MIKROBIOLOGI A K U A T I K
Transcript of MIKROBIOLOGI A K U A T I K
PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
A K U A T I K
Oleh:
Dr. Ir. YUNILAS, M.P
Dr. ERI YUSNI, MSc
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AGUSTUS, 2017
1
LATIHAN 1
PENGENALAN ALAT
Tujuan:
1. Mengenal bermacam-macam peralatan yang digunakan dalam praktikum
mikrobiologi.
2. Mengetahui fungsi dari peralatan yang digunakan secara benar.
Pendahuluan
Mikrobiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan
mikroorganisme meliputi morfologi, struktur, fungsi serta metabolisme yang dilakukan
dalam proses kelangsungan hidupnya yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Dibutuhkan peralatan khusus yang mendukung untuk tercapainya tujuan dalam
pengamatan mikroorganisme.
Peralatan yang digunakan haruslah dalam keadaan steril atau bebas dari kuman,
bakteri, virus dan jamur. Perlu adanya pengetahuan tentang cara – cara atau teknik
sterilisasi. Hal ini dilakukan karena alat – alat yang digunakan memiliki teknik
sterilisasi yang berbeda (Dwidjoseputro, 2003).
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau
mengetahui tentang peralatan yang digunakan dalam melakukan praktikum tersebut.
Hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam melaksanakan percobaan, sehingga
resiko kecelakaan di laboratorium dapat ditanggulangi. Kebersihan dan kesempurnaan
alat sangat penting untuk bekerja di laboratorium. Alat yang kelihatan secara kasat
mata, belum tentu bersih, tergantung pada pemahaman seorang analis mengenai apa
artinya bersih. Alat kaca seperti gelas piala atau erlenmeyer paling baik dibersihkan
dengan sabun atau deterjen sintetik. Pipet, buret, dan labu volumetrik mungkin
memerlukan larutan deterjen panas untuk bisa bersih benar (Day dan Underwood,
1998).
Prosedur Kerja
1. Simulasi/demo alat yang digunakan dan penjelasan cara kerja serta fungsi alat.
2. Praktek penggunaan alat dengan benar.
Alat dan Fungsinya
2
Peralatan yang digunakan dalam praktikum laboratorium mikrobiologi aukuatik
meliputi:
1. Ose / Jarum Inokulum (inoculating loop)
Ose/ jarum merupakan jarum inoculum yang terbuat dari kawat nichrome atau
platinum, digunakan untuk menginokulasi mikrobia dari suatu media ke media lainnya.
Jarum inokulasi terbuat dalam dua bentuk yaitu bentuk ujung jarum yang berbentuk
lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang
berbentuk lurus disebut inoculating needle/Transfer needle. Bentuk jarum ose
(inoculating loop) digunakan untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan
inoculating needle digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab
inoculating). Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan mikroorganisme
untuk ditanam/ditumbuhkan ke media baru.
2. Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)
Tabung reaksi merupakan peralatan kaca yang berfungsi sebagai wadah untuk
pengenceran, menumbuhkan mikroba dan pengujian biokimiawi. Tabung reaksi terbuat
dari dua macam model yaitu ada yang memiliki tutup dan ada yang tidak. Tabung reaksi
yang tidak memiliki tutup sebagai gantinya dapat ditutup dengan kapas, metal, plastik
atau aluminium foil. Tabung reaksi digunakan sebagai wadah yang diisi media padat,
semi padat dan cair. Tabung reaksi diisi media padat dalam bentuk media agar tegak
(deep tube agar) dan agar miring (slants agar).
3. Cawan Petri (Petri Dish)
Cawan petri merupakan wadah yang berfungsi untuk kegiatan isolasi, pemurnian
dan membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Cawan petri terdiri dari berbagai ukuran
diameter. Cawan dengan diameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml,
sedangkan cawan berdiameter 9 cm dapat diisi media sebanyak 10 ml.
4. Mikropipet (Micropippete) dan Tip
Mikropipet merupakan peralatan mikrobiologi yang berfungsi untuk
memindahkan cairan yang bervolume kecil, biasanya kurang dari 1000 μl. Mikropipet
memiliki ukuran yang beragam. Ada mikropipet yang dapat diatur volume
3
pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1μl sampai 20 μl, atau mikropipet
yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume
pipette) misalnya mikropipet 5 μl. Dalam penggunaannya, mikropipet memerlukan tip.
5. Gelas ukur (Graduated Cylinder)
Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu
erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya.
6. Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)
Labu erlenmeyar berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan Labu
Erlenmeyer juga dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan
sebagai penyusun komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dalam
kultur cair, dll. Ukuran erlenmeyer beragam sesuai dengan kebutuhan volume cairan
yang akan digunakan. Volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100
ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.
7. Beaker Glass
Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Beaker glass dapat
digunakan untuk preparasi media, menampung akuades dll.
8. Batang L (L Rod) disebut juga spreader.
Batang L berfungsi dalam isolasi dan pembiakan mikroba yaitu untuk
menyebarkan cairan di permukaan media supaya mikroba yang tersuspensi dalam cairan
tersebut tersebar merata.
9. Tabung Durham (Durham Tube)
Tabung durham berfungsi untuk menampung hasil fermentasi mikroorganisme
berupa gas. Tabung durham bentuknya seperti tabung reaksi namun memiliki ukuran
lebih kecil dibanding tabung reaksi. Tabung durham itu ditempatkan terbalik di dalam
tabung reaksi yang lebih besar dan tabung ini kemudian diisi dengan medium cair.
Setelah seluruhnya disterilkan dan medium sudah dingin, maka dapat dilakukan
inokulasi. Jika bakteri yang ditumbuhkan dalam media tersebut memang menghasilkan
gas, maka gas akan tampak sebagai gelembung pada dasar tabung durham.
4
10.Termometer (thermometer)
Termometer berfungsi untuk mengukur suhu suatu larutan atau ruang inkubator.
Prinsip kerjanya yaitu mengukur suhu sesuai laju air raksa di dalam thermometer.
Termometer adalah batang kaca yang panjangnya 300 mm, diameter 6-7 mm berisi air
raksa dan gas, serta dilengkapi dengan skala derajat Celcius.
Apparatus
1. Autoklaf (Autoclave)
Autoklaf merupakan alat pemanas yang digunakan untuk mensterilisasi suatu
alat atau bahan menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama
kurang lebih 15 menit. Suhu yang tinggi akan membunuh microorganisme. Autoklaf
ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri,
tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Endospora dapat dibunuh pada
suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu
121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri
dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C. Perhitungan waktu
sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek
yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf
akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk
memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit.
Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf
karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu
sterilisasi.
2. Oven
Oven berfungsi untuk sterilisasi kering. Alat-alat yang disterilkan menggunakan
oven antara lain peralatan gelas seperti cawan petri, tabung reaksi, dll. Sterilisasi kering
dengan oven dilakukan dengan cara memanaskan pada suhu 180oC selama 1 jam.
3. Hot plate stirrer dan Stirre bar
5
Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk
menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam
alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi.
Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic stirrer seri SBS-100
dari SBS® misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan sangat
lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC.
4. Pembakar Bunsen (Bunsen Burner)
Bunsen adalah salah satu alat yang berfungsi untuk mensteril. Api yang menyala
dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan diharapkan
kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Dalam sterilisasi jarum ose
atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api
yang berwarna biru (paling panas).
5. Inkubator (Incubator)
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu
yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu.
6. Penangas air (Water bath)
Penangas air berfungsi untuk menyimpan media agar (yang digunakan untuk
analisa dengan teknik tuang/pure plate ) supaya media tetap dalam kondisi leleh/cair,
bisanya suhu diatur pada kisaran 40-45oC. Untuk menjaga air pada penangas air tidak
terkontaminasi mikro organisme maka perlu ditambahkan citric acid 0.3% dan
potassium sorbat 0.1%.
7. pH Meter
pH meter berfungsi untuk mencek derajat keasaman/pH media, karena derajat
keasaman sangan berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba.
8. Timbangan digital / neraca digital
Neraca digital berfungsi untuk menimbang media dan juga sample atau contoh
uji saat preparasi.
9. Biological Safety Cabinet / Laminar Air Flow
6
Biological Safety Cabinet (BSC) atau disebut juga Laminar Air Flow (LAF)
adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola
pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV
beberapa jam sebelum digunakan.
10. Colony counter
Colony counter adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah perhitungan
koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan karena adanya kaca pembesar.
Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran yang sangat berguna untuk
pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri dapat
ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.
11. Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)
Mikroskop Cahaya merupakan salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme.
Kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada
umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1
mm.
12. Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope)
Mikroskop ini berfungsi untuk melihat objek yang membutuhkan perbesaran
tidak terlalu besar. Di Laboratorium Mikrobiologi, mikroskop stereo biasanya
digunakan untuk mengamati secara detail bentuk koloni dan jamur.
Alat-alat lain yang perlu diketahui di laboratorium mikrobiologi: pelobang
sumuran, haemositometer, kaca obyek, kaca obyek cekung, shaker incubator, shaker
resiprok, vortex, glass pin, kaca penutup, pinset, gelas arloji, disk blank, disk antibiotik,
filter bakteri, tabung Durham.
Pertanyaan:
1. Jelaskan berbagai peralatan yang digunakan beserta fungsinya dalam praktikum
mikrobiologi!
2. Coba jelaskan prinsip kerja alat autoclave!
3. Jelaskan perbedaan fungsi dari peralatan autoclave dengan oven!
Lembaran Pengamatan
7
LATIHAN 1
PENGENALAN PERALATAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
Nama/NIM :
Fakultas/Program Studi :
Hari/Tanggal :
Group/Kelompok :
No. Nama Alat Gambar Fungsi/Kegunaan
8
LATIHAN 2
STERILISASI
Tujuan:
1. Mengetahui beberapa metode sterilisasi alat dan bahan dalam pengamatan
mikrobiologis.
2. Mengetahui perbedaan metode sterilisasi serta dapat melakukannya sesuai prosedur.
Pendahuluan
Sterilisasi merupakan suatu proses pembebasan bahan atau alat dari semua
bentuk organism hidup. Berdasarkan alat yang digunakan maka sterilisasi ada
dikelompokan atas 2 yaitu sterilisasi basah dan sterilisasi kering. Sterilisasi basah
menggunakan autoclave, umumnya yang disterilkan bahan-bahan mengandung air
seperti media, aquades atau larutan lainnya. Sedangkan sterilisasi kering menggunakan
oven, umumnya yang disterilkan peralatan peralat seperti tabung reaksi, cawan petri dll.
Berdasarkan prosedur kerja maka sterilisasi dibedakan atas sterilisasi secara
fisik, mekanik dan kimiawi. Sterilisasi secara fisik adalah sterilisasi yang dilakukan
dengan pemanasan dan penyinaran. Pemanasan (pembakaran) secara langsung seperti
pemanasan jarum ose atau pinset, pemanasan kering dengan menggunakan oven.
Sterilisasi secara kimiawi dengan cara menyemprot atau membilas alat dengan
desinfektan dan anti septik. Sedangkan sterilisasi secara mekanik adalah sterilisasi
menggunakan saringan berpori sangat kecil antara 0.22 mikron sampai 0.45 mikron
sehingga mikroba tertahan pada saringan biasa disebut sebagai sterilisasi mekanik. Cara
ini biasanya dilakukan untuk sterilisasi bahan yang tidak tahan atau peka terhadap panas
seperti antibiotik ataupun senyawa enzim.
Berbagai metode sterilisasi
1. Sterisasi Fisik
a. Pemanasan basah menggunakan autoclave
- Pemanasan melalui penguapan (uap air) menggunakan autoclave pada suhu
1210C dengan tekanan 15 psi/2 atm selama 15 menit:
- Merebus (boiling)
- Pasteurisasi
9
- HTST (high temperature short time): pemanasan pada suhu 720C selama 15
detik
- LTLT (low temperature short time): pemanasan pada suhu 650C selama 30
menit
b. Pemanasan kering dengan pembakaran atau penggunaan oven
- Pembakaran (incenerasi)
- Pemanasan menggunakan oven dengan adanya udara panas pada suhu 1800C
selama 2 jam atau pada suhu 2100C selama 30 menit
c. Radiasi (dengan sinar ultra violet)
2. Secara Kimia
a. Penggunaan desinfektan dan anti septik
b. Penggunaan pengawet
c. Penggunaan antibiotic
10
Gambar 2. Sterilkan meja kerja sebelum melakukan kegiatan
3. Secara Mekanik
Filtrasi (penyaringan cairan atau penyaringan udara)
Pelaksanaan Praktikum:
Bahan dan Alat
Bahan : Aquadesh, alkohol 70%, spritus, aluminium foil, kapas, plastik, kertas label,
lakban bening, selotip, serbet/lap tangan, tali (benang bola), tisu gulung, kain
kasa steril, kapas, kertas minyak/layang-layang, wipol (desinfektan).
Alat : tabung reaksi, cawan petri, erlenmeyer, batang pengaduk, beaker glas, jarum ose,
mikro pipet, pinset, botol aquades, botol semprot/spyer, tabung durham,
autoclave, oven.
11
Prosedur Kerja
a. Sterilisasi Kering (menggunakan oven)
1. Peralan kaca seperti awan petri dan tabung reaksi dicuci bersih lalu
mengeringkan peralatan
2. Peralatan kaca tersebut dibungkus dengan kertas minyak/layang-layang
3. Peralatan yang sudah dibungkus dimasukan kedalam oven lalu atur suhu 1800C
selama 2 jam atau pada suhu 210 0C selama 30 menit
4. Tekan tombol power
5. Setelah 2 jam atau 30 menit (tergantung suhu yang digunakan), turunkan suhu
dan matikan tombol power.
6. Setelah suhu turun, peralatan yang telah disterilkan tersebut diambil dan
dikeluarkan dari dalam oven lalu diletakkan di tempat yang bersih.
b. Sterilisasi Basah (menggunakan autoklaf)
1. Peralatan dan media yang akan disterilkan dibungkus dengan kertas
minyak/layang-layang aluminium poil dan plastic tahan panas
2. Masukkan semua alat dan media yang sudah disiapkan ke dalam keranjang dan
masukkan ke dalam autoclave
3. Tutup dengan rapat dan kunci pintu autoklaf
4. Tekan tombol On
5. Atur suhu 1210C pada tekanan 15 psi (2 atm) selama 15 menit
6. Tekan tombol Enter, sterilisasi akan berakhir pada saat alaram berbunyi.
7. Tekan tombol off, biarkan beberapa menit sampai suhu dalam autoklaf turun.
8. Buka pintu autoklaf dan keluarkan alat dan bahan yang telah disterilkan tadi.
c. Sterilisasi Kimiawi
1. Peralatan cawan petri dan gelas obyek (terbuat dari bahan gelas) dicuci hingga
bersih lalu dikeringkan peralatan dengan kain lap halus.
2. Siapkan larutan alkohol (70%).
3. Siapkan kapas steril.
4. Tuangkan larutan alkohol secukupnya pada kapas steril kemudian
menggosokkan pada cawan dan gelas obyek secara merata.
12
Kerja Aseptis:
1. Sebelum mulai kerja tangan disemprot dengan alcohol 70%
2. Lingkungan kerja, meja disemprot dengan alcohol
3. Peralatan dan bahan yang sudah disterilkan seperti tabung/cawan/Erlenmeyer
sebaikknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminasi masuk)
dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.
4. Peralatan pinset, batang L, spider, dan lain-lain dapat disemprot alcohol terlebih
dahulu lalu dibakar.
5. Jarum ose yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau dapat
ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas yang
terjadi.
6. Jika bekerja di ruang safety cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tapi
jika diluar safety cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin
terjamin kondisi aseptisnya.
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi, steril dan sterilitas?
2. Mengapa peralatan yang akan digunakan harus disterilkan?
3. Jelaskan pengertian aseptic dan bagaimana prinsip kerja secara aseptic!
Lembaran Pengamatan
LATIHAN 2
STERILISASI
Nama/NIM :
Fakultas/Program Studi :
Hari/Tanggal :
Group/Kelompok :
No. Nama Alat Metode Steril Suhu dan Waktu
13
LATIHAN 3
MEMBUAT MEDIA PERTUMBUHAN
Tujuan:
1. Mengetahui berbagai jenis dan fungsi media.
2. Mengetahui cara membuat media pertumbuhan.
Pendahuluan
Media pertumbuhan mikroba dibutuhkan mulai dari proses isolasi sampai pada
tahap pengamatan. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah media yang
mengandung berbagai zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikrobia untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur-unsur tersebut terdiri dari unsur makro
(C,H,O, N dan P) dan unsur mikro (Fe, Mg serta vitamin) dan bahan tambahan lainnya
seperti phenol red yang berfungsi sebagai indikator kemasaman media dan antibiotik.
Media pertumbuhan bagi mikrobia ini dapat bentuk media cair ataupun media padat.
Bahan penyusun media pertumbuhan mikroba umumnya terdiri dari bahan dasar
seperti air sebagai pelarut dan agar atau gelatin ataupun silica gel yang berfungsi
memadatkan media. Media pertumbuhan dibedakan juga berdasarkan sifat fisik,
komposisi penyusunnya serta tujuan.
Macam-Macam Media Pertumbuhan
1. Media Berdasar Sifat Fisik
a. Media padat (solid) adalah media yang mengandung agar 1-2% sehingga setelah
dingin media menjadi padat.
b. Media setengah padat (semi solid) adalah media yang mengandung agar 0.3 -
0.4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair.
c. Media cair (liquid) adalah media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah
NB (nutrient broth), LB (lactose broth).
2. Media Berdasarkan Komposisi
a. Media sintesis adalah media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan
takarannya secara pasti, misalnya Glucose agar, Mac conkey agar.
14
b. Media semi sintesis adalah media yang sebagian komposisinya diketahui secara
pasti, misalnya PDA (potato dextrose agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan
ekstrak kentang.
c. Media non sintesis adalah media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat
diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya,
misalya tomato juice agar, brain heart infution agar, pancreatic.
3. Media Berdasarkan Tujuan
a. Media untuk isolasi: Media ini mengandung semua senyawa essensial untuk
pertumbuhan mikroba, misalnya nutrient broth, blood agar.
b. Media selektif/penghambat: Media yang selain mengandung nutrisi juga
ditambahn suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan
mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan, seperti
Luria bertani medium yang ditambah amphisilin untuk merangsang e.coli, resisten
antibiotic dan menghambat kontaminan yang peka.
c. Media diperkaya (enrichment): Media yang mengandung komponen dasar untuk
pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum,
kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu.
Bakteri yang tumbuh pada media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana
untuk berkembangbiak, tetapi membutuhkan komponen kompleks: blood tellurite
agar, bile agar, serum agar.
d. Media untuk peremajaan kultur: Media umum atau spesifik yang digunakan untuk
peremajaan kultur.
e. Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik: Media ini digunakan untuk
mendiagnosis atau menganalisis metabolism suatu mikroba.
f. Media untuk karakterisasi bakteri: Media yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indicator ditambahkan untuk
menunjukkan adanya perubahan kimia.
g. Media differsial: bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya
berdasakan karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diffential.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi sebagai media biakan yaitu: 1) Mengandung
nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme yang berkembang, 2) Memiliki
kelembaban optimum bagi pertumbuhan mikroorganisme, 3) Mengandung oksigen
15
(kultur bakteri aerob) dan pH sesuai serta 4) Harus bebas dari mikroba lain dan steril.
Bahan dan Alat
Bahan : Aquadesh, Media Nutrien Agar (NA), Media Nutrien Broth (NB), Media PDA,
Tryptone Soya Agar (TSA), kapas, kertas layang, plastik, alkohol 70%, spritus,
kapas steril, aluminium foil, tissu, kertas label.
Alat: Lampu bunsen, cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, timbangan, hot plate,
stirer, batang pengaduk, spatula, autoklaf, beaker glas, jarum ose, mikro pipet,
pinset, gelas ukur, rak tabung reaksi, botol aquades, botol semprot/spyer,
timbangan digital, autoclave, oven, incubator, lemari pendingin/freezer, stirer,
vortex.
Prosedur Kerja
A. Pembuatan Media Umum (Cara I):
1. Timbang media sesuai prosedur di kemasan. Media ditimbang secara hati-hati
lalu masukkan kedalam Erlenmeyer
2. Media yang ada di erlemnmeyer ditambah aquades dan aduk sampai homogen
dengan batang pengaduk
3. Setelah homogen media dipanaskan dengan hati-hati menggunakan
penangas/elemen pemanas sambil diaduk sampai media tercampur homogen
(ditunjukkan dengan warna yang kuning jernih). Perhatian: pada saat
pemanasan jangan sampai terbentuk buih berlebihan sampai meluap!
4. Media dituangkan ke dalam tabung reaksi dengan volume tertentu menggunakan
pipet volume: 5 ml untuk agar miring, 10 ml untuk agar tegak, lalu diautocklaf.
Tutup tabung reaksi dengan penutup tabung (penutupan jangan terlalu rapat!)
5. Media NB dituangkan ke dalam tabung reaksi masing- masing tabung reaksi 8
ml. Tutup tabung reaksi dengan kapas atau penutup tabung (penutupan jangan
terlalu rapat!)
6. Sterilkan seluruh media dalam tabung reaksi tersebut dengan menggunakan
autoklaf selama 15 menit, tekanan 1 atm 121oC. (Pelajari cara mengoperasikan
autoklaf dengan benar!)
7. Setelah diotoklaf: media NA 10 ml dalam tabung reaksi diletakkan tegak pada
16
rak tabung dan biarkan memadat, media NA 5 ml inkubasikan miring dan
biarkan memadat. Media sisa NA tuangkan dalam cawan petri dan biarkan
memadat. Media NA 15 ml dibiarkan sampai suhu 45-50oC (untuk isolasi
mikroorganisme).
8. Media NB dalam tabung reaksi biarkan dingin. Seluruh media NA dan NB ini
akan digunakan untuk percobaan selanjutnya.
Gambar 3. Pembuatan media agar
B. Pembuatan Media Umum (Cara II):
Bahan yang diperlukan antara lain: kentang sebanyak 100 gram, dektrosa 5
gram, aga 15 gram dan aquadest sebanyak 500 ml
Cara Kerja
1. Kentang dikupas dan iris, lalu cuci bersih dan selanjutnya direbus dengan
aquadest selama 1-2 jam
2. Ekstrak kentang disaring menggunakan penyaring sampai 500 ml
3. Ekstrak kentang ditambah agar dan dektrosa, aduk hingga homogeny serta
didihkan diatas kompor atau hot plate stirrer.
4. pH diatur hingga 5-6 dengan menambahkan HCl atau NaOH dan ukur
dengan pH meter.
5. Masukkan larutan ke dalam erlenmeyer atau dapat langsung dibuat agar
17
pinggan atau agar miring
6. Sterilkan media dengan autoklaf
Nutrien Broth (NB)
Komposisi untuk media NB sama dengan NA tetapi tidak memakai agar sebagai
pemadat. Proses pembuatannyapun lebih sederhana, tidak memerlukan panas, peptone
dan beef extract akan mudah larut sempurna pada air suhu kamar jika diaduk.
C. Pembuatan Media Selektif:
Media selektif yang dimodifikasi (Yunilas et al., 2013) untuk isolasi bakteri
lignoselulolitik menggunakan: (0,5 g pepton, 0,5 g yeast agar, 0,1 g K2HPO4, 0,02 g
MgSO4. 7H2O, 1 g Na2CO3, 20 g agar, 0,25 g CMC, 0,25 g xylan, 0,25 g lignin, 0,25
g mannan.
Media selektif Czapek Dox Agar (CDA) yang dimodifikasi (Yunilas, 2016)
untuk isolasi fungi selulolitik yaitu: 0,2% NaNO3; 0,05% KCL; 0,05% MgSO4.7H2O;
0.001% FeSO4.7H2O; 0,05% KH2PO4; 0,04% yeast ekstrak; 2% agar dan 1% (masing-
masing CMC, xylan, lignin dan manan), streptomisin 0,01 %, pH diatur 4,5.
Prosedur Kerja
1. Timbang semua bahan sesuai formulasinya, lalu masukkan kedalam Erlenmeyer
2. Media yang ada di erlemnmeyer ditambah aquades dan aduk sampai homogen
dengan batang pengaduk
3. Setelah homogen media dipanaskan dengan hati-hati menggunakan
penangas/elemen pemanas sambil diaduk sampai media tercampur homogen
4. Media dituangkan ke dalam tabung reaksi dengan volume tertentu menggunakan
pipet volume: 5 ml untuk NA miring, 10 ml untuk NA tegak, lalu diautocklaf.
Tutup tabung reaksi dengan penutup tabung (penutupan jangan terlalu rapat!)
5. Sterilkan seluruh media dalam tabung reaksi tersebut dengan menggunakan
autoklaf selama 15 menit, tekanan 1 atm 121oC. (Pelajari cara mengoperasikan
autoklaf dengan benar!)
6. Setelah diotoklaf: media dalam tabung reaksi diletakkan tegak pada rak tabung
dan biarkan memadat atau miring dan biarkan memadat.
18
Pertanyaan:
1. Jelaskan pengertian dan fungsi media pertumbuhan!
2. Mengapa media pertumbuhan yang akan digunakan harus disterilkan?
3. Jelaskan cara membuat media umum untuk pertumbuhan bakteri!
4. Pada pembuatan media selektif ada bahan tertentu dimasukkan, apa tujuan dari
penambahan bahan tersebut?
Lembaran Pengamatan
LATIHAN 3
MEMBUAT MEDIA PERTUMBUHAN
Nama/NIM :
Fakultas/Program Studi :
Hari/Tanggal :
Group/Kelompok :
No. Nama Bahan Formula Metode
Sterilisasi
Suhu dan Waktu
19
LATIHAN 4
ISOLASI BAKTERI DARI LINGKUNGAN AKUATIK
Tujuan:
1. Mengetahui teknik mengisolasi bakteri dengan benar
2. Mengkarakteristik koloni bakteri yang diisolasi dari lingkungan aquatik
Pendahuluan
Mikroba ditemukan di alam dalam kondisi campuran dan hampir tidak
ditemukan sebagai spesies tunggal. Mereka melakukan aktivitas secara bersama-sama
dengan membentuk suatu hubungan yang saling bersinergis, simbiosis, suksesi, bahkan
ada yang bersifat antagonis. Untuk melakukan pengamatan terhadap mikroorganisme
biasanya diperlukan suatu teknik pemisahan spesis-spesis yang berbeda dari populasi
campuran atau biakan campuran menjadi spesies-spesies tunggal sebagai biakan murni.
Isolasi mikroorganisme adalah suatu upaya pemindahan mikroba diluar dari
lingkungan alamiahnya untuk mendapatkan biakan murni. Pemisahan mikroorganisme
dari lingkungan bertujuan untuk memperoleh biakan murni yang sudah tidak bercampur
lagi dengan mikroba lainnya. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis
mikroba dengan mikroba lainnya yang terdapat pada suatu substrat atau lingkungan
sekitarnya. Sehingga dalam mempelajari ilmu mikroorganisme kita harus mengerti dan
memahami bagaimana mendapatkan mikroba murni dengan cara mengisolasi dan
memisahkan mikrobia tersebut sesuai dengan tujuannya. Melalui isolasi kita dapat
mempelajari morfologi, biologi ataupun karakteristik mikrobia tersebut.
Sifat hidup bakteri secara umum adalah sapotrofik pada sisa buangan hewan
ataupun tanaman yang sudah mati, tetapi banyak juga parasitik pada hewan, manusia,
dan tanaman dengan menyebabkan banyak penyakit (Suriawiria 2008). Menurut
Waluyo (2007), pengamatan bekteri dapat dilakukan secara individual, satu per satu,
maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila bakteri yang ditumbuhkan di dalam
medium yang tidak cair, maka akan terjadi suatu kelompok yang dinamakan koloni.
20
Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk tersebut merupakan ciri
khas bagi suatu spesies tertentu.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba yaitu
antara lain: sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi, tempat hidup atau asal
mikroba tersebut, medium pertumbuhan yang sesuai, cara menginokulasi mikroba, cara
menginkubasi mikroba, cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur
murni dan sesuai dengan yang dimaksud dan cara memelihara agar mikroba yang telah
diisolasi tetap merupakan kultur murni.
Bahan dan Alat:
Bahan : Sampel sumber isolat berupa air kolam, air laut atau air di daerah rawa-rawa,
Aquadesh, Media Nutrien Agar (NA), media agar seletif dimodifikasi (Yunilas,
2013), kapas, kertas layang, plastik, alkohol 70%, spritus, aluminium foil,
tissu, kertas label,
Alat: Lampu Bunsen, cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet volumetrik,
timbangan, botol sampel, hot plate, stirer, batang pengaduk, spatula, autoklaf,
ikubator.
Prosedur Kerja:
1. Sampel air kolam diambil dengan menggunakan botol steril. Botol yang telah berisi
air hasil sampling dimasukkan ke dalam coolbox untuk menjaga agar bakteri tidak
mati kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
2. Sampel dipindahkan ke tabung reaksi steril setelah sampai dilaboratorium
3. Siapkan media agar selektif, lalu lakukan isolasi menggunakan metode goresan
pada media agar dengan cara membakar jarum ose supaya steril dan kemudian
dicelup pada sampel air.
4. Jarum yang telah di celup digoreskan pada media agar selektif.
4. Media yang sudah diinokulasi, diinkubasi selama 24 – 48 jam pada suhu 370C untuk
pengamatan mikroba yang tumbuh.
21
5. Koloni yang tumbuh diamati morfologinya meliputi bentuk, elevasi, tepi dan warna
koloni.
6. Koloni bakteri yang sudah tumbuh pada medium agar umum (selektif) dipindahkan
lagi ke medium yang baru untuk mendapatkan isolate murni.
7. Pemurnian dilakukan sampai diperoleh koloni tunggal menggunakan metode cawan
gores (streak plate). Isolat murni yang telah diperoleh disimpan di dalam agar miring
Nutrient Agar (NA).
Pertanyaan:
1. Coba jelaskan pengertian isolasi dan inokulasi!
2. Jelaskan metode yang dapat dilakukan dalam inokulasi!
3. Jelaskan karakteristik pertumbuhan miktoba pada media padat dan media cair!
Gambar 4. Morfologi Koloni Mikrobia
22
Lembaran Pengamatan
LATIHAN 4
ISOLASI BAKTERI DARI LINGKUNGAN AQUATIK
Nama/NIM :
Fakultas/Program Studi :
Hari/Tanggal :
Group/Kelompok :
Hasil dan Pengamatan MorfolobiKoloni Bakteri
Kode Isolat Ukuran Bentuk Elevasi Pinggir Warna
23
LATIHAN 5
TEKNIK BIAKAN MURNI
Tujuan:
1. Mengetahui prinsip dasar teknik biakan
2. Mendapatkan 1 jenis mikroorganisme yang diinginkan
Pendahuluan
Teknik biakan murni pertama kali dilakukan oleh Robert Koch pada tahun 1843
– 1910, seorang ahli kebangsaan Jerman. Bakteri yang dimurnikan adalah bakteri
Bacillus anthracis penyebab penyakit antrax pada sapi dan domba di Eropa pada saat
itu. Biakan murni adalah biakan yang hanya terdiri dari satu jenis mikroorganisme,
sedangkan biakan campuran adalah biakan yang terdiri dari berbagai jenis
mikroorganisme.
Biakan murni dari suatu biakan campuran dapat diperoleh dengan beberapa
metode. Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain
digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural
morfologi, fisiologi, dan serologi dibutuhkan mikroorganisme yang berasal dari satu
spesies.
24
Gambar 5. Menuang media secara aseptis
Gambar 6. Memindahkan biakan secara aseptis
Metode Teknik Biakan Murni
1. Metode cawan gores (streak plate method)
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu.
25
metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Ada beberapa tipe goresan yaitu:
sinambung, radian, kuadran dan goresan T.
Gambar 7. Streak PlateMethod secara Goresan Sinambung
Gambar 8. Streak Plate Method secara Goresan T
2. Metode cawan sebar (spread plate method)
Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara
menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/sebaran di permukaan media agar yang
telah memadat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba.
Karena konsentrasi sel-sel mikroba pada umumnya tidak diketahui, maka pengenceran
perlu dilakukan beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada satu dari
pengenceran itu yang mengandung koloni terpisah (30-300 koloni). Koloni mikrobia
yang terpisah memungkinkan koloni tersebut dapat dihitung.
26
Gambar 9. Metode agar sebar dan agar tuang
3. Metode cawan tuang (pour plate method)
Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar yang sedang mencair pada
temperatur 45-50oC dengan suspensi bahan yang mengandung mikroba, dan
menuangkannya ke dalam cawan petri steril. Setelah inkubasi akan terlihat koloni-
koloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin berasal dari 1 sel bakteri,
sehingga dapat diisolasi lebih lanjut.
Bahan dan Alat
Bahan:
Media NA, PDA, kultur bakteri, kultur jamur, wipol, alcohol.
Alat:
Cawan petri, tabung reaksi, pipet serologi, propipet, jarum ose noddle, hockey
stick, spatula, vortex, lampu Bunsen, Incubator, Pemanas air.
Prosedur Kerja:
1) Metode Cawan Gores
1. Tuang media agar NA cair ke dalam cawan petri secara aseptis, lalu biarkan
memadat.
2. Inokulasi satu ose bakteri dari biakan campuran ke dalam media NA tadi dengan
cara menggores sesuai tipe goresan yang diinginkan (radian, kuadran,
sinambung, tipe goresan T).
3. Media NA yang telah diinokulasi, dibungkus dengan kertas pembungkus,
selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.
4. Amati pertumbuhan bakterinya!
b) Metode Cawan Tuang
1. Ambil 1 ose koloni bakteri dari biakan campuran secara aseptis lalu dimasukan
27
ke tabung reaksi berisi aquadest steril, kemudian lakukan seri pengeceran 10-2
.
2. Ambil sebanyak 0,1-1
mL dan diinokulasi ke dalam media agar NA cair suhu
berkisar 45-500C.
3. Media NA yang sudah diinokulasi tersebut di vortex supaya homogen.
4. Tuang media NA tersebut ke dalam cawan petri secara aseptis.
5. Ratakan dengan cara memutar membentuk angka delapan, lalu dibiarkan
memadat.
6. Bungkus media agar NA tersebut dengan kertas pembungkus, selanjutnya
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.
7. Amati pertumbuhan bakterinya!
c) Metode Cawan Sebar
1. Tuang media agar NA cair ke dalam cawan petri secara aseptis, lalu biarkan
memadat.
2. Siapkan 3 tabung masing masing berisi 10 mL, 9 mL dan 9 mL aquadest.
3. Ambil 1 ose koloni bakteri dari biakan campuran secara aseptis lalu dimasukan
ke tabung reaksi berisi aquadest steril 10 ml, kemudian lakukan seri pengeceran
dan dihomogen dengan vortex, hasilnya disebut suspensi.
4. Ambil 1 ml suspense kemudian diinokulasi pada tabung reaksi kedua berisi 9
mL aquadest, demikian juga pada tabung selanjutnya.
5. Hasil pengenceran dari tabung 2 dan 3 diambil masing-masing sebanyak 0,1 mL
dan diinokulasi ke dalam media agar NA yang telah memadat tadi.
6. Hockey stick disterilkan dengan cara dicelup pada alcohol dan dibakar.
7. Tebarkan/sebarkan kultur bakteri dengan hockey stick secara merata dan biarkan
sampai permukaan agar mengering.
8. Setelah mengering, bungkus dengan kertas pembungkus, selanjutnya diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37 0C.
9. Amati pertumbuhan bakterinya!
d) Teknik Biakan Murni untuk jamur/fungi
1. Tuang media agar PDA cair dituang ke dalam cawan petri secara aseptis, lalu
biarkan memadat.
2. Ambil spora atau meselium dari biakan campuran, kemudian inokulasi secara
28
aseptis ke dalam media PDA dengan cara menotolkannya pada permukaan
media.
3. Bungkus dengan kertas pembungkus, selanjutnya diinkubasi selama 24-48 jam
pada suhu ruang atau 29 0C.
4. Amati pertumbuhan koloni fungi/jamur!
Pertanyaan:
1. Jelaskan tujuan melakukan biakan murni!
2. Jelaskan beberapa metode yang dapat dilakukan dalam biakan murni!
Lembaran Pengamatan
LATIHAN 5
TEKNIK BIAKAN MURNI
Nama/NIM :
Fakultas/Program Studi :
Hari/Tanggal :
Group/Kelompok :
No. Kode
Isolate
Metode Inokulasi Jenis Media Pengamatan
29
LATIHAN 6
PENGAMATAN MORFOLOGI PROTOZOA
Tujuan:
1. Mengetahui morfologi protozo dari sampel air
2. Mengidentifikasi spesies protozoa dari sampel air
Pendahuluan
Protozoa (protista) adalah hewan bersel satu, berinti sejati dan tidak memiliki
dinding sel. Bentuk tubuh setiap protozoa berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, pada fase yang berbeda dalam siklus hidupnya. Berdasarkan pergerakannya,
protozoa dikelompokkan atas yaitu Flagellata (bergerak menggunakan flagel, misalnya
Trypanosoma dan Tricomanas), Rhizopoda (bergerak dengan pseudopodia atau kaki
semu, misalnya Amoeba), Ciliata (bergerak dengan cilia atau rambut getar, misalnya
Paramecium), dan Sporozoa (tidak memiliki alat gerak, misalnya Plasmodium Sp.).
Pada umumnya protozoa hidup soliter pada habitat yang beragam. Sebagian
besar hidup di air laut atau air tawar, misalnya di selokan, kolam, sungai, danau, rawa
ataupun genangan air. Disamping itu, ada juga yang hidup di tanah, pohon dan batu.
Protozoa berperan sebagai pengendalikan populasi bakteri dengan jalan memangsa
bakteri sebagai makanannya, sehingga dapat mengontrol jumlah populasi Bakteri di
alam. Sebagian protozoa berperan sebagai plankton (zooplankton) dan benthos yang
menjadi makanan hewan air, terutama udang, kepiting, ikan, dll. Fosil Foraminifera
menjadi petunjuk sumber minyak, gas, dan mineral.
Protozoa dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak. Jenis
penyakit Protozoa yang disebabkan oleh Protozoa antara lain: Entamoeba
histolytica (penyakit disentri), Balantidium coli (Penyakit Diare/Balantidiosis),
30
Bahan dan Alat
Bahan: air kolam ikan, air kolam udang, air rawa
Alat: Mikroskop, Object Glass, Cover Glass, Handscone, Masker (b/p), Pipet
tetes, Tissue
Prosedur Kerja
1. Ambillah sample dengan pipet tetes.
2. Teteskan pada object glass yang bersih. Kemudian tutup dengan cover glass.
3. Amatilah dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan temukan protozoa apa
saja yang ada
4. Catat hasil pengamatan, di gambar atau difoto.
Lembaran Pengamatan
LATIHAN 6
PENGAMATAN MORFOLOGI PROTOZOA
Nama/NIM :
Fakultas/Program Studi :
Hari/Tanggal :
Group/Kelompok :
No. Sampel Jumlah Gambar (Ciri-ciri) Keterangan
31
LATIHAN 7
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN
Tujuan:
1. Mahasiswa mampu mengisolasi bakteri pathogen dari ikan
2. Mahasiswa mampu meidentifikasi bakteri pathogen dari ikan
Pendahuluan
Penyakit pada ikan timbul karena adanya interaksi yang tidak seimbang antara
inang dan lingkungannya. Kondisi ikan yang stres, kekurangan gizi, dan pemberian
pakan yang berlebihan juga dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Ikan budidaya
sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme patogen seperti virus, bakteri, jamur dan
parasit. Penularan bisa melalui air, ikan yang terkena penyakit, pakan, wadah budidaya,
dan peralatan.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri memperlihatkan gejala-gejala seperti
kehilangan nafsu makan, luka-luka pada permukaan tubuh, pendarahan pada insang,
perut membesar berisi cairan, sisik lepas, sirip ekor lepas, jika dilakukan pembedahan
akan terlihat pembengkakan dan kerusakan pada hati, ginjal dan limpa. Isolasi bakteri
penting dilakukan agar dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap serangan
penyakit tersebut. Disamping itu perlu dilakukan uji biokimiawi untuk mengetahui
reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh mikroorganisme. Hasil uji biokimiawi dapat
digunakan untuk mengidentifikasi suatu mikroorganisme.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yakni sampel uji ikan dan air,
32
medium Tryptone Soya Agar (TSA), aquades steril, alkohol 70%, kapas, kertas label,
kain kasa, alumunium foil dan zat untuk pewarnaan sel bakteri seperti kristal violet,
iodin, alkohol aseton, dan safranin.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, termometer, timbangan
analitik, pH meter, cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, object glass, bunsen, laminar
air flow, labu Erlenmeyer, autoclave, pipet tetes, hand spray, sarung tangan, masker,
oven, inkubator, mikroskop, jarum ose, alat-alat bedah dan Alat untuk pengukuran
kualitas air meliputi: pH meter, DO meter, termometer, refrakto meter.
Prosedur Kerja
Isolasi
Sumber isolat adalah permukaan kulit ikan dan ginjal. Isolasi dilakukan dengan
mengambil lendir di luka pada permukaan kulit ikan menggunakan jarum ose
steril kemudian menggoreskan ke media TSA 2% secara zig zag. Hasil isolasi
bakteri.
Inkubasi pada suhu antara 26-30oC selama 24-48 jam.
Prngamatan morfologi koloni yang tumbuh (warna, bentuk, tepian, permukaan
koloni/(elevasi). Inoulasi secara berulang pada media tumbuh bakteri (media
TSA 2%).
Identifikasi
Prosedur pewarnaan bakteri yaitu membuat ulasan bakteri pada objek glass
(freparat ulas)
difiksasi diatas api.
Lakukan pewarnaan dengan larutan kristal violet, larutan lugol, alkohol 95% dan
safranin.
Preparat yang sudah kering kemudian ditetesi dengan minyak imersi untuk
diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x.
Uji biokimiawi
33
Uji biokimia yang dapat dilakukan meliputi: katalase, oksidase, O/F, MIO,
TSIA, gelatin, LIA, MR-VP, Citrate dan uji gula.
Kualitas air
Pengamatan kualitas air meliputi: suhu, pH, oksigen terlarut, amonia dan
salinitas menggunakan termometer, pH meter, DO meter, dan refraktometer.
LATIHAN 7
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN
Nama/NIM :
Fakultas/Program Studi :
Hari/Tanggal :
Group/Kelompok :
No. Sampel Jumlah pH Suhu Oksigen
terlarut
Amonia Salinitas
34
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulos,C.J and Mims,C.W. 1979. Introductory Mycology, 3rd
Edition. John-wiley
and Sons. New York.
Cappuccino, J.G. and N. Sherman, 1987. Microbiology a Laboratory Manual; 2 th ED.,
California. The Benjamins Columning Publishing Company.
Hadioetomo RS.1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium. Jakarta: Gramedia Utama.
Hidayat, Nur. Masdiana C. Padaga, Sri Suhartini. 2006. Mikrobiologi
Industri.Yogyakarta: Andi Offset.
Lay,B.W. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. Penerbit Rajawali. Jakarta.
Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan, 2005. Mikrobiologi I. UI-Press. Jakarta
Prescott, L.M. 2003. Microbiology. Mc Graw Hill. New York.
Yunilas, Lili Warly, Yetti Marlida and Irsan Riyanto. 2013. Potency of Indigenous
Bacteria from Oil Palm Waste in Degrades Lignocellulose as A Sources of
Inoculum Fermented to High Fibre Feed. Pakistan Journal of Nutrition. 12(9) :
851-853.
35
LAMPIRAN
36
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI AKUATIK
TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh:
NAMA :
STAMBUK :
KELOMPOK :
HARI/TGL :
DOSEN :
37
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN, 2017
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Lengkap Praktikum
Laporan Lengkap : Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Lulus
Praktikum Mikrobiologi Akuatik Pada Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara
Nama :
Stambuk :
Kelompok/Hari :
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing
(----------------------------)
38
NIP.
Tanggal Pengesahan :
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..
2.1. Peralatan Laboratorium Mikrobiologi………………………
2. 2. Sterilisasi …………………………………………………..
2.3. Membuat Media Pertumbuhan ………..…………………….
2. 4. Isolasi Bakteri Dari Lingkungan Akuatik...…………………
2. 5. Teknik Biakan Murni……………………………………….
BAB III. MATERI DAN METODA
3.1. Peralatan Laboratorium Mikrobiologi………………………
3. 2. Sterilisasi …………………………………………………..
3.3. Membuat Media Pertumbuhan ………..…………………….
3. 4. Isolasi Bakteri Dari Lingkungan Akuatik...…………………
3. 5. Teknik Biakan Murni……………………………………….
.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Peralatan Laboratorium Mikrobiologi………………………
2. 2. Sterilisasi …………………………………………………..
2.3. Membuat Media Pertumbuhan ………..…………………….
39
2. 4. Isolasi Bakteri Dari Lingkungan Akuatik...…………………
2. 5. Teknik Biakan Murni……………………………………….
BAB V. KESIMPULAN …………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
LAMPIRAN …………………………………………………………………
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam
berkah rahmad dan hidayah-Nya penulis telah dapat menyelesaikan buku Penuntun
Praktikum Mikrobiologi Akuatik pada Laboratorium Mikrobiologi Akuatik.
Buku ini dibuat sebagai panduan mahasiswa dalam melakukan praktikum
Mikrobiologi Akuatik pada Program Studi Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Materi yang dipraktikumkan merupakan aplikasi dari
materi-materi yang diperoleh dalam perkuliahan, dengan harapan dapat memperkaya
wawasan pengetahuan praktis mahasiswa tentang mikrobiologis akuatik.
Penulis menyadari buku ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang konstruktif sangat dibutuhkan. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua amiin…!
Medan, Agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ……………………………………….. iii
Latihan 1. Pengenalan Alat …………………………………………… 1
Latihan 2. Sterilisasi …………………………………………………. 8
Latihan 3. Membuat Media Pertumbuhan...…………………………… 13
Latihan 4. Isolasi Bakteri Dari Lingkungan Akuatik…………………. 19
Latihan 5. Teknik Biakan Murni ……………………………………… 23
Latihan 6. Pengamatan Morfologi Protozoa…... ……………………... 29
Latihan 7. Isolasindan Identifikasi Bakteri Patogen …………………. 31
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 34
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1 Praktikan wajib hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai, mengenakan jas
Lab, masker, sarung tangan, sandal.
2 Praktikan dan asisten wajib menguasai materi praktikum yang akan
dilakukan.
3 Praktikan tidak diperkenankan memasuki laboratorium sebelum praktikum
dimulai.
4 Meja kerja bebas dari peralatan pribadi seperti tas, hand phone, dompet dll.
5 Praktikan dan asisten wajib memahami tentang keselamatan kerja (safety)
laboratorium.
6 Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja dengan antiseptic dan/atau sabun
7 Meja kerja harus disterilisasi sebelum dan sesudah bekerja (tindakan aseptis)
8 Praktikan yang merusak alat atau bahan kimia, baik dilakukan sengaja atau
tidak sengaja, maka kelompok praktikum yang bersangkutan wajib
mengganti alat atau bahan kimia tersebut dengan jenis dan kualitas yang
sama.
9 Setiap praktikum harus menjaga kebersihan laboratorium dan
mengembalikan alat dan bahan yang telah digunakan ke tempat semula dalam
kondisi yang seharusnya.
10 Praktikan yang tidak mengikuti praktikum selama 3 (tiga) kali tanpa alasan
yang dibenarkan tidak boleh mengikuti praktikum selanjutnya dan dianggap
mengundurkan diri dari praktikum.
11 Praktikan wajib menyerahkan laporan praktikum sebelumnya apabila akan
mengikuti praktikum berikutnya.
12 Penilaian dan penentuan nilai akhir menjadi wewenang dosen pengampu
praktikum.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam
berkah rahmad dan hidayah-Nya penulis telah dapat menyelesaikan buku Penuntun
Praktikum Mikrobiologi Akuatik pada Laboratorium Mikrobiologi Akuatik.
Buku ini dibuat sebagai panduan mahasiswa dalam melakukan praktikum
Mikrobiologi Akuatik pada Program Studi Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Materi yang dipraktikumkan merupakan aplikasi dari
materi-materi yang diperoleh dalam perkuliahan, dengan harapan dapat memperkaya
wawasan pengetahuan praktis mahasiswa tentang mikrobiologis akuatik.
Penulis menyadari buku ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang konstruktif sangat dibutuhkan. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua amiin…!
Medan, September 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ……………………………………….. iii
Latihan 1. Pengenalan Alat …………………………………………… 1
Latihan 2. Sterilisasi …………………………………………………. 9
Latihan 3. Media Pertumbuhan Mikroorganisme...…………………… 14
Latihan 4. Teknik Isolasi Bakteri ……………………………………... 20
Latihan 5. Teknik Biakan Murni ……………………………………… 26
Latihan 6. Uji Aktifitas Enzim Secara Kualitatif ……………………... 32
Latihan 7. Pengamatan Bakteri Secara Mikroskopis …………………. 35
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 60