik
2. Sifat-sifat bahan peledak
3. Teknik/metoda peledakan yang dipakai
Dengan pengetahuan teknik/metoda peledakan dapat
dibuat rencana geometri peledakan dan jumlah bahan
peledak yang sesuai untuk mendapatkan hasil seperti
yang diharapkan.
-
- Proses pemecahan tahap I
Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi yang
ditimbulkan akan menghancurkan batuan di daerah sekitar lubang
tembak.
Gelombang kejut (shock wave) yang meninggalkan lubang tembak
merambat dengan kec. 9.000 17.000 ft/det akan mengakibatkan tegangan tangensial (tangensial stresses) yang menimbulkan
rekahan radial (radial cracks) yang menjalar dari daerah lubang
tembak. Rekahan radial pertama terjadi dalam waktu 1 2 ms.
PROSES PECAHNYA BATUAN AKIBAT PELEDAKAN
-
- Proses pemecahan tahap II
Tekanan akibat gel. kejut yang meninggalkan lubang tembak pada
proses pemecahan tahap I adalah positif. Apabila gelombang kejut
mencapai bid. bebas (free face), gelombang tsb akan dipantulkan.
Bersamaan dengan itu tekanannya turun dengan cepat dan
berubah menjadi negatif serta menimbulkan gelombang tarik
(tension wave).
Gelombang tarik ini merambat kembali di dalam batuan. Karena
batuan lebih kecil tahanannya terhadap tarikan dari pada tekanan
(compression), akan terjadi rekahan-rekahan (primary failure
cracks) karena tegangan tarik (tensile stress) yang cukup kuat.
-
- Proses pemecahan tahap III
Di bawah pengaruh tekanan gas-gas yang sangat tinggi hasil
peledakan, maka rekahan radial utama (tahap II) akan diperlebar
secara cepat oleh efek kombinasi dari tegangan tarik yang
disebabkan kompresi radial dan pneumatic wedging (pembajian).
Apabila massa di depan lubang tembak gagal mempertahankan
posisinya dan bergerak ke depan maka tegangan tekan tinggi yang
berada dalam batuan akan dilepaskan (unloaded). Akibat pelepasan
tegangan tekan ini akan menimbulkan tegangan tarik yang besar di
dalam massa batuan. Tegangan tarik inilah yang melengkapi proses
pemecahan batuan yang sudah dimulai pada tahap II.
-
Peledakan Jenjang
Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana peledakan adalah :
- material yang akan diledakkan,
- struktur geologi,
- muatan bahan peledak,
- geometri peledakan,
- selang waktu tunda yang digunakan, dan
- ukuran ledakan yang direncanakan.
-
Pengaruh pengurangan burden dalam muatan bahan peledak pada formasi
batuan yang sama
-
Proses peledakan pada jenjang
-
Merencanakan peledakan
Dalam rangkaian pekerjaan peledakan setiap unit
operasi saling berhubungan satu terhadap yang
lain. Walaupun demikian, pekerjaan pemboran dan
peledakan merupakan bagian yang paling penting.
Pola pemboran dan teknik peledakan direncanakan
sedemikian rupa sehingga peledakan atau
pemecahan batuan dapat berjalan secara efisien
dan tidak menimbulkan hal-hal yang kurang baik
atau merusak.
-
Pola peledakan
Rencana pola peledakan sebagian besar didasarkan pada diameter lubang ledak. Karena jumlah batuan yang dihasilkan akan bertambah dengan bertam-bahnya ukuran lubang ledak, maka jumlah dari batuan yang terledakkan akan bertambah untuk kapasitas pemboran yang sama.
Melihat hal tersebut maka peledakan batuan biasanya dilakukan dengan memakai diameter lubang ledak terbesar yang masih memungkinkan, kecuali kalau ada faktor-faktor lain yang membatasi pemilihan tersebut.
-
Pengisian dan penembakan
Pemilihan bahan peledak sebagian besar ditentukan oleh diameter lubang ledak, kondisi lubang ledak, derajat fragmentasi yg dibutuhkan dan rock blastability.
Rencana pengisian selalu didasarkan pada pola peledakan dan ciri-ciri teknis bahan peledak yang dipilih sehingga menentukan jumlah bahan peledak dan cara memuatnya.
Lubang-lubang ledak diisi dengan specific charge/ charging density tertentu dengan mempertimbangkan fragmentasi batuan yang diharapkan dari hasil peledakan tersebut.
-
Perencanaan sistem penembakan untuk suatu kegiatan peledakan dapat mempengaruhi :
1. Ukuran fragmentasi batuan, bentuk dan letak dari
tumpukan batuan.
2. Arah lemparan massa batuan lepas, sehingga dapat dipilih ke arah tertentu.
3. Apabila ada batasan mengenai getaran tanah dari hasil peledakan, maka jumlah peledakan seketika (instantaneous ignition) dibatasi dan diganti dengan memakai pola penembakan beruntun.
-
Keterangan : H = kedalaman lubang bor T = stemming B = burden K = tinggi jenjang PC = panjang muatan J = subdrilling
Arah pemboran dan geometri peledakan
-
Tabel 5.1 Keuntungan dan kerugian dari arah pemboran vertikal dan miring
Keuntungan Kerugian
Lubang bor vertikal :
1. Mengurangi terjadinya fly rock, karena
gelombang kejut yang terpakai lebih
kecil.
2. Pada ketinggian jenjang yang sama,
kedalamannya lebih pendek dibanding
lubang bor miring.
3. Mengurangi kemungkinan terjepitnya
batang bor pada saat operasi
pemboran dilakukan.
4. Lebih mudah dalam pembuatan lubang
bor yang panjang.
Lubang bor vertikal :
1. Kemungkinan terjadi longsoran pada
muka jenjang yang dihasilkan lebih
besar.
2. Pada bagian atas jenjang kurang bagus
karena adanya backbreak.
3. Fragmentasi kurang.
4. Pada bagian dasar lantai daya ledak
tidak bisa sepenuhnya tersalurkan
sehingga menimbulkan tonjolan-
tonjolan.
5. Subdrilling yang dibutuhkan lebih
dalam.
-
Lubang bor miring :
1. Memperkecil bahaya longsoran.
2. Mengurangi biaya pemboran dan
konsumsi bahan peledak karena dengan
burden yang lebih besar.
3. Mengurangi resiko terjadinya tonjolan
dan backbreak.
4. Akan diperoleh jenjang yang stabil.
5. Hasil tumpukan lebih bagus.
6. Subdrilling yang dibutuhkan lebih kecil.
7. Burdennya lebih seragam untuk seluruh
kedalaman, sehingga fragmentasi yang
dihasilkan lebih baik.
Lubang bor miring :
1. Pada ketinggian jenjang yang sama,
kedalaman lubang tembak yang dibuat lebih
panjang dibanding lubang bor vertikal
sehingga membutuhkan waktu pemboran
yang lebih lama.
2. Kemungkinan terjepitnya batang bor ketika
operasi pemboran lebih besar.
3. Sulit melakukan pemboran secara akurat
(human error), khususnya bila membor yang
lebih dalam.
4. Kolom isian bahan peledak lebih panjang.
5. Dibutuhkan ketelitian lebih cermat untuk me-
nempatkan alat bor pada kemiringan tertentu,
sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama.
-
Pola pemboran
12 ft
12 ft
12 ft
16 ft
Square drill pattern Rectangular drill pattern
-
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat bor :
Fragmentasi dan produksi yang dibutuhkan.
Diameter lubang ledak.
Kedalaman lubang ledak.
Jenis batuan.
Kondisi lapangan dan jalan masuk.
Biaya pemboran.
Peraturan-peraturan yang harus dipatuhi.
-
Fragmentasi batuan
-
Metoda pengeboran pada jenis-jenis batuan dengan variasi diameter dan kedalaman
-
Pola peledakan
1. Square pattern
Pada umumnya square pattern digunakan dengan kombinasi V delay
pattern
Gambar V delay pattern
-
2. Rectangular pattern
Pola ini biasanya dibuat dengan sistem staggered pattern untuk mendapatkan
distribusi bahan peledak dengan baik.
Gambar staggered pattern dengan peledakan ke
arah pojok
-
Peledakan jenjang adalah peledakan memakai lubang bor vertikal
atau hampir vertikal. Lubang bor diatur dalam satu deretan (baris)
atau beberapa deretan (baris), sejajar atau ke arah bidang bebas
(free face).
Desain Pola Peledakan pada Peledakan Jenjang
Batuan adalah material yang sifatnya sangat bervariasi. Kuat tarik,
tekan dan gesekan berbeda-beda untuk bermacam-macam jenis
batuan. Batuan akan pecah apabila kekuatannya dilampaui. Sifat-
sifat geologi batuan akan mempengaruhi rock blastability.
Jadi yang perlu diamati di daerah yang akan diledakkan adalah
jenis-jenis batuan, kondisi geologi (celah, rekahan, perlapisan dan
sebagainya) dan kondisi lapangan kerja.
-
Geometri peledakan terdiri dari burden, kedalaman lubang bor, subdrilling, stemming dan spacing.
Geometri peledakan
Hubungan antara variabel-variabel tersebut, yang merupakan
fungsi dari diameter bahan peledak, adalah sebagai berikut :
1. Burden
dimana :
KB = nisbah burden
B = burden
De = diameter bahan peledak (in)
H
PC
T
K
J
B
= .
39,3 ()
= .
12 ()
=12 .
-
Burden merupakan dimensi yang terpenting dalam peledakan. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam penentuan burden adalah :
Burden harus merupakan jarak dari muatan (charges) tegak lurus
terhadap free face terdekat, dan arah dimana pemindahan akan
terjadi.
Besarnya burden tergantung dari karakteristik batuan, karakteristik
bahan peledak dan sebagainya.
Dalam menentukan KB ada pendekatan yang biasa digunakan di lapangan berdasarkan pengalaman, yaitu :
Untuk light explosives in dense rocks ...KB = 20
Untuk heavy explosives in light rocks KB = 40
Untuk light explosives in average rocks ... KB = 25
Untuk heavy explosives in average rocks ... KB = 35
-
Hubungan burden dan diameter lubang tembak
-
2. Stemming
BTKT dimana :
KT = nisbah stemming (0,7 1,0) T = stemming (ft)
T = KT . B
Pada batuan kompak, jika KT < 1, akan terjadi cratering atau
backbreaks, terutama pada collar priming.
Biasanya dipakai KT standar 0,70 dan ini sudah cukup untuk
mengontrol air blast dan stress balance.
3. Spacing
BSKS dimana :
KS = nisbah spacing
S = spacing (ft)
Biasanya spacing tergantung kepada burden, kedalaman lubang bor, letak
primer, waktu tunda dan arah struktur bidang batuan.
S = KS . B
Besarnya KS menurut waktu delay yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Long interval delay KS = 1
- Short period delay KS = 1 2 - Normal KS = 1,2 1,8
-
Prinsip dasar penentuan spacing adalah sbb :
Apabila lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara sequence delay maka KS = 1, S = B.
Apabila lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara simultan, maka KS = 2, S = 2B.
Apabila dalam multiple row lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara sequence delay, lubang-lubang bor dalam arah lateral dari baris yang berlainan diledakkan secara simultan maka pola pemborannya harus dibuat square arrangement.
Apabila dalam suatu multiple row lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara simultan, tetapi antara baris yang satu dengan yang lainnya beruntun, maka harus digunakan pola staggered.
-
4. Kedalaman lubang bor
BHKH dimana :
KH = nisbah kedalaman lubang
H = kedalaman lubang bor (ft)
H = KH . B
5. Subdrilling
BJKJ
dimana :
KJ = nisbah subdrilling
J = subdrilling (ft)
J = KJ . B
Kedalaman lubang bor tidak boleh lebih kecil dari pada burden. Hal
ini untuk menghindari terjadinya overbreaks atau cratering. Dalam
prakteknya harga KH = 1,5 4,0.
Tujuan subdrilling adalah agar batuan
bisa meledak secara full face
sebagaimana yang diharapkan.
Pada kebanyakan batuan KJ tidak boleh
lebih kecil dari pada 0,20. Biasanya
dipakai KJ = 0,3 untuk batuan masif.
-
Geometri peledakan
6. Charge Length (PC)
Yaitu panjang kolom isian bahan peledak.
PC = H T
dimana :
H = Kedalaman lubang tembak
T = stemming
-
Powder factor
Powder faktor adalah suatu bilangan yang menyatakan jumlah material yang diledakkan atau dibongkar oleh sejumlah bahan peledak tertentu, dinyatakan dalam ton/lb atau lb/ton.
Powder faktor dipengaruhi oleh pola peledakan dan free face.
Untuk menghitung powder faktor harus diketahui luas daerah yang diledakkan, tinggi
jenjang, panjang muatan dari sebuah lubang tembak (PC), loading density dan
material density ratio.
W = A x L x (dr) (ton)
E = (de).(PC).N (lb)
Pf = E/W (lb/ton)
dimana :
W = batuan atau material yang diledakkan A = luas daerah yang diledakkan
N = jumlah lubang bor dr = material density ratio
Pf = powder factor L = tinggi jenjang
E = jumlah bahan peledak
Loading density (de) yaitu jumlah
isian bahan peledak per meter panjang
kolom isian.
de = 0,508 x 2
= .(62,4)
2000= 0,0312.(SG) (ton/cuft)
-
Tabel 1 Nilai powder factor untuk peledakan permukaan
-
Volume setara
Volume setara : suatu angka yang menyatakan setiap meter
pemboran setara dengan sejumlah volume atau berat
tertentu material/batuan yang diledakkan.
Volume setara sangat berguna untuk menaksir kemampuan dari
alat bor yang dipergunakan untuk pembuatan lubang tembak.
HxnWEqPersamaan :
dimana :
Eq = volume setara (ton/m atau ton/ft)
n = jumlah lubang bor dalam pola peledakan
H = kedalaman lubang bor
W = luas daerah yang diledakkan x densitas material
-
31
standarpeledakbahanpotensialEnergidipakaiyangpeledakbahanpotensialEnergiAF1
31
diledakkanyangbatuanDensitasstandarbatuanDensitasAF2
Cara R.L. Ash
Burden ratio
Harga Kb dipengaruhi oleh jenis batuan yang akan
diledakkan dan bahan peledak yang dipakai. R. L. Ash
telah mengadakan percobaan dalam menentukan KB
yaitu memakai cara perbandingan relatif energi yang
dihasilkan bahan peledak dan mempertimbangkan sifat
batuan terutama berat batuan yang akan diledakkan.
KB = KBstd x AF1 x AF
dimana :
KB = nisbah burden yang telah dikoreksi
-
dimana :
KB = nisbah burden yang telah dikoreksi
= . (2)
. ()2
1/3
1 =
1/3
2 =
1/3
Bahan peledak standar :
SGstd = 1,2 Vestd = 12.000 fps
Densitas batuan standar = 160 lb/cuft
-
Cara Konya
Konya memberikan suatu rumusan untuk menentukan burden
sebagai berikut :
B = 0,036 De (SGe /SGr)1/ 3 , m
atau
B = 3,15 De (SGe /SGr)1/3 , ft
B = [(2 (SGe /SGr) + 1,5)].De
dimana :
B = Burden
De = Diamater lubang ledak
SGe = Densitas bahan peledak
SGr = Densitas batuan
-
Tugas :
Suatu peledakan batugranit direncanakan + 4.500 ton/hari,
densitas = 164,19 lb/cuft. Diameter lubang ledak = 5 in, tinggi
jenjang = 40 m dan dr = 2,63 ton/m3.