Modul 4 Blok 6 3
Transcript of Modul 4 Blok 6 3
Bahan yang mengandung flor
1. fungsi
Mekanisme fluoride dalam menghambat
karies
- Mekanisme fisik-kimiawi, ion2 fluoride
dilepaskan dr bhn restorasi bergabung dg
kristal2 hidroksiapatit dr struktur gigi di dktnya
utk membntk suatu struktur yg sdkt lbh thn thdp
dekalsifikasi krn asm. Ion fluoride menggeser
titik keseimbangan antara dimineralisasi dan
remineralisasi ke arah remineralisasi. Fluoride
bertindak sbg katalis utk asupan ion2 kalsium
dan fosfat . Dibanding dg email yg sehat, email
yg karies lbh porus. Porusitas ini yg
memungkinkan penetrasi ion2 fluoride yg lbh
besar. Jadi ion fluoride dlm konsentrasi rendah
menunjang pembentukan kristal2 yg tahan asm
dan mengurangi resiko perkembangan karies.
- Mekanisme biologi, fluoride menghambat
metabolisme karbohidrat melalui mikroflora
dlm plak yg bersifat asam. Fluoride memasuki
mikroorganisme dg perbedaan konsentrasi dan
menumpuk dlm sel ketika pH diluar sel
menurun. Pengankutan hidrogen ke dlm sel
menjurus ke pemisahan ion2 H dan F dlm cairan
intra seluler yg lbh basa,lalu ion2 fluoride
mengakibatkan penghambatan enzim dan
produksi asm mjd lbh lambat. Sementara itu
fluoride meningkatkan permeabilitas sel dan dpt
menyebar dg cpt keluar dr bakteri
GIC
1. fungsi
Sebagai Luting Agent
Sebagai Luting Agents, GIC sangat membantu pemasangan
crowns, jembatan, veneer dll.
Menempelkan Alat Ortodontik Cekat
Meskipun saat ini lebih banyak digunakan resin komposit
untuk proses ini, tetapi GIC tetap memiliki keunggulan.
GIC dapat melekat erat pada gigi karena interaksi ion
Poliakrilat dan kristal hidroksiapatit pada gigi, sehingga
tidak membutuhkan
etsa asam
Suatu tambahan yang bernilai untuk retensi dari
sistem resin adalah teknik etsa atau demineralisasi email
antara permukaan restorasi. Teknik tersebut sangat
membantu restorasi kelas IV. Kadang-kadang restorasi
kelas IV diubah dengan membuat bahu kecil atau chamfer
pada email sejauh mungkin mengelilingi preparasi untuk
mendapatkan email yang lebih luas bagi prosedur etsa. Ini
adalah keadaan yang melibatkan fraktur insisal, dimana
retensi total dari bahan restorasi mungkin diperoleh
menggunakan mekanisme etsa asam. Ada saatnya prosedur
ini ditambahkan pada preparasi konvensional, untuk
keberhasilan suatu restorasi.
Keputusan untuk menggunakan etsa asam saja atau
dalam kombinasi dengan preparasi didasarkan pada:
1. Lokasi dan ukuran pulpa. Ini dapat mengurangi
kegunaan beberapa bentuk preparasi, dengan
pengecualian preparasi yang terbatas pada
email.
2. Terlibatnya daerah insisal atau oklusal. Etsa asam
sendiri tidak akan mampu mendukung restorasi
yang menjadi subyek tekanan pengunyahan.
Etsa asam pada permukaan email sangat
menguntungkan untuk retensi restorasi resin pada gigi
anterior yang fraktur. Demikian juga, ini sangat
menguntungkan pada jenis restorasi yang lain, misalnya
kelas III dan kelas IV, sekalipun retensi hasil preparasi
sendiri cukup adekuat pada keadaan tersebut.
Bagaimanapun juga, system bonding dari resin yang lebih
rapat terhadap email pada bagian tepi mengurangi
kemungkinan pewarnaan dan kebocoran mikro di bagian
tepi, terlepas dari tipe resin yang digunakan.
Indikasi Etsa Asam
1. Mendukung restorasi posterior kelas I dan
kelas II.
2. Kelas III, tambahan pada retensi
konvensional.
3. Kelas IV, sudut insisal gigi anterior.
4. Fraktur email, terutama insisivus sentral
dan lateral atas.
5. Kelas V, di oklusal atau insisal email
sebagai tambahan retensi.
Etsa asam tidak akan berhasil jika bagian
email tidak cukup luas atau jika restorasi mendapat beban
tekanan oklusal yang berat. Jadi, banyak restorasi yang
besar pada insisivus bawah gagal bila etsa asam digunakan
sebagai retensi utama. Dalam preparasi resin dengan retensi
yang meragukan, pin sebaiknya ditambahkan sebagai
pendukung.
Penggunaan Etsa Asam
Perindungan Dentin dan Pulpa.
Sebelum aplikasi etsa asam atau penematan
restorasi resin, dentin harus dilindungi dengan memberikan
pelapik. Bila pelapik tidak diberikan,asam yang berfungsi
sebagai etsa atau resin akan menyebabkan iritasi terhadap
pulpa. Vernis umumnya tidak digunakan sebagai pelapik
karena bagian monomer resin dapat melarutkan vernis,
yang menghilangkan barier pelilndung. Juga bahan pelarut
pada vernis mengganggu pengerasan resin.
Basis kalsium hidroksida adalah pilihan pelapik
yang dianjurkan. Bahan diaplikasikan sebagai suatu lapisan
tipis di bawah resin. Dalam teknik etsa asam, asam fosfat
dapat melarutkan sebagian pelapik kalsium hidroksida,
mengharuskan dilakukan penambahan atau aplikasi ulang
dari bahan pelapik. Bahan baru seperti monomer kaca yang
diaktifkan sinar lebih disukai untuk pelapik karena bahan
ini melekat pada dentin dengan amat baik. Retensi
preparasi harus diperiksa dan bahan pelapik yang mungkin
telah menembus daerah tersebut dibuang.
. Di samping itu, efek antikariogenik yang dimilikinya tetap
menjadi nilai tambah.
Perawatan Fissure Sealants
Untuk keperluan ini, bubuk GIC dicampurkan dengan
likuidnya dimana likuid lebih banyak. Dengan demikian,
GIC bisa masuk ke dalam celah pit dan fissure pada gigi
posterior.
Sebagai Semen Dasar
GIC memiliki berbagai keuntungan untuk digunakan dalam
tugas ini karena kemampuannya melekat pada dentin dan
email serta kemampuannya melepas fluoride yang tidak
saja mengatasi karies, tapi juga mencegah terjadinya karies
sekunder. Selain itu, bahan ini juga dapat merangsang
terbentuknya dentin sekunder. GIC dapat digunakan untuk
tambalan berbahan resin komposit maupun amalgam.
Sebagai Adhesive Cavity Liners (Teknik Sandwich)
Teknik ini menggunakan GIC yang diposisikan seolah
menggantikan dentin, dan komposit sebagai pengganti
email. Restorasi ini sebaiknya dilakukan dengan terencana
dan bukannya sekedar menutupi restorasi GIC yang buruk.
ART (Atraumatic Restorative Treatment)
ART adalah teknik perawatan karies pada gigi yang banyak
dilakukan di negara dunia ketiga dimana keberadaan tenaga
kesehatan gigi dan bahan-bahan terbatas, sementara
kebutuhan cukup tinggi. Teknik ini hanya menggunakan
instrumen sederhana seperti ekskavator untuk membuang
sebanyak mungkin jaringan karies.
Restorasi Pada Gigi Susu
Karena sifatnya yang melepaskan fluoride dan kebutuhan
preparasinya yang minimal, GIC menjadi salah satu pilihan
utama untuk restorasi pada gigi sulung. Restorasi pada gigi
anak-anak berbeda dengan pada gigi dewasa karena umur
gigi sulung yang terbatas dan daya kunyah yang ditahan
tidak sebesar gigi dewasa. Di awal 1977, diketahui bahwa
GIC memiliki keuntungan lain pada restorasi karena
kemampuannya melepaskan fluoride dan kemampuannya
menempel pada jaringan keras gigi dengan baik. Di
samping itu, dengan jangka waktu pengerjaan yang relatif
singkat, GIC akan sangat menguntungkan jika digunakan
pada restorasi gigi anak. Akan tetapi GIC tetap tidak
dianjurkan untuk gigi molar sulung.
2. sifat : GIC melekat secara fisik dan kimia, baik pada
email maupun dentin.
Mengapa perlekatan pada email dan dentin berbeda?
Email merupakan kristal yang sangat padat, 95 - 98%-
nya adalah mineral. Sedangkan dentin hanya
mengandung 75% mineral, selebihnya berupa serabut
kolagen yang lunak. Dentin pun tidak padat karena
mengandung puluhan ribu saluran mikro per mm2.
Secara mekanis perlekatan resin komposit pada pori-pori
email lebih kuat dibandingkan pada kolagen, yang
disebut ikatan hibrida, di permukaan dentin. Demikian
pula dengan GIC yang secara kimia melekat pada
mineral gigi yang lebih banyak dikandung oleh email
Karena sifatnya yang melekat secara kimiawi dengan
jaringan keras gigi dan melepaskan fluoride dalam
jangka waktu yang cukup lama, penggunaan GIC (Glass
Ionomer Cement) menjadi semakin luas.
Melekat pada permukaan gigi secara mekanis, yaitu
melalui pori-pori yang dibuat pada permukaan email
dengan cara dietsa. Cara lain adalah dengan perlekatan
hibrida pada permukaan dentin.
(1) kekerasan dan kekuatan yang baik sehingga dapat
dipakai untuk tambalan gigi anterior dan posterior
(2) ekspansi termis yang kecil
(3) daya larut dalam saliva sangat sedikit
(4) elastisitas kecil, dan
(5) dapat terjadi pengerutan
(6) adhesive
3. komposisi :
Bubuk
Bubuk untuk GIC pada umumnya terdiri dari :
• Silica 41.9%
• Alumina 28.6%
• Aluminium Fluoride 1.6%
• Calcium Fluoride 15.7%
• Sodium Fluoride 9.3%
• Aluminium Phosphate 3.8%
Likuid
Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam
poliakrilik dengan konsentrasi antara 40-50%.
Glass ionomer cements, are materials made of
calcium, strontium aluminosilicate glass
powder (base) combined with a water-soluble
polymer (acid). When the components are
mixed together, they undergo a setting reaction
involving neutralization of the acid groups by
the powdered solid glass base. Because both
components are materials of wide chemical
diversity, the range of glass – ionomer cements
is very wide indeed and the material has
considerable potential for further development.
4. kelebihan & kekurangan
k+ : perlekatan kuat n than lma
Perlekatan yang bagus dengan struktur gigi
• Retensi cukup tinggi
• Mampu melepaskan fluoride
• Biokompatibel
• Preparasi minimal dan waktu kerja yang
singkat.
k- : tdk mmpu menerima tkanan kunyah yg besar
mudah abrasi,erosi,estetik rendah krn kurang
translusensi
Rapuh
• Mudah larut dalam saliva
• Kasar
• Sensitif terhadap air pada saat setting time.
• Sensitive terhadap air selama fase pengerasan
• Beberapa produk melepaskan fluor yang lebih sedikit
dibandingkan GIC konvensional
• Radiopaque yang tidak menyertai walaupun
penambahan zat penambah radiodense seperti barium
dapat merubah radiodensitas.
• Kurang estetik dibandingkan komposit.
• Terbatas dlm merestorasi kavitas yg meluas ke dentin
• Dpt mengiritasi pulpa n terbentuk celah mikro
• Bila tdk ada sisa email yg mendukung maka potensi
bocor besar
5. manipulasi :
Manipulasi Glass Ionomer
Teknik ART
Prinsip kerja ART adalah menghilangkan jaringan karies
dengan hanya menggunakan instrumen tangan tanpa
pengeboran dan kemudian menambal kavitas dengan Glass
Ionomer. Indikasi ART adalah karies pada gigi vital yang
baru mencapai dentin, letak gigi memungkinkan masuknya
instrumen, serta tidak ada abses, fistel, dan sejenisnya.
Isolasi gigi yang akan ditambal dengan cotton roll atau
rubber dam. Buka kavitas dengan ekskavator dari arah
oklusal menuju kavitas, dengan gerakan memutar buang
seluruh jaringan karies. Kemudian bersihkan kavitas
dengan cotton pellet.
Proses selanjutnya adalah dentine conditioning dengan
cairan Glass Ionomer yang diencerkan. Teteskan 1 tetes
liquid Glass Ionomer di atas paper mixing pad, celupkan
satu cotton pellet ke dalam air kemudian peras, dengan
cotton pellet ini ambil tetesan liquid Glass Ionomer dan
aplikasikan pada kavitas 10-15 detik. Kemudian bersihkan
kavitas dengan 3 cotton pellet basah dan 3 cotton pellet
kering.
Buat adukan Glass Ionomer yang sama warnanya dengan
warna gigi pasien sesuai petunjuk pabrik, setelah campuran
menyerupai chewing gum aplikasikan ke dalam kavitas
dengan bantuan Ash 49.
Tekan tambalan dengan matriks yang sesuai kontur gigi,
kemudian oleskan cocoa butter atau varnish di atas
tambalan, biarkan 1-2 menit.
Teknik Preparasi Biasa
Lakukan preparasi pada kavitas hingga semua jaringan
karies terbuang. Proses selanjutnya adalah dentine
conditioning dengan cairan Glass Ionomer yang
diencerkan. Teteskan 1 tetes liquid Glass Ionomer di atas
paper mixing pad, celupkan satu cotton pellet ke dalam air
kemudian peras, dengan cotton pellet ini ambil tetesan
liquid Glass Ionomer dan aplikasikan pada kavitas 10-15
detik. Kemudian bersihkan kavitas dengan 3 cotton pellet
basah dan 3 cotton pellet kering.
Buat adukan Glass Ionomer yang sama warnanya dengan
warna gigi pasien sesuai petunjuk pabrik, setelah campuran
menyerupai chewing gum aplikasikan ke dalam kavitas
dengan bantuan Ash 49.
Tekan tambalan dengan matriks yang sesuai kontur gigi,
kemudian oleskan cocoa butter atau varnish di atas
tambalan, biarkan 1-2 menit.
6. klasifikasi :
KLASIFIKASI KIMIA
GIC pada umumnya diklasifikasikan menjadi empat tipe
dasar:
• Semen Ionomer Kaca Konvensional
• Semen Ionomer Hybrid (juga disebut sebagai semen
ionomer kaca yang dimodifikasi resin yang dicured
secara kimia atau sinar atau Ionomer kaca dual-cured).
• Semen ionomer kaca tri-cure.
• Semen ionomer kaca yang diperkuat metal.
* Resin komposit : Resin komposit merupakan p-
erkembangan dari resin akrilik yang merupakan salah satu
tambalan yang sewarna dengan gigi
1. fungsi
2. sifat : melekat pada permukaan gigi secara mekanis,
yaitu melalui pori-pori yang dibuat pada
permukaan email dengan cara dietsa.Cara lain
adalah dengan perlekatan hibrida pada permukaan
dentin.
: (1) kekerasan dan kekuatan yang baik sehingga
dapat dipakai untuk tambalan gigi anterior dan
posterior, (2) ekspansi termis yang kecil, (3) daya
larut dalam saliva sangat sedikit, (4) elastisitas
kecil, dan (5) dapat terjadi pengerutan
3. komposisi :
1. Bahan Pengisi (Filler)
Dimasukkannya partikel pengisi ke dalam suatu matriks
secara nyata meningkatkan sifat bahan matriks bila partikel
pengisi benar-benar berikatan dengan matriks. Bila tidak,
partikel bahan pengisi dapat melemahkan bahan. Karena
pentingnya bahan pengisi yang berikatan kuat, jelas terlihat
bahwa penggunaan bahan pengisi tambahan sangatlah
diperlukan untuk keberhasilan suatu bahan komposit.
Jumlah pengisi yang dapat dimasukkan ke dalam matriks
resin umumnya dipengaruhi oleh daerah permukaan
pengisi.
Bahan pengisi akan berfungsi mengurangi muai panas
dan meningkatkan ketahanan bahan terhadap abrasi. Bahan
pengisi anorganik yang digunakan adalah komponen
aluminium silikat dan glass sphere serta rod. Kekurangan
dari bahan-bahan ini adalah ikatan antara bahan pengisi dan
matriksnya yang memungkinkan partikel bahan pengisi
yang relatif besar terungkit sehingga terbentuk permukaan
yang selalu kasar.
2. Resin Matrix
Kebanyakan resin biasanya didasarkan pada oligomer
dimethacrylate (BIS-GMA) atau urethane dimethacrylate
(UDMA). BIS-GMA dan UDMA adalah cairan pekat
dengan ikatan molekuler monomer yang rendah
(dimethacrylate) ditambah untuk mengontrol konsistensi
pasta komposit. Kedua oligomer dan ikatan molekuler
monomer yang rendah digambarkan sebagai ikatan atom C
rangkap dua yang bereaksi untuk mengubah keduanya
menjadi polimer.
3. Silane Coupling Agent
Untuk mendapatkan sebuah ikatan yang bagus antara
inorganic filler dan resin matrix , diberikan silane pada
permukaan filler di mana silane memiliki kelompok yang
bereaksi dengan filler inorganik dan kelompok lain
bereaksi dengan matrix organik.
Bila ingin mendapatkan dan mempertahankan sifat
optimum dari komposit, partikel pengisi harus melekat
pada matriks resin. Ini akan menyebabkan matriks polimer
yang lebih plastis meneruskan stres ke partikel filler yang
lebih kaku. Ikatan antara kedua tahap komposit ini dibentuk
oleh coupling agent. Aplikasi coupling agent yang tepat
(biasanya berupa silane) dapat memperbaiki sifat fisik dan
mekanis serta memberikan stabilitas hidrolitik untuk
mencegah air berpenetrasi di antar permukaan resin-filler
4. kelebihan & kekurangan
k- : terbatas dlm merestorasi kavitas yg meluas ke
dentin,
dpt mengiritasi pulpa n terbentuk celah mikro
bila tdk ada sisa email yg mendukung maka potensi
bocor besar
5. manipulasi
6. klasifikasi :
Komposit dibagi 2 kelompok, microhybrid composite
dan microfilled composite. Microhybrid
composite mengandung campuran dari partikel filler
fine dan microfine dengan 84% berat merupakan
filler.Partikel- partikel filler microfine tepat di antara
partikel-partikel filler fine, menghasilkan total
konsentrasi filler 70% volume.
Microfilled composite mengandung microfine filler
dengan permukaan yang sangat luas. Hanya 35%-50%
volume dari partikel ini dapat digunakan beserta resin
matrix dan masih menghasilkan pasta yang
viskositasnya dapat diterima. Beberapa microfilled
composite menggunakan filler-filler yang partikel-
partikel polimer dikuatkan dengan partikel-partikel
microfine, yang kemudian dicampur dengan resin
matrix.
Resin komposit light cure memiliki sifat-sifat : (1)
polimerisasi sinar untuk bahan pasta dalam tube
agar terjadi pembentukan radikal bebas terdiri atas
molekul-molekul untuk foto inisiator dan aktifator
amine yang terdapat didalamnya, (2) pengerasan
akan terjadi jika bahan disinari dalam waktu 40-60
detik.
Keuntungan pemakaian resin kompositlight cure:
(1) waktu penyinaran yang cepat, (2) kedalaman
penyinaran dapat ditentukan, (3) waktu kerjanya
tidak terbatas, (4) mudah untuk dipolis, (5) tidak
mengalami diskolorisasi.
Perbedaan self cure dan light cure antara lain: (1)
pada resin self cure dengan bahan kimia tidak
dibutuhkan peralatan yahg rumit, sedangkan pada
light cure peralatannya rumit dan mahal, (2)
keuntungan dari waktu pengerasan light cure dapat
diatur oleh operator, (3) pada resin komposit light
cure tidak memerlukan pengadukan.
Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites –
PMC) – Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering
digunakan disebut, Polimer Berpenguatan Serat (FRP –
Fibre Reinforced Polymers or Plastics) – bahan ini
menggunakan suatu polimer-berdasar resin sebagai
matriknya, dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan
aramid (Kevlar) sebagai penguatannya.
Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites –
MMC) – ditemukan berkembang pada industri otomotif,
bahan ini menggunakan suatu logam seperti aluminium
sebagai matrik dan penguatnya dengan serat seperti silikon
karbida.
Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites
– CMC) – digunakan pada lingkungan bertemperatur
sangat tinggi, bahan ini menggunakan keramik sebagai
matrik dan diperkuat dengan serat pendek, atau serabut-
serabut (whiskers) dimana terbuat dari silikon
SEMEN POLY F (POLIKARBOKSILAT)
Komposisi dan kimiawiSemen polikarboksilat adalah system bubuk-cair. Cairannya adalah larutan air dari asam poliakrilat atau kopolimer dari asam akrilik dengan asam karboksilat lain yang tidak jenuh, misalnya asam itakonik. Berat molekul dari poliasam berkisar antara 30.000 sampai 50.000. konsentrasi asam dapat bervariasi diantara satu semen dengan semen lainnya tetapi biasanya sekitar 40%.Komposisi dan prosedur pembuatan bubuknya mirip dengan semen seng fosfat. Bubuknya mengandung oksida seng dengan sejumlah oksida magnesium. Bubuk ini juga dapat mengandung sejumlah kecil stannous fluorida, yang mengubah waktu penngerasan dan memperbaiki sifat manipulasinya. Unsur ini merupakan bahan penambah yang penting karena juga meningkatkan kekuatan. Namun, fluorida yang dilepaskan dari semen ini lebih sedikit (15-20%) dari jumlah yang dilepaskan semen silikofosfat dan ionomer kaca. Reaksi pengerasan dari semen ini melibatkan pelarutan partikel oleh asam yang kemudian melepaskan ion-ion seng, magnesium, dan timah, yang menyatu ke rantai polimer melalui gugus karboksil. Ion-ion ini bereaksi dengan gugus karboksil dari rantai poliasam yang ada di dekatnya sehingga terbentuk garam ikatan silang ketika semen mengeras. Semen yang mengeras terdiri atas matriks gel tanpa bentuk di dalam yang tersebar partikel-partikel yang tidak bereaksi. Gambar struktur mikronya mirip dengan semen seng fosfat.Ikatan dengan struktur gigiSifat yang menonjol dari semen polikarboksilat adalah bahwa semen ini terikat secara kimiawi dengan struktur gigi. Mekanismenya belum dimengerti sepenuhnya, tetapi mungkin mirip dengan reaksi pengerasan. Komponen anorganik dan homogenitas email lebih besar daripada dentin. Jadi, kekuatan ikatan denngan email akan lebih besar daripada dengan dentin.
Sifat khas dari semen polikarboksilat1. Ketebalan lapisanKetika semen karboksilat diaduk pada rasio bubuk:cair yang benar, adonannya lebih kental daripada adukan semen seng fosfat. Namun, adukan polikarboksilat diklasifikasikan sebagai pseudoplastik dan mengalami pengenceran jika kecepatan pengolesannya ditingkatkan. Secara klinis, ini berarti bahwa tindakan pengadukan dan penempatan dengan getaran akan mengurangi kekentalan semen, dan prosedur ini menghasilkan lapisan dengan ketebalan 25 μm atau kurang.2. Waktu kerja dan pengerasan
Waktu kerja untuk semen polikarboksilat jauh lebih pendek daripada semen seng fosfat, yaitu sekitar 2,5 menit dibandingkan 5 menit untuk seng fosfat. Penurunan temperatur reaksi dapat meningkatkan waktu kerja yang diperlukan untuk sementasi jembatan cekat. Sayangnya, temperatur alas aduk yang dingin dapat menyebabkan asam poliakrilat mengental. Bertambahnya kekentalan membuat prosedur pengadukan menjadi lebih sulit. Dianjurkan bahwa hanya bubuk yang didinginkan di lemari pendingin sebelum pengadukan. Alasan dari prosedur ini adalah bahwa reaksi terjadi pada permukaan dan temperatur yang dingin memperlambat reaksi tanpa membuat cairan menjadi kental. Waktu pengerasan berkisar dari 6 sampai 9 menit, dan ini berada di kisaran yang bisa diterima untuk semen perekat.3. Sifat mekanisKekuatan kompresi dari semen polikarboksilat adalah sekitar 55Mpa, karena itu, dalam hal ini, semen ini lebih rendah daripada semen seng fosfat. Namun, kekuatan tarik garis tengahnya sedikit lebih tinggi. Semen polikarboksilat tidak sekaku semen seng fosfat. Modulus elastisitasnya kurang dari setengah dari semen seng fosfat. Selain itu, tidak serapuh semen seng fosfat. Jadi, lebih sulit untuk membuang kelebihan semen setelah mengeras.
4. Daya larutDaya larut semen di dalam ir memang rendah, tetapi jika terpajan asam-asam organik dengan pH 4,5 atau kurang, daya larutnya meningkat sangat besar. Selain itu, penurunan rasio bubuk:cairan akan meningkatkan daya larut dan kecepatan disintegrgasi secara nyata di dalam rongga mulut.5. Pertimbangan biologipH dari cairan semen adalah sekitar 1,7. meskipun demikian, cairan ini dapat dinetralkan dengnan cepat oleh bubuknya. Jadi, pH dari adukan naik dengan cepat ketika reaksi pengerasan berlangsung. Meskipun semen polikarboksilat pada aawalnya bersifat asam, produk ini hanya sedikit mengiritasi pulpa. Ukuran molekul asam polikarboksilat yang lebih besar dibandingkan molekul asam fosfor, membatasi penyebarannya melalui tubulus-tubulus dentin. Kecocokan biologis dengan pulpa merupakan faktor utama yang membuat sistem semen ini populer.