Modul 6_Rancangan Peledakan.pdf

38
5. RANCANGAN PELEDAKAN Pekerjaan peledakan pada massa batuan mempunyai tujuan tertentu, yaitu: 1. Membongkar atau melepas 2. Memecah dan memindah 3. Membuat rekahan

Transcript of Modul 6_Rancangan Peledakan.pdf

  • 5. RANCANGAN PELEDAKAN

    Pekerjaan peledakan pada massa batuan mempunyai

    tujuan tertentu, yaitu:

    1. Membongkar atau melepas

    2. Memecah dan memindah

    3. Membuat rekahan

  • Agar pekerjaan peledakan berhasil dengan baik sesuai

    dengan rencana perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai

    berikut :

    1. Karaktersitik atau sifat batuan yang diledakkan, termasuk

    data geoteknik

    2. Sifat-sifat bahan peledak

    3. Teknik/metoda peledakan yang dipakai

    Dengan pengetahuan teknik/metoda peledakan dapat

    dibuat rencana geometri peledakan dan jumlah bahan

    peledak yang sesuai untuk mendapatkan hasil seperti

    yang diharapkan.

  • - Proses pemecahan tahap I

    Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi yang

    ditimbulkan akan menghancurkan batuan di daerah sekitar lubang

    tembak.

    Gelombang kejut (shock wave) yang meninggalkan lubang tembak

    merambat dengan kec. 9.000 17.000 ft/det akan mengakibatkan tegangan tangensial (tangensial stresses) yang menimbulkan

    rekahan radial (radial cracks) yang menjalar dari daerah lubang

    tembak. Rekahan radial pertama terjadi dalam waktu 1 2 ms.

    PROSES PECAHNYA BATUAN AKIBAT PELEDAKAN

  • - Proses pemecahan tahap II

    Tekanan akibat gel. kejut yang meninggalkan lubang tembak pada

    proses pemecahan tahap I adalah positif. Apabila gelombang kejut

    mencapai bid. bebas (free face), gelombang tsb akan dipantulkan.

    Bersamaan dengan itu tekanannya turun dengan cepat dan

    berubah menjadi negatif serta menimbulkan gelombang tarik

    (tension wave).

    Gelombang tarik ini merambat kembali di dalam batuan. Karena

    batuan lebih kecil tahanannya terhadap tarikan dari pada tekanan

    (compression), akan terjadi rekahan-rekahan (primary failure

    cracks) karena tegangan tarik (tensile stress) yang cukup kuat.

  • - Proses pemecahan tahap III

    Di bawah pengaruh tekanan gas-gas yang sangat tinggi hasil

    peledakan, maka rekahan radial utama (tahap II) akan diperlebar

    secara cepat oleh efek kombinasi dari tegangan tarik yang

    disebabkan kompresi radial dan pneumatic wedging (pembajian).

    Apabila massa di depan lubang tembak gagal mempertahankan

    posisinya dan bergerak ke depan maka tegangan tekan tinggi yang

    berada dalam batuan akan dilepaskan (unloaded). Akibat pelepasan

    tegangan tekan ini akan menimbulkan tegangan tarik yang besar di

    dalam massa batuan. Tegangan tarik inilah yang melengkapi proses

    pemecahan batuan yang sudah dimulai pada tahap II.

  • Peledakan Jenjang

    Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana peledakan adalah :

    - material yang akan diledakkan,

    - struktur geologi,

    - muatan bahan peledak,

    - geometri peledakan,

    - selang waktu tunda yang digunakan, dan

    - ukuran ledakan yang direncanakan.

  • Pengaruh pengurangan burden dalam muatan bahan peledak pada formasi

    batuan yang sama

  • Proses peledakan pada jenjang

  • Merencanakan peledakan

    Dalam rangkaian pekerjaan peledakan setiap unit

    operasi saling berhubungan satu terhadap yang

    lain. Walaupun demikian, pekerjaan pemboran dan

    peledakan merupakan bagian yang paling penting.

    Pola pemboran dan teknik peledakan direncanakan

    sedemikian rupa sehingga peledakan atau

    pemecahan batuan dapat berjalan secara efisien

    dan tidak menimbulkan hal-hal yang kurang baik

    atau merusak.

  • Pola peledakan

    Rencana pola peledakan sebagian besar didasarkan pada diameter lubang ledak. Karena jumlah batuan yang dihasilkan akan bertambah dengan bertam-bahnya ukuran lubang ledak, maka jumlah dari batuan yang terledakkan akan bertambah untuk kapasitas pemboran yang sama.

    Melihat hal tersebut maka peledakan batuan biasanya dilakukan dengan memakai diameter lubang ledak terbesar yang masih memungkinkan, kecuali kalau ada faktor-faktor lain yang membatasi pemilihan tersebut.

  • Pengisian dan penembakan

    Pemilihan bahan peledak sebagian besar ditentukan oleh diameter lubang ledak, kondisi lubang ledak, derajat fragmentasi yg dibutuhkan dan rock blastability.

    Rencana pengisian selalu didasarkan pada pola peledakan dan ciri-ciri teknis bahan peledak yang dipilih sehingga menentukan jumlah bahan peledak dan cara memuatnya.

    Lubang-lubang ledak diisi dengan specific charge/ charging density tertentu dengan mempertimbangkan fragmentasi batuan yang diharapkan dari hasil peledakan tersebut.

  • Perencanaan sistem penembakan untuk suatu kegiatan peledakan dapat mempengaruhi :

    1. Ukuran fragmentasi batuan, bentuk dan letak dari

    tumpukan batuan.

    2. Arah lemparan massa batuan lepas, sehingga dapat dipilih ke arah tertentu.

    3. Apabila ada batasan mengenai getaran tanah dari hasil peledakan, maka jumlah peledakan seketika (instantaneous ignition) dibatasi dan diganti dengan memakai pola penembakan beruntun.

  • Keterangan : H = kedalaman lubang bor T = stemming B = burden K = tinggi jenjang PC = panjang muatan J = subdrilling

    Arah pemboran dan geometri peledakan

  • Tabel 5.1 Keuntungan dan kerugian dari arah pemboran vertikal dan miring

    Keuntungan Kerugian

    Lubang bor vertikal :

    1. Mengurangi terjadinya fly rock, karena

    gelombang kejut yang terpakai lebih

    kecil.

    2. Pada ketinggian jenjang yang sama,

    kedalamannya lebih pendek dibanding

    lubang bor miring.

    3. Mengurangi kemungkinan terjepitnya

    batang bor pada saat operasi

    pemboran dilakukan.

    4. Lebih mudah dalam pembuatan lubang

    bor yang panjang.

    Lubang bor vertikal :

    1. Kemungkinan terjadi longsoran pada

    muka jenjang yang dihasilkan lebih

    besar.

    2. Pada bagian atas jenjang kurang bagus

    karena adanya backbreak.

    3. Fragmentasi kurang.

    4. Pada bagian dasar lantai daya ledak

    tidak bisa sepenuhnya tersalurkan

    sehingga menimbulkan tonjolan-

    tonjolan.

    5. Subdrilling yang dibutuhkan lebih

    dalam.

  • Lubang bor miring :

    1. Memperkecil bahaya longsoran.

    2. Mengurangi biaya pemboran dan

    konsumsi bahan peledak karena dengan

    burden yang lebih besar.

    3. Mengurangi resiko terjadinya tonjolan

    dan backbreak.

    4. Akan diperoleh jenjang yang stabil.

    5. Hasil tumpukan lebih bagus.

    6. Subdrilling yang dibutuhkan lebih kecil.

    7. Burdennya lebih seragam untuk seluruh

    kedalaman, sehingga fragmentasi yang

    dihasilkan lebih baik.

    Lubang bor miring :

    1. Pada ketinggian jenjang yang sama,

    kedalaman lubang tembak yang dibuat lebih

    panjang dibanding lubang bor vertikal

    sehingga membutuhkan waktu pemboran

    yang lebih lama.

    2. Kemungkinan terjepitnya batang bor ketika

    operasi pemboran lebih besar.

    3. Sulit melakukan pemboran secara akurat

    (human error), khususnya bila membor yang

    lebih dalam.

    4. Kolom isian bahan peledak lebih panjang.

    5. Dibutuhkan ketelitian lebih cermat untuk me-

    nempatkan alat bor pada kemiringan tertentu,

    sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama.

  • Pola pemboran

    12 ft

    12 ft

    12 ft

    16 ft

    Square drill pattern Rectangular drill pattern

  • Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat bor :

    Fragmentasi dan produksi yang dibutuhkan.

    Diameter lubang ledak.

    Kedalaman lubang ledak.

    Jenis batuan.

    Kondisi lapangan dan jalan masuk.

    Biaya pemboran.

    Peraturan-peraturan yang harus dipatuhi.

  • Fragmentasi batuan

  • Metoda pengeboran pada jenis-jenis batuan dengan variasi diameter dan kedalaman

  • Pola peledakan

    1. Square pattern

    Pada umumnya square pattern digunakan dengan kombinasi V delay

    pattern

    Gambar V delay pattern

  • 2. Rectangular pattern

    Pola ini biasanya dibuat dengan sistem staggered pattern untuk mendapatkan

    distribusi bahan peledak dengan baik.

    Gambar staggered pattern dengan peledakan ke

    arah pojok

  • Peledakan jenjang adalah peledakan memakai lubang bor vertikal

    atau hampir vertikal. Lubang bor diatur dalam satu deretan (baris)

    atau beberapa deretan (baris), sejajar atau ke arah bidang bebas

    (free face).

    Desain Pola Peledakan pada Peledakan Jenjang

    Batuan adalah material yang sifatnya sangat bervariasi. Kuat tarik,

    tekan dan gesekan berbeda-beda untuk bermacam-macam jenis

    batuan. Batuan akan pecah apabila kekuatannya dilampaui. Sifat-

    sifat geologi batuan akan mempengaruhi rock blastability.

    Jadi yang perlu diamati di daerah yang akan diledakkan adalah

    jenis-jenis batuan, kondisi geologi (celah, rekahan, perlapisan dan

    sebagainya) dan kondisi lapangan kerja.

  • Geometri peledakan terdiri dari burden, kedalaman lubang bor, subdrilling, stemming dan spacing.

    Geometri peledakan

    Hubungan antara variabel-variabel tersebut, yang merupakan

    fungsi dari diameter bahan peledak, adalah sebagai berikut :

    1. Burden

    dimana :

    KB = nisbah burden

    B = burden

    De = diameter bahan peledak (in)

    H

    PC

    T

    K

    J

    B

    = .

    39,3 ()

    = .

    12 ()

    =12 .

  • Burden merupakan dimensi yang terpenting dalam peledakan. Hal-hal

    yang harus diperhatikan dalam penentuan burden adalah :

    Burden harus merupakan jarak dari muatan (charges) tegak lurus

    terhadap free face terdekat, dan arah dimana pemindahan akan

    terjadi.

    Besarnya burden tergantung dari karakteristik batuan, karakteristik

    bahan peledak dan sebagainya.

    Dalam menentukan KB ada pendekatan yang biasa digunakan di lapangan berdasarkan pengalaman, yaitu :

    Untuk light explosives in dense rocks ...KB = 20

    Untuk heavy explosives in light rocks KB = 40

    Untuk light explosives in average rocks ... KB = 25

    Untuk heavy explosives in average rocks ... KB = 35

  • Hubungan burden dan diameter lubang tembak

  • 2. Stemming

    BTKT dimana :

    KT = nisbah stemming (0,7 1,0) T = stemming (ft)

    T = KT . B

    Pada batuan kompak, jika KT < 1, akan terjadi cratering atau

    backbreaks, terutama pada collar priming.

    Biasanya dipakai KT standar 0,70 dan ini sudah cukup untuk

    mengontrol air blast dan stress balance.

    3. Spacing

    BSKS dimana :

    KS = nisbah spacing

    S = spacing (ft)

    Biasanya spacing tergantung kepada burden, kedalaman lubang bor, letak

    primer, waktu tunda dan arah struktur bidang batuan.

    S = KS . B

    Besarnya KS menurut waktu delay yang digunakan adalah sebagai berikut :

    - Long interval delay KS = 1

    - Short period delay KS = 1 2 - Normal KS = 1,2 1,8

  • Prinsip dasar penentuan spacing adalah sbb :

    Apabila lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara sequence delay maka KS = 1, S = B.

    Apabila lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara simultan, maka KS = 2, S = 2B.

    Apabila dalam multiple row lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara sequence delay, lubang-lubang bor dalam arah lateral dari baris yang berlainan diledakkan secara simultan maka pola pemborannya harus dibuat square arrangement.

    Apabila dalam suatu multiple row lubang-lubang bor dalam satu baris diledakkan secara simultan, tetapi antara baris yang satu dengan yang lainnya beruntun, maka harus digunakan pola staggered.

  • 4. Kedalaman lubang bor

    BHKH dimana :

    KH = nisbah kedalaman lubang

    H = kedalaman lubang bor (ft)

    H = KH . B

    5. Subdrilling

    BJKJ

    dimana :

    KJ = nisbah subdrilling

    J = subdrilling (ft)

    J = KJ . B

    Kedalaman lubang bor tidak boleh lebih kecil dari pada burden. Hal

    ini untuk menghindari terjadinya overbreaks atau cratering. Dalam

    prakteknya harga KH = 1,5 4,0.

    Tujuan subdrilling adalah agar batuan

    bisa meledak secara full face

    sebagaimana yang diharapkan.

    Pada kebanyakan batuan KJ tidak boleh

    lebih kecil dari pada 0,20. Biasanya

    dipakai KJ = 0,3 untuk batuan masif.

  • Geometri peledakan

    6. Charge Length (PC)

    Yaitu panjang kolom isian bahan peledak.

    PC = H T

    dimana :

    H = Kedalaman lubang tembak

    T = stemming

  • Powder factor

    Powder faktor adalah suatu bilangan yang menyatakan jumlah material yang diledakkan atau dibongkar oleh sejumlah bahan peledak tertentu, dinyatakan dalam ton/lb atau lb/ton.

    Powder faktor dipengaruhi oleh pola peledakan dan free face.

    Untuk menghitung powder faktor harus diketahui luas daerah yang diledakkan, tinggi

    jenjang, panjang muatan dari sebuah lubang tembak (PC), loading density dan

    material density ratio.

    W = A x L x (dr) (ton)

    E = (de).(PC).N (lb)

    Pf = E/W (lb/ton)

    dimana :

    W = batuan atau material yang diledakkan A = luas daerah yang diledakkan

    N = jumlah lubang bor dr = material density ratio

    Pf = powder factor L = tinggi jenjang

    E = jumlah bahan peledak

    Loading density (de) yaitu jumlah

    isian bahan peledak per meter panjang

    kolom isian.

    de = 0,508 x 2

    = .(62,4)

    2000= 0,0312.(SG) (ton/cuft)

  • Tabel 1 Nilai powder factor untuk peledakan permukaan

  • Volume setara

    Volume setara : suatu angka yang menyatakan setiap meter

    pemboran setara dengan sejumlah volume atau berat

    tertentu material/batuan yang diledakkan.

    Volume setara sangat berguna untuk menaksir kemampuan dari

    alat bor yang dipergunakan untuk pembuatan lubang tembak.

    HxnWEqPersamaan :

    dimana :

    Eq = volume setara (ton/m atau ton/ft)

    n = jumlah lubang bor dalam pola peledakan

    H = kedalaman lubang bor

    W = luas daerah yang diledakkan x densitas material

  • 31

    standarpeledakbahanpotensialEnergidipakaiyangpeledakbahanpotensialEnergiAF1

    31

    diledakkanyangbatuanDensitasstandarbatuanDensitasAF2

    Cara R.L. Ash

    Burden ratio

    Harga Kb dipengaruhi oleh jenis batuan yang akan

    diledakkan dan bahan peledak yang dipakai. R. L. Ash

    telah mengadakan percobaan dalam menentukan KB

    yaitu memakai cara perbandingan relatif energi yang

    dihasilkan bahan peledak dan mempertimbangkan sifat

    batuan terutama berat batuan yang akan diledakkan.

    KB = KBstd x AF1 x AF

    dimana :

    KB = nisbah burden yang telah dikoreksi

  • dimana :

    KB = nisbah burden yang telah dikoreksi

    = . (2)

    . ()2

    1/3

    1 =

    1/3

    2 =

    1/3

    Bahan peledak standar :

    SGstd = 1,2 Vestd = 12.000 fps

    Densitas batuan standar = 160 lb/cuft

  • Cara Konya

    Konya memberikan suatu rumusan untuk menentukan burden

    sebagai berikut :

    B = 0,036 De (SGe /SGr)1/ 3 , m

    atau

    B = 3,15 De (SGe /SGr)1/3 , ft

    B = [(2 (SGe /SGr) + 1,5)].De

    dimana :

    B = Burden

    De = Diamater lubang ledak

    SGe = Densitas bahan peledak

    SGr = Densitas batuan

  • Tugas :

    Suatu peledakan batugranit direncanakan + 4.500 ton/hari,

    densitas = 164,19 lb/cuft. Diameter lubang ledak = 5 in, tinggi

    jenjang = 40 m dan dr = 2,63 ton/m3.