BAB III PERANCANGAN ALAT...rangkaian modul, yaitu Modul Pembangkit Gelombang, Modul Pengaturan Duty...

of 21 /21
17 BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan perangkat lunak. Perangkat keras yang digunakan pada alat ini terdiri dari Modul Pembangkit Gelombang, Modul Pengaturan Duty Cycle, Modul Pengaturan Amplitudo, Modul Pengaturan Tegangan Offset DC, Modul Pengaturan Atenuasi, Modul Switch Pemilihan Gelombang, dan Arduino Uno. Sedangkan pada perancangan perangkat lunak akan dijelaskan cara pemilihan gelombang dan pembacaan frekuensi untuk ditampilkan pada modul 7-segmen. 3.1. Gambaran Sistem Pada Gambar 3.1 menunjukan blok diagram sistem dari keseluruhan alat yang dibuat. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem Alat.

Embed Size (px)

Transcript of BAB III PERANCANGAN ALAT...rangkaian modul, yaitu Modul Pembangkit Gelombang, Modul Pengaturan Duty...

  • 17

    BAB III

    PERANCANGAN ALAT

    Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan

    perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu

    uraian perancangan perangkat lunak.

    Perangkat keras yang digunakan pada alat ini terdiri dari Modul Pembangkit

    Gelombang, Modul Pengaturan Duty Cycle, Modul Pengaturan Amplitudo, Modul

    Pengaturan Tegangan Offset DC, Modul Pengaturan Atenuasi, Modul Switch Pemilihan

    Gelombang, dan Arduino Uno. Sedangkan pada perancangan perangkat lunak akan

    dijelaskan cara pemilihan gelombang dan pembacaan frekuensi untuk ditampilkan pada

    modul 7-segmen.

    3.1. Gambaran Sistem

    Pada Gambar 3.1 menunjukan blok diagram sistem dari keseluruhan alat yang

    dibuat.

    Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem Alat.

  • 18

    Pada Gambar 3.1 terlihat jelas bahwa sistem ini memiliki tujuh bagian utama

    rangkaian modul, yaitu Modul Pembangkit Gelombang, Modul Pengaturan Duty Cycle,

    Modul Pengaturan Amplitudo, Modul Pengaturan Tegangan Offset DC, Modul Pengaturan

    Atenuasi, Modul Switch Pemilihan Gelombang, dan Mikrokontroler Arduino Uno.

    3.2. Gambaran Kerja Alat

    Modul utama pada function generator ini adalah Modul Pembangkit Gelombang

    menggunakan MAX038. Modul Pembangkit Gelombang merupakan pusat terjadinya

    proses osilasi untuk menghasilkan gelombang tegangan. Hasil osilasi menghasilkan

    gelombang tegangan segitiga. Dalam Modul Pembangkit Gelombang juga terdapat

    pengubah gelombang tegangan segitiga menjadi gelombang tegangan kotak dan tegangan

    sinus. Dimana untuk mengubah bentuk gelombang diperlukan Modul Switch Pemilihan

    Gelombang untuk memberikan logika high dan low pada pin A0 dan A1 MAX038. Untuk

    memudahkan kerja Modul Switch maka Modul Switch disambungkan pada mikrokontroler

    untuk mengatur logika output. Frekuensi yang terbentuk dari proses osilasi ini mulai dari

    0,1Hz ~ 2MHz dengan beberapa pilihan jangkauan frekuensi yang diatur dengan kapasitor.

    Besarnya frekuensi juga dapat diatur dengan sebuah potensio.

    Pada function generator terdapat pengaturan duty cycle dimana duty cycle dapat

    diatur dari 15% sampai dengan 85%. Modul Duty Cycle disini berisi rangkaian penguat

    inverting dan buffer untuk memberikan tegangan sebesar Β± 2,3V pada pin DADJ atau Duty

    Cycle Adjust MAX038[8].

    Amplitudo dari Modul Pembangkit Gelombang adalah 2Vpp. Untuk menguatkan

    amplitudo sampai 20Vpp maka diperlukan Modul Pengatur Amplitudo. Dimana pada

    Modul Pengatur Amplitudo menggunakan rangkaian penguat inverting. Sedangkan untuk

    mengatur tegangan offset DC disediakan sebuah toggle untuk mengaktifkan dan

    menonaktifkan pengaturan tegangan offset DC. Modul Tegangan Offset DC dihubungkan

    dengan Modul Pengaturan Amplitudo. Tegangan offset DC dapat bekerja minimal –2V dan

    maksimal +2V.

    Untuk mempermudah penggunaan maka besarnya frekuensi keluaran akan

    tertampil pada 7-segmen. Sebelum tertampil pada 7-segmen, frekuensi tersebut

    dimasukkan pada mikrokontroler dalam hal ini menggunakan Arduino Uno, kemudian

    dilakukan interrupt sehingga nilai besar frekuensinya dapat diketahui.

  • 19

    3.3. Perancangan Perangkat Lunak

    Perancangan perangkat lunak yang dipakai di dalam alat ini terdiri dari Program

    Pengaturan Switch Pemilihan Gelombang dan Program Penampil Frekuensi pada 7-

    segmen.

    Gambar 3.2. Diagram Alir Program Utama.

  • 20

    Gambar 3.4. Diagram Alir Program Interupsi Timer.

    Gambar 3.3. Diagram Alir Program Interupsi Eksternal.

  • 21

  • 22

    Penjelasan gambar diagram alir diatas :

    Pada program utama dilakukan inisialisasi kemudian menunggu masukan dari

    switch selector gelombang. Apabila selektor gelombang aktif dan memberi logika

    high pada selektor gelombang sinus maka akan diberikan logika output 1 high dan

    output 2 high. Sedangkan apabila selector gelombang memberi logika high pada

    selector gelombang kotak maka akan diberikan logika output 1 low dan output 2

    low. Dan apabila selektor gelombang memberi logika high pada selektor

    gelombang segitiga maka akan diberikan logika output 1 high dan output 2 low.

    Logika selektor tersebut sama seperti pada Tabel 2.1.

    Pada program interupsi eksternal akan aktif sebuah counter pulsa dimana akan

    menunggu masukan pulsa dari modul pembangkit gelombang.

    Pada program interupsi timer dilakukan pengambilan nilai counter setelah nilai

    counter diambil maka counter di-reset sehingga dapat menantikan counter

    selanjutnya. Sementara itu nilai counter yang diambil dikonversi agar tertampil

    pada 7-segmen.

    3.4. Perancangan Perangkat Keras

    Perangkat keras yang digunakan didalam alat ini terdiri dari Modul Pembangkit

    Gelombang, Modul Pengaturan Duty Cycle, Modul Pengaturan Amplitudo, Modul

    Pengaturan Tegangan Offset, Modul Pengaturan Atenuasi, Modul Switch Pemilihan

    Gelombang, dan Arduino Uno.

    3.4.1.Modul Pembangkit Gelombang

    Pada Modul Pembangkit Gelombang digunakan sebuah IC MAX038. MAX038

    merupakan komponen yang dapat menghasilkan frekuensi tinggi yang presisi dengan

    varian gelombang tegangan kotak, segitiga, dan sinus. Sedangkan untuk mengatur

    jangkauan frekuensi yang diinginkan pada modul ini menggunakan variasi nilai Cf dan

    untuk mengatur besar kecil frekuensi menggunakan potensio RIN[8].

    Jangkauan frekuensi dapat dipilih dengan menaruh kapasitor (Cf) diantara pin

    COSC dan pin GND. Osilasi pada pin tersebut dipicu dengan pengisian dan pengosongan

    Cf. Agar dapat bekerja dengan maksimal pemilihan komponen disesuaikan dengan yang

    dianjurkan pada datasheet[8].

  • 23

    Untuk mengetahui frekuensi keluaran maka dapat menggunakan rumus yang tertera

    pada datasheet, yaitu:

    π‘“π‘œ =2Γ—2,5

    𝑅𝐼𝑁 ×𝐢𝑓 (3.1)

    dengan:

    fo = frekuensi output (Hz)

    RIN = resistor pada kaki IN (50 kΩ)

    Cf = kapasitor yang terhubung pada pin COSC dan GND (F)

    Maka untuk menghitung nilai Cf yang digunakan dapat menggunakan Persamaan

    3.1.

    Tabel 3.1. Range Frekuensi terhadap Nilai Kapasitor.

    Frekuensi

    (Hz)

    Cf (farad)

    0,1 1000 Β΅

    1 100 Β΅

    10 10 Β΅

    100 1 Β΅

    1 k 0,1 Β΅

    10 k 10 n

    100 k 1 n

    990,09 k 101 p

    1,79 M 56 p

    Gambar 3.5. Operating Circuit pada Datasheet MAX038[8].

  • 24

    Jangkauan frekuensi pada Tabel 3.1 berfungsi untuk menentukan batas rendah

    frekuensi yang ingin digunakan. Kapasitor-kapasitor pada Tabel 3.1 disambungkan pada

    sebuah rotary switch yang dapat diputar sesuai keinginan user untuk menentukan

    jangkauan frekuensi mana yang diinginkan.

    Gambar 3.6. Rangkaian Modul Pembangkit Gelombang.

  • 25

    Tabel 3.2. Daftar Komponen pada Modul Pembangkit Gelombang.

    Nama

    Komponen

    Nilai

    Cf Lihat Tabel 3.1

    RIN Potensio 50 kΩ

    R1 10 kΩ

    R2 50 Ω

    R7 50 Ω

    C1 1 Β΅F

    C2 1 Β΅F

    C3 1 Β΅F

    C14 1 nF

    C15 1 nF

    C16 1 nF

    3.4.2. Modul Pengaturan Duty Cycle

    Pada MAX038 terdapat pengaturan duty cycle sehingga memudahkan dalam

    perancangan. Duty cycle dapat diatur melalui pin DADJ (Duty Cycle Adjust Input) pada

    MAX038. Tegangan pada pin DADJ mengatur duty cycle pada function generator ini. Pada

    kondisi normal tegangan pada pin DADJ adalah 0V, pada kondisi ini keluaran dari function

    generator menghasilkan duty cycle sebesar 50%[8].

    Untuk memvariasikan duty cycle maka diperlukan sebuah rangkaian penguatan

    inverting untuk mengatur tegangan pada pin DADJ. Menurut datasheet MAX038, untuk

    mengatur duty cycle sebesar 15% sampai dengan 85% diperlukan tegangan sebesar -2,3V

    sampai dengan +2,3V pada pin DADJ. Rangkaian penguat inverting tersebut mendapatkan

    tegangan referensi sebesar 2,5V dari pin REF MAX038[8].

    Gambar 3.7. Realisasi dari Rangkaian pada Gambar 3.6.

  • 26

    Untuk mencari nilai duty cycle maka dapat menggunakan Persamaan 2.7. Keluaran

    pertama dari LM324 pada Gambar 3.8 menghasilkan tegangan keluaran -2,5V sesuai

    dengan rumus rangkaian penguatan inverting. Menurut Persamaan 2.8 maka didapatkan:

    π‘‰π‘œ = βˆ’100 π‘˜

    100 π‘˜Γ— 2,5 = βˆ’2,5π‘£π‘œπ‘™π‘‘

    Sementara untuk keluaran kedua dari LM324 yang merupakan rangkaian buffer

    akan menghasilkan tegangan -2,3V sampai dengan +2,3V dimana besarnya tegangan diatur

    dengan resistor variabel/ potensio sebesar 10 kΩ.

    Tabel 3.3. Daftar Komponen pada Modul Pengaturan Duty Cycle.

    Nama

    Komponen

    Nilai

    Komponen

    R1 100 kΩ

    R2 100 kΩ

    R3 330 Ω

    R4 330 Ω

    R7 Potensio 10 kΩ

    C7 10 nF

    Gambar 3.8. Rangkaian Modul Pengaturan Duty Cycle.

  • 27

    3.4.3. Modul Pengaturan Amplitudo

    Amplitudo merupakan salah satu faktor penting pada sebuah function generator.

    Amplitudo merupakan nilai tertinggi dari suatu gelombang tegangan.

    Untuk mengatur amplitudo maka diperlukan sebuah rangkaian penguat inverting

    dengan tegangan catu daya Β±15V dimana dapat menguatkan amplitudo gelombang

    tegangan tersebut sampai dengan 20Vpp. Supaya modul pengaturan amplitudo dapat

    bekerja pada semua jangkauan frekuensi, maka digunakan IC op-amp LM7171 karena

    memiliki wide unity-gain bandwidth 200MHz .

    Dengan menggunakan Persamaan 2.8, maka diperoleh:

    βˆ’ 20 = βˆ’π‘…21π‘˜

    Γ— 2

    𝑅2 = 10 π‘˜β„¦

    dengan :

    Vo = tegangan keluaran (V)

    R2 = resistor umpan balik (Ω)

    R1 = resistor masukan (1 kΩ)

    Gambar 3.9. Realisasi dari Rangkaian pada

    Gambar 3.8.

  • 28

    Tabel 3.4. Daftar Komponen pada Modul Pengaturan Amplitudo.

    Nama

    Komponen

    Nilai

    Komponen

    R1 1 kΩ

    R2 Potensio 10 kΩ

    3.4.4. Modul Pengaturan Tegangan Offset

    Pengaturan tegangan offset merupakan salah satu spesifikasi pada function

    generator ini. Pada penerapannya, terdapat sebuah toggle untuk mengaktifkan pengaturan

    tegangan offset. Apabila toggle pada kondisi off dimana terdeteksi 0V maka gelombang

    tegangan tidak akan ter-offset baik positif ataupun negatif. Namun apabila toggle dalam

    kondisi on maka gelombang tegangan akan ter-offset antara –2V sampai dengan +2V.

    Gambar 3.11. Realisasi dari Rangkaian pada Gambar 3.10.

    Gambar 3.10 Rangkaian Penguat Inverting Modul Pengatur Amplitudo.

  • 29

    Untuk memvariasikan tegangan offset maka diperlukan rangkaian tambahan berupa

    rangkaian penguat inverting dan rangkaian buffer menggunakan LM324. Pada rangkaian

    penguat inverting terdapat sebuah resistor variabel/ potensio untuk mengatur nilai tegangan

    offset-nya.

    Keluaran dari Modul Pengaturan Tegangan Offset akan dihubungkan dengan Modul

    Pengaturan Amplitudo untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan oleh user.

    Modul ini menggunakan tegangan catu daya sebesar Β±5V, maka untuk mengatur

    tegangan offset sebesar Β±2V diperlukan dua buah rangkaian pelemahan inverting untuk

    melemahkan tegangan menjadi –2V dan +2V. Untuk pemilihan nilai komponen dapat

    menggunakan Persamaan 2.8. Sementara untuk memvariasikan tegangan dari –2V sampai

    dengan +2V maka diperlukan rangkaian buffer dengan sebuah resistor variabel guna

    mengatur offset yang diinginkan.

    Dengan menggunakan Persamaan 2.8, maka dapat dicari nilai komponen yang

    dibutuhkan untuk rangkaian pelemahan inverting.

    π‘‰π‘œπ‘šπ‘–π‘› = βˆ’π‘…2𝑅1

    Γ— 𝑉𝑖𝑛+

    βˆ’2 = βˆ’2 π‘˜

    𝑅1Γ— 5

    𝑅1 = 5 π‘˜β„¦

    Gambar 3.12. Rangkaian Modul Pengaturan Tegangan Offset.

  • 30

    π‘‰π‘œπ‘šπ‘Žπ‘₯ = βˆ’π‘…4𝑅3

    Γ— π‘‰π‘–π‘›βˆ’

    2 = βˆ’2 π‘˜

    𝑅3Γ— βˆ’5

    𝑅3 = 5 π‘˜β„¦

    dengan :

    Vo min = tegangan keluaran minimum (-2V)

    Vo max = tegangan keluaran minimum (2V)

    R2 = resistor umpan balik (Ω)

    R1 = resistor masukan (2 kΩ)

    R3 = resistor umpan balik (Ω)

    R4 = resistor masukan (2 kΩ)

    Tabel 3.5. Daftar Komponen pada Modul Pengaturan Tegangan Offset.

    Nama

    Komponen

    Nilai

    Komponen

    R1 5 kΩ

    R2 2 kΩ

    R3 5 kΩ

    R4 2 kΩ

    R5 Potensio 10 kΩ

    R6 500 Ω

    R7 500 Ω

    R8 8,2 kΩ

    Gambar 3.13. Realisasi dari Rangkaian pada Gambar 3.12.

  • 31

    3.4.5. Modul Pengaturan Atenuasi

    Atenuasi memungkinkan terjadinya pelemahan sinyal yang diukur dalam satuan

    dB. Pengaturan atenuasi pada function generator ini berfungsi untuk melemahkan

    amplitudo sinyal tegangan tanpa mengubah bentuk gelombangnya. Pada prinsipnya

    atenuasi menggunakan pembagi tegangan dengan media resistor.

    Pada function generator ini, user dapat menetukan atenuasi dari -50dB sampai

    dengan 0dB dengan step antara 10dB. Untuk mencari nilai atenuasi dapat menggunakan

    persamaan:

    𝑑𝐡𝑣 = 20π‘™π‘œπ‘”10π‘‰π‘œπ‘’π‘‘

    𝑉𝑖𝑛 (3.2)

    dengan:

    dBv = atenuasi (dB)

    Vout = tegangan keluaran (Vpp)

    Vin = tegangan masukan sebesar 2Vpp

    Dengan Persamaan 3.2, maka tegangan keluaran dapat dihitung berdasarkan nilai

    atenuasi yang diinginkan.

    Untuk atenuasi –50dB

    βˆ’50 = 20π‘™π‘œπ‘”10π‘‰π‘œπ‘’π‘‘

    2

    π‘‰π‘œπ‘’π‘‘ = 3,16 Γ— 10βˆ’3 Γ— 2 = 6,32 Γ— 10βˆ’3 𝑉𝑝𝑝

    Untuk atenuasi –40dB

    βˆ’40 = 20π‘™π‘œπ‘”10π‘‰π‘œπ‘’π‘‘

    2

    π‘‰π‘œπ‘’π‘‘ = 0,01 Γ— 2 = 0,02 𝑉𝑝𝑝

    Untuk atenuasi –30dB

    βˆ’30 = 20π‘™π‘œπ‘”10π‘‰π‘œπ‘’π‘‘

    2

    π‘‰π‘œπ‘’π‘‘ = 0,0316 Γ— 2 = 0,0632 𝑉𝑝𝑝

    Untuk atenuasi –20dB

    βˆ’20 = 20π‘™π‘œπ‘”10π‘‰π‘œπ‘’π‘‘

    2

    π‘‰π‘œπ‘’π‘‘ = 0,1 Γ— 2 = 0,2 𝑉𝑝𝑝

  • 32

    Untuk atenuasi –10dB

    βˆ’10 = 20π‘™π‘œπ‘”10π‘‰π‘œπ‘’π‘‘

    2

    π‘‰π‘œπ‘’π‘‘ = 0,315 Γ— 2 = 0,630 𝑉𝑝𝑝

    Untuk atenuasi 0dB

    0 = 20π‘™π‘œπ‘”10π‘‰π‘œπ‘’π‘‘

    2

    π‘‰π‘œπ‘’π‘‘ = 1 Γ— 2 = 2 𝑉𝑝𝑝

    Pemilihan nilai resistor dapat menggunakan rumus pembagi tegangan dimana pada

    rangkaian atenuasi ini terdapat enam buah resistor yang bernilai berbeda-beda. Berikut

    perhitungan nilai resistor yang digunakan:

    π‘‰π‘œπ‘’π‘‘ =𝑅5 ×𝑉𝑖𝑛

    π‘…π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ (3.3)

    π‘…π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ = 𝑅5 + 𝑅3 + 𝑅2 + 𝑅1 + 𝑅4 + 𝑅6 (3.4)

    dengan:

    Vout = tegangan keluaran sesuai dengan pengaturan atenuasi (Vpp)

    Vin = tegangan masukan (2Vpp)

    R5 = 1 kΩ

    Dengan menggunakan Persamaan 3.3, maka diperoleh:

    Gambar 3.14. Rangkaian Modul Pengaturan Atenuasi.

  • 33

    π‘…π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ =1000 Γ— 2

    6,32 Γ— 10βˆ’3= 316455,7 Ω

    Setelah nilai Rtotal diketahui maka nilai resistor lain dapat dicari menggunakan

    kombinasi Persamaan 3.3 dan 3.4.

    Mencari nilai R3

    𝑅3 + 𝑅5 =π‘…π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ Γ— π‘‰π‘œπ‘’π‘‘

    𝑉𝑖𝑛

    𝑅3 =316455,7 Γ— 0,02

    2βˆ’ 1000 = 2164,56 Ω

    Mencari nilai R2

    𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅5 =π‘…π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ Γ— π‘‰π‘œπ‘’π‘‘

    𝑉𝑖𝑛

    𝑅2 =316455,7 Γ— 0,0632

    2 βˆ’ 3164,56 = 6835,44 Ω

    Mencari nilai R1

    𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅5 = π‘…π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ Γ— π‘‰π‘œπ‘’π‘‘

    𝑉𝑖𝑛

    𝑅1 =316455,7 Γ— 0,2

    2 βˆ’ 10000 = 21645,57 Ω

    Mencari nilai R4

    𝑅4 + 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅5 =π‘…π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ Γ— π‘‰π‘œπ‘’π‘‘

    𝑉𝑖𝑛

    𝑅4 =316455,7 Γ— 0,63

    2 βˆ’ 31645,57 = 68037,98 Ω

    Mencari nilai R6

    𝑅6 = π‘…π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ βˆ’ 𝑅4 βˆ’ 𝑅1 βˆ’ 𝑅2 βˆ’ 𝑅3 βˆ’ 𝑅5

    𝑅6 = 316455,7 βˆ’ 79683,55 = 236772,15 Ω

    Karena keterbatasan nilai resistor yang tersedia dipasaran maka resistor yang

    dipergunakan bernilai mendekati nilai perhitungan.

  • 34

    Tabel 3.6. Daftar Komponen Modul Pengaturan Atenuasi.

    Nama

    Komponen

    Nilai

    Komponen

    R1 22 kΩ

    R2 6,8 kΩ

    R3 2,2 kΩ

    R4 68 kΩ

    R5 1 kΩ

    R6 280 kΩ

    3.4.6. Modul Switch Pemilihan Gelombang

    Pemilihan bentuk gelombang pada alat ini diatur oleh pin A0 dan A1 pada MAX038.

    Untuk mengatur bentuk gelombangnya maka digunakan sebuah saklar putar tiga kondisi

    untuk menentukan bentuk gelombang yang diinginkan. Saklar tersebut disambungkan pada

    mikrokontroler untuk mengatur logika pada A0 dan A1.

    Gambar 3.16. Rangkaian Modul Switch Gelombang.

    Gambar 3.15. Realisasi dari Rangkaian pada Gambar 3.14.

  • 35

    3.4.2. Modul Mikrokontroler

    Mikrokontroler adalah sebagai pusat sistem kendali dari pengaturan selektor

    gelombang dan penampil frekuensi pada 7-segmen. Pada skripsi ini mikrokontroler yang

    digunakan adalah Arduino Uno.

    Konfigurasi penggunaan pin/port mikrokontroler Arduino Uno dapat dilihat pada

    Tabel 3.7.

    Gambar 3.18. Modul Arduino Uno.

    Gambar 3.17. Realisasi dari Rangkaian pada Gambar 3.16.

  • 36

    Tabel 3.7 Konfigurasi Penggunaan Pin/ Port Arduino Uno.

    Pin Port Keterangan

    PIN 3 Input mode kotak

    PIN 5 Input frekuensi

    PIN 6 Input mode segitiga

    PIN 8 Input mode sinus

    PIN 9 Clock 7-segmen

    PIN 10 Latch 7-segmen

    PIN 11 Data 7-segmen

    PIN 12 Output A0

    PIN 13 Output A1

    Logika A0 dan A1 pada MAX038 seperti pada Tabel 2.1 ditentukan dengan perintah

    switch yang diolah pada Arduino. Apabila switch selektor gelombang sinus (pin 8 Arduino)

    bernilai high, maka pin 12 dan 13 Arduino bernilai high. Apabila switch selektor

    gelombang kotak bernilai high, maka pin 12 dan 13 Arduino bernilai low. Sedangkan

    apabila switch selektor gelombang segitiga bernilai high, maka pin 12 bernilai high dan pin

    13 bernilai low.

    Untuk menampilkan frekuensi pada 7-segmen maka sync output frekuensi

    dimasukkan pada pin 5 arduino kemudian dilakukan pembacaan counter pulsa dari periode

    gelombang tersebut. Sync output merupakan keluaran function generator yang berbentuk

    pulsa dengan amplitudo 5Vpp. Frekuensi yang terbaca oleh Arduino kemudian dilakukan

    proses konversi untuk ditampilkan pada modul 7-segmen pada Gambar 3.19.

    Gambar 3.19. Modul 7-segmen.

  • 37

    Gambar 3.20. Function Generator Yang Dibuat.