MIMBAR Vol 18 No. 2.doc

86
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Saya SenantiaSa Mengu taMakan ke Sehatan Penderi ta ww w . r sud r soetom o .j a timp r o v .g o .id Gigitan Kecil - Ancaman Besar (Small Bite - Big Threat) Waspadai Nyamuk, Lindungi Diri Kita

Transcript of MIMBAR Vol 18 No. 2.doc

Saya SenantiaSa MengutaMakan keSehatan Penderitawww.rsudrsoetomo.jatimprov.go.idGigitan Kecil - Ancaman Besar(Small Bite - Big Threat)Waspadai Nyamuk, Lindungi Diri KitaPelayanan Rehabilitasi Medik, Kini dan Masa Depan / 10

Asma PadaKehamilan / 15

Total QualityManagement / 32

April 2014 Vol.18 No. 2ISSN : 14106450PERINGATAN HARI KANKER SEDUNIARSUD Dr. SOETOMO SELASA, 4 PEBRUARI 2014Direktur RSUD Dr. Soetomo dr. Dodo Anondo, MPH didampingi Wadir Pelayanan Medik dan Wadir Penunjang Medik memberi pengarahan dan pelepasan Tim Kanker RSUD Dr. Soetomo menggelar aksi peduli kanker yang dilakukan di beberapa titik di wilayah Surabaya, mereka terdiri dari para dokter, PPDS, perawat, dan mahasiswa dari Unesa.Aksi peduli mereka ditunjukkan dengan membagikan flyer berisi informasi seputar penyakit kanker, pengobatan dan perawatan. Tampak aksipeduli tersebut dilakukan di Jl. Darmo, depan Gedung Grahadi, Jl. Kapasan dan depan RSUD Dr. Soetomo. Tampak kanan bawah family gathering dengan para pasien kanker dan keluarganya dilakukan oleh Agus Ali Fauzi, dr, PGD.Pall.Med dengan ceramah mengenai kanker di Instalasi Radioterapi.Peringatan Hari Kanker Sedunia inimenjadi momen yang tepat untuk memberi edukasi tentang penyakit kanker kepada masyarakat luas, agar mampu menepis mitos seputar kanker yang salah. Inisesuai dengan tema Hari Kanker SeduniaDebunk The Myths yang artinya MenepisMitos Kanker.daftar isiapril 2014 Vol. 18 No. 202091. Nyeri Kepala

bEriTa uTama1. Gigitan Kecil Ancaman Besar (Small Bite Big Threat) Waspadai nyamuk, lindungi diri kita2. BASIKA (Badan Sosial Ilmu Kesehatan Anak)

arTikEL kEsEHaTaN

38 ruaNG WaNiTa Pukis

Tumis Ayam Kacang Merah39 ruaNG uNik & LuCu40kuis mimbar

COVEr :Selasa, 11 Pebruari 2014 Wakil Dubes Amerika Kristen F. Bauer (2 dari kiri) beserta rombongan berkunjung ke Poli TB-DOTS RSUD Dr. Soetomo tampak didampingi Soedarsono, dr, SpP(K) (3 dari kiri) foto di Gazebo sebagai tempat berkumpul pasien TB Rawat Jalan yang selalu datang untukmematuhi jadwal minum obat mereka. Kunjungan tersebut dalam rangka meninjau seberapa jauh kemajuan penanganan pasien TB di RS ini setelah mendapat bantuan dari USAID. Selain itu beliau juga berkunjung ke Irna Anak untuk melihat penanganan pasienanak leukemia.2. Perkembangan Pelayanan Rehabilitasi Medik Masa Kini dan Masa Depan3. Asma pada Kehamilan

4. Uji Kulit pada Dermatitis Kontak

5. Pemeriksaan Mata pada Anak

sEPuTar sOETOmO

Dari RedaksiGigitan kecil, ancaman besar (Small bite - big threat) Waspadai nyamuk, lindungi diri kita adalah tema Hari Kesehatan Sedunia, 7 April 2014, yang juga menjadi tema Majalah Mimbar kita April 2014 ini. Tema yang sederhana tapi besar artinya buat kita yang tinggal di negara tropis terutama bahaya demam berdarah, silakan membaca di berita utama.Saatnya seluruh SMF/Departemen RSUD Dr. Soetomo/FK Unair gerakan SMF/Departemen Social Responsibility1. Kunjungan Komisi E DPR Pusat2. Kunjungan Tim Penilai LPPD

3. Peresmian Mushola Baitus Salam4. HUT ke 5 Paduan Suara Gita Swara Medika

5. HUT Paliatif ke 22 6. Peringatan Hari Ginjal Sedunia (HGS)

7. Peringatan Hari Tuberculosis (TB) Sedunia8. Pelatihan Code Blue

30 sEkiLas iNFO1. Alur Code Blue

2. Total Quality Management3. Mengenal Diagnosa Keperawatan4. 9 Tradisi Pengusir dan pembasmi kutu beras5. 9 Wasiat terlarang pembasmi tikus pengganggu37 ruaNG sENi1. Renungan seorang Ayah

menyambut seperti SMF/Departemen Ilmu Kesehatan Anak yang telah membentuk BASIKA sejak tahun 1998, dapat dibaca di berita utama. Dunia akan semakin indah dengan senyuman kita yang berjiwa sosial, dan Allah SWT akan lebih memberi yang terbaik untuk kita semua.Masih banyak yang dapat kita baca di artikel kesehatan yang menjadi favorit pembaca dan berita foto seputar Soetomo selama 3 bulan ini.

Selamat membaca dan mengisi tiga kuis Mimbar terutama sudoku sebagai senam otak, obat anti pikun.Susunan RedaksiPelindung : Dodo Anondo, dr, MPh - Direktur RSUDD Dr. SoetomoPenasehat : Drs. Pungky Hendriastjarjo, MAk - Wakil Direktur Umum dan Keuangan Dr. Kohar Hari Santoso, dr., SpAn, KIC, KAP - Wakil Direktur Pelayanan Medik & Keperawatan Dra. Sri Widayati, Apt, SpFRS - Wakil Direktur Penunjang Medik Bangun Trapsila Purwaka, dr., SpOG(K) - Wakil Direktur Pendidikan Profesi & Penelitian.Pimpinan Redaksi : Sunarso Suyoso, dr., Sp.KK(K) - Kepala Instalasi PKRS & Humas

Wakil Redaksi : Didi Aryono Budiyono, dr., Sp.KJ(K) - Wakil Kepala Instalasi PKRS & Humas Dewan Redaksi : Roestiniadi Djoko Soemantri, dr., Sp.THT (K) Pranawa, dr., Sp.PD.KGH, Agus Hariyanto, dr., SpA (K), Syaiful Islam, dr., Sp.S, Dr. Esti Handayani, dra. Apt.MARS Redaksi Pelaksana : Moegiono M. Oetomo, dr., Sp.M Rahayu Warni Kusasih, SKM Rama Krishna, SKM Tutik Murniati, SE. Ruri Mustikarani, S.Sos Yasta Dwi Amanda, SKM

Tata Usaha : Widyowati, Zainal Mutakin, S.Sos, Susana Shinta A.Alamat : Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 6 - 8 Surabaya Telp. 5501086, 5501088, 5501123 eMail: [email protected] Website: www.rsudrsoetomo.jatimprov.go.id Foto-foto : ZMRedaksi menerima sumbangan foto atau karangan, berupa tulisan ilmiah, pengalaman kerja, ide cerita, anekdot, suka duka dan lain-lain yang menyangkut kesehatan. Redaksi berhak mengurangi atau menambah, tanpa mengubah isi.april 2014

mimbar 1amaGIGITAN KECIL - ANCAMAN BESAR(SMALL BITE - BIG THREAT)

Tema Hari Kesehatan Sedunia - 7 April 2014Waspadai Nyamuk, Lindungi Diri Kitaari Kesehatan Sedunia dirayakan pada tanggal 7 April setiap tahun untuk menandai ulang tahun berdirinya WHO pada 1948. Setiap tahun tema yang dipilih yang menyoroti area prioritas kesehatan masyarakat Hari itu memberikan kesempatan bagi individu dalam setiap masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan yang menyebabkan kesehatan yang lebih baik.Topik untuk 2014 adalah PENYAKIT KARENA VEKTOR dengan tema Gigitan Kecil, Ancaman Besar (Small Bite, Big Threat) dengan fokus perhatian pada Waspadai Nyamuk, Lindungi Diri Kita.Apa vektor dan penyakit karena vektor ?Vektor adalah organisme yang menularkan patogen dan parasit dari satu orang yang terinfeksi (atau hewan) ke yang lain. Penyakit oleh karena vektor adalah penyakit yang disebabkan oleh patogen dan parasit pada populasi manusia. Mereka yang paling sering ditemukan di daerah tropis dan tempat di mana akses yang bermanfaat terhadap air minum bersih dan sistem sanitasinya.Penyakit oleh karena vektor paling mematikan, malaria, menyebabkan sekitar 660.000 kematian pada tahun 2010. Sebagian besar adalah anak-anak Afrika. Namun, penyakit karena vektor paling cepat berkembang di dunia adalah demam berdarah, dengan peningkatan 30 kali lipat dalam kejadian penyakit selama 50 tahun terakhir. Globalisasi perdagangan dan perjalanan dan tantangan lingkungan seperti perubahan iklim dan urbanisasi yang mempunyai dampak pada penularan penyakit karena vector, dan menyebabkan ada demam berdarah di negara-negara di mana mereka sebelumnya tidak diketahui.Dalam beberapa tahun terakhir, komitmen baru dari departemen kesehatan, inisiatif kesehatan regional dan global - dengan dukungan dari yayasan, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta dan komunitas ilmiah - telah membantu untuk menurunkan kejadian dan tingkat kematian dari beberapa vektor penyakit.Hari Kesehatan Dunia 2014 akan menyoroti beberapa vektor yang paling umum dikenal -seperti nyamuk, sandflies, kutu busuk, kutu dan siput- yang bertanggung jawab untuk transmisi berbagai parasit dan patogen yang menyerang manusia atau hewan. Nyamuk, misalnya, tidak hanya menularkan malaria dan demam berdarah, tetapi juga filariasis limfatik, chikungunya, Japanese ensefalitis dan demam kuning.Tujuan : perlindungan yang lebih baik dari penyakit karena vektor.Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang ancaman yang ditimbulkan oleh vektor dan penyakit karena vektor dan untuk merangsang keluarga dan masyarakat untuk mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka sendiri. Unsur inti dari kampanye ini adalah

untuk memberikan masyarakat dengan informasi. Sebagai vektor penyakit mulai menyebar di luar batas-batas tradisional mereka, tindakan yang perlu diperluas di luar negara-negara di mana penyakit saat ini berkembang.Secara lebih luas, melalui kampanye, dengan tujuan sebagai berikut : keluarga yang tinggal di daerah di mana penyakit yang ditularkan oleh vektor tahu bagaimana melindungi diri mereka sendiri ; wisatawan tahu bagaimana melindungi diri dari vektor dan penyakit karena vektor ketika bepergian ke negara- negara di mana ini menimbulkan ancaman kesehatan; di negara-negara di mana vektor penyakit adalah masalah kesehatan masyarakat, departemen kesehatan membuat kebijakan untuk meningkatkan perlindungan dari populasi mereka, dan di negara-negara di mana vektor penyakit adalah ancaman yang muncul , otoritas kesehatan bekerja sama dengan otoritas lingkungan dan relevan secara lokal dan di negara-negara tetangga untuk meningkatkan pengawasan vektor terpadu dan mengambil langkah- langkah untuk mencegah proliferasi mereka.Ekologi Vector dan Manajemen (EVM)2 mimbar

april 2014Vector-borne diseases (VBDs) untuk 16 % dari beban global diperkirakan penyakit menularPengendalian vektor merupakan komponen penting dalam pencegahan dan pengendalian VBDs, terutama untuk kontrol transmisi. EVM, sebagai kegiatan lintas sektor, mengembangkan dan mempromosikan strategi, pedoman dan standar untuk pengendalian vektor, termasuk manajemen suara pestisida. EVM mempromosikan manajemen vektor terpadu untuk meningkatkan efektivitas, efektivitas biaya, ekologi dan keberlanjutan intervensi pengendalian vektor untuk kontrol VBD. Ekologi Vector dan Manajemen (EVM) AlasanEVM mengembangkan dan mempromosikan strategi dan pedoman yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan pendekatan manajemen vektor terpadu, termasuk manajemen pestisida yang baik.Pengendalian vektor merupakan komponen penting dalam pencegahan dan pengendalian vektor penyakit, khusus untuk kontrol transmisiManajemen Vector Terpadu : proses rasional pengambilan keputusan untuk penggunaan sumber daya yang optimal untuk kontrol vektorTujuanUntuk berkontribusi pada pengurangan beban kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh penyakit karena vektorTujuan Untuk mengembangkan dan mempromosikan pedoman dan strategi untuk

aplikasi yang berkelanjutan dan hemat biaya pada intervensi pengendalian vektor dalam konteks Kerangka Strategis Global untuk Manajemen Vektor Terpadu, dan untuk membantu dan memantau pelaksanaannya oleh negara-negara anggota. Untuk meningkatkan akses ke alat dan teknologi untuk pengendalian vektor, termasuk pestisida kurang berbahaya dan hemat biaya.Strategi Mengintensifkan kerjasama dengan Negara-negara Anggota, industri, lembaga swadaya masyarakat, badan-badan PBB lainnya, organisasi-organisasi regional dan internasional dan program WHO yang relevan berkaitan dengan pengendalian vektor dan manajemen suara pestisida. Diseminasi kebijakan, strategi, pedoman dan standar yang berkaitan dengan pengendalian vektor dan penggunaan dan pengawasan mutu pestisida dan peralatan aplikasi.

Membangun dan memperkuat mekanisme pengumpulan data untuk memantau pelaksanaan kebijakan, strategi dan pedoman pengendalian vektor dan penggunaan pestisida dalam kesehatan masyarakat.

Manajemen Vektor Terpadu (MVT)MVT adalah rasional proses pengambilan keputusan untuk penggunaan sumber daya yang optimal untuk pengendalian vektorPendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas, efektivitas biaya, kesehatan ekologi dan keberlanjutan intervensi pengendalian vektor untuk pengendalian penyakit karena vektor Tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan penyakit karena vector seperti malaria, demam berdarah, radang otak Jepang, leishmaniasis, schistosomiasis dan penyakit Chagas.Manajemen Vektor Terpadu (MVT) KonsepMVT adalah proses pengambilan keputusan yang rasional untuk penggunaan sumber daya yang optimal untuk pengendalian vektor. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas, efektivitas biaya, kesehatan ekologi dan keberlanjutan pengendalian penyakit karena vektor. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan penyakit karena vector seperti malaria, demam berdarah, radang otak Jepang, leishmaniasis, schistosomiasis dan penyakit Chagas.AlasanMengendalikan kekuatan di balik meningkatnya minat MVT termasuk kebutuhan untuk mengatasi tantangan berpengalaman dengan pendekatan intervensi tunggal yang konvensional untuk pengendalian vektor serta peluang terakhir untuk mempromosikan pendekatan multi- sektoral untuk kesehatan manusia.Strategi OperasionalKerangka Kerja Strategis Global untuk MVT mencatat bahwa MVT memerlukan pembentukan prinsip, kriteria dan prosedur pengambilan keputusan, bersama dengan kerangka waktu dan target . Kerangka mengidentifikasi berikut lima elemen kunci bagi keberhasilan pelaksanaan MVT : Advokasi , mobilisasi sosial , kontrol peraturan untuk kesehatan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Kolaborasi dalam sektor kesehatan dan dengan sektor lain melalui penggunaan sumber daya yang optimal, perencanaan, pemantauan dan pengambilan keputusan. Integrasi metode pengendalian vektor non - kimia april 2014

mimbar 3amadan kimia, dan integrasi dengan langkah-langkah pengendalian penyakit lainnya. Pengambilan keputusan berbasis bukti dipandu oleh penelitian operasional dan pengawasan dan evaluasi entomologis dan epidemiologi. Pengembangan sumber daya manusia yang memadai, pelatihan dan struktur karir di tingkat nasional dan lokal untuk mempromosikan kapasitas pembangunan dan mengelola program MVT;Pengendalian Vektor Advisory Group pada alat-alat baru (VCAG)Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membentukPengendalian VektorAdvisory Group (VCAG) pada Alat Baru untuk melayani sebagai badan penasehat WHO pada bentuk-bentuk baru untuk pengendalian vektor malaria dan penyakit karena vektor lainnya.Ini adalah kelompok penasehat bersama-sama didirikan oleh WHO global Malaria Programme (GMP) dan WHO Departemen Penyakit Tropis yang Terabaikan (NTD) .FungsiThe VCAG memiliki fungsi sebagai berikut : Untuk meninjau dan menilai kesehatan masyarakat, bukti prinsip (dampak epidemiologi) alat-alat baru, pendekatan dan teknologi , dan Untuk membuat rekomendasi penggunaannya untuk pengendalian vektor dalam konteks manajemen vektor terpadu dalam pengaturan multi-penyakit.DengueDengue cepat muncul penyakit virus Pandemi dibanyak bagian duniaDengue berkembang di daerah miskin perkotaan, pinggiran kota dan pedesaan tetapi juga mempengaruhi lingkungan yang lebih makmur di negara-negara tropis dan subtropis. Dengue adalah infeksi virus yang ditularkan nyamuk yang menyebabkan penyakit seperti flu yang parah dan , kadang-kadang menyebabkan komplikasi yang berpotensi mematikan yang disebut demam berdarah yang parah. Insiden demam berdarah telah meningkat 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir. Sampai 50-100 juta infeksi sekarang diperkirakan terjadi setiap tahun di lebih dari 100

negara endemik, menempatkan hampir setengah dari populasi dunia beresiko. Dengue berat (sebelumnya dikenal sebagai demam berdarah dengue) pertama kali diakui pada tahun 1950 selama wabah demam berdarah di Filipina dan Thailand. Hari ini mempengaruhi negara-negara Asia dan Amerika Latin dan telah menjadi penyebab utama rawat inap dan kematian di antara anak-anak dan orang dewasa di wilayah ini.

TransmisiSiklus hidup penuh virus demam berdarah melibatkan peran nyamuk sebagai pemancar (atau vektor) dan manusia sebagai korban utama dan sumber infeksi.

VirusVirus dengue (DEN) terdiri dari empat serotipe yang berbeda (DEN-1, DEN-2 , DEN-3 dan DEN-4) yang termasuk ke dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae.Genotipe yang berbeda telah diidentifikasi dalam setiap serotipe, menyoroti variabilitas genetik yang luas dari serotipe dengue. Di antara mereka , Asia genotipe DEN-2 dan DEN-3 sering dikaitkan dengan penyakit berat yang menyertai infeksi dengue sekunder.NyamukNyamuk aedes aegypti adalah vektor utama yang mentransmisikan virus yang menyebabkan demam berdarah . Virus yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan dari nyamuk Aedes betina infektif, yang terutama memperoleh virus sambil memberi makan pada darah dari orang yang terinfeksi.Dalam nyamuk, virus menginfeksi usus nyamuk dan kemudian menyebar ke kelenjar ludah selama 8-12 hari. Setelah masa inkubasi ini, virus dapat ditularkan ke manusia selama menyelidik berikutnya atau makan. Tahapan yang belum matang yang ditemukan di habitat berisi air, terutama dalam wadah buatan berkaitan erat dengan tempat tinggal manusia dan sering di dalam ruangan.Studi jarak terbang menunjukkan bahwa sebagian besar Ae. aegypti betina dapat menghabiskan hidup mereka dalam atau di sekitar rumah-rumah di mana mereka muncul sebagai dewasa dan mereka biasanya terbang rata-rata 400 meter. Ini berarti bahwa orang, bukan nyamuk, bergerak cepat virusnya dalam dan di antara komunitas dan tempat.Tingkat infeksi dengue lebih tinggi di luar ruangan dan pada siang hari, ketika nyamuknya (Stegomyia) paling sering menggigit. Namun, Ae. aegypti berkembang biak di dalam ruangan dan mampu menggigit siapa pun sepanjang hari. Habitat dalam ruangan kurang rentan terhadap variasi iklim dan meningkatkan umur panjang nyamuk.Wabah demam berdarah juga telah dikaitkan dengan Aedes albopictus , Aedes polynesiensis dan beberapa spesies kompleks Aedes scutellaris. Masing-masing spesies ini memiliki ekologi tertentu, perilaku dan distribusi geografis. Ae. albopictus terutama spesies hutan yang 4 mimbar

april 2014telah menyesuaikan dengan pedesaan, pinggiran kota dan perkotaan lingkungan manusia. Dalam beberapa dekade terakhir Aedes albopictus telah menyebar dari Asia ke Afrika, Amerika dan Eropa, terutama dibantu oleh perdagangan internasional di ban bekas di mana telur yang disimpan ketika mereka mengandung air hujan. Telur dapat menahan kondisi sangat kering (pengeringan) dan tetap layak selama berbulan-bulan tanpa adanya air dan strain Eropa Aedes albopictus dapat menjalani masa mengurangi pengembangan (diapause) selama bulan- bulan musim dingin.ManusiaSetelah terinfeksi, manusia menjadi operator utama dan pengganda virus , melayani sebagai sumber virus untuk nyamuk yang tidak terinfeksi. Virus ini beredar dalam darah orang yang terinfeksi selama 2-7 hari, kira-kira pada saat yang sama bahwa orang yang mengembangkan demam. Pasien yang sudah terinfeksi dengan virus dengue dapat menularkan infeksi melalui nyamuk Aedes setelah gejala pertama muncul (selama 4-5 hari, maksimum 12).

Pada manusia pemulihan dari infeksi oleh salah satu virus dengue memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus tertentu. Namun, kekebalan ini memberikan perlindungan parsial dan sementara terhadap infeksi berikutnya oleh tiga serotipe lain dari virus. Bukti menunjukkan fakta bahwa infeksi sekuensial meningkatkan risiko mengembangkan demam berdarah yang parah . Interval waktu antara infeksi dan urutan infeksi virus tertentu juga mungkin penting.GejalaSeseorang yang terinfeksi oleh virus dengue mengalami gejala seperti flu yang parah. Penyakit, juga disebut demam break-bone mempengaruhi bayi , anak- anak dan orang dewasa sama dan bisa berakibat fatal. Gambaran klinis demam berdarah bervariasi sesuai dengan usia pasien.Individu harus mencurigai demam berdarah saat demam tinggi (40C / 104F) disertai dengan dua dari gejala berikut :

Sakit kepala parah Nyeri di belakang mata Mual, Muntah pembengkakan kelenjar Otot dan nyeri sendi Ruam

Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.Dengue merupakan komplikasi yang berpotensi mematikan karena plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau kerusakan organ . Tanda-tanda peringatan yang harus diwaspadai terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38C / 100F) meliputi : sakit perut parah muntah Persistent pernapasan cepat Perdarahan gusi Darah dalam muntahan Kelelahan , gelisah24-48 jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan, perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian.PengobatanTidak ada pengobatan khusus untuk demam berdarah. Pasien harus mencari nasihat medis, beristirahat dan minum banyak cairan. Parasetamol dapat diambil untuk menurunkan demam dan mengurangi nyeri sendi. Namun, aspirin atau ibuprofen tidak harus digunakan karena mereka dapat meningkatkan risiko perdarahan.Untuk demam berdarah yang parah, perawatan medis oleh dokter dan perawat berpengalaman dengan efek dan perkembangan penyakit sering dapat menyelamatkan nyawa. Pemeliharaan volume sirkulasi cairan pasien adalah fitur utama dari perawatan tersebut.Pencegahan dan kontrolSatu-satunya metode saat ini untuk mengendalikan atau mencegah penularan virus dengue adalah secara efektif memerangi nyamuk vektor. Pengendalian vektor diimplementasikan dengan menggunakan pendekatan Manajemen Vektor Terpadu (MVT), yang merupakan rasional proses pengambilan keputusan untuk penggunaan sumber daya yang optimal untuk pengendalian vektor.MVT memerlukan pendekatan manajemen yang meningkatkan efikasi, efektivitas biaya, kesehatan ekologi dan intervensi keberlanjutan pengendalian vektor dengan diberikan alat yang tersedia dan sumber daya.Pembuangan limbah padat dan meningkatkan praktek penyimpanan air yang tepat, termasuk meliputi wadah untuk mencegah akses oleh nyamuk betina yang bertelur antara metode yang didorong melalui program-program berbasis masyarakat.april 2014

mimbar 5amaDI INDONESIA : WASPADAI NYAMUK, LINDUNGI DIRI KITASituasi Terkini : Penyakit Tular Vektor (Vector Borne Diseases) di Indonesiada 6 penyakit tular vektor yang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, yaitu : Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Filariasis, Chikungunya, Japanese Encephalitis, dan Pes. Penyakit- penyakit ini berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan pengendaliannya merupakan prioritas Pembangunan Kesehatan. Penyakit tular vektor ditularkan dari manusia ke manusia atau dari hewan ke manusia oleh serangga, yaitu nyamuk dan pinjal. Upaya pengendalian vektor telah dilaksanakan di Indonesia sejak enam dasa warsa yang lalu. Upaya ini mencakup deteksi jenis vektor nyamuk dan serangga lainnya yang berpotensi menularkan penyakit tular vektor. Upaya ini juga diperkuat dengan kegiatan surveilans vektor untuk memantau perkembangan dan penyebarannya. Sebanyak 25 jenis nyamuk telah terbukti berperan sebagai vektor Malaria di Indonesia dan 22 jenis nyamuk terbukti berperan sebagi vektor Filariasis. Telah dibuat pula peta penyebaran berbagi jenis nyamuk yang berpotensi menularkan DBD dan Chikungunya. Sedangkan, penyebaran 11 jenis nyamuk yang bepotensi menularkan Japanese Encephalitis juga telah terdeteksi Indonesia. Selain itu dilakukan pula pengendalian vektor dengan intervensi kimiawi menggunakan insektisida, intervensi biologis dengan memanfaatkan hewan pemangsa serangga, dan intervensi lingkungan. Upaya pengendalian vektor juga diperkuat dengan penggunaan kelambu di seluruh daerah endemis malaria, dan pada kurun waktu tahun 2009 2014 telah didistribusikan sebanyak 15 juta kelambu berinsektisida. Salah satu pengendalian penyakit tular vektor yang ditularkan oleh nyamuk adalah pengendalian Malaria. Penyakit ini merupakan salah satu sasaran Millenium Development Goals (MDGs). Indonesia bertekad mencapai Eliminasi Malaria, sesuai dengan instruksi Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada acara Peringatan Hari Malaria Sedunia tahun 2008. Pemerintah dengan dukungan seluruh masyarakat mentargetkan akan mengeliminasi Malaria di Indonesia pada tahun 2030. Dalam periode tahun 2008 2013, Angka Kesakitan Malaria atau Annual Paracite Incidence telah berhasil diturunkan dari 1,96 per 1000 penduduk pada tahun 2008 menjadi 1,38 per 1000 penduduk pada tahun 2013. Secara bertahap berbagai Kabupaten/Kota telah berhasil mencapai eliminasi. Pada tahun 2013, Kabupaten Kepulauan Seribu di DKI Jakarta telah mencapai eliminasi. Pada bulan April 2014, sebanyak 200 Kabupaten/Kota - dengan jumlah penduduk separuh penduduk Indonesia - akan diberikan Sertifikasi Eliminasi. Keberhasilan ini merupakan bukti bahwa Indonesia mampu melakukan Eliminasi Malaria. Eliminasi Malaria di Indonesia diperkuat dengan berbagai upaya, yaitu : 1) Gerakan Berantas Kembali Malaria yang dilaksanakan di daerah-daerah melalui kemitraan Pemerintah dengan Masyarakat untuk mempercepat pencapaian Eliminasi Malaria., 2) Pembentukan Malaria Center di beberapa Provinsi dan Kabupaten sebagai pusat kegiatan terpadu pengendalian Malaria untuk memperkuat upaya pencapaian Eliminiasi Malaria di lapangan, 3) Pengendalian Malaria dengan dukungan Upaya Kesehatan

Berbasis Masyarakat, yaitu melalui Desa Siaga, Pos Malaria Desa, dan Posyandu untuk memperkuat Pengendalian Malaria di tingkat desa. Penyakit tular vektor lain yang ditularkan oleh nyamuk adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Meskipun KLB DBD kadang-kadang masih terjadi di Indonesia, akan tetapi berkat upaya pengendalian yang telah dilaksanakan selama lima dasa warsa terakhir ini, angka kematian (Case Fatality Rate) DBD telah berhasil ditekan di bawah 1% selama 14 tahun terakhir sejak tahun 2000. Angka CFR telah dapat ditekan kurang dari 1%, berkat penatalaksanaan kasus DBD di fasilitas kesehatan yang sangat baik. Keberhasilan pengendalian DBD di Indonesia dicapai karena didukung oleh kebijakan Pemerintah di Tingkat Pusat dan Daerah dan sumber daya yang diperlukan - termasuk pembiayaan. Upaya ini juga diperkuat dengan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk melaksanakan 3M Plus, yaitu : 1) Menguras dan menyikat dinding tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi seminggu sekali, 2) Menutup rapat penampungan air, 3) Mendaur ulang barang-barang yang dapat menampung air hujan. Kegiatan ini dilengkapi dengan kegiatan Plus, seperti mengganti air vas bunga, membuang air pada tampungan air di dispenser, menaburkan bubuk pembunuh jentik, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, dan penggunaan repellen.. Pengendalian DBD adalah bagian dari Pengendalian Arbovirosis yang mencakup juga pengendalian penyakit Chikungunya dan Japanese Encephalitis. Pengendalian penyakit tular vektor ketiga yang merupakan salah satu prioritas Pembangunan Kesehatan adalah Pengendalian Filariasis. Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah endemis Filariasis. Oleh karena itu, Pemerintah bersama seluruh lapisan masyrakat melakukan upaya pemutusan mata rantai penularan Filariasis. Upaya yang dilakukan adalah Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis di daerah endemis, sekali setahun selama minimal lima tahun berturut-turut. Dengan upaya ini, maka Eliminasi Filariasis akan tercapai pada tahun 2020. Pada tahun 2013, lebih dari 21 juta penduduk Indonesia minum obat pencegahan Filariasis. Upaya yang dilakukan untuk memperkuat pencapaian Eliminasi Filariasis adalah dengan memperluas kampanye, sosialisasi, dan advokasi kepada semua pihak terkait agar mendukung suksesnya Pengendalian Filariasis.Penyakit tular vektor lainnya yang juga mendapat perhatian khusus di Indonesia adalah Pes (Sampar). Vektor penyakit Pes adalah pinjal. Sejak tahun 2007 di Indonesia tidak pernah ditemukan lagi kasus Pes pada manusia. Akan tetapi hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan masih ditemukan serologis positif Pes pada hewan pengerat (tikus) beserta pinjalnya di daerah fokus. Untuk mencegah penularan Pes dari pinjal ke manusia, dilakukan kegiatan surveilans dengan pemeriksaan laboratorium terhadap bahan yang berasal dari tersangka Pes dan spesimen serum hewan pengerat.6 mimbar

april 2014Cara Pemberantasan SarangNyamuk (PSN)Cara PSN DBDPSN DBD dilakukan dengan cara 3M-Plus, 3M yang dimaksud yaitu:a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2)c. Mendaur ulang barang-barang yang dapat menampung air hujan (M3). Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti :a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali. b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusakc. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/

pohon, dan lain-lain (dengan tanah, dan d. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat yang sulit dikuras atau di daerah y aire. Memelihara ikan pemakan jentik di penampungan airf. Memasang kawat kasa g. Menghindari kebiasaan menggantung dalam kamar h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadaii. Menggunakan kelambuj. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamukk. Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah. Keseluruhan cara tersebut diatas dikenal dengan istilah dengan 3M-Plus.Sumber : http:///www.who.int/world-health-day/2014Buku Panduan Hari Kesehatan Sedunia April 2014, Kementerian Kesehatan RIBASIKA(BADAN SOSIAL ILMU KESEHATAN ANAK)ASIKA kepanjangan dari Badan Sosial Ilmu Kesehatan Anak, merupakan organisasi sosial independen di luar kegiatan fungsional dari RSUD Dr. Soetomo, FK Unair, maupun kegiatan structural dari Pemkot Surabaya. Basika bertujuan untuk membantu orang tua dan pasien anak yang menjalani rawat inap dan kurang mampu di Instalasai Rawat Inap (IRNA) Anak RSUD Dr. Soetomo, serta menggerakkan kesetiakawanan sosial di dalam keluarga besar Lab/SMF Ilmu Kesehatan anak.Pertama kali didirikan pada tahun 1998 dengan dasar latar belakang semakin banyaknya pasien anak yang datang dan dirawat di RSUD Dr. Soetomo, sementara orang tua pasien tidak mampu membayar biaya perawatan akibat dampak terjadinya krisis ekonomi yang melanda negeri sejak tahun 1998. Hal tersebut menggugah hati para staf dokter di Lab/ SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo/FK Unair untuk membantu meringankan beban penderitaan orang tua pasien tersebut.

Berdasarkan pemikiran tersebut, Prof. Dr. Boerhan Hidajat, dr., SpA(K)., M.Kes dan beberapa rekan dokter yang lain seperti dr. Makmuri, SpA(K); Prof. Moersintowarti Bagus Narendra, dr., SpA(K); M.Kes; dr. Liek Djupri, SpA(K) (Alm.); dr. Lucia Florawati, SpA; dan Dr. Roedi Irawan, dr., SpA(K)., M.Kes merealisasikan BASIKA pada bulan April 1998. Untuk siapakah BASIKA ada?Sasaran penerima bantuan BASIKA adalah penderita anak yang dirawat di ruang anak, baik rawat inap maupun rawat jalan, dan orang tua/keluarga pasien yang sedang menunggu sanak saudara yang dirawat. Untuk mencapai sasaran tersebut, BASIKA melakukan beberapa kegiatan utama, diantaranya:1. Sumbangan untuk pasien rawat inap dengan membuka dompet BASIKA. Bantuan yang diberikan bisa berupa obat-obatan, susu formula khusus tujuan medis, pemeriksaan laboratorium, dan dana tunai hingga pelunasan biaya rawat inap pasien tidak mampu. Sumbangan pasien dapat dimintakan melalui dokter yang merawat pasien anak dengan persetujuan dari Supervisor ruangan dan bendahara BASIKA.2. Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi april 2014

mimbar 7amaGERAKAN SMF/ DEPARTEMEN SOCIAL RESPONSIBILITYBASIKA (Badan Sosial Ilmu Kesehatan Anak) dapat sebagai contoh untuk SMF/Departemen di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair untuk membentuk Badan Sosial di SMF/ Departemen masing-masing sebagai kepedulian sosial kita semua. kelompok masyarakat atau orang tua penderita dalam penanggulangan masalah gizi. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah gizi buruk primer akibat ekonomi lemah yang banyak terjadi di masyarakat kecil saat ini. Adapun jenis pelatihan yang pernah dilakukan antara lain pembuatan modisco (modified disco) di dapur gizi rumah sakit.3. Membuka dapur BASIKA. Tujuan utama dapur BASIKA adalah mengumpulkan sumbangan bahan makanan baik berupa beras, lauk pauk, susu, dan sebagainya dan dirupakan dalam bentuk nasi bungkus yang diberikan kepada orang tua/keluarga penderita yang sedang menunggui anak/saudaranya di bangsal anak RSUD Dr. Soetomo.Dari mana pendanaan BASIKA berasal?Adapun masalah pendanaan, BASIKA banyak melakukan berbagai sosialisasi dalam bentuk diskusi interaksi melalui media sosial seperti radio, majalah, penyebaran brosur dalam acara sosial dan perkumpulan seperti arisan para staf, sejawat dokter dan sebagainya.Dari dalam BASIKA disokong oleh donatur tetap, yaitu para staf Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak, dan beberapa donator tetap lain.

BASIKA menerima sumbangan suka rela setiap saat, baik dalam bentuk bahan makanan, susu, dan sebagainya, maupun dalam bentuk tunai, menerima pemberian zakat (fitrah dan maal) dari staf dan masyarakat umum, perkumpulan pengajian ibu-ibu dan sebagainya.Bagi para pembaca yang bersedia menyalurkan bantuan, silakan hubungi Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetoma/FK Unair. Cp. Bendahara BASIKA Dr. Rudi Irawan atau sekretaris BASIKA (Winarti/Eva Ardianah). Atau transfer langsung ke rekening BASIKA : BCA KCP Dharmahusada,No. Rekening : 3885601958.

Banyak pasien yang memerlukan obat-obatan yang tidak masuk formularium ataupun obat JKN, juga memerlukan alat-alat kedokteran maupun pemeriksaan penunjang khusus yang tidak tersedia di RSUD Dr. Soetomo, dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan dari dana tersebut. Semuanya dapat memecah kebuntuan masalah yang kadang- kadang masalahnya kecil dan biaya murah di bagian masing-masing. Dan diri kita sendiri dapat melakukan apa saja yang baik tanpa mengharap sumbangan orang lain dan membantu kelancaran pelayanan di Rumah Sakit Kita ini.Dunia akan semakin indah dengan senyuman kita yang berjiwa sosial. Allah akan lebih memberi yang terbaik untuk kita semua.8 mimbar

april 2014artikel kNYERI KEPALAOleh : Hanik Badriyah Hidayati, dr, SpS, Staff Departemen Ilmu Penyakit Saraf

RSUD Dr Soetomo SurabayaNyeri kepala merupakan salah satu keluhan yang sering dirasakan oleh pasien. Meskipun nyeri kepala bisa mulai dari ringan sampai berat, namun sering kali nyeri kepala berhubungan dengan penyakit yang serius. Nyeri kepala dengan tipe yang baru (berbeda dari nyeri kepala biasanya) memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penyebab pasti nyeri kepala. TIPE NYERI KEPALA YANG BIASA TERJADINyeri kepala tipe tegang (Tension type headache/ TTH)Nyeri kepala tipe tegang merupakan jenis nyeri kepala yang paling sering terjadi. Nyeri kepala ini biasa disertai dengan rasa tegang (cengel) pada otot kepala, leher dan bahu. Rasa nyeri pada nyeri kepala tipe tegang ini bersifat konstan, tumpul dan sering dideskripsikan oleh pasien sebagai rasa tertekan/terikat di kepala seperti memakai topi yang ketat. Sifat nyeri yang terjadi pada jenis nyeri kepala ini tidak terlalu hebat (ringan sampai sedang) dan terjadi bilateral (pada kedua sisi kanan dan kiri kepala). Nyeri kepala tipe tegang ini bersifat gradual dan bisa berlangsung dari hitungan menit sampai hari (30 menit sampai 7 hari). Intensitas nyeri pada nyeri kepala tipe tegang ini adalah ringan sampai sedang, sehingga tidak memberat dengan aktivitas rutin seperti berjalan dan naik tangga, dan tidak dijumpai mual atau muntah.Nyeri kepala tipe tegang dapat diterapi dengan analgesik (pereda nyeri) seperti aspirin dan asetaminophen. Manajemen stress yang baik dan relaksasi dapat membantu mencegah kambuhnya nyeri kepala tipe tegang.Nyeri kepala migrenNyeri kepala migren lebih jarang terjadi dibandingkan dengan nyeri kepala tipe tegang. Migren lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria. Migren ini dapat memberat, intensitasnya mulai sedang sampai berat. Migren ini terjadi secara episodik, bisa berulang, dengan durasi serangan 4-72 jam, menyerang satu sisi kepala (unilateral), terasa berdenyut dan bertambah berat dengan aktivitas fisik Saat migren menyerang, kadang disertai dengan mual muntah dan sensitif terhadap cahaya dan suara keras selama episode serangan migren berlangsung. Beberapa pasien bisa menceritakan akan terserang migren karena mengalami aura sebelum terserang migren. Tanda-tanda sebelum terserang migren (aura) bisa berupa gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini bisa berupa melihat titik-titik atau garis- garis atau bahkan berupa pandangan kabur.Nyeri kepala migren dapat diterapi baik dengan terapi medis maupun non medis. Terapi medis untuk mencegah nyeri kepala migren diperlukan untuk pasien yang sering terserang migren. Nyeri kepala klasterNyeri kepala klaster merupakan jenis nyeri kepala yang paling bjarang dibandingkan dengan jenis nyeri kepala lainnya. Nyeri kepala klaster ini lebih sering menyerang

pria dibandingkan dengan wanita. Sifat nyeri pada tipe nyeri kepala ini adalah sangat berat dan terpusat pada sekitar mata. Pada sisi yang sama (ipsilateral) dengan sisi nyeri kepala, bisa terjadi kongesti nasal/ rhinorea, injeksi konjungtiva/ lakrimal, udema palpebra, dahi dan wajah berkeringat, miosis dan atau ptosis. Kadang pada nyeri kepala tipe ini juga disertai perasaan kegelisahan atau agitasi. Nyeri kepala klaster ini bisa berlangsung antara 15-

180 menit dan bisa terjadi beberapa kali dalam satu hari. Nyeri kepala klaster ini bisa menghilang dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan sampai terjadi nyeri kepala klaster berikutnya.Sumber: Standar Operasional Prosedur PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) halaman: 95-103.

Nyeri kepala tipe tegang (Tension type headache/ TTH)Nyeri kepala klasterNyeri kepala migrain: tersering satu sisi kepalaLembar Edukasi Pasien KOPI UNTUK PASIEN ANDAapril 2014

mimbar 9esehatanPerkembangan Pelayanan Rehabilitasi MedikMasa Kini dan Masa DepanHening LaswatiDepartemen/SMF Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK Unair/RSUD Dr. Soetomoerkembangan ilmu Kedokteran menunjukkan kemajuan pesat dan berlangsung terus-menerus, tidak terkecuali bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (IKFR). Di Fakultas Kedokteran UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, keilmuan KFR di Fakultas Kedokteran Unair dan pelayanan Rehabilitasi Medik di RSUD Dr. Soetomo dirintis oleh dr Oemijono Moestari melalui perjuangan dan pengorbanan beliau. Dengan kepemimpinan yang arif, beliau menyatukan visi seluruh tim Rehabilitasi Medik untuk bersama-sama mengembangkan pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat luas. Sebagai generasi penerus, sudah seharusnya melanjutkan cita-cita beliau melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Di bawah ini ulasan singkat perkembangan Ilmu dan Pelayanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Rehabilitasi Medik) masa depan, sebagai tantangan generasi penerus masa kini dan yang akan datang.Aspek EpidemiologisPelayanan Rehabilitasi Medik merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kondisi kesehatan masyarakat saat ini menunjukkan peningkatan kebutuhan pelayanan rehabilitasi. Hal ini dimungkinkan karena jumlah populasi usia lanjut yang meningkat, kemajuan ilmu/ teknologi kedokteran yang meningkatkan jumlah penderita hidup dari kondisi penyakit dan cidera yang berat, tetapi disertai dengan kecacatan; peningkatan kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga; musibah masal akibat gempa, banjir, tsunami, meletusnya gunung, longsor; kebakaran, kriminalitas, teror bom dan lain-lain. Akibatnya timbul banyak masalah medis yang kompleks disertai defisit fungsi dan disabilitas, dan tentunya menimbulkan biaya pengobatan yang tinggi serta masalah sosio-ekonomi. Organisasi dunia WHO mengestimasikan lebih kurang 500 juta penduduk di dunia mengalami disabilitas dalam setiap tahunnya. British survey melaporkan lebih kurang 10% populasi di Eropa Barat mengalami disabilitas. Sedangkan di Indonesia data dari BPS dan UN-ESCAP dengan berbasis modul ICF International Classification of Functioning, Disability and Health pada tahun 2006 tercatat 1,38% penduduk dengan disabilitas atau sekitar 3.063.000 jiwa. Dengan demikian spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi bersama seluruh tim Rehabilitasi Medik berperan dan berkontribusi aktif dalam mengatasi masalah ini.

Peran Kedokteran Fisik dan RehabilitasiMenurut WHO Rehabilitasi Medik adalah semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi disabilitas dan handicap, serta memungkinkan individu dengan disabilitas mencapai integrasi sosial yang

optimal. Tujuan pelayanan Rehabilitasi Medik mengurangi kondisi impairment yang disebabkan oleh penyakit dan mencegah komplikasi, meningkatkan fungsi dan aktivitas serta memungkinkan untuk berpartisipasi di lingkungan sosialnya. Seluruh aktivitas ini dengan memperhatikan personal individu, kultur dan konteks lingkungan. Dalam pendidikan dan pelayanan, spesialis KFR mempunyai kontribusi yang besar.Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, adalah dokter spesialis yang independent yang mencakup promosi fungsi fisik dan kognitif (termasuk behavior), partisipasi (termasuk kualitas hidup) dan modifikasi faktor personal dan lingkungan. Spesialisasi ini mencakup pencegahan (primer, sekunder dan tersier), diagnosis dan manajemen rehabilitasi individu dengan disabilitas pada semua kelompok usia. Spesialis KFR melakukan asesmen melalui pemeriksaan fisiatris dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis fungsi dan melakukan berbagai macam terapi termasuk terapi medikamentosa, modalitas fisik, teknologi rehabilitasi, edukasi dan vokasional. Disamping pemeriksaan penunjang dengan alat elektromiografi, akhir akhir dikembangkan asesmen dengan alat ultrasonografi muskuloskeletal. Alat ini terutama penting untuk memandu terapi intervensi dengan injeksi seperti injeksi pada jaringan lunak, persendian dan otot. Pelayanan rehabilitasi medik dibutuhkan pada semua fasilitas perawatan termasuk pada unit perawatan akut hingga pada tempat komunitas. Sangat dimungkinkan untuk pelayanan khusus di bangsal Rehabilitasi, terutama pada kasus yang memerlukan tindakan rehabilitasi yang komprehensif. Pelayanan rehabilitasi pada fase akut sangat penting karena berhubungan dengan penggunaan plasticity sedini mungkin dan mengurangi potensi komplikasi. Sasaran fundamental pelayanan rehabilitasi medik adalah kondisi well-being dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan sosial dan vokasional. Model Functioning, Disability dan Health menurutWHOPada tahun 1980, WHO pertama kalinya mempublikasikan

International Classificationof Impairment, Disabilities, and Handicaps (ICIDH) sebagai acuan klasifikasi yang berbasis konsekuensi penyakit. WHO telah mengembangkan 2 klasifikasi internasional yaitu kerangka model medis dan kerangka model sosial. Pada tahun 2001, WHO mempublikasikan International Classification of Functioning, Disability and Health, yang merubah klasifikasi sebagai konsekuesi penyakit menjadi klasifikasi komponen kesehatan. Klasifikasi ini berdasarkan interaksi antara kondisi kesehatan dan faktor kontekstual yaitu faktor lingkungan (kebiasaan sosial, karakteristik 10 mimbar

april 2014arsitektural, struktur legal dan sosial) dan faktor personal (gender, usia, mekanisme coping, latar belakang sosial, pendidikan, profesi, pengalaman masa lalu, pola kebiasaan serta faktor yang mempengaruhi pengalaman individu atas disabilitas). Aspek fungsional tidak hanya dipandang sebagai dampak, tetapi sebagai titik awal untuk asesmen klinis dan intervensi, fungsional, modifikasi faktor lingkungan dan faktor personal. Aspek fungsional lebih positif daripada disabilitas dalam mendiskripsikan interaksi individu dengan kondisi kesehatan dan faktor kontekstual dari individu. Organisasi dunia mendeklarasikan Human Right dimana individu dengan disabilitas tidak boleh dipandang sebagai obyek atau pasien dalam sepanjang masa hidupnya. Mereka adalah warganegara yang berkebutuhan khusus yang berhubungan dengan disabilitas spesifiknya. Mereka harus diperlakukan dalam lingkungan sosial dalam konteks yang normal. Dalam hal ini partisipasi adalah aspek fundamental dan sentral sebagai akses untuk bersosialisasi.Klasifikasi ICF ini merupakan titik awal pengembangan pelayanan rehabilitasi medik dan riset. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi mendukung prinsip evidence-based medicine dan dalam 2 dekade terakhir ini riset di KFR berkembang pesat. Penelitian dikembangkan ke perspektif aspek biomedik dari human functioning yang meliputi basic sciences, applied sciences dan profesional sciences. Teknologi rehabilitasi adalah salah satu bidang yang penting yang akhir akhir ini dan dimasa yang akan datang menjadi bahan penelitian yang luas. Tissue engineering dan teknologi mutakhir yang lain berkontribusi dalam riset di KFR. Perkembangan Regenerative Medicine mempunyai implikasi terhadap perkembangan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Aplikasi dalam KFR adalah terapi dengan stem cell atau sel punca. Faktor lingkungan mempunyai peran yang penting untuk memberikan kontrol kehidupan sel punca, proliferasi dan partisipasi dalam jaringan regenerasi. Strategi rehabilitasi lingkungan mikro seperti latihan fisik terstruktur dan neuromuscular elctrical stimulation (NMES) merupakan stimuli untuk mengoptimalkan transplantasi sel punca. Penelitian sel punca sudah dilakukan oleh salah satu staf Depatemen IKFR dalam rangka program pendidikan S3 dan akan disusul oleh satu staf lain. PerkembanganDivisiKedokteranFisikdanRehabilitasi /Pelayanan Rehabilitasi MedikDivisi Rehabilitasi GeriatriRehabilitasi pada usia lanjut merupakan upaya kesehatan yang penting. Hal ini menjadi perhatian di kalangan medis mengingat jumlah usia lanjut yang makin bertambah. Di Indonesia, DepKes RI memperkirakan pada tahun 2010 jumlah penduduk usia lanjut sebesar 24 juta jiwa atau 9,77% dari total jumlah penduduk. Penduduk usia lanjut mempunyai risiko terjadinya disabilitas dan pengeluaran biaya pengobatan yang tinggi. Konsep penting untuk usia lanjut adalah active life expentancy yaitu status fungsional sepanjang hidupnya pada usia lanjut mandiri atau disability-free life expentancy. Untuk itu perlu asesmen faktor komorbid dan status fungsi untuk deteksi dini adanya frailty. Frailty merupakan sindroma klinik yang

ditandai dengan penurunan berat badan, dengan disertai atau tanpa disertai kelelahan, kelemahan otot, kemunduran aktifitas, kemunduran performa motorik, abnormalitas keseimbangan dan abnormalitas pola jalan. Perkembangan teknologi menciptakan modalitas, alat latihan dan alat bantu jalan untuk mencegah dan memperbaiki kondisi frailty tersebut sehingga dapat mencegah terjadinya disabilitas bahkan handicap. Kemampuan untuk tetap berpartisipasi dalam lingkungan sosial tetap harus dipertahankan.Perlu kerjasama multidisiplin dalam melakukan manajemen rehabilitasi individu usia lanjut dan berbagai riset perlu dikembangkan untuk mencegah percepatan kemunduran fungsi melalui regenerativemedicine. Departemen IKFR FK UA/SMF Rehabilitasi Medik RSUD Dr Soetomo berperan aktif di dalam tim Geriatri di RSUD Dr Soetomo, terutama dalam usaha preventif primer, sekunder dan tersier, meminimalkan risiko jatuh, risiko frailty dan disabilitas, risiko isolasi sosial dan ketidakmandirian.

Latihan keseimbangan bagi pasien geriatri menggunakan alat Biodex Balance System.Divisi Rehabilitasi Sistim MuskuloskeletalKemajuan teknologi Kedokteran memungkingkan banyak masalah trauma pada sistim muskuloskeletal dapat diatasi. Hal ini juga memicu kemajuan teknologi bidang Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Kemajuan teknologi rehabilitasi menciptakan ortesa, protesa dan alat bantu jalan yang canggih hingga terapi latihan dengan robot. Saat ini telah dikembangkan roboticgait trainer, dan dimasa yang akan datang human-robot interaction. Assistive technology berkembang pesat untuk memperbaiki kapasitas individu yang mengalami disabilitas sehingga dapat berpartisipasi dalam lingkungan sosial dan vokasional. Di Indonesia perlu dikembangkan alat ortesa dan protesa maupun alat bantu jalan yang terjangkau masyarakat melalui teknologi tepat guna dengan menggunakan produk lokal. Perkembangan metoda pelayanan rehabilitasi berkembang sesuai dengan perkembangan teknik operasi dari bidang bedah, termasuk joint replacement.SMF Rehabilitasi telah mengembangkan pembuatan protesa dan ortesa canggih lengan bawah oleh staf muda melalui inovasi yang menghasilkan produk lokal yang efisien, efektif dan murah. Rehabilitasi okupasional kini menjadi hal yang penting mengingat cidera muskuloskeletal terbanyak berhubungan dengan masalah kerja, sehingga perlu lebih dikembangkan. Departemen IKFR FK Unair/SMF Rehabilitasi Medik RSUD Dr Soetomo telah berperan dalam rehabilitasi transplantasi saraf, jari jari tangan, tangan dan wajah, dimana april 2014

mimbar 11esehatanstafnya juga berperan dalam Tim Spine, Tim Luka Bakar, Tim Hand, Tim Face Off.

menunjukkan bahwa latihan dengan pergerakan repetitif pada sisi yang paresis menunjukkan adanya reorganisasai fungsional pada area korteks yang intak, dengan kata lain menginduksi long-term plasticity pada motor map. Hal ini diperkuat dengan temuan respon kortikal dengan pemeriksaan functional MRI. Penggunaan NMES dapat memfasilitasi motor relearning melalui mekanisme kortikal dan spinal. Perkembangan akhir melalui intervensi bedah saraf dikembangkan Deep Brain System atau DBS system untuk kasus neurologis dengan kelainan pergerakan, dengan mengaplikasikan impuls elektrik voltase rendah pada area target di otak dengan tujuan memodulasi disfungsi sinyal otak. Evolusi terapi biofeedback (BF) A. Pemeriksaan ultrasonografi sendi bahu.Divisi Rehabilitasi Pediatri

B. Fitting dan checkout protesa atas lutut

juga berkembang dengan pesat. Walaupun efektifitas penggunaan BF masih memerlukan riset lebih lanjut, konsep baru telah dikembangkan disamping BF dengan Perkembangan Rehabiltasi Pediatri masa kini lebih menekankan mempersiapkan ke fungsi untuk mengenyam pendidikan atau sekolah, community-based program, lebih fokus ke kondisi wellness dan fitness daripada kondisi penyakit dan impairment. Partisipasi ke lingkungan sosial merupakan sasaran utama dari Rehabilitasi Pediatri. Disamping perkembangan teknik latihan seperti sensory integration, teknologi pembuatan ortesa dan protesa, berbagai alat komunikasi, peralatan elektronik ADL, serta alat bantu jalan yang canggih dikembangkan untuk mengurangi keterbatasan fungsi penderita, termasuk teknologi dengan robot. Kondisi dan daya tahan fisik lebih ditingkatkan sehingga anak anak dengan keterbatasan fisik dapat berprestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang masih ada. Intervensi untuk mengatasi spastisitas dengan bermacam metode terus berkembang. Asesmen dengan menggunakan gait analyzer dikembangkan untuk analisis kelainan pola jalan dan evaluasi hasil terapi intervensi dengan antispastsitas. Departemen IKFR FK Unair/SMF Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo berperan aktif dalam tim Tumbuh Kembang, Tim Kembar Siam, Tim Spina Bifida, Tim Autis, Tim Cleft Lip Plalate, Tim Acute Flaccid Paralysis. A. Latihan proprioseptif menggunakan trampolin

orientasi static BF, juga dikembangkan task-oriented BFuntuk memungkinkan penderita melakukan pergerakan dalam konteks fungsional berdasarkan proses multimodal melalui berbagai stimulasi sensorik untuk menstimulasi plasticity. Penggunaan BF pada robot-assisted rehabilitation training memungkinkan self-regulation, dan motivasi pasien. Robot-assisted rehabilitation training, penggunaan NMES, neuroprostesis merupakan bagian terapi restoratif untuk promosi pemulihan behavior setelah serangan stroke disamping yang kini tengah dikembangkan dan terus menerus dilakukan riset yaitu terapi dengan sel punca dan stimulasi elektromagnetik. Intervensi berdasarkan task-oriented dan repetitive training-based terus menerus dikembangkan, diantaranya dengan teknik constraint-induced movement therapy, dan yang pernah dilakukan riset oleh staf muda adalah teknik mirror therapy. Departemen IKFR FK UA/SMF Rehabilitasi Medik RSUD Dr Soetomo berperan aktif di dalam Tim/Unit Stroke. A . Terapi okupasi pada pasien B. Latihan berjalan dengan stroke

Biodex Treadmill B. Spinal Orthosis untuk stabilisasi tulang belakangDivisi Rehabilitasi Sistim NeuromuskularAkhir akhir ini therapeuticelectricalstimulation berkembang pesat untuk menunjang program neurorehabilitasi yaitu pada proses motor relearning pada kasus kelainan susunan saraf pusat. Penggunaan Functional Neuromuscular Electrical stimulation/NMES atau neuroprosthesis dikembangkan untuk substitusi atau menggantikan fungsi neuromuskular yang hilang. Hal ini didasari berbagai hasil penelitian yang

Divisi Rehabilitasi Sistim KardiorespirasiPerkembangan teknologi Kedokteran untuk diagnostik, pengobatan dan tindakan bedah penyakit sistim kardiovaskular dan respirasi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan perubahan pendekatan pelayanan rehabilitasi yang lebih progresif dan komprehensif. Konsep mobilisasi sedini mungkin di ICU pada penderita pasca bedah toraks telah secara luas diaplikasikan. Pelayanan rehabilitasi medik juga berperan sebagai bagian integral manajemen penderita di ICU. Pendekatan baru untuk penderita dengan ventilasi mekanik meliputi mobilisasi dan ambulasi dini. Konsep baru yang kini dikembangkan untuk rehabilitasi kardiak adalah penekanan pada 12 mimbar

april 2014non-medically supervised programmes untuk kelompok kasus yang selektif, edukasi, modifikasi behavior yang keseluruhannya merupakan integrasi dari prevensi sekunder.Departemen IKFR FK UA/SMF Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo berperan dalam program rehabilitasi penderita penyakit jantung anak dan dewasa dalam tim Program Pelayanan Jantung Terpadu (PPJT) dimulai sejak pre-operasi dan pasca-operasi di ICU hingga fase I Rehabilitasi Jantung di bangsal dan fase rawat jalan. Selain itu aktif dalam acara Chest Conference di Departemen Ilmu Penyakit Paru.

Latihan penguatan isokinetik menggunakan alat Cybex

Keterlibatan dalam Tim LainDepartemen IKFR FK UA/SMF Rehabilitasi Medik RSUD Dr Soetomo juga berperan dalam program transplantasi organ. Restorasi fungsional penderita yang menjalani transplantasi organ merupakan prioritas penting dan sasaran utama dari tim KFR. Rehabilitasi pada penderita dengan transplantasi organ akan meningkatkan kualitas hidup yang menjadi parameter keberhasilan transplantasi organ. Teknologi yang sedang dikembangkan saat ini adalah transplantasi bone marrow, jalan nafas, wajah, tangan dan lengan bawah, saraf, intestinal dan multiorgan viseral serta xenotransplantation. A. Latihan di ICU pasca operasi jantung.

B. Latihan endurance pasien pasca valve replacement

Selain itu juga berperan aktif dalam tim transplantasi ginjal. Masalah rehabilitasi yang perlu ditangani pada transplantasi organ adalah impairment dan disabilitas akibat Divisi Rehabilitasi Cidera Olah RagaRehabilitasi pasca cidera olah raga akhir akhir ini berkembang pesat seiring dengan kebutuhan masyarakat terhadap aktifitas olah raga disamping sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan pada atlit. Tim sport clinic berperan mengurangi efek fisiologis yang berat akibat cidera, mengoptimalkan waktu proses penyembuhan, dan mengembalikan individu/atlit ke aktivitas sport sedini mungkin. Rehabilitasi pada atlit mempunyai kekhususan tersendiri, karena tidak hanya untuk merestorasi komplit dari performa yang terbatas akibat cidera, tetapi harus meningkatkan ke kondisi yang lebih tinggi dari kondisi atlit sebelum cidera olah raga. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya cidera ulang dan atlit tetap berprestasi. Disini diperlukan peran spesialis KFR beserta tim dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier. Untuk itu diperlukan program rehabilitasi yang terstruktur dan komprehensif, meliputi asesmen yang lengkap dan berkesinambungan. Pemakaian alat untuk tes ataupun latihan isotonik dan isokinetik sangat membantu, demikian pula analisis dengan alat gait analyzer. Pendekatan baru yang akhir akhir ini berkembang untuk proses penyembuhan jaringan adalah functional tissue engineering dengan menggunakan growth factors, gene transfer/gene theraphy, stem cell dan scaffolding materials. Riset bidang ini terus berkembang yang memungkinkan penanganan rehabilitasi pada cidera olahraga dimasa yang akan datang menjadi lebih progresif. Departemen IKFR FK UA/SMF Rehabilitasi Medik RSUD Dr Soetomo berperan aktif dalam Tim Sport RSUD Dr Soetomo/FK Unair, baik pada fase akut, subakut dan kronik dan terlibat dalam manajemen pre-operasi dan pasca- operasi.

deconditioning, disfungsi neurokognitif ,neuropati dan miopati.Keterlibatan lain yaitu dalam Tim Pleksus Brakhialis, dimana SMF Rehabilitasi berperan pada fase pre-operasi dan pasca-operasi, pemeriksaan EMG-NCV, mempersiapkan kondisi fungsi neuromuskular dengan teknik latihan, elektrostimulasi dan biofeedback dan preskripsi ortosis disamping penanganan rehabilitasi komprehensif lainnya seperti terapi okupasi dan lain-lain. Peningkatan prevalensi keganasan dan HIV-AIDS menyebabkan banyak penderita dengan risiko komplikasi imobilisasi lama yang menyebabkan disabilitas dan handicap. SMF Rehabilitasi Medik berperan dalam tim paliatif dan tim HIV-AIDS ( pelayanan penderita HIV-AIDS di bangsal UPIPI).

Pemeriksaan dan latihan dengan alat BiofeedbackRingkasanIlmu dan teknologi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi berkembang pesat sejalan dengan perkembangan berbagai esehatandisiplin ilmu Kedokteran. Sudah seharusnya apa yang telah dirintis oleh dr Oemijono Moestari dikembangkan oleh generasi penerus dengan penuh tanggung jawab. Kerjasama tim Rehabilitasi Medik yang solid, kerjasama lintas program dan lintas sektoral harus terus dipertahankan untuk mencapai sasaran program pelayanan rehabilitasi medik pada setiap penderita. Perlu peningkatan baik kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dari Tim Rehabilitasi Medik, disamping pengembangan riset IKFR untuk kemajuan pelayanan masa kini dan masa yang akan datang. Dengan adanya tuntutan pelayanan yang berkualitas dan komprehensif, perlu dipikirkan perubahan pola pelayanan rehabilitasi medik yang sebelumnya hanya mencakup rawat jalan dan konsultasi rawat inap, dengan mengembangkan pelayanan rawat inap Rehabilitasi Medik.Daftar PustakaStucki G, Kostanjesk N, Ustun B, Ewert T and Cieza A, 2010. Applying the ICF in Rehabilitation Medicine. In : Frontera

WR and DeLisa JA (Eds). DeLisas Physical Medicine & Rehabilitation. 5th ed. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins, 301-324.

Jung H-J, Fisher MB and Woo SL-Y, 2009. Role of Biomechanics in the Understanding of Normal, Injured, and Healing Ligaments and Tendons. Sports Medicine, Arthroscopy, Rehabilitation, Therapy & Technology, 1: 1-17.

Gutenbrunner C, Ward AB and Chamberlain MA, 2007. White Book on Physical and Rehabilitation Medicine in Europe. J Rehabil Med 39:1-48. Wolf SL and Huang H, 2010. Evolution of Biofeedback in Physical Medicine and Rehabilitation. In : Frontera WR and DeLisa JA (Eds). DeLisas Physical Medicine & Rehabilitation. 5th ed. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins, 1937-1952.

Bodine C, 2010. Assistive Technology. In : Frontera WR and DeLisa JA (Eds). DeLisas Physical Medicine & Rehabilitation. 5th ed. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins, 1997-2016.

Memperhatikan hal-hal kecil sederhana, Yang diabaikan sebagian besar orang, membuat segelintir kecil orang menjadi kaya.--- Henry Ford ---Anda dapat melakukan apapun jika punya antusiasme. Antusiasme itu adalah ragi yang membuat harapan menjulang kebintang-bintang. Dengan antusiasme, akan ada prestasi. Tanpa antusiasme, yang ada hanya alibi.--- Henry Ford ---Hari Besar KesehatanNO1TaNGGaL07 AprilkETEraNGaNHari Kesehatan Se-Dunia

208 AprilHari Anak-anak Balita

310 AprilHari Meluas Malaria Se-Dunia

411 AprilHari Kanker Tulang

517 AprilHari Hemofilia Se-Dunia

618 AprilHari Diabetes Nasional

722 AprilHari Demam Berdarah

824 AprilHari Imunisasi

901 MeiHari Asma

1008 MeiHari Palang Merah Se-Dunia

1110 MeiHari Lupus Se-Dunia

1229 MeiHari Lanjut Usia Nasional

1331 MeiHari Tanpa Tembakau Se-Dunia

1424 JuniHari Stroke Se-Dunia

1526 JuniHari Tanpa Obat

Sumber :Kalender Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011Kalender 2013, Tabloid Gaya Hidup Sehat, edisi XIII-41, 4 Januari 201314 mimbar

april 2014ASMA PADA KEHAMILAN

Cut Diana Laili, Arief Bakhtiar

Departemen / SMF Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK Unair - RSUD Dr. Soetomosma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan elemen seluler yang mengakibatkan hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam hari dan atau dini hari. Episode tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.1Prevalensi asma pada kehamilan pada kepustakaan terdahulu dilaporkan 0,4 sampai 1,3%, sedangkan penelitian yang lebih baru oleh Murphy, dkk. (2005) didapatkan prevalensi asma pada wanita hamil yang meningkat. Sedangkan Schatz, dkk. mendapatkan angka pada kisaran 8% wanita hamil yang menderita asma. Rey dan Boulet pada tahun 2007 mendapatkan prevalensi wanita hamil dengan asma antara 3,4 - 12,4%. 2Penyakit ini dapat dijumpai pada ibu yang sedang hamil, dan dapat menyebabkan komplikasi pada 7% kehamilan. Serangan asma seringkali muncul pada kehamilan minggu ke-24 sampai minggu ke-36, serangan hanya terjadi 10% selama persalinan.2,3Pengaruh kehamilan terhadap asmaPerubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan mempengaruhi hidung, sinus dan paru. Peningkatan hormon estrogen menyebabkan kongesti kapiler hidung, terutama selama trimester ketiga, sedangkan peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan peningkatan laju pernapasan.2,4Penelitian Beecroft dkk. mengatakan bahwa jenis kelamin janin dapat mempengaruhi serangan asma pada kehamilan. Ibu dengan bayi laki-laki menunjukkan perbaikan gejala asma (44,4%), sementara tidak satu pun ibu dari bayi perempuan mengalami perbaikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gejolak adrenergik yang dialami ibu selama mengandung janin laki-laki dapat meringankan

gejala asma.2Namun ada juga faktor yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat memperburuk asma, diafragma naik hingga 4 cm mungkin mengakibatkan penutupan saluran napas selama pernapasan tidal dan dapat mengubah rasio ventilasi-perfusi.4Pengaruh asma pada kehamilanAsma pada kehamilan pada umumnya tidak mempengaruhi janin, namun serangan asma berat dan asma yang tak terkontrol dapat menyebabkan hipoksemia ibu sehingga berefek pada janin. Dampak yang terjadi dapat berupa kelahiran prematur, usia kehamilan muda, hipertensi pada kehamilan, abrupsio plasenta,korioamnionitis, dan seksio sesaria.2,3Studi terbaru menunjukkan bahwa kebanyakan wanita dengan asma akan mengalami kehamilan yang lancar. Terutama wanita dengan asma terkontrol dengan baik, hasil kehamilannya sebanding dengan wanita tanpa asma. Wanita dengan asma lebih parah atau kurang terkontrol rentan terhadap hasil perinatal yang merugikan. Satu penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik terjadinya diabetes gestational, lahir prematur dan kelahiran dengan operasi sesar untuk perempuan dengan asma sedang-berat, bila dibandingkan dengan asma yang terkontrol dan tanpa asma. Wanita yang mengalami gejala setiap hari memiliki kemungkinan terjadi preeklamsi lebih tinggi.4DIAGNOSIS DAN PEMANTAUAN PENYAKITTanda-tanda dan gejala asma berbeda dari pasien ke pasien, dan tingkat keparahannya juga dapat bervariasi pada setiap pasien sesuai waktu dan kondisi saat serangan. Diagnosis asma ditegakkan berdasar gejala episodik obstruksi aliran jalan nafas, yang bersifat reversibel atau reversibel sebagian.3,4

Tabel 1. Penilaian asma terkontrol pada wanita hamilVariabelAsma TerkontrolAsma Terkontrol SebagianAsma Tidak terkontrol

Frekwensi dari gejala 2 hari/ minggu>2 hari/mingguSetiap hari

Frekwensi dari gangguan tidur(terbangun) 2 kali/bulan1-3 kali /minggu 4 kali/ minggu

Gangguan aktivitas normalTidak adaKadang-kadangSangat terganggu

Penggunaan SABA untuk kontroller 2 hari/ minggu>2 hari/mingguBeberapa kali /hari

el kesehatanPENATALAKSANAAN ASMA PADA KEHAMILANDalam pengelolaan asma selama kehamilan, dianjurkan partisipasi tim multidisiplin, termasuk ahli alergi, dokter paru, dokter kandungan dan dokter anak. Membutuhkan pendekatan kooperatif antara dokter kandungan, bidan, dokter paru serta perawat yang khusus menangani asma dan ibu hamil itu sendiri. Tujuan serta terapi pada prinsipnya sama dengan pada penderita asma yang tidak hamil. Terapi medikasi asma selama kehamilan hampir sama dengan terapi penderita asma tidak hamil, dengan pelega kerja singkat serta terapi harian jangka panjang untuk mengatasi inflamasi.2,4a. Edukasi Mengontrol asma selama kehamilan penting bagi kesejahteraan janin. Ibu hamil harus mampu mengenali dan mengobati tanda-tanda asma yang memburuk agar mencegah hipoksia ibu dan janin. Ibu hamil harus mengerti cara mengurangi pajanan agar dapat mengendalikan faktor-faktor pencetus asma.2,5b. Menghindari faktor pencetus asma Mengenali serta menghindari faktor pencetus asma dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dengan kebutuhan medikasi yang minimal. Asma dapat dicetuskan oleh berbagai faktor termasuk alergi, infeksi saluran napas atas, sinusitis, exercise, aspirin, obat-obatan anti inflamasi non steroid (NSAID), dan iritan, misalnya: asap rokok, asap kimiawi, kelembaban, emosi serta Gastroesophageal reflux (GER).2,4,5c. Terapi farmakologi selama kehamilan Umumnya obat yang digunakan untuk pengobatan asma di luar kehamilan juga tidak ada kontraindikasi selama kehamilan. Golongan obat-obatan tersebut adalah 2 agonis, Kortikosteroid inhalasi, Kortikosteroid sistemik, Antikolinergik, Methylxanthin, Cromoglycate. Steroid sistemik yang digunakan dalam waktu yang lama selama kehamilan dapat mengakibatkan kelahiran prematur, preeklamsia dan pembatasan pertumbuhan intrauterin. Belum jelas sampai sejauh mana pengaruh obat terhadap kelainan yang ditimbulkan, sehingga American College of Obstetri and Ginekologi merekomendasikan bahwa steroid sistemik dapat digunakan jika indikasi secara klinis lebih besar manfaatnya bagi kesehatan ibu dan janin daripada risiko yang ditimbulkan. Methylxanthin tidak sering diresepkan selama kehamilan karena memerlukan monitoring yang ketat dan menyebabkan efek samping yang mengganggu seperti insomnia, jantung terasa terbakar, jantung berdebar dan mual.4,6Penatalaksanaan pada eksaserbasi akutAsma yang tidak terkontrol dan eksaserbasi berpotensi membahayakan ibu dan janin. Pada asma akut, hipoksia ibu dikombinasikan dengan alkalosis pernapasan dapat mengurangi aliran darah ke plasenta dan penurunan oksigen yang dapat mengakibatkan pertumbuhan dan

perkembangan janin yang abnormal. Wanita dengan gejala asma tapi tidak terdiagnosis sebelumnya dan berada pada risiko eksaserbasi memiliki potensi untuk menimbulkan masalah berat bagi janin. Oleh karena itu, eksaserbasi asma selama kehamilan adalah keadaan darurat dan harus dikelola agresif di rumah sakit .5,6 Faal paru yang memburuk, gejala memberat, mengantuk, kesadaran yang menurun, harus dirawat di unit perawatan intensif (ICU), mempertahankan jalan napas dan pertimbangan ventilasi mekanik dengan O2 100%, inhalasi short-acting 2-agonis per jam ditambah inhalasi ipratropium bromida, kortikosteroid intravena dan pemantauan janin terus-menerus sampai pasien stabil.5,6Dalam asma eksaserbasi ringan-sedang (FEV1 atau PEF 50% - 80%) pertama terapi awal adalah inhalasi short acting 2-agonis seperti salbutamol, dapat diberikan kortikosteroid oral, dan menjaga saturasi oksigen> 95%. Setelah intervensi pertama perlu dievaluasi kembali, menentukan kategori dan tindakan selanjutnya. Respons yang tidak lengkap (FEV1 atau PEF 50% tetapi 7,5 mg prednisolon setiap hari selama lebih dari 2 minggu) saat awal kelahiran atau persalinan harus mendapatkan steroid parenteral (hidrokortison 100mg setiap 6-8 jam) selama persalinan, sampai ia mampu memulai kembali pengobatan oralnya.2KOMPLIKASIa. Komplikasi asma pada kehamilan bagi ibuAsma tak terkontrol dapat menyebabkan stres yang berlebihan bagi ibu. Komplikasi asma tak terkontrol bagi ibu termasuk :Preeklampsia, ditandai dengan peningkatan tekanan darah, retensi air serta proteinuria; Hipertensi kehamilan, yaitu tekanan darah tinggi selama kehamilan; Hiperemesis gravidarum, ditandai dengan mual-mual, berat badan turun serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; Perdarahan pervaginam Induksi kehamilan dan

DAFTAR PUSTAKA1. Global Initiative for Asthma (GINA), Magement andPrevention Update. Defenisi and overview; 2012; p.22. Subijanto, A.A.. Keanekaragaman genetik HLA-DR dan variasi kerentanan terhadap penyakit asma; tinjauan khusus pada asma dalam Kehamilan BIODIVERSITAS. ISSN: 1412-033XVolume 9, Nomor 3 Juli 2008;Hal: 237-2433. Schatz M, Dombrowski M , Asthma in Pregnancy. N Engl J Med 2009; 360:1862-9

4. Nelson, LaTasha, Dana R. Gossett, and William Grobman, Respiratory diseases in pregnancy: asthma. Preconceptional Medicine: 2012; 475. Gonzalez-Diaz, Sandra N., et al. Asthma and Pregnancy Comorbid and Coexisting. Global Advanced Research Journal of Medicine and Medical Sciences (GARJMMS) (ISSN: 2315-5159) Vol. 1 (11) pp. 292-303, December, 2012. Special Anniversary Review Issue http://garj.org/garjmms/index.6. Review of the NAEPP. Expert Panel Report (EPR-3) onAsthma Diagnosis and Treatment Guideline, 2007.esehatanUji Kulit pada Dermatitis Kontak Damayanti, dr, SpKK, Dept/SMF Kesehatan Kulit dan KelaminFKUA/RSUD Dr. Soetomo Surabayaermatitis kontak yang merupakan radang pada kulit setelah kulit kontak dengan bahan tertentu, masih menjadi masalah di masyarakat umum maupun di tempat kerja. Penanganan terpenting dari dermatitis kontak ini adalah mencari bahan penyebab dan menghindari paparan, sehingga diharapkan frekuensi kekambuhan akan berkurang. Salah satu metode untuk mengetahui bahan penyebab pada dermatitis kontak adalah Uji tempel. Dermatitis KontakDermatitis kontak adalah radang kulit yang timbul setelah kulit kontak / terpapar dengan suatu bahan dari luar. Dermatitis kontak dibagi menjadi 2, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan (DKI) ialah radang kulit akibat paparan dengan bahan iritan di luar tubuh, baik iritan lemah (misalnya sabun, detergen, minyak pelumas) maupun iritan kuat (misalnya asam kuat, basa kuat). Pada iritan kuat akan menimbulkan radang kulit pada paparan pertama, sedangkan pada iritan lemah hal ini baru terjadi setelah paparan berulang. Bahan kimia ringan atau bahkan air pun, kalau sering terpapar dengan rutin dapat menimbulkan iritasi dan akhirnya menimbulkan reaksi radang. Pada DKI yang terjadi adalah reaksi iritasi, dan tidak ada keterlibatan sistem imunitas tubuh. Sedangkan Dermatitis kontak alergi (DKA) disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan yang bersifat alergen/ penyebab alergi. DKA biasanya terjadi pada seseorang yang sensitif atau memiliki riwayat alergi yang bersifat spesifik pada individu tertentu, misalnya alergi terhadap sandal karet. DKA mempunyai kecenderungan untuk dapat meluas, walaupun bahan penyebab alergi sudah dihindari.Gambaran untuk DKI dan DKA dapat berupa bercak DKA karena sandal karet (Dikutip dari kepustakaan no. 3)

merah, lepuh atau luka; sedangkan pada keadaan yang menahun (kronis) dapat berupa kulit kering, penebalan ataupun luka. Seringkali Dermatitis kontak ini terjadi akibat paparan di lingkungan kerja, yang disebut sebagai Dermatitis kontak akibat kerja. Sekitar 5% pria dan 10% wanita timbul gejala eksema yang berhubungan dengan paparan pada tempat kerja, tersering terjadi pada daerah telapak tangan. Biasanya akibat sesuatu yang bersentuhan dengan tangan, yang bisa menimbulkan reaksi alergi maupun reaksi iritasi. Beberapa gejala yang timbul seperti pada DKA ataupun DKI; dimulai dari gejala kulit kering, kasar, kulit merah, bengkak, bersisik, pecah-pecah, hingga dapat timbul lepuh. Biasanya disertai dengan gejala gatal, atau rasa seperti terbakar. Dan bila kondisi ini berlangsung lama, kulit akan menebal dan kasar. Dasar pencegahan timbulnya Dermatitis kontak adalah dengan menghindari paparan bahan iritan/allergen, atau paling tidak meminimalkan kontak dengan bahan tersebut. Sehingga hal yang terpenting adalah mengidentifikasikan bahan yang diduga sebagai penyebab. Sebelum dilakukan uji tempel, akan ditanyakan mengenai lokasi radang dan bagaimana timbulnya, terapi yang telah digunakan, penyakit kulit sebelumnya, serta riwayat penyakit alergi baik pada pasien maupun keluarga (asma, eksim, bersin-bersin). Selain itu, riwayat penggunaan kosmetik, sabun, sampo, dan bahan lain yang ditempelkan ke kulit; pekerjaan maupun hobi juga penting ditanyakan pada persiapan uji tempel ini. Uji Tempel (Patch Test)Untuk mengetahui bahan penyebab pada Dermatitis kontak dapat dilakukan uji kulit berupa Uji Tempel. Uji tempel merupakan suatu uji kulit yang dilakukan secara langsung pada kulit pasien (biasanya pada kulit punggung atas) untuk memastikan penyebab terjadinya Dermatitis kontak, berupa bahan kimia atau bahan lain yang kontak langsung dengan kulit atau yang terpapar pada kulit pasien, baik di rumah ataupun di tempat kerja. Selain itu juga uji ini bertujuan untuk membedakan apakah radang ini merupakan reaksi iritasi atau reaksi alergi. Selama dilakukan uji tempel, bahan alergen yang diduga sebagai penyebab dalam konsentrasi tertentu ditempelkan pada kulit pasien sesuai prosedur.Uji tempel dilakukan pada pasien dengan radang kulit yang kronis (menahun) serta untuk membedakan reaksi iritasi atau reaksi alergi serta mencari penyebab 18 mimbar

april 2014pada dermatitis (radang kulit) yang sudah dalam keadaan tenang. Uji tempel ini tidak boleh dilakukan pada keadaan dermatitis yang masih akut (beradang), atau bila pasien masih mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi reaski kulit (misalnya golongan antihistamin, kortikosteroid atau imunomodulator) minimal 2 minggu.Prosedur Uji tempelSetelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, langkah selanjutnya pada prosedur uji tempel adalah mempersiapkan bahan alergen dengan konsentrasi tertentu diisikan pada lempeng (chamber) untuk uji tempel. Kemudian bahan uji tempel ditempelkan pada kulit pasien yang tidak beradang, biasanya dilakukan pada area punggung atas dan direkatkan dengan menggunakan plester hipoalergenik. Setelah itu, pasien diperbolehkan pulang dengan pesan agar area uji tempel tidak boleh basah (pasien tidak diperbolehkan mandi, tidak melakukan aktivitas berlebihan yang menimbulkan banyak keringat dan menghindari paparan matahari secara langsung) sampai saatnya untuk menilai / membaca hasil uji ini. Bila plester perekat terbuka atau longgar, disarankan untuk mengulang prosedur ini. Tetapi apabila pasien mengeluhkan perih/ nyeri / rasa seperti terbakar (reaksi iritasi) atau sangat gatal, plester dapat dibuka sendiri di rumah dan segera melaporkan kepada dokter. Bahan Uji tempel di URJ Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo SurabayaPembacaan uji tempel dilakukan pada jam ke 48, 72 atau 96 (atau dilepas lebih awal bila timbul keluhan pada area uji tempel). Yang utama adalah membedakan apakah reaksi ini merupakan reaksi alergi atau reaksi iritasi. Reaksi iritasi biasanya lebih jelas sesaat setelah uji tempel dilepas, dan kemudian akan mereda setelah beberapa waktu kemudian. Sedangkan pada reaksi alergi, reaksi saat dilepas lebih ringan dibandingkan beberapa hari

Prosedur pelaksanaan Uji tempel di URJ Kulit dan Kelamin RSUD dr Soetomo Surabayaberikutnya (biasanya semakin jelas pada hari kelima). Bahan yang menyebabkan reaksi iritasi dapat menyebabkan dermatitis yang telah diderita sebelumnya kambuh, tetapi hal ini dapat dicegah dengan penggunaan krim pelindung atau moisturiser. Sedangkan bahan penyebab alergi harus dihindari. Semakin sering kulit terpapar bahan alergen tersebut, maka reaksinya akan semakin berat. Sangatlah penting untuk dilakukan anamnesis dan juga pemeriksaan fisik pada pasien, karena hasil yang positif harus memiliki relevansi dengan riwayat dan juga pemeriksaan fisik. Apabila hasil positif tidak relevan dengan riwayat pasien, dapat saja reaksi positif terhadap bahan tersebut sesuai dengan dermatitis yang lalu yang saat ini tidak muncul, tetapi kulit masih peka dengan bahan tersebut, sedangkan bahan penyebab saat ini belum dapat dibuktikan. Atau dapat juga merupakan reaksi silang (cross sensitisation) yaitu pasien tersebut peka terhadap bahan yang struktur kimianya mirip dengan bahan yang lain, misalnya bahan dalam cat rambut dengan bahan anestesi lokal.Hasil pembacaan uji tempel positif yang relevan dengan riwayat dan pemeriksaan fisik pasien, akan diinformasikan kepada pasien, dan pasien akan diminta untuk menghindari paparan dengan bahan tersebut. Dengan menghindari bahan tersebut, diharapkan Dermatitis kontak terhadap tersebut dapat dihindari dan dicegah. Kepustakaan1. Pohan SS, Sukanto H, Hutomo M. Dermatitis Kontak Alergi. Dalam: Panduan Praktek Klinis SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD dr. Soetomo Surabaya. Surabaya; 2013. 2. Pohan SS, Sukanto H, Hutomo M. Dermatitis Kontak Iritan. Dalam: Panduan Praktek Klinis SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD dr. Soetomo Surabaya. Surabaya; 2013. 3. Barakbah J, Pohan SS, Sukanto H, et al. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press; 2008. 4. Odom R.B., et al. Andrews Diseases of The Skin. 11th ed. Philadelphia: WB Saunders Company; 2011.

april 2014

mimbar 19el kesehatanPemeriksaan Mata

WhenPada Anak

Hoanwd?Dr. Rozalina Loebis, SpMDept. Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD Dr. Soetomo SurabayaMengapa skrining penglihatan pada anak penting?Penglihatan yang baik ialah kunci dari keberhasilan perkembangan anak dan kesuksesan di sekolah. Sistem penglihatan belum berkembang sempurna ketika lahir dan akan terus berkembang hingga si anak mencapai usia 10-12 tahun. Dalam perkembangan penglihatan anak, diperlukan penglihatan yang tajam pada kedua mata anak agar dapat mengirimkan bayangan yang jelas pada otak. Apabila bayi atau anak tidak dapat mengirimkan bayangan yang jelas pada otak, maka hal ini menyebabkan terjadinya Amblyopia atau Mata Malas (Lazy Eyes), yaitu kondisi dimana penglihatan anak menurun walaupun secara anatomis bola mata normal. Amblyopia atau Lazy Eyes ini lebih banyak dipengaruhi karena fungsi sel-sel syaraf mata tidak bisa berkembang dengan baik akibat gangguan dari tajam penglihatan anak.Apabila gangguan tajam penglihatan pada anak bisa dideteksi lebih dini, maka akan semakin mudah untuk memberi penatalaksanaan secara efektif.Kapan dan Bagaimana Skrining Penglihatan AnakDilakukan?M e l a k u k a n skrining penglihatan pada anak ketika lahir dan kemudian pada saat bayi lalu pada masa prasekolah dan pada masa sekolah sangatlah penting. Berdasarkan

The American Academy ofOphthalmology dan The American Association for Pediatric Ophthalmology and Strabismus merekomendasikan waktu pemeriksaan sebagai berikut :Ketika LahirDokter spesialis anak, maupun dokter keluarga harus dapat memeriksa mata bayi yang baru lahir dan melakukan Tes Refleks Merah (Red Reflex Test = Bruckner Test) sebagai indikator awal bahwa mata bayi tersebut normal. Dokter spesialis mata harus melakukan pemeriksaan yang lengkap apabila bayi terlahir prematur atau mempunyai resiko tinggi di bidang kesehatan, ada ketidaknormalan

pada fisiknya atau mempunyai riwayat keluarga yang mengalami gangguan penglihatan pada masa anakBayiSk r inin g kedua untuk k e s e h a t a n mata harus dilak uk a n oleh dokter spesialis mata antara usia 6 bulan hingga 1 tahun.Balita (Preschoolers) Antara usia 3 hingga 4 tahun, tajam penglihatan anak dan keselarasan bola mata harus diperiksa oleh dokter anak, dokter keluarga, dan dokter spesialis mataTajam penglihatan harus diperiksa sedini mungkin saat si anak mulai bisa bekerjasama dengan menggunakan kartu bergambar. Photoscreening ialah suatu metode untuk memeriksa tajam penglihatan secara objektif. Yang penting disini, ditentukan apakah anak bisa fokus secara normal pada jarak jauh, menengah dan dekat. Kebanyakan anak pada usia ini ialah hipermetrop , tapi tetap dapat melihat secara jernih pada jarak tertentu. Kebanyakan anak-anak pada usia ini tidak memerlukan kacamata..

Usia sekolahBegitu masuk usia sekolah, pemeriksaan mata ditujukan untuk memeriksa tajam penglihatan dan keselarasan kedua bola mata. Pada usia ini, kelainan refraksi yang paling sering terjadi iala mata minus yang dapat dikoreksi dengan menggunakan kacatama. Apabila keselarasan kedua bila mata mengalami gangguan, atau ada abnormalitas lain di mata, maka si anak harus menjalani pemeriksaan lengkap yang dilakukan oleh dokter spesialis mata.20 mimbar

april 2014seputarKunjungan Komisi E DPR Pusat ke RSUD Dr. Soetomo

Kamis, 13 Pebruari 2014Kunjungan Rieke Diah Pitaloka ke Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Darurat dalam rangka melihat Pelaksanaan BPJS

di RSUD Dr. Soetomo.

Launching Parameter Baru dan Sosialisasi Neonatal TSH oleh Instalasi Patologi Klinik pada Selasa 11 Pebruari 2014 di Gedung Pusat Diagnostik Terpadu (PDT).

Rapat Kerja tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) berlangsung di Kemenkes (di lingkungan BUK) dihadiri Tim PNPK, Dirjen BUK Kemenkes Akmal Thaher, Ketua PP IKABI, Prof Paul Tahalele/RSDS, Ketua PP PABI, Urip Moertedjo, dr/RSDS, Ketua PP POGI, Ketua PP IDAI, PP PAPDI, pada 11 Maret 2012.

Simposium Workshop Bedah KL tentang Thyroid Disease telah berlangsung 16-17 Maret 2014 di Gedung SMF/Dep Bedah & GBPT RSUD Dr. Soetomo/FK Unair. Diikuti 30 dokter Sp Bedah Umum foto bersama para peserta dokter spesialis bedah umum dengan para instruktur bedah kepala leher RSDS/FK Unair.

soetomoFoto Kiri : Kunjungan Komisi E DPRD Jawa Timur dalam rangka meninjau jalannya kegiatan BPJS di RSUD Dr. Soetomo pada

Senin 20 Januari 2014. Foto Kanan : Penyerahan bayi yang ditelantarkan dari Direktur RSUD Dr. Soetomo ke Dinas Sosial Prov. Jawa Timur oleh Dra. Ilonka Suksmawati, M.Si pada Selasa 4 Pebruari 2014.

Foto Kiri : Penandatanganan MoU oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo dengan beberapa mitra kerja antara lain; kuasa hukum RSUD Dr. Soetomo, RSU Haji, PT. Syslab, PT. Unilever pada Rabu 26 Pebruari 2014. Foto Kanan : Penyerahan 3 Ambulance oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo Kepada Kepala Instalasi Rawat Darurat merupakan sumbangan dari Bank Jatim 1 buah dan yang 2 buah dari APBD RSUD Dr. Soetomo pada Kamis 13 Pebruari 2014.

Jumat 14 Pebruari 2014 setelah Gunung Kelud meletus tampak kiri Direktur RSUD Dr. Soetomo dr. Dodo Anondo, MPH melepas

Tim Bantuan Siaga Bencana (BSB) untuk bertugas didaerah bencana letusan Gunung Kelud. RSUD Dr. Soetomo mengirim 2 Tim Medis yang terdiri dari 2 dokter umum BSB, 2 dokter Anesthesi, dan 10 perawat beserta ambulans. Tampak kanan Rombongan Direktur RSUD Dr. Soetomo meninjau Tim Kesehatan RSUD Dr. Soetomo di daerah bencana di Pujon (Tim ke II).

Kunjungan mahasiswa dari Universitas Kyung Hee, Korea Selatan ke RSUD Dr. Soetomo dalam rangka Summer Program 2014 yang diadakan oleh Universitas Surabaya (Ubaya). Rombongan dipimpin oleh Direktur Kerjasama Kelembagaan Ubaya, Dr. Dra. R.R.Christina Avanti, M.Si.,Apt., dan Dr. Se Young Kim, Ph.D, dosen Universitas Kyung Hee. Mereka belajar mengenai pengobatan tradisional Indonesia yang diterapkan di Poli Obat Tradisional Indonesia (OTI).

Workshop para pemimpin RS dan Pokja Akreditasi sebagai Asesor Internal RS yang diselenggarakan oleh Komisi Akreditasi RS di Hotel

Grand Sahid Jaya Jakarta, Selasa-Rabu, 4-5 Maret 2014. Tampak Tim RSUD Dr. Soetomo (15 orang) berfoto bersama para pembicara.

Para pembicara dalam acara The 53rd Quadruple Joint Symposium dengan tema Cardiometabolic Health Toward 2020 : Challenges inPrevention and Treatment of Obesity, Mets, CMR and the CMDs di Shangri-La Hotel Surabaya, 8-9 Pebruari 2014.

soetomoKunjungan Tim Penilai LPPD (Laporan Penyelenggaraan PemerintahDaerah) ke RSUD Dr. Soetomo - Senin, 24 Pebruari 2014Tim Penilai LPPD saat meninjau IRD dan Instalasi Radioterapi. Kunjungan dilakukan dalam rangka meninjau kinerja RSUD Dr. Soetomo dan melihat perkembangannya.

Tim LPPD meninjau Ruang Pengambilan Sampel Instalasi Patologi Klinik dan ruang Code blue SMF Anastesi di lantai 1

Gedung Pusat Diagnostik Terpadu (GPDT).

Pendampingan dalam rangka program Sistem Hospital di RSUD Soe Kabupaten Timur Tengah Selatan Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah berjalan sejak tahun 2011 dan akan berakhir Juli 2014. Tetapi Pemda Kabupaten Soe melalui Bupati Kepala Daerah masih sangat membutuhkan karena dengan adanya RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebagai pendamping baik pelayanan medis, klinis, dan manajemen keuangan dan SDM bisa semakin baik. Pada tanggal 11-13 April 2014 dilaksankan pelatihan penataaksanaan HIV AIDS untuk petugas medis dan tenaga keperatawan oleh Tim dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya dapat terlaksana dengan baik.

Foto Kiri : Studi banding RSUD Prov. Kepulauan Riau Tanjung Pinang ke Instalasi Sterilisasi Binatu (ISB), Instalasi Sanitasi, dan Bidang Diklat. Kabid. Pemasaran dan Rekam Medik RSUD Dr. Soetomo, drg. Sri Wahjulien, menyerahkan cinderamata kepada Kabid. Penunjang Non Medik RSUD Prov. Kepulauan Riau Tanjung Pinang, Bpk. Irmansyah pada Senin 17 Maret 2014. Foto kanan Donor Darah yang diselenggarakan oleh PPDS pra Bedah di Ruang Donor Darah PDT Lantai 1 pada Jumat 14 Maret 2014.

Peresmian Perluasan Mushola Baituss Salam depan Bidang Pemasaran & Rekam Medik

Kamis, 20 Maret 2014

Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pemotongan tumpeng oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo Dodo Anondo, dr, MPH.

soetomoHUT ke 5 Paduan Suara G