Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran...

60
Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar Edisi ke 2 Tahun Ketiga, April 2018 Melibatkan Orangtua di Sekolah

Transcript of Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran...

Page 1: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 1

Guru BelajarMenularkan Kegemaran Belajar

Edisi ke 2 Tahun Ketiga, April 2018

MelibatkanOrangtua

di Sekolah

Page 2: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua2

BERANDA

Guru BelajarSurat Kabar

Info Surat Kabar Guru Belajar

Terbit setiap dua bulan sekali, surat kabar ini menampilkan praktik cerdas pengajaran dan pendidikan untuk menularkan kegemaran belajar pada komunitas guru. Isi tidak sepenuhnya mewakili pandangan redaksi.

Dewan Redaksi

Najelaa ShihabBukik SetiawanChusnul ChotimahKornelius IrwantoRizqy Rahmat HaniMahayu IsmaniarRizky Satria

Alamat Surat Elektronik dan Media Sosial

Kampus Guru Cikal

Kampusgurucikal

@Kampusgurucikal

[email protected]

Alamat Kantor

Jl. Ciater Rawa Mekar Jaya, SerpongTangerang Selatan, 15310

Kontributor

Editor tulisan

Rizky SatriaSekolah Cikal

IG :@rizkysatria87FB : Rizky Satria

Suhud RoisSD Peradaban Insan Mulia Cimahi

IG :@suhudroisFB : Suhud Rois

Ila Maya SupraptiSDN Maron Wetan 1

IG :@ila_supraptiFB : Ila Maya Suprapti

Tika AwalinIG :@tika_awalinFB : Tika Awalin

Desain Grafis

Suhud RoisSD Peradaban Insan Mulia

CimahiIG :@suhudroisFB : Suhud Rois

Siti SolehatunSMKN 1 BalikpapanIG :@solehatun06FB : Siti Solehatun

Ina LinaPaud Hidayah Surabaya

IG :@veenuz027FB : Lina Ina

Wilma KailolaSekolah Kembang -Kemang

IG :@wilmakailolaFB : -

Virandhy PutraSMAN 1 Sijuk

IG :@virandhypFB : Virandhy Putra

Page 3: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 3

BERANDA Semua MuridSemua Guru

Virandhy PutraSMAN 1 Sijuk

IG :@virandhypFB : Virandhy Putra

Kehadiran anak di sekolah, tidak pernah sendirian. Ia hadir sebagai individu dengan potensi dan minatnya, dengan kesiapan dan

pemahaman awalnya, dengan tempramen dan kepercayaan pada dirinya. Semua faktor di atas, yang “seolah-olah” melekat pada anak, sebenarnya adalah sebagian dari pengaruh orangtua masing-masing pada murid kita. Orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Bagaimana karakteristik orangtua, hubungan dengan anak dan keluarga, adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran di sekolah, dari kesuksesan dan kegagalan kita sebagai guru. Dalam sebuah penelitian multifaktorial dibuat perkiraan tentang proporsi pengaruh orangtua:guru pada prestasi anak, dan menyimpulkan bahwa guru berkontribusi pada 15% keberhasilan. Angka ini mungkin mengejutkan di atas kertas, dan bisa kita perdebatkan dengan berbagai sudut pandang. Satu hal yang bisa kita sepakati, pengaruh orangtua bertahan sepanjang hayat, sebelum anak menjadi murid di sebuat lembaga, sampai jauh setelah ia berpindah. Fakta ini jelas berbeda dengan guru dan kepala sekolah yang kuantitas maupun kualitas interaksinya lebih terbatas. Kesadaran akan pentingnya peran orangtua (dan keluarga - karena struktur pengasuhan dan perwalian bisa beragam), merupakan hal esensial dari profil guru, juga budaya sekolah. Dalam situasi ideal, pernyataan visi dan misi sekolah, keseluruhan program kurikulum, bukan hanya berkait murid, tapi juga orangtuanya. Tanggung jawab dan peran semua pelaku pendidikan di sekolah, mencakup seluruh anak dan orangtua. Sebaliknya, tanggung jawab dan peran semua orangtua, juga tidak terbatas pada anak masing-masing saja, tetapi termasuk pengasuhan pada semua dan setiap anak dalam komunitas.

Tantangan utama yang seringkali dihadapi dalam pelaksanaan, adalah isu kapasitas. Tidak semua guru merasa kolaborasi adalah bagian dari pencapaian cita-cita profesi. Padahal, kolaborasi dengan orangtua, dalam bentuk relasi yang sehat dan komunikasi yang efektif, seharusnya menjadi tujuan harian kita. Rasa saling percaya dan komitmen pada kebutuhan anak seringkali dimiliki di awal tahun ajaran. Namun, seiring dengan waktu, beberapa tindakan yang tidak profesional, justru menjadi hambatan. Sebagian guru dan orangtua sering mengeluhkan sulitnya menyisihkan waktu untuk pertemuan, tantangan dalam menjaga kerahasiaan informasi agar tidak menjadi gunjingan, sampai adanya pemberian hadiah yang menimbulkan efek kecemburuan dan kecurigaan di lingkungan. Banyak contoh buruk diatas adalah bentuk “kolaborasi” yang seolah-olah sudah membudaya di sekolah-sekolah kita. Mengubah kebiasaan tersebut dengan menekankan kolaborasi yang professional tidak akan sesederhana membalik telapak tangan. Tetapi, cukup banyak lembaga yang sudah membuktikan, bahwa komitmen yang kuat dari semua pihak, terutama teladan dari pimpinan sekolah, akan sangat memudahkan. Tantangan lain berkaitan dengan kapasitas adalah kemampuan guru untuk memberdayakan konteks dalam belajar-mengajar. Rumah, jelas konteks yang sangat relevan untuk kehidupan anak. Kemampuan mentransfer apa yang dipelajari di sekolah ke lingkungan rumah jelas merupakan salah satu indikator keberhasilan utama kita dalam pendidikan. Namun, praktik dalam perencanaan, pengajaran dan penilaian, jarang mempertimbangkan pelibatan orangtua. Bentuk paling sederhana dari praktik ini adalah pekerjaan rumah. Pemanfaatan pekerjaan rumah untuk memberi kesempatan murid mengaplikasikan pemahaman pada konteks

Pelibatan Orangtuadi Sekolah

Page 4: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua4

Najelaa ShihabPendiri Sekolah Cikal, Kampus Guru

Cikal, IniBudi.Org, Keluarga Kita, Islamedu dan penggagas

Pesta Pendidikan.Bisa di temui di twitter

@NajelaaShihab

yang relevan, bukan hanya membutuhkan visi-misi atau kurikulum tertulis, atau guru yang menyadari pentingnya kolaborasi. Pekerjaan rumah yang mendorong pelibatan orangtua, butuh kejelasan dan penjelasan tujuan, kualitas tugas yang menyenangkan, kuantitas yang seimbang, koordinasi antarguru mata pelajaran. Hal yang sama tentunya juga dibutuhkan untuk praktik kegiatan lain yang ada di kalendar tahunan - misalnya pentas seni, pengambilan rapor atau karyawisata. Pelibatan orangtua, semestinya bisa muncul dalam semua tahapan - menyumbang saran dalam perencanaan, menjadi narasumber saat pelaksanaan, memastikan penerapan pemahaman anak dalam berbagai situasi penilaian. Pada akhirnya, inisiasi pelibatan orangtua di sekolah, diharapkan muncul dalam bentuk orangtua yang berdaya secara sukarela untuk merancang, melaksanakan dan mengevaluasi prosesnya sendiri. Ketergantungan yang berlebihan pada guru dan sekolah, kehadiran hanya pada situasi yang “diwajibkan”, keterlibatan yang sifatnya eksklusif hanya pada sebagain orangtua di komite atau POMG, tidak akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap anak. Kita di sekolah berkewajiban mengerahkan segala daya upaya untuk menumbuhkan orangtua dan keluarga yang juga terus belajar sepanjang hayat. Mari berhenti saling menyalahkan, ayo mulai kerja barengan untuk kepentingan anak dan masa depan.

Kita di sekolah berkewajiban mengerahkan segala daya upaya untuk menumbuhkan orangtua dan keluarga yang juga terus belajar sepanjang hayat.

Page 5: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 5

Bersama Dewasamenjadi Pendidik

Bukik Setiawandewan redaksi

DARI REDAKSI

Konon kabarnya guru dan orangtua adalah mitra pendidik, tapi dalam kenyataannya status ked-uanya seringkali rumit, berjalan sendiri-sendiri,

dan tak jarang diwarnai konflik. Bagaimana bisa?

Ada dua orang remaja. Mereka saling kenal, bahkan satu kelas. Dulu katanya, mereka berteman baik. Namun akibat suatu kejadian, relasi antara mereka begitu dingin. Meski satu kelas, mereka cenderung untuk menghindar bertemu, apalagi untuk menyapa dan berbicara. Kalau pun terpaksa kerja kelom-pok, mereka membatasi diri sebatas kewajibannya sendiri dan memilih tidak peduli tugas yang lainnya. Bahkan, bila ada teman yang usil, mereka berdua cepat naik daerah, jadi marah-marah, tapi tidak diungkapkan secara langsung.

Apakah Anda pernah mengalami pengalaman tersebut? Atau mungkin pernah mengamati orang lain mengalaminya? Bagaimana cerita tersebut merefleksikan hubungan antara guru dan orangtua? Psst…..jangan senyum-senyum sendiri membayang-kannya :)

Orangtua dan guru adalah pendidik. Pernyataan normatif yang seringkali kita dengar. Tapi apakah re-lasi orangtua dan guru telah menggambarkan relasi dua pendidik yang dewasa dan mengarahkan pada tujuan yang sama?

Meski saling kenal, tapi seringkali komunikasi orang-tua dan guru terbatas pada komunikasi formal dan hanya bila ada kepentingan. Komunikasi pada batas peran formal, tanpa mengenai sisi personal kedua belah pihak.

Meski mempunyai tujuan yang sama, mendidik anak, tapi seolah guru dan orangtua berjalan sendiri. Prinsipnya, saya sudah menjalankan tugas dan kewajiban saya. Tidak peduli bagaimana tugas kedua belah pihak saling terkait dan mempengaruhi tujuan bersama.

Meski kenal dan bisa berkomunikasi langsung, namun ketika ada persoalan, cenderung disimpan sendiri. Ada yang merasa percuma menyampaikan. Ada yang merasa buat apa mendengarkan. Per-soalan diceritakan di kalangan sendiri. Pun ketika berkomunikasi, tumpukan persoalan melahirkan sikap emosi dan tidak sabaran.

Sampai kapan relasi dingin guru dan orangtua akan dipertahankan? Bukankah lebih nyaman bila kita mempunyai relasi yang hangat dengan orang-orang yang kita kenal, termasuk guru dan orangtua?

Bila ingin mengubah relasi dingin tersebut, Anda sudah berada pada arah yang tepat. Karena Surat Kabar Guru Belajar edisi ke-15 ini menampilkan pengalaman para guru dalam menjalin relasi dan melibatkan orangtua dalam kegiatan sekolah. Pen-galaman guru dari berbagai jenjang dan beragam latar belakang yang akan memperkaya sudut pan-dang kita terhadap relasi guru dan orangtua.

Sejumlah pengalaman guru tersebut menunjukkan bukti bahwa relasi yang hangat antara guru dan or-angtua bukan saja menciptakan rasa nyaman kedua belah pihak, lebih jauh lagi, berdampak positif ter-hadap kualitas belajar murid dan kemajuan sekolah. Sekali relasi dikayuh, dua tiga pulau terlampui.

Jadi tunggu apalagi, sediakan waktu yang mema-dai, baca dan pelajari Surat Kabar Guru Belajar ini. Praktikkan tips yang sekiranya sesuai dan diskusikan dengan rekan guru yang lain. Sebagaimana judul tulisan Guru Hesti, Orangtua adalah Teman Belajar Guru. Mari belajar membangun relasi yang dewasa antara dua pendidik, guru dan orangtua :)

Page 6: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua6

Di setiap tahun ajaran baru ada banyak hal yang harus dilakukan guru, salah satunya mengenal calon orangtua murid. Mengenal orangtua murid menjadi

penting karena selama satu tahun ke depan guru akan bekerjasama dengan orangtua untuk mengembangkan kemampuan anak.

Untuk sebagian guru, masa-masa berkenalan dengan orangtua terkadang menjadi hal yang sulit dilakukan. Tak jarang ada rasa malu, ragu, takut, atau bahkan kurangnya kepercayaan diri untuk mulai berkomunikasi dengan orangtua. Biasanya semua perasaan ini saya alami karena sebelumnya saya terlalu banyak mendengar cerita negatif yang beredar tentang orangtua murid tersebut. Padahal semua cerita itu belum tentu benar, kecuali kita alami sendiri. Untuk mengatasi hal ini, biasanya di awal tahun ajaran, dan bahkan di sepanjang tahun pembelajaran, saya akan terus menjalin komunikasi dengan orang tua.

Ada beberapa cara yang saya lakukan untuk menjalin komunikasi dengan orangtua murid. Cara pertama yang saya lakukan adalah meyakinkan diri saya bahwa posisi saya dan orangtua adalah sejajar, tidak ada yang paling tahu atau sebaliknya. Jika diibaratkan, guru dan orangtua adalah partner atau rekanan, dan anak adalah klien-nya. Baik orangtua maupun guru haruslah saling menghormati, menghargai, berbagi inspirasi, bekerjasama, dan berbagi peran pengasuhan. Berbekal keyakinan ini, saya pelan-pelan bisa menghilangkan rasa cemas saat akan mulai menjalin komunikasi dengan orangtua. Karena yang saya lakukan dan komunikasikan dengan orangtua adalah untuk kepentingan anak, dengan anak sebagai fokus utamanya.

Mencoba meluangkan waktu untuk berbicara dengan orangtua saat pulang sekolah adalah cara lain yang saya lakukan untuk menjalin komunikasi. Biasanya saat pulang sekolah ada beberapa orangtua yang senang bertanya tentang anak-anaknya pada guru. Namun ada juga beberapa orangtua yang terkesan kurang nyaman jika harus berkomunikasi dengan guru. Terlebih jika guru tiba-tiba mengajak orang tua tersebut berbicara, biasanya orangtua tersebut berpikir bahwa guru akan menyampaikan hal negatif tentang anaknya. Untuk menghilangkan persepsi yang seperti ini, biasanya saya juga meluangkan waktu untuk menyampaikan hal positif atau nilai kebaikan yang dilakukan anak di kelas. Kegiatan ini berdampak positif, orangtua juga jadi lebih nyaman untuk bercerita lebih banyak tentang anaknya saat di rumah. Sehingga informasi yang dimiliki guru tentang anak pun semakin banyak. Selain mendapat informasi tentang anak, saya juga menggunakan kesempatan ini untuk mengenal orangtua secara pribadi.

Cara lain yang juga saya lakukan untuk menjalin komunikasi dengan orangtua adalah dengan menjadi pendengar aktif. Menjadi pendengar aktif berarti kita mendengarkan apa yang ingin disampaikan orangtua tanpa menyela, dengan memberi komentar atau pendapat kita, namun mendengarkan hingga orangtua selesai

PRAKTIK CERDASPEMBELAJARAN

Berbagai CaraMenjalin Komunikasi dengan Orangtua

Wilma Ayu Indira Sari KailolaKGB Jakarta PusatSekolah Kembang - [email protected]

Penulis

Desainer

Suhud RoisKGB CimahiSD Peradaban Insan Mulia Cimahi

Page 7: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 7

bercerita. Saat mendengarkan informasi yang disampaikan orangtua, guru bisa mengaitkan dengan informasi tentang anak yang kita miliki di sekolah. Menjadi pendengar aktif membantu guru mendapat informasi lebih akurat tentang anak secara langsung. Orangtua juga akan merasa didengarkan dan dianggap penting pembicaraannya oleh guru, sehingga ia akan merasa nyaman untuk bercerita lebih banyak tentang anak pada guru.

Selalu berpikiran positif tentang orangtua juga membantu saya tetap nyaman untuk menjalin komunikasi dengan mereka. Tidak selamanya apa yang dilakukan orang tua, atau bahkan sifat orang tua, bisa sejalan dengan kita. Namun hal ini sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk mengurangi atau bahkan memberi label negatif

untuk orangtua. Label negatif tentang orangtua tersebutlah yang dapat membuat guru jadi ragu atau kurang percaya diri untuk berkomunikasi dengan orangtua. Padahal orangtua adalah jembatan guru untuk mengenal anak, di berbagai situasi selain sekolah, yang mungkin hanya diketahui oleh orang tua.

Selain itu, saat menjalin komunikasi dengan orangtua, saya selalu berusaha untuk jujur, adil, dan sesuai fakta yang ada. Sikap ini membantu saya membangun kepercayaan orang tua tentang saya dan profesi saya sebagai guru. Orangtua akan melihat kompetensi guru dari ketiga hal ini. Jika ketiga sikap selalu dilakukan, orangtua akan lebih percaya untuk berbagi informasi dan peran pengasuhan dalam mengembangkan anak bersama guru.

Sejak melakukan beragam cara di atas, saya merasa lebih nyaman saat berkomunikasi dengan orangtua. Komunikasi yang terjalin pun positif sifatnya, dan tentunya bebas persepsi. Mengapa bebas persepsi? Karena informasi yang didapat tentang anak, dan bahkan tentang orangtua itu sendiri, adalah informasi akurat yang didapat secara langsung dari orangtua sebagai sumbernya. Sehingga saya bisa memilah beragam informasi tentang orangtua dan anak yang saya dapat dari luar. Mana informasi yang perlu saya perhatikan, atau mana yang tidak perlu terlalu saya pedulikan. Komunikasi yang positif dengan orang tua memunculkan rasa saling percaya, yang menjadi dasar terbangunnya kerjasama yang baik untuk mengembangkan anak bersama-sama.

Page 8: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua8

PRAKTIK CERDASPEMBELAJARAN

OrangtuaTemanBelajar Guru

Hesti Wulandari AndiKGB SorowakoSD YPS [email protected]

Penulis

Desainer

Wilma KailolaKGB Jakarta PusatSekolah Kembang

Ina LinaKGB SurabayaPAUD Hidayah Surabaya

Ketika saya memutuskan untuk menjadi guru, saya hanya fokus untuk dapat mengajar murid-murid saya dengan baik. Bagi saya itu dulu yang terpenting. Namun, setelah satu semester

pertama sebagai guru saya lalui, ternyata langsung memberikan saya pengalaman tentang pentingnya menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua murid.

Sebagai guru baru, saya merasa gugup menjelang pertemuan dengan orangtua murid untuk menyampaikan hasil belajar anak mereka. Saya berusaha menenangkan diri dengan banyak bertanya pada beberapa guru senior di sekolah tempat saya mengajar. Ketika tiba waktunya dan dijalani, saya bersyukur para orangtua murid saya ramah dan senang mengobrol. Ada satu orangtua yang tampaknya jauh sebelum pertemuan ini sudah menyimpan unek-unek dan baru menyampaikannya ke saya. Menurut beliau, saya pernah memberikan PR yang belum pernah saya ajarkan ke murid-murid saya sebelumnya dan hal itu membuat ketegangan di rumah mereka. Saya tentu saja terkejut. Seingat saya, PR yang saya berikan adalah lanjutan latihan dari materi yang saya ajarkan di sekolah. Saya berusaha menjelaskan pada orangtua murid saya ini. Di luar dugaan, beliau mengatakan, ”Jadi anak saya yang bohong, Bu?” Saya hanya bisa diam setelahnya dan sangat kaget karena saya sama sekali tidak pernah menggunakan kata bohong ataupun kalimat yang bisa ditafsirkan seperti itu selama pembicaraan kami berlangsung.

Pengalaman itu sangat membekas di hati saya dan cukup membuat saya sempat merasa menjadi guru yang tidak baik, merasa kecewa dianggap berbohong dan sedih. Sejak saat itu saya berusaha semakin berhati-hati di dalam kelas maupun ketika berinteraksi dengan orangtua murid saya. Sayangnya ternyata cara saya berhati-hati itu mengabaikan satu hal penting yang seharusnya saya lakukan, yaitu berempati pada orangtua murid. Saya baru menyadarinya setelah akhirnya saya mencurahkannya kepada salah seorang guru senior yang saya percaya beliau cukup bijaksana untuk menyimpan cerita ini hanya untuk dirinya sendiri. Beliau mengingatkan saya kalau setiap orangtua sangat mencintai dan menyayangi anaknya, cara mengekspresikannya saja yang berbeda-beda, kondisi orangtua dan anak juga masing-masing berbeda-beda. Saya mulai berusaha belajar memahami perasaan orangtua murid saya itu dan rupanya lebih membuat saya merasa tenang yang kemudian berimbas pada cara saya berusaha memahami setiap orangtua murid di kelas saya. Kalau kita semua tahu bahwa setiap anak unik, setiap anak istimewa, kenapa tidak bahwa setiap orangtua juga unik dan setiap orangtua juga istimewa.

Saya lalu melanjutkan perjalanan interaksi saya dengan orangtua murid dengan selalu berusaha untuk berempati dan belajar memahami mereka. Pernah saya mempunyai seorang murid dengan kondisi cerebral palsy sehingga pengendalian otot, gerak motorik kasar dan halusnya

Page 9: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 9

terganggu. Kesan pertama saya pada murid saya ini luar biasa. Dia sangat kuat, teguh, dan pantang menyerah. Tanpa rasa minder, anak ini selalu berusaha terlibat dalam diskusi ringan kami di dalam kelas. Saya mengamati kehadirannya menumbuhkan empati dalam diri teman-teman sekelasnya. Mereka spontan tenang dan sabar menunggu ketika giliran teman mereka ini berbicara, karena untuk berbicara dia butuh usaha berkali lipat dari anak lainnya. Ibu anak ini sejak hari pertama sekolah langsung meminta waktu untuk berbicara dengan saya, dan saya dengan senang hati selalu menyediakan waktu untuk bertemu. Beliau menyampaikan semua kondisi anaknya, terapi yang sedang dijalani yang perlu dilatihkan juga selama di kelas, dan meminta bantuan saya untuk beberapa hal seperti meminta izin untuk anaknya boleh membawa bangku pendek untuk menyangga kakinya yang menggantung karena kaki meja tulis di kelas saya lebih tinggi. Saya seperti mendapat teman belajar tentang Cerebral Palsy, diferensiasi, sampai mengelola ekspektasi dari murid saya dan ibunya ini. Hubungan kami sangat baik, adakalanya saya dan ibu murid saya ini menjadi teman ngobrol untuk hal lain. Semuanya berawal dari empati dan berusaha untuk memahami.

Di kelas saya berikutnya, ada seorang murid saya yang ibunya mendadak sakit dan harus dirawat inap beberapa waktu lamanya. Kejadian ini memberi dampak

yang besar bagi murid saya. Dari yang awalnya murid saya ini selalu siap belajar dan antusias, mengalami perubahan yang membuatnya mengalami penurunan dalam hal akademik. Saat ibunya sehat, kami cukup sering bertemu dan berbincang-bincang. Sejak sakit, saya tidak bisa berbicara dengan siapapun dari keluarga murid saya ini. Saya memahaminya karena bapak murid saya juga mendampingi istrinya yang tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Saya yakin perubahan di rumah ini mempengaruhi murid saya. Alhamdulillah, kondisi ibu murid saya mulai membaik walaupun masih harus beristirahat total sehingga yang biasanya ibu yang hadir saat pertemuan orangtua kali itu bapaknya yang hadir. Seperti biasa, saya menyampaikan laporan hasil belajar murid saya, memberitahu adanya peningkatan di beberapa hal namun sayangnya ada penurunan di beberapa hal, apa saja yang sudah saya lakukan untuk membantunya dan apa saja yang perlu dibantu di rumah. Saya juga menanyakan kondisi ibu murid saya. Menutup pembicaraan kami, bapak murid saya ini meminta alamat email kepala sekolah.

Kurang lebih seminggu setelah pertemuan orangtua, di sebuah rapat guru, kepala sekolah saya menayangkan isi sebuah email yang ditujukan kepadanya dan ditembuskan kepada Ketua Yayasan yang menaungi sekolah tempat saya mengajar. Saya terkejut seketika membaca isi email itu yang kemudian mulai sadar

Page 10: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua10

saat mendengar suara tepuk tangan dari teman-teman guru lainnya. Bapak murid saya mengirimkan email yang berisi ungkapan terima kasih kepada saya sebagai guru dan wali kelas putrinya yang menurutnya telah membantu putrinya dalam pembelajarannya. Saya terharu. Kalau kepala sekolah saya tidak memberitahu, mungkin saya tidak akan pernah tahu kalau ada email berisi ungkapan terima kasih dari orangtua murid ke saya sebagai guru putrinya. Oh ya, bapak murid saya ini bekerja di bagian HRD saat itu yang membuat saya ikut belajar dari caranya yang unik untuk menyampaikan rasa terima kasihnya.

Orangtua murid juga manusia. Mereka sebagai orangtua mencintai dan menyayangi putra putri mereka apa adanya, dengan segala kemampuan terbaik mereka, dan dengan segala kondisi yang ada pada mereka. Hal ini yang selalu saya pegang, agar saya tetap untuk berusaha memahami. Memahami orangtua sebagaimana memahami murid sangat membantu untuk menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Ternyata dengan adanya saling memahami malah membuka pintu untuk saling bekerjasama mendampingi anak untuk berkembang lebih baik.

Hingga kini, saya berusaha menjalin hubungan baik dengan orangtua murid saya. Saya selalu sampaikan kalau kami adalah rekan yang saling mendukung dalam pendidikan anak mereka. Untuk itu saya menggunakan berbagai pilihan komunikasi bagi orangtua seperti membuat grup percakapan yang memudahkan memberikan informasi penting kepada para orangtua, memudahkan kami (guru dan orangtua, serta orangtua dan orangtua lainnya) bertukar ide untuk mengerjakan proyek bersama orangtua dan anak, dan sebagai tempat bertukar informasi mengenai pengasuhan yang terkini. Untuk pembicaraan khusus per anak, saya biasa lakukan lewat telpon ataupun pesan singkat ataupun bertemu langsung di luar jadwal bertemu.

Selain membuka jalur komunikasi agar lebih efektif, saya juga membuat kegiatan yang melibatkan peran orangtua. Salah satunya untuk murid saya yang di kelas 1 SD, di semester pertama kami mempunyai program membaca bersama orangtua, program di mana setiap hari Jumat, anak-anak membawa pulang satu buku dari pojok baca kelas untuk dibaca bersama orangtua di rumah. Hari Senin saya memberikan kesempatan untuk tiga anak menceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sederhana. Saya lalu mengabarkan di grup percakapan orangtua murid kelas kami siapa saja yang maju bercerita. Kegiatan ini selain mengenalkan dan membiasakan anak dengan aktivitas membaca, saya berharap orangtua secara tidak langsung membantu anak untuk belajar membaca bagi anaknya yang belum bisa membaca dan membantu anak untuk membaca lancar bagi anak yang sudah bisa membaca. Adanya interaksi ini merupakan upaya untuk meminimalisir kesalahpahaman dengan orangtua agar kejadian yang pernah saya alami tidak terulang lagi.

Jadi, ayo bekerja sama dengan orangtua murid! Tidak ada guru yang bekerja sendirian.

Page 11: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 11

Page 12: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua12

PRAKTIK CERDASPEMBELAJARAN

Shanti YanuariniKGB SurabayaSD Cita [email protected]

Penulis

Desainer

Wilma KailolaKGB Jakarta PusatSekolah Kembang

Senyum, Salam, Sapa

Membentuk Mindset Orangtua adalahRekan

Tahun-tahun pertama mengajar merupakan tahun yang berat bagi saya. Seorang lulusan non keguruan, namun terpanggil untuk menjadi guru. Tantangan yang harus saya

hadapi misalnya bagaimana saya mengatur kelas, bagaimana saya dapat menyampaikan materi, juga bagaimana cara membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tantangan lain adalah tantangan dari luar siswa, dan tantangan itu bernama orangtua.Beberapa orangtua bersikap baik pada guru, namun tidak dapat dipungkiri, ada orangtua yang tidak bisa bekerja sama dengan guru, bahkan terkadang muncul konflik dalam relasi. Kadang hal ini menjadi bahan refleksi saya sebagai guru. Apa kekurangan saya sebagai guru sehingga saya belum bisa menjalin relasi yang baik dengan orangtua?

Saat saya berpindah sekolah, saya banyak mendapat jawaban melalui pengalaman saya sebelumnya. Saat itu sekolah kami mempunyai program untuk memberikan excellent service kepada siswa maupun orangtua. Excellent service yang diberikan salah satunya sangat sederhana. Saya menyebutnya senyum, sapa dan cerita. Senyum ketika bertemu dengan orangtua. Sapa saat menghantarkan anak ketika dijemput orangtuanya, dan ceritakan apa yang dialami atau dilakukan anak di sekolah. Sekolah tidak memberikan batasan waktu untuk menyapa orangtua, guru sendiri yang akan mengelola waktunya. Untuk itu saya usahakan agar aktivitas ini tidak membutuhkan waktu yang terlalu panjang. Hanya 5-10 menit untuk menyapa (walau tentu saja tidak mungkin menyapa seluruh orangtua, melainkan beberapa orang saja perhari). Jika ada orangtua yang hendak berkonsultasi secara pribadi, dapat diarahkan untuk membuat janji di waktu yang lain. Komunikasi yang dilakukan ini juga tidak harus menunggu saat pembagian rapor sehingga orangtua tidak kaget mendengar laporan mengenai perilaku anak di setiap akhir semester.

Walau itu terkesan sederhana, namun saat itu bagi saya itu cukup berat. Tantangan terbesar yang harus saya hadapi adalah diri sendiri dan waktu. Saya sering mempertanyakan, bagaimana jika saya sedang dalam keadaan tidak mood? Bagaimana jika saya sedang sibuk sehingga tidak bisa tersenyum pada orangtua? Saya juga berpikir, berapa banyak waktu yang harus saya berikan untuk mengobrol dengan mereka? Bagaimana dengan RPP saya yang

Page 13: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 13

harus dikumpulkan? Bagaimana dengan materi pembelajaran yang harus saya siapkan? Begitu pula dengan koreksian tugas yang menumpuk yang harus segera saya selesaikan. Belum lagi ketika saya membuka cerita pada orangtua, beberapa dari mereka memperpanjang waktu untuk bercerita. Sehingga rencana untuk bertegur sapa menjadi sebuah cerita yang panjang.

Seminggu dua minggu pertama saya merasa berat dan separuhnya yakin bahwa saya hanya membuang waktu. Sapaan yang diberikan ketika mereka menjemput anak, juga cerita-cerita yang saya sampaikan, tampaknya tidak memunculkan perubahan yang saya inginkan. Hanya ada beberapa orang yang bersedia membuka diri terhadap pola komunikasi ini. “Ini sia-sia” begitu yang ada dalam pikiran saya.

Seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa yang ada dalam pikiran saya itu keliru. Beberapa orangtua memang membutuhkan waktu lebih untuk berdiskusi, tapi kemudian dapat diarahkan untuk dapat membuat janji temu untuk menceritakan perkembangan anak. Bagi orangtua lain yang sekedar menjemput anak dan tidak

hendak berkonsultasi atau bercerita, senyum dan sapaan yang diberikan menjadi sebuah penanda bahwa guru dan orangtua siap untuk menjalin komunikasi yang positif. Sehingga ketika mereka hendak berkomunikasi dengan guru, mereka juga dapat membuat janji temu di luar pertemuan saat penerimaan rapor.

Setelah beberapa bulan menjalani aktivitas tersebut, saya menyadari ada perubahan positif yang terjadi. Relasi saya dengan orangtua menjadi semakin baik. Mereka mempunyai gambaran yang positif mengenai guru dari anak-anak mereka. Pun saya juga semakin terbantu karena dengan menceritakan kemampuan anak, mereka juga mempunyai gambaran apa saja yang dapat mereka bantu atau lakukan untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah. Senyum yang saya berikan juga memiliki dampak positif bagi siswa di kelas. Bagi saya, guru yang tersenyum mampu menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak-anak. Dampak lain dalam kegiatan sederhana tersebut adalah dengan munculnya kepercayaan orangtua pada guru maka kepercayaan siswa terhadap gurunya juga meningkat.

Page 14: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua14

Dari aktivitas tersebut, saya mendapatkan informasi mengenai lingkungan keseharian para murid saya, mengenai keluarganya, kegiatan mereka, dan sebagainya sehingga terasa lebih personal. Begitu juga dengan orangtua dapat mengetahui bagaimana perilaku anak mereka di kelas, kesulitan yang anak-anak hadapi, serta mempunyai gambaran kira-kira apa dukungan yang dapat mereka berikan bagi anak-anak mereka. Selain komunikasi harian yang terjalin antara orangtua dengan guru, pada saat pengambilan rapor siswa, guru juga dapat menyampaikan laporan perkembangan siswa. Di akhir pertemuan dengan orangtua, saya berusaha untuk mengucapkan terimakasih atas proses kerjasama yang terjalin selama satu semester ini dan menyelipkan harapan agar tetap dapat bekerjasama dengan baik di semester berikutnya. Apabila pengambilan rapornya di Semester 2, maka kita dapat menyampaikan harapan baik

kepada siswa di kelas berikutnya. Hal-hal tersebut tampak sepele, namun saya merasakan sendiri bahwa kegiatan ini mempunyai efek yang cukup besar dalam relasi saya dengan orangtua. Hubungan yang terjalin kini lebih santai dan cair karena masing-masing berusaha untuk bekerja sama. Bagi saya, jikalau ada orangtua yang tetap menampakkan persepsi negatif terhadap guru ataupun sekolah, maka kewajiban guru adalah tetap menunjukkan sikap atau perilaku yang positif, karena bagaimanapun, mereka adalah rekan kita dalam mendidik anak. Membentuk mindset bahwa orangtua adalah “rekan” akan memunculkan relasi yang positif di antara kedua belah pihak. Relasi ini tidak hanya berdampak pada guru dan orangtua saja tetapi juga berdampak positif pada siswa.

Hal-hal tersebut tampak sepele, namun saya merasakan sendiri bahwa kegiatan ini mempunyai efek yang cukup besar dalam relasi saya dengan orangtua.

Page 15: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 15

PRAKTIK CERDASPEMBELAJARAN

Heni SuryaKGB Solo RayaTK Indria Jaya Joyosuran [email protected]

Penulis

Desainer

Wilma KailolaKGB Jakarta PusatSekolah Kembang

Kafetaria Komite

Melibatkan Diri untuk Memahami

Desta adalah salah satu murid yang aktif. Suatu ketika guru mendapati dia memukul Zidan dengan balok hingga terdapat sedikit luka

pada pelipis Zidan. Seketika Zidan menghambur ke pelukan mamanya. Pelipisnya berdarah dan mengalami luka ringan berkat hantaman balok kecil yang diayunkan Desta. Kami, para guru, begitu terhenyak melihatnya. Namun yang mengagetkan bukanlah yang dilakukan Desta, mengingat sejak dulu ia adalah anak yang aktifnya berlebihan. Akan tetapi, justru respon yang diberikan oleh mamanya Zidan. Melihat anaknya sendiri dilukai hingga berdarah, mana bisa kita tidak marah? Kami segera berkerumun untuk memastikan mamanya Zidan tidak melakukan pembalasan yang lebih parah. Tapi ternyata, pikiran kami salah. Mamanya Zidan justru tersenyum, dan berkata, “Namanya juga anak-anak,” sambil meminta kami untuk mengambilkan kotak P3K. Saat itu mama Zidan kebetulan mendapat giliran piket Kafetaria. Kami segera menggendong Desta yang terlihat begitu menyesal dan menasehatinya untuk tidak mengulanginya. Zidan yang masih terisak pun, akhirnya menyambut permintaan maaf Desta. Saat menjemput sekolah, nenek Desta segera memohon maaf dan mengucapkan terima kasih atas pengertiannya.

Rasa percaya adalah modal utama membangun sebuah hubungan, begitu pula dengan hubungan antara orang tua murid dan sekolah dalam hal pendidikan. Banyak pertanyaan terbentuk dengan adanya ketidakpercayaan, contohnya “Apakah anakku aman di sekolah?”, “Apakah gurunya bersikap baik saat mengajar?”, atau “Apakah makanan dan jajanan di sekolah aman dikonsumsi?”. Semua wajar dilontarkan para orang tua yang menyekolahkan anaknya di lembaga sekolah. Tentunya mereka menginginkan yang terbaik untuk anak dalam belajar.

Lalu bagaimana pihak sekolah membangun kepercayaan para orangtua? Tentunya dengan melibatkan mereka dalam kegiatan sekolah. Menjadikan mereka sebagai saksi dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari adalah salah satunya yang kami rasa perlu. Maka saat pertemuan Komite yang kami lakukan saat awal tahun ajaran baru, kami menyampaikan untuk membentuk pengurus Kafetaria Komite. Di mana Kafetaria Komite adalah dari, oleh, dan untuk para orangtua.

Page 16: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua16

Lalu kami mendiskusikan hak dan kewajiban dari pengurus Kafetaria Komite tersebut, mulai dari ketua sampai pengurus harian. Apa yang akan dijual, bagaimana model transaksinya, dan hasilnya nanti untuk apa dan siapa. Perlu diketahui kefetaria kami ini mengajarkan anak untuk jujur, yaitu anak mengambil barang sendiri, membayar sendiri, dan mengambil kembalian sendiri. Peran orangtua hanya menunggu, membantu, dan menjawab pertanyaan anak tentang harga dan jenis barang yang ada di sana.

Kami berikan ruang di pojok halaman sekolah kami. Di mana ada meja untuk tempat jajanan dan barang yang dijual, juga beberapa kursi. Mungkin tampak sangat sederhana untuk sebuah kafetaria, namun penggunaan nama ini membuat para orang tua bersemangat menjalankannya. Kami para guru dan orangtua sepakat untuk membesarkan kafetaria ini, demi kenyamanan saat anak belajar bertransaksi. Laba kafetaria digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah, atau membantu terlaksananya kegiatan outing. Bahkan, sesuai kesepakatan bersama para orangtua, kadang juga digunakan untuk membantu siswa dalam melunasi iuran sekolah.

Dari situ orangtua akan bergantian hadir di sekolah saat mendapat giliran piket kafetaria. Setiap hari ikut menjaga dan melayani anak sekaligus mengamati kegiatan guru, belajar melalui berbagai kasus di sekolah dan juga berefleksi. Hal ini sangat membantu kami para guru, selain memberikan informasi secara langsung, juga membangun relasi apik antara guru dan orangtua. Menumbuhkan saling percaya dan melengkapi. Senyum dan keikhlasan para orangtua ini menjadi pembelajaran berharga bagi kami para guru. Bahwa mengurangi konflik adalah perlu, dengan melibatkan mereka dalam proses pembelajaran. Sebagai pelaku untuk mengamati, kemudian mengalami, dan akhirnya memahami.Orang tua hebat adalah orang tua yang terlibat.

Page 17: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 17

PRAKTIK CERDASPEMBELAJARAN

Suhud RoisKGB CimahiSD Peradaban Insan [email protected]

Penulis

Desainer

Virandhy PutraKGB BelitungSMA Negeri 1 Sijuk

JanganTitipkanAnakke Sekolah

Menitipkan anak adalah kata yang sering terucap saat orangtua memasukkan anaknya ke sebuah sekolah. Apa artinya?

Artinya orangtua menyerahkan sepenuhnya proses pendidikan anak ke sekolah. Sekolah (kebanyakan) menerima amanah (titipan) tersebut. Seperti itu, bukan?

Nah, sekolah tempat saya mengajar, tidak demikian. Kami tidak mau ada orangtua yang menitipkan anaknya ke sekolah. Bagaimana pun juga, orangtua adalah pihak yang memikul tanggung jawab yang besar atas proses tumbuh kembang anak.

Kami memandang bahwa orangtua adalah mitra dalam proses pendidikan anak. Namanya juga mitra, kalau salah satu pihak tidak menjalankan perannya dengan baik tentu saja akan berakibat tidak maksimalnya pendidikan anak. Namun, belum semua orang tua memahami perannya dalam proses pendidikan anak.

Ketika masa awal berinteraksi dengan orangtua, masih saja ada yang secara verbal menyatakan titip anaknya. Mereka masih memandang bahwa menyekolahkan anak berarti menyerahkan secara penuh tanggung jawab atas perkembangan anak ke sekolah.

Ini tentu saja merupakan sebuah tantangan. Masih ada orangtua yang belum memahami konsep sekolah dengan baik. Padahal pemahaman ini sangat penting, supaya kemitraan sekolah dengan orangtua dapat berjalan secara ideal.

Selain masih adanya paradigma bahwa menyekolahkan anak adalah menitipkan anak ke sekolah, tantangan lainnya adalah alasan klasik, yaitu kesibukan. Banyak orangtua yang merasa tidak berdaya mengawal proses tumbuh kembang anak karena kurangnya waktu interaksi mereka dengan anak. Kasus seperti ini umumnya terjadi pada orangtua yang keduanya bekerja, atau salah satu bekerja di luar kota.

Nah, menyadari bahwa tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi suasana di keluarga, bukan semata peran guru dan sekolah, maka kami membangun hubungan dengan orangtua sebagai sebuah kemitraan. Proses membangun kemitraan sudah dibangun di awal tahun pembelajaran. Orangtua diundang ke sekolah untuk ikut dalam

Page 18: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua18

Page 19: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 19

perencanaan kegiatan bersama-sama dengan sekolah yang diwakili wali kelas. Perencanaan tersebut meliputi tujuan, bentuk, lokasi, dan waktu kegiatan. Tentu saja dengan biayanya. Tujuannya agar orang tua memahami mengapa kegiatan tersebut perlu dilakukan dan diharapkan bisa mempersiapkan anak untuk mengikuti kegiatan dengan baik.

Ketika sudah memasuki masa efektif belajar, intensitas keterlibatan orangtua dalam kegiatan sekolah, baik kegiatan pembelajaran atau penunjangnya, semakin meningkat. Setiap akhir pekan ada tugas yang diberikan kepada anak. Bentuk tugasnya selalu berbeda setiap pekannya. Tugas tersebut dirancang sebagai media interaksi anak dengan orangtua, juga anggota keluarga yang lain. Tak jarang, tugas-tugas tersebut ditunggu-tunggu oleh keluarga.

Bukan hanya dalam proses pembelajaran saja orangtua terlibat, dalam kegiatan penunjang pun mereka selalu dilibatkan. Satu kali dalam dua minggu, di sekolah kami diadakan Pasar Kreatif. Ini semacam market day yang merupakan

kesempatan bagi anak untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship. Barang yang dijual boleh apa saja, dengan syarat harus ada proses kreatifnya, misalnya ada modifikasi atau ada bagian yang dikerjakan atau dibuat oleh anak. Nah, biasanya anak bekerjasama dengan orangtua membuat produk yang akan dijual.

Di setiap kegiatan sekolah yang lain pun orangtua selalu terlibat. Misalnya parenting. Parenting merupakan kerjasama orangtua dengan wali kelas, terutama dalam penentuan temanya. Saat parenting, ada market day juga. Biasanya stan untuk jualannya dihias. Siapa yang menghias? Orangtua dan wali kelas. Sedangkan yang jualan adalah anak-anak.

Di akhir semester satu kami punya acara yang diberi nama Ulinpiade. Ini adalah pertandingan olahraga. Walau pertandingan, namun yang dikedepankan bukan persaingan, tapi kegembiraan dan kebersamaan. Hal tersebut didukung dengan kehadiran orangtua yang tidak hanya menjadi suporter, tetapi juga pembawa makanan dan minuman.

Page 20: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua20

Kehadiran orangtua memberikan suntikan motivasi bagi anak-anak untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Orangtua pun mampu men-support secara bijak, tidak menuntut anaknya juara. Yang penting gembira.

Saat berkegiatan tinggal di homestay, orangtua pun terlibat. Saat anak-anak sibuk mempersiapkan diri mengikuti homestay, orangtua pun sibuk memikirkan apa yang akan dijadikan kenang-kenangan bagi masyarakat di tempat homestay. Oh ya, homestay adalah kegiatan menginap selama dua malam, biasanya di sebuah perkampungan. Anak-anak dititipkan di rumah-rumah penduduk. Pada hari terakhir, orangtua mereka akan menjemput. Nah, pada saat itulah orangtua memberikan kenang-kenangan kepada keluarga yang ditinggali anaknya saat homestay.

Dalam kegiatan-kegiatan lainnya, orangtua selalu terlibat. Keterlibatan orangtua dalam kegiatan sekolah tidak fokus pada anaknya saja. Tentu saja perlu ada momen bagi orangtua untuk fokus membahas perkembangan anak.

Setiap tiga bulan sekali, sekolah kami membuat laporan perkembangan anak. Isinya tentang pencapaian kemampuan akademik, keterampilan, dan karakter anak. Penyampaian laporan ini bersifat individual. Wali kelas membuat surat undangan dengan alokasi waktu yang sudah ditentukan untuk tiap-tiap anak.

Dalam kesempatan itulah, wali kelas dan orangtua bertukar informasi tentang anak, bertanya, atau melakukan konfirmasi. Yang dibahas adalah tentang anak. Dari kegiatan ini, baik wali kelas atau orangtua mendapatkan potret yang jelas tentang anak.

Melibatkan orangtua dalam kegiatan sekolah adalah sebuah keniscayaan. Ketika orangtua mendapat kesempatan untuk masuk ke wilayah sekolah, saya melihat dampaknya cukup bagus. Hubungan antara sekolah dengan orangtua begitu akrab. Bahkan seperti keluarga saja.

Hubungan yang cair seperti ini penting agar komunikasi bisa terbuka dan lancar. Ketika sudah terbentuk iklim komunikasi yang terbuka dan lancar, maka konsep sekolah pun akan lebih mudah dipahami dan diterima orangtua. Ujung-ujungnya ada kepercayaan dan kepuasan.

Pengalaman saya, orangtua juga adalah media yang paling efektif untuk promosi sekolah. Itu tidak akan pernah terjadi kalau hubungan orangtua dan sekolah bukan hubungan kemitraan.

Melibatkan orangtua dalam kegiatan sekolah adalah sebuah keniscayaan.

Page 21: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 21

PRAKTIK CERDASPEMBELAJARAN

Erni ErnawatiKGB WonogiriSD Islam Unggulan Nawa Kartika [email protected]

Penulis

Desainer

Siti SolehatunKGB BalikpapanSMKN 1 Balikpapan

Buku Agenda Karakter Siswa dan WhatsApp Group Membantu Komunikasi Guru dan Orang Tua

Komunikasi saya dengan guru-guru di sekolah bisa sangat lancar karena menggunakan WhatsApp Group (WAG). Setelah masuk awal

semester dan berganti dengan murid baru, saya mulai mengalami sedikit masalah untuk mengenal juga orangtua murid. Sebenarnya saya tidak suka untuk membuat grup baru di WA, bagi saya sms atau telepon saja sudah cukup. Berjalannya waktu, ada saja sesuatu yang harus saya sampaikan ke orangtua murid, tidak cukup hanya dengan telepon atau SMS saja, karena informasi yang saya sampaikan terasa belum lengkap, sehingga bisa terjadi miskomunikasi antara guru dengan orangtua. Nah, ini yang harus dihindari. Awalnya berjalan biasa saja, kemudian saya mengalami sedikit masalah, yang apabila tidak segera diselesaikan bisa menambah daftar masalah saya. Misalnya, anak yang belum dijemput orangtuanya padahal sudah waktunya pulang, anak yang lupa bawa buku ke sekolah, anak yang suka lupa membawa alat tulis, anak yang tidak membawa mukena sehingga tidak bisa ikut salat, anak yang sakit pada saat mengikuti pelajaran di sekolah, anak yang bertengkar dengan temannya, anak yang terluka waktu bermain, anak yang selalu meminjam pensil temannya dan temannya merasa terganggu, anak yang tidak suka sarapan sehingga tidak fokus belajarnya, dan banyak sekali masalah-masalah kecil yang akan membuat pusing jika tidak segera dicari solusinya.

Akhirnya saya putuskan membuat WAG untuk kelas saya, karena kebetulan tahun ini saya mendapatkan kesempatan mengajar di kelas 1. Dengan niat yang baik, alhamdulillah saya putuskan membuat WAG yang anggotanya adalah saya dan orangtua murid. Apa saja yang ada di WAG saya? Semua pengumuman di sekolah bisa tersampaikan, meskipun ada beberapa orangtua (tidak banyak hanya sekitar 1-3 wali murid yang menyampaikan tidak punya WhatsApp karena tidak punya HP android), tetapi saya selalu sempatkan waktu untuk memberikan informasi yang sama kepada orangtua yang tidak tergabung dalam grup melalui pesan SMS atau telepon.

Tanpa saya sadari, karena begitu mudahnya berkomunikasi melalui WhatsApp, kadang orangtua bertanya tentang perkembangan anaknya di sekolah,

Page 22: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua22

tentang nilai, atau kesulitan belajar melalui grup dan ada juga yang melalui Jalur Pribadi (Japri), mungkin supaya lebih enak mengobrolnya. Saya mencoba untuk selalu berhati-hati dalam menjawab semua pertanyaan dari orangtua murid, karena semua komunikasi harus berimbang, apalagi kalau ada siswa yang merasa disakiti oleh temannya, dan masalah ini bisa sampai ke orangtua.

Di sekolah, selain WhatsApp, komunikasi guru dan orangtua juga terbantu dengan adanya Buku Agenda Karakter Siswa. Melalui buku ini, antara guru dan orang tua bisa bekerja sama dalam memberikan pengawasan langsung terhadap anak di sekolah maupun di rumah. Guru memberikan pengawasan di sekolah selama pelajaran berlangsung dan dituangkan ke dalam report harian yang tertulis di agenda. Setiap hari, secara tidak langsung orangtua selalu dilibatkan dalam pembelajaran, karena buku agenda diisi setiap hari oleh guru dan orang tua. Ini adalah komunikasi yang efektif, karena di situ ada nilai kejujuran dan tanggung jawab orangtua di rumah untuk mengingatkan tugas-tugas anaknya. Agenda tidak mempengaruhi nilai, ini adalah pesan moral yang memang ditunggu kehadirannya oleh orangtua. Anak-anak di rumah bisa berperilaku disiplin secara positif tanpa harus diingatkan oleh

orangtua, misalnya anak-anak harus salat 5 waktu, setelah itu ibunya tinggal memberi checklist di kolom yang sudah disiapkan, dengan komunikasi yang hangat dengan putra-putrinya. Misalnya jika tidak salat akan diberi tanda minus, sambil menasehati anaknya, karena anak-anak masih duduk di Sekolah Dasar, para guru di sekolah akan terus mengingatkan kenapa salatnya masih ada yang bolong alias tidak lengkap. Nah, akhirnya komunikasi guru dan orangtua setiap harinya akan terus mengalir sampai mereka naik ke kelas berikutnya dan berganti dengan agenda yang baru dengan perlakuan yang sama sebagai latihan untuk belajar bertanggung jawab.

Saya akan memberi sedikit contoh yang sudah pernah terjadi, bagaimana orangtua terlibat langsung dalam pembelajaran anak di sekolah:

Kegiatan OutboundWaktu itu ada kegiatan outbound di sebuah tempat, karena orangtua merasa senang dan nyaman dengan tempat outbound yang juga sebagai tempat wisata, akhirnya para orangtua minta izin juga di WAG untuk ikut mengantar anak-anak sampai tempat tujuan. Meskipun dengan mobil terpisah, orangtua mengiringi di belakang bus anak-anak. Suasana yang sangat mendukung. Di tempat

Page 23: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 23

outbound, orangtua ikut mengawal anak-anak sampai kegiatan selesai. Mereka para orangtua dan guru bersama-sama ikut mendokumentasikan semua kegiatan sampai selesai.

Pengisian Agenda Ada beberapa agenda karakter siswa yang jarang diisi oleh orang tua. Saya mulai menanyakan dan akhirnya saya mulai mengerti masalah yang dihadapi orangtua siswa, ada juga beberapa orangtua yang belum memahami cara pengisian agenda, semua diatasi dengan cara berkomunikasi dengan lebih baik dan harmonis.

Nilai Wajar jika orang tua khawatir dengan nilai anaknya. Saya berkomunikasi dengan cara selalu memberikan semangat memotivasi anak dan orang tua untuk percaya dengan proses anaknya, bahwa mereka semua adalah anak-anak yang pintar. Membantu menjawab pertanyaan mereka dengan pengalaman yang saya dapat di Komunitas Guru Belajar.

Kenyamanan dalam BelajarIni adalah hal yang sangat penting, kadang orangtua merasa khawatir dengan anaknya di

sekolah, karena mereka bergaul dengan banyak anak dengan karakter yang berbeda. Pertengkaran kecil adalah hal yang biasa dan yang mereka khawatirkan jika ada perasaan tertekan karena takut dengan temannya, yang akhirnya orang tua merasa tidak tenang. Untuk mengatasi masalah ini, saya sering membagi foto anak-anak sewaktu berkegiatan di sekolah. Lalu saya tanyakan ke orangtua, apakah mereka terlihat ketakutan? Atau tertekan? Coba tanyakan kembali kepada anak-anak apakah mereka merasa tertekan waktu belajar? Kalau tertekan karena apa? Dan apa yang membuat mereka takut? Dari melihat foto-foto kegiatan siswa di sekolah, orangtua akan merasa senang mempunyai dokumentasi belajar anaknya. Malah setelah saya memperlihatkan foto anak-anak belajar, mereka langsung membagikannya di Facebook, buat status WA, tampil di Instagram, dsb. Ini adalah hak dari orangtua untuk membagi foto anak-anaknya.

Baju SeragamHari Sabtu adalah jadwal olah raga bagi anak kelas 1. Setelah istirahat mulai pelajaran sampai pukul 10.00 dilanjutkan ekstrakurikuler. Ekstra yang ada di antaranya adalah musik, taekwondo, silat dan hadroh, sehingga mereka harus berganti

Page 24: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua24

baju lagi. Untuk hari Sabtu yang seharusnya berganti baju beberapa kali, karena seragam yang dipakai adalah warna putih-putih, kami guru dan orangtua kemudian sepakat bersama-sama membicarakan masalah ini untuk memudahkan anak dalam mengenakan baju yang dipakainya.

Buku Agenda Karakter Siswa disambut sangat baik oleh orang tua dan anak-anak, apa yang mereka kerjakan bisa ditulis sesuka hati, membawa dampak yang sangat positif bagi orangtua. Kadang yang terjadi adalah si anak malah mengingatkan orang tuanya untuk bersikap disiplin seperti kebiasaan disiplin positif yang dikerjakan anaknya. Misalnya ketika terdengar suara adzan, anak malah mengajak orangtua untuk salat sehingga orangtua banyak belajar juga dari anak (Ini adalah komentar dari orangtua ketika saya bertanya tentang manfaat Buku Agenda Karakter Siswa).

Orangtua mempunyai banyak cerita tentang anak-anaknya dan semua bisa mengobrol asyik bareng-bareng di WAG. Cerita ini mengalir terus setiap harinya jika saya memulai obrolan di grup. Alhamdulillah senang rasanya komunikasi saya dengan orangtua siswa bisa berjalan harmonis sampai hari ini. Saling bertanya bertegur sapa mendampingi putra putrinya belajar setiap saat.

Buku Agenda Karakter Siswa disambut sangat baik oleh orang tua dan anak-anak, apa yang mereka kerjakan bisa ditulis sesuka hati, membawa dampak yang sangat positif bagi orangtua.

Page 25: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 25

PRAKTIK CERDASPEMBELAJARAN

Kristijorini, S.PdKGB Solo RayaGuru KB/TK Kristen Widya Wacana Pasar Legi Surakarta

[email protected]

Penulis

Saling Menghargai Saling Percaya

Berkenalan dengan orang tua baru, sama dengan ketika saya berkenalan dengan teman baru. Tidak ada yang berbeda. Yang

membedakan adalah ada yang mereka titipkan kepada saya, yaitu buah hati mereka. Yang membedakan adalah bahwa mereka mempercayakan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup mereka kepada saya. Tentunya saya harus mampu meyakinkan mereka bahwa buah hati mereka aman bersama saya. Kepercayaan mereka sangat penting bagi saya.

Selanjutnya yang harus saya lakukan adalah mengenal anak-anak ini secara personal baik kebutuhan, minat, kemampuan dan karakter mereka. Dengan saya mengenal secara personal maka akan mudah bagi saya berkomunikasi dengan orang tua. Akan mudah bagi saya menceritakan kondisi buah hati mereka tentunya dengan kata-kata yang positif karena bagi saya, tidak ada anak yang nakal dan tidak ada anak yang bodoh. Semua punya keunikan yang berbeda-beda. Bahkan ketika orang tua mengijinkan saya untuk menghukum anaknya, saya berusaha menjelaskan bahwa menghukum bukan jalan yang terbaik bagi anak. Tapi ketika anak melakukan kesalahan tentu saja ada konsekuensi yang harus dihadapi dan konsekuensi itu harus pula disepakati bersama sejak awal masuk kelas. Itulah gunanya diskusi sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Jadi bagi saya, komunikasi dengan orang tua itu sangat penting.

Menghadapi komplain dari orang tua harus dihadapi dengan bijak. Lebih baik mengkoreksi diri lebih dahulu benarkah ada yang salah dari tindakan saya. Benar ataupun salah saya tetap akan meminta maaf dan menerima komplain itu dengan senang hati. Jika ada yang harus saya jelaskan atau saya luruskan, maka saya akan meluruskan dengan baik. Tidak ada yang tidak dapat didiskusikan bersama karena saya yakin tujuan dari orang tua menyampaikan komplain pasti untuk kebaikan saya dan buah hatinya.Bersama dengan orang tua, saya sering berbagi cerita dan diskusi tentang tumbuh kembang anak. Sering kali saya mendapatkan ilmu baru dan pengalaman baru yang membuat wawasan saya bertambah. Kadang kala, kita perlu juga belajar dari orang tua tentang banyak hal terutama tentang cara masing-masing orang tua dalam mengasuh buah hatinya. Saya jadi tahu pola pengasuhan masing-

Page 26: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua26

masing anak didik saya dari komunikasi ini. Sering kali melibatkan orang tua dalam kegiatan baik di dalam dan di luar kelas juga sangat membantu kami saling memahami serta saling bekerjasama demi perkembangan anak didik.

Pernah kami melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah seperti perayaan Natal, Outbond, acara tutup tahun maupun berbagi ilmu dengan sesama orang tua yang diwadahi oleh sekolah seperti ketika ada orang tua yang menjadi dokter gigi mau berbagi pengalaman dengan orang tua dan melakukan pemeriksaan bersama dengan anak-anak atau ketika ada orang tua yang memiliki keahlian bercerita, dia mendongeng di depan anak-anak.

Pengalaman yang paling berkesan bagi saya maupun bagi anak-anak adalah ketika ada seorang mama yang menjemput anaknya menggunakan seragam tentara lengkap, tampak gagah namun tetap keibuan. Percakapan yang muncul antara anak-anak dan sang mama sungguh membekas bagi saya apalagi bagi anak-anak tersebut.“Leon, mamamu tentara ya?” dengan wajah lucunya, Leon tertawa. Mama dengan ramah menyapa dan menyalami Kevin.“Perempuan ada yang jadi tentara juga?” pertanyaan dari temannya yang lain langsung menjadikan diskusi antara anak-anak dan sang mama yang ramah tersebut menjadi hidup. Dari sorot mata anak-anak terpancar rasa kagum dan tanya yang besar. Jawaban mama Leon yang ramah dan penuh keakraban membuat anak-anak yang dulu merasa takut dengan tentara menjadi tidak takut lagi. Bahkan ada anak yang bercita-cita menjadi tentara. Tanpa disadari oleh mama Leon, kami belajar banyak tentang keramahan, profesi dan pengalamannya dalam bertugas mengabdi untuk negeri ini.

Dari peristiwa ini, muncul ide untuk menghadirkan orang tua dengan beragam profesinya untuk berbagi pengalaman dengan anak-anak. Tentu tidak semua orang tua memiliki keberanian berbagi pengalaman dengan anak-anak Kelompok Bermain maupun Taman Kanak-kanak yang perlu keahlian khusus dalam menghadapinya. Untuk itulah peran guru dan kepala sekolah meyakinkan para orang tua ini bahwa mereka bisa menginspirasi anak-anak untuk giat belajar, giat berkreasi dan giat membangun karakter baik untuk meraih cita-citanya.

Melibatkan orang tua dalam perpisahan atau pelepasan anak-anak TK B juga menjadi kesan tersendiri bagi saya. Dari awal pembentukan panitia, perencanaan, penggalangan dana hingga puncak acaranya. Butuh waktu yang lebih lama dan beberapa kali pertemuan untuk mensukseskan acara. Membangun pemahaman bersama dengan orang tua bukan tanpa hambatan tapi saya yakin bahwa dengan komunikasi yang baik, apapun hambatannya pasti dapat teratasi. Kami menjadi semakin akrab dan menjadi teman yang saling memahami bahkan ketika anak-anak sudah lulus pun, kami masih tetap menjalin komunikasi.

Page 27: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 27

PRAKTIK CERDASPEMBELAJARAN

Lany RhKGB [email protected]

Penulis

Melibatkan Orangtua dalam Perubahan di Sekolah

Kurikulum sekolah di Indonesia (katanya) sering berubah?

Di sekolah-sekolah di mana banyak perubahan sedang terjadi, apa peran yang Anda jalankan? Sebagai guru? Kepala sekolah? Tenaga kependidikan? Tenaga administratif? Komite sekolah? Orangtua?

Biasanya, yang sering kita temukan dalam perubahan yang terjadi di sekolah, hanya orang-orang tertentu yang dianggap berperan. Kepala sekolah, guru, dan mungkin jika ada tim kurikulum. Betul, pengerjaan konsep kurikulum dan penerapannya di sekolah adalah tanggung jawab mereka. Namun, sebagai sebuah komunitas, sekolah perlu melibatkan semua pihak lain untuk berperan. Karena perubahan tidak mudah. Jadi untuk membangun sebuah sekolah, peran yang diperlukan adalah peran dari setiap orang dalam komunitas sekolah.

Tidak biasa ya? Kurikulum kan yang tahu manajemen sekolah dan tim guru, bagaimana bisa para penjaga sekolah bisa terlibat? Orangtua juga tahunya kan menitipkan anak di sekolah, dan ini dilakukan karena katanya tidak mengerti tentang kurikulum.Nah, di titik ini saya akan menceritakan apa yang saya alami di sekolah tempat saya mengabdi sekian tahun. Ini pengalaman lama, tapi saya rasa masih sangat relevan mengingat di sekitar saya masih banyak sekolah-sekolah yang berusaha beradaptasi dengan perubahan. Kita kembali yuk ke pernyataan pertama saya, tentang kurikulum Indonesia yang berubah. Saya beruntung mengabdi cukup panjang di sekolah saya untuk ikut berproses dalam banyak perubahan yang terjadi. Saya masuk ke unit SD ketika sekolah saya berencana mengubah kurikulum yang berimbas pada banyak sekali proses yang terjadi di dalamnya. Tahun pertama sampai ketiga saya di unit SD, Indonesia masih menggunakan KTSP. Di tahun selanjutnya, kurikulum 2013 mulai diterapkan. Tentu saja, ada banyak sekali pekerjaan yang kami lakukan sebagai tim guru. Kami belajar tentang konsep kurikulumnya, kami belajar tentang bagaimana menerapkannya di kelas, juga kami belajar tentang bagaimana mengembangkan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan kami di sekolah dan di kelas.

Page 28: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua28

Kami menyadari perubahan yang sedang kami garap sangat besar. Dan kami tidak bisa hanya bekerja sendirian. Anak-anak dalam kelas-kelas kami adalah bagian dari keluarga yang semestinya kami libatkan secara aktif dalam proses belajar. Sekolah membuat rancangan untuk mengomunikasikan perubahan ini agar juga bisa diterima dan diterapkan bersama-sama.

Pada bagian awal perubahan, kami hanya menghadirkan perwakilan orangtua yang ada dalam komite sekolah, untuk mempertemukan harapan orangtua dan bagaimana perubahan kurikulum dirancang untuk mencapai tujuan bersama. Dari langkah ini, komite sekolah dipercaya tidak hanya sebagai pendukung setiap kebijakan sekolah, tapi juga sebagai partner yang akan bisa menyampaikan pemahaman yang senada dengan pihak sekolah pada orangtua-orangtua lain. Kondisi yang istimewa di sekolah saya pada saat itu adalah bahwa kami tinggal di komunitas yang cukup kecil. Kami bekerja dan beraktivitas di lingkungan terbatas sehingga komunikasi antarorangtua bisa terjadi cukup intens. Kesadaran terhadap kondisi ini penting

untuk menentukan strategi yang bisa dilakukan. Saat kelas-kelas kami mulai berubah, cara belajar kami berubah, semua yang di sekolah mulai berubah sedikit demi sedikit. Pada bagian ini kami lebih banyak menyelenggarakan workshop untuk orangtua murid, dan mengajak mereka untuk mengerti cara belajar yang kami terapkan. Salah satu bentuknya adalah workshop tentang cara belajar Matematika di mana orangtua memainkan peran sebagai murid dan kami para guru mengajar seperti di kelas. Di dalamnya beberapa strategi yang kami terapkan di kelas, kami lakukan juga di dalam workshop.

Sebagian besar orangtua menujukkan sikap positif mengenai workshop-nya dan menunjukkan dukungan cukup besar pada kami untuk melanjutkan perubahan yang sedang kami lakukan. Selain bermain peran tersebut, tim pengajar kami juga menyampaikan tujuan dari masing-masing strategi sehingga para orang tua memahami mengapa kami memilih strategi tersebut dalam melakukan perubahan.

Melibatkan Orangtua dalam Perubahan di Sekolah

KTSP 2013

Perubahan yang cukup besar

Kami menyadari perubahan yang sedang kami garap sangat besar. Dan kami tidak bisa hanya bekerja sendirian. Anak-anak dalam kelas-kelas kami adalah bagian dari keluarga yang semestinya kami libatkan secara aktif dalam proses belajar.

Menghadirkan orangtua pada perwakilan komite

Untuk mempertemukan harapan orangtua dan bagaimana perubahan kurikulum dirancang untuk mencapai tujuan bersama

Menyelenggarakan workshop untuk orangtua

Untuk mengerti cara belajar yang kami terapkan. Salah satu bentuknya adalah workshop tentang cara belajar Matematika di mana orangtua memainkan peran sebagai murid dan kami para guru mengajar seperti di kelas.

Menyampaikan semua rencana belajar

Orangtua mendapat informasi jelas tentang tema yang akan kami pelajari dalam satu waktu tertentu.

Page 29: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 29

Diskusi menarik selalu muncul dalam workshop yang kami selenggarakan. Bagaimanapun, orangtua datang dari berbagai latar belakang dan harapan. Tidak semua strategi atau perubahan yang kami tawarkan langsung disambut dengan baik. Seperti pada saat workshop pengajaran Matematika, ketika kami menggunakan permainan, salah satu kekhawatiran orangtua adalah tentang anaknya yang belum bisa menyelesaikan soal Matematika yang cukup kompleks. Sebagian berpendapat bahwa permainan akan membuat anak-anak bermain, dan bukan belajar. Peran kami para guru menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi, dan apa imbasnya pada anak-anak kami. Dalam workshop tentu saja yang bisa kami sajikan adalah premis-premis dan hasil penelitian dari berbagi tempat lain. Ini kedengarannya seperti janji politik ya?

Selain berupa workshop, tim sekolah menyampaikan semua rencana belajar dalam pertemuan-pertemuan dengan wali murid. Jika dulu-dulu dalam pertemuan orangtua isinya adalah pengumuman rencana beberapa kegiatan saja dan bagaimana orangtua bisa mendukung (baca: cara membayar), maka dalam rancangan perubahan kami, pertemuan dengan orangtua dilakukan untuk menyampaikan rencana belajar kami. Orangtua mendapat informasi jelas tentang tema yang akan kami pelajari dalam satu waktu tertentu. Periode yang kami miliki adalah enam minggu untuk satu tema. Sepanjang enam minggu tersebut, kegiatan besar yang kami rencanakan diinformasikan, demikian juga bagaimana orangtua bisa mendukung proses belajar kami dari hal terkecil sampai yang cukup besar. Misalnya apa yang perlu dilakukan di rumah berkaitan dengan tema tersebut, referensi tambahan apa saja yang bisa dicari bersama-sama di lingkungan sekitar rumah, juga apa yang mungkin diminta anak dari orang tua.

Dalam proses belajar sehari-hari di sekolah dan di kelas, kami membuka kesempatan pada orangtua untuk berperan. Beberapa kegiatan di sekolah secara kreatif melibatkan orang tua melalui berbagai peran. Bisa sebagai guru tambahan, bisa sebagai narasumber, atau sebagai pendukung kegiatan. Dengan demikian orang tua bisa melihat langsung bagaimana kami tim guru dan anak-anak bekerja bersama. Perubahan bisa disampaikan lebih luwes dengan

cara ini, tidak harus formal melalui pidato dalam rapat orangtua murid. Bukti nyata perubahan yang kami lakukan tentunya disampaikan juga pada orangtua. Bagaimanapun pihak terpenting dalam perubahan sekolah adalah anak. Proses pelaporan hasil belajar kami ubah dengan memberi kesempatan pada anak mempresentasikan hasil belajarnya pada orangtua. Bagian ini adalah yang sangat meyakinkan dibanding semua presentasi dan workshop yang kami lakukan. Penyampaian anak-anak, dari sisi materi dan cara menyampaikannya, membuat sebagian besar orangtua akhirnya mengerti bentuk perubahan yang kami lakukan. Saya sering menggunakan kata “sebagian besar orangtua” dalam cerita saya. Karena memang tidak semua orangtua pada proses dan pada akhirnya berada pada satu sisi sikap mendukung perubahan. Masih selalu ada orangtua yang belum mengerti, belum mendukung, atau bahkan menunjukkan pertentangan. Dari sisi pengelolaan sekolah, tentu saja kondisi ini tidak bisa diabaikan. Namun, sebagai bagian dari tim guru, saya dan teman-teman memilih untuk tetap melanjutkan proses perubahan sesuai tujuan kami. Yang kami lakukan pada setiap orangtua, baik yang mengerti dan mendukung perubahan kami maupun yang tidak, adalah memberikan pelayanan terbaik. Memberikan informasi selengkapnya, dan mengusahakan strategi yang terbaik bagi anak secara umum maupun individual. Kadang lelah ya, itu manusiawi. Tapi kami tidak pernah berhenti lama.

Proses perubahan bukan pekerjaan kecil yang bisa dilakukan sendirian. Sekolah tidak hanya terdiri dari anak, guru, dan manajemen sekolah. Lebih dari itu, sekolah adalah sebuah komunitas kecil yang seharusnya tumbuh bersama.

Page 30: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua30

PRAKTIK CERDASPEMBELAJARAN

NurmawatiKGB CirebonKinderfield Primary School [email protected]

Penulis

Memanusiakan Hubungan denganOrang Tua Sejak Hari Pertama Sekolah

Sekolah tempat saya mengajar mempunyai sederet program yang melibatkan orangtua murid dalam pendidikan anak-anaknya.

Program-program itu berjalan mulai dari awal tahun ajaran hingga akhir tahun ajaran. Awal tahun ajaran dibuka dengan Parent-Teacher Conference, Orientation Day, berbagai seminar dan workshop untuk orangtua murid, hingga di akhir setiap semester dilaksanakan pembagian raport secara pribadi kepada orang tua (Individual Parent Teacher Meeting). Komite orangtua murid aktif juga membantu segala kegiatan sekolah dan menjadi jembatan komunikasi antara orangtua dan sekolah. Di samping itu, setiap siswa mempunyai Diary Book sebagai media komunikasi antara wali kelas dan orangtua.

Namun, cerita tentang konflik antara orangtua dan guru, orangtua dan sekolah, bahkan orangtua dan orangtua lain kadangkala tidak bisa dihindari. Selama ini semua bisa diselesaikan dengan baik tanpa terjadi kekerasan. Namun di luar sana, ada beberapa cerita yang menodai dunia pendidikan Indonesia berupa kekerasan antara orangtua murid dengan pihak sekolah. Sungguh hal yang sangat disayangkan karena seharusnya kedua pihak ini bekerja-sama demi kepentingan sang anak.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Bukankah orangtua zaman “now” rajin belajar ilmu parenting modern? Lihat saja, seminar-seminar parenting yang mahal itu tiketnya selalu terjual habis. Lihatlah fans page tentang dunia parenting diikuti oleh ribuan follower. Sistem yang melibatkan orangtua dalam proses pendidikan anakpun sudah dibangun sedemikian rupa. Hingga saya menyadari satu hal: orangtua, guru, dan murid adalah manusia. Masalahnya, sudahkah hubungannya manusiawi? Ataukah sekadar basa-basi formal saja? Sudahkah kebutuhan setiap pihak terpenuhi? Maka mulailah saya berusaha memanusiakan hubungan orang ua, guru, dan murid.

Setiap awal tahun ajaran, pada hari pertama sekolah digelar Parent Teacher Conference dan Orientation Day. Semua orang tua murid diundang untuk berkenalan dengan wali kelas anaknya, mengenal teman-teman sekelasnya, dan mengenal orang tua dari teman-teman anaknya. Saya manfaatkan hari ini untuk memperkenalkan diri dan mengenal orang tua murid. Sebetulnya, sebelum hari itu tiba saya sudah

Page 31: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 31

melakukan riset dan bertanya kepada wali kelas sebelumnya mengenai hal-hal yang saya anggap perlu diketahui.

Pada kesempatan ini, saya mengajak orangtua murid menyepakati beberapa hal bersama-sama. Saya akan jelaskan bahwa saya tidak bisa mengubah anak-anak mereka menjadi sesuai keinginan mereka tanpa kerja sama yang baik. Guru tidak mempunyai mantra yang mampu menyulap siswa menjadi cemerlang. Seberapapun mereka membayar sekolah, tidak ada program yang mampu menjamin kesuksesan anak-anaknya. Saya menuntut komitmen orangtua untuk mendukung upaya kami. Sejak awal saya akan tegaskan, bahwa semua aturan yang berlaku di kelas adalah hasil kesepakatan saya dengan murid-murid meskipun memang dalam beberapa hal saya mengarahkan mereka. Semua aturan dan tindakan yang saya ambil adalah semata-mata demi kebaikan anak didik saya

Sebagai contoh, saya melarang orangtua membawakan barang atau tugas yang tertinggal. Ada orang tua yang berkomentar, “Nanti anak saya bisa kena hukuman dari gurunya karena

tidak membawa tugas, dong.” Atau, “Daripada anak saya tidak bisa mengikuti pelajaran seni musik karena gitarnya tertinggal, saya tidak keberatan koq mengantarkan gitarnya ke sekolah.”

Betul, saya percaya orangtua akan melakukan apapun demi anak-anaknya. Namun menolong anak dengan cara demikian, tanpa sadar mengajarkan kepada anak bahwa orangtua akan selalu membantu saat mereka lupa, jadi tak apalah lupa. Maksud hati demi kebaikan anak, namun kenyataannya membuat anak tergantung pada orangtua sehingga anak tidak mandiri. Sebaliknya, dengan saya melarang orangtua membawakan barang yang tertinggal itu saya ingin mengajarkan bahwa sebelum pergi ke sekolah mereka harus mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan hari itu, ketika tidak mereka lakukan maka mereka mungkin saja mendapat kesulitan atau bahkan harus menanggung konsekuensi atas kelalaiannya. Harapannya di masa yang akan datang murid mempersiapkan diri lebih baik sebelum berangkat sekolah.

Contoh lain, dari awal saya tegaskan saya tidak akan melayani orangtua yang menanyakan

Memanusiakan Hubungan denganOrang Tua Sejak Hari Pertama Sekolah

Melakukan riset tentang orangtua dan murid

Semua orang tua murid diundang untuk berkenalan dengan wali kelas anaknya, mengenal teman-teman sekelasnya, dan mengenal orang tua dari teman-teman anaknya

Parent Teacher Conference dan Orientation Day

Mengajak orangtua melakukan kesepakatan

Page 32: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua32

tugas atau bahan ujian. Karena itu adalah tanggung-jawab murid untuk tahu apa saja kebutuhannya. Ketika seorang murid tidak tahu tugas apa yang diberikan hari itu, artinya saat di kelas ia tidak menyimak. Lalu ia akan terus begitu apabila orangtua selalu menolong dengan mencarikan informasi kepada guru.

Saya juga menghimbau apabila suatu hari nanti terjadi permasalahan antara anaknya dengan murid lain, atau dengan siapapun, konfirmasikan kepada saya terlebih dahulu. Mengapa saya perlu tegas dengan aturan ini? Karena sepengalaman saya apabila orangtua saling berkomunikasi secara langsung, biasanya konflik justru semakin membesar. Adalah hal yang lumrah bahwa setiap orangtua akan membela anaknya masing-masing saat terlibat masalah. Atau ketika masalahnya dengan guru atau warga sekolah yang lainpun, sifat alamiah manusia akan cenderung membela diri ketika dikonfrontir permasalahan terhadap dirinya. Maka, akan lebih baik apabila wali kelas bisa mencari tahu terlebih dahulu duduk perkara sebenarnya sehingga bisa melakukan mediasi.

Saya juga selalu menyampaikan bahwa saya tidak keberatan dihubungi secara langsung di sekolah, ataupun melalui telepon. Namun sejak awal saya sampaikan, bahwa di luar pekerjaan saya, saya mempunyai kehidupan pribadi. Hal ini penting untuk saya sampaikan, agar orangtua murid paham bahwa saya tidak menutup pintu komunikasi, namun saya juga minta agar kehidupan pribadi saya dihargai. Dengan menyampaikan hal ini secara terbuka mereka akan paham apabila menghubungi saya di luar jam kerja, mungkin saja saya tidak bisa langsung merespon.

Wah…. Banyak sekali ya tuntutan saya terhadap orangtua murid. Tenang saja, selain menuntut saya juga berusaha semaksimal mungkin memberikan hak mereka. Dalam proses pembelajaran saya berusaha selalu peka terhadap perkembangan anak-anak didik saya. Ketika ada perubahan sikap, penurunan prestasi, atau hal-hal di luar kebiasaan si anak maka saya akan secara aktif menghubungi orangtua. Biasanya saya menanyakan apakah perubahan itu juga terjadi di rumah dan apakah orangtua tahu penyebabnya. Ketika orang tua murid juga menyadari perubahan tersebut, biasanya mereka akan bercerita panjang lebar penyebabnya. Dalam hal ini, saya memberi masukan yang saya anggap relevan. Apabila orangtua murid tidak menyadari perubahan si anak, saya biasanya menggali apakah ada kejadian yang tidak biasa terjadi di rumah. Lalu kami berusaha mencari solusi bersama-sama.

Orangtua murid dan guru adalah sama-sama manusia, maka hubungan yang manusiawi di antara keduanya sangatlah mungkin terjalin.

Page 33: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 33

Tidak hanya peduli terhadap masalah, peduli terhadap kelebihan dan pencapaian positif murid juga penting. Malah lebih penting. Karena ketika murid dipuji dan dihargai kelebihannya, ia akan semakin percaya diri. Ketika murid mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, ia akan mendorong dirinya untuk lebih baik lagi.

Semua hal tersebut secara aktif saya komunikasikan dengan orangtua murid. Secara formal, setiap akhir semester digelar Individual Parent-Teacher Meeting. Kegiatan ini sebetulnya adalah pembagian raport, namun raport diberikan kepada orangtua secara private dengan jadwal yang sudah dibuat sebelumnya. Dalam kesempatan ini saya bertemu empat mata dengan orangtua murid, menyampaikan perkembangan sang anak secara keseluruhan, memberikan masukan demi perkembangan di masa mendatang, dan mendengarkan tanggapan orangtua murid.

Semua komitmen yang saya minta dari orang tua murid di hari pertama sekolah tadi, sejatinya adalah usaha saya untuk menyamakan arah kami, menyelaraskan tujuan, dan menyepakati aturan mainnya. Dan semua komunikasi yang saya bangun, merupakan usaha saya untuk mendapatkan kepercayaan dari orangtua murid.

Proses mendapatkan kepercayaan itulah yang tidak mudah. Ketika kami menyepakati aturan main tadi, saya tahu di dalam hati mereka masih banyak keraguan. Apakah saya bisa percaya kepada wali kelas anak saya? Apakah anak saya ada di tangan guru yang benar? Pertanyaaan-pertanyaan itu mungkin ada di benak mereka. Dalam satu tahun ajaran itu saya harus mampu membuktikan bahwa kesepakatan itu membuahkan hasil positif. Namun saya selalu optimis bahwa murid-murid saya bisa berkembang secara positif. Mengapa saya bisa optimis? Karena saya sudah menyiapkan berbagai strategi untuk dilaksanakan di kelas demi tercapainya tujuan pendidikan yang hendak dicapai di kelas kami. Strategi dan kepercayaan diri saya

bahwa proses ini akan berhasil adalah topik yang berbeda dari bahasan ini. Yang jelas, saya bicara kepada murid-murid saya dengan bahasa hati. Saya tulus mencintai, mendidik, dan mendorong mereka menjadi pribadi yang baik. Pembiasaan yang saya lakukan di kelas terhadap murid-murid, biasanya juga berhasil mereka bawa ke rumah. Orang tua melihat buktinya. Kepercayaanpun muncul dengan sendirinya. Selama satu tahun ajaran saya berusaha memenuhi hak orangtua dan murid dengan sebaik-baiknya, sehingga merekapun menghormati hak saya sebagai guru.

Program sekolah yang sehebat apapun tidak akan membuahkan hasil apabila orangtua murid tidak percaya kepada pihak sekolah. Munculnya kepercayaan itu perlu bukti. Bukti itu buah dari usaha bersama guru, murid, dan dukungan orangtua. Maka kembali lagi kuncinya adalah hubungan yang harmonis di antara orang tua dan guru agar proses bisa berjalan lancar hingga bukti itu terlihat. Hubungan yang harmonis ini yang berusaha saya bangun sejak hari pertama sekolah, dengan menetapkan arah dan tujuan yang sama. Ketika arah dan tujuan guru dengan orangtua murid sama, bukan berarti tidak akan ada masalah yang muncul. Namun ketika masalah itu muncul kedua pihak akan mampu merendahkan ego untuk kembali pada tujuan semula, tujuan mulia semata-mata demi kepentingan anak.

Orangtua murid dan guru adalah sama-sama manusia, maka hubungan yang manusiawi di antara keduanya sangatlah mungkin terjalin. Saya berusaha memanusiakan hubungan dengan orangtua melalui kesepakatan bersama sejak hari pertama sekolah.

Page 34: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua34

PRAKTIK CERDASPEMBELAJARAN

Fifin AgustinKGB BandungRumah Main Cikal [email protected]

Penulis

Komunikasi dan Rasa PercayaMerupakan Kunci Sukses Memanusiakan Hubungan dengan Orangtua

Profesi “guru” yang saya emban sekarang terkadang terasa sangat berat, terutama ketika saya memikul tanggung jawab dalam proses perkembangan anak-anak. Kepercayaan orangtua adalah syarat utama, bagaimanapun mereka menaruh harapan besar bahwa anak mereka dapat tumbuh menjadi anak yang lebih baik dalam segala aspek perkembangannya.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa orangtua pun memiliki peranan penting dalam proses perkembangan anak, baik di rumah maupun di sekolah. Belajar dari pengalaman, di sekolah manapun sama saja intinya, yang terpenting adalah bagaimana menumbuhkan kepercayaan antara orangtua dan guru.

Menurut saya, sebagai guru, memanusiakan hubungan dengan orangtua merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan hasil perkembangan belajar anak yang optimal. Kuncinya adalah komunikasi. Jika komunikasi sekolah atau guru dengan orangtua berjalan baik, maka keterlibatan orangtua dalam proses belajar anak di sekolah dapat memberikan efek yang positif.

Ketika saya mengajar anak usia dini di suatu sekolah di Jakarta, ada seorang anak yang berperilaku sering melempar mainan atau memukul teman. Ketika berdoa dia malah berlarian di kelas (di saat anak lain sudah bisa duduk tenang bersama pendamping mereka dalam lingkaran). Ibunya merasa perilaku anaknya tersebut mengganggu kelas, sehingga dia memutuskan untuk berhenti bersekolah. Saya hanya mengatakan pada Ibunya, “Perilaku anak aktif itu wajar, hanya saja kita memang harus mengenalkan aturan kepada mereka, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Baru juga tiga bulan Bu, lanjut saja di term depan, pasti akan kelihatan perubahannya. Percaya deh!” Kemudian Ibu itu akhirnya memutuskan untuk mendaftar dan melanjutkan di term berikutnya.

Percaya tidak percaya, di term berikutnya anaknya mulai mau merapikan mainan, mulai hilang perilaku melempar mainan atau memukul teman, bahkan ia bisa berkata, “Sayang teman

Page 35: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 35

ya!” Sambil mengusap pipi temannya. Hal tersebut terbawa sampai ke rumah. Tentu saja Ibunya merasa bahagia, terharu ia menceritakan perubahan perilaku anaknya tersebut. Hingga akhirnya Ibu itu meneruskan sekolah anaknya hingga selesai di sekolah yang sama.

Belajar dari pengalaman, di awal term agenda saya sudah pasti membuat anak nyaman di kelas dan membuat orangtuanya menaruh kepercayaan. Cara saya untuk membangunnya adalah berkomunikasi dengan orangtua secara langsung bertatap muka, jadi bisa melihat ekspresi lawan bicara apakah senang, marah, sedih, atau bahkan kecewa.

Saya termasuk guru yang jarang berhubungan melalui media sosial atau WhatsApp, karena biasanya orangtua akan membombardir kita dengan banyak pernyataan atau pertanyaan yang kadang di luar jam kerja atau bahkan malam hari ketika kita seharusnya beristirahat. Ketika itu terjadi, saya akan membiarkannya, baru keesokan harinya saya membalas. Hal ini untuk membiasakan orangtua untuk bisa menghargai hak guru sebagai manusia yang sama membutuhkan privasi dan istirahat, kecuali untuk sesuatu yang sangat penting dan mendesak.

Komunikasi bukan sekadar ngobrol saja, lebih dalam dari itu, saya memberikan keyakinan kepada orangtua seperti pada kasus yang saya alami. Ketika orangtua diyakinkan, mereka akan merasa “tidak sendirian” dalam proses belajar anaknya. Mereka merasa punya teman yang bisa diajak berkomunikasi dan dipercaya untuk berproses bersama. Sampai akhirnya kepercayaan itu akan melekat dengan sendirinya dan meluas kepada komunitas dan reputasi sekolah yang menjadi lebih baik.

Komunikasi juga terjalin pada saat saya menyampaikan tugas maupun hasil belajar anak, umumnya pada saat pembagian rapor. Guru dan orangtua akan bertemu pada waktu yang telah ditetapkan sebelumnya dan menyampaikan bagaimana perkembangan anaknya di sekolah. Selain itu, bisa jadi momen yang tepat untuk orangtua terbuka dan menceritakan bagaimana perkembangan yang terjadi pada anaknya di rumah. Jika ada kendala atau kondisi yang kurang sesuai di sekolah dan di rumah, guru dan orangtua dapat mencari solusi bersama. Selain hasil belajar, untuk menyampaikan tugas biasanya dilakukan saat pulang sekolah, ketika orangtua menjemput anak.

Membangun Komunikasidengan Orangtua

Bertemu langsung agar bisa melihat ekspresi

Memberikan keyakinan kepada orangtua

Komunikasi pada saat pembagian rapor

Jangan malu untuk meminta maaf

Melibatkan dalam kegiatan sekolah

Page 36: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua36

Atau ketika saya menerima komplain, baik dari pihak sekolah maupun dari pihak orangtua, komunikasi adalah kunci utama. Tentu saja jika guru mendapatkan komplain dari orangtua, otomatis kepercayaan mereka akan berkurang kepada kita karena kesalahan yang kita lakukan, sekecil apapun itu. Namun jika sebagai guru mampu membangun kembali komunikasi untuk mengembalikan kepercayaan orangtua, itu merupakan hal yang positif.

Jangan pernah malu untuk meminta maaf, sekecil apapun kesalahan yang dilakukan. Dengan begitu di mata orangtua, guru yang berani meminta maaf, dia guru yang bertanggungjawab. Tetapi jangan lupa juga untuk berefleksi dan memperbaiki diri. Kepercayaan sesungguhnya merupakan hal yang sulit untuk dibangun kembali.

Cara lain membangun komunikasi yang baik dengan orangtua adalah melibatkan mereka dalam kegiatan sekolah. Misalnya dalam tugas sekolah, home project yang dibuat anak bersama orangtua misalnya membuat alat musik sendiri untuk kemudian digunakan saat assessment akhir sekolah, anak dan orangtua bermain dengan alat musik yang sudah mereka buat. Selain itu, orangtua juga dapat dilibatkan dalam event sekolah. Misalnya sebagai panitia buka puasa bersama, bazaar sekolah, charity, dan lainnya.

Dari beberapa kasus yang pernah saya alami, untuk memanusiakan hubungan dengan orangtua salah satu cara yang paling efektif adalah melalui komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik akan menimbulkan kepercayaan yang berakibat pada perkembangan proses belajar anak menjadi lebih positif, meningkatkan respek pada profesi guru, dan membangun reputasi yang kuat untuk sekolah di komunitas.

Page 37: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 37

Tantangan lain berkaitan dengan kapasitas adalah kemampuan guru untuk memberdayakan konteks dalam belajar-mengajar. Rumah, jelas konteks yang sangat relevan untuk kehidupan anak. Kemampuan mentransfer apa yang dipelajari di sekolah ke lingkungan rumah jelas merupakan salah satu indikator keberhasilan utama kita dalam pendidikan.

Najelaa Shihab

Page 38: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua38

Pelatihan KGC

Oleh-oleh dari SMP Permata Hati Pur-wokerto : Untaian, Semangat, Cerita & Warna

Oleh : Kornelius Irwanto

Senang dan menyenangkan buat kami, tim Kampus Guru Cikal (KGC), bisa berjumpa dan belajar bersama dengan guru-guru hebat di SMP Permata

Hati Purwokerto, Banyumas Jawa Tengah ini. Ada rasa kengen dan selalu ingin bertemu, layaknya muda-mudi yang sedang kasmaran, selalu ingin bersama terus menerus. Nah,mungkin ini yang dibilang love at the first sight…..”jatuh cinta pada pandangan pertama” dengan kesederhanaan dan ketulusan yang dimiliki para guru ini dalam mengajar murid-murid di sana.

Kesempatan perkenalan KGC dengan rekan-rekan hebat di SMP Permata Hati ini, merupakan prakarsa Yayasan Lari Nusantara untuk memberikan pelatihan dan mengembangkan kemampuan mengajar para gurunya. Telah hampir 6 bulan tepatnya proses belajar bersama kami lakukan. Berbagai topik pelatihan dan pelajaran untuk guru (guru merdeka belajar, kurikulum merdeka belajar, penerapan kurikulum pendidikan dan disiplin positif); untuk orang tua dengan memberikan pendidikan keluarga mengenai hubungan reflektif dan disiplin positif; dan pelatihan untuk murid juga telah diberikan dengan melakukan aktifitas langsung terkait keterampilan seni dan keterampilan berteman (sosialisasi) sambil bermain.

Untuk mengobati rasa kangen dan rindu buat segera bertemu, setiap bulan tim KGC hadir di SMP Permata Hati. Menggunakan moda transportasi kereta api menempuh ratusan kilometer dengan memakan waktu 4 -5 jam di perjalanan hingga akhirnya tiba di tempat tujuan. Menyusuri Kota Purwokerto yang terkenal akan “mendoan”-nya, kaki ini dengan semangatnya menuju Sekolah tempat pertemuan kami. Panas dan teriknya matahari tidak menyurutkan langkah kami menuju ke sana. Apa yang dilakukan tim KGC selama di

Purwokerto? Pastinya akan banyak oleh-oleh yang kami dapat, berupa untaian semangat, cerita dan warna.

Ketulusan & Kegigihan GuruBerasal dari tempat tinggal yang berbeda, belasan guru ini datang untuk mengajar di Sekolah SMP Permata Hati. Salah satunya adalah Pak Eno, yang mengajar Teknologi Informasi & Komputer, setiap hari membutuhkan waktu 3 jam dalam perjalanan pulang pergi dari rumahnya menuju ke sekolah. Tidak menyurutkan dan mengurungkan hatinya untuk selalu melaju kendaraannya menuju sekolah tercinta. Ada pula Ibu Gayuh yang sudah hampir 5 tahun menjadi guru di SMP Permata Hati, dengan ketulusan, kesungguhan dan kegigihannya menjadi pendidik di sekolah ini. Berawal dari pengajar les anak-anak yang tinggal di sekitar lingkungannya, hingga akhirnya berani mengajukan diri kepada ketua yayasan untuk bergabung mengajar dengan melakukan berbagai pendekatan yang baik kepada murid dan bahkan orang tuanya. Pun dengan Ibu Yani, serta semua pendidik di sekolah ini, sekolah yang berada di gang sempit namun ke lapangan hati orang yang berada di dalamnya melebihi luasnya samudra. Dengan hanya puluhan siswa namun mampu mempunyai berjuta cerita setiap harinya . Mereka menghindari rasa marah karna lebih dari separuh murid tidak masuk hanya karena hujan. Justru tambah bersemangat melihat murid yang telah berhasil melawan rasa malas mereka dan mengalahkan hujan. Dari murid dengan keunikannya ini membuatku belajar apa arti keistimewaan di balik keterbatasan, demikian ujar Ibu Yani.

Dengan profil guru di sana, tepat kiranya semangat KGC untuk memberikan dukungan pada guru dalam mengembangkan kompetensi, mendampingi guru untuk mempraktikkan hasil belajar ke ruang kelas dan

Page 39: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 39

membantu guru melakukan perubahan praktik pengajaran yang berdampak positif. Diharapkan para guru setelah mendapatkan berbagai pelatihan ini untuk mengasah keterampilannya sehingga menjadi guru yang semakin merdeka dan berdaya. Modal ketulusan dan kegigihan yang membungkus semangat mereka sebagai guru untuk terus menjadi pelajar sepanjang hayat.

Hubungan Reflektif & Disiplin PositifSudah seharusnya orang tua juga memiliki peran yang baik dalam lingkungan sekolah, tempat anak mereka menjadi murid di sekolah tersebut. Tugas dan tanggung jawab orang tua bukan hanya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah, karena merasa sudah membayar uang pangkal, uang bayar bulanan ataupun uang kegiatan murid lainnya. Tugas orang tua bukan hanya membayar saja, tapi juga memiliki tugas yang sama besarnya seperti sekolah. Orang tua tidak hanya datang ketika pihak sekolah memanggil karena anaknya bermasalah di sekolah, dan bahkan ketika dipanggil ke sekolah malahan menyalahkan guru dan lingkungan sekolah atas masalah anaknya tersebut. Orang tua juga tidak hanya hadir ketika pembagian raport di tengah tahun ataupun di akhir ajaran sekolah. Sudah seharusnya orang tua secara rutin bekerja bersama dengan pihak sekolah untuk mendukung program-program sekolah. Orang tua yang bisa bekerja sama dengan guru dan pihak sekolah merupakan pendukung lingkungan kondusif sehingga anak akan mendapatkan manfaat yang lebih banyak dari sekolah. Dan secara signifikan tugas orang tua dan sekolah menjadi merata.

KGC, menggandeng Organisasi Keluarga Kita mengedukasi orang tua murid SMP Permata Hati. Dua buah materi sudah diberikan, yaitu Hubungan Reflektif yang membahas semua hal tentang hubungan antar orang dewasa di sekitar anak yang perlu dikelola dengan baik untuk mendukung tercapainya anak yang bahagia. Selain itu juga membahas mengenai pola pengasuhan masa lalu dan sifat bawaan, pentingnya sensitif terhadap kebutuhan anak dan di saat yang bersamaan juga perlu sensitif terhadap kebutuhan diri sendiri, teknik komunikasi yang menjadi kunci utama hubungan yang baik. Penerapan disiplin juga diajarkan yang tujuannya adalah kemandirian anak. Adapun disiplin positif mengambil beberapa topik bahasan berisi panduan kesepakatan orangtua dan anak, hukuman vs konsekuensi dan sogokan vs dukungan.

Dari pelatihan ini, banyak cerita yang didapat dari orang tua terkait pelatihan ini. Sebagai contoh, orangtua bercerita tentang tantangan sehari-hari yaitu hambatan komunikasi dan pemahaman oleh anak berkebutuhan khusus. Tips yang diberikan adalah dengan membuatnya secara konkret agar mudah dipahami anak dan dilakukan secara berulang dengan konsisten. Cara ini akan membantu penerapan secara efektif. Masih banyak cerita seru lainnya, harapannya dengan selalu berkomunikasi dan bekerja sama dengan sekolah akan memberikan dampak yang besar pula untuk pertumbuhan dan perkembangan anak mereka.

Mengasah Keterampilan MuridSetiap murid memiliki keunikan. Tidak ada satu murid tampak sama dengan murid yang lain, karena kemampuan mereka berbeda. Karena keunikannya maka guru perlu mempersiapkan

Kelas Hubungan Reflektif dan Disiplin Positif

Murid Permata Hati belajar Membuat Pop Up bersama Pak Niamil Hida dari

KGB Pekalongan

Murid Permata Hati belajar tentang Origami

Page 40: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua40

materi ajar yang beragam sesuai dengan keunikan murid tersebut serta mampu mengapresiasi mereka. Para murid di SMP Permata Hati juga diberikan beberapa kegiatan untuk mengasah keterampilannya, yaitu keterampilan terhadap seni dan keterampilan berteman. Dengan ragam aktifitas yang menarik, kegiatan ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang menyenangkan.

Dalam melakukan kegiatan seni yang dipandu oleh Bapak M.Niamil Hida, dengan mengajarkan keterampilan seni 3 dimensi membuat kertas POP UP. Dimulai membuat garis di atas kertas, melipat, menggunting sehingga hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan oleh masing-masing murid berupa bentuk hewan atau ada yang membuat namanya sendiri. Kelas lainnya adalah fotografi, murid diajarkan cara memegang kamera, mengatur zoom, fokus dan pencahayaan.

Semetara itu, kegiatan berstruktur juga diberikan kepada murid saat pelajaran keterampilan berteman yang dipandu oleh Ibu Irene Puti Damayanti ini mulai diajarkan. Para murid yang telah dibagi ke dalam beberapa kelompok diminta untuk menyusun bentuk bangunan 2 dimensi dari potongan origami yang berbentuk kotak, jajaran genjang, segitiga (tangram). Di awal kegiatan dijelaskan bahwa tujuan kegiatan adalah bekerjasama (bersama menyelesaikan tugas yang diberikan) dan berpikir (menemukan cara bagaimana membentuk gambar yang ditampilkan guru menggunakan potongan origami). Komunikasi antar

anggota kelompok terlihat saat diminta menentukan nama kelompok, beberapa kelompok menentukan nama secara bersama, ada 2 kelompok yang perlu dibantu menentukan nama karena kemampuan berkomunikasi terbatas.

Kegiatan berstrukstur kedua, murid mendapat tugas untuk mengekspresikan diri menggunakan kertas gambar dan cat warna. Instruksi yang diberikan adalah murid bebas menentukan gambar/tulisan apa yang ingin mereka tuangkan di kertas lalu setelah selesai diminta menceriitakan apa yang digambarnya. Guru menyampaikan tujuan kegiatannya berkreasi (mengekspresikan diri melalui gambar/tulisan) dan berbagi (di dalam kelompok menggunakan cat bersama). Kegiatan berlangsung 30 menit. Ada beberapa yang perlu dibantu untuk menentukan pilihan apa yang ingin digambarkan di kertas. Semua murid mendapat kesempatan untuk tampil dan menunjukkan gambarnya. Ada murid yang bisa memberikan penjelasan mengenai gambar yang dibuat, ada yang hanya menyebutkan apa yang ditulis atau dibantu memberikan rujukan kata yang dipakai untuk menggambarkan karyanya.

Respon murid dalam menerima materi sangat beragam. Ragam ini merupakan warna-warna yang memiliki arti dan keunikan tersendiri. Warna yang akan selalu tampak indah dan nyata, seperti warna pelangi.

Page 41: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 41

Playground of MinangPerayaan Belajar Murid yang Bermakna

Playground merupakan perayaan belajar murid yang mengintergrasikan antara pelajaran, minat bakat, budaya Indonesia dan aksi sosial

yang berkontribusi terhadap kualitas pendidikan Indonesia. Pada tahun ini, Cikal Playground memilih Minang sebagai fokus yang dipelajari para murid sehingga disebut sebagai Playground of Minang. Kegiatan ini melibatkan murid, guru, orangtua dan manajemen dari Rumah Main Cikal, Sekolah Cikal dan Kampus Guru Cikal.

Guru merancang proses belajar yang memandu murid mempelajari pelajaran dan mengembangkan minat bakat yang terintergrasi dengan budaya Minang. Hasil belajarnya berupa karya dan pertunjukan yang ditampilkan di hadapan orangtua. Tiket masuk pergelaran Playground of Minang dan hasil lelang karya murid digunakan untuk membiayai aksi sosial.

Aksi sosial Playground of Minang adalah Pengembangan Literasi di Sumatera Barat khusunya Kabupaten Pesisir Selatan yang harapannya berdampak pada 2.000 anak. Bentuknya berupa pelatihan guru yang mempelajari 3 topik : Guru Merdeka Belajar, Memanusiakan Hubungan di Ruang Kelas dan Pengajaran Literasi. Selain itu, ada penyerahan bahan bacaan dan pelatihan pengembangan bahan bacaan.

Guru merancang proses belajar yang memandu murid mempelajari pelajaran dan mengembang-

kan minat bakat yang terintergrasi dengan budaya Minang.

Hasil karyanya berupa karya dan pertunjukan yang ditampilkan di hadapan orangtua.

Orangtua menonton pergelaran dengan memba-yar tiket masuk dan uang yang terkumpul untuk

aksi sosial

Page 42: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua42

8 Ide KegiatanSekolah yangMelibatkanOrangtua

1.PARAS (Parents on Class)Orangtua murid yang sudah dibagi sesuai jadwal akan merasa-kan menjadi guru sehari. Mereka boleh memberikan berbagai macam jenis kegiatan ke anak. Boleh pengenalan profesi atau boleh apa saja.

2.Biorama (Bioskop Ramah Anak)Orangtua bersama-sama membuat screening tontonan anak baik kartun maupun apapun.

3. SHEP (School Home Engagement Project)Anak-anak belajar di rumah salah seorang relawan orangtua. Orangtua tersebut menjadi fasilitator bagi anak-anak.

4. Kegiatan Galeri Anak CeriaKegiatan anak, orangtua, dan guru. Seperti membuat mural di tembok belakang sekolah. Orangtua, anak dan guru saling berkolaborasi membuat mural.

5. Kerja BaktiGuru orangtua bersama-sama melakukan seuatu untuk sekolah, seperti membersihkan parit, memgugar musala, mengecat se-kolah, dll.

6. Sehari Bersama AyahAnak-anak bekerjasama dengan ayah mereka membuat craft dan lain sebagainya.

7.Healthy Food DayOrangtua menyiapkan makanan sehat yang terjangkau dan bua-tan rumah setiap bulan sekali. Makanan sehat tersebut dimakan bersama seluruh murid.

8.Presentation dayKegiatan unjuk diri di depan orangtua. Seperti kegiatan drama musikal, dari proses sampai penampilan orangtua dilibatkan.

Page 43: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 43

Ide KegiatanSekolah yangMelibatkanOrangtua

VERBATIMTEMU PENDIDIK BULANAN

Page 44: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua44

Moderator : Sebelum kita masuk sesi pertanyaan mau tanya sedikit, bagi para nasumber bisa memberi paparan singkat kalau kita bicara mengenai hubungan antara orang tua dan guru, kira-kira hubungan yang bagaimana sih?

Lia Tirta : Hubungan orang tua dengan sekolah dan guru kalau buat kami cuma satu kata saja si ‘komunikasi’ jadi semuanya bisa dikomunikasikan.

Moderator : Jadi hubungan guru dengan orang tua itu intinya adalah komunikasi, Bu Susan mungkin punya pendapat lain?

Elisabet Indah S. : Sebagai orang tua di sekolah dan orang tuanya yang di rumah kita itu tidak terpisahkan, dalam arti memang kita harus satu jalan, satu langkah untuk sama-sama membantu anak didik.

Moderator: Tak terpisahkan ya ibarat dua sijoli, nah kalau dari kacamatanya Yulia Indriyati sebagai orang tua bagaimana?

Yulia Indriyati : Kalau saya melihatnya guru itu adalah teman kolaborasi yang paling tepat ya. Sebagai orang tua apalagi seperti saya ibu pekerja yang di hari-harinya anaknya sekolah sampai pulang sekolah sayanya masih bekerja, saya bergantung banyak sih pada guru, seperti yang Lia Tirta itu bilang komunikasi itu perlu pada dua pihak yang bekerjasama untuk bisa membantu anak-anak kita menghadapi tantangan hari-harinya.

Moderator : Nah kalau dari Mas Bukik gimana nih pengalaman dengan banyak guru di komunitas guru belajar pasti punya suatau hal yang menarik untuk disampaikan?

Bukik Setiawan : Relasi guru dengan guru dan orang tua itu adalah relasi yang kompleks tidak hanya dipengaruhi oleh motif dua belah pihak saja tapi juga kebiasaan lembaga dan kebijakan. Jadi sering kali terutama di Indonesia peran orang tua secara kebijakan diabaikan. Adanya kebijakan yang mengatur seharusnya ada peran orang tua itu banyak yang tidak efektif. Kemudian lembaga untuk penangan itu juga baru diperkuat 3 tahun 4 tahun terahir. Sehingga kalau mendengar cerita guru-guru di grup lebih banyak mendengar cerita yang rumit bukan karena intensi kedua belah pihak, tapi memang konteks kebiasaanya itu selama ini diabaikan, jadi karena diabaikan maka akan ada banyak persoalan di sana.

Moderator : Jadi kalau saya simpulkan ini menarik sekali yang disampaikan mas Bukik, jadi ada banyak sekali potensi persoalan di situ ya?

Bukik Setiawan : Iya, jangankan orang tua sama guru ya, kita sama pasangan saja sudah banyak potensi masalah. Setiap relasi itu selalu ada potensi persoalan apalagi kalau terbentuk awalnya juga ada banyak motifnya. Saya mencatatnya paling tidak ada 4 motifnya yang paling banyak itu motif terpaksa. Orang tuanya terpaksa karena tidak ada sekolah lain di situ “Ya sudahlah mau gimana lagi sekolahnya adanya ini berati aku harus berhubungan dengan sekolah itu harus berhubungan dengan guru juga” Seperti itu. Kalau ini adalah sekolah satu -satunya bisa jadi gurunya juga seperti itu, gurunya dalam posisi terpaksa “Ya bagaimana juga aku harus menerima anak itu harus menerima orang tua anak itu sebagai partnerku”. Jadi posisi pertama itu sama sama terpaksa, karena ini banyak dan sering kali orang tua dengan guru itu sama-sama merasa jadi korban. Jadinya “Iya saya sudah melakukannya tapi nggak bisa karena?,

Apa adegan pendidikan yang hilang di filmIndonesia?

Adegan yang hilang adalah penderitaan anak- anak di ruang kelas, karena tidak bisa menikmati proses bela-jar, tidak bisa menikmati kemerdekaan belajar. karena di Indonesia guru itu selalu suci

Adegan yang hilang adalah adegan

Belajar dari Anak.

4 Motif Relasi Guru - Orangtua

TERPAKSA

PenyebabOrangtua terpaksa memilih sekolah karena tidak ada pilihan lain.DampakGuru dan orangtua sama-sama menjadi korban.Guru dan Orangtua saling menyalahkan.

Harta

PenyebabGuru merasa dibayar orangtua, tidak bisa bersikapprofesionalDampakGuru seperti pembantu memenuhi semua keinginanorangtua.

Page 45: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 45

kalau ngomong sama orang tua karena gurunya kalau ngomong sama guru karena orang tuanya. Kebanyakan kasus seperti itu karena terpaksa jadi tidak berdaya merasa menjadi korban sehingga menyalahkan pihak lain dan itu terjadi kedua belah pihak bukan disalah satu pihak saja.

Yang kedua karena harta, biasanya orang tua powernya lebih besar, guru powernya lebih kecil. Sehingga relasi guru sama orang tua itu seperti guru itu sekadar orang bayarannya orang tua yang memenuhi segala kebutuhan orang tua. Kemarin saya wawancarai seorang guru “Iya ya pak jadi nggak ada bedanya guru dengan baby sister kalau gitu”, Seperti itu jadi karena harta misalnya sekolah itu menerima anak gimanapun juga itu karena orang tuanya membayar mahal, orang tuanya juga merasa sudah bayar guru mahal.

Berikutnya ada yang karena gengsi. Orang tua memasukkan anaknya ke sekolah karena gengsinya. Guru atau sekolah mencari orang tua yang dijual juga gengsinya, tapi yang punya gengsinya sekolah jadi biasanya power-nya sekolah lebih besar dan lebih mendikte. Orang tua sudah nggak usah ikut-ikut, yang penting apa kata sekolah apa kata guru itu yang di ikuti, apa keputusan sekolah itu yang udah itu orang tua ikut aja.

Dan yang terakhir karena apa dong? Kira kira karena apa? Uang sudah, terpaksa sudah, gengsi sudah, biasanya karena cinta gitu kali ya. Karena ingin mendidik anak-anaknya, mendidik anak untuk menjadi lebih baik, berpihak pada anak. Jadi urusan beda dengan yang tadi kalau tadi karena soal uang, soal terpaksa soal gengsi kalau ini sama-sama bahwa kebutuhan anak yang jadi subjeknya. Dua belah pihak bisa mengalah selama itu

berpihak kepada kebutuhan anak. Silakan direfleksikan kira kira motifnya bisa masuk di mana, terpaksa, harta gengsi atau karena cita.

Moderator : Saya mau tanya sih ke teman-teman guru dulu, memang seberapa besar sih hambatannya komunikasi dengan orang tua ingin dengar ceritanya atau mungkin pengalaman terkait dengan hal itu?

Elisabet Indah S. : Pengalaman hambatan bekerjasama dengan orang tua dihadapi itu kalau kita nggak mengenal jadi semua interaksi , semua kolaborasi mulainya dari kita saling mengenal si sebenarnya. Jadi kalau kita nggak kenal yang ada jadinya praduga, “Kalau dilihat ibu ini kenapa ya kok kalau ketemu aku jutek banget ya, nggak mau kenal”. Dimulai dari situ sih, itu hambatanya di sana kalau kita nggak kenal ya kita nggak tahu. Buat mengenal itu butuh waktu berarti harus memang sering bicara harus sering berkomunikasi ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengenal orang tua lebih. Di awal tahun ajaran baru aja kita sudah saling mengenal dengan , example addresing the name kita nggak panggil orang tua dengan mama A atau mama B tapi dengan namanya sendiri.

Moderator : Memang apa Bu dampaknya kalau misalnya kita manggil nama orang tua dengan namanya sendiri?

Elisabet Indah S. : Iya memang itu namanya salah satu memanusiakan hubungan. Menerima dia sebagaimana pribadinya dia bukan sebagai mamanya si A si B, jadi kita terbiasa untuk mulai menyebut orang tua dengan bu Yulia atau bapak namanya masing masing. Kita awali dengan ketika di awal ajaran baru kita mengirim email memperkenalkan diri, perkenalan nanti saya yang

Gengsi

PenyebabSekolah mempromosikan aspek gengsi kepadaorangtuaDampakSekolah seolah mempunyai kekuasaan lebih besar.Orangtua dituntut penuh pada kemauan sekolah.

Cinta

PenyebabOrangtua dan sekolah fokus pada kebutuhan anak.DampakOrangtua dan guru membangun relasi salingpengertian demi kebaikan anak.

Page 46: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua46

akan jadi wali kelasnya putra putri bapak-ibu. Sebenarnya sih sambutannya beberapa orang tau akan menerima dan akan membalas. Nah dari itu akan berlanjut ke komunikasi komunkasi yang lain sih.

Moderator : Pertanyaan saya kan tugas guru itu ngajar murid, saya yakin kalau guru itu kebanyakan pandangan umumnya adalah nyiapain pelajaran gimana ngajarnya? Kok kenapa harus segitunya sampai harus ngasih tahu orang tua saya gurunya juga harus ngasih tahu history secara umum orang tua gimana, itu ribet bu.

Elisabet Indah S. : Memang tugasnya jadi lebih berat dari sekadar ngasih pelajaran karena kita kan memang percaya bahwa proses pembelajaran itu punya nilai buat anak-anak, proses pembelajaran itu tidak cuma dikerjakan di kelas. Proses pembelajaran itu terjadi di luar tembok sekolah termasuk juga kalau sudah di rumah di komunitasnya. Makanya saya pikir penting juga untuk melibatkan orang tua untuk urusan perkembangan anaknya, jadi memang kalau kita partner kolaborasi PR-nya jadi semakin banyak tapi itu work it kok, ketika gurunya mau berkomunikasi dengan guru orang tuanya mau memberikan umpan balik ada hal-hal yang ditemukan lebih pada perkembangan anaknya.

Moderator : Kalau Lia Tirta gimana?

Lia Tirta : Hambatanya kayaknya banyak ya, pertama mungkin kalau dari kita saja dua guru misalnya mungkin punya persepsi yang berbeda, orang tua pun mungkin akan punya persepsi yang berbeda terhadap gurunya. Dua mungkin dari awal mungkin kalau dari bu Susan sendiri sudah mengirimkan email kalau di kami ada parents welcoming days. Sebelum hari anak-anak masuk. Itu saja mungkin sama seperti sekolah yang lain tidak semua orang tua hadir, itu sudah suatu hambatan tersendiri. Padahal di hari itukan waktunya untuk mengenal siapa gurunya, apa sih programnya satu tahun ke depan untuk anaknya. Intinya di situ juga guru dan orang tua sama-sama nih sepakat misi dan visinya bareng agar dalam prosesnya juga kita jalannya bisa bareng itu pun sebenarnya untuk anaknya , hambatannya disitu.

Kemudian yang ketiga banyak banget ya mungkin orang tuanya sendiri yang mungkin ada yang single parent atau bagaimana, yang akhirnya kendalanya di waktu entah itu tidak bisa hadir atau nanti kedepannya juga bagi raport saja kadang kadang nggak hadir, dari awal saja sudah tidak hadir.

Moderator : Tadi ada yang menarik parents welcoming days, itu tuh dugaan saya seperti hari di mana orang tua datang kemudian cerita, boleh di-share, mungkin temen-temen yang nonton belum terlalu tahu ada kegiatan apa saja di hari itu mungkin bisa menjadi inspirasi buat teman-teman Bu?

Lia Tirta : Di hari itu jadi semua orang tua dipanggil sebelum di-invite guru. Biar tahu kelasnya di mana anaknya, nanti sama guru siapa, awalnya diawali dengan pertemuan dengan kepala sekolah. Jadi kepala sekolah itu menyampaikan visi dan misi sekolahnya seperti apa secara umum, tapi yang jelas tujuannya untuk kebaikan siswa. Lalu apa yang diharapkan sekolah apa yang diharapkan guru kemudian nanti para orang tuanya di-invite oleh gurunya masing-masing di dalam kelas. Kami memperkenalkan

Memanusiakan Hubungandengan Orangtua

Hai Pak Baja,

bagaimana kabarnya?

Aisah suka bercerita

kalau di kelas

tentang pekerjaan

Bapak.

Eh iya Bu,

Aisah juga cerita

kalo Bu Mega

ngajarnya

juga menyenangkan

Dimulai dari hal yangpaling kecil dan mudah.

Tidak memanggil orangtua “Ibunya si A, Bapaknya si C”Tetapi dengan memanggil

namanya sendiri“Ibu Amelia, Bapak Rudi”

Menerima dia sebagaimana pribadinya dia bukan sebagai

mamanya si A si B

Page 47: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 47

kelas mungkin seperti kelas tour ya, “Hallo saya akan mengajar di tahun ini programnya seperti ini”, Jadi ada program yang diceritakan ke orang tua mau ngajarin apa saja secara global. Harapan guru dengan program ini orang tua bisa ikut berpartisipasi untuk membantu guru sama-sama untuk meng-edukasi anak anak, jadi edukasi yang diberikan tidak hanya mendidik anak kita tapi juga mendidik orang tua, karena di sini yang berperan bukan hanya guru-guru tapi orang tua juga.

Moderator : Ini menarik sekali tadi Bu Susan banyak bercerita soal apa saja yang bisa kita lakukan untuk punya komunikasi yang baik dengan orang tua. Tadi juga bu Lia cerita soal teknis-teknis bagaimana untuk memperkenalkan apa yang akan diajarkan di kelasnya kepada orang tua tersebut, Kalau dari Yulia Indriyati kalau dengar guru-gurunya berusaha mmelibatkan orang tua dengan seperti itu apa yang dirasakan?

Yulia Indriyati : Mungkin ada orang tua yang inginnya menyerahkan saja, “Sudah lah ini pokok tugasnya guru” seperti yang tadi sudah dibilang orang tua sudah nyekolahin merasa sudah percaya karena sekolah bagus sudah menjadi tugasnya guru. Orang tua tidak ingin tau. Tapi sebenarnya banyak juga orang tua yang peduli dan ingin tau apa yang terjadi di sekolah meskipun masih perlu banyak edukasi untuk itu. Terus terang kalau saya sendiri sebagai orang tua kalau mau naik ke tahun ajaran baru berpikir “Wah ini gurunya siapa ya?” Ada pertanyaan itu, kan ya, tapi kita sebagai orang tua nggak bisa memilih sama guru yang mana, mau pengalamannya seperti apa dan kalau saya memilih percaya. Jadi modalnya hubungan orang tua dan guru itu adalah saling percaya.

Sering kali isunya itu sudah ada rasa tidak percaya satu sama lain atau saling curiga jadi orang tua sudah curiga. Nanti kalau dapat informasi misalnya “Yang ngajar bu ini pak itu ?”. Jadi orang tua sudah punya pandangan seperti itu. Hal yang tidak bisa dipungkiri si realita yang terjadi kita pun kalau berelasi dengan siapapun akan punya asumsi-asumsi, tapi saya merasa kalau kita percaya dengan suatu sistem di sekolah bahwa ada evaluasi

dan selalu ada kesempatan untuk bisa menjadi lebih baik, kita jadi percaya sama dengan gurunya untuk bisa berkolaborasi. Hal tersebut tidak bisa saling menunggu, bisa aja si kita menunggu informasi dari sekolah misalnya “Saya yang akan ngajar dan sebaginya.” Tapi sebenarnya orang tua bisa yang maju duluan, tapi kalau teman-teman guru di sini berharap maju duluan yang juga harusnya membuka diri memberikan gestur bahasa tubuh, menunjukkan bahwa kita akan kerja bareng. Kita percaya bahwa akan sama-sama mencapai tujuan anak itu bisa dibangun, jadi sama kayak hubungan dua sejoli tadi modalnya saling percaya dulu jadi yang negatif-negatif itu dibuang dulu.

Moderator : Ini menarik sekali ya dari apa yang bu Yulia katakan ada satu kata kunci yang selalu diulang ulang tentang trust, percaya.

Saya mau tanya sama mas Bukik, memang ada apa sih antara kepercayan antara relasi guru dengan orang tua kira-kira bagaimana berdampak pada anak?

Bukik Setiawan : Percaya itu yang pertama saling mengenal. Kedua percaya itu hanya akan lahir jika ada sesuatu yang konsisten, dari pola yang berulang jadi guru kalau konsisten sering kali menayakan kabar. “Oh ya gurunya menayakan kabar hari ini jam sekian” Kalau itu konsisten maka akan percaya, bagitu juga sebaliknya dari orang tua, “Oh orang tua ini selalu tanya pada hari Jumat sore jam sekian,” Ketika itu berulang ulang, jadi merasa kedua belah pihak bisa memprediksi apa yang biasa dilakukan orang lain jadi saling percaya.

Sayangnya dalam kondisi sebagian besar terpaksa tadi itu kemudian merasa jadi korban tidak ada yang bergerak atau pun kalau ada yang bergerak ada yang mendahuli start dalam hubungan kadang-kadang tidak cukup sampai membangun suatu konsistensi misalnya ”Kemarin kan sudah coba gini” baru sekali berusaha jangan berharap sudah percaya harus sampai konsisten. Berulang dan membentuk pola sehingga orang lain menduga ini akan tanya sendiri dari pada nanti bingung mending nanti disisipkan dulu, lalu apa manfaatnya

Yah wali kelasnya

si guru itu!

Duh nggak enak banget!

Di rumah udah di ajarin

ini itu. eh di sekolah

malah jadi nggak

karuan! Huh!

Aduuuh

tahun ajaran baru ini

bakal ketemu

orangtua itu lagi!

capek aku!

Di sekolah udah diajarin

macem-macem.

Di rumah orangtuanya

nggak peduli

Bagaimanaagar

guru danorangtua

saling percaya?

Page 48: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua48

buat anak ? Orang tua itu pendidik utama guru sehebat apapun selalu jadi yang kedua. Kalau pendidik pertama dan pendidik kedua tidak kompak itu akan ruwet, bapak ibu nggak kompakan ruwet, orang tua dan guru yang tidak kompakkan itu juga ruwet. Sering kali perilaku-perilaku yang diharapkan dibagun di sekolah tidak bangun di rumah, sebaliknya perilaku yang ingin dibangun di rumah tidak dirawat dibangun di sekolah sehingga kedua belah pihak sama –sama merasa capek. “Gimana sih maunya ini aku kan sudah susah susah begini kok ternyata malah yang sana nggak melakukan”. Itu asli akan sama-sama capek bukan hanya salah satu kalau anda merasa capek, sebenarnya tidak sendirian. Kalau Anda menjadi guru merasa capek pasti percayalah orang tua pasti juga merasa capek, kalau Anda sebagai orang tua merasa capek sama guru juga merasa capek. Sama ya kalau kita punya teman kalau sudah tidak percaya sudah bete kalu lihat kalau kita ketemu sudah bete, sama sana juga akan bete kalu lihat kita,

Moderator : Ada satu pertanyaan menarik, ini pertanyaan dari Bu Amiroh dari SMA Alkamah Rembang, di Jawa Tengah. Gimana sih menyikapi orangtua yang tidak peduli dengan perkembangan anak di sekolah?

Yulia Indriyati : Sebenarnya kan sekolah punya mekanisme sendiri misalnya kayak temen guru ada yang punya welcoming days jadi sebelum ada ajaranan baru dimulai ada ketemu dengan orang tua dulu, kalau bu Susan ada yang mengrim email memperkenalkann diri,. Di pembahasan yang lalu saya pernah tau kalau orang tua nggak peduli kita percaya karena nggak ada relasi dan sebenarnya cara membangun relasi dengan orangtua dari tidak peduli menjadi peduli kita sepakat relasi dan kepercayaan kita bisa menggunakan cara-cara ala orang indonesia. Jadi orang tua itu kalau dilibatkan

sama guru , ada kecurigaan misalnya kalau dipanggil guru ada kecurigaan anaknya bermasalah kalau nggak ada masalah, nggak ada pertemuan jadi sudah berpola sudah takut duluan. Yang kedua ada juga kalau dipanggil ke sekolah khawatir ada mintain duit. Ada juga yang dari prespektif orang tua saya takut kalo dipanggil ke sekolah itu ada iuran yang harus dibayar ini pengalaman dari ketemu orang tua juga dari berbagai lapisan latar belakang situasi dan kondisi jadi kalau membangun relasi ala-ala orang indonesia harusnya guyub.

Mungkin kalau tadinya pertemuannya di ruang kelas terus habis itu di ruang serbaguna sekolah yang bentukknya formal yang mungkin yang satu ada yang sambutan menyampaikan sesuatu duduknya menghadap ke depan semua bisa diganti dengan sarapan bareng mungkin makanannya bawa masing-masing terus makan bareng dan duduknya melingkar. Habis itu bisa dibangun sisi relasinya, itu satu hal atau kalau lebih ekstrem lagi sebenarnya sih lebih efektifnya disamperin. Orang tua kalau dalam situasi benar- benar tidak pernah datang. Tapi kalau kita sebagai guru kalau sangat kepengen punya interaksi apalagi kalau ingin masalahnya selesai sama satu anak ini mau tau gambarannya ya kita nyamperin orang tua anak ini. Itu yang saya bilang sebenarnya cara-cara orang indonesia yang bisa diselesaikan dengan cara makanan ya disamperinBukik Setiawan : Di sisi guru juga harus chek niatnya apa sih, kenapa sih berusaha menangani dan mengatasi anak itu niatnya apa, apakah ingin membantu anaknya itu memperbaiki perilakunya , atau sebenarnya perilaku murid itu mengganggu nama baik sekolah, kalau intensinya takut menganggu nama baik sekolah susah untuk bangun relasi dengan orang tua kalau ngomong anak sebagai jembatan tadi yang memang harus mulai dari niatnya dulu niatnya memang utuk membantu

Membangun KepercayaanGuru - Orangtua

Merobohkan dinding negatif

Berusaha untuk saling kenal

Ada pola yang konsisten

ContohGuru menanyakan kabar anak kepadaorangtua pada hari Jumat di sore hari.Ketika aktivitas tersebut berulang dan

konsisten akan terbentuk kepercayaan.

Saling kompak dalam mendidik

Page 49: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 49

anaknya untuk berkembang melalui anak kemudian membangun relasi ke orang tua jadi refleksi dulu niatnya apa? Apakah semata mata menjaga nama baik sekolah atau ingin membantu anak .

Moderator : Ada tanggapan lain mungkin? Apakah kita harus punya kesepakatan tertulis cap dengan orang tua atau mungkin pengalaman Bu Susan tentang kesepakaan ?

Elisabet Indah S. : Tidak perlu kayaknya ya bu Unun, tapi perlu disepakati kita sama orang tua, sama-sama dewasalah. Ya tidak perlu menandatangani kesepakatan tertentu, ketika kita sudah bertemu di awal tahun ajaran kita sudah tau akan dibawa ke mana.

Bukik Setiawan : Perjanjian dan kesepakatan itu ada dua fungsi , yang pertama dia sebagai panduan untuk berprilaku bersama, kemudian ada fungsi yang lain, fungsi mengancam. Kadang ada yang kalau tidak dilakukan akan gini-gini. Saya tidak percaya fungsi mengancam itu akan berjalan, seringkali akhirnya tipikalnya menjadi berbeda, kalau kesepakatan, jadi alat pemandu perilaku bersama. Seringkali pointnya itu memang efektif, sedikit, relevan. Jadi bisa dibayangkan kira-kira bagaimana melakukannya, sedangkan kalau perjanjian itu sesuatu hal yang bersifat normatif yang sudah seharusnya seperti itu jadi bukan teknis, normatif yang kadang juga ancamannya kadang juga ada tanda tangan dan materai karena fungsinya mengancam saya tidak percaya ini akan jalan karena bagi guru maupun orang tua perjanjian ini tidak mempengaruhi interaksi sehari hari dan tidak mempengaruhi apa yang bisa dibicarakan dengan orang tua, kapan bisa ngobrol antara orang tua dan guru melalalui media apa itu biasanya tidak ada di situ.

Jadi kalau ada yang di saya ada surat perjajian di cek dulu perjanjian yang fungsinya lebih ke hal-hal yang mengancam atau fungsinya sebagai panduan perilaku.

Moderator : Berdasarkan apa yang saya tangkap tadi justru ini point yang penting adalah relavanya ya terkait dengan apa yang berlaku sehari hari di sekolah?

Bukik Setiawan : Iya betul relavan dilakukan sehari-hari apa yang dilakukan guru apa yang dilakuan oleh anak apa yang dilakukan oleh orang tua.

Moderator : Nah saya mau lanjut ke pertanyann selanjutnya jadi kalau dalam situasi sehari-hari yang guru sering hadapi itu ada orang tua yang sangat tidak peduli lalu sebenarnya apa sih yang perlu dilibatkan, saya mau tanya ke bu Lia, Bu Susan. dan mas Bukik apa yang perlu kita libatkan dalam proses belajar di sekolah itu peran orang tua yang harus diberikan cara melibatkannya apa dan bagaimana?

Elisabet Indah S. : Biasanya kita mengkomunikasikan si idealnya, sedang belajar apa caranya bagaimana, apa yang diharapkan dari orang tua dan bisa membantu dengan apa? Bisa melalui buletin misalnya yang bisa dikeluarkan tiap waktu atau yang simple ngasih PR. Kalau orang sudah punya keterlibatan orang tua akan chek kok, anak saya sudah sampai mana ya, sebenarnya PR sendiri diberikan bukan sekadar anaknya ada kerjaan di rumah si tapi lebih sebagai bentuk komunikasi orang tua dengan pihak sekolah bahwa

Bagaimana menyikapiorangtua yang tidak

peduli denganperkembangan anak

di sekolah?

Lagi deadline pekerjaan kantor

ini sekolah malah manggil.

anakku bermasalah apa sih?

Welcoming days

Sekolah mengundang orangtua sebelumtahun ajaran. Memperkenalkan

tentang visi-misi sekolah,membuat kesepakatan bersama,

berkenalan dengan guru-guruterutama wali kelas.

Kirim pesan elektronik

Guru mengirim pesan elektronik melalui mediayang bisa digunakan seperti email, whatsapp

sebagai perkenalan dirinya.

Membangun relasi dengan dengan cara-cara orang Indonesia.

Mungkin kalau tadinya pertemuannya di ruang kelas terus habis itu di ruang serbaguna sekolah yang bentukknya formal yang mungkin yang satu ada yang sambutan menyampaikan

sesuatu duduknya menghadap ke depan semua bisa diganti dengan sarapan bareng mungkin makanannya bawa masing-masing

terus makan bareng dan duduknya melingkar

Page 50: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua50

anaknya sudah sampai di mana , dan PR yang diberikan juga tujuannya buka buar nge-driil tapi buat mengulang kembali dan memberikan informasi kepada orang tunya lagi belajar apa caranya gimana?

Atau home project misalnya ngasih contoh misalnya di kelas sedang belajar pola pengubinan di sekolah sudah diajarin konsepnya diajarin artinya apa menemukan, kemudian di rumah tinggal kembali konsep yang mereka pelajari di sekolah jadi our school project namanya di mana anak sama orang tuanya belajar, jadi kita komunikasinya ke orang tuanya bahwa kami sedang belajar ini anak diberi tugas untuk mencari pola pengubinan di linngkungan rumah misalnyaa. Jadi orang tua itu tahu bahwa “Oh lagi belajar ini”, Nanti kita juga minta feed back ke orang tua apa pendapatnya ibu kira-kira waktu anaknya belajar ini ada kesulitan apa? Jadi ketika orang tuanya tahu anaknya lagi belajar apa, kitapun akan tau feed back ketika anak ini melakukan di rumah.

Bukik Setiawan : Kalau guru menganggap orang tua adalah partner maka sepatutnya guru menberitahukan mau ke mana hubungan kita, mau ke mana tujuan pembelajaran semester ini, mau kemana tujuan ini akan menuju. Ngakunya partner mitra guru yang punya tujuan pembalajaran KKM , tetapi tidak pernah dikomunikasikan ke orang tua, berartikan bukan partner kayak antarsupir sama penumpang, penumpang juga tahu tujuan kok ya, jadi tujuan pembelajaran kompetensi keterampilan pengetahuan apa yang ingin dipelajari apa yang di target semester ini memang harus disampaikan ke orang tua sehingga sebagai partner mitra punya pandangan yang sama mungkin itu satu hal perlu dilakukan.

Moderator : Banyak pertanyaan yang bagaimana membuka komunikasi dengan orang tua kalau dari tadi yang kita bicarakan tentang strategi, terus pemahaman guru yang harus dimiliki harapannya semoga sesi ini mebantu teman -teman sekalian untuk memanusiakan hubungan antara guru dan orang tua sehingga dampak yang bisa diberikan ke anak jauh lebih baik, mungkin sebelum kita tutup boleh minta clossing dulu statetmen dari masing pembicara singkat saja mungkin satu atau paling banyak 3 kalimat mengenai relasi guru dan juga orang tua apa yang penting diketahui untuk punya hubungan yan memanusiakan?

Elisabet Indah S. : Memanusiakan hubungan antara guru dan orang tua dimulai dari intensi dan rasa percaya, ketika itu sudah didapat yang dibutuhkan selanjutny adalah konsistensi.

Lia Tirta : untuk memanusiakan hubungan sama seperti seperti hubungan partner kalau kita lebih memanusiakan seperti yang saya sudah bilang komunikasi dari situ akan bertumbuh sendirinya dari rasa percaya dan kedekatan Yulia Indriyati : kalau dr sisi orang tua si intinya kalau guru ingin berkomunikasi dengan orang tua kontak aja, jadi memang sudah dimulai kalau ada yang mau di omongin, omongin aja nggak usah pusing dengan responnya gimana.

Bukik Setiawan : Relasi guru dan orang tua bukan relasi antara pembeli dengan penjual lombok tapi relasi antara dua orang manusia yang memiliki kebutuhan karekteristik masing masing tiap anak unik tiap orang tua juga unik jadi memang harus saling mengenal mungkin terkesan merepotkan tapi percayalah kerepotan kerepotan itu akan menghindarkan kita dari kerepotan kerepotan yang jauh lebih besar.

RelasiGuru-Orangtua

bukan Seperti RelasiPembeli-Pedagang Lombok

Tetapi relasiantardua orang manusia

Memberitahukan ke manaarah dan tujuan pembelajaran

Saling mengenalsatu sama lain.

Menyadari setiap orangtua unikdan memiliki kebutuhan

yang bebeda

Percayalah kerepotan ini

akan menghindarkan kepada

kerepotan-kerepotan

yang lebih besar.

Page 51: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 51

RelasiGuru-Orangtua

bukan Seperti RelasiPembeli-Pedagang Lombok

Tetapi relasiantardua orang manusia

VERBATIMTEMU PENDIDIK BULANAN

Page 52: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua52

Apa adegan pendidikan yang hilang di filmIndonesia?

Adegan yang hilang adalah penderitaan anak- anak di ruang kelas, karena tidak bisa menikmati proses bela-jar, tidak bisa menikmati kemerdekaan belajar. karena di Indonesia guru itu selalu suci

Adegan yang hilang adalah adegan

Belajar dari Anak.

Analogi Relasi Guru - Orangtua

Moderator : Kita akan mulai dengan topik hari ini yaitu melibatkan orangtua di sekolah. Kita tahu relasi guru dan orangtua tu penting. Tapi dari diskusi dengan teman-teman di Komunitas Guru Belajar, merasa banyak hambatan dalam menerapkan keterlibatan orangtua di sekolah. Sebagai pembuka, kalau keterlibatan orangtua di sekolah dijadikan analogi, sebagai apa sih? Dan kenapa?

Saya beri contoh ya, keterlibatan orangtua di sekolah tu seperti air, karena setiap hari dibutuhkan, memberikan kesegaran untuk proses belajar di kelas bersama anak-anak.

Baginda Silalahi : Hubungan guru dan orangtua di sekolah ibarat saklar listrik, listrik dan lampunya. Kenapa, karena saklar listrik ini kalau tidak dihidupkan lampunya tidak akan hidup. Jadi saklar listrik ini bagaikan gurunya, listrik bagaikan orangtuanya, dan lampu itu adalah anak didiknya.

Moderator : Jika diibaratkan di kelas, lampu itu diibaratkan apa Pak?

Baginda Silalahi : Kalau dalam konteks kelas, lampu yang menyala adalah murid yang aktif, aktif bertanya, belajar, senang terhadap pelajaran, senang terhadap guru.

Moderator : Jadi kalau nggak ada saklar dan listriknya nggak bisa jalan?

Baginda Silalahi : Iya nggak bisa jalan, anaknya juga jadinya pasif, pendiam.

Rosmayanti Mutiara : Kalau menurut saya buku dan alat

tulisnya si. Buku yang putih bersih, diberi tulisan, warna oleh orangtua dan guru. Buku tersebut berwarna karena guru dan orangtua. Menandakan anak semakin kaya.

Moderator : Tapi dorongan nulisnya ada ya Bu?

Rosmayanti Mutiara : Ada pastinya, jadi bukan karena ditulisin oleh orangtua.

Moderator : Kalau menurut Bu Elaa?

Najelaa Shihab : Analoginya seperti pertandingan bola, pemainnya tetap anaknya. Kalau kita bilang sukses atau tidaknya subjek utamanya adalah anak. Kita guru itu kadang-kadang sebagai wasit, kadang-kadang sebagai coach. Tapi orangtua posisinya adalah supporter. Jadi orangtua adanya di luar lapangan, yang bisa membuat pemain semakin bersemangat, bisa juga membuat pemain nggak tumbuh motivasinya. Dan itu juga memperlihatkan subjek utama bukan hanya di guru, bukan saja orangtua, tetapi bekerja bersama untuk kesuksesan pemain-pemain ini.

Moderator : Menarik sekali, pertanyaan saya, jikalau tidak ada penonton apakah masih bisa menang?

Najelaa Shihab : Dari pengalaman menjadi suporter bola, tidak ada penonton membuat pertandingan tidak akan sama. Perannya jelas, jika pemain bermain di lapangan kosong dibandingkan dengan bermain di lapangan dengan penuh suporter.

Moderator : Mengangkat topik ini banyak sekali pertanyaan, sebernarnya bagaimana sih melibatkan orangtua dalam konteks di sekolah. KIta sudah tahu, kalau urusannya sama sekolah pasti berhubungan

Air

Keterlibatan orangtua di sekolah tu seperti air, karena setiap

hari dibutuhkan, memberikan kesegaran untuk proses belajar di

kelas bersama anak-anak.

Aliran ListrikIbarat saklar listrik, listrik dan lampunya. Kenapa,

karena saklar listrik ini kalau tidak dihidupkan lampunya tidak akan hidup. Jadi saklar listrik ini bagaikan gurunya, listrik bagaikan orangtuanya,

dan lampu itu adalah anak didiknya.

Page 53: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 53

dengan kepala sekolah, guru, jika konteksnya rumah jelas orangtua. Namun bagaimana konteks di sekolah, tetapi orangtua terlibat? Pak Baginda silakan, sekalian perkenalan...

Baginda Silalahi : Saya mengajar di SD Plus Permata Ihsan, Kecamatan Soleang Kabupaten Tangerang. Dalam melibatkan walimurid yang pernah kita lakukan adalah membuat komuniytas wali murid, yang tujuannya adalah wali murid ini cinta juga terhadap sekolah, cinta juga terhadap pendidikan. Jadi bukan sekadar “Ini anakku tolong dong, dididik supaya pintar… kalau nggak pintar awas lho…” . Jadi tidak sekadar itu, seenggaknya orangtua terlibat “Ini programnya bagus… ini tujuannya seperti ini”. Oleh karena itu kita membuat komunitas, yang alhamdulilah masih berjalan dari tahun 2015 sampai sekarang.

Moderator : Kegiatannya apa saja tu Pak kalau boleh tahu?

Baginda Silalahi : Karena ibu-ibunya di sana sukanya senam, pengajian, jadi kegiatanya disesuaikan dengan kesukaan. Mereka senam setiap minggu pagi, mereka pengajian. Jadi waktu mereka datang, bukan sekadar senam, bukan sekadar pengajian, kita dari sekolah juga memberikan edukasi bahwa pendiidkan itu seperti ini lho.. . Dan Alhamdulillah mereka udah mulai berubah.

Moderator : Jadi ada perubahan pada diri orangtua?

Baginda Silalahi : Ada, jadi mereka makin cinta terhadap sekolah, kemudian mendukung program-program sekolah yang dulunya bodo amat.

Moderator : Kalau Bu Yanti nih yang merupakan kepala

sekolah, memiliki pengalaman serupa atau berbeda?

Rosmayanti Mutiara : Kurang lebih sama ya. Bedanya mungkin kita (Sekolah Cikal) sudah berjalan cukup lama. Sudah melewati banyak proses. Mulai dengan memperkenalkan sekolah itu seperti apa, mengenalkan konsep belajar di Cikal seperti apa, untuk memancing orang tua terlibat. Sekarang prosesnya sudah jauh lebih baik. Artinya orangtua sudah sangat sadar bahwa keterlibatan orangtua akan sangat membantu anak. Karena kembali ketika bicara sekolah, subjeknya tetap anak, orang-orang yang di luar sangat membantu untuk tumbuh kembang anak. Sekarang malah orangtua lebih aktif, memiliki inisiatif untuk terlibat di dalam kegiatan di sekolah. Untuk mencapai itu prosesnya memang sangat panjang.

Moderator : Apakah memang benar ada pengaruhnya keterlibatan orangtua di sekolah Bu?

Najelaa Shihab : Sebetulnya di antara berbagai faktor yang memperediksi kesuksesan anak. Keterlibatan orangtua yang paling berpengaruh sih. Kalau misalnya kita lihat di banyak penelitian, analisa faktor atau meta analisa dari banyak penelitian diantara berbagai faktor seperti fasilitas di ruangan kelas, teknik mengajar guru. Keterlibatan orangtua salah satu faktor utama yang mempengaruhi. Walaupun ada dua, keterlibatan orangtua sebelum anak masuk sekolah yang biasanya terjadi di usia dini yang akan mempengaruhi kesuksesan anak sesudah ia masuk di dalam kelas. Dan juga keterlibatan orangtua yang ada di dalam proses sekolah.

Moderator : Jadi keterlibatan sebelum dan sesudah ya Bu?

Buku dan Alat TulisOrangtua dan guru bagaikan alat tulis yang

bersama saling mewarnai keunikandari sebuah buku.

Pertandingan BolaAnaloginya seperti pertandingan bola, pemainnya tetap anaknya. Kalau kita bilang sukses atau tidaknya subjek utamanya adalah anak. Kita guru itu kadang-kadang sebagai wasit, kadang-kadang sebagai coach. Tapi orangtua posisinya adalah supporter. Jadi orangtua

adanya di luar lapangan, yang bisa membuat pemain semakin bersemangat, bisa juga membuat pemain

nggak tumbuh motivasinya. Dan itu juga memperlihatkan subjek utama bukan hanya di guru, bukan saja orangtua,

tetapi bekerja bersama untuk kesuksesan pemain-pemain ini.

Page 54: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua54

Siklus KontribusiOrangtua dalam

Pengalaman Belajar Anak

Najelaa Shihab : Iya ya… bahkan kalau kita lihat data risetnya dan juga pengalaman ini terjadi di Cikal, keterlibatan orangtua bukan hanya berpengaruh kepada anaknya sendiri, tapi juga berpengaruh kepada anak lain yang ada di sekolah itu, mempengaruhi budaya dan ekosisitem sekolah. Jadi ini bukan seperti fardhu ain pada anaknya masing-masing, namun fardhu kifayah untuk semuanya sebagai bentuk keterlibatan.

Budaya termasuk kerja manajemen sekolahnya menjadi lebih baik, kemudian sekolahnya juga berkontribusi kepada konteks komunitasnya menjadi lebih baik. Jadi ini bukan hanya bicara prestasi anak per individu, namun efek bagi ekosisitem pendidikan.

Moderator : Untuk Bu Yanti, ada nggak sih Bu hasil yang dirasakan dari proses melibatkan orangtua di sekolah?

Rosmayanti Mutiara : Sebenarnya cukup banyak ya, jika kita bicara konteks anaknya langsung jika orangtua terlibat, yang jelas tadi ya berprestasi. Namun yang membuat anak merasa nyaman bahwa “Aku tahu orangtuaku datang ke sekolah,untuk tahu aku belajar apa, untuk tahu aku hari ini ngapain sih.” Ini jika seperti tadi langsung berhubungan dengan anaknya. Jika orangtua menjadi tamu, orangtua tidak hanya menjadi orangtua bagi si anak, namun menjadi narasumber bagi komunitas yang ada di sekolah. Misalnya kita bicara tentang sains, ternyata sains itu ada dalam kehidupan sehari-hari lho. Yang kita undang bukan seorang scientis, namun orangtua murid yang profesinya misalnya Chef.. koki, karena dari kegiatan dari profesi itu, sains juga banyak sekali. Si anak dari si orangtua happy, orangtua dari si anak juga merasa senang karena berkontribusi, karena aku bisa berbagi kepada lebih banyak anak. Anak yang lain juga “Oh hari ini ada mamanya…. Mamamu seru banget ya sharingnya…”. Si anak ini juga membawa cerita kepada orangtuanya ketika di rumah. Aktivitas ini menjadi lingkaran yang menyenangkan. Orangtua ini juga akan bercerita kepada orangtua lain “Peran kita tidak hanya menjadi orangtua bagi anak kita lho, kita bisa memberikan kontribusi lebih banyak. Untuk oranglain, untuk masyarakat yang lebih besar, karena kan tujuannya adalah ke pendidikan yang lebih besar.

Moderator : Kalau yang saya tangkap tadi adalah kontribusi dalam pengalaman belajar, jadi sebenarnya orangtua bisa berkontribusi kepada pengalaman belajar anak. Menjadi narasumber, dan itu memberikan dampak bukan hanya ke anaknya, tapi juga ke diri orangtuanya, anak-anak yang lain dan juga orangtua yang lain. Kalau saya lihat seperti ada pengalaman berhasil.

Rosmayanti Mutiara : Dan pada saat ditanyakan si orangtuanya merasa senang sekali “Ih ternyata saya bisa ya!” dan mereka juga bisa merasakan bagaimana menjadi seorang guru “Ternyata susah ya jadi guru itu, ternyata menarik perharian anak susah ya…!” Seperti di kelas usia dini, bagaimana orangtua melakukan story telling di depan anak, membuat anak tertarik, ternyata bisa belajar hal baru juga. Jadi tumbuh rasa menghargai juga, trustnya juga makin tumbuh.

Moderator : Kalau tadi Bu Yanti bercerita pengalaman berhasil, saya tanya ke Pak Baginda, ada pengalaman gagalnya nggak Pak? Atau ada pengalaman sulitnya nggak Pak?

Orangtua menjadinarasumber di kelas

Anak dari orangtua tersebut menjadi

senang karenaorangtuanya

berbagi.

Anak lain jugamerasa senang.

Menceritakanke orangtuanya

Ibumu tadi bagusbanget njelaskantentang memasak

Membuat orangtualain juga inginterlibat dalamproses belajar.

Seru bangetberbagi di kelasbanyak belajar

hal baru.

Keterlibatan orangtua bukan hanya berpengaruh kepada anaknya sendiri, tapi juga berpengaruh kepada anak lain yang ada di sekolah itu, mempengaruhi budaya dan ekosisitem sekolah

Page 55: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 55

Baginda Silalahi: Kalau pengalaman sulit lumayan banyak ya, karena walimurid di sekolah saya mayoritas pekerjaanya petani atau buruh pabrik yang bekerjanya shift, dia diajak ke sekolah nggak mau karena capek kerja. Jadi tantanganya adalah bagaimana mengajak mereka untuk mau datang ke sekolah. Jadi kita buat kegiatan yang benar-benar merakyat, dengan itu mereka merasa tertarik. Kalau di sana, pengajian menjadi salah satu yang luar biasa, kalau ada pengajian aku harus datang. Oleh karena itu maka sering-seringlah kami mengadakan pengajian, maka orangtua datang.

Moderator : Ada pertanyaan dari Bu Novi di Kalimantan, kebanyakan orangtua di sini bekerja di kebun karet, agak sulit melibatkan orangtua di sekolah. Ini masalah umum yang dihadapi guru dan teman-teman di sekolah. Menurut Bu Elaa ada nggak sih yang salah dipahami, yang membuat ini lebih sulit dalam melibatkan orangtua?

Najelaa Shihab : Hambatannya kita sering merasa bahwa sebagian orangtua tidak bisa dan tidak mau datang ke sekolah. Padahal alasan orang untuk tidak terlibat ada banyak. “Nggak datang tu, bukan karena nggak mau datang, misalnya karena kesulitan waktu.” “Nggak datang bukan karena nggak sayang sama anaknya, tetapi karena mungkin dia memiliki pengalaman buruk di sekolah.” Alasan dia nggak datang ke sekolah “Jangan-jangan nanti dimintain sumbangan.”. Orangtua tersebut sebagaimana murid juga memiliki pengalaman pengalaman bersekolah, karakter, minat, bakat dan situasi di dalam kondisi dirinya yang sebutulnya mempengaruhi interaksi yang tepat dengan sekolah, dengan guru itu, seperti apa.

Itu sebenarnya perlu disadari, sama seperti kita merencanakan proses pendidikan pada masing-masing murid. Proses pendidikan keluarga di sekolah juga perlu direncanakan. Hal-hal yang disesuaikan tadi seperti menyesuaikan dengan konteks, kegiatan-kegiatan kerakyatan yang sudah sesuai dengan lingkungan. Itu satu contoh yang sudah sesuai perencanaan kemudian berhasil.

Tetapi jika sekolah tidak mengganggap itu sebagai perencanaan, tidak menganggap pendidikan keluarga itu penting, cuman “Yang penting ngadain aja deh, yang datang berapapun”. Tidak ada proses refleksinya, apa yang lebih efektif pada akhirnya menjadi sulit.

Jadi komunitas yang belajar sepanjang hayat, yang merdeka ya semuanya, ya gurunya, ya anaknya, ya orangtuanya. Orangtua sebenarnya mau dan bisa, namun strategi untuk mencapai itu juga berbeda. Buat masing-masing level pasti berbeda.

Moderator : Itu menarik sekali, ada pertanyaan lanjutan dari bu Fitriati Purwo di Jakarta Selatan. Apakah parents teaching masih cocok untuk peserta didik SMP?

Najelaa Shihab : Masih cocok, tetapi jawabannya kembali lagi, mungkin itu cocok di situasi tertentu. Dan tidak bisa juga sepanjang perjalanan semuanya parents teaching. Mungkin itu cocok untuk divariasikan dengan cara tertentu dan cocok untuk orangtua tertentu. Mungkin ada orangtua yang cocok diajak nyanyi saat upacara bendera, atau ada orangtua yang mengajak untuk memugar musala, orangtua yang lain mengajarkan main bola atau menari. Jadi variasi bentuk pendidikan keluarga dan pelibatan orangtua juga menjadi bagian yang penting untuk menentukan kesuksesan programnya. Selain di pengajaran, orangtua juga bisa terlibat dalam proses perencanaan, menentukan arah. Juga di proses penilaian, orangtua bisa juga terlibat. Membantu memastikan terjadi transfer dari proses belajar di sekolah ke rumah, ke kebun atau ke pasar pada saat mereka sama-sama.

Jika dalam tiga tahap itu dilaksanakan dengan baik, maka akan ada banyak variasi bentuk pelibatan orangtua di sekolah. Pertanyaanya, apakah 100% akan terlibat? Tidak, misalnya yang ikut 10 pada kegiatan A, 10 pada kegiatan B maka masing-masing akan senang.

Moderator : Pertanyaan berikutnya, sejauh apa orangtua

“Bukan karena nggak bisa dan nggak mau orangtua datang ke sekolah. Ada banyak faktor yang mempengaruhi.”

Beberapa faktor :1. Pengalaman buruk saat sekolah dulu.2. Minat dan bakatnya kurang.3. Situasi kondisi yang kurang memungkinkan untuk datang ke sekolah.

“Sama halnya seperti guru merencanakan pembelajaan bagi masing-masing murid. Pendidikan keluarga di sekolah juga perlu direncanakan. Disesuaikan dengan konteks, disesuikan dengan lingkungan yang ada.”

Page 56: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua56

terlibat? Orangtua bisa ikut ngecat, ikut ngajar, lalu apa peran gurunya?

Baginda Silalahi : Walaupun orangtuanya datang, mengajar. Peran guru tetap ada, mendidik. Itu yang nanya kerjasama. Bukan orangtua datang, gurunya santai-santi di kantor. Bukan begitu.

Rosmayanti Mutiara : Sekolah sudah memtakan aktivitas dalam satu tahun , yang mana ada aktivitas melibatkan orangtua. Ada aktivitas yang ada hubungan dengan sekolah, ada juga ativitas yang berhubungan dengan komunitas luar. Ada aktivitas yang waktunya fleksibel, ada aktivitas yang waktunya menyesuaikan sekolah, orangtua bisa memilih yang bisa. Kenapa orangtua mau terlibat? Karena panduan yang dibuat sekolah jelas, komunikasi yang dilakukan jelas,

Moderator : Kalau Bu Elaa gimana lihatnya?

Najelaa Shihab : Kalau ditanya batasan, kembali lagi ke kepentingan anaknya ya. Kapan itu berlebihan, itu kalau sudah merugikan anak. Misalnya keterlibatan orangtua pada saat anak ada konflik dengan anak yang lain. Mungkin ada batasan di usia tertentu kita ingin anak bisa menyelesaikan konfilknya sendiri. Jadi kita tahu, jika pelibatan orangtua merugikan satu anak atau semua anak berarti itu batasannya. Dalam konteks yang lain, “Oh ternyata dengan kehadiran orangtua, anak mendapat narasumber yang lebih banyak, ternyata sumber daya dalam belajar menjadi lebih baik, berarti itu adalah sesuatu yang positif.Kembali lagi tujuannya adalah anak.

Moderator : Kegiatanya jenisnya apa aja sih?

Rosmayanti Mutiara : Jenisnya cukup banyak ya, selain tadi menjadi narasumber, misalnya kita mengadakan mini olimpic, orangtua bisa menjadi wasitnya. Atau saat kita bikin event, kita berikan tujuannya apa, panduannya apa, misalnya membuat pergelaran drama, orangtua tidak hanya menjadi penonton, bisa juga menjadi panitia.

Najelaa Shihab : Dalam Temu Pendidik Nusantara orangtua murid Cikal juga banyak terlibat.

Moderator : Jadi bagi yang belum tahu, waktu Temu Pendiidk Nusantara banyak guru dari berbagai daerah yang tinggal di rumahnya orangtua. Orangtua daftar untuk ketempatan guru-guru selama Temu Pendidik Nsuantara.

Jadi memang bentuknya macam-macam ya, bisa menjadi panitia, supporter, terlibat dalam proses pembelajaran, jenisnya bisa itu. Saya mau menlajutkan, karena masih terhubung. Biasanya di sekolah kan ada komite, namun komite kecenderunganya lebih kepada mengkritik daripada membantu?

Najelaa Shihab : Jadi gini, kalau kita balik ke harapan semua orangtua terlibat, salah satu bentuknya adalah kritik. Kalau tujuanya adalah untuk anak, maka kita

tidak boleh antikritik. Harus melihat bahwa kritik adalah bentuk umpan balik yang sebetulnya dibutuhkan oleh ekosistem sekolahnya, tetapi kemudian kita bisa melihat, mana kritik yang membangun, mana kritik yang merupakan isu pribadi yang dibawa ke sekolah, tujuannya menjatuhkan. Itu memang proses belajar yang perlu terjadi baik pada guru maupun kepada orangtua.

Yang kedua kalau kritik kan,sebagian besar inisiatifnya lebih dari orangtua, yang ingin saya sarankan sekolah secara aktif memang membuka jalur-jalur komunikasi yang memungkinkan kritik itu tersalurkan dengan cara yang baik. Misalnya melakukan survei dengan orangtua secara reguler, forum-forum yang membahas proses perbaikan yang perlu terjadi di sekolah dan forum itu terbuka. Dan kita proaktif juga untuk emndapatkan umpan balik dari orangtua. Dan orangtuanya harus banyak, bukan orangtua itu-itu aja yang ada dalam komite sekolah untuk mendapatkan gambaran yang utuh. Saling terbuka, komunikasi dua arah itu yang ingin kita tumbuhkan. Kritik tanda sayang.

Moderator : Kemudian ada pertanyaan dari Bu Hayu Raras dari Komunitas Guru Belajar Sragen, kalau dari tadi kita berbicara bagaimana bentuknya, bagaimana jenisnya sekarang kalau ada isu contohnya anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, bagaimana caranya melibatkan orangtua dalam proses tersebut?

Rosmayanti Mutiara : Kalau yang sudah kami lakukan, kembali lagi ke komunikasi terbuka. Saat kita menemukan ada kesulitan yang dialami anak, yang pertama adalah harus secepatnya. Jangan ditunda-tunda. Saat anak ada kesulitan, kita coba dengan berbagai cara, ternyata masih belum bisa. Pertama kita undang orangtua, untuk mencari informasi “Diceritakan kondisinya, lalu ditanya hambatan yang ada, kemudian di kroscek kalau di rumah seperti apa” Supaya kita bisa menentukan action plan berikutnya, kemudian menentkan aktivitas apa yang bisa dilakukan di sekolah, apa yang bisa dilakukan di rumah. Dan melakukan aktivitas reguler “Kalau di rumah akan seperti ini, kalau di sekolah akan seperti ini?”

Moderator: Jadi, bukan hanya sekali bertemu saja ya Bu?

Rosmayanti Mutiara : Tidak, bisa dilakukan lebih sering. Tanggapan orangtua juga berbeda-beda, ada yang kaget, ada juga yang “Aku seneng banget dikasih tahu…”

Moderator : Kesulitan belajar tu macam-macam bentuknya dan muncul pada periode yang berbeda-beda. Seberapa clear itu harus disampaikan ke orangtua, mengingat pemahaman orangtua juga terbatas mengenai hal tersebut, yang kedua apa tahapan-tahapannya, atau komunikasi seperti apa yang sebaiknya disampaikan?

Najelaa Shihab : Kalau kita bicara setting komunikasi guru dan orangtua, satu prinsip yang juga penting adalah ini hubungan profesional. Hubungan profesional

Page 57: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 57

berarti guru ini profesional dalam bidang belajar, dalam bidang pendidikan dan sebagainya. Seperti yang disampaikan tadi, kita datang dengan data, kita punya catatan yang menunjukkan kita itu akuntable, punya tanggung jawab dalam profesi ini. Kemudian kita, baca dulu secara riset itu seperti apa. Jadi ini itu, pakai ilmu sebetulnya.

Saya sering menemukan guru-guru yang kesulitan berkomunikasi dengan orangtua, karena bukan orangtuanya juga, melainkan kita yang belum bersikap profesional. Ketika guru bersikap profesional itu sangat menenangkan bagi orangtua, jika kita bersikap terlalu personal, nggak enak ngomongnya, nanti orangtuanya sedih, kalau aku salah gimana. Sikap-sikap personal itu yang membuat kita tidak bisa bersikap profesional, dan memberikan kepercayaan kepada orangtua.

Di dalam sekolah, ini pun bebannya bukan beban seorang guru saja. Juga peran pimpinan sekolah, konselor sekolah, atau psikolog sekolah. Jadi program untuk anak yang kesulitan belajar, bukan program ke anaknya saja, tetapi juga ke orangtuanya.

Moderator : Ada pertanyaan dari instagram, keterlibatan orangtua di luar sekolah apa ya?

Rosmayanti Mutiara : Jika di rumah, bisa membangun disiplin positif bersama anak. Itu kan dilakukan di sekolah juga, bagaimana membangun rutinitas yang baik. Nah bagaimana itu juga bisa dilakukan di rumah, seperti membuat kesepakatan. Kalau di rumah misalnya “Kesapakatanya apa sih, dari dia bangun tidur, sekolah sampai dia tidur lagi tu

apa aja yang bisa dilakukan orangtau di rumah.” Ini juga untuk melatih keterampilan hidup si anak yang di sekolah diajarkan agar konsisten juga dijalankan di rumah. Orangtua diajak terlibat agar memiliki pengetahuan bagaimana si dunia orangtua, dunia pendidikan. Dan itu sangat membantu orangtua.

Baginda Silalahi : Mungkin kalau dari saya, tantanganya supaya mencapai itu. Nggak semua orangtua mau mengikuti yang dibilang guru. Ada orangtua yang “Aku mendidik anak seperti ini caranya,...” Nah ini yang menjadi tantangan.

Najelaa Shihab : Ingin menanggapi yang disampaikan pak Baginda tadi. Kembali lagi, kalau dalam pertandingan bola ada supporter yang susah, ada supporter yang mendukung, tapi balik lagiyang kita tuju adalah kesuksesan anaknya. Jika peran supporternnya bermasalah, wasit dan coachnya makin semakin penting, jauh lebih susah. Namun sesulit apapun hubungan itu, kita akan berusaha melakukan untuk anak. Jika anak tidak mendapatkan dukungan dari rumah, maka peran kita jauh lebih penting.

Moderator : Bagaimana jika orangtua membicarakan keburukan sekolah bukan di sekolah namun di luar sehingga menimbulkan rumor tentang sekolah yang negatif?

Najelaa Shihab : Pertama jangan menyalahkan orangtuanya. Kalau sekarang tingkatan orangtua masih kurang bisa datang ke sekolah dan menyampaikan langsung. Itu pasti bukan salahnya satu pihak, itu pasti ada faktor lain juga “Mungkin

Keterlibatan Orangtua di dalam Sekolah

Perencanaan pembelajaran

Prosespembelajaran

Penilaian

Seorang guru akan menyampaikan materi tentang

transportasi, kemudian mengajak orangtua untuk berdiskusi merencanakan

penyampaian materi nanti akan seperti apa.

Kelas akan mengadakan field trip, guru meminta orangtua untuk membantu mencarikan lokasi yang sesuai kebutuhan

belajar anak.

Guru menjadi narasumber dalam sebuah materi.

Namun sepanjang perjalanan tidak semuanya parents teaching, bisa

divariasikan.

Karena tidak semua orangtua cocok pada kegiatan tersebut. Divariasikan cara, divariasikan

yang cocok dengan orangtua.

Memugar MusalaMenyanyi Saat Upacara Bendera

Melatih Sepakboladan sebagainya

Membantu memastikan terjadi transfer dari proses belajar di sekolah ke rumah, ke kebun

atau ke pasar pada saat mereka sama-sama.

Page 58: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua58

kita kurang sering… mungkin komunikasi kurang…” Itu gunanya melibatkan orangtua dari awal. Melibatkan pada kegiatan yang positif sebelum ada masalah.

Moderator: Ada pertanyaan, bagaimana dengan PR?

Rosmayanti Mutiara : Pr itu di kami merupakan bentuk melibatkan orangtua dalam proses belajarnya anak-anak. PR itu sebenarnya latihan kan ya? Bukan untuk menambah beban si anak. Sebagai komunikasi guru kepada orangtua “Ini lho yang sedang dpelajari si anak..” Ada PR yang gunanya sebagai latihan, ada juga PR sebagai project pelibatan orangtua di rumah. Salah satu bentuk komunikasi salah satu bentuk pelibatan.

Najelaa Shihab : Yang perlu hindari, kalau membicarakan strategi belajar mengajar apapun ialah simplifikasi. Kita tidak bisa bilang PR membebani, PR itu bermanfaat atau efektif buat anak. Karena kembali lagi, PRnya seperti apa. Dan itu yang sulit untuk kita mempraktikkan sehari-hari.

Saya akan memulai dari, tujuan PR apa sih? Tujuan PR itu ialah transfer, transfer konteks. Bicara yang namanya proses belajar. Tingkah laku anak terjadi tidak hanya dalam satu konteks, apapun. Dia disiplin di rumah, dia disiplin di sekolah. Dia bisa menghitung listrik, dia juga bisa menghemat energi. Jadi transfer yang dipelajari di sekolah ke rumah. Dan itu juga mendukung fungsi komunikasi tadi.

Pertanyaanya, setiap kita memberi PR apakah menuju tujuan itu atau ada tujuan lain, misalnya nggak sempet di sekolah makanya dibawa ke rumah. Pertanyaan kedua, apakah kita mengecek, apakah orangtua dapat umpan balik tidak, atas hasil PRnya. Seperti tadi Bu Unun bilang “Insturksi sudah jelas atau tidak…” “Koordinasi antarguru jadi kebanyakan atau tidak…” “Kemudian anak dapat PR dari guru dalam waktu bersamaan….” Banyak sekali unsur-unsur di PR ini menjadi strategi belajar yang efektif. Orangtua juga perlu pendidikan nih tentang PR, karena banyak yang merasa PR anak menjadi PR-nya.

Moderator : Sebelum mengakhiri sesi ini, saya boleh meminta closing statement.

Rosmayanti Mutiara : Yuk kita buka komunikasi yang baik dengan orangtua, jadikan mereka partner buat guru untuk membantu tumbuh kembang anak.

Baginda Silalahi : Kita yakin saja, pecaya saja bahwa orangtua bisa bekerjasama dengan guru, mengubah pendidikan yang lebih baik.

Najelaa Shihab : Bahwa ini adalah proses belajar. Harapanya yang awalnya aktivitasnya wajib bagi orangtua, kedepan semoga kegiatan merupakan inisiatif orangtua.

Bahwa ini adalah proses belajar. Harapanya yang awalnya aktivitasnya wajib bagi orangtua, kedepan semoga kegiatan merupakan inisiatif orangtua.

Page 59: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua 59

DOKUMENTASITEMU PENDIDIK DAERAH

KOMUNITAS GURU BELAJARMARET - APRIL

Bekasi

Pemalang

Purwokerto

Pekalongan

Malang

Pesisir Selatan

Semarang

Rembang

Manggarai

Salatiga

Page 60: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar · akan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Kehadiran orangtua sebagai teman seperjalanan dalam pendidikan, adalah hak setiap ... berdampak

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Kedua60

undangan menulis

Guru seringkali berperan sebagai pengawas perilaku murid. Semua murid diawasi, perilaku melanggar dipantau. Kelasnya menjadi tertib ketika ada guru, dan kacau ketika guru meninggalkan kelas. Guru pun kehabisan energi.

Padahal dengan memanusiakan murid, guru justru mempunyai kesepakatan besar untuk membangun disiplin murid dari dalam diri mereka sendiri. Kedisiplinan yang tumbuh karena kesadaran, bukan karena pengawasan.

Oleh karena itu, kami mengundang rekan-rekan guru untuk beragi praktik cerdas pengajaran terkait topik Memanusiakan Murid, Men-umbuhan Disiplin. Anda bisa menulis tentang :• Mengembangkan kesepakatan kelas • Menerapkan kesepakatan kelas • Melakukan penyesuaian kesepakatan kelas • Memberikan penguatan, bukan sogokan • Merefleksikan konsekuensi, bukan hukuman• Menghentikan kebiasaan menyogok dan menghukum• Mengelola perilaku melanggar melalui refleksi

Kirimkan tulisan Anda ke Surat Kabar Guru Belajar agar bisa dipela-jari oleh guru di seluruh Nusantara. Cara mengirimkan tulisan:1. Unduh panduan Penulisan #PraktikCerdas di http://bit.ly/MenulisKGB2. Tuliskan sesuai panduan dan simpan dalam file dengan nama #PraktikCerdas “Nama Penulis” 3. Emailkan file beserta foto diri dan foto aktivitas dengan su-byek email #PraktikCerdas “Nama Penulis” ke [email protected] paling lambat kami terima tanggal 1 Juni 2018.

Karena tulisan di Surat Kabar ini mempunyai format yang unik, silahkan baca juga Tips Menulis di Surat Kabar Guru Belajar di http://bit.ly/TipsMenulis1

Kami juga menerima tulisan Anda mengenai pengalaman menga-jar atau membuat kegiatan belajar di luar topik utama. Silahan ikuti panduan penulisan yang telah dicantumkan di bagian atas.

Disiplin Positif.

Dapatkan Segera!

Judul Buku : Merdeka Belajar di Ruang Kelas

Penulis :Najelaa Shihab dan Komunitas Guru Belajar

Halaman : 223 Halaman

Penerbit :Kampus Guru Cikal dan Literati

Buku ini merupakan bentuk dukungan pada guru di seluruh nusantara persembahan dari Komunitas Guru Belajar. Merde-ka Belajar di Ruang Kelas terdiri dari empat bagian yaitu: Kon-teks, Konsep, Praktik, dan Dampak. Konteks berisi penjelasan apa pentingnya merdeka belajar bagi guru maupun bagi murid. Konsep berisi pemahaman teoritis tentang merdeka belajar dan konsep terkait. Praktik berisi pengalaman Komunitas Guru Bela-jar dalam menerapkan merdeka belajar di ruang kelas. Dampak yang berisi penjelasan dari sisi riset dan kesaksian para guru, kepala sekolah, murid, dan orangtua yang terlibat dalam proses merdeka belajar.

Kami mengundang Anda menjadi Agen Buku. Daftar di http://bit.ly/AgenBuku

KINIKOMUNITAS

GURU BELAJARADA DI LEBIH 140

DAERAH DI INDONESIA!

Gabung yuk!