Mini CEX Dr. R Presbiopia
description
Transcript of Mini CEX Dr. R Presbiopia
Laporan Kasus
Anemia & ODS Presbiopia
PEMBIMBING
dr. Rosalia SW, Sp.M
Disusun oleh:
Ivan Laurentius
11-2014-309
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
PERIODE 4 APRIL2016 –7MEI 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. I
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Alamat : Bae RT 01/ RW 03, Kudus
No. RM : 415050
Tanggal Masuk RS : 6 April 2016
II. ANAMNESIS
Anamnesis secara : Autoanamnesis pada tanggal 6 April 2016
Keluhan Utama : Kedua mata penglihatan kabur sejak 2 tahun SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur
sejak 2 tahun yang lalu. Penglihatan bertambah kabur perlahan-lahan dalam waktu 2
tahun ini. Penglihatan kabur saat melihat jauh dan dekat, tetapi setelah membaca
untuk beberapa lama terkadang keluhan disertai pusing dan mata perih. Pasien masih
dapat membedakan warna dengan jelas. Keluhan mata merah, berair, nyeri, gatal,
maupun terasa mengganjal disangkal. Pasien juga memiliki keluhan mudah lelah dan
terkadang merasa pusing saat bangun berdiri.
Riwayat Penyakit Dahulu:
OS belum pernah menggunakan kacamata sebelumnya. Riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, maupun trauma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang menggunakan kacamata dan tidak ada
anggota keluarga yang memiliki keluhan sama seperti pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien berobat dengan jaminan kesehatan BPJS. Keluarga pasien memiliki
kemampuan ekonomi menengah.
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. VITAL SIGN
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 78 x / menit
Suhu : 36,2°C
Pernafasan : 22 x / menit
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 50 Kg
Tinggi Badan : 150,5 cm
Status Gizi : Baik
B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
OD OS
Keterangan:
OD
1. Arcus senilis (-)
2. Jernih
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
0,5 Visus 0,63
S(+)0,5 C(+)0,75 A25°
0,8
Add S (+) 2.25
Jaeger chart 20/20
Koreksi
S(+)0,5 C(+)0,75 A5°
0,8
Add S (+) 2.25
Jaeger chart 20/20
3
OS
1. Arcus senilis (-)
2. Jernih
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Bulbus okuli
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
edema (-)
hiperemis(-)
nyeri tekan (-)
blefarospasme (-)
lagoftalmus (-)
ektropion (-)
entropion (-)
Palpebra
edema (-)
hiperemis(-)
nyeri tekan (-)
blefarospasme (-)
lagoftalmus (-)
ektropion (-)
entropion (-)
edema (-)
injeksi siliar (-)
injeksi konjungtiva (-)
infiltrat (-)
anemis (+)
Konjungtiva
edema (-)
injeksi siliar (-)
injeksi konjungtiva (-)
infiltrat (-)
anemis (+)
Putih Sklera Putih
Bulat
jernih
edema (-),
arkus senilis (+)
keratik presipitat (-)
infiltrat (-)
sikatriks (-)
Kornea
Bulat
jernih
edema (-)
arkus senilis (+)
keratik presipitat (-)
infiltrat (-)
sikatriks (-)
Jernih,dalam,
hipopion (-), hifema (-)
Camera Oculi Anterior
(COA)
Jernih, dalam,
hipopion (-),hifema (-)
Kripta(N), atrofi (-)
coklat, edema(-),
synekia (-)
Iris
Kripta(N), atrofi (-)
coklat, edema(-),
synekia (-)
Reguler, bentuk bulat
Letak sentral, hitam
Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/+)
Pupil
Reguler, bentuk bulat
Letak sentral, hitam
Diameter 3 mm
refleks pupil L/TL : (+/+)
Jernih Lensa Jernih
4
Jernih Vitreus Jernih
Papil batas tegas
Warna kuning kemerahan
CDR 0,3
AVR 2:3
Macula Lutea (+)
Retina normal
Eksudat (-)
Perdarahan (-)
Neovaskularisasi (-)
Retina
Papil batas tegas
Warna kuning kemerahan
CDR 0,3
AVR 2:3
Macula Lutea (+)
Retina normal
Eksudat (-)
Perdarahan (-)
Neovaskularisasi (-)
Positif Fundus Refleks Positif
Digital Normal TIO Digital Normal
Kelainan lakrimasi(-) Sistem Lakrimasi Kelainan lakrimasi (-)
Tes Lapang Pandang (Tes Konfrontasi)
OD OS
+ + + + + +
+ + + +
+ + + + + +
Keterangan:
OD: tidak terdapat defek lapang pandang
OS: tidak terdapat defek lapang pandang
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Auto refractometer
Sph Cyl Ax
OD + 0.62 + 0.75 24°
OS + 0.5 + 1.00 4°
PD = 63 NPD = 61 (35)
5
V. RESUME
Subjektif:
Pasien perempuan 53 tahun dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur
secara perlahan-lahan sejak 2 tahun lalu. Penglihatan kabur saat melihat jauh dan
dekat, tetapi setelah membaca untuk beberapa lama terkadang disertai pusing dan
mata perih. Pasien masih dapat membedakan warna dengan jelas. Keluhan mata
merah, berair, nyeri, gatal, maupun terasa mengganjal disangkal. Pasien juga
mengeluh mudah lelah dan terkadang pusing saat bangun berdiri.
Objektif:
VI. DIAGNOSA KERJA
Anemia
Diagnosa anemia dapat dipikirkan sebagai diagnosa kerja. Dari anamnesa, pasien
mengeluh mudah lelah dan terkadang pusing saat bangun berdiri. Dari pemeriksaan fisik,
tampak manifestasi klinis anemia berupa konjungtiva anemis.
ODS Presbiopia
ODS Presbiopia dapat dipikirkan sebagai diagnosa kerja. Dari anamnesa, pasien
perempuan 53 tahun datang dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak 2 tahun
terakhir. Penglihatan kabur saat melihat jauh dan dekat, tetapi setelah membaca untuk
beberapa lama terkadang disertai rasa pusing dan mata perih. Pasien masih dapat
6
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
0,5 Visus 0,63
S(+)0,5 C(+)0,75 A25°
0,8
Add S (+) 2.25
Jaeger chart 20/20
Koreksi S(+)0,5 C(+)0,75 A5°
0,8
Add S (+) 2.25
Jaeger chart 20/20
edema (-)
injeksi siliar (-)
injeksi konjungtiva (-)
infiltrat (-)
anemis (+)
Konjungtiva
edema (-)
injeksi siliar (-)
injeksi konjungtiva (-)
infiltrat (-)
anemis (+)
membedakan warna dengan jelas. Keluhan mata merah, berair, nyeri, gatal, maupun terasa
mengganjal disangkal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan visus OD 0,5 dan visus OS 0,63. Dengan koreksi
lensa OD S(+)0,5 C(+)0,75 A25° visus jarak jauh OD menjadi 0,8; dan dengan addisi
S(+)2,25 visus jarak baca OD menjadi 20/20. Dengan koreksi lensa OSS(+)0,5 C(+)0,75 A5°
visus jarak jauh OS menjadi 0,8; dan dengan addisi S(+)2,25 visus jarak baca OS menjadi
20/20.
VII. DIAGNOSA BANDING
ODS Astigmat Hipermetropia Kompositus
o Dasar diagnosis yang mendukung
Adanya penglihatan kabur saat melihat jarak baca
Penglihatan terkoreksi dengan lensa S(+) dan Cy(+)
o Dasar diagnosis yang tidak mendukung
Penambahan addisi S(+)2,25 mengkoreksi visus jarak baca
ODS Astigmat Miopia Kompositus
o Dasar diagnosis yang mendukung
Adanya penglihatan kabur saat melihat jarak jauh
o Dasar diagnosis yang tidak mendukung
Penglihatan terkoreksi dengan lensa S(+) dan Cy(+)
Penambahan addisi S(+)2,25 mengkoreksi visus jarak baca
VIII. TERAPI
Promotif
Membaca di tempat dengan penerangan yang cukup
Tidak membaca sambil tiduran berbaring
Membaca tidak terlalu dekat ataupun jauh (± 33 cm)
Preventif
Membaca di tempat dengan penerangan yang cukup
Tidak membaca sambil tiduran berbaring
Membaca tidak terlalu dekat ataupun jauh, (± 33 cm)
7
Istirahat jika mata mulai lelah
Kuratif
Medikamentosa :
Sangobion cap S 1dd cap I PO
Betahistine 24 mg tab S 1dd tab I PO
Non Medikamentosa
Kacamata dengan koreksi:
SPH CYL AXIS PRISM
O.D. + 0.5 + 0.75 25° -
O.S. + 0.5 + 0.75 5° -
ODS addisi S(+) 2.25
Rehabilitatif
Kacamata harus selalu dipakai, baik jika melakukan pekerjaan atau melihat
dalam jarak dekat maupun jarak jauh.
Segera memeriksakan diri ke dokter apabila dengan penggunaan kacamata,
pasien merasa sering pusing-pusing maupun timbul keluhan-keluhan lain.
Kontrol ke dokter dilakukan setelah kacamata jadi dibuat dan setiap 2 tahun
sekali sebagai pencegahan dini jika terdapat perubahan refraksi pada kedua
mata pasien.
Penerangan haruslah sesuai, istirahat jika mata mulai lelah
Membaca tidak terlalu dekat ataupun jauh, minimal ± 33 cm
IX. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD) OKULISINISTRA(OS)
Ad Vitam : ad bonam ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam ad bonam
Ad Kosmetikan : ad bonam ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
8
Anatomi Media Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media pembiasan yang terdiri dari
kornea, cairan mata, lensa, benda kaca dan juga ditentukan oleh panjangnya bola mata. Pada
mata yang normal, sinar akan dibiaskan melalui media pembiasan ini dan bayangan akan
ditempatkan tepat diretina dalam keadaan mata tidak melakukan akomodasi.1
A. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, dan
merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Kornea merupakan suatu
lensa cembung dengan kekuatan refraksi (bias) sebesar +43 dioptri.1
Kornea terdiri dari lima lapisan.1
1. Lapisan yang terluar adalah lapisan epitel.
a. Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel
basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depanmenjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel
basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di
depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit,dan glukosa yang merupakan barrier.
b. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
c. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Lapisan kedua adalah membran Bowman (lamina elastika anterior).
a. Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
b. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Lapisan ketiga yang terletak di sebelah dalam mebran Bowman adalah stroma. Stroma
terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,
pada permukaan terlihat anyaman yang teratur, sedangkan di bagian perifer serat
kolagen ini bercabang; terbentuknya serat kolagen memakan waktu lama yang
kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah
9
trauma.
4. Lapisan keempat adalah membran Descemet, atau yang disebut sebagai lamina
elastika posterior.
a. Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
korneadihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
b. Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal
40 µm.
5. Lapisan terdalam kornea adalah lapisan endotel.
a. Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, besar 20-40 µm.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan
zonulaokluden.
b. Lapisan ini terdiri atas satu lapis endotel yang pembelahan sel-selnya terbatas.
Kalau ada endotel yang rusak, maka endotel di sekitarnya akan mengalami
hipertrofi untuk menutup defek yang ditinggalkan oleh endotel yang rusak
tadi.
Gambar 2.1 Lapisan Kornea
B. Aqueous Humor (Cairan Mata).
Aqueous humor menyediakan medium optikal yang jernih untuk transmisi sinar pada
jalur visual. Cairan mata ini mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa. Aqueous humor
dibentuk dengan kecepatan 2-3 μl/menit oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris.
Ketidakseimbangan aliran aqueous humor akan menyebabkan peningkatan tekanan intra
okular.
C. Lensa
10
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata
dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat
tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada
saat terjadinya akomodasi.1
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa.
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian
sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua
di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa.
Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks
lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior,
sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih
keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat
zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.1
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:1
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
3. Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan
berada di sumbu mata.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:1
1. Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,
2. Keruh atau apa yang disebut katarak,
3. Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.1
D. Badan Vitreous (Badan Kaca)
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa
dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak
90% . Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan
badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak
11
terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada
pemeriksaan oftalmoskopi.1
E. Panjang Bola Mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata
seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea
(mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek)
bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai
ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.1
Gambar 2.2 Media Refraksi pada mata4
Proses Penglihatan
Penglihatan bermula dari masuknya seberkas cahaya kedalam mata dan dibiaskan
(difokuskan) pada retina. Kemampuan seseorang untuk melihat dengan tajam sangat
tergantung pada kemampuan media refraktif didalam bola mata (terutama kornea dan lensa
mata) untuk mengarahkan perjalanan berkas cahaya tersebut agar tepat ke retina.
Karakteristik umum dari media refraktif adalah bersifat jernih (bening, transparan, tembus
pandang). Karakteristik spesifik alamiah dari lensa mata adalah bentuk kecembungannya
yang dapat berubah sesuai dengan kebutuhan pembiasan, karena bersifat kenyal (sampai
umur tertentu), yang disebut sebagai daya akomodasi sehingga cahaya akan terfokus pada
retina. Hasil kerja keseluruhan dari media refraktif ini sangat ditentukan pula oleh panjang
sumbu bola mata. Retina berfungsi merekam gambar yang diterimanya, lalu mengubah
gambar tersebut menjadi impuls-impuls listrik dan akhirnya diteruskan ke otak untuk
diinterpretasikan sebagai gambar atau obyek yang terlihat oleh mata tersebut.1,2,3
12
Definisi Presbiopia
Presbiopi merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia.2 Hilangnya
daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada semua orang karena
kelemahan otot akomodasi dan lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya
akibat sklerosis lensa disebut presbiopi. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa kelainan
refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan
benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekita 44-46 tahun. Gagal penglihatan
dekat akibat usia, berhubungan dengan penurunan amplitudo akomodasi atau peningkatan
punctum proximum.3
Klasifikasi presbiopi
a. Presbiopi insipient
Presbiopi insipient merupakan tahap awal dimana gejala atau temuan klinis
menunjukan beberapa kondisi efek penglihatan dekat. Pada presbiopi insipient
dibutuhkan usaha eksta untuk membaca cetakan kecil. Biasanya pasien membutuhkan
tambahan kecamata atau adisi, tetapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes dan
pasien lebih memilih menolak diberikan kaca mata.
b. Presbiopi fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitude akomodasi yang berangsur-angsur menurun,
pasien dewas akirnya melaporkan adanya kesulitan melihat dan akan didapatkan
kelainan ketika diperiksa.
c. Presbiopi absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan terus menerus, dimana
presbiopi fungsional berkembang menjadi presbiopi absolut. Presbiopi absolut adalah
kondisi dimana sesungguhnya tidak ada sisa kemampuan akomodatif.
d. Presbiopi prematur
Pada presbiopi prematur, kemampuan akomodasi penglihatan dekat menjadi
berkurang lebih cepat dari yang diharapkan. Presbiopi ini terjadi dini pada usia
sebelum 40 tahun. Berhubungan dengan lingkungan gizi, penyakit atau obat-obatan,
hipermetropi yang tidak terkoreksi, prematur sklerosis dari cristaline lensa, glaukoma
simpel kronik.
e. Presbiopi nokturnal
Presbiopi nokturnal adalah kondisi dimana terjadi kesulitan untuk melihat dekat
disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi di cahaya redup. Peningkatan
13
ukuran pupil, dan penurunan kedalaman menjadi penyebab berkurangnya jarak
penglihatan dekat dalam cahaya redup.2
Epidemiologi Presbiopi
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup yang tinggi.
Karena presbiopi berhubungan dengan usia, dan prevalensinya berhubungan langsung dengan
orang lanjut usia dalam populasinya. Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden
presbiopi karena onsetnya yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopi
terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun.2
Etiologi Presbiopi
Yang menjadi etiologi presbiopi adalah:
- Kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.1
Faktor Resiko Presbiopi
Usia merupakan faktor resiko utama penyebab presbiopi. Namun, pada kondisi
tertentu dapat terjadi presbiopi prematur sebagai hasil dari faktor-faktor seperti trauma,
penyakit sistemik, penyakit jantung, atau efek samping obat
- Usia, terjadi pada atau setelah usia 40 tahun
- Hipeporia (hipermetropia), kerusakan akomodasi tambahan jika tidak dikoreksi
- Jenis kelamin, onset awal terjadi pada wanita
- Penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa, zonula, atau otot siliar
- Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, multiple sklerosis, kejadian
kardiovaskuler, anemia, influenza, dan campak
- Obat-obatan, penurunan akomodasi adalah efek samping dari obat nonprescription
dan prescription (contoh: alkohol, klorpromazin, hidroklorotiazid, antidepresan,
antipsikotik, antihistamin, diuretik)
- Lain-lain: kurang gizi dan penyakit dekompresi.2
- Merokok
Penelitian Khlalaz M et al pada tahun 2014 menemukan bahwa terhadap hubungan
yang kuat antara merokok dengan perkembangan presbiopia. Perokok memiliki risiko
tinggi untuk menderita presbiopia dan risiko meningkan pada perokok berat.4
Patofisiologi
14
Pada mata normal, cahaya masuk ke mata dan dibelokkan (refraksi) ketika melalui
kornea dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueus, lensa, humor vitreus) yang
mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina. Mata
mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi dengan
menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat memerlukan kontraksi dari cilliary
body, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi badan siliar yang diikuti relaksasi
ligamen pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina.
Pada mata presbiopia terjadi kelemahan otot akomodasi atau lensa mata tidak kenyal
atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan sulit mengubah bentuk lensa untuk
memfokuskan mata saat melihat. Akibat gangguan tersebut bayangan jatuh di belakang
retina. Karena daya akomodasi berkurang, maka titik dekat mata makin menjauh.3,5
Akomodasi adalah suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot. Jika terlalu sering
digunakan otot dapat lelah. Jelas musculus cilliary salah satu otot yang terlazim digunakan
dalam tubuh. Derajat kelengkungan lensa yang dapat ditingkatkan terbatas dan sinar cahaya
dari suatu objek yang sangat dekat individu tak dapat dibawa ke suatu fokus di retina,
walaupun dengan usaha otot terbesar.3,5,6
Titik terdekat dengan mata, tempat suatu objek di titik fokus dinamai titik dekat
penglihatan. Titik dekat berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan dan kemudian
secara cepat dengan bertambanya usia, dari sekitar 9 cm pada usia 10 tahun sampai sekitar 83
cm pada usia 60 tahun. Pengurangan ini terutama karena peningkatan kekerasan lensa,
dengan akibat kehilangan akomodasi karena penurunan terus-menerus dalam derajat
kelengkungan lensa yang dapat ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu normal
mencapai usia 40-45 tahun, biasanya kehilangan akomodasi, telah cukup menyulitkan
individu membaca dan pekerjaan dekat.3
Gejala klinis Presbiopi
Gejala yang dapat timbul adalah kesulitan membaca huruf cetak yang halus, terutama
sekali dalam kondisi cahaya redup, kelelahan mata ketika membaca dalam waktu yang lama,
kabur pada jarak dekat atau pandangan dikaburkan sebentar ketika mengalihkan di antara
jarak pandang.1
Seseorang dengan mata emetrop akan mulai merasakan ketidaknyamanan membaca
huruf kecil atau membedakan benda-benda kecil yang letaknya berdekatan pada usia sekitar
44-46 tahun. Hal ini semakin memburuk pada cahaya yang temaram dan biasanya lebih nyata
15
pada pagi hari atau saat subjek lelah. Gejala-gejala ini meningkat sampai usaia 55 tahun,
menjadi stabil, tetap menetap.1,3,7
Selain itu gejala lain yang didapat adalah sakit kepala, astenopia, juling, cepat lelah
bekerja pada jarak dekat, jarak kerja harus jauh, harus membaca pada tempat yang terang,
dan diplopia.2,7
Kesulitan pada saat melihat dekat dikarenakan amplitude akomodasi yang berkurang.
Membaca pada tempat yang terang sangat bermanfaat bagi pasien dikarenakan pupil yang
berkontraksi menyebabkan peningkatan kedalaman focus. Kelelahan dan sakiti kepala
dikaitkan dengan kontraksi otot orbikularis atau bagian dari otot occipitofrontalis dan
diperkirakan berhubungan dengan tekanan dan frustasi karena ketidakmampuan untuk
mempertahankan penglihatan yang jelas. Rasa kantuk dikarenakan usaha fisik yang
berlebihan untuk berakomodasi pada waktu yang lama. Diplopia mungkin muncul sebagai
akibat dari eksotropia yang berhubungan dengan peningkatan eksophoria dan penurunan
amplitude fusional vergence (gerakan kedua mata yang memungkinkan fusi gambaran
monokuler yang diciptakan oleh penglihatana binocular).2,5
Diagnosis
1. Anamnesis
Komponen utama dari anamnesis adalah keluhan utama dan perjalanan penyakitnya,
penglihatan pasien, dan riwayat kesehatan secara umum, riwayat keluarga dan riwayat
pengobatan. Perhatian penting dalam mengenali dan mengobati presbiopi adalah umur
pasien.2
Pasien sering melaporkan keluhan saat membaca, seperti membaca hanya bisa
sebentar, kabur, padangan ganda, tidak dapat membaca tulisan kecil atau tulisan
dengan kontras rendah, mata berair, memerlukan pencahayaan atau jarak dalam
membaca, sakit kepala, dan kantuk. Pasien dengan kacamata myopia akan
melepaskan kacamatanya saat membaca.2
Anamnesis sangat penting dalam diagnosis presbiopia premature, khususnya ketika
pasien memiliki penyakit sistemik signifikan, seperti DM, penyakit vascular, kelainan
saraf, trauma, dan penggunaan obat (antiansietas atau antidepresan) dapat
berkontribusi pada presbiopi premature.2
2. Pemeriksaan
a. Tajam penglihatan
16
Pemeriksaan visus merupakan evaluasi yang paling dasar, baik yang tidak
dikoreksi maupun yang dikoreksi dan pengoreksian ketajaman jarak dekat dapat
mengindikasikan kelainan refraksi atau penyakit mata dan dapat diperiksa
fungsinya pada jarak dekat. Pasien myopia memiliki gejala yang lebih ringan
daripada pasien hipermetropia pada saat bekerja pada jarak dekat.8
b. Refraksi
Koreksi optikal untuk presbiopia adalah jumlah dari koreksi refraksi dan
penambahan adisi. Karena efektivitas lensa, pasien dengan myopia lebih lambat
mengalami presnipia daripada yang emetrop atau hipermetropi. Biasanya, pasien
miopi memerlukan kekuatan adisi bifocal yang kecil dari pada pasien
hipermetropi dengan usia yang sama.8
c. Penilaian kesehatan mata dan sistemik
Banyak masalah kesehatan mata dan sistemik dapat berdampak pada kelainan
refraksi dan akomodasi. Pada populasi presbiopi yang tua, awitan katarak
merupakan penyebab umum perubahan refraksi. Kondisi seperti masa orbita,
ogtalmopati tiroid, dan edema macula mungkin dapat menyebabkan kelainan
refraksi.3
Kelainan sistemik seperti DM, uremia, dan efek samping obat harus mendapat
perhatian. Penurunan akomodasi dapat berhubungan dengan pengobatan seperti
phenothiazine, chloroquine, anti-Parkinson, muscle relaxan pada myasthenia
gravis.2
Penatalaksanaan
Presbiopia dikoreksi dengan menggunakan lensa plus untuk mengatasi daya focus
otomatis lensa yang hilang. Diperlukan adisi untuk membaca dekat dengan ketentuang,
sebagai berikut:
+1,0 D
+1,5 D
+2,0 D
+2,5 D
+3,0 D
40 tahun
45 tahun
50 tahun
55 tahun
60 tahun
17
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3,0 D adalah lensa positif terkuat
yang dapat diberikan kepada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak perlu berakomodasi,
karena benda yang dibaca berada pada titik api lensa +3,0 D sehingga sinar yang keluar akan
sejajar.1
Lensa plus dapat digunakan dengan berbagai cara. Kaca mata baca memiliki koreksi
dekat di seluruh aperture kacamata sehingga kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi
membuat benda-benda jauh menjadi kabur. Untuk dapat mengatasi gangguan ini, dapat
digunakan kacamata separuh, yaitu kacamata yang bagian atasnya terbuka dan tidak dikoreksi
untuk penglihatan jauh. Kacamata bifokus melakukan hal serupa tapi memungkinkan untuk
koreksi kelainan refraksi yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di
segmen atas, penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah.
Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh, tetapi dengan
perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.2,3
Ada lensa kontak untuk presbiopia. Baik lensa lunak dan rigid dapat dipakai untuk
mengoreksi presbiopia. Ketika akan memakai lensa kontak, dokter harus memikirkan refraksi
pasien, desain lensa yang cocok, dan fisiologi mata. Evaluasi fisiologi ocular sangat penting
untuk memastikan pasien mana yang tidak toleran dengan penggunaan lensa kontak seperti
pada pasien dengan mata kering atau distrofi kornea. Faktor lainnya adalah motivasi pasien
dan pengertian pasien, aktivitas, sistem penunjang, kecekatan, hygiene, financial. Tipe lensa
kontak untuk koreksi presbiopi diantaranya:2
1. Monovision lenses
2. Bifocal contact lenses
3. Alternating vision bifocal contact lenses
4. Simultaneous vision contact lenses
Pasien presbiopi yang menjalani operasi refraksi sengaja dibuat anisometropik untuk
mencapai monovision. Pasien sebaiknya diinfokan tentang efek samping operasi
(overcorrection, undercorrection, menyebabkan astigmat, regresi, penyembuhan epitel yang
lambat, stromal berkabut, diplopia, nyeri mata). Pasien harus mengerti benar, karena operasi
sifatnya ireversibel. Masa percobaan dengan lensa kontak monovision direkomendasikan
sebelum menjalankan operasi. Kadang pasien dibuat dengan miopi rendah sehinga mereka
dapat focus lebih baik pada penglihatan dekat. Pada kasus ini, kacamarta jauh mungkin
dibutuhkan.2
18
Prognosis Presbiopi
Hampir semua pasien presbiopia dapat berhasil dalam menggunakan salah satu
pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya pasien presbiopi yang baru
menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien yang memiliki riwayat kesulitan
beradaptasi dengan koreksi visual), tambahan kunjungan untuk tindak lanjut mungkin
diperlukan. Selama kunjungan tersebut dokter mata dapat memberikan anjuran kepada
pasien, verifikasi resep lensa dan penyesuaian bingkai. Kadang-kadang perubahan dalam
desain lensa diperlukan.2,3
Daftar pustaka
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. 2010. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. American Opthometric Assosiation. Opthometric clinical practice guidelines: Cares of
patient with presbyopia. USA; 2011.
3. Vaughan D, Riordan-Eva P. General Ophthalmology. Ed 18 th. Singapore: McGraw Hill;
2013.
4. Khalaj M, Gasemi H, Barikani A, Ebrahimi M, Rasrak S. Prevalency of Presbyopi
Among Smoking Population. The Journal of Eye and Ophtalmology. 2014.
5. Werner L, Trindade F, Pereira F, Werner Li. Physiology Of Accommodation And
Presbyopia. ARQ. BRAS. OFTALMOL. 2000; 63(6): 503- 509.
6. Gupta M1, Sukul R R1,Gupta Y1, Dey M3, Phougat A3, Bhardwaj U3, Dixit S.
Presbyopia and its anatomical and physiological variants. Nepal J Ophthalmol. 2011;
3(6):155-158.
7. Patel I, West SK. Presbyopia: prevalence, impact, and interventions. Community Eye
Health Journal. 2007; 20(63); 40-41
8. Artini W, Hutauruk J, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Ed 1st. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2011.
19