Mini Cex Pak Bon

64
LAPORAN MINI-CEX SEORANG LAKI-LAKI USIA 72 TAHUN DENGAN KELUHAN SULIT BUANG AIR KECIL DAN BANJOLAN DI BUAH ZAKAR KANAN Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah di RSUD Tugurejo Semarang Pembimbing : dr. Bondan Prasetyo, M.si.Med, Sp.B Disusun Oleh : R. Prind Jati Prakasa H2A010042

description

Mini Cex Pak Bon

Transcript of Mini Cex Pak Bon

Page 1: Mini Cex Pak Bon

LAPORAN MINI-CEX

SEORANG LAKI-LAKI USIA 72 TAHUN DENGAN KELUHAN

SULIT BUANG AIR KECIL DAN BANJOLAN DI BUAH ZAKAR KANAN

Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah

di RSUD Tugurejo Semarang

Pembimbing :

dr. Bondan Prasetyo, M.si.Med, Sp.B

Disusun Oleh :

R. Prind Jati Prakasa

H2A010042

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2015

Page 2: Mini Cex Pak Bon

BAB I

STATUS PASIEN

1.1. ANAMNESIS

1.1.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. KR

Umur : 72 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Alamat : Jalan Kelud Timur, Gajah Mungkur, Semarang

No. CM : 489243

Ruang : Anggrek 9.2

Tanggal Masuk : 15 November 2015

1.1.2. Anamnesis

Keluhan utama: Sulit buang air kecil dan benjolan pada buah zakar

kanan

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Adhyatma pukul 10.00 dengan

keluhan kesulitan saat buang air kecil, sejak 3 hari yang lalu. Buang air

kecil dirasakan sedikit-sedikit, pancarannya lemah dan menetes saat

keluar. Nyeri BAK (+), darah (-), nyeri pinggang (-).

Selain sulit BAK, pasien juga mengaku terdapat benjolan di buah

zakar sebelah kanan. Benjolan dirasakan ± 3 tahun yang lalu. Awalnya

benjolan terdapat di lipat paha sebelah kanan, terkadang bisa kembali

hilang lagi benjolannya apabila saat istirahat. Bila di buat batuk, bersin,

mengejan dan mengangkat beban berat benjolan keluar kembali. Nyeri

Page 3: Mini Cex Pak Bon

di sekitar kelamin (-), demam (-), mual (-), muntah (-). BAB tidak ada

keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat keluhan serupa disangkal

- Riwayat tumor disangkal

- Riwayat sakit ginjal disangkal

- Riwayat operasi disangkal

- Riwayat alergi disangkal

- Riwayat penyakit darah tinggi disangkal

- Riwayat penyakit kencing manis disangkal

Riwayat penyakit keluarga

- Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami hal yang serupa.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal bersama anaknya, pekerjaan sebagai pedagang tidak

ada hubungan dengan angkat beban berat. biaya pengobatan pasien

ditanggung oleh BPJS

2.1. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

1. Keadaan Umum

Baik

Kesadaran compos mentis, GCS E4M6V5 = 15

2. Status Gizi

BB: 41 kg

TB: 154 cm

BMI= 16 kg/m

Kesan : moderate malnutrition

3. Tanda Vital

Tensi : 120/83mmHg

Nadi : 100x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

Respirasi : 20x/menit

Page 4: Mini Cex Pak Bon

Suhu : 36,8° C (peraxiller)

4. Kulit

Ikterik (-), petekie (-), turgor cukup, hiperpigmentasi(-), kulit kering (-),

kulit hiperemis (-)

5. Kepala

Bentuk mesochepal, rambut warna hitam

6. Wajah

Simetris, moon face (-)

7. Mata

Konjungtiva pucat (-/-),sclera ikterik (-/-),mata cekung (-/-), perdarahan

subkonjungtiva (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+)

normal, katarak (-/-)

8. Telinga

Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), gangguan fungsi

pendengaran (-/-)

9. Hidung

Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), fungsi pembau baik

10. Mulut

Sianosis (-), bibir kering (-),stomatitis (-), mukosa basah (-) gusi berdarah

(-), lidah kotor (-), lidah hiperemis (-), lidah tremor (-)

11. Leher

Simetris, pembesaran KGB (-) Pembesaran kel tyroid (-/-), deviasi trachea

(-)

12. Thoraks

Normochest, simetris, retraksi supraternal (-), retraksi intercostalis (-),

spider nevi (-), sela iga melebar (-)

Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis kuat angkat di ICS V, 2 cm ke medial linea

midclavicularis sinistra.

Perkusi : Batas jantung

Page 5: Mini Cex Pak Bon

kiri bawah: ICS V, 2 cm ke medial linea midclavicularis sinistra

kiri atas : ICS II linea sternalis sinistra

kanan atas: ICS II linea sternalis dextra

pinggang : SIC III linea parasternalis sinistra

Kesan : konfigurasi jantung normal

Auskultasi : BJ I-II reguler, bising (-), gallop(-)

Pulmo

Depan :

Inspeksi : Simetris statis dinamis, retraksi (-)

Palpasi : Simetris, ICS melebar (-), tidak ada yang

tertinggal, Sterm fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), ronki

basah kasar(-/-), ronki basah halus (-/-)

Belakang:

Inspeksi : Simetris statis dinamis, retraksi (-)

Palpasi : Simetris, ICS melebar (-), tidak ada yang

tertinggal, Sterm fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Wheezing (-/-),

ronki basah kasar(-/-), ronki basah halus (-/-)

13. Punggung

Kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok costovertebra (-)

14. Abdomen

Inspeksi : Simetris,datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen (+), pekak sisi (-),

pekak alih (-)

Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba.

Page 6: Mini Cex Pak Bon

15. Genitourinaria

Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)

16. Kelenjar getah bening

Tidak membesar

17. Ekstremitas

Keterangan Superior Inferior

Akral dingin

Edema

Reflek fisiologik

Reflek patologik

Capilary refill

Kekuatan

(-/-)

(-/-)

(+/+)

(-/-)

< 2 “

555/555

(-/-)

(-/-)

(+/+)

(-/-)

< 2 “

555/555

18. Status Lokalis

Regio Anorectal

- Inspeksi : anorectal tanda radang (-), fistul (-), nodul dan

jaringan parut (-).

- Rectal Toucher : collaps ampula recti (-), tonus stingfer ani baik,

dinding rata, teraba prostat sifatnya mobile, bentuknya rata, diameter

laterolateral ± 3 cm, konsistensi keras. Sulcus medianus tidak teraba.

Saat jari keluar tidak ditemukan darah dan lendir pada handscoon.

Regio Genitalia

- Inspeksi : Tampak benjolan di daerah skrotum dextra dengan panjang ± 12cm

- Palpasi : Nyeri tekan (-), kenyal, tanda radang (-), tes transiluminasi tidak di lakukan.

- Auskultasi : Bising Usus pada skrotum dextra (+)

Page 7: Mini Cex Pak Bon

1.3. RESUME

Seorang pasien laki – laki usia 72 tahun datang ke IGD RSUD

Adhyatma dengan keluhan sulit BAK sejak 3 hari yang lalu. Berkemih

dirasakan sedikit-sedikit, pancaran lemah, dan menetes. Nyeri BAK (+), darah

(-), nyeri pinggang (-)

Keluhan lain terdapat massa di skrotum dextra. Massa tersebut

dirasakan ± 3 tahun yang lalu. Massa hilang saat istirahat. Massa membesar

saat batuk, bersin, mengejan dan mengangkat beban berat. Nyeri di sekitar

genital (-), demam (-), mual (-), muntah (-). BAB normal.

Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik, GCS 15, Tensi

120/83 mmHg, nadi 100x/menit, RR 20x/menit , Suhu 36,80C. Pemeriksaan

status generalisata dalam batas normal.

Pemeriksaan status lokalis anorectal. Inspeksi dalam batas normal.

Rectal Toucher teraba kelenjar prostat mobile, diameter laterolateral ± 4cm,

bentuk rata, konsistensi keras, sulcus medianus tidak teraba.

Pemeriksaan status lokalis genitalia, Inspeksi tampak benjolan di

daerah skrotum dextra dengan panjang ± 12cm. Palpasi nyeri tekan (-), kenyal

(+). Auskultasi bising usus pada skrotum dextra (+)

Page 8: Mini Cex Pak Bon

1.4. DIAGNOSIS DEFERENSIAL

1. Benigna Prostat Hiperplasi

Ca Prostat

2. Hernia Scrotalis Dextra

Hidrokel

Orchitis

1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG abdomen

KESAN : Pembesaran Kelenjar Prostat (volume 28,30 cc)

Usulan USG skrotum

Laboratorium

Hasil Nilai Normal

Darah Rutin Lekosit EritrositHemoglobinHematokritTrombosit

8.07 10^3/ulL 4,34 10^6/ulL 12,80 gr/dl

L 36,10 %234 10^3/ ul

3.8-10.6 10^3/ul4.4-5.9 10^6/ul13.2-17.3 gr/dl

40-52 %150-440 10^3/ ul

Kimia KlinikGlukosa sewaktu 112 mg/dl <125

ElektrolitKaliumNatriumKlorida

4.10 mmol/L135 mmol/L101 mmol/L

3.5-5.0 mmol/L135-145 mmol/L95.0-105 mmol/L

Kimia KlinikUreumKreatinin

H 77.0 mg/dL1.04 mg/dL

10.0-50.0 mg/dL0.70-1.10 mg/dL

1.6. DIAGNOSIS KERJA

1. Benigna Prostat Hiperplasi

Page 9: Mini Cex Pak Bon

2. Hernia Scrotalis Dextra

1.7. INITIAL PLAN

IP.Dx :

S : -

O : Laboratorium (Darah Rutin)

USG Abdomen

USG skrotum

IP.Tx :

- Operatif : Hernioplasty elektif

- Prostatectomy

IP.Mx :

- Monitoring keadaan umum.

- Monitoring tanda vital.

- Monitoring kesembuhan.

IP.Ex :

- Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit..

- Memberi penjelasan mengenai tindakan terapi yang akan dilakukan

1.8. PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam

Ad sanam : ad bonam

Page 10: Mini Cex Pak Bon

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HERNIA

I. Pengertian

Hernia adalah suatu protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi

perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik

dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004). Hernia adalah suatu protusi abnormal organ,

jaringan, atau bagian organ melalui struktur secara normal berisi bagian lemah.

Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum

melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika

inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup

panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Hernia inguinalis lateral

adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah

lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga

perut melalui anulus inguinalis eksternus.

Hernia ditinjau dari letaknya dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :

1. Hernia eksterna

Hernia yang menonjol namun tonjolan tersebut tampak dari luar yaitu hernia

inguinalis lateralis (indirek), hernia inguinalis medialis (direk), hernia femoralis,

hernia umbilikalis, hernia supra umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan lain – lain.

2. Hernia interna

Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia obturatorika, hernia

diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia ligamen treitz.

II. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Page 11: Mini Cex Pak Bon

Gambar 2.1 Anatomi hernia Inguinal

Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang

merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-

tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh

anulus inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus

eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya

terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum

rotundum pada perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis

lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus yang

terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke

dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus

inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum,

ini disebut hernia skrotalis.

2. Fisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan

terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan

menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum

yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi

sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam

beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih

dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka

Page 12: Mini Cex Pak Bon

maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang

terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

III. Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang

didapat. Pada bayi dan anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan

bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat

proses penurunan testis ke skrotum. Insiden hernia meningkat dengan

bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan

tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Faktor yang

dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,

peninggian tekanan di dalam rongga perut, kelemahan otot dinding perut karena

usia.

Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan intraabdominal adalah kehamilan,

obesitas, peningkatan berat badan, dan tumor. Selain itu, batuk kronis, pekerjaan

mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat

miksi, misalnya hipertrofi prostat dapat pula meningkatkan tekanan intra abdomen

yang bisa menyebabkan hernia.

IV. Patofisiologi

Aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat defekasi

dapat memacu meningkatnya tekanan intraabdominal yang menyebabkan defek

pada dinding otot ligament inguinal akan melemah sehingga akan terjadi

penonjolan isi perut pada daerah lateral pembuluh epigastrika inferior fenikulus

spermatikus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hernia. Mengangkat berat juga

menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera traumatik karena

tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan kelemahan otot, maka

individu akan mengalami hernia. Bila isi kantung hernia dapat dipindahkan ke

rongga abdomen dengan manipulasi, hernia disebut redusibel.

Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat

menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungandengan rongga perut.

Page 13: Mini Cex Pak Bon

Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa

menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu

perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat

dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah.

V. Manifestasi klinik

Beberapa pasien mengatakan hernia adalah turun berok, burut, atau klingsir, atau

mengatakan adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan. Benjolan bisa

mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan jika menangis sambil mengejan,

atau mengangkat beban yang berat dan bila posisi pasien berdiri dapat timbul

kembali. Bila telah terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri.

Keadaan umum pasien biasanya terlihat baik, saat benjolan tidak Nampak dan saat

pasien disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada

hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus

diperiksa apakah benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali atau tidak. Pasien

diminta berbaring bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra

abdominal, lalu skrotum diangkat perlahan-lahan. Diagnosa pasti hernia pada

umumnya sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan

cincin hernia juga perlu diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke

atas lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus spermatikus sampai ke

annulus inguinalis internus. Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk.

Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari

tangan. Bila massa tersebut menyentuh ujung jari maka itu dinamakan hernia

inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka diagnosisnya adalah

hernia inguinalis medialis.

VI. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medical

Hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang.

Suatu penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang.

Page 14: Mini Cex Pak Bon

Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan

ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya

untuk mencegah hernia dari kekambuhan. Klien harus secara cermat

memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan

( Ester, 2002).

2. Penatalaksanaan bedah

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang

rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar

operasi hernia terdiri dari herniotomy, hernioplastik, dan herniorafi. Pada

herniotomy, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong

dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi.

Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik,

dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat

dinding belakang kanalis inguinalis ( Sjamsuhidayat, 2004).

Herniorafi dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area

yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantung hernia

dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Laparoscopic

Extraperitoneal (LEP) herniorafi merupakan tehknik terbaru yang angka

keberhasilannya lebih tinggi dengan meminimalisasi kekambuhan, nyeri, dan

periode recovery post operasi lebih pendek (Black, 2006).

VII. Komplikasi

Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara lain :

1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia sehingga isi

kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia inguinalis

lateralis ireponibilis. Pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus. Isi

hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah omentum, karena

mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena

infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus

halus.

Page 15: Mini Cex Pak Bon

2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyaknya usus yang masuk.

Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan

vascular ( proses strangulasi ). Keadaan ini di sebut hernia inguinalis strangulata

B. BENIGNA PROSTAT HIPERPLASI

I. Anatomi Prostat

Page 16: Mini Cex Pak Bon

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak

di sebelah

inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Prostat berbentuk

seperti pyramid terbalik dan merupakan organ kelenjar fibromuskuler yang

mengelilingi uretra pars prostatica. Bila mengalami pembesaran organ ini

menekan uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin

keluar dari buli-buli. Prostat merupakan kelenjar aksesori terbesar pada pria;

tebalnya ± 2 cm dan panjangnya ± 3 cm dengan lebarnya ± 4 cm, dan berat

20 gram.

Gambar 1. Alat Reproduksi Pria

Kelenjar prostat terbagi atas 5 lobus :

a. Lobus medius

b. Lobus lateralis (2 lobus)

c. Lobus anterior

d. Lobus posterior

Pada kelenjar prostat juga dibagi dalam 5 zona :

a. Zona Anterior atau Ventral .

Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma

fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.

Page 17: Mini Cex Pak Bon

b. Zona Perifer

Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar

prostat. Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal

karsinoma terbanyak.

c. Zona Sentralis.

Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus

tengah meliputi 25% massa glandular prostat.Zona ini resisten terhadap

inflamasi.

d. Zona Transisional.

Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai

kelenjar preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu

kurang lebih 5% tetapi dapat melebar bersama jaringan stroma

fibromuskular anterior menjadi benign prostatic hyperpiasia (BPH).

e. Kelenjar-Kelenjar Periuretra

Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar

abortif tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.

Gambar 2. Zona Kelenjar Prostat

II. Fisiologi Prostat

Page 18: Mini Cex Pak Bon

Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama

sekret dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan

semen. Semen berisi sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6,5).

Selain itu dapat ditemukan enzim yang bekerja sebagai fibrinolisin yang

kuat, fosfatase asam, enzim-enzim lain dan lipid. Sekret prostat dikeluarkan

selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos. kelenjar prostat juga

menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan

prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi.

Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan

dengan pemberian Stilbestrol.

III. Definisi

Hiperplasia Prostat Benigna sebenarnya adalah suatu keadaan dimana

kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak

jaringan prostat yang asli ke perifer. Selain itu, BPH merupakan pembesaran

kelenjar prostat yang bersifat jinak yang hanya timbul pada laki-laki yang

biasanya pada usia pertengahan atau lanjut.

Gambar 3. Benign Prostat Hyperplasia

IV. Etiologi

Page 19: Mini Cex Pak Bon

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya

hiperplasia prostat; tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia

prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT)

dan proses aging (menjadi tua) . Beberapa hipotesis yang diduga sebagai

penyebab timbulnya hiperplasia prostat jinak adalah : (1) Teori

Dihidrotestosteron, (2) Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-

testosteron, (3) Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, (4)

Berkurangnya kematian sel (apoptosis), dan (5) Teori Stem sel.

a. Teori Dihidrotestosteron (DHT)

Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat

penting pada pertumbuhan sel- sel kelenjar prostat. Dibentuk dari

testosteron di dalam sel prostat oleh enzim 5α-reduktase dengan

bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk berikatan dengan

reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA pada inti dan

sel selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi

pertumbuhan sel prostat.

Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH

tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja

pada BPH, aktivitas enzim 5α-reduktase dan jumlah reseptor androgen

lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan pada BPH lebih sensitif

terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan

dengan prostat normal.

b. Ketidakseimbangan estrogen dan testosteron

Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun, sedangkan

kadar estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen :

testosterone relatif meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen di dalam

prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel- sel kelenjar prostat

dengan cara meningkatkan sensitifitas sel- sel prostat terhadap

rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen,

dan menurunkan jumlah kematian sel- sel prostat (apoptosis). Hasil

Page 20: Mini Cex Pak Bon

akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan

terbentuknya sel- sel baru akibat rangsangan testosterone menurun,

tetapi sel – sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih

panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.

c. Interaksi stroma epitel

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel

epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel- sel stroma

melalui suatu mediator (growth factor) tertentu. Setelah sel- sel stroma

mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel- sel stroma

mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-

sel stroma itu sendiri secara intrakin dan autokrin, serta mempengaruhi

sel- sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya

proliferasi sel- sel epitel maupun stroma.

d. Berkurangnya kematian sel prostat (Apoptosis)

Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik

homeostatis kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat

keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel.

Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan

jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga

mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon androgen

berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah

dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar

prostat.

e. Teori stem cell

Isaac dan Coffey mengajukan teori ini berdasarkan asumsi bahwa

pada kelenjar prostat, selain ada hubungannya dengan stroma dan

epitel, juga ada hubungan antara jenis-jenis sel epitel yang ada di dalam

jaringan prostat. Stem sel akan berkembang menjadi sel aplifying, yang

keduanya tidak tergantung pada androgen. Sel aplifying akan

Page 21: Mini Cex Pak Bon

berkembang menjadi sel transit yang tergantung secara mutlak pada

androgen, sehingga dengan adanya androgen sel ini akan berproliferasi

dan menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal.

V. Patofisiologi

Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional,

sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.

Pertumbuhan kelenjar ini sangat bergantung pada hormon testosteron, yang di

dalam sel- sel kelenjar prostat hormon akan dirubah menjadi metabolit aktif

dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5α reduktase.

Dihidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-

sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu

pertumbuhan kelenjar prostat.

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan

menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan

intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli- buli harus berkontraksi

lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini

menyebabkan perubahan anatomik buli- buli berupa hipertrofi otot detrusor,

trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli- buli. Perubahan

struktur pada buli- buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada

saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang

dahulu dikenal dengan gejala prostatimus.

Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli- buli

tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter

ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli- buli ke ureter atau terjadi

refluks vesiko-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan

hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal

ginjal.

VI. Manifestas Klinik

Page 22: Mini Cex Pak Bon

a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS)

Terdiri atas gejala obstruksi dan iritasi :

Obstruksi Iritasi

Hesistansi

Pancaran miksi lemah

Intermitensi

Miksi tidak puas

Distensi abdomen

Terminal dribbling (menetes)

Volume urine menurun

Mengejan saat berkemih

Frekuensi

Nokturi

Urgensi

Disuria

Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.

Tabel 1. Gejala Obstruksi dan Iritasi Benigna Prostat Hiperplasia

Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat

masih tergantung tiga faktor, yaitu:

Volume kelenjar periuretral

Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat

Kekuatan kontraksi otot detrusor

Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot buli-buli

untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami

kepayahan (fatigue) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang

diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.

Timbulnya dekompensasi buli-buli ini didahului oleh factor pencetus antara

lain :

1) Volume buli-buli tiba-tiba penuh (cuaca dingin, konsumsi obat-obatan yang mengandung diuretikum, minum tertalu banyak)

Page 23: Mini Cex Pak Bon

2) Massa prostat tiba-tiba membesar (setelah melakukan aktivitas seksual/ infeksi prostat)

3) Setelah mengkonsumsi obat-obat yang dapat menurunkan kontraksi otot detrusor (golongan antikolinergik atau adrenergic-α)

Untuk menentukan derajat beratnya penyakit yang berhubungan dengan

penentuan jenis pengobatan BPH dan untuk menilai keberhasilan pengobatan

BPH, dibuatlah suatu skoring yang valid dan reliable. Terdapat beberapa

sistem skoring, di antaranya skor International Prostate Skoring

System (IPSS) yang diambil berdasarkan skor American Urological

Association (AUA). Skor AUA terdiri dari 7 pertanyaan. Pasien diminta

untuk menilai sendiri derajat keluhan obstruksi dan iritatif mereka dengan

skala 0-5. Total skor dapat berkisar antara 0-35. Skor 0-7 ringan, 8-19 sedang,

dan 20-35 berat.

Page 24: Mini Cex Pak Bon

b. Gejala pada saluran kemih bagian atas

Merupakan penyulit dari hiperplasi prostat, berupa gejala obstruksi antara

lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (hidronefrosis), demam

(infeksi/ urosepsis).

c. Gejala di luar saluran kemih

Keluhan pada penyakit hernia/ hemoroid sering mengikuti

penyakit hipertropi prostat. Timbulnya kedua penyakit ini karena

sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan

tekanan intra abdominal.

Gejala generalisata juga mungkin tampak, termasuk keletihan,

anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik

(Brunner & Suddarth, 2001). Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4

gradiasi, yaitu:

Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE

(colok dubur) ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang

dari 50 ml.

Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1,

prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine

lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.

Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba

lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml.

Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.

VII. Pemeriksaan Fisik

Page 25: Mini Cex Pak Bon

Buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra simfisis

akibat retensi urine. Kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes

yang merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa.

1) Pemeriksaan colok dubur / digital rectal examination ( DRE )

Merupakan pemeriksaan yang sangat penting, DRE dapat memberikan

gambaran tonus sfingter ani, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti

benjolan di dalam rektum dan tentu saja meraba prostat. Pada perabaan

prostat harus diperhatikan :

Konsistensi pada pembesaran prostat kenyal

Adakah asimetri

Adakah nodul pada prostat

Apakah batas atas dapat diraba dan apabila batas atas masih dapat

diraba biasanya besar prostat diperkirakan <60 gr.

Gambar 4. Pemeriksaan Colok Dubur

Page 26: Mini Cex Pak Bon

Pada BPH akan ditemukan prostat yang lebih besar dari normal,

permukaan licin dan konsistensi kenyal. Pemeriksaan fisik apabila sudah

terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadang-kadang ginjal

dapat teraba dan apabila sudah terjadi pnielonefritis akan disertai sakit

pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba

apabila sudah terjadi retensi total, buli-buli penuh (ditemukan massa supra

pubis) yang nyeri dan pekak pada perkusi. Daerah inguinal harus mulai

diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus

pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang

dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau

uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah

meatus.

2) Derajat berat obstruksi

Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa

urin setelah miksi spontan. Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin

yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula

diketahui dengan melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi.

Sisa urin lebih dari 100cc biasanya dianggap sebagai batas untuk indikasi

melakukan intervensi pada hipertrofi prostat.Derajat berat obstruksi dapat

pula diukur dengan mengukur pancaran urin pada waktu miksi, yang

disebut uroflowmetri. Angka normal pancaran kemih rata-rata 10-12

Page 27: Mini Cex Pak Bon

ml/detik dan pancaran maksimal sampai sekitar 20 ml/detik. Pada

obstruksi ringan, pancaran menurun antara 6 – 8 ml/detik, sedangkan

maksimal pancaran menjadi 15 ml/detik atau kurang.

VIII. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium ,,:

a. Sedimen urin

Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi

pada saluran kemih. Mengevaluasi adanya eritrosit, leukosit,

bakteri, protein atau glukosa.

b. Kultur urin

Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus

menentukan sensifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang

diujikan

c. Faal ginjal

Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran

kemih bagian atas. Elektrolit, BUN, dan kreatinin berguna untuk

insufisiensi ginjal kronis pada pasien yang memiliki postvoid

residu (PVR) yang tinggi.

d. Gula darah

Mencari kemungkinan adanya penyekit diabetes mellitus yang

dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli

neurogenik)

e. Penanda tumor PSA (prostat spesifik antigen)

Jika curiga adanya keganasan prostat

2. Pemeriksaan Patologi Anatomi

BPH dicirikan oleh berbagai kombinasi dari hiperplasia epitel dan

stroma di prostat. Beberapa kasus menunjukkan proliferasi halus-otot

hampir murni, meskipun kebanyakan menunjukkan pola

fibroadenomyomatous hyperplasia

Page 28: Mini Cex Pak Bon

Gambar 5. Gambaran Makroskopis dan Mikroskopis Benigna Prostat

Hiperplasia

3. Pencitraan pada Benigna Prostat Hiperplasia:

a. Foto polos

Berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya

batu/kalkulosa prostat dan kadangkala menunjukan bayangan buli-buli

yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda suatu retensi urine

b. Pemeriksaan ultrasonografi transrektal (TRUS),,0

Adalah tes USG melalui rectum. Dalam prosedur ini, probe

dimasukkan ke dalam rektum mengarahkan gelombang suara di

prostat. Gema pola gelombang suara merupakan gambar dari kelenjar

prostat pada layar tampilan. Untuk menentukan apakah suatu daerah

yang abnormal tampak memang tumor, digunakan probe dan gambar

USG untuk memandu jarum biopsi untuk tumor yang dicurigai. Jarum

mengumpulkan beberapa potong jaringan prostat untuk pemeriksaan

dengan mikroskop. Biopsy terutama dilakukan untuk pasien yang

dicurigai memiliki keganasan prostat.

Transrektal ultrasonografi (TRUS) sekarang juga digunakan untuk

pengukur volume prostat, caranya antara lain :

Metode “step planimetry”. Yang menghitung volume rata-rata

area horizontal diukur dari dasar sampai puncak.

Page 29: Mini Cex Pak Bon

Metode diameter. Yang menggabungkan pengukuran tinggi

(H/height) ,lebar (W/width) dan panjang (L/length) dengan rumus

: ½ (H x W x L)

c. Sistoskopi ,

Dalam pemeriksaan ini, disisipkan sebuah tabung kecil melalui

pembukaan urethra di dalam penis. Prosedur ini dilakukan setelah

solusi numbs bagian dalam penis sehingga sensasi semua hilang.

Tabung disebut sebuah “cystoscope”, berisi lensa dan sistem cahaya

yang membantu dokter melihat bagian dalam uretra dan kandung

kemih. Tes ini memungkinkan dokter untuk menentukan ukuran

kelenjar dan mengidentifikasi lokasi dan derajat obstruksi.

Gambar 6. Gambaran Sistoskopi Benigna Prostat Hiperplasia

d. Ultrasonografi trans abdominal 0,

Gambaran sonografi benigna hyperplasia prostat menunjukan

pembesaran bagian dalam glandula, yang relatif hipoechoic

dibanding zona perifer. Zona transisi hipoekoik cenderung

menekan zona central dan perifer. Batas yang memisahkan

hyperplasia dengan zona perifer adalah “surgical capsule”.

USG transabdominal mampu pula mendeteksi adanya

hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang

lama.

Page 30: Mini Cex Pak Bon

Gambar 7. Gambaran Sonografi Prostat Normal

Gambar 8. Gambaran Sonografi Benigna Prostat Hiperplasia

e.Sistografi buli

Page 31: Mini Cex Pak Bon

Gambar 9.Gambaran Elevasi Dasar Buli yang Mengindikasikan Benigna

Prostat Hiperplasia

4. Pemeriksaan lain, :

Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara

mengukur:

Residual urin :

Jumlah sisa urin setelah miksi, dengan cara melakukan

kateterisasi/USG setelah miksi

Pancaran urin/flow rate :

Dengan menghitung jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi

berlangsung (ml/detik) atau dengan alat uroflometri yang menyajikan

gambaran grafik pancaran urin. Aliran yang berkurang sering pada

BPH. Pada aliran urin yang lemah, aliran urinnya kurang dari 15mL/s

dan terdapat peningkatan residu urin. Post-void residual mengukur

jumlah air seni yang tertinggal di dalam kandung kemih setelah

buang air kecil. PRV kurang dari 50 mL umum menunjukkan

pengosongan kandung kemih yang memadai dan pengukuran 100

sampai 200 ml atau lebih sering menunjukkan sumbatan. Pasien

diminta untuk buang air kecil segera sebelum tes dan sisa urin

ditentukan oleh USG atau kateterisasi.

Page 32: Mini Cex Pak Bon

Gambar 10. Gambaran Pancaran Urin Normal dan pada BPH

Keterangan :

Gambaran aliran urin atas : dewasa muda yang asimtomatik, aliran urin

lebih dari 15mL/s, urin residu 9 mL pada ultrasonografi.

Gambaran aliran urin bawah : dewasa tua dengan benigna hyperplasia

prostat, terlihat waktu berkemih memanjang dengan aliran urin kurang

dari 10mL/s, pasien ini urin residunya 100 mL.

IX. Komplikasi

Retensi urine akut – ketidak mampuan untuk mengeluarkan urin,

distensi kandung kemih, nyeri suprapubik

Retensi urine kronik –residu urin > 500ml, pancaran lemah, buli teraba,

tidak nyeri

Infeksi traktus urinaria

Batu buli

Hematuri

Inkontinensia-urgensi

Hidroureter

Hidronefrosis - gangguan pada fungsi ginjal

Page 33: Mini Cex Pak Bon

Hiperplasia Prostat↓

Penyempitan lumen uretra posterior↓

Tekanan intravesika meningkat↓ ↓

Buli-buli: Ginjal dan ureter:

Hipertrofi otot detrusor Refluks VU Trabekulasi Hidroureter Selula Hidronefrosis Divertikel buli-buli Gagal ginjal

X. Penatalaksanaan

Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalami tindakan medik.

Kadang-kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri

tanpa mendapatkan terapi apapun atau hanya dengan nasehat saja. Namun ada

pula yang membutuhkan terapi medikamentosa atau tindakan medik yang lain

karena keluhannya semakin parah.

Tujuan terapi hyperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan miksi, (2)

meningkatkan kualitas hidup, (3) mengurangi obstruksi intravesika, (4)

mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, (5) mengurangi volume

residu urine setelah miksi dan (6) mencegah progrefitas penyakit. Hal ini

dapat dicegah dengan medikamentosa, pembedahan atau tindakan

endourologi yang kurang invasif.

Hidronefrosis

Hidroureter

Hipertofi otot detrusor

Benigna prostat hiperplasi

Page 34: Mini Cex Pak Bon

Observasi Medikamentosa Operasi Invasive minimalWatchful waiting

Penghambat adrenergik α

Prostatektomi terbuka TUMT TUBD Stent uretra TUNA

Penghambat reduktese α

Endourologi

Fisioterapi 1. TURP2. TUIP3. TULP

Elektovaporasi

Hormonal

Tabel 3. Pilihan Terapi pada Hiperplasia Prostat Benigna

RiwayatPemeriksaan fisik & DREUrinalisaPSA (meningkat/tidak)

Indeks gejala AUA

Gejala ringan (AUA≤7)/

Gejala sedang

Retensi urinaria+gejala yang berhubungan dg BPHHematuria persistentBatu buliInfeksi saluran urinaria berulang

Operasi

Tes diagnosticUroflowResidu urin postvoid

Pilihan terapi

Terapi non-invasif Terapi invasif

Tes diagnosticPressure flow

Page 35: Mini Cex Pak Bon

Bagan 1. Penatalaksanaan Benigna Prostat Hiperplasia

Penatalaksanaan Nilai indeks gejala BPH

Efek samping

Wactfull waiting Gejala hilang/timbul Risiko kecil , dapat terjadi retensi urinaria

Penatalaksanaan medisAlpha-blockers Sedang 6-8 Gaster/usus halus-11%

Hidung berair-11%Sakit kepala-12%Menggigil-15%

5 alpha-reductase inhibitors

Ringan 3-4 Masalah ereksi-8%Kehilangan hasrat sex-5%Berkurangnya semen-4%

Terapi kombinasi Sedang 6-7 kombinasiTerapi invasi minimalTransuretral microwave heat

Sedang-berat 9-11 Urgensi/frekuensi-28-74%Infeksi-9%Prosedur kedua dibutuhkan-10-16%

TUNA Sedang 9 Urgensi/frekuensi-31%Infeksi-17%Prosedur kedua dibutuhkan-23%

Operasi TURP, laser & operasi sejenis

Berat 14-20 Retensi urinaria-1-21%Urgensi&frekuensi-6-99%

Tes diagnosticPressure flow

Page 36: Mini Cex Pak Bon

Gangguan ereksi-3-13%Operasi terbuka Berat Inkontinensia 6%

Tabel 4. Penatalaksaan Berdasarkan Nilai Indeks Gejala Benigna Prostat

Hiperplasia

a. Watchful waiting

Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS

dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pasien tidak mendapat terapi namun hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu

hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya (1) jangan

mengkonsumsi kopi atau alcohol setelah makan malam, (2) kurangi konsumsi

makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi/cokelat), (3) batasi

penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin, (4)

kurangi makanan pedasadan asin, dan (5) jangan menahan kencing terlalu

lama.

Secara periodik pasien diminta untuk datang control dengan ditanya

keluhannya apakah menjadi lebih baik (sebaiknya memakai skor yang baku),

disamping itu dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urin, atau

uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya,

mungkin perlu dipikirkan terapi yang lain.

b. Medikamentosa

Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk : (1) mengurangi

resistansi otot polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi

infravesika dengan obat-obatan penghambat adrenergic alfa (adrenergic alfa

blocker dan (2) mengurangi volume prostat sebagai komponen static dengan

cara menurunkan kadar hormone testosterone/dihidrotestosteron (DHT)

melalui penghambat 5α-reduktase.

1) Penghambat reseptor adrenergik α. ,

Page 37: Mini Cex Pak Bon

Mengendurkan otot polos prostat dan leher kandung kemih, yang

membantu untuk meringankan obstruksi kemih disebabkan oleh

pembesaran prostat di BPH.

Efek samping dapat termasuk sakit kepala, kelelahan, atau ringan.

Umumnya digunakan alpha blocker BPH termasuk tamsulosin

(Flomax), alfuzosin (Uroxatral), dan obat-obatan yang lebih tua seperti

terazosin (Hytrin) atau doxazosin (Cardura). Obat-obatan ini akan

meningkatkan pancaran urin dan mengakibatkan perbaikan gejala

dalam beberapa minggu dan tidak berpengaruh pada ukuran prostat.

Gambar 14. Lokasi Reseptor 1-Adrenergik (1-ARs)

2) Penghambat 5 α reduktase

Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan

dihidrotestosteron (DHT) dari testosterone yang dikatalisis oleh enzim

5 α reduktase di dalam sel prostat. Menurunnya kadar DHT

menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat menurun.

Pembesaran prostat di BPH secara langsung tergantung pada DHT,

sehingga obat ini menyebabkan pengurangan 25% perkiraan ukuran

prostat lebih dari 6 sampai 12 bulan.

c. Terapi Invasif Minimal

Diperuntukan untuk pasien yang mempunyai risiko tinggi terhadap

pembedahan

Page 38: Mini Cex Pak Bon

1) Microwave transurethral.

Pada tahun 1996, FDA menyetujui perangkat yang menggunakan

gelombang mikro untuk memanaskan dan menghancurkan jaringan

prostat yang berlebih. Dalam prosedur yang disebut microwave

thermotherapy transurethral (TUMT), perangkat mengirim gelombang

mikro melalui kateter untuk memanaskan bagian prostat dipilih untuk

setidaknya 111 derajat Fahrenheit. Sebuah sistem pendingin

melindungi saluran kemih selama prosedur.

Prosedur ini memakan waktu sekitar 1 jam dan dapat

dilakukan secara rawat jalan tanpa anestesi umum. TUMT belum

dilaporkan menyebabkan disfungsi ereksi atau inkontinensia.

Meskipun terapi microwave tidak menyembuhkan BPH, tapi

mengurangi gejala frekuensi kencing, urgensi, tegang, dan

intermitensi.

Gambar 11. Microwave Transurethral

2) Transurethral jarum ablasi. Juga pada tahun 1996, FDA menyetujui

transurethral jarum ablasi invasif minimal (TUNA) sistem untuk

pengobatan BPH. Sistem TUNA memberikan energy radiofrekuensi

tingkat rendah melalui jarum kembar untuk region prostat yang

membesar. Shields melindungi uretra dari kerusakan akibat panas.

Sistem TUNA meningkatkan aliran urin dan mengurangi gejala

dengan efek samping yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan

Page 39: Mini Cex Pak Bon

reseksi transurethral dari prostat (TURP).

Gambar 12. Transurethral Jarum Ablasi Invasif Minimal

3) Thermotherapy dengan air. Terapi ini menggunakan air panas untuk

menghancurkan jaringan kelebihan dalam prostat. Sebuah kateter

mengandung beberapa lubang diposisikan dalam uretra sehingga

balon pengobatan terletak di tengah prostat. Sebuah komputer

mengontrol suhu air, yang mengalir ke balon dan memanaskan

jaringan prostat sekitarnya. Sistem ini memfokuskan panas di wilayah

yang tepat prostat. Sekitar jaringan dalam uretra dan kandung kemih

dilindungi. Jaringan yang hancur keluar melalui urin

Gambar 13. Thermotherapy dengan Air

d. Bedah

1) Operasi transurethral. ,,,,

Pada jenis operasi, sayatan eksternal tidak diperlukan. Setelah

memberikan anestesi, ahli bedah mencapai prostat dengan

memasukkan instrumen melalui uretra.

Prosedur yang disebut reseksi transurethral dari prostat (TURP)

digunakan untuk 90 persen dari semua operasi prostat dilakukan untuk

Page 40: Mini Cex Pak Bon

BPH. Dengan TURP, alat yang disebut resectoscope dimasukkan

melalui penis. The resectoscope, yaitu panjang sekitar 12 inci dan

diameter 1 / 2 inci, berisi lampu, katup untuk mengendalikan cairan

irigasi, dan loop listrik yang memotong jaringan dan segel pembuluh

darah.

Cairan irigan yang dipakai adalah aquades . kerugian dari aquades

adalah sifatnya yang hipotonis sehingga dapat masuk melalui sirkulasi

sistemik dan menyebabkan hipotermia relative atau gejala intoksikasi

air yang dikenal dengan sindrom TURP. Ditandai dengan pasien yang

mulai gelisah, somnolen dan tekanan darah meningkat dan terdapat

bradikardi. Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema

otak dan jatuh ke dalam koma. Untuk mengurangi risiko timbulnya

sindroma TURP operator harus membatasi diri untuk tidak melakukan

reseksi lebih dari 1 jam dan baru memasang sistostomi terlebih dauhlu

sebelum reseksi diharapkan dapat mengurangi penyerapan air ke

sistemik.

Selama operasi 90-menit, ahli bedah menggunakan loop kawat

resectoscope untuk menghilangkan jaringan obstruksi satu bagian

pada suatu waktu. Potongan-potongan jaringan dibawa oleh cairan ke

kandung kemih dan kemudian dibuang keluar pada akhir operasi.

Prosedur transurethral kurang traumatis daripada bentuk operasi

terbuka dan memerlukan waktu pemulihan lebih pendek. Salah satu

efek samping yang mungkin TURP adalah ejakulasi retrograde, atau

ke belakang. Dalam kondisi ini, semen mengalir mundur ke dalam

kandung kemih selama klimaks bukannya keluar uretra.

Selama operasi Pasca bedah dini Pasca bedah lanjutPerdarahan Perdarahan InkontinensiSindrom TURP Infeksi lokal/sistemik Dinsfungsi ereksiPerforasi Ejakulasi retrograde

Striktur uretra

Berbagai Penyulit TURP, Selama maupun Setelah Pembedahan

Page 41: Mini Cex Pak Bon

Gambar 14. (a) alat TURP, (b) cara melakukan TURP, (c) uretra prostatika pasca

TURP

Prosedur bedah yang disebut insisi transurethral dari prostat (TUIP),

prosedur ini melebar urethra dengan membuat beberapa potongan kecil di

leher kandung kemih, di mana terdapat kelenjar prostat. Prosedur ini

digunakan pada hiperplasi prostat yang tidak tartalu besar, tanpa ada

pembesaran lobus medius dan pada pasen yang umurnya masih muda.

(a)

(b)

(c)

Page 42: Mini Cex Pak Bon

2) Open surgery. ,

Dalam beberapa kasus ketika sebuah prosedur transurethral tidak

dapat digunakan, operasi terbuka, yang memerlukan insisi eksternal,

dapat digunakan. Open surgery sering dilakukan ketika kelenjar

sangat membesar (>100 gram), ketika ada komplikasi, atau ketika

kandung kemih telah rusak dan perlu diperbaiki. Prostateksomi

terbuka dilakukan melalui pendekatan suprarubik transvesikal

(Freyer) atau retropubik infravesikal (Millin). Penyulit yang dapat

terjadi adalah inkontinensia uirn (3%), impotensia (5-10%), ejakulasi

retrograde (60-80%) dan kontraktur leher buli-buli (305%). Perbaikan

gejala klinis 85-100%.

3) Operasi laser

Kelenjar prostat pada suhu 60-65oC akan mengalami koagulasi

dan pada suhu yang lebih dari 100oC mengalami vaporasi. Teknik

laser menimbulkan lebih sedikit komplikasi sayangnya terapi ini

membutuhkan terapi ulang 2% setiap tahun. Kekurangannya adalah :

tidak dapat diperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi (kecuali

paad Ho:YAG coagulation), sering banyak menimbulkan disuri pasca

bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung dapat

miksi spontan setelah operasi dan peak flow rate lebih rendah

daripada pasca TURP. Serat laser melalui uretra ke dalam prostat

menggunakan cystoscope dan kemudian memberikan beberapa

semburan energi yang berlangsung 30 sampai 60 detik. Energi laser

menghancurkan jaringan prostat dan menyebabkan penyusutan.

Page 43: Mini Cex Pak Bon

Gambar 16. Operasi Laser pada Prostat

a) Interstitial laser coagulation. Tidak seperti prosedur laser lain,

koagulasi laser interstisial tempat ujung probe serat optik

langsung ke jaringan prostat untuk menghancurkannya.

Gambar 17. Interstitial laser coagulation

b) Potoselectif vaporisasi prostat (PVP).

PVT a-energi laser tinggi untuk menghancurkan jaringan prostat.

Cara sama dengan TURP, hanya saja teknik ini memakai roller

ball yang spesifik dengan mesin diatermi yang cukup kuat,

sehingga mampu membuat vaporasi kelenjar prostat. Teknik ini

cukup aman tidak menimbulkan

perdarahan pada saat operasi. Namun teknik ini hanya

diperuntukan pada prostat yang tidak terlalu besar (<50 gram) dan

membutuhkan waktu operasi yang lebih lama.

Gambar 18. Potoselectif vaporisasi prostat

e. Kontrol berkala

Watchfull waiting

Page 44: Mini Cex Pak Bon

Kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui

apakah terdapat perbaikan klinis

Pengobatan penghambat 5α-reduktase

Dikontrol pada minggu ke-12 dan bulan ke-6

Pengobatan penghambat 5α-adrenegik

Setelah 6 minggu untuk menilai respon terhadap terapi dengan

melakukan pemeriksaan IPSS uroflometri dan residu urin pasca

miksi

Terapi invasive minimal

Setelah 6 minggu, 3 bulan dan setiap tahun. Selain dilakukan

penilaian skor miksi, juga diperiksa kultur urin

Pembedahan

Paling lambat 6 minggu pasca operasi untuk mengetahui

kemungkinan penyulit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta

: EGC

2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta :

Media Aesculapius FKUI

3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006.

Jakarta : Erlangga Medical Series.

4. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last

Updated December 2008.

5. Kozar Rosemary A, Moore Frederick A. Schwartz’s Principles of Surgery 8th

Edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2005

Page 45: Mini Cex Pak Bon

6. Mansjoer A, Suprahaita, Wardhani. 2000. Pembesaran Prostat Jinak. Dalam:

Kapita selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta ; 329-344.

7. Mulyono, A. 1995. Pengobatan BPH Pada Masa Kini. Dalam :

Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 40-48.5.

8. Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto.

9. Rahardjo, J. 2006. Prostat Hipertropi. Dalam : Kumpulan Ilmu Bedah. Binarupa

aksara, Jakarta ; 161-703.

10. Ramon P, Setiono, Rona,

Buku Ilmu Bedah, Fakultas KedokteranUniversitas Padjajaran ; 2002: 203-75.

11. Sabiston, David. Sabiston : Buku Ajar Bedah. Alih bahasa : Petrus. Timan.

EGC. 2002.

12. Sjafei, M. 1995. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak. Dalam :

Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta ; 6-17

13. Sjamsuhidajat R, De Jong W. 1997. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar

Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2005; 1058-64.

14. Umbas, R. 1995. Patofisiologi dan Patogenesis Pembesaran Prostat Jinak.

Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 1-52.