Mikrobiologi

11
BAB I PENDAHULUAN Dasar teori Mikosis Superfisialis Non-Dermatofita Jamur merupakan mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik. Jamur berbentuk sel atau benang bercabang dan mempunyai dinding sel yang sebagian besar terdiri atas kitin dan glukan, dan sebagian kecil dari selulosa atau kitosan. Jamur bersifat heterotropik, yaitu organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat membuat makanan sendiri melalui proses fotosintesis seperti tanaman. Untuk hidupnya, jamur membutuhkan zat organik dari makhluk lainnya. Pada umumnya jamur tumbuh di tempat yang lembab dan dapat beradaptasi sehingga jamur bisa ditemukan disemua tempat di dunia. Mikosis superfisialis merupakan penyakit yang disebabkan jamur. Lapisan yang diserang adalah stratum korneum, rambut dan kuku. Salah satu jamurnya adalah Malassezia furfur. Jamur ini menyebabkan penyakit mikosis non-dermatofita superfisialis. Nama penyakitnya adalah Pitiriasis Versikolor (Panu). Pada kulit penderita Malassezia furfur tampak sebagai kelompok kecil, sel ragi bentuk lonjong uniseluler atau bentuk bulat bertunas (4-8 um) dan hifa pendek, berseptum yang kadang bercabang (diameter 2,5-4 um dan panjangnya bervariasi). Bentuk ini dikenal

Transcript of Mikrobiologi

Page 1: Mikrobiologi

BAB I

PENDAHULUAN

Dasar teori

Mikosis Superfisialis Non-Dermatofita

Jamur merupakan mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik.

Jamur berbentuk sel atau benang bercabang dan mempunyai dinding sel yang

sebagian besar terdiri atas kitin dan glukan, dan sebagian kecil dari selulosa atau

kitosan.

Jamur bersifat heterotropik, yaitu organisme yang tidak mempunyai

klorofil sehingga tidak dapat membuat makanan sendiri melalui proses

fotosintesis seperti tanaman. Untuk hidupnya, jamur membutuhkan zat organik

dari makhluk lainnya. Pada umumnya jamur tumbuh di tempat yang lembab dan

dapat beradaptasi sehingga jamur bisa ditemukan disemua tempat di dunia.

Mikosis superfisialis merupakan penyakit yang disebabkan jamur. Lapisan

yang diserang adalah stratum korneum, rambut dan kuku. Salah satu jamurnya

adalah Malassezia furfur. Jamur ini menyebabkan penyakit mikosis non-

dermatofita superfisialis. Nama penyakitnya adalah Pitiriasis Versikolor (Panu).

Pada kulit penderita Malassezia furfur tampak sebagai kelompok kecil, sel

ragi bentuk lonjong uniseluler atau bentuk bulat bertunas (4-8 um) dan hifa

pendek, berseptum yang kadang bercabang (diameter 2,5-4 um dan panjangnya

bervariasi). Bentuk ini dikenal dengan spaghetti dan meat ball. Pada biakan,

Malassezia sp. berbentuk koloni khamir, kering dan berwarna putih.

Jamur Malassezia sp. bersifat lipofilik dimorfik yang membutuhkan lipid

untuk pertumbuhannya. Manusia mendapatkan infeksi bila sel jamur melekat pada

kulit. Awal infeksi jamur nampak seperti sel ragi (saprofit) dan berubah menjadi

patogen setelah sel ragi menjadi hifa sehingga menimbulkan lesi di kulit akibat

pertumbuhan jamur meningkat. Lesi dimulai dengan bercak kecil tipis yang

kemudian menjadi banyak dan menyebar disertai sisik. Kelainan yang

ditimbulkan pada kulit adalah adanya hipopigmentasi (kulit hitam) dan

hiperpigmentasi (kulit putih).

Stafilokokus aureus

Page 2: Mikrobiologi

Stafilokokus aureus merupakan golongan sel sferis gram positif yang

biasanya tersusun dalam kelompok seperti anggur yang tidak teratur. Bakteri ini

tumbuh dengan mudah di berbagai medium dan aktif secara metabolik, melakukan

fermentasi karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih

hingga kuning tua.

Bakteri ini merupakan patogen utama pada manusia, karena hampir semua

orang pernah mengalami infeksinya dengan derajat keparahan yang beragam, dari

keracunan makanan atau infeksi kulit ringan hingga infeksi berat yang

mengancam jiwa.

Stafilokokus aureus memproduksi katalase yang membedakannya dengan

Streptokukos. Stafilokokus aureus memfermentasikan banyak karbohidrat secara

lambat, menghasilkan asam laktat tetapi tidak menghasilkan gas.

Streptokokus sp.

Streptokokus adalah bakteri sferis gram positif yang khasnya berpasangan

atau membentuk rantai selama pertumbuhannya. Bakteri ini memperoleh energi

dari penggunaan gula. Pertumbuhan Streptokokus cenderung kurang subur pada

medium padat atau kaldu kecuali diperkaya dengan darah atau cairan jaringan.

BAB II

METODE PRAKTIKUM

Alat :

Bahan :

Cara kerja

1. Pewarnaan Gram

1. Sediakan kaca benda yang bersih, lalu lewatkan diatas nyala api

bunsen

2. Teteskan setetes aquades steril diatas kaca benda tersebut

3. Secara aseptik ambilah inokulum bakteri yang akan diperksa, lalu

letakkan diatas tetesan aquades itu, kemudian ratakan perlahan-lahan

4. Ambil kaca benda yang tegak sehingga apusan menjadi tipis dan

merata. Biarkan sampai kering

5. Fiksasi dengan cara melewatkan apusan tersebut diatas nyala api

Page 3: Mikrobiologi

dengan cepat

6. Letakkan apusan diatas kawat penyangga yang berada diatas

mangkuk pewarna. Lalu teteskan larutan kristal violet pada apusan dan

biarkan selama 30-60 detik

7. Cuci warna dasar dengan air mengalir, keringkan

8. Teteskan larutan iodin pada apusan, biarkan selama 30-60 detik

9. Cuci larutan iodin dengan air mengalir, keringkan

10. Basuh dengan alkohol 70 %, keringkan

11. Teteskan larutan safranin, biarkan selama 30-60 detik

12. Cuci dengan air mengalir, lalu keringkan

13. Amati dengan mikroskop

2. KOH

3. Uji Katalase

a. Ambil bakteri stapilococcus aureus agak tebal dengan jarum ose

b. Buat apusan di objek glass

c. Genangi dengan H2O2

d. Lalu amati

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pewarnaan Gram

1. Hasil praktikum

a. Warna : ungu

b. Bentuk : coccus (bulat)

c. Koloni : berbentuk seperti anggur

2. Pembahasan

Pewarnaan Gram merupakan suatu metode atau teknik pewarnaan

diferensial yang penting untuk membedakan atau mencirikan bakteri. Dalam

proses ini olesan bakteri yang terfiksasi diberi larutan tertentu yaitu kristal

ungu, kristal iodida, alkohol aseton dan safranin. Bakteri yang sudah diberi

warna dengan menggunakan metode pewarnaan ini dapat dibedakan menjadi

dua kelompok yaitu gram positif dan gram negatif.

Page 4: Mikrobiologi

Bakteri terklasifikasi berdasarkan perbedaan struktur dinding selnya.

Struktur dinding sel pada bakteri gram positif banyak mengandung

peptidoglikan sedangkan pada bakteri gram negatif banyak mengandung

lipopolisakarida (endotoksin) yang berkaitan dengan sifat patogen bakteri

gram negatif yang berbahaya bagi organisme inang.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa koloni

yang diamati merupakan gram positif. Ini didasarkan pada hasil akhir

pewarnaan yang menghasilkan warna ungu. Hal tersebut dikarenakan zat

kristal ungu (pewarna primer) dan kristal iodida (zat morgan yang

memperkuat pewarnaan) membentuk senyawa kompleks. Pada beberapa jenis

bakteri, zat pewarna dapat dengan mudah luntur apabila dicuci menggunakan

alkohol dan zat pewarna akan tetap bertahan pada bakteri yang lain. Ini

dimungkinkan karena antara gram positif dan gram negatif memiliki

perbedaan yang mendasar dalam hal ketebalan dinding selnya. Pada bakteri

gram positif dinding selnya memiliki struktur yang lebih tebal dan

mengandung peptidoglikan sehingga tetap berwarna ungu, sedangkan pada

gram negatif memiliki struktur dinding sel yang lebih tipis dan mengandung

lipopolisakarida sehingga warnanya akan pudar ketika dicuci dengan alkohol.

Selanjutnya, penambahan safranin berguna sebagai pewarna penutup.

Hal ini terkait dengan hubungan antara bakteri dan zat pewarna basa yang

menonjol yang disebabkan asam nukleat dalam jumlah besar dalam

protoplasma sel bakteri. Jadi, jika bakteri diberi warna, muatan negatif dalam

asam nukleat bakteri akan bereaksi dengan ion positif dalam zat pewarna

basa. Sebaliknya, zat pewarna asam akan ditolak oleh muatan negatif bakteri

secara menyeluruh. Jadi, ketika bakteri diolesi dengan zat pewarna asam akan

menghasilkan pewarnaan pada daerah latar belakang saja.

B. KOH

1. Hasil Praktikum: Intrepretasi hasil : dilihat dari mikroskop preparat KOH

yang diambil dari kerokan kulit panu tampak seperti kelompok-kelompok

hifa yang bentuknya bulat, dengan kata lain hifa tersebut termasuk ke

dalam golongan fase sel atau yeast pada golongan penyakit jamur.

2. Pembahasan

Page 5: Mikrobiologi

Pada percobaan mikrobiologi kami mengambil sampel dari golongan

penyakit jamur yaitu panu (tinea versikolor atau pitiriasis versikolor ). Tinea

vesikolor adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dalam genus

Malassezia dan sebagai spesies tunggal atau yeast disebut sebagai Malassezia

furfur/pityrosporum orbiculare. Bentuknya oval-bulat/seperti botol, berukuran 38

µ. Yeast ini mampu membentuk hifa (fase hifa) dan bersifat invasif serta patogen.

Pada fase hifa terbentuk hifa bersepta yang mudah putus, sehingga nampak hifa-

hifa pendek, berujung bulat atau tumpul. Fase hifa ditemukan pada lesi kulit,

terutama lesi yang aktif, di samping bentuk yeast. Fase yeast terdapat sebagai

flora normal kulit, dan juga pada biakan di media Sabouraud dekstrosa agar yang

mengandung minyak zaitun.

Dalam diagnosis pitiriasis versikolor, kultur jarang dikerjakan, umumnya

cukup berdasar sediaan mikroskopis dari kerokan kulit lesi. M. furfur bersifat

lipofilik, tumbuh baik pada media Sabouraud yang ditambahi minyak zaitun'atau

minyak kelapa. Pertumbuhan M. furfur (P. orbiculare) pada media lebih baik pada

suhu 37°C, dan koloni berbentuk yeast. Bersama ini dilaporkan hasil biakan M.

furfur (P. orbiculare) pada media Sabouraud dekstrosa agar yang ditambahi

minyakkelapa,padapengeraman suhu kamardan suhu inkubator 37oC. Jamur ini

dapat terjadi di mana saja di permukaan kulit, lipat paha, ketiak, leher, punggung,

dada, lengan, wajah, dan tempat-tempat tak tertutup pakaian.

C. Uji katalase

1. hasil percobaan uji katalase: positif karena terdapat gelembung udara <

60 detik.

2. Pembahasan : Staphylococcus bersifat anaerobik fakultatif yang dapat tumbuh

secara aerobik maupun fermentasi yang menghasilkan asam laktat.

Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna kuning yang agak besar pada

media yang diperkaya dan bersifat hemolitik pada agar darah. S. aureus dapat

tumbuh pada temperatur antara 150 – 450C dan pada NaCl 15%, mampu

memfermentasi mannitol, serta mampu memfermentasi glukosa menghasilkan

asam laktat (Todar, 2005). Staphylococcus merupakan bakteri non motil, tidak

membentuk spora, serta menunjukkan hasil positif pada uji katalase dan oksidase

Page 6: Mikrobiologi

negatif (Quinn dkk, 2002; Todar, 2005).

Uji katalase penting untuk membedakan Streptococcus (katalase negatif) dengan

Staphylococcus yang menghasilkan enzim katalase (katalase positif) (Foster,

2004; Todar, 2005). Uji katalase dilakukan dengan menambahkan H2O2 3% ke

dalam koloni pada plat agar atau agar miring. Pada kultur yang menunjukkan

katalase positif akan terbentuk O2 dan gelembung udara (Todar, 2005).

S. aureus juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi

H2O2 menjadi H2O dan O2

BAB IV

APLIKASI KLINIS

Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru ketika pulmonary

alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab untuk

menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. terjadi di

seluruh kelompok umur, dan merupakan penyebab kematian peringkat atas

di antara orang tua dan orang yang sakit menahun. Dapat disebabkan oleh

beberapa penyebab, seperti infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau  parasit

khususnya staphilocccus aureus. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh

kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai

akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paruparu atau berlebihan

minum alkohol. Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru

termasuk batuk, sakit dada, demam, dan kesulitan bernapas.

Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit ini

dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan

tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang

belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan

kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme,

seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit, khususnya staphilocccus aureus yang

menyebar dalam darah ke cairan otak.

(heri urung ngirim)

BAB V

KESIMPULAN

Page 7: Mikrobiologi

(anggen rung ngirim)

REFERENSI

Muljati, Ridhawati, Susilo J., Sulaeman JR. et al. Parasitologi Kedokteran Edisi

Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008; 307-311.

Brooks GF., Butel JS., Morse SA. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC, 2008; 225-229, 233-248.

1. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinik

Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC. 2006.

2. Volk,A.Wesley; Adisoemarto, S(editor). 1984. Mikrobiologi Dasar.

Jakarta : Gelora Aksara Pratama Erlangga.

3. Pelczar, Michael; Siri Ratna,dkk (penerjemah). 1986. Dasar-dasar

Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

4. Reneke ES, Rogers AL. 1980. Clinical Mycology Manual. Minneapolis:

Burgess Publ Co

5. Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta

: EGC