Mini Cex KDK

32
CATATAN MEDIS I. IDENTITAS PASIEN Nama anak : An. G Umur : 2 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam No RM : 440097 Tgl masuk bangsal : 31 Desember 2014 Nama bapak : Tn. F Umur : 29 tahun Agama : Islam Pekerjaan : swasta Alamat : Cangkiran Rt.01/I Mijen Nama ibu : Ny. I Umur : 21 tahun Agama : Islam Pekerjaan : swasta Alamat : Cangkiran Rt.01/I Mijen II. ANAMNESE 1

description

kdk

Transcript of Mini Cex KDK

Page 1: Mini Cex KDK

CATATAN MEDIS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama anak : An. G

Umur : 2 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

No RM : 440097

Tgl masuk bangsal : 31 Desember 2014

Nama bapak : Tn. F

Umur : 29 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : swasta

Alamat : Cangkiran Rt.01/I Mijen

Nama ibu : Ny. I

Umur : 21 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : swasta

Alamat : Cangkiran Rt.01/I Mijen

II. ANAMNESE

Anamnese dilakukan secara alloanamnesis pada Ayah Pasien

tanggal 05 Januari 2015 jam 08.30 WIB. Di Bangsal Melati

Keluhan Utama : Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang :

31 Desember 2014

Kejang jam 00.00 1 kali dirumah, selama kurang dari 5 menit

seluruh tubuh kelojotan dan mata mbelalak ke atas, sebelum dan sesudah

1

Page 2: Mini Cex KDK

kejang menangis, saat kejang tidak menangis, tidak ada kelumpuhan pasca

kejang, belum diberi obat anti kejang di rumah.

Jam 00.15 menit An. G dibawa ke RSUD. Dr.Adhyatma, MPH dan

kejang lagi 1 kali, selama kurang dari 2 menit seluruh tubuh kelojotan dan

mata mbelalak ke atas, sebelum dan sesudah kejang menangis, saat kejang

tidak menangis, tidak ada kelumpuhan pasca kejang. Diberi obat

antikejang lewat anus.

BAB dan BAK diakui normal. Batuk (+) kadang-kadang belum di

obati, dahak susah keluar. Pilek (+) kadang-kadang ingus warna putih.

Demam seluruh tubuh H.6 awalnya anget-anget lama-lama tinggi. Demam

tidak menggigil, tidak disertai keringat dingin, turun saat di beri obat

penurun panas, naik tidak menentu waktu atau aktifitas.

Makan minum diakui baik. Ayah pasien tidak mengeluh An.G

mengalami mual, mimisan, gusi berdarah, nyeri perut, ruam-ruam merah

badan, kaku kuduk atau sakit leher, nyeri kepala, dan nyeri telinga

Riwayat Penyakit Dahulu :

Ayah pasien mengakui An.G punya riwayat kejang usia 11 bulan.

Ayah pasien menyangkal pernah mengalami trauma daerah kepala dan

leher, asma, alergi, dan batuk lama.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga pasien tidak memiliki riwayat kejang atau epilepsi.

Keluarga menyangkal mempunyai riwayat batuk lama, asma, HT , DM

dan alergi obat.

Riwayat Pribadi Ekonomi Sosial

Orangtua pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman

beralkohol dan obat-obatan. Pasien tinggal bersama kedua orangtua.

Penghasilan keluarga per bulan kira-kira Rp 1.000.000,00. Pembayaran

menggunakan Biaya Pribadi

Kesan : Keadaan sosial dan ekonomi cukup

Data Khusus

2

Page 3: Mini Cex KDK

1. Riwayat Kehamilan/Pre Natal :

An.G adalah anak pertama dari Ny.I saat berusia 18 tahun. Ibu

rutin periksa kehamilan lebih dari 4 kali di bidan. Waktu hamil tidak

pernah sakit, mengkonsumsi obat-obatan Vitamin dan Zat Besi dari

bidan, tidak mengkonsumsi alkohol, maupun rokok. Suntik TT

sebanyak dua kali. kehamilan cukup bulan.

2. Riwayat persalinan/natal :

Lahir spontan di Bidan, langsung menangis kuat, dan segera

dilakukan inisiasi menyusui dini. Berat badan saat lahir 3100gram,

panjang badan 51 cm

3. Riwayat pasca persalinan/ post natal :

Tidak ada perdarahan post partum

Riwayat Imunisasi

Macam imunisasi Frekuensi Umur Keterangan

Imunisasi dasar

BCG

DPT

Hepatitis B

Polio

Campak

1 kali

3 kali

4 kali

4 kali

-

0 bulan

2,3,4 bulan

0,2,3,4 bulan

1,2,3,4 bulan

-

Dilakukan di Bidan

Lengkap

Lengkap

Lengkap

Lengkap

Belum dilakukan

Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai umur

Riwayat makan dan minum

Umur Makanan dan Minuman Jumlah Frekuensi

0 – 1 bulan ASI saja Semau anak Semau anak

1 – 6 bulan Susu Lactogen 2 sdm diencerkan

60 cc air matang

Selalu habis

2 kali/ hari

6 – 9 bulan ASI Semau anak Semau anak

3

Page 4: Mini Cex KDK

Susu Lactogen

Bubur serelac

2 sdm diencerkan

60 cc air matang

Selalu habis

1 piring kecil

(selalu habis)

2x / hari

2x / hari

9-12 bulan ASI

Susu Lactogen

Nasi tim, sayur, lauk, buah

Semau anak

2 sdm diencerkan

60 cc air matang

Selalu habis

1 piring kecil

(selalu habis)

Semau anak

2x / hari

2x / hari

12 bulan –

sekarang

ASI

Susu SGM

Nasi tim, sayur, lauk, buah

Nasi, sayur, lauk dan buah

Semau anak

2 sdm diencerkan

60 cc air matang

Selalu habis

1 piring kecil

(selalu habis)

1 piring kecil

(selalu habis)

Semau anak

2-3 x / hari

2 x / hari

2-3 x / hari

Kesan : ASI tidak eksklusif, MPASI sesuai usia. kualitas dan kuantitas cukup

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak

Perkembangan :

Umur Perkembangan

0-3 bulan Motorik Kasar : mengakat kepala

Motorik Halus : menggerakan kepala

4

Page 5: Mini Cex KDK

Bahasa : mengoceh

Sosial : tersenyum pada ibu

3-6 bulan Motorik Kasar : telungkup

Motorik Halus : mengangkat kepala

Bahasa : mengeluarkan suara bila senang

Sosial : tersenyum saat bermain

6-9 bulan Motorik Kasar : duduk

Motorik Halus : memungut kelerang

Bahasa : bersuara tanpa arti

Sosial : ciluk ba

9-12 bulan Motorik Kasar : berdiri dengan berpegangan

Motorik Halus : masukan benda kemulut

Bahasa : meniru bunyi

Sosial : mengenal anggota keluarga

12 bulan - sekarang Motorik Kasar : berdiri tanpa pegangan,

berjalan

Motorik Halus : bertepuk tangan

Bahasa : memanggil ibu bapak

Sosial : bermain dengan boneka dan ibu

Kesan Perkembangan sesuai umur

Pertumbuhan :

Pertambahan BB dan PB tiap bulan tidak ingat hanya sesuai garis hijau

dan tanda “Naik” di KMS

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 05 Januari 2015

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos mentis

3. GPCS : E4M6V5

4. Status Gizi

5

Page 6: Mini Cex KDK

BB : 9 kg

PB : 82 cm

Z Skore :

BB/Umur : - 0,2 Normal

TB/Umur : 0,03 Normal

BB/PB : - 0,5 Normal

Status gizi : kesan Normal

5. Tanda Vital

Nadi : 106 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

Respirasi : 22 x/menit

Suhu : 37,0° C

6. Status Internus

a) Kepala

Kesan mesocephal

b) Mata

Mata cowong (-), Konjungtiva palpebra anemis (-/-), Sklera ikterik

(-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek pupil direk (+/+), reflek

pupil indirek (+/+)

c) Telinga

Serumen (+/+), Sekret (-/-), darah (-/-), pembesaran KGB

preaurikula (-) dan retroaurikula (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri

tarik heliks (-), nyeri ketok mastoid (-)

d) Hidung

Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), septum

deviasi (-/-)

e) Mulut

Bibir kering(-), bibir sianosis(-), lidah kotor(-), gusi berdarah(-),

faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1

f) Leher

6

Page 7: Mini Cex KDK

Simetris, trachea di tengah, pembesaran KGB (-), tiroid (Normal),

kaku kuduk(-), penggunaan otot bantu nafas (-)

g) Thorax

Dextra SinistraDepan1. Inspeksi

Bentuk dada HemitorakDinamis

2. Palpasi Stem fremitusPelebaran ICSArcus Costa

3. Perkusi

4. Auskultasi Suara dasarSuara tambahan

Ø Lateral >Antero posteriorSimetrisSimetris

Dextra = sinistra(-)

Normal

Sonor diseluruh lapang paru

VesikulerWheezing(-),

ronki (-/-)

Ø Lateral >Antero posteriorSimetrisSimetris

Dextra = sinistra(-)

Normal

Sonor di seluruh lapang paru

VesikulerWheezing(-),

ronki (-/-)Belakang1. Inspeksi

Bentuk dada Hemitorak

2. Palpasi Stem fremitusPelebaran ICS

3. Perkusi Suara lapang paru

4. Auskultasi Suara dasarSuara tambahan

Dalam batas normalSimetris

Dextra = sinistra(-)

Sonor di seluruh lapang paru

VesikulerWheezing(-), ronki (-)

Dalam batas normalSimetris

Dextra = sinistra(-)

Sonor di seluruh lapang paru

VesikulerWheezing(-), ronki (-)

7

Page 8: Mini Cex KDK

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

SD : vesikuler SD : vesikuler

ST : ronki (-/-), wheezing (-) ST : ronki (-/-), wheezing (-)

Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat

Perkusi :

Batas atas : ICS II parasternal sinsitra

pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra

batas kanan bawah : ICS IV lin.sternalis dextra

kiri bawah : ICS IV linea midclavicula

sinistra 1 cm kearah medial

konfigurasi jantung : dalam batas normal

Auskultasi : reguler

Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.

Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-),

SIV (-)

h) Abdomen

Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di

sekitar

Auskultasi : Bising usus 5x / menit, bruit hepar (-), bruit aorta

abdominalis(-), bruit A.Renalis dextra (-), bruit

A.Renalis sinistra(-), bruit A.Iliaca dextra (-), bruit

A.iliaca sinistra (-).

8

Page 9: Mini Cex KDK

Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen

Palpasi : turgor cukup, hepar tidak teraba, lien tidak

teraba, ginjal tidak teraba.

i) Ekstremitas

Superior InferiorBintik-bintik merah

-/- -/-

Akral dingin -/- -/-Oedem -/- -/-Sianosis -/- -/-Capilary refill <2”/ <2” <2”/ <2”Refleks fisiologis +/+ +/+Refleks patologi -/- -/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan RujukanLeukosit 12,92 ribu/ul 6.0-17.5Eritrosit 4,74 juta/ul 3,6-5, 2

Hb 12,00 g/dl 10,7-13,1Hematokrit 37,60 % 35-43

MCV 79,30 Fl 74 – 101MCH 25,30 Pg 23 – 31

MCHC 31,90 g/Dl 26 – 34Trombosit 377 10^3/ul 229-553

RDW 13,60 11.5-14.5Eosinofil absolut 0,37 10^3/ul 0,045 – 0,44Basofil absolut 0,01 10^3/ul 0 – 0,2Netrofil absolut 6,37 10^3/ul 1,8 – 8Limfosit absolut 4,68 10^3/ul 0,9 – 5,2Monosit absolut 1,49 H 10^3/ul 0,16 – 1

Eosinofil 2,90 % 2 – 4Basofil 0,10 % 0 – 1

Neutrofil 49,30 L % 50 -70Limfosit 36, 20 % 25 - 50Monosit 11,50 % 1 –6Widal

(serum/plasma)S.Thypi O 1/80 Negatif

9

Page 10: Mini Cex KDK

S. Thypi H Negatif Negatif

V. RESUME

VI. ASSESMENT

Diagnosis Banding :

1) Kejang

Diagnosis Kerja :

Diagnosis Klinis : KDK

Diagnosis Tumbang : Tumbuh kembang sesuai usia

Diagnosis Gizi : Gizi Kurang

Diagnosis Imunisasi : Imunisasi lengkap sesuai usia

VII. INITIAL PLAN

Ip Dx:

Diare Akut Tanpa Tanda Dehidrasi, Kejang Demam Sederhana

S : -

O : Elektrolit, GDS, Morfologi Darah Tepi, Imunologi Serum

10

Page 11: Mini Cex KDK

Ip Tx :

IVFD Kaen 3B 7 tpm

Cefotaxime 2 x 300 mg IV

Ranitidin 2 x 10 mg IV

Ondancentron 2 x 0,75mg IV

PO :

Diazepam 3x 1mg

Paracetamol syrup 3 x ½ cth

L.Bio 2x1 saschet

L. Zinc 1x1 cth

Ip Mx :

Monitoring KU dan Vital Sign

Monitoring resiko kejang berulang dan komplikasi

Ip Ex :

- Jelaskan penyakitkejangdan evaluasi demam

- Menjelaskan pengobatan, dan komplikasi penyakit

- Motivasi untuk ikut memantau tanda dan gejala kegawatan pada

anak.

- Motivasi orangtua tentang penyebab kejang, resiko berulang, dan

penanganan awal serta harus monitor suhu anak dengan

termometer bila demam.

VIII. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Sanam : dubia ad bonam

Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam

11

Page 12: Mini Cex KDK

KEJANG DEMAM

a. Definisi

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium. 4

b. Klasifikasi

Berdasarkan manifestasi klinis dibagi menjadi kejang demam

sederhana dan kejang demam kompleks.4

Kejang demam sederhana Kejang demam yang berlangsung

singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.

Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan

fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam

sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

Kejang demam kompleks Kejang demam dengan salah satu ciri

berikut ini: 1) Kejang lama > 15 menit 2) Kejang fokal atau

parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial 3)

Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Menurut asal patologi dan neuronal, kejang dibagi 2 yaitu kejang epileptik

dan non epileptik. Kejang epileptik berasal dari saraf kortikal dan

berkaitan dengan perubahan EEG. Kejang non-epileptik berawal dari

subkortikal dan biasanya tidak terdapat kelainan pada EEG. Dirangsang

oleh stimuli dan dipengaruhi oleh kekangan dan perubahan posisi tubuh.5

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit

atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak

tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam. Kejang fokal

adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang

parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di

antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di

antara anak yang mengalami kejang demam. 4

12

Page 13: Mini Cex KDK

c. Patofisiologi 5,9

Faktor yang berperan tercetusnya kejang:

Demam

Efek produk toksik terhadap microorganisme terhadap otak

Respon alergik atau keadaan imun yg abnormal oleh infeksi

Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

Ensefalitis viral

Gabungan semua faktor tersebut diatas

Kejang dapat terjadi akibat kenaikan suhu tubuh yang tinggi atau

kenaikan suhu yang cepat. Hipertermia mengurangi influks kalsium yang

mengurangi mekanisme penghambat aksi potensial dan meningkatkan

transmisi sinap eksitori. Demam menghambat mekanisme penghambat

kejang di hipokampus akibat berkurangnya GABA. Infeksi menyebabkan

lepasnya mediator inflamasi (interleukin 1β yang dapat menyebabkan

kejang. Pada anak mempunyai predisposisi chanellopathy natrium,

sensitifitas neuraon akibat peningkatan suhu

d. Pemeriksaan Penunjang

Mencari penyebab demam yaitu dengan darah rutin, gula darah,

elektrolit, kalsium serum, urinalisis, biakan darah, urin, dan feses.

Pemeriksaan EEG dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas,

misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau

kejang demam fokal.5,6,9

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan

atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis

bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Bila yakin bukan meningitis secara klinis

tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. 4

Pungsi lumbal dianjurkan pada:

Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.

Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

Bayi > 18 bulan tidak rutin.

13

Page 14: Mini Cex KDK

Foto X-ray kepala dan computed tomography scan (CT-scan) atau

magnetic resonance imaging (MRI) tidak rutin dan hanya atas indikasi

kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis); Paresis nervus VI;

Papiledema. 5,6,9

e. Penatalaksanaan kejang 4-6, 9

Terapi fase akut

1) Penderita dimiringkan, mencegah aspirasi ludah atau lendir dari mulut

2) Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka

3) Bila perlu berikan oksigen

4) Fungsi vital, keadaan jantung, tekanan darah, kesadaran, diikuti

seksama

5) Perhatikan kebutuhan dan keadaan cairan, kalori dan elektrolit

6) Suhu yang tinggi harus segera diturunkan:

– Kompres dingin, selimut dan pembungkus badan harus dibuka

– Pemberian obat penurun panas: asetaminofen atau antipiretik

lainnya

7) Bila masih kejang:

Diazepam IV atau per rectum

5 mg bila BB < 10 kg, 10 mg bila > 10 kg

Fenobarbital dgn dosis awal IM

30 mg untuk neonatus

50 mg untuk usia 1 bln – 1 thn

75 mg untuk usia > 1 thn

8) Bila masih kejang :

• 15 mnt kemudian – ulangi pemberian diazepam dgn dosis yang

sama

• 4 jam kemudian berikan fenobarbital dengan dosis

• Hari pertama dan kedua : 8-10 mg/kgBB/hr - 2 dosis

• Hari berikutnya sampai demam reda : 4-5 mg/kgBB/hr - 2 dosis

14

Page 15: Mini Cex KDK

Perlu rawat inap pada pasien dengan :

Kejang demam komplek

Hiperpireksia

Usia < 6 bulan

Kejang demam pertama

Dijumpai kelainan neurologis

f. Prognosis

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah

dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal

pada pasien yang sebelumnya normal. Resiko kematian belum pernah. 4

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus adalah

80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor kemungkinan berulangnya

kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang

demam paling besar pada tahun pertama. Faktor risiko berulangnya

kejang demam adalah : 4,9

Riwayat kejang demam dalam keluarga

Usia kurang dari 12 bulan

Temperatur yang rendah saat kejang

15

Page 16: Mini Cex KDK

Cepatnya kejang setelah demam

The American National Collaborative Perinatal Project, Faktor risiko

menjadi epilepsi adalah:

Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang

demam pertama.

Kejang demam kompleks

Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

g. Pencegahan kejang

Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan pada kejang demam komplek

dengan faktor risiko dan diberikan selama 1 tahun. 5,6,9

1) Profilaksis intermiten, pada waktu demam

Obat antikonvulsan segera diberi begitu diketahui anak demam.

Diazepam oral atau rectum. (Dosis per oral 0,5 mg/kgBB/hr dibagi 3

dosis atau Dosis per rectum 5 mg pada usia < 3 tahun; 10 mg pada

usia > 3 tahun). Efek smping: ataksia, mengantuk dan hipotoni

2) Profilaksis terus menerus, dengan obat antikonvulsan tiap hari

o Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. efek samping:

iritabel, pemarah, agresif

o Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari , 1-2 dosis. efek samping :

hepatotosik.

o Phenitoin dan karbamazepin tidak efektif.

Edukasi Pada Orang Tua

a) Menerangkan tentang penyakit kejangnya kepada orang tua.

b) Memberikan dan menerangkan cara penanganan kejang kepada

orang tua.

c) Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali.

d) Menerangkan beberapa hal yang bisa dlakukan orang tua bila

dirumah anak kejang:

Tetap tenang dan tidak panik

Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher

16

Page 17: Mini Cex KDK

Bila tidak sadar posisikan anak terlentang dengan posisi

miring, agar bisa membersihkan muntahan atau lendir di mulut

dan hidung.

Ukur suhu, catat lama kejang dan suhunya

Berikan diazepam rektal selama kejang dan jangan berikan jika

kejang telah berhenti

Bawa ke dokter jika kejang telah berulang/ terjadi lebih dari

lima menit.

BAB IV

17

Page 18: Mini Cex KDK

PEMBAHASAN

Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali perhari, disertai

perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang

berlangsung kurang dari 1 minggu. Pada diare menentukan derajat dehidrasi

dengan tanda berikut penurunan kesadaran atau letargi, mata cowong, kehausan

sampai dengan tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit perut kembali

dengan sangat lambat ( ≥ 2 detik ). Diare akibat infeksi oleh mikroorganisme

patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit.

Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 DepKes

RI memperbaharui tatalaksana diare dengan LINTAS DIARE (Lima Langkah

Tuntaskan Diare) Rehidrasi, Dukungan nutrisi, Suplementasi Zinc, Antibiotik

Selektif dan Edukasi Orangtua

Pada pasien Diare 2 hari ini, >4x, cair (+), ampas (+). Demam tinggi 2 hari

seluruh tubuh. Muntah >10 kali sedikit-sedikit, isi sesuai yang di minum. Minum

susu semau bayi, BAK lebih sering dari biasanya warna bening, menangis kuat

terdapat air mata. Pemeriksaan didapatkan KU kurang akif, T = 37,8 0 C. sehingga

dapat disimpulkan pasien mengalami diare akut tanpa tanda dehidrasi. pada pasien

belum dilakukan pemeriksaan faeses rutin, elektrolit, GDS, morfologi darah tepi,

imunologi serum sehingga penyebab diare belum dapat ditegakkan.

Penatalaksanaan pasien diare: Rehidrasi dan dukungan nutrisi dengan

IVFD Kaen 3B 7 tpm, ASI ad lip dan edukasi mulai dilatih MPASI dengan bubur

susu. Suplemen Zinc L. Zinc 1x1 cth, Antibiotik selektif Cefotaxime 2 x 300 mg

IV, Supprotif dengan Ranitidin 2 x 10 mg IV, Ondancentron 2 x 0,75mg IV,

Paracetamol syrup 3 x ½ cth, L.Bio 2x1 saschet. Edukasi pada orangtua yaitu

Jelaskan penyakit diare, pengobatan, dan komplikasi penyakit dan motivasi untuk

ikut memantau tanda dan gejala kegawatan pada anak.

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Kejang demam sederhana Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari

18

Page 19: Mini Cex KDK

15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan

atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.

Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah Riwayat kejang demam

dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang,

cepatnya kejang setelah demam. Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab

dan komplikasi kejang demam yaitu dengan darah rutin, gula darah, elektrolit,

kalsium serum, urinalisis, biakan darah, urin, dan feses. Pemeriksaan EEG, LCS,

dan pencitraan (X-ray, MRI, CT Scan).

Terapi fase akut

1) Penderita dimiringkan, mencegah aspirasi ludah atau lendir dari mulut

2) Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka

3) Bila perlu berikan oksigen

4) Fungsi vital, keadaan jantung, tekanan darah, kesadaran, diikuti

seksama

5) Perhatikan kebutuhan dan keadaan cairan, kalori dan elektrolit

6) Suhu yang tinggi harus segera diturunkan:

– Kompres dingin, selimut dan pembungkus badan harus dibuka

– Pemberian obat penurun panas: asetaminofen atau antipiretik

lainnya

19

Page 20: Mini Cex KDK

Perlu rawat inap pada pasien dengan: Kejang demam komplek,

Hiperpireksia, Usia < 6 bulan, Kejang demam pertama dan Dijumpai kelainan

neurologis. Profilaksis intermiten, pada waktu demam. Obat rumatan intermiten

Diazepam oral atau rectum. (Dosis per oral 0,5 mg/kgBB/hr dibagi 3 dosis atau

Dosis per rectum 5 mg pada usia < 3 tahun; 10 mg pada usia > 3 tahun). Efek

smping: ataksia, mengantuk dan hipotoni.

Pada pasien mengalami kejang demam sederhana kejang tinggi karena

didapatkan kejang jam 21.00 1x, ± 2 menit seluruh tubuh kelojotan dan mata

mbelalak ke atas, sebelum dan sesudah kejang menangis, saat kejang tidak

menangis. dan memiliki resiko berulang kejang karena memiliki riwayat ayah

kejang demam waktu kecil, usia kurang dari 12 bulan, dan cepatnya kejang

setelah demam.

Pada pasien belum dilakukan pemeriksaan elektrolit, GDS, morfologi

darah tepi, imunologi serum sehingga penyebab kejang belum diketahui.

Pemeriksaan EEG, LCS, dan pencitraan (X-ray, MRI, CT Scan) tidak diperlukan.

Penanganan awal yaitu pasien indikasi rawat inap karena usia < 6 bulan

dan kejang demam pertama. Penanganan dengan koreksi keadaan cairan dan

elektrolit IVFD Kaen 3B 7 tpm, antibiotik untuk penyebab infeksi Cefotaxime 2 x

20

Page 21: Mini Cex KDK

300 mg IV, maintenence kejang resiko berulang Diazepam 3x 1mg, simtomatis

dan pencegahan berulang kejang dengan Paracetamol syrup 3 x 1 cth. Edukasi

tentang kejang, kemungkinan kejang kembali, bila anak kejang dirumah sebaiknya

: Tetap tenang dan tidak panik Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar

leher Bila tidak sadar posisikan anak terlentang dengan posisi miring, agar bisa

membersihkan muntahan atau lendir di mulut dan hidung. Ukur suhu, catat

lama kejang dan suhunya Berikan diazepam rektal selama kejang dan jangan

berikan jika kejang telah berhenti Bawa ke dokter jika kejang telah berulang/

terjadi lebih dari lima menit.

21

Page 22: Mini Cex KDK

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. C-Change. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita. AED.

Jakarta: 2011

2. Frye, Richard E. 2005. Diarrhea. http://www.emedicine.com

3. Karras, David. 2005. Diarrhea. http://www.emedicinehealth.com/articles

4. Unit Kerja Koordinasi Neurologi. Konsensus penatalaksanaan kejang

demam. Jakarta. 2006; IDAI

5. Pusonegoro, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta:

Badan Penerbit IDAI. 2004.

6. Staf Pengajar ilmu kesehatan anak FK UI. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan

Anak. Jakarta: Infomedika. 2007

7. Jufrie. Nenny. Modul Pelatihan Diare. Yogjakarta. FKUGM

8. Sudrajat. Gastroenterologi Anak. Jakarta: 2007. Sagung Seto

9. Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.

Semarang: FK UNDIP. 2011

10. Depkes RI. Buku Saku. Pelayanan kesehatan anak di Rumah Sakit.

Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten / Kota.

Jakarta : WHO Indonesia. 2008.

22