Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid...

80
Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar Edisi ke 5 Tahun Keempat, Desember 2019 LITERASI UNTUK BERDAYA

Transcript of Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid...

Page 1: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 1

Guru BelajarMenularkan Kegemaran Belajar

Edisi ke 5 Tahun Keempat, Desember 2019

LITERASIUNTUK

BERDAYA

Page 2: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat2

beranda

Guru BelajarSurat Kabar

Info Surat Kabar Guru Belajar

Terbit setiap dua bulan sekali, surat kabar ini menampilkan praktik baik pengajaran dan pendidikan untuk menularkan kegemaran belajar pada komunitas guru. Isi tidak sepenuhnya mewakili pandangan redaksi.

Dewan Redaksi

Najelaa ShihabBukik SetiawanRizqy Rahmat HaniM. Abdurrahman B

Alamat Surat Elektronik dan Media Sosial

Kampus Guru Cikal

Kampusgurucikal

@Kampusgurucikal

[email protected]

Alamat Kantor

Jl. Ciater Rawa Mekar Jaya, SerpongTangerang Selatan, 15310

Kontributor

Editor tulisan

Desainer Grafis

Suhud RoisKGB Cimahi

SD Peradaban Insan Mulia Cimahi

IG :@suhudroisFB : Suhud Rois

Idham SumiratKGB WonosoboSD N 1 PagerejoIG :@id_galeria

FB : Idham Sumirat

Ina LinaKGB Surabaya

Paud Hidayah SurabayaIG :@veenuz027

FB : Lina Ina

Wilma A.I.S KailolaKGB Jakarta PusatIG :@wilmakailola

FB : -

Lukman HakimKGB Pekalongan

SMA Islam PekalonganIG :@uklukhakim

FB : Lukman Hakim

Virandy PutraKGB BelitungSMAN 1 Sijuk

IG :@virandhypFB : Virandy Putra

Rizqy Rahmat HaniKGB Pekalongan

Kampus Guru CikalIG :@rizqyrahmat

FB : Rizqy Rahmat Hani

Muhammad AbdurrahmanKGB Pekalongan

Kampus Guru CikalIG :@mamanbasyaiban

FB : Muhammad Abdurrahman

Rizqy Rahmat HaniKGB Pekalongan

Kampus Guru CikalIG :@rizqyrahmat

FB : Rizqy Rahmat Hani

M. Niamil HidaKGB Pekalongan

MI 01 Kranji Kedungwuni

IG :@niamilhidaFB : Niamil Hida

Page 3: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 3

beranda Semua MuridSemua Guru

Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan selama ini. Kaitan antar keduanya sangat

nyata, di periode 2020 sampai 2035, rasio dependensi negara kita mencapai titik terendah yang berarti jumlah penduduk produktif mencapai hampir dua kali lipat dibanding yang tidak - namun yang akan membedakan apakah jumlah ini menjadi berkah atau bencana adalah kemampuan literasinya.

Revolusi Industri 4.0 sudah hadir saat ini, dan kesiapan pendidikan kita untuk menjadi jembatan bagi semua dan setiap anak masih dipertanyakan. Terutama karena definisi kita tentang literasi, masih belum sesuai dengan apa yang dibutuhkan saat ini. “The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn”, tantangan Toffler ini jelas masih merupakan pekerjaan besar bagi kita, karena dasar-dasar proses belajar mengajar yang merdeka dan menumbuhkan anak berdaya belum terjadi di ruang kelas dan keluarga kita.

Mari membandingkan dua skenario yang tidak asing terjadi di sekeliling kita. Seorang anak yang cepat bisa membaca karena sejak kecil ikut

bimba (bimbingan membaca) namun kurang aktivitas bermain bebas yang menumbuhkan kemampuan sosial emosionalnya. Ribuan anak seperti ini yang mendapat beban skolastik dini, membuat Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat kemampuan membaca anak usia 6-7 tahun tertinggi di dunia. Namun, capaian ini datang dengan konsekuensi jangka panjang, saat belajar untuk membaca yang dilakukan dengan terpaksa diperburuk dengan tidak adanya proses membaca untuk belajar di sekolah. Anak kurang mendapat kesempatan bertanya bahkan tentang peraturan yang diberlakukan pada dirinya (berbagai penelitian menunjukkan sebagian besar kelas berjalan dengan komunikasi satu arah), jarang sekali mendapat latihan aplikasi dan menalar atau melakukan evaluasi dan integrasi di pelajaran sekolah. Pada akhirnya anak-anak ini tidak mampu memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi di bidang matematika, membaca dan sains karena proses pengajaran yang berisi penguasaan materi semata. Dibawah ini adalah hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) yang menggambarkan fenomenanya dan jelas menunjukkan betapa rendahnya literasi murid-murid kita.

Literasi untuk Berdaya

Page 4: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat4

Najelaa ShihabPendiri Sekolah Cikal, Kampus Guru Cikal, IniBudi.Org,

Keluarga Kita, Islamedu dan penggagas Pesta Pendidikan.Bisa di temui di twitter

@NajelaaShihab

Contoh Soal UN 2019

www.m4th-lab.netContoh Soal PISA 2006

https://www.oecd.org/pisa/38709418.pdf

Anak-anak lainnya, tumbuh dengan pendidikan yang holistik dan integratif sejak usia dini. Terbiasa menggunakan hasil belajar untuk memecahkan masalah sehari-hari, terbiasa mendiskusikan isu kontekstual dan memahami manfaat dari proses pengajaran untuk membuatnya kompeten menghadapi isu global yang relevan. Anak-anak ini, dalam sampel asesmen internasional, akan masuk dalam kelompok anak dengan literasi tinggi. Mari bandingkan contoh soal ujian nasional dengan contoh ujian PISA untuk topik yang sama (perbandingan ini ditampilkan di Beranda Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan - PSPK). Kemampuan analisa dan sintesa yang tergambar dengan sederhana pada jawaban ujian, memang tidak menggambarkan kompetensi seutuhnya, namun setidaknya menjelaskan apa yang menjadi “tujuan” kurikulum dan pendidikan kita.

Pemahaman tujuan pengajaran yang esensial dipadukan dengan pemahaman terhadap kebutuhan murid dan relevansi persoalan nyata adalah pondasi bagi guru untuk merancang dan memandu pengajaran yang mengembangkan literasi. Bagi guru yang merdeka belajar, pengajaran bukan lagi bertujuan untuk penguasaan materi pelajaran semata tapi pengembangan kompetensi literasi, mencari, mengolah dan menggunakan informasi untuk menyelesaikan persoalan. Guru merdeka belajar memandu pengajaran literasi yang mengantarkan murid-muridnya menjadi berdaya. Murid berdaya yang akan menggerakan perubahan negeri.

Page 5: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 5

Page 6: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat6

Literasi untuk Perubahan

Bukik Setiawandewan redaksi

DARI REDAKSI

Literasi di hari ini, perubahan di hari nanti.Pada suatu hari, saya berjumpa seorang teman lama. Saya bercerita tentang kondisi kekinian Indonesia. Komentar teman saya ringkas: iki zaman edan (ini zaman gila). Ungkapan yang menunjukkan banyaknya persoalan yang kita hadapi sebagai bangsa. Pernah mendengar hal serupa?

Meski kebanyakan hal yang kita lihat masih sama, namun kenyataannya zaman telah banyak berubah. Dalam 20 tahun terakhir saa, ada banyak hal yang berubah. Dari wartel, menjadi warnet, berubah menjadi ponsel. Dari televisi di ruang tengah, menjadi televisi di kamar tidur, hingga layar di genggaman. Dari lomba bintang radio dan televisi, menjadi Indonesia Idol, berubah menjadi media sosial. Dari aplikasi pencari informasi, menjadi aplikasi hiburan, berubah menjadi aplikasi untuk mendapatkan rezeki. Medium lama tergantikan dengan medium baru yang lebih relevan dan lebih personalisasi.

Pada situasi yang berubah cepat itu kita berbicara mengenai literasi. Apakah literasi akan tetap relevan bila mengabaikan keniscayaan perubahan zaman?

Pada tahun 2019 kita menyaksikan gegap gempita perubahan yang diusung kaum muda, mahasiswa dan pelajar. Perubahan yang jauh berbeda dibandingkan

gelombang perubahan sebelumnya, 1945, 1966, dan bahkan 1998- 1999. Pada gelombang perubahan lama, tuntutan bersifat perjuangan hak politik, gerakan 2019 justru mengusung perjuangan hak sipil. Gerakan 2019 memaknai fenomena makro secara personal yang diekspresikan melalui isi poster yang terkesan lucu bagi generasi lama. Gerakan 2019 lebih luwes dengan mengandalkan tokoh-tokoh baru yang dikenal dan mengandalkan media sosial.

Kita sebagai pendidik kemudian tergagap. Apakah perjuangan mereka murni dari mahasiswa dan pelajar? Dari mana mereka tahu isu yang mereka perjuangkan? Mengapa mereka melakukan aksi yang sifatnya anarkis?

Kita memang layak menanyakan tersebut pada pelaku Gerakan 2019. Kita toh juga generasi yang punya rasa ingin tahu. Namun di sisi lain, pertanyaan tersebut bisa juga diajukan pada diri kita selaku pendidik.

Apakah mereka hanya mendapatkan informasi hanya dari guru dan sekolah? Apakah kita sudah membicarakan isu-isu kebangsaan dan kemasyarakatan di ruang kelas dan sekolah? Apakah kita memberi kesempatan pada murid belajar mengenai cara memperjuangkan hak yang tidak anarkis?

Saya yakin kebanyakan dari kita akan

Page 7: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 7

menjawab tidak terhadap 3 pertanyaan tersebut. Jawaban yang menyisakan agenda buat kita melakukan perubahan cara pengajaran termasuk pengajaran literasi.

Bagaimana pengajaran literasi yang relevan dan terhubung dengan isu-isu kehidupan sehari-hari? Bagaimana pengajaran literasi yang membantu murid berdaya menjalankan peran sebagai warga negara? Bagaimana pengajaran literasi dapat membantu murid memahami konsep dan memberdayakan konteks untuk melakukan perubahan positif?

Meski tidak sepenuhnya mewakili spektrum pengajaran literasi untuk berdaya, namun bagian ini akan menampilkan sejumlah praktik baik pengajaran literasi yang menjawab 3 pertanyaan di atas. Pengajaran literasi yang membantu murid memahami isu pada konteks kehidupan sehari-hari sekaligus menjalankan peran sebagai warga negara yang berdaya dan produktif.

Mari kembalikan esensi pendidikan sebagai kawah lahirnya berbagai ide dan gerakan perubahan! Mari kita hidupkan kembali literasi untuk perubahan!

Bukik Setiawan Ikuti di @bukik

Mari kembalikan

esensi pendidikan

sebagai kawah

lahirnya berbagai

ide dan gerakan

perubahan! Mari

kita hidupkan

kembali literasi

untuk perubahan!

Page 8: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat8

Page 9: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 9

Bicara mengenai konsep kewirausahaan bukan perkara yang mudah. Apalagi membahasnya sebagai tema unit bersama murid-murid kelas 5 Sekolah Dasar. Mereka saja bahkan belum

menemukan minat untuk penjurusan studi mereka. Apa iya mereka ini akan jadi pengusaha semua? Lalu apa manfaatnya mempelajari kewirausahaan sekarang? Kenapa tidak diajarkan nanti saja kalau mereka masuk jurusan ekonomi? Buntutnya saya mulai merasa punya setumpuk PR yang harus diselesaikan. Duh! Gurunya bukan lulusan ekonomi, bukan wirausahawan. Harus mulai dari mana ini?

Ditengah kegalauan, saya lalu ingat sebuah quote “Unless you try to do something beyond what you have already mastered, you will never grow.” Jadi mulailah saya tercambuk untuk menggarap PR saya. Sebelum membuat perencanaan unit, saya berusaha mempelajari mengenai konsep kewirausahaan berbekal referensi hasil berselancar di internet dan bertanya sana-sini pada teman-teman yang menggeluti dunia wirausaha. Memang cukup sulit. Pemaparan mengenai konsep ini harus diberikan sekonkret mungkin dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami murid-murid kelas 5 SD. Tapi lagi-lagi, caranya mungkin tidak akan mudah atau sederhana, namun harus dapat memberikan pemahaman yang bermakna bagi mereka.

Langkah pertama. Saya perlu tahu juga apa yang murid-murid pikir mengenai dunia usaha, apa yang mereka cita-citakan setelah selesai masa studi nanti. Gambaran pekerjaan apa yang mereka pilih, kehidupan seperti apa yang mereka inginkan. Saya mulai aktivitas unit ini dengan mengajak murid-murid bermimpi. Saya minta mereka untuk mencari tempat yang nyaman untuk duduk, menutup mata dan membayangkan diri mereka 10-15 tahun dari sekarang. Mereka membayangkan berada dimana di pagi hari ketika bangun tidur, apa yang mereka lakukan, kemudian bersiap untuk bekerja, pakaian apa yang mereka pakai, bagaimana mereka pergi ke tempat bekerja, siapa yang mereka temui di sana, apa yang mereka lakukan. Setelah selesai bermimpi, murid-murid kemudian mencoba mendeskripsikan mimpinya dengan menjawab beberapa pertanyaan panduan. 1) Apa perasaanmu hari itu? 2) Jenis pekerjaan apa yang kamu pilih? Mengapa? 3) Apakah kamu melibatkan orang lain, membuat ide-ide, atau bekerja dengan benda tertentu? 4) Apakah pekerjaanmu berhubungan dengan minat/hobi/keterampilan yang sedang kamu kembangkan saat ini? 5) Apakah kamu bekerja untuk orang lain atau ini adalah usahamu sendiri?

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Belajar Kewirausahaan: Belajar Membaca Realitas untuk Berdaya

Elisabet Indah SusantiSekolah Cikal SerpongKGB Tangerang Selatan

[email protected]

M. Niamil HidaKGB Pekalongan

Penulis

Desainer

Page 10: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat10

Apakah kamu puas dengan pekerjaan yang kamu miliki?

Murid-murid merasa antusias berbagi mimpi dalam kelompok besar di kelas dan jawaban mereka cukup berbeda satu sama lain. Beberapa yang menarik antara lain, ada yang memilih bekerja menjadi perancang mobil di perusahaan otomotif internasional, mempunyai perusahaan pembuat iklan, menjadi atlet dan pelatih timnas dan mempunyai sekolah khusus olahraga. Ada juga murid yang memiliki cita-cita keliling dunia bersama keluarga sambil melukis, atau melakukan investasi dengan jual-beli saham sementara ia sendiri menikmati menjadi content creator. Bahkan ada murid yang memiliki cita-cita menjadi seorang aktor. Saya mendapati bahwa semua yang mereka cita-citakan berhubungan dengan minat atau hobi yang sedang mereka geluti saat ini. Dan saya membuktikan, bahwa apa yang orang katakan mengenai cita-cita generasi milenial memang benar adanya. Paling tidak di kelas saya. Tidak ada seorangpun yang menyebutkan ingin menjadi dokter, polisi, guru, insinyur atau pengacara seperti yang diinginkan kebanyakan murid semasa saya sekolah dulu. Semua murid ingin berdaya dengan caranya sendiri.

Dari situ saya melanjutkan langkah kedua. Masih bercerita soal mimpi, murid-murid diberikan tugas untuk menceritakan kisah sukses Nadiem Makarim, pendiri dan pemilik perusahaan berbasis online Gojek. Kenapa pilihannya ini? Ya, karena Gojek adalah hal yang sangat familiar bagi mereka. Murid mana yang tidak kenal Gojek. Mereka melihat, memakai ojek online, taksi online, bahkan biasa

memesan makanan favorit menggunakan aplikasi ini setiap hari. Kalau saya pilih kisah sukses Martha Tilaar pendiri perusahaan kosmetik ternama Indonesia, jadinya kok kurang pas untuk konteks saat ini.

Agar kisah sukses Nadiem Makarim tetap terarah pada pengetahuan mengenai konsep kewirausahaan, saya menugasi murid-murid untuk melakukan riset dengan membaca dan melengkapi kisah sukses Nadiem Makarim dengan beberapa poin. Dibantu orang tuanya di rumah, mereka mencari referensi untuk mendapatkan informasi yang relevan, menuliskan biodata, menyebutkan barang atau jasa apa yang disediakan serta apa yang membuat usaha Nadiem Makarim berbeda dari yang lain. Mereka menjelaskan bagaimana usaha ini dimulai dan bagaimana Nadiem Makarim menjalankan perusahaannya, apa pengaruh yang ia berikan pada komunitas, bagaimana usaha ini juga membantu pengembangan diri pemiliknya.

Senang membaca refleksi belajar murid. Ketika mereka ditanya apa penemuan paling menarik yang mereka dapatkan dari tugas ini, mereka rata-rata menjawab bahwa Nadiem Makarim memiliki ide yang brilian, usahanya butuh kerja keras sehingga membuahkan hasil. Dari kisah sukses wirausahawan ini, di kelas kami melakukan diskusi dan mereka berhasil mematahkan miskonsepsi bahwa pengusaha memang terlahir dengan kekayaan dan bakat bawaan untuk sukses. Kenyataannya setiap orang dilahirkan dengan bakat masing-masing yang harus terus diasah. Keterampilan menjadi seorang wirausahawan pun butuh terus dilatih. Selain itu mereka pun diminta untuk menemukan

Page 11: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 11

3 kata penting yang mendukung kisah sukses seorang wirausahawan. Dari diskusi kami akhirnya menyimpulkan: kemampuan menemukan ide usaha (inovasi), kemampuan bekerja sama dengan pihak-pihak lain (kolaborasi) dan keberanian mengalami kegagalan (mengambil resiko) adalah hal-hal yang terus dikembangkan oleh seorang wirausahawan.

Lalu apa yang harus dilakukan untuk memahami bagaimana ketiga hal ini dikembangkan? Cara yang paling efektif adalah memberi kesempatan pada murid-murid untuk melihat dan belajar langsung pada para wirausahawan yang telah berhasil. Setelah berdiskusi dengan supervisor, pihak sekolah memberi kesempatan untuk memilih learning partner di luar sekolah. Kesempatan ini saya berikan pertama kali pada orangtua murid. Beberapa orang tua yang telah menjadi wirausahawan sukses, dengan sukarela bersedia menjadi mentor dan menerima murid-murid untuk belajar di perusahaannya. Saya juga berusaha menghubungi beberapa wirausahawan dengan terobosan, inovasi, atau misi sosial, untuk menjadi learning partner. Senang sekali banyak pihak yang menyambut baik program ini. Setelah membuat daftar learning partner murid boleh memilih ingin belajar dimana sesuai dengan minat masing-masing. Akhirnya diputuskan murid-murid akan terbagi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok melakukan kerja magang selama 2 hari pada 4 wirausaha berbeda; Jeera Foundation, Saruga Free Pack Store, Backyard Animation Studio, dan Kedai Kopi Diningrat.

Saya ingin sedikit memperkenalkan learning partner kami. Jeera Foundation adalah sebuah lembaga yang bertujuan untuk menciptakan kesempatan kedua bagi narapidana dengan mengembangkan industri kreatif di balik tembok penjara. Selain itu Jeera juga mengkampanyekan gerakan kesempatan kedua bagi warga binaan dengan mendorong terbangunnya hubungan masyarakat umum di

luar penjara dengan para warga binaan dalam bentuk sinergi pengembangan ide dan produk kreatif di dalam penjara. Jeera telah berhasil mengembangkan Jeera leather, Jeera Coffee dan Jeera Artspace. Pak Rino Lande, pendiri Jeera Foundation, menjadi mentor murid-murid selama belajar di sana. Saruga Package Free Store juga tidak kalah menarik. Saruga merupakan sebuah toko yang menjual bahan pokok sehari-hari. Bedanya toko ini mengedepankan konsep zero waste dimana bahan-bahan pokok dijual tanpa menggunakan kemasan. Pembeli bisa membeli sesuai dengan jumlah dan takaran bebas, sesuai kebutuhan. Pak Adi, pemilik usaha ini, yang juga mentor murid-murid, sangat peduli pada lingkungan dan berusaha untuk terus menumbuhkan kesadaran pada komunitasnya mengenai pengurangan sampah rumah tangga terutama plastik. Sementara Backyard Animation Studio, seperti diketahui dari namanya, bergerak dalam bidang animasi. Telah banyak klien perusahaan yang dilayani dalam pembuatan iklan komersial menggunakan teknologi digital. Di gedung yang sama, Ibu Aprina mendirikan kedai Kopi Diningrat. Kedai kopi diningrat adalah sebuah kedai kopi yang mengkampanyekan warisan kuliner Indonesia berupa racikan-racikan kopi tradisional khas Jawa.

Selama 2 hari kerja magang, murid-murid belajar langsung dari mentor mereka. Mereka melakukan wawancara dengan mentor dengan daftar pertanyaan yang sudah dibuat di sekolah mengenai kisah sukses mereka, melakukan observasi dan ikut membantu melakukan pekerjaan di lokasi. Mereka juga diminta mempelajari hal-hal baru dari mentor dimana mereka bekerja. Karena mereka tidak belajar di sekolah selama melakukan kerja magang, kelas online pun dilakukan pada sore hari setelah selesai tugas magang. Kami melakukan refleksi mengenai bagaimana perasaan mereka sepanjang tugas hari itu, apa yang mereka pelajari,

“Aku sekarang jadi lebih peduli sama sekitarku. Dulu aku suka cuek dan kurang peka. Waktu dijelasin Pak Rino aku jadi sadar kalau napi itu perlu dihargai.”

Page 12: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat12

Page 13: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 13

apakah ada pertanyaan lanjutan yang ingin diketahui jawabannya. Pengalaman kerja magang ini merupakan pengalam pertama bagi murid kelas 5. Mereka sangat bersemangat. Mereka berlomba-lomba menceritakan keseruan hari itu saat diskusi online.

Kembali ke sekolah, murid-murid membawa berbagai kesan dan keterampilan baru. Begini kata mereka. Darrel : “Bu, aku sekarang tahu bagaimana menggunakan alat EDC sehingga pembeli bisa membayar dengan kartu ATM.” Akira : “Bu, aku bisa membuat latte art. Aku mengerti cara membuat kopi dengan teknik V60 sekarang.” Cielo : “Aku belajar render. Itu artinya membuat gambar dari model”Andra : “ Saat di toko, tugasku melakukan restock. Aku sekarang tau apa itu restock barang.”

Diskusi dari hal-hal baru terus berkembang sampai diskusi soal yang lebih berat. Ale : “Waktu di Jeera aku jadi mengerti setiap orang bisa berbuat kesalahan tapi mereka bisa memperbaiki diri.” Fadhli : “Pak Eric itu tidak mengambil sekolah animasi lho, tapi bisa tetap belajar sendiri dan bisa menjadi animator yang keren.” Mylo : “Backyard itu menjual ide kreatif, jadi harus ada kerjasama tim yang kuat supaya idenya bisa diterima pengguna jasa.” David : “Melayani pelanggan itu butuh kesabaran dan keramahan.” Hanami : “Sekarang ini di Jakarta ada 7.400 ton sampah setiap harinya, kalau semua orang masih pakai plastik akan semakin banyak sampah.”

Dari pernyataan-pernyataan itu saya melihat bahwa

mereka mendapatkan banyak sekali masukan. Hal ini semakin terlihat pada tugas akhir murid-murid. Mereka berperan menjadi seorang wirausahawan. Saya memberi mereka tugas membuat halaman profil perusahaan yang mereka rintis. Mereka menjelaskan perusahaannya bergerak dalam bidang apa, apa saja yang mendasari mereka untuk merintis usahanya, visi dan misi, deskripsi produk dan personal quote sebagai pengusaha. Mereka bahkan asyik merancang logo perusahaan dan berkreasi dengan layout halaman profil perusahaan mereka. Waktu membaca tugas akhir mereka, saya percaya sebagian besar dari mereka sudah mulai menentukan masa depannya dan siap berdaya.

Berhubungan dengan mimpi yang mereka ceritakan di awal kegiatan, dan minat yang sedang mereka geluti saat ini, murid-murid menunjukan profil perusahaan yang beragam. Antara lain ada murid yang merintis usaha one stop holiday, membuka Arts center yang memenuhi kebutuhan belajar seni dan suplai kebutuhan seni peminatnya, merintis toko dan kedai kuliner berbasis bahan makanan vegetarian, membuka sekolah sepak bola, membuka toko sepatu online dengan desain sepatu karyanya sendiri, membuka pusat belajar berbasis teknologi dimana murid-murid sekolah dasar bisa lebih kenal dengan blended learning, melayani jasa pembuatan iklan, melayani pembuatan alat musik seperti gitar yang customized sesuai pesanan pelanggan, bahkan ada yang menjadi games creator.

Sebagai murid-murid kelas 5, mereka ternyata telah mampu memahami kekuatan dirinya, membaca situasi dan membaca masalah yang dihadapi bila diberikan konteks, exposure dan arahan tugas yang tepat. Tema unit mengenai kewirausahaan, memfasilitasi mereka untuk belajar memahami

“Aku jadi ngerasain kalau benar-benar kerja tuh gimana. Apalagi kalau kerja di tempat yang kita sukai. Kita bisa senang berkreasi dan bikin-bikin sesuatu yang kita suka. Kalau kita nggak suka pekerjaannya mungkin kita cepat bosan.”

Page 14: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat14

informasi bukan hanya dari teks yang mereka baca. Melampaui teks, murid-murid kelas 5 telah mampu memahami realitas sosial dalam komunitasnya.

Beberapa saat setelah proses pembelajaran ini selesai di kelas, saya masih membuka percakapan dengan murid-murid mengenai kesan-kesan mereka belajar kewirausahaan. Saya juga bertanya dari proses itu apa yang mereka temukan mengenai dirinya. Ini beberapa komentar mereka

Ashlee : “Belajar kewirausahaan menarik. Aku bisa belajar ke Jeera Foundation. Bisa bertemu langsung dengan Pak Rino, dan lihat langsung seperti apa di penjara Cipinang. Di Jeera Coffee aku belajar giling kopi, lalu promosi. Promosi ini supaya orang lain lebih aware akan napi. Karena magang kita jadi punya pengetahuan kalau nanti kerja gimana.”

“Aku sekarang jadi lebih peduli sama sekitarku. Dulu aku suka cuek dan kurang peka. Waktu dijelasin Pak Rino aku jadi sadar kalau napi itu perlu dihargai.”

Darrel : “Mencari pekerjaan itu ternyata sulit. Jadi nggak boleh cepat menyerah. Kalau biasanya orang itu selalu cari kerjaan, kenapa nggak ciptakan pekerjaan, meskipun pasti butuh budget banyak.” “Setelah belajar ini aku mau mandiri. Nanti kalau aku cari pekerjaan jangan takut.”

Andra : “Wirausahawan itu berguna untuk komunitasnya. Waktu kita mulai bisnis, kita harus pikirkan juga pengaruhnya buat komunitas.”

“Waktu aku kerja magang, aku jadi tau kalau aku bisa berkolaborasi dengan baik sama teman-teman. Misalnya waktu bikin laporan magang. Oh iya, waktu di Saruga kita punya tugas. Ada yang jadi kasir, ada yang menyambut pembeli, ada yang menimbang dan melayani pembeli, dan kita harus kerjasama.”

Akira : “Aku jadi ngerasain kalau benar-benar kerja tuh gimana. Apalagi kalau kerja di tempat yang kita sukai. Kita bisa senang berkreasi dan bikin-bikin sesuatu yang kita suka. Kalau kita nggak suka pekerjaannya mungkin kita cepat bosan.”

“Aku sekarang merasa lebih kreatif. Aku suka design.”

Dari proses kerja magang, murid-murid juga menemukan satu poin penting bahwa setiap usaha yang dilakukan oleh para mentor memiliki dampak pada komunitasnya. Membuka kesempatan untuk berkembang bukan hanya bagi diri pribadi tetapi juga orang lain. Memberikan kesempatan kerja, kesempatan mengembangkan keterampilan, kesempatan mengenal budaya Indonesia, kesempatan membuka wawasan, dan empati. Terima kasih tak terhingga buat semua learning partner dan para mentor yang sudah terlibat mewujudkan konsep kelas tanpa dinding. Mengajak murid-murid belajar literasi untuk berdaya bagi diri sendiri dan komunitasnya. Dari proses ini saya sendiri belajar berdaya. Terngiang-ngiang kembali sebaris kata ini

“Unless you try to do something beyond what you have already mastered, you will never grow.”

“Wirausahawan itu berguna untuk komunitasnya. Waktu kita mulai bisnis, kita harus pikirkan juga pengaruhnya buat komunitas.”

Page 15: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 15

Saya selalu mendengar banyak guru berkeluh kesah, tentang materi dan waktu pengajaran,

“Apa bisa mengajar kompetensi dasar yang banyak, bisa selesai dalam satu semester sebelum penilaian akhir semester.”“Waktunya mepet banget, nggak bakal bisa berkreasi.”“Udah untung selesai materinya..”

Dan komentar-komentar lain yang mengisyaratkan bahwa mengejar materi ajar itu penting. Ketercapaian dilihat dari banyaknya materi ajar yang dikuasai murid dan buktinya dapat dilihat melalui nilai akhir ujian. Hal tersebut pernah saya lakukan di awal-awal menjadi guru, khawatir kalau materi tidak tersampaikan, akhirnya buru-buru dalam menyampaikan materi, yang terpenting sampai ke murid. Terkadang malah menambah jam pelajaran setelah sekolah selesai, agar materi benar-benar selesai sebelum diujikan.

Namun yang didapatkan setelah diberikan bertubi-tubi materi, murid menjadi malas belajar. Belajar sekadar untuk mendapat nilai, belajar hanya untuk memahami materi yang hasil akhirnya bisa didapatkan melalui ujian. Setelah ujian selesai, semua menjadi sirna. Murid tidak kasamaran belajar, belajar sekadar untuk ujian.

Saya mulai merefleksikan diri, bagaimana merancang pengajaran yang bukan sekadar untuk ujian. Namun murid merasakan dampak dari pengajaran itu walaupun tidak ada ujian.

Hal pertama yang saya lakukan adalah melakukan pemetaan kompetensi dasar pelajaran yang saya ampu dalam satu semester.

“Mengetahui unsur instrinsik dan ekstrinsik cerpen ..”“Menulis biografi tokoh..”“Memerankan tokoh dalam naskah drama..”“Melakukan wawancara…”“Menulis surat dinas..”“Membaca pemahaman..”“Menulis proposal..”

Materi-materi tersebut saya petakan untuk kemudian saya merancang pengajaran yang saling terintegrasi satu sama lain dan diakhiri perayaan belajar di akhir semester. Tidak lupa untuk merancang hal tersebut saya juga menyebarkan

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Belajar Bermaknauntuk Berdaya

Rizqy Rahmat HaniKampus Guru CikalKGB Pekalongan

[email protected]

Rizqy Rahmat HaniKGB Pekalongan

Penulis

Desainer

Page 16: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat16

formulir asesmen untuk mengetahui siapa murid yang saya ajar dalam satu semester.

“Anak-anak tokoh yang menurutmu inspiratif itu kayak apa?” tanya saya di depan kelas.“Yang sukses setelah ditempa banyak ujian Pak”“Yang tegar walau kondisinya prihatin Pak”“Yang bermanfaat dalam masyarakat”

Jawaban-jawaban itu kemudian saya susun di depan kelas, lalu saya meminta murid untuk menyebutkan sosok inspiratif yang mereka tahu dan ada di sekitar mereka. Ada yang menyebutkan penjual nasi megono (nangka muda khas Pekalongan) yang sudah punya banyak cabang, ada yang menyebutkan seorang tukang cukur yang disabilitas dan menjadi penopang hidup keluarga, ada yang menyebutkan tukang pijat yang bisa naik haji, dan ada juga yang menyebutkan seorang pemuda desa yang dengan inovasinya mampu membuat desa berkembang.

Kemudian saya masuk ke materi tentang wawancara,menyusun pertanyaan dalam wawancara dan meminta murid untuk mengorek informasi tentang orang-orang yang disebutkan. Layaknya wartawan, mereka kemudian mencari tahu tentang informasi sosok tsb. Keesokan harinya, saya minta untuk menceritakan/menggambar/menuliskan apa yang mereka dapatkan agar teman yang lain mengetahui.

“Jadi kira-kira kalau kita pilih 4 orang yang yang paling inspiratif siapa aja?” tanyaku

Di sini murid diajak berpikir kritis dan menghargai pendapat teman-temannya. Dari 30 nama yang diusulkan dari 30 murid, tidak mudah untuk memilih 4 nama. Murid beradu argumen, kadang kala saya sebagai guru menengahi dan mengajak murid berefleksi dengan pertanyaan-pertanyaan.

Sampai sini saja sudah banyak kompetensi dasar yang murid dapatkan secara tidak langsung : melakukan wawancara, menulis hasil wawancara, menyampaikan pendapat.

Setelah itu, murid dibagi 4 kelompok dan setiap kelompok diajak untuk menggali lebih jauh informasi tentang tokoh tersebut : cerita hidupnya, kegagalannya, kesuksesannya, impiannya, dsb. Proses wawancara dengan tokoh tersebut adalah pengalaman berharga bagi tiap kelompok. Berjumpa langsung dan mendengar ceritanya, akan membuat murid semakin sadar akan pentingnya perjuangan.

“Saya salut Pak dengan perjuangan Harno. Tiap hari ia harus keliling desa mencari rongsok dan kemudian ia jual. Padahal kondisinya seperti itu, kakinya membesar, dan matanya terkena tumor. Namun semangat hidupnya luar biasa.” ujar Suluh salah satu murid yang terinspirasi setelah melakukan wawancara langsung.

Cerita tersebut kemudian dibuat skenario film pendek, ditambahkan beberapa tokoh untuk menunjang

Murid mewawancarai Harno, pemulung yang semangat

Proses make up untuk memerankan Harno dalam sebuah film pendek.

Page 17: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 17

jalannya cerita. Lalu tiap kelompok membuat tim produksi yang berisi beberapa peran penulis skenario, sutradara, penata busana, make up artist, kameramen, editor, sesi perlengkapan, hingga pemain. Saya ajak murid untuk dibagi berdasarkan minat masing-masing, sehingga murid semua di sini mendapat peran yang sesuai.

Murid membuat film pendek seperti acara televisi “Jika Aku Menjadi”, murid menceritakan kembali cerita hidup orang yang mereka wawancarai.“Menurut Kalian kenapa perlu membuat film ini?” tanyaku sebelum mengajak mereka membuat film.

“Agar kisah tokoh yang kita angkat bisa dilihat oleh orang banyak Pak.” jawab salah satu murid.

Dari sini murid juga sudah mencapai beberapa kompetensi : menulis naskah drama, memerankan drama, mengambil pesan dari buku biografi.

Film-film tersebut bisa dilihat di Youtube saya : Rizqy Rahmat, atau klik tautan di bawah ini :

Film Pemulung Penderita Tumor : https://www.youtube.com/watch?v=ibp9YHKieyE&list=PLJGIwp_ahPcnd--_x9458f3a2iIfi1wOq&index=11&t=0sFilm Tukang Cukur Difabel :https://www.youtube.com/watch?v=1XiFpPodoIs&list=PLJGIwp_ahPcnd--_x9458f3a2iIfi1wOq&index=8Penjual Megono Sukses :https://www.facebook.com/rizqy.hani/videos/10205129322584623/Murid Berpestasihttps://www.facebook.com/rizqy.hani/videos/vb.1591163636/10207202686697430/?type=3

Film-film yang selesai murid buat, tidak berhenti sampai di sana. Murid saya ajak lebih berdaya dengan menggunakan film itu. Melalui pembelajaran menulis surat dinas dan menulis proposal, saya ajak murid untuk merancang sebuah acara. Dari usulan yang masuk akhirnya kami sepakat membuat kegiatan perayaan proses belajar yaitu Festival Film Smanggi, kegiatan apresiasi film yang telah dibuat.

Proposal dibuat kemudian disebarluaskan ke beberapa pihak untuk mendapat dukungan. Surat dinas disebar untuk mengundang narasumber yang bisa memberi masukkan mengenai film yang telah dibuat. Dan juga ada beberapa murid yang mengundang media, agar kegiatan tersebut bisa masuk media.

Dari sini ada beberapa kompetensi yang murid pelajari : membuat surat resmi, membuat proposal, etika menghubungi orang, dsb.

Ternyata di akhir semester, semua kompetensi dasar tercapai dengan diintergrasikan seperti itu. Murid belajar pun bukan sekadar untuk ujian, semester berikutnya banyak murid yang mendapat manfaat dari pengajaran yang dilakukan.

Murid bisa lebih menghargai orang lain, murid bisa berkirim surat resmi, membuat proposal kegiatan di kampungnya, merancang pergelaran drama di kampungya, dsb.

Festival Film yang dihadiri ratusan murid dari sekolah lain juga.

Festival Film Smanggi diliput media.

Page 18: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat18

Page 19: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 19

LIPUTAN PROGRAMKAMPUS GURU CIKAL

Bermain di Kelas Bersama Murid, Perlukah?

playground of ujungpandang

Penulis : M. Abdurrahman

A: “Si W ternyata setiap pulang sekolah kalau tidak ke warnet gim, ya ke rental playstation, pantas nilainya turun”B: “Lhah kalau Si X, Y, Z kata orangtua si X kalau di rumah suka main game di HP bersama di teras sampai maghrib, kewalahan buat memberi tahu”A: “Pantas nilai mereka turun, kapan belajarnya “

Familiar dengan percakapan ini?Mengambil simpulan bahwa murid lebih mementingkan hobi dibanding sekolahnya, beberapa di antara kita sebagai guru pernah lakukan. Lalu guru tertentu justru menjadikan hobi murid sebagai media atau sumber belajar. Seperti yang bisa dilihat pada kolom komentar post instagram.com/kampusgurucikal ini https://www.instagram.com/p/B4Zy4cxgC9u/

Dari kolom komentar kita dapat temui guru yang bercerita pernah membahas gim kesukaan murid, dan bahkan mengajak murid bermain di kelas. Namun sebenarnya perlukah kita memakai permainan di dalam kelas saat proses pengajaran?Pada Temu Pendidik Nusantara 26 Oktober 2019 yang lalu. Kampus Guru Cikal menyajikan topik “Aktivitas Belajar Bermakna Melalui Permainan

Papan” sebagai salah satu kelas kompetensi yang bisa dipilih peserta. Bersama 27 orang termasuk 6 orang guru Jeneponto dari Program Playground of Ujung Pandang, kami belajar mengurai miskonsepsi belajar melalui permainan hingga menyusun pengajaran bermakna melalui permainan papan Jelajah Nusantara Edisi Ujung Pandang

Kelas ini dipandu oleh 2 orang pelatih, Guru Maman dari Kampus Guru Cikal dan Guru Hadrawi dari Komunitas Guru Belajar Regional Sulawesi Selatan. Agar membangun keakraban antarpeserta yang juga berasal dari berbagai daerah, di sesi awal pelatih mengajak peserta berkenalan dengan menyusun kalimat berima seperti: “Perkenalkan nama saya Maman, saya suka menyiram tanaman”. Setelah mencari diksi yang tepat untuk kalimatnya, peserta “berburu” untuk berkenalan dengan yang lainnya. Muncullah kalimat seperti “Nama saya Misbah yang tetap Tabah”, “Saya biasa dipanggil Joko, dan saya orang jowo” dll.

Usai perkenalan dan pembagian kelompok. Kelas dilanjutkan dengan drama dua cara pengajaran dengan Tema Jual Beli, peserta berperan sebagai murid, pelatih sebagai guru. Tidak hanya bertindak

Page 20: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat20

sebagai murid, peserta akan mendiskusikan perbedaan pengajaran 1 dan pengajaran 2 dari sudut pandang murid.

Saat pengajaran satu, guru mengajak murid bernyanyi lagu Naik Delman membentuk lingkaran. Sembari lagu dinyanyikan kartu bergambar barang-barang yang dijual di pasar diedarkan dan berpindah tangan antarmurid. Saat lagu berhenti maka kartu yang dipegang adalah kartu yang didapat murid. Guru kemudian mengajak murid menulis barang apa yang didapat sesuai gambar di kartu. Guru meminta murid secara acak untuk segera mengumpulkan tugas dengan batasan waktu 3 menit.

Berpindah ke pengajaran 2. Guru membuka kelas dengan menanyakan aktivitas apa yang sering dilakukan saat di rumah. Murid menyebutkan berbagai aktivitas dari bermain, berkumpul keluarga, hingga dimintai tolong orang tua. Obrolan guru murid ini berlanjut pada topik membantu orangtua, hingga guru mengajak murid melakukan permainan kartu membantu orangtua belanja. Pemain harus menghapal daftar belanjaan dari kartu yang teks dan gambarnya berbeda. Selesai permainan guru mengajak murid mendiskusikan, apa yang sulit saat berbelanja dalam permainan? Murid mengatakan lupa daftar belanja, guru pun meminta murid berdiskusi bagaimana tips agar bisa belanja dengan baik. Beragam jawaban dipresentasikan oleh murid. Dari mengucap berulang, fokus, membawa catatan, membawa contoh barang dll. Guru dan murid memberikan umpan balik atas jawaban yang muncul.

Dari dua cara pengajaran ini, peserta pelatihan mengidentifikasi perbedaan dari pikiran, perasaan, perilaku murid. Peserta pun menyatakan bahwa cara pengajaran 1 bagian seru hanya di awal saat menyanyi, namun saat penugasan tidak dikoreksi, dan guru memburu-buru pengerjaan tugasnya jadi kadang takut, tugas akhirnya hanya begitu saja. Sedangkan di pengajaran 2 permainan mengajak murid merasa tertantang, boleh berpikir menemukan cara sendiri untuk solusi permasalahan yang ada sehari-hari. Peserta menyepakati bahwa pengajaran nomor 2 adalah pengajaran dengan bermain yang bermakna.

Kelas berlanjut dengan diskusi bagaimana desain strategi belajar dengan permainan yang bermakna. Peserta menyusun puzzle kanvas desain pengajaran di kelompok masing-masing kemudian mempresentasikannya. Diskusi begitu dinamis, beberapa peserta menyusun sambil berargumen dengan memaparkan struktur RPP, beberapa yang lain mengurutkan dengan alur aktivitas yang biasa dilakukan saat merancang aktivitas di kelas.Di tengah diskusi, bapak Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, mengunjungi kelas kami, ingin mendengar apa yang dirasakan para guru di daerah masing-masing.”Ketika harus mengurus berkas ke provinsi, kadang harus meninggalkan kelas, karena jarak dari sekolah ke provinsi sampai lebih dari 3 jam, belum lagi jika mengurusnya tidak bisa sehari jadi.” Ujar Guru Vivi dari Pesisir Selatan. Dengan

Peserta mempresetasikan hasil diskusinya.

Refleksi peserta tentang kelas yang diikuti

Peserta sama-sama merancang permainan untuk murid.

Page 21: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 21

antusias kami kemudian melakukan foto bersama. Ada peserta yang mengatakan “Saya pasang foto ini di medsos, kemudian diberi komentar, jadi orang Jeneponto pertama berfoto dengan Mas Menteri yang baru dilantik”.

Belajar Memandu Permainan Papan menjadi topik selanjutnya, di sini peserta mempelajari panduan permainan, dan secara bergantian mencoba menjadi pemain dengan pemandu yang berbeda antarkelompok. Pada percobaan pertama beberapa pemandu nampak langsung mengeluarkan semua komponen permainan papan dan menjelaskannya, peserta tampak menunggu, karena permainan tidak segera dimulai. Pada percobaan kedua, semakin banyak pemandu yang fokus mengikuti alur yang ada pada panduan pemainan. Selesai bermain kami melakukan refleksi, kondisi apa yang membingungkan peserta, dan penjelasan seperti apa yang akhirnya membuat paham. Salah satu peserta mengatakan “Tadi saya bingung, karena melihat pemandu membolak-balik komponen, mengeluarkan semuanya, namun belum dipakai. Pemandunya bingung pemainnya ikut bingung. Sedangkan kami jadi paham ketika pemandu tidak buru-buru dan menjelaskan alurnya satu persatu.” Kami kemudian membuat simpulan Tips Memandu Permainan Papan dengan tabel tampak seperti dan tidak tampak seperti.

Selesai sesi memandu permainan papan, peserta menanyakan lebih lanjut tentang permainan papan Jelajah Nusantara. Kita membahas tentang ilustrasi yang dibuat murid-murid Cikal, serta tokoh yang ada dalam permainan. Guru Syam, peserta dari Jeneponto ikut berbicara “Kami orang Sulawesi jadi tahu, tentang Karaeng Pattingalloang, ternyata ada raja dari Gowa-Tallo yang cinta pengetahuan, tadi

saya juga mengabarkannya lewat chat ke teman-teman guru yang lain tentang tokoh ini.”Permainan ini menjadi media yang dibongkar komponen dan kontennya untuk didiskusikan. Peserta menyimpulkan ada jenis pekerjaan, alat-alat, bilangan, warna, bidang datar, tentang kerja sama, tentang pengetahuan. Simpulan ini jadi bahan diskusi lanjutan untuk memodifikasi permainan dan merancang aktivitas pengajaran dengan kanvas desain pengajaran.Masing-masing kelompok menyajikan ide yang berbeda. “Kami menemui murid kurang tertarik dengan sejarah, karena tidak menemukan relevansi dengan kehidupan ‘Buat apa ya belajar ini?’, kami memodifikasinya dengan mengganti karakter dengan tokoh-tokoh sesuai tujuan pengajaran dan materi ajar, bendanya pun disesuaikan”. Adapula yang memodifikasi untuk mengenal warna dan buah, sehingga murid bisa diajak mengumpulkan buah dengan warna yang sama.

Di akhir kelas kompetensi, kami melakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan “Apa yang telah Anda pelajari tentang belajar dengan bermain yang bermakna?”“Merancang desain pengajaran menggunakan media permainan papan perlu berdasarkan permasalahan murid.”“Saya belajar tentang menentukan tujuan game agar lebih sesuai kebutuhan anak, Jadi gamenya tidak hanya untuk bersenang-senang saja.”

Jadi Bermain di Kelas Bersama Murid, Perlukah?Bermain jangan bermain kalau tiada artinyaBermain boleh saja, kalau ada maknanya?Begitukah?

Page 22: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat22

LIPUTAN PROGRAMKAMPUS GURU CIKAL

LANGKAHAWALMENITIKARIER PROTEAN

temu inovasi karya

Penulis : Rizqy Rahmat Hani

Saya pernah mengikuti lomba guru berprestasi dan menjuarai kejuaraan tersebut. Namun setelah saya mendapat piala dan beberapa hadiah, tidak ada proses setelah itu. Apa yang

saya ciptakan sekadar untuk lomba tersebut.

Lomba selesai, kegiatan berinovasi selesai. Membuat inovasi pengajaran lagi ketika ada lomba lagi. Seakan inovasi pengajaran bukan berdasar kepada kebutuhan belajar murid, tapi keinginan saya mendapat piala.

Saya tidak memiliki kemerdekaan dalam merancang inovasi pengajaran, saya hanya fokus kepada track record juri, sejarah pemenang inovasi pengajaran tahun-tahun sebelumnya, hadiah yang jumlahnya tentu tidak sedikit.

Saat Kampus Guru Cikal diajak Wardah untuk merancang Wardah Inspiring Teacher 2019 hal yang paling pertama dibicarakan adalah bagaimana agar kegiatan ini dihilangkan kesan kompetisinya. Maka sedari awal walau ada hadiah studi banding ke New Zealand bagi 2 guru di akhir program, kami tidak pernah menyampaikan hal tersebut. Kami ingin guru yang mengikuti program ini bukan semata-mata

karena hadiahnya.

Awalnya sih sangsi, apakah kegiatan tanpa iming-iming dan akan berlangsung cukup lama (Maret – September) peserta akan bertahan hingga akhir? Jangan-jangan di tengah peserta berguguran dan tidak melanjutkan hingga akhir program?

Proses demi proses kami jalani, dari pelatihan dasar yang mana guru diajak berempati kepada murid untuk membuat media. Pra pelatihan lanjutan, guru dikenalkan kepada berbagai jenis media, canvas media ajar hingga diajak untuk membuat prototipe. Menariknya pada pra pelatihan lanjutan ini dilakukan secara online, namun peserta masih saja antusias mengikuti dan mengirimkan tugas demi tugas. Dilanjutkan pelatihan lanjutan mengenai validasi karya. Peserta diajak membuat poin-poin penilaian dari karya yang dibuat, dan melakukan uji coba kepada beberapa pihak, terutama kepada murid. Dari proses uji coba ini membuat media yang dibuat guru peserta program mendapat umpan balik baik dari narasumber ahli, murid, dsb.

Tidak disangka sampai tahap akhir ada sekitar 60 guru yang masih bertahan.

Page 23: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 23

Poster dan media buatan guru dipamerkan di Temu Inovasi

Salah satu guru peserta WIT menjual media buatannya di Temu Inovasi

Poster dan media buatan guru dipamerkan di Temu Inovasi

Kami melihat 60 guru ini mewakili guru-guru yang memiliki kemerdekaan. Mereka sadar akan tujuan, merasa apa yang dilakukan sesuai kebutuhan belajar. Bukan semata-mata karena hadiahnya.

Di sesi akhir sebagai apresiasi, kami undang sekitar 40 guru untuk melakukan pameran karya di Temu Pendidik Nusantara 2019, dimana banyak guru dari berbagai daerah datang ke sini. Harapannya dari sini, guru-guru peserta Wardah Inspiring Teacher 2019 bisa mengenalkan media ajar yang dibuatnya dan awal guru-guru memulai karier protean.

Pameran digelar di Gedung Serba Guna Sekolah Cikal Cilandak pada tanggal 26-27 Oktober 2019. Berbagai media guru yang dibuat dipamerkan beserta poster proses pembuatan media tersebut. Banyak guru dari berbagai daerah berdatangan untuk mencoba media yang dipamerkan.

“Di Temu Inovasi saya memasang media saya dan poster ‘How to Play’, tidak disangka ternyata banyak yang tertarik, dan kemudian saya jelaskan bagaimana proses membuat media ini. Mereka semakin tertarik dan kemudian membeli media saya. Dan laku sekitar 20 buah Pak. Tidak berhenti sampai di situ, banyak yang repeat order melalui Instagram@kadoka_edu …”

Itulah cerita dari Guru Puspita Demy Amalia, seorang guru dari Homesantren Kebaikan Surabaya yang menjadi salah satu peserta Wardah Inspiring Teacher 2019.

Guru Imam Setiawan dari Sekolah Alam Atifa Bogor pun sama, setelah pameran Guru Imam memoles kembali media ajar yang ia buat untuk dipasarkan. Saat ini, media yang ia buat yaitu berupa buku, masih dalam tahap pengurusan ISBN.

Kampus Guru Cikal percaya kunci pengembangan guru ada 4 yaitu kemerdekaan, kompetensi, kolaborasi dan karier. Tidak berhenti saat guru mendapat piala, namun mengajak guru untuk mengembangkan kariernya sebagai guru.

Page 24: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat24

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Saya adalah guru kelompok bermain namun saya mendapat tugas tambahan yang diberikan kepala sekolah untuk mengajarkan pembelajaran perpustakaan di samping membacakan buku cerita dan

memperkenalkan buku-buku perpustakaan kepada anak-anak, saya juga mempertontonkan film kartun kepada anak-anak supaya mereka tidak jenuh dengan melihat buku saja.

Hari itu saya memperlihatkan sebuah film kartun cerita rakyat yang berjudul “Batu Menangis” kepada anak TK A. Saya melihat anak-anak antusias dalam menyaksikan film maupun berdiskusi dengan gurunya. Hari itu saya merasa berhasil memberikan pesan kepada anak-anak untuk menghormati orang tuanya. Saya merasa pesan yang disampaikan oleh film itu akan mampu membuat anak menyayangi orang tuanya.

Esok paginya saya terkejut ketika ada salah satu orang tua yang bercerita bahwa anaknya menangis dan tidak bisa tidur karena takut menjadi batu seperti yang dia lihat dalam film tersebut. Orang tua tersebut sampai bertanya kepada guru kelasnya tentang kisah yang ditonton anaknya. Guru kelas dan saya mencoba membantu anak tersebut agar tidak merasa takut lagi. Menjelaskan tentang cerita rakyat tersebut hanyalah sebuah dongeng. Bukan kisah nyata dan tidak mungkin mamanya akan menghukumnya menjadi batu.

Dari peristiwa tersebut, saya mulai mengevaluasi tentang materi bahan cerita kepada anak-anak baik murid saya di kelompok bermain maupun anak-anak di TK A. Beberapa kisah rakyat memang memiliki alur cerita dengan akhir cerita yang menyedihkan. Salah satunya adalah hukuman atas kesalahan yang dilakukan tokoh utamanya. Saya mulai menyaring buku yang bisa saya bagikan kepada anak usia 3-5 tahun.

Hari-hari berikutnya, saya tidak mendapatkan kendala yang berarti dalam memperkenalkan buku perpustakaan kepada anak-anak. Anak-anak menikmati mendengarkan cerita dari buku maupun melihat film. Mereka juga menikmati melihat gambar dari buku cerita bahkan mengenal keaksaraan awal dari buku tersebut.

CERITA YANG TERINTEGRASI

KristijoriniKGB Surakarta

KB/TK Kr. Widya Wacana Pasar [email protected]

Penulis

Page 25: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 25

Secara teori anak-anak mampu menjawab pertanyaan saya dengan baik. Saya juga mampu memancing mereka untuk menyimpulkan makna dibalik sebuah cerita dengan baik pula. Sayangnya, cerita yang mereka lihat maupun mereka dengar belum mampu diterapkan dalam kehidupan mereka. Sebagai contoh, kisah anak yang membuang sampah sembarangan sehingga mengakibatkan banjir. Anak-anak tahu akibat membuang sampah sembarangan dan bagaimana cara menjaga kebersihan seperti yang ada dalam cerita. Namun, mereka sering lupa untuk membuang sampah pada tempatnya. Atau cerita tentang anak yang pergi ke dokter gigi. Mereka tahu akibat tidak gosok gigi, tetapi kesulitan untuk membiasakan diri menggosok gigi di rumah.

Bagaimana membangun literasi yang berdampak pada anak maupun orang lain? Bagaimana caranya memberikan pemahaman kepada anak usia 3-5 tahun agar mampu melibatkan dirinya dalam memahami sebuah cerita?

Suatu hari saya mengajak anak-anak untuk melihat sebuah buku cerita tentang “Membantu Orang Tua”, saya menunjukkan buku cerita tentang anak yang gemar membantu orang tuanya. Mereka antusias untuk mendengarkan dan akhirnya ada juga anak yang punya keinginan untuk membantu mamanya. Kami melakukan diskusi kecil, kira-kira apa yang bisa dilakukan anak-anak seperti mereka. Ada yang menjawab membantu membereskan mainannya, ada yang menjawab menyiram tanaman,

ada yang menjawab membantu jaga toko dan lain sebagainya.

Berhubung hari itu kami membahas tentang “merawat pakaian”, maka saya mengarahkan anak bagaimana caranya agar orang tua terbantu dalam merawat pakaian. Ada yang menjawab, “Membantu mama mencuci pakaian”. Diskusi berlanjut dengan cara membantu mama mencuci pakaian. Saya mulai masuk pada kegiatan inti hari itu yaitu dengan kegiatan mencuci pakaian dan menjemurnya. Hari itu, anak-anak belajar mencuci dan menjemurnya.

Di depan pagar sekolah ketika pulang sekolah, ada dialog yang menyenangkan antara anak-anak dengan orang tua dan saya. Sae berkata, “Ma, hari ini Sae belajar mencuci pakaian, lho!” Mamanya terkejut dan bertanya, “Benarkah? Wah, kalau begitu Sae bisa membantu mama mencuci di rumah, ya?” Sae hanya mengangguk sambil tertawa senang. Sang mama menatap saya dan saya menjawab dengan menceritakan tentang kegiatan hari ini di sekolah.

“Iya, mama! Aldrik juga sudah bisa mencuci baju sendiri.” Aldrik yang sudah ada diluar pagar halaman ikut menyahut. “Kalau begitu, nanti bantu mama mencuci, ya!”“Tidak!” Aldrik langsung berlari ke mobil diiringi tawa teman-teman, guru, dan mamanya.

Ada beberapa anak yang mempraktikkan di rumah tetapi ada juga yang masih menganggap bahwa

Pemilihan cerita bisa membantu murid menguasai keterampilan hidup.

Murid-murid sedang melakukan aktivitas setelah kegiatan bercerita.

Page 26: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat26

mencuci adalah tugas mamanya. Meskipun demikian, anak tersebut mulai menghargai kegiatan mencuci yang dilakukan sang mama.

Lain waktu saya mengajak anak untuk membaca buku tentang cara merawat gigi. Sekali lagi saya memancing diskusi tentang cara merawat gigi dan bagaimana cara menggosok gigi yang benar. Berdasarkan sub tema hari itu tentang menjaga kebersihan gigi, saya mengajak anak untuk praktik langsung menggosok gigi pada waktu kegiatan inti. Anak-anak mulai dapat menggosok gigi sendiri dan di rumah belajar menggosok gigi tanpa disuruh orang tuanya.

Ketika saya mengajar di TK A, saya juga menerapkan hal yang sama kepada anak-anak. Di samping cerita yang terintegrasi dengan kegiatan, biasanya saya juga mengajak anak untuk menyanyikan lagu yang sesuai dengan cerita sebagai bentuk penekanan kepada mereka. Hal ini saya lakukan agar anak-anak lebih mengingat akan makna cerita yang saya sampaikan.

Suatu hari, ketika saya sedang menunggu anak-anak untuk bersiap baris, salah satu orang tua berkata, “Bu Rini, terima kasih. Kemarin Khafka sudah mau mengikuti kegiatan dengan baik. Sudah tidak rewel bahkan sudah mau mendengarkan mamanya bicara. Sudah berkurang kebiasaan berteriak di rumah.” Saya menjawab, “Sama-sama mama!”

Mama Owen juga senang dengan perubahan buah hatinya. Dia sering memposting perkembangan Owen di sosial media. Begitu juga dengan Garren yang mengirimkan kegiatan buah hatinya kepada saya. Oim juga melakukan hal yang sama. Setiap percakapan dalam grup Whatsapp, orang tua sering menceritakan perkembangan buah hatinya dengan semangat.

Melalui cerita yang diintegrasikan dengan kegiatan inti inilah saya mencoba membantu anak untuk mengingat buku cerita atau film yang mereka lihat. Sehingga anak lebih berdaya dalam memahami sebuah cerita. Di rumah, mereka dapat melakukan seperti yang diajarkan di sekolah karena mereka sudah mempraktekkannya. Biasanya, mereka juga akan mengingatkan anggota keluarganya bila tidak melakukan seperti yang ada dalam buku cerita.Menjadikan anak berdaya melalui literasi sederhana ini ternyata telah membuat orang tua senang. Hal yang sederhana yang dilakukan anak di rumah seringkali membuat orang tuanya bangga. Perubahan sekecil apapun, tetap memberi dampak bagi orang sekitarnya. Terlebih pada diri anak. Hal itu menumbuhkan rasa percaya diri dan bangga akan dirinya sendiri.

Beberapa kisah rakyat memang memiliki alur cerita dengan akhir cerita yang menyedihkan. Salah satunya adalah hukuman atas kesalahan yang dilakukan tokoh utamanya. Saya mulai mengavaluasi ini.

Kristijorini

Page 27: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 27

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Pengajaran Keanegaraman Budaya Tanpa Dogma

Eka WardanaSDIT AL QUDS Kota [email protected]

Penulis

Pembelajaran PKn cenderung dogmatis, suasana kekritisan tidak terbangun dengan cara ini. Menurut saya, beberapa malah tidak menarik. Anak-anak tidak terlalu tertarik pelajaran PKn karena pendekatan yang demikian.

Apakah benar anggapan di atas? Patut kita uji. Baik praktik di kelas maupun sajian materi pelajaran pada buku-buku paket yang bisanya dijadikan rujukan oleh guru dalam mengajar.

Tapi apakah benar, pembelajaran PKn dapat dikembangkan dengan cara membangun kekritisan berpikir anak? Jangan-jangan jika terlalu kritis, anak-anak bahkan tidak mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan?

Pikiran seperti itu bisa jadi menggelayuti saya dan guru lainnya selama merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pengajarannya. Sebab itu, yang paling mudah adalah menduplikasi cara pengajaran yang selama ini dilakukan.

Misalkan tentang keanekaragaman budaya dan adat istiadat. Topik ini selalu muncul dalam setiap pembelajaran PKn di hampir semua satuan pendidikan. Keterampilan, pemahaman dan pengetahuan yang hendak dimunculkan setelah mengikuti pembelajaran ini pun beragam. Sayangnya, guru selalu merujuk kepada kegiatan apa yang cocok untuk pembelajaran ini. Padahal yang lebih membantu anak mendapatkan ketercapaian kompetensi dasarnya adalah, kegiatan menyesuaikan tujuan belajar.

Apabila pemahaman yang hendak dimunculkan dalam pembelajaran itu adalah perbedaan keanekaragaman budaya dan adat istiadat itu bagian dari kekayaan bangsa, maka kegiatan yang bisa dilakukan menghafalkan sekian point hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tetapi bagaimana caranya agar pemahaman seperti itu bisa dibuktikan oleh murid.

Tugas guru memfasilitasi agar anak-anak memiliki bukti pemahaman itu. Sementara pemahaman sendiri banyak bentuknya. Enam sisi pemahaman yang bisa ditampilkan adalah: mampu menjelaskan, berempati, menginterpretasi, mengaplikasikan, perspektif, dan pengetahuan diri. Tinggal, pemahaman seperti apa yang hendak dibuktikan. Dan bagaimana

Desainer

Wilma A.I.S KailolaKGB Jakarta Pusat

Page 28: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat28

bentuk produknya. Setidaknya itulah yang akan saya lakukan untuk kelas pada materi ini.

Sementara ini, sebagian guru beranggapan sama, antara pengetahuan dan pemahaman. Jika sudah mengetahui point-point penting materi pembelajaran sudah dianggap sah tercapai tujuan belajar. Padahal untuk mencapai pemahaman, tidak hanya anak mengetahui namun lebih jauh mampu menampilkannya dalam enam sisi di atas. Dan ini pun menjadi tantangan tersendiri dalam saya mengajar.

Ambil contoh topik keberagaman budaya dan adat istiadat, saya memilih kegiatan yang langsung bersentuhan dengan budaya. Saya meminta anak menggambar alat musik khas daerah. Gambar tersebut diberikan keterangan bahan, nama-namanya, bagaimana cara menggunakannya, dan kapan alat itu dipergunakan. Gambar-gambar alat musik khas dari berbagai daerah itu sangat menarik bagi tampilan dan pengetahuan baru bagi anak. Saya mengamati dalam pengerjaannya, anak-anak melakukan diskusi dengan teman, melakukan pencarian data menggunakan buku, kemudian menyusunnya kembali di buku atau kertas kerja.

Untuk menambah tantangan, saya meminta anak-anak untuk menggambar senjata khas daerah. Gambar diberikan keterangan tentang bagian-bagiannya, cara membuat, fungsi dan kapan dipakai. Dari dua kegiatan tadi, yakni menggambar alat musik dan senjata khas daerah, anak-anak menemukan aneka ragam budaya dan adat daerah.

Awal kegiatan belajar, anak-anak akan bingung menggambar apa. Karena mereka belum terbiasa dengan gambar atau pengetahuan tentang alat musik daerah. Setelah beberapa saat saling berbicara antara satu dan lain murid, mereka akan menentukan alat musik apa yang akan digambar. Gambarnya pun tidak terlalu detail. Sekadarnya saja, namun dengan pertanyaan-pertanyaan yang memandu, perlahan mulai dilengkapi dengan berbagai pernak-perniknya. Misalnya, bagian yang dipegang oleh tangan, alat tabuh dan hiasan yang biasanya disematkan dalam alat tersebut. Setelah itu, mencari informasi terkait alat musik dan senjata khas daerah. Saya memandu dengan pertanyaan kepada anak-anak seperti : “Asalnya dari mana? Bagaimana cara menggunakannya, atau apa bahan pembuatnya”. Data-data itu memberi pelengkap bagi gambar.

Dari gambar yang dihasilkan anak-anak, tampak bagaimana gambar yang dibuat dapat dijadikan bahan memahami budaya suatu daerah. Mereka mengetahui seluk-beluk produk budaya. Dalam diskusi yang dilakukan murid saat menggali dan mempertimbangkan informasi mana yang akan ditampilkan dalam gambar. Contoh saya mengajukan pertanyaan, “Apakah seruling hanya digunakan di Jawa Barat? Apakah seruling juga ada di daerah lain?”, atau pertanyaan “Apakah keris hanya ada di Jawa Tengah?”. Dan jawaban anak anak sangat beragam. “Oh, ternyata seruling tidak hanya di Jawa Barat ya, di Sumatera Barat juga ada.” Celetuk mereka. Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi

Page 29: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 29

jembatan untuk memancing anak mencari pengetahuan lainnya yang berkaitan. Seperti pertanyaan salah seorang murid kepada saya, “Tetapi cara menabuh serulingnya berbeda ya Pak”.

Pemahaman yang terbentuk memang bukan pada menggambarnya, namun bagaimana anak-anak menemukan keanekaragaman budaya dalam wujud yang bisa dijangkau secara visual, contohnya gambar. Diskusi, pertanyaan, obrolan dengan murid lain, dan penjelasan gurulah yang membentuk pemahaman anak-anak tentang keanekaragaman budaya dan adat istiadat.

Bagi saya, keasyikan menggambar, memberi keterangan gambar sambil berdiskusi mengajak anak-anak masuk dalam topik besar yakni keragaman budaya dan bagaimana menyikapinya. Ini lebih menyenangkan dibandingkan dengan mendengarkan uraian ceramah selama 30-60 menit pelajaran PKn, mengerjakan soal pilihan ganda, mengisi titik di lembar jawaban, atau lomba cerdas-cermat. Di antara anak-anak yang mengerjakan, ada juga yang menyelesaikan tugas ingin cepat-cepat kelar dan diberikan ke guru agar mendapatkan penilaian. Sambil berkata kepada saya, “Pak, kasih tanda tangan ya”. Namun jumlah murid yang seperti ini tidak terlalu banyak. Secara keseluruhan, anak-anak menyenangi menggambar dan berdiskusi. Dalam pembelajaran ada produk yang dihasilkan oleh murid. Produk tersebut dipergunakan oleh anak untuk mengenal budaya daerah yang beraneka ragam. Keragaman itu bukan untuk dipertentangkan tetapi dapat menjadi kekayaan budaya. Pemahaman tidak menggunakan ceramah namun melalui diskusi, pertanyaan, dan mendesign gambar. “Alat musik dan senjatanya daerahnya bermacam-macam ya Pak” Ujar seorang murid memberi komentar terkait hasil gambarnya.

Cara mengajar sederhana ini lebih nyaman untuk guru dan juga murid. Energi diperlukan sepenuhnya untuk mendalami topik, membangun pemahaman dan memperbaiki miskonsepsi. Refleksi mengajar saya yakni kekurangan yang perlu dihindari adalah, tidak adanya alat peraga berupa barang-barang yang diperlukan, alat bantuan visual, atau cerita berbentuk narasi. Jika ada alat bantu itu, barangkali kelas akan lebih atraktif dan menarik.

Page 30: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat30

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Literasi untuk Membangun Empati

Titik Nur IstiqomahSD Muhammadiyah 1 Muntilan

KGB [email protected]

Virandy P.KGB BelitungSMAN 1 Sijuk

Desainer

Penulis

Sebagai pendidik, kita sepakat bahwa literasi saat ini tidak hanya berupa istilah, melainkan sebuah gerakan dan budaya yang maknanya lebih luas dari sekadar mengukur kemampuan anak mendapatkan nilai yang tinggi. Literasi

juga bukan hanya tentang kemampuan berbahasa. Literasi penting karena menjadi suatu kemampuan yang harapannya dapat membuat anak-anak didik kita kelak berdaya dalam menghadapi tantangan kehidupan. Lebih jauh lagi, mampu membuat perubahan kehidupan yang lebih baik pun bisa berkontribusi pada masyarakat. Sebagai pendidik, saya meyakini bahwa anak-anak tidak harus menunggu dewasa untuk bisa berkontribusi pada masyarakat.

Maka, untuk mendukung keyakinan tersebut, saya mencoba bertanya kepada anak-anak kelas VI, tema apa yang mereka inginkan sebagai bahan diskusi di jam literasi. Salah satu di antara mereka menjawab ingin membahas tentang bersyukur. Ketika saya tanya alasannya, pagi tadi dia mendengarkan lagunya D-Massive yang berjudul Jangan Menyerah, dan kata-kata yang terngiang-ngiang di kepalanya adalah lirik “Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah.” Kontan saja jawaban tersebut disusul oleh gelak tawa teman-temannya dan juga saya. Kreatif juga anak ini, batin saya.

Lalu saya tawarkan ke anak-anak lainnya tentang masukan tema diskusi kali ini. Namun, anak-anak justru tertarik dengan ide pertama kali yang diusulkan oleh temannya tadi. Baiklah, saya menyetujuinya. Saya selalu percaya, anak-anak akan bertanggungjawab dengan ide belajar yang dipilihnya sendiri.

Maka pagi itu, saya coba melakukan apersepsi tentang kelanjutan ide yang mereka setujui bersama. Pertanyaan pembukanya adalah : “Apa yang biasanya membuat kalian bersyukur dengan apapun yang kalian miliki saat ini?”

Sebanyak 32 anak menjawab dengan versinya masing-masing. Namun, ada benang merah yang menghubungkan jawaban-jawaban tadi, yaitu “ketika melihat orang yang tidak seberuntung kita.”Sambil menyiapkan netbook dan LCD untuk mengakses youtube, sekilas saya kepikiran bagaimana kalau memutarkan video tentang kondisi anak-anak Indonesia yang kesulitan aksesnya menuju sekolah. Saya juga terbersit untuk menawarkan kepada anak-anak video inspirasi tentang orang-orang yang dianugerahi fisik yang kurang sempurna, namun berprestasi di mata dunia. Hal itu

Page 31: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 31

terinspirasi oleh seminar motivasi yang pernah saya ikuti dahulu. Belum sempat saya utarakan kepada mereka, namun tiba-tiba, ada anak yang berbicara,

“Iya Bu, lihat di youtube yang anak-anak Palestina, Bu.” “Mengapa kamu tertarik untuk melihat video anak-anak Palestina?” tanya saya ingin tahu.

Katanya, karena di sana masalahnya lebih menakutkan Bu, bom di mana-mana, bahkan di tempat ibadah pun. Temannya yang lain mengiyakan, dan menambahkan bahwa dirinya juga penasaran jika menjelang Hari Raya Idul Adha seperti ini, bagaimana keadaan di Palestina. Sebab di Indonesia, ketika menjelang hari raya, banyak teman-teman di sekitar rumahnya yang justru malah merayakannya dengan menyalakan petasan yang bunyinya dahsyat.

Saya meminta pendapat dari anak-anak lainnya tentang ide menonton video kondisi anak-anak Palestina. Dari 32 anak, tidak ada anak yang menolak ide tersebut. Berbekal kesimpulan tersebut, saya memfasilitasi anak-anak dengan memutarkan dua video clip dari youtube tentang kondisi anak-anak Palestina dengan arti lirik lagu yang berjalan, yaitu lagu Atouna El Toufoule yang artinya Beri Kami Masa Kecil. Dalam waktu 10 menit, mereka mengamati video yang tersaji. Saya lihat ekspresi mereka satu per satu. Ada yang menyipitkan mata ketika melihat anak-anak yang terluka, ada yang mengamati sambil mulutnya ikut bergumam menirukan lirik lagu, ada yang mencoba menyeimbangkan kemampuan mengamati video

dan membaca arti lirik lagu dalam satu waktu, ada yang saking fokusnya sampai mulutnya berkali-kali terbuka, dan ada beberapa yang matanya berkaca-kaca. Sampai video habis terputar, saya berkesimpulan bahwa beberapa mereka terlihat rasa empatinya.

Hal yang kami lakukan selanjutnya adalah berdiskusi tentang isi video. Saya memberikan kesempatan sepenuhnya kepada siswa untuk berpendapat secara santun dan tertib tentang apa-apa yang mereka rasakan atau pikirkan setelah melihat video. Dan inilah sesi yang paling seru dan paling hidup. Satu-persatu mengangkat tangannya untuk mengungkapkan pendapatnya tentang perbandingan kondisi anak-anak Palestina dengan anak-anak di Indonesia. Kami juga berdiskusi tentang sebenar-benar konflik dan peperangan. Bahwa di dunia nyata, hal tersebut memang ada dan terjadi. Tidak hanya pada game yang pernah mereka mainkan saja. Kemudian kami kaitkan pula dengan dampaknya, siapa yang menjadi korban, siapa yang dirugikan, hingga mencapai kesepahaman bahwa yang namanya perang tidak akan pernah menguntungkan pihak manapun. Baik yang merasa menang, atau kalah.

Sesekali, saya memberikan pemahaman, menguatkan atau meluruskan jika terdapat pendapat yang keluar konteks. Kami berdiskusi pula tentang rasa kasihan, keterbatasan yang dialami oleh anak-anak di Palestina, tentang perjuangan mereka untuk belajar dan bertahan hidup, lalu mengerucut tentang hal-hal yang selama ini lupa

Guru memutarkan video dari masukan murid.

Guru mengajak murid untuk berdiskusi mengenai isi video.

Murid berpendapat mengenai video yang diputarkan.

Guru memberi umpan balik dari pendapat yang murid sampaikan.

“Jadi dari video tersebut, bagaimana caranya kita

bersyukur?”

Page 32: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat32

kami syukuri ditakdirkan hidup di Indonesia. Dan inilah sesi terpenting. Kegiatan refleksi yang dinanti-nanti. Saya selalu tertarik dengan sudut pandang anak-anak dalam melihat suatu permasalahan. Sebagai pemantik, saya tulis pertanyaan refleksi di papan tulis yang akan mereka jawab di buku literasi.

“Jadi, setelah menyimak video dan berdiskusi, nikmat apa yang bisa kamu syukuri banyak-banyak?”Anak-anak berkesempatan untuk menuliskan jawaban tetang hal-hal yang mereka syukuri karena mendapatkan nikmat dan kesempatan yang tidak dimiliki oleh anak-anak di Palestina, sebanyak-banyaknya yang bisa mereka tulis dalam waktu 10 menit. Serta, kami sepakati bahwa jawaban diawali dengan kata “Aku bersyukur karena....”

Hasilnya, selalu menarik membaca tulisan jujur anak-anak. Di antara yang membuat saya terharu adalah jawaban-jawaban sederhana dan jujur di bawah ini.“Aku bersyukur karena bisa makan daging.”“Aku bersyukur karena bisa makan bersama keluarga sebanyak-banyaknya.”“Aku bersyukur bisa ke masjid tanpa suatu halangan apapun.”“Aku bersyukur karena mendapatkan kasih sayang dari orang tua tanpa batasan apapun.”“Aku bersyukur karena tidak harus mengemis untuk mencukupi kebutuhan keluarga.”“Aku bersyukur karena diberi tempat berlindung yang aman.”

Ketika saya tanya, “Apa yang bisa kamu lakukan setelah menuliskan rasa syukur ini?”. Ada yang menjawab tidak akan sering mengeluh, tidak

mengejek fisik temannya, lalu beberapa anak mengusulkan untuk memberikan seluruh uang sakunya dalam sehari dan dilakukan seminggu sekali untuk diberikan kepada anak-anak Palestina dan anak-anak yang kurang beruntung di sekitar kita. Ide tersebut disepakati dengan persetujuan anak-anak satu kelas. Saya tanya alasannya, karena menahan untuk tidak jajan dalam sehari itu jauh lebih mudah mereka lakukan daripada perjuangan anak-anak di Palestina yang bahkan bisa tidak makan selama berhari-hari. Jawaban yang membuat saya terkesima.

Hasil literasi hari ini semakin menguatkan saya bahwa anak-anak tidak harus menunggu dewasa untuk bisa berkontribusi pada masyarakat. Dan untuk membuat anak-anak didik kita berdaya dalam menghadapi tantangan kehidupan, mampu membuat perubahan kehidupan yang lebih baik, dan bisa berkontribusi pada masyarakat, ternyata bisa dilakukan dengan cara sesederhana ini. Dengan berempati kepada anak, maka anak akan menunjukkan sendiri rasa empatinya. Dengan memerdekakan anak-anak dalam belajar, mereka akan bertanggungjawab pada apa yang dipelajarinya. Dengan memanusiakan hubungan dengan anak-anak, mereka akan memanusiakan hubungan dengan yang lainnya. Lalu perlahan-lahan kegiatan seperti ini, terus menumbuhkan rasa empati dan membiasakan mereka untuk bersama-sama menjadi penggerak perubahan negeri.

Page 33: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 33

Page 34: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat34

LIPUTAN PROGRAMKAMPUS GURU CIKAL

Belajar diTemu PendidikNusantara

Pendidikan untuk Semua

Penulis : Winda Dyah Uningrumjati

Apa yang terjadi jika ada orang yang benar-benar haus, ia menginginkan segelas es teh manis, tetapi yang ada dihidangkan di meja hanya gulai ayam berkuah santan

kental ? Orang itu tentu saja tidak akan menikmati sajian gulai tersebut. Beranjak dari meja gulai, ia pergi ke meja berikutnya untuk mencari pelepas dahaga yang ia butuhkan. Lagi-lagi, yang ia temukan hanyalah lauk pepes pindang, tempe mendoan dan tongseng kambing. Orang tersebut lantas frustasi. Ia makan sajian yang dihidangkan di meja. Meskipun ia telah melahap banyak hidangan, rasa hausnya tak juga sirna. Ia pasrah, karena ia tak dapat memilih makanan apa yang ia mau.

Kondisi tersebut merupakan analogi dari pelatihan guru yang selama ini didapatkan oleh guru. Selama ini pelatihan yang didapat hanya bertema seputar kurikulum, perangkat pembelajaran yang sebenarnya kurang dibutuhkan oleh guru. “Selama ini pelatihan hanya berkisar seputar kurikulum. Padahal yang kami butuhkan adalah bagaimana cara untuk memperbaiki pembelajaran di kelas” ujar Dyah Erna, guru SLB Tawangsari Jawa Tengah.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Guru-guru Guru BK SMA/SMK/SLB asal Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang tergabung dalam Program Pendidikan Untuk Semua diberangkatkan menuju Temu Pendidik Nusantara yang diselenggarakan di Jakarta, 25-28 Oktober 2019 melalui jalur Beasiswa Nusantarun.

Program Pendidikan Untuk Semua merupakan project kolaborasi antara Nusantarun bekerjasama dengan Kampus Guru Cikal untuk memberikan pelatihan kepada guru-guru Di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mempersiapkan karier murid penyandang disabilitas di masa depan. Ada sekitar 125 guru yang terlibat dalam program ini melalui mekanisme seleksi yang panjang. Dari keseluruhan peserta, selanjutnya dipilih 28 peserta yang diberangkatkan untuk mengikuti Temu Pendidik Nusantara. 28 peserta tersebut mendapat beasiswa penuh dari Program Pendidikan Untuk Semua untuk mengikuti Temu Pendidik Nusantara (TPN). Beasiswa tersebut meliputi biaya Tiket TPN, Akomodasi, Transportasi dari daerah asal dan selama di Jakarta.

Page 35: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 35

Pagi masih buta kala itu, semua peserta TPN dari Program Beasiswa Nusantarun melanjutkan perjalanan ke Wisma Handayani di daerah Cilandak, tempat penginapan yang disediakan oleh panitia Penyelenggara TPN. Antusiasme peserta terlihat di raut wajah seluruh peserta. Pendamping Program Pendidikan untuk semua, Rofiqoh Nur Istiqomah dan Winda Dyah Uningrumjati menyambut peserta di Wisma Handayani. Rofiqoh dan Winda memberikan pengarahan singkat mengenai rundown acara esok hari dan memberikan informasi bahwa peserta harus segera bersiap-siap untuk berangkat menuju lokasi TPN.

Selepas subuh, antuasiasme peserta sangat tinggi, terbukti mereka berkumpul di lobby tepat waktu. Mereka kemudian terbagi menjadi 2 rombongan dengan 2 shuttle bus yang berbeda. Rombongan guru Tingkat Pendidikan Dasar (SD) dan Guru Tingkat Pendidik Menengah (SMP dan SMA/SMK). Rombongan Tingkat Dasar diantar shuttle bus ke Sekolah Cikal Cilandak, Jakarta Selatan. Rombongan kedua diantar shuttle bus Ke Sekolah Cikal Setu, Jakarta Timur menggunakan shuttle bus.

Tahun ini antusiasme peserta TPN yang mengangkat tema “Literasi Menggerakkan Negeri” begitu luar biasa. TPN diikuti oleh 1000 peserta yang berasal dari 120 daerah di Indonesia. Ada 4 jenis kelas yang dapat diikuti peserta : Kelas Kemerdekaan, Kelas Kompetensi, Kelas Kolaborasi dan Kelas Karier. Dari Empat jenis kelas tersebut, ada ratusan kelas yang bisa dipilih peserta sesuai kebutuhan masing-masing. Uniknya lagi, hampir seluruh pembicara di TPN adalah guru yang siap berbagi praktik baik pembelajaran. Jadi ilmu yang dibagikan tidak melulu tentang teori, tetapi ilmu dari hasil pengalaman guru-guru di lapangan yang langsung dapat di praktikkan oleh peserta.

Hari pertama TPN terdapat 3 jenis kelas yang dapat diikuti peserta. Ada Kelas Kemerdekaan, Kelas Kolaborasi dan Kelas Kompetensi. Kelas Kemerdekaan ialah kelas yang memantik inspirasi peserta untuk menemukan kebutuhan belajarnya. Kelas Kolaborasi adalah kelas yang berkolaborasi dengan sesama pendidik, komunitas, maupun perusahaan. Kelas kolaboKelas kompetensi adalah kelas yang membantu guru mengembangkan kompetensinya.

Zuzina Nur Susanti, Guru SLBN Negeri Sukoharjo Jawa Tengah yang merupakan peserta TPN jalur beasiswa Nusantarun mengaku sangat senang menjadi bagian dari TPN 2019. “Baru kali ini mengikuti pelatihan guru yang ia dapat merdeka belajar dengan memilih topik kelas sesuai kebutuhan mengajar saya di kelas” ujarnya. Ia memilih kelas Asesmen Pengajaran Merdeka Belajar. Ia berharap ilmu yang ia dapat di TPN dapat ia gunakan sebagai dasar asesmen pemetaan peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah

Peserta program #PendidikanUntukSemua berfoto

bersama pelatih.

Salah satu kelas yang diikuti peserta program #PendidikanUntukSemua

Page 36: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat36

Baru kali ini mengikuti pelatihan guru yang ia dapat merdeka belajar dengan memilih

topik kelas sesuai kebutuhan mengajar saya di kelas”

Kelas yang saya ikuti sesuai dengan kebutuhan saya, saya bisa membuat papan

permainan untuk media belajar murid.

Zuzina Nur Susanti, Guru SLBN Negeri Sukoharjo

Kadiyono - Guru SLB Insan Tiara Bangsa

tempat Ia mengajar. Sejalan dengan yang dirasakan oleh Zuzina, Kadiyono juga senang sekali dapat belajar di TPN. Guru SLB SLB Insan Tiara Bangsa Kendal ini memilih kelas yang sesuai dengan kebutuhanya agar dapat melakukan pembelajaran yang lebih inovatif kepada siswa-siswa nya. Ia memilih kelas Aktivitas Belajar Bermakna dengan Permainan Papan (Board Game)

Antusiasme peserta meningkat saat mengetahui kehadiran Nadiem Makarim di hari pertamanya setelah ia dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ia hadir ditengah-tengah guru dan mendengar aspirasi langsung dari guru. Moment ini dimanfaatkan oleh para guru untuk menyampaikan aspirasi seputar pendidikan.

Hari Kedua TPN merupakan acara puncak TPN. Najeela Shihab memberikan inspirasi dan suntikan semangat kepada lebih dari 1000 guru pada acara puncak TPN. Acara ini diiringi oleh berbagai pertuntukkan seni yang dibawakan oleh murid-murid sekolah cikal. Seusai acara puncak, acara dilanjutkan dengan kelas karier yang dapat dipilih peserta sesuai kebutuhan belajar masing-masing peserta. Ada beberapa pilihan yang dapat dipilih peserta saat mengikuti kelas karier, diantaranya, Membangun Layanan, Membangun kelas, Guru berdaya dengan menulis buku, & permainan untuk mengembangkan karier guru.

Sore hari setelah kelas puncak dan kelas karier, Peserta TPN Beasiswa Nusantarun kembali ke daerah masing-masing dengan gelas terisi penuh. Mereka merasa senang karena telah terbuka wawasanya. Mengisi penuh gelas yang mereka sebelumnya mereka kosongkan dengan suntikan energi dan inspirasi.

Meninggalkan Jakarta naik kereta dari stasiun Pasar Senen, mereka berjanji tidak akan meninggalkan kenangan mengikuti TPN hanya di memori saja. Tetapi mereka siap berbagi pengalaman kepada guru-guru di daerah masing-masing. Tak hanya itu, melalui pembelajaran TPN, mereka semakin memiliki bekal untuk mempersiapkan karier dan masa depan peserta didik berkebutuhan khusus.

Page 37: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 37

LIPUTAN

CIKAL AKSI-AKSI

MELIBATKANMURID UNTUKPEDULI

Kamis, 23 Oktober 2019 sejumlah 18 penggerak guru belajar dari berbagai daerah berkumpul di Wisma Handayani untuk mendapatkan briefing dari Baja Seto, koordinator Cikal Aksi-Aksi dari Kampus Guru Cikal. Guru-guru dari berbagai daerah diajak untuk berbagi permasalahan yang dihadapi di kelas kepada murid-murid Sekolah Cikal. Harapannya murid-murid bisa berdiskusi mencari solusi untuk permasalahan tersebut. Berikut adalah kisah dari 3 guru yang menuliskan kisahnya mengisi kelas Cikal Aksi-Aksi.

Page 38: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat38

Kalau saya tidak diberi petunjuk mungkin saya akan menyesal karena telah menyia-nyiakan kesempatan ini. Bingung dan ragu itulah

yang saya rasakan ketika diminta untuk menjadi Narasumber di Acara Cikal Aksi-Aksi, sempat berpikir untuk tidak menghadirinya.

Keraguan saya bermula karena saya tidak paham dengan tujuan acara tersebut, sempat dilakukan sedikit briefing tentang acara tersebut tapi saya tetap bingung harus melakukan apa karena saya lihat sebagian teman-teman yang diminta untuk menjadi narasumber sudah mempersiapkan slide dan bahan yang akan disampaikan.

Akhirnya saya pasrah ketika diminta masuk ke kelas VII SMP Sekolah Cikal Amri Setu. Kesan pertama saya pertama kali bertatap muka dengan anak-anak mereka hangat dan bersahabat.

Saya mulai menyapa anak-anak sambil berfikir apa yang harus saya sampaikan, Alhamdulilah ditengah-tengah kegalauan saya petunjuk itu datang juga saya mulai menceritakan masalah yang kerap terjadi disekolah tempat saya mengajar,konflik, bullying, dan kedisiplinan, adalah permasalahan yang membuat kami para guru sering kehabisan cara untuk mengatasinya.

Saya yakin permasalahan ini juga terjadi di banyak sekolah di Negeri ini Saya meminta anak-anak memberikan solusi apa yang seharusnya dilakukan oleh kami sebagai guru dalam mengatasi masalah tersebut.

Anak-anak mengidentifikasi masalah dan mulai

bertanya biasanya apa yang menyebabkan masalah terjadi?

Dan bagaimana cara guru menyelesaikannya.Ditengah percapakan tiba-tiba ada yang nyeletuk “Dihukum Bu?”

“Waaah ga boleh Bu semakin kita keras maka anak-anak akan semakin susah diatur.” jawab salah satu murid.Saya balik bertanya jadi apa yang harus dilakukan?

Mereka menjawab, menanyakan apa yang terjadi, kenapa konflik dimulai, dan seharusnya melakukan apa untuk menghentikannya. Bersikap sebagai konselor yang mendengarkan perasaan murid, mendeskripsikan masalah. Meyakinkan bahwa murid itu sayang di dukung dan dibantu.

Saya senang sekali dan mengucap banyak terima kasih dengan percakapan bergizi ini. Entah mengapa saya merasa seperti sedang dikonseling oleh anak-anak ini.

Setelah berdialog panjang lebar terakhir mereka memberikan solusi ditulis dalam bentuk surat dan infografis. Selain untuk guru mereka juga menulis surat untuk murid-murid disekolah saya.

Satu lagi yang membuat saya senang ketika mereka menyampaikan keinginan mereka untuk berkunjung ke sekolah kami. See you murid-murid cikal. Kami tunggu kedatangan Kalian.

Rahmiyanti - KGB Pesisir Selatan - SMPN 2 Lengayang.

Page 39: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 39

Apa sih Cikal Aksi-Aksi (CAA)?Cikal Aksi-Aksi adalah kegiatan belajar murid cikal melalui sejumlah proyek yang berdampak sosial. Nah, pada kegiatan CAA ini, murid cikal diajak untuk memahami kondisi pendidikan di daerah melalui sharing dari guru penggerak Komunitas Guru Belajar dari berbagai daerah di Nusantara untuk menghasilkan proyek yang bisa berdampak perubahan.

Adapun tujuan dari kegiatan CAA antara lain adanya interaksi dengan murid Cikal, berbagi pengajaran di sekolah asal, berbagi tantangan dan perubahan apa yang diharapkan agar murid Cikal dapat mengaplikasikan pembelajarannya untuk membantu mengembangkan komunitas guru belajar. Sedangkan output yang diharapkan dari hasil berbagi oleh guru penggerak, murid Cikal dapat mulai menyusun program/ bentuk kolaborasi untuk Cikal Aksi-Aksi dengan melibatkan KGB.

Kalau tak salah ada 18 guru penggerak dari berbagai daerah yang berkesempatan ikut kegiatan Cikal Aksi-Aksi. Ada KGB Bandung, KGB Makasar, KGB Pesisir Selatan, KGB Bekasi, KGB Semarang, KGB Solo Raya, dan masih banyak lagi. Nah, dari 18 itu, aku salah satunya yang mewakili KGB Pemalang. Waktu itu, kelas yang aku dapat adalah kelas VIII/ 2 SMP. Adapun tema yang aku bagikan tentang memanusiakan hubungan dan rentannya kekerasan di dunia pendidikan.

Awalnya sempet gerogi saat harus sharing di depan murid-murid Cikal, karena atensi mereka yang luar biasa terhadap guru tamu, yang buat saya gerogi takut tidak bisa memenuhi ekspekstasi mereka

terhadap guru tamu yang mereka nantikan. Saat itu aku mulai cerita tentang berbagai kasus kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan dan memberikan gambaran konflik di daerah termasuk beberapa konflik yang ada di sekolah saya sendiri.Mereka tampak antusias menyimak cerita yang aku suguhkan, sampai pada bagian aku ceritakan pengalamanku dalam menjalin relasi dengan murid. Aku putarkan video yang memang sudah aku siapkan dan kebetulan video itu juga dibuatkan oleh tim Kampus Guru Cikal. Sambutan mereka terasa hangat saat mengakhiri sesi sharing yang ditutup dengan tepuk tangan (apresiasi).

Kalau ada yang belum nonton bisa tonton di sini yah:https://www.instagram.com/p/B3mDGm3HrRQ/?igshid=2fm04miylgam

Setelah sharing sesi dilanjutkan dengan tanya jawab perihal masalah yang ingin mereka dalami sebelum mereka dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Saat itu ada dua pertanyaan yang diajukan.Pertanyaan pertama ini tidak terpikir olehku, karena yang mereka tanyakan rasa penasaran dari usahaku membangun relasi dengan murid.

Begini pertanyaannya “Pak, dulu bapak pemarah yah? Sekarang sudah berubah, kalau boleh tahu kapan terakhir Bapak marah?” Sempat kaget karena itu tadi, gak kepikiran bakal ditanyakan hal seperti itu. 😂

Saat itu aku jawab, kalau ditanya kapan terakhir marah. Bukan berarti sekarang bapak tidak pernah marah, tetap marah tapi caranya yang berbeda.

Page 40: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat40

Kalau dulu bapak marah pakai ancaman, hukuman, dan bahkan kekerasan kalau sekarang tidak. Marahnya bapak pakai cinta, bapak sampaikan perasaan bapak dan harapan bapak agar mereka bisa memahami apa yang bapak inginkan. Nah, salah satunya dengan I-Message. Eh, pas aku jawab gitu ada yang nyaut, tentang i-message. Ternyata mereka sudah belajar tentang teknik komunikasi itu dan jadilah kita sehati karena satu pemahaman dan keyakinan bahwa komunikasi yang efektif itu bisa dibangun tanpa harus teriak-teriak atau marah-marah.

Pertanyaan kedua “Masak Pak, ada murid yang bawa parang ke sekolah?” Seolah mereka tak percaya cerita tentang murid yang membawa parang ke sekolah untuk mengancam gurunya agar mengembalikan gawai yang disita. Kemudian aku ceritakan kembali dengan menyertakan tempat kejadian dan kronologisnya, serta memberikan gambaran bahwa pendidikan di daerah masih ada yang mengalami kasus-kasus kekerasan karena gagalnya menjalin relasi dengan murid untuk memanusiakan hubungan. Korban pun bisa murid atau bahkan guru juga bisa jadi korban.

Sampai akhirnya mereka dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk mulai mendiskusikan permasalahan dan mencari beberapa alternatif untuk pemecahan kasusnya. Pada saat sesi diskusi ini saya takjub dengan kemampuan penalaran dan proses mereka berdiskusi. Saling menghargai dan mengontruksi ide-ide yang mereka munculkan di meja diskusi. Sayang pada sesi ini saya tidak sempat ambil gambar karena tidak sempat minta izin ke guru kelas. Sebetulnya ide-ide mereka yang dituangkan dalam bentuk map mapping sangat unik dan menarik untuk ditindaklanjuti, terlebih pemikiran mereka mewakili suara/ harapan murid-murid yang ada di berbagai daerah untuk memanusiakan hubungan.

Ratno Kumar Jaya - SMK Muhammadiyah 01 Pekalongan - KGB Pemalang

Pada saat sesi

diskusi ini saya

takjub dengan

kemampuan

penalaran dan

proses mereka

berdiskusi.

Page 41: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 41

“Eh gimana nanti kalau Bapakmu datang ke kelas menceritakan keseharianya menjadi petani?” tanyaku pada seorang murid yang baru saja bercerita tentang bapaknya di depan kelas di proyek 15 menit berbicara.

Impiannya sih ingin mengundang bapak salah seoang murid yang berprofesi sebagai petani ke kelas. Menceritakan bagaimana pertanian dan permasalahan apa yang dihadapi. Lalu anak bersama-sama mencari solusi.Eh mau dilaksanain keburu pindah kerja. HeheRasanya senang aja melibatkan murid pada proyek-proyek yang relevan dengan kehidupan mereka. Sehingga sekolah bukan sekadar sekolah, tapi juga tempat belajar bermakna.

Seminggu yang lalu diberi kesempatan Sekolah Cikal untuk berbagi cerita di kelas 4,5,6 SD. Selain saya, ada sekitar 20 guru dari berbagai daerah yang berbeda yang diberi kesempatan yang sama.Guru-guru tersebut didatangkan ke kelas untuk menceritakan apa yang dialami di daerahnya, dan anak-anak dari cerita tersebut mencari solusi.Kalau aku saat masuk kelas, pertama memutarkan video tentang dialek Pekalongan.

“Singo-singoho, paora, kotomono, tesmak, temumulen..” begitu lucu kata-kata tersebut ditirukan oleh murid-murid Sekolah Cikal.Lalu aku mulai cerita tentang overdosisnya kompetisi di Pekalongan. Nggak di kelas, sekolah, instansi pemerintah, kompetisi yang menjadi andalan jika ada event.

Kegiatan saling unjuk gigi, menunjukkan yang

terbaik tidak relevan dengan apa yang ingin dituju.Permasalahan itu kemudian didiskusikan oleh murid dalam kelompok-kelompok kecil.

Saat diskusi, saya melihat adanya diskusi yang menarik. Murid kelas 4,5,6 diacak kelompoknya. Perpaduan pendapat antamurid, penghargaan pendapat terlihat dalam proses ini. Tidak ada yang ingin menang sendiri.

Setelah diskusi, tiap kelompok memaparkan solusi di depan kelas.

“Sebaiknya memulai dari hal sederhana, yaitu mendekorasi kelas secara bersama. Bukan di kompetisikan. Karena dari kegiatan ini akan terlihat adanya kolaborasi” ungkap salah satu kelompok.“Membuat aktivitas agar murid saling peduli satu sama lain..”“Kegiatan pembuatan infografis sejarah Pekalongan secara bersamaan”Takjub!

Ide-ide itu lahir dari anak-anak usia SD kelas 4,5,6. Dari sini saya sadar, bahwa murid memang (harusnya) sekutu utama guru.

Idenya unik, dan otentik!

Rizqy Rahmat Hani - KGB Pekalongan

Page 42: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat42

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Simpel(Simpanan Pelajar)

Melek Finansial Sejak Dini

Nurina ManggiasihKGB Batu

SDN Mojorejo [email protected]

Penulis

Bing beng bang yuukkk…kita ke Bank…Bang bing bung yuukkk…kita nabung…Tang ting tung hey…jangan dihitung…Tahu-tahu kita nanti dapat untung…

Pasti semuanya tahu lagu ini. Saya suka sekali dengan lirik lagunya. Penuh dengan sarat dan makna. Lagu dengan judul Menabung ini mengajarkan kita bahwa rajin menabung itu sangat asyik. Lagu tersebut menunjukkan bahwa menabungitu tidak ada ruginya malah nanti dapat untung.

Usia anak-anak merupakan momen tumbuh kembang yang penting ditanamkan nilai-nilai dasar termasuk literasi financial. Anak-anak harus belajar bahwa orang tua mereka harus bekerja dengan kerja keras demi mendapatkan penghasilan. Oleh karenanya, mereka perlu cermat dalam mengelola uang saku yang diberikan dengan menabungkan sebagian uang sakunya.

Saya mencoba bertanya kepada anak-anak di kelas.“Siapa yang suka menabung dari sisa uang jajannya?”“Anak-anak siapa yang di rumah punya celengan?”“Siapa yang sudah punya buku tabungan di Bank?”

Dari ketiga pertanyaan di atas, ternyata anak-anak sekarang banyak yang susah diajak untuk menabung. Mereka kurang gemar menabung. Banyak yang uang jajannya langsung dihabiskan tanpa disisakan untuk ditabung. Berdasarkan data dari Money Management International menunjukkan bahwa anak-anak tingkat SD cenderung menggunakan uangnya untuk tujuan konsumtif (jajan) dan bukan untuk keperluan masa depan mereka. Sebanyak 54 % anak-anak usia di bawah sepuluh tahun menggunakan uang yang mereka miliki untuk memnuhi keinginannya saja, sedangkan hanya 28 % anak-anak pada usia tersebut yang memilih untuk menyimpan uangnya untuk ditabung. Untuk itu perlu dan pentingnya pendidikan literasi finansial sejak dini terutama kepada anak usia sekolah dasar. Dengan pengenalan literasi finansial sejak dini

Idham SumiratKGB Wonosobo

Desainer

Page 43: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 43

akan membuat anak-anak terbiasa mengelola keuangan dengan baik dan benar. Pendidikan literasi finansial kepada anak bukan hanya sekedar pengenalan tentang uang, namun lebih jauh untuk mendidik siswa mampu mengontrol pengelolaan keuangan secara bijak dengan membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya keinginan. Semakin dini murid menyadari manfaat kebiasaan rajin menabung, maka semakin besar manfaatnya untuk masa depan mereka. Meski terihat begitu sederhana, tetapi efek jangka panjangnya akan sangat terasa luar biasa.Salah satu contoh pendidikan literasi finansial di sekolah saya adalah bekerjasama dengan bank dan mengajarkan tentang menabung kepada murid melalui produk tabungan Simpanan Pelajar “Simpel”. Produk ini banyak manfaatnya bagi murid dalam mendorong Gerakan Nasional Menabung, khususnya dalam mengenalkan dan menanamkan budaya menabung sejak dini. Simpel adalah tabungan untuk murid yang diterbitkan secara nasional oleh bank-bank di Indonesia dengan persyaratan yang mudah dan sederhana yang bertujuan untuk mendorong budaya menabung sejak dini.

Untuk itu yang kami lakukan dari pihak sekolah adalah :• Mengadakan sosialisasi kepada seluruh

wali murid. Semua orang tua kami undang ke sekolah. Sebagai orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan pendidikan literasi finansial sejak dini karena peran orang tua dalam memberikan nilai-nilai pendidikan literasi finansial sangat penting.

• Petugas bank datang ke sekolah memberikan formulir pembukaan rekening Simpanan Pelajar “Simpel” Kemudian formulir tersebut diberikan kepada orang tua untuk diisi.

• Pertama kali anak-anak menabung minimal dengan uang Rp 5.000,00.

• Kemudian anak-anak mendapatkan buku tabungan “Simpel”.

• Selanjutnya anak-anak menabung setiap hari Kamis. Anak-anak bisa menabung minimal Rp 1.000,00. dari sisa uang jajan.

Aturan cara menabung di sekolah yaitu murid mengisi slip penyetoran uang dan ditanda tangani siswa. Sedangkan aturan cara penarikan di sekolah yaitu penarikan dilakukan oleh siswa dengan mengisi slip penarikan serta di tanda tangani siswa. Tanda tangan siswa sebagai saran edukasi tidak menjadi acuan validasi bank.

Ternyata dari tabungan “Simpel” ini banyak perubahan yang dialami anak-anak.Secara tidak

Keterbukaan dan pemberian ruang diskusi yang cukup pada anak dalam membahas literasi finansial mutlak diperlukan agar anak tidak hanya menjadi obyek yang pasif tentang urusan finansial mereka.

Nurina Manggiasih

Page 44: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat44

langsung anak-anak menjadi penggerak dari Gerakan Nasional Menabung. Motivasi anak-anak untuk menabung sudah muncul dari dalam dirinya masing-masing. Mereka berusaha menyisakan uang jajannya untuk ditabung. Sisa uang jajan mereka kumpulkan selama seminggu. Kemudian mereka tabung lagi melalui tabungan “Simpel” ketika hari Kamis. Dengan membiasakan anak menyisihkan uang jajan akan tak sesimpel manfaatnya bagi dirinya antara lain :

• Mereka akan terbiasa menyisihkan uang jajan sehingga melatih pengendalian diri.

• Memiliki sikap sabar dan berusaha dengan kemampuan mereka sendiri untuk mendapat sesuatu yang diinginkan.

• Mereka akan lebih dini mengenal kegiatan investasi sehingga ketika dewasa mereka akan menjadi konsumen yang cerdas.

• Melatih hidup hemat dan mandiri.• Mendapatkan nilai-nilai positif dari literasi financial.• Mengajarkan kedisiplinan dalam mengelola

keuangan sejak dini• Membangun budaya gemar menabung sejak dini.

Penerapan pendidikan literasi finansial di sekolah harus didukung oleh semua pihak sehingga bisa berjalan secara konsisten dan berkesinambungan. Pendidikan literasi di sekolah juga harus mempunyai tujuan dan arah yang jelas agar internalisasi nilai-nilai pendidikan literasi keuangan dapat berjalan dengan baik. Keterbukaan dan pemberian ruang diskusi yang cukup pada anak dalam membahas literasi finansial mutlak diperlukan agar anak tidak hanya menjadi obyek yang pasif tentang urusan finansial mereka. Anak-anak perlu diajari dan terbiasa untuk membeli kebutuhan (needs) terlebih dahulu, sebelum membeli keinginan (wants). Anak akan belajar memprioritaskan kebutuhan, menunda keinginan, lebih senang beramal, dan gemar menabung.

Page 45: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 45

Page 46: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat46

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Ternyata Kamibisa Membaca

Kurniati Sekarsari Dwi LesmanaKGB Bandung

White Bee School of [email protected]

Lukman HakimKGB Pekalongan

SMA Islam Pekalongan

Desainer

Penulis

“Kak, aku belum bisa membaca” jawab anak-anak dengan kompak sambil memasang muka murung tak bersemangat pagi itu saat saya mengawali kegiatan main dengan membuka pertanyaan siapa yang sudah bisa membaca.

Tak ada semangat di sana. Mungkin bagi mereka itu adalah pertanyaan keramat yang sama sekali enggan mereka dengar saat ini. Kesannya pertanyaan semacam ini sudah ter-branding seperti pertanyaan pembeda kemampuan, akan auto terlihat hebat jika sudah bisa, begitu pun sebaliknya, auto terlihat payah jika ternyata belum bisa membaca.Padahal seharusnya wajar dan tak masalah dong, wong mereka baru berumur 5 – 6 tahun. Mengenalkan pra aksara pun masih dengan media main. Sudah on the track bukan jika kehidupan mereka masih asyik dengan kegiatan main-main bermakna?

Alhasil, setelah melihat ekspresi 8 dari 9 anak yang sedih dan tidak bersemangat setelah mendapatkan pertanyaan itu, saya terpacu untuk membuat mereka menyadari bahwa sebenarnya mereka sudah bisa membaca dan semakin merasa berdaya dalam waktu beberapa puluh menit. Hemm, tapi, gimana caranya ya? Emangnya bisa? Mari kita coba mengeksplorasi cara :D

Awalnya yang saya coba lakukan adalah mengeluarkan kartu akhlak bergambar dan membagikannya satu persatu pada setiap anak. Lalu saya bertanya pada mereka :

“Teman-teman kakak punya kartu akhlak bergambar yang lucu nih, kira-kira bisa nggak ya kalau kakak kasih temen-temen games membaca gambar yang ada di kartu yang temen-temen pegang?”“BISAAA DONG!” jawab mereka dengan kompak.“Ayoo kita coba!”

Cerita pertama dimulai dari Kayyisa.“Jadi, ini tuh ceritanya ada 2 anak yang lagi kehujanan di jalan. Tapi dia cari cara supaya nggak kehujanan lagi. Akhirnya dia coba pake daun pisang deh buat nutupin kepalanya supaya nggak kebasahan karena air hujan.” cerita Kayyisa pada kakak dan teman-temannya dengan sangat antusias.

Page 47: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 47

Satu persatu anak pun bergantian menceritakan gambar yang ada di dalam kartu-kartu akhlak miliknya dengan bahagia.

“Tuh kan, temen-temen semua keren banget! Ternyata teman-teman sudah bisa membaca gambar ya. Toss dulu dong sama kakak” ucap saya dengan sangat bahagia kala itu.

Toss.. toss.. toss..

“Iyaa ya, ternyata aku tuh udah bisa membaca ya dari dulu. Kok aku baru sadar sih? Alamaaak!” balas salah satu murid dengan nada bodor sambil menepuk jidatnya.

Semua teman-temannya pun tertawa lepas melihat tingkah temannya yang lucu itu.Alhamdulillaah Ya Allah, binar mata dan semangat mereka perlahan sudah kembali lagi. :)

“Oke, berhubung teman-teman udah keren banget nih bisa membaca, jadi kakak akan coba kasih teman-teman tantangan. Tantangannya gampang kok, teman-teman boleh bebas memilih kegiatan membaca yang ada di sekitar taman kota ini. Ada beberapa pilihan yang udah kepikiran sama kakak :

Membaca gambar : rambu di sekitar taman, dll.Membaca cuaca : panas, mendung, dll.Membaca lingkungan : lingkungannya kotor atau bersih.Membaca angka : angka yang ada di plat nomor, dll.Membaca huruf : huruf timbul yang ada di taman kota, dllMembaca film : menceritakan apa yang

didapatkan dari film yang ditontonMembaca diri : lapar – makan, haus – minum.

Tapi boleh kok kalau misalnya teman-teman nanti nemuin ide membaca yang lain di luar ini. Tinggal diinformasikan aja idenya ke kakak. Mengerti teman-teman? Ada yang ingin ditanyakan tidak?”“Tidak kakak.”“Kalau tidak ada yang ingin ditanyakan, selamat bermain tantangan.”Akhirnya semua anak berpencar mencari “buruan”nya masing-masing. Ada yang langsung berlari mendekati huruf timbul di taman kota.

Ada yang langsung duduk manis didepan laptop saya untuk bersiap membaca film. Ada yang asik membuka buku. Ada yang langsung ngecengin papan kumpulan rambu taman kota. Bahkan ada yang asyik lari-larian bersama temannya sebelum menentukan misi membaca apa yang akan diambil pagi itu. Unik sekali memang cara mereka memerdekakan dirinya untuk belajar.

Nah, di saat saya sedang asyik memantau aktivitas membaca yang sedang anak-anak lakukan, tiba-tiba ada salah satu murid yang mendekat dan meminta izin melakukan suatu hal diluar rencana saya sebelumnya.

Murid : “Kak aku mau masuk kolam boleh nggak?”Kakak : “Emm, mau ngapain?” (Kakak pun mulai deg-degan)Murid : “Mau ambilin daun, supaya kolamnya nggak kotor lagi.”Kakak : “Waaah keren tuh ide membaca lingkungannya! Tapi, kan kita nggak bawa baju ganti. Jadi gimana?”Murid : “Gapapa, kan celananya bisa digulung

Page 48: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat48

supaya nggak ikutan basah.”Kakak : “Ide membaca diri yang bagus! Tapi, yakin nih nggak akan basah? Kalau ternyata tetep basah, gimana?”Murid : “Nanti bisa berjemur aja di bawah sinar matahari, lama kelamaan bakalan kering.”Kakak : “Baiklah kalau begitu. Berhubung cuaca hari ini panas, jadi kakak izinkan untuk masuk ke dalam kolam. Tapi jangan lupa misinya ya. Deal?”Murid : “Siaap kakak!”Dengan penuh semangat akhirnya beberapa murid ini nyemplung ke dalam kolam kecil di depan huruf timbul taman kota sambil bersorak “Hore aku bakalan jadi pahlawan kebersihan!”

Duh harunyaaaa, melihat kepedulian dan aksi nyata mereka terhadap lingkungan sekitar. Terhadap negeri ini. Merembes miliii..

Sebagai penutup kegiatan main hari itu, saya pun menceritakan pada anak-anak tentang wahyu pertama yang Allah SWT turunkan pada Rasulullah SAW yang ada didalam Q.S Al-‘Alaq 1-5 tentang membaca.

Betapa romantisnya Allah SWT yang telah memampukan manusia untuk bisa mengetahui dan melakukan banyak hal keren di dunia ini, hanya dengan modal awal membaca.

Kakak : “Jadi gimana teman-teman, apakah sekarang sudah bisa membaca?”Murid : “Sekarang aku sudah bisa membaca banyak hal kak! Horeeeeee!!!”Kakak : “Alhamdulilllaah. Maa syaa Allaah, tabarokallaah teman-teman kecil yang shalih shalihaah. Semoga suatu hari nanti teman-teman bisa melakukan banyak hal keren untuk negeri ini. Bisa menebar banyak manfaat juga seperti Rasulullaah SAW dan para sahabat. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.”

Pertanyaan keramat di awal yang membuat mereka tidak percaya diri berhasil mereka taklukan dengan memberi tahu bahwa kemampuan membaca tidak sekadar membaca huruf. Dari sini anak lebih percaya diri.

Page 49: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 49

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Berdaya Berbudayadengan Literasi Batik

Dra.Suprapti,M.PdKGB Batu

SDN Sisir 03 [email protected]

Ina LinaKGB Surabaya

PAUD HIDAYAH Surabaya

Desainer

Penulis

Memaknai literasi rasanya tidak lebih dari sekadar basa basi tidak mempunyai makna yang berarti, walau kenyataanya literasi bergulir deras tiada henti. Satu

tahun telah berlalu, program literasi yang dicanangkan menjadi brand image di launching dengan acara spektakuler dengan gebyar literasi .Namun sampai saat ini literasi belum dapat dilaksanakan dengan bermakna, sekadar formalitas. Banyak hal yang menyebabkan literasi tersebut belum dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah baik di tingkat daerah apalagi di tingkat pusat, karena pada dasarnya sebagian besar pelaku literasi sendiri belum memaknai literasi dengan makna yang luas dan kaya filosofi. Pada akhirnya Literasi hanya berjalan di tempat tanpa ada arti. Literasi hanya menjadi kata kata manis penyedap hati.

Selama ini pemahaman literasi yang terbangun di dalam otak kita hanya membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, merangkum sebagai refleksi diri adalah rangkaian kegiatan yang harus dipenuhi ,setelah kegiatan selesai guru tidak melakukan kegiatan tindak lanjut dari refleksi kegiatan literasi. Menggugurkan kewajiban membaca ini yang melandasi arti literasi. Gaung Literasi yang menggema belum disambut antusias oleh guru, karena guru sendiri belum mampu memberikan keteladanan dari kegiatan membaca 15 menit ini. Dari hasil pengamatan guru tidak mau belajar atau membaca, murid tidak paham maknanya, jadi klop ketika masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan literasi harus diperjuangkan keberadaanya supaya lebih berjaya, bermakna, dan membudaya.

Selama ini literasi hanya berkutat pada tembok kelas, literasi dimaknai sempit terkotak dalam bilik bilik kelas yang rumit, kemerdekaan belajar hanya sebuah khayalan bukan kenyataan jauh dari harapan. Menjadi tugas yang tidak bisa ditawarkan untuk memperkenalkan kemerdekaan belajar agar murid mampu berkolaborasi dengan literasi sehingga mewujudkan pembelajaran di sekolah lebih berarti.

Dikarenakan kegiatan literasi yang diharapkan dan dicanangkan tidak sesuai dengan kenyataan maka saya sebagai kepala sekolah di SDN Sisir 03, berusaha mencari formula yang tepat untuk menyatukan literasi dalam kegiatan melestarikan budaya

Page 50: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat50

bangsa, dengan tetap menanamkan karakter olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah rasa sehingga muncul rasa estetika dari murid, dalam upaya melatih keterampilan murid untuk mempersiapkan murid dalam kehidupan yang akan datang,

Oleh karena itulah saya memulai berpikir bagaimana menggabungkan kegiatan literasi dengan berbagai segi kehidupan, agar literasi lebih bermakna bagi murid. Bagaimana agar kegiatan literasi bisa selaras dengan budaya masyarakat setempat, kebiasaan sosial, ekonomi, serta karakteristik masyarakat kelurahan Sisir.Akhirnya Saya mencoba mencari celah untuk menanamkan kegiatan literasi dengan cara menggabungkan budaya, literasi dan pendidikan karakter untuk mendapatkan kesejahteraan finansial.

Dalam kegiatan literasi yang berbasis budaya yang dilakukan di SDN Sisir 03 yaitu dengan meningkatkan pembelajaran ekstrakurikuler membatik, tujuan utama dari kegiatan literasi berbasis budaya kearifan lokal adalah menanamkan dan menumbuhkan karakter murid tanpa meninggalkan kearifan budaya lokal. Batik menjadi ekstrakurikuler yang bisa diikuti oleh murid mulai kelas 2- 5.

Memperkenalkan budaya bangsa yang bernama batik, untuk mengangkat kearifan budaya lokal membatik khas Kota Batu, maka anak anak di kelompokkan menjadi 4 kategori :• Kategori kelas rendah memperkenalkan

gambar dan berlatih membiasakan membatik (menggambar) dalam kelas ekstrakurikuler.

• Setiap gambar yang dibuat oleh murid di diskusikan bersama membahas makna yang tersirat dalam gambar tersebut, gambar batik

akan mewakili perasaan masing masing anak anak dengan menggabungkan kesenian banteng agung sebagai ciri khas budaya dari kearifan lokal kota Batu.

• Setelah masing masing berdiskusi (kolaborasi) ide dari masing masing murid akan menuliskan makna yang terkandung dari filosofi batik yang dibuat.

• Untuk kelas atas (3-4) materi yang diberikan juga sama hanya ditambah dengan menyanting, kesulitan dalam membatik adalah menyanting karena dalam menyanting melatih kehalusan budi dan tutur kata, karena did alam membatik akan melatih murid mengkombinasikan literasi gambar dengan mengangkat budaya dengan literasi bahasa.

• Untuk kelas 5 memulai melakukan kegiatan membatik dengan pewarnaan

• Mengadakan pameran batik hasil karya peserta didik secara interen di sekolah dalam kegiatan puncak tema.

Mengadakan pameran di sekolah dalam acara “Parent Gathering” dalam penerimaan hasil belajar.Selain itu, kegiatan membatik juga bisa dibawa ke kelas. Batik yang sudah dibuat oleh murid dibawa ke kelas untuk diceritakan filosofinya kepada teman-temannya. Murid secara bergantian berbicara dan membawa kain batik tentang filosofi batiknya.Dari kegiatan membatik ini, murid tidak merasa terbebani dengan kegiatan literasi, murid dapat mengakses,memahami,dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca,melihat,menyimak,menulis, berbicara (seperti makna dan Pengertian literasi yang sesungguhnya) murid dapat memahami arti kegiatan literasi bersinergi dengan hidupnya Literasi bukan lagi kegiatan yang membosankan

Page 51: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 51

Page 52: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat52

PRAKTIK BAIKPENGAJARAN

Visual Memudahkan Anak Belajar Sains dan

Keterampilan Hidup

Nurul KiptiyahKGB Tulungagung

R.A. [email protected]

Desainer

Penulis Mendengar redaksi literasi memang yang selalu akan terlintas adalah kegiatan membaca buku, menulis buku atau semua hal yang “hanya berkaitan dengan buku”. Dengan anggapan itulah terkadang banyak orang justru

merasa agak kaku dan ilfill dengan redaksi Literasi. Karena tak semua orang suka baca buku,apalagi menulis buku. Terkesan berat. Tidak asyik dan tidak seru sama sekali. Apalagi untuk anak- anak usia dini. Tidak ada menariknya.

Ditambah lagi tuntutan para orangtua yang menaruh harapan terlalu besar pada sekolah bahwa para anak – anak usia 5-7 tahun harus sudah piawai membaca buku , agar nantinya lebih mudah menerima materi di jenjang berikutnya (baca : SD/ MI). Maka yang terjadi kemudian adalah berlomba-lomba menjadikan anak-anak pintar membaca baik di sekolah maupun di luar jam sekolah, dengan mengikuti bimbel, les dan sebagainya. Sayangnya usaha ini tidak selalu berbanding lurus dengan kesukaan anak dengan buku.

Kasihan anak- anak yang seharusnya lebih banyak waktu bermain justru mendapat tekanan tuntutan akademis. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri buat saya. Rasanya tidak tega kalau lihat para murid tersebut terbata-bata mengeja rangkaian huruf dari buku bacaan wajib sekolah hanya demi mendapatkan nilai bagus, demi para orangtuanya senang. Kalau saya lihat buku yang diberikan memang kurang asyik. Terlalu banyak tulisan minim gambar. Jadi membacanya juga tidak berminat. Selanjutnya strategi kegiatan membacanya kurang menantang dan menyenangkan, sehingga anak – anak sebenarnya jenuh dan hanya melakukan rutinitas dengan terpaksa. Jadi harapan agar anak- anak suka kegiatan membaca apalagi suka dengan bukupun sirna. Padahal sebenarnya anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang mendalam, dan rasa bertanya yang menyala-nyala. Hanya saja kemudian redup oleh cara pembelajaran yang menurut saya harus diperbaiki.

Dari rasa galau itulah kemudian saya berpikir bagaimana caranya menyalakan kembali rasa ingin tahu anak dengan cara-cara yang menyenangkan. Maka saya pun mulai tentang apa yang disukai anak – anak. Karena mereka menyukai visual/gambar, maka saya memulai dengan membawa buku-buku yang menarik dan banyak visualnya dari rumah, kebetulan di rumah saya ada mini home library.

Suhud RoisKGB Cimahi

SD Peradaban Insan Mulia Cimahi

Page 53: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 53

Buku – buku yang saya bawa bervariasi , ada cerita fabel juga sains anak. Dengan tampilan 80% gambar dan 20 % nya adalah teks. Jadi anak yang belum bisa membaca dapat mengerti ceritanya dari gambar yang disajikan. Saya memilih pelaksanaan kegiatan ini pada hari Sabtu , karena lebih rileks sehingga anak – anak dapat dengan leluasa dan puas menikmati sajian buku- buku bergizi.

Lalu apakah hanya selesai pada buku-buku saja? Tentu saja tidak.

Beragam cerita dan informasi yang anak- anak dapatkan dari buku saya review ulang. Setelah mereview, saya ajak anak- anak untuk bersama –sama menceritakan kembali apa yang mereka baca dari buku. Walaupun terkadang ceritanya sedikit berbeda antara yang disampaikan anak dengan apa yang sebenarnya tertulis di buku tapi saya tetap mengapresiasi karena itu adalah ide dari mereka. Beragam informasi yang mereka dapatkan dari buku, kemudian saya rangkum dan saya tawarkan kepada murid dalam kegiatan eksplorasi. Misalnya, dalam buku sains anak, ada informasi tentang air yang dapat berjalan dengan perantara kain, tisu. Anak mulai penasaran untuk melakukan percobaan tersebut. Di sinilah kemudian saya berperan sebagai fasilitator dan pematik rasa ingin tahu mereka.

“Ayo anak-anak, kita mulai dengan berperan menjadi ilmuwan. Jadi apa yang perlu kita siapkan..” kata saya di depan mereka.“Tisu dan air Bu.”“Memang benar kalau air bisa berjalan dengan perantara tisu?” tanyakuMurid terdiam.“Baik, ayo kita coba.” Akhirnya saya dan para murid mencoba melakukan percobaan tersebut, dan anak-anak senang melakukan percobaan tersebut dan melihat dengan sendiri bahwa air bisa berjalan dengan perantara tisu.“Kira-kira kenapa ya bisa seperti itu?”

Tak hanya sains, banyak buku lain yang memiliki visual membawa rasa penasaran murid, kemudian bersama-sama mengeksplorasinya. Salah satu yang dieksplorasi yaitu kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan hidup, sama halnya dengan sains di atas, kegiatan diawali dengan buku bergambar yang berkaitan dengan keterampilan-keterampilan hidup : mencuci baju, merapikan tempat tidur, menyiapkan sarapan pagi.

Hal ini memantik anak untuk bisa menguasai salah satu keterampilan hidup yang ada dalam gambar di buku tersebut. Saya ajak anak untuk mempraktikan salah satu keterampilan.

Page 54: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat54

Seiring berjalannya waktu, beberapa anak sudah mulai terampil membaca, namun masih ada yang lain yang belum bisa. Sehingga perlu aktivitas lain untuk memfasilitasi mereka dengan beragam kemampuan.

1. Ajak anak memilah dan memilih buku yang murid sukai dan bisa bertukar buku.2. Read aloud, anak yang sudah lancar membaca akan membacakan buku di depan teman-temannya.3. Mitra baca, anak yang sudah lancar membaca, membantu temannya yang belum bisa membaca.4. Eksplorasi Literasi, belajar menerapkan apa yang telah didapatkan dari buku. Secara masif saya pun menyebarluaskan dokumentasi kegiatan anak kepada orangtua, dengan harapan para orang tua memiliki kesadaran tentang miskonsepsi berliterasi atau minimal mereka merubah cara mereka dalam mengajak dan mengajari putra – putri membaca.

Saya juga menawarkan beberapa buku yang relevan untuk bisa dipinjam secara gratis oleh para orangtua sehingga mereka dapat lebih mudah mengajarkan anak membaca sekaligus bisa di bacakan orangtuanya.Hal- hal sederhana, menyenangkan sekaligus menantang ini ternyata menarik minat baca anak. Saya tidak terlalu menargetkan anak – anak lancar dalam mengeja huruf dan merangkai kata menjadi kalimat di usia mereka yang kurang dari tujuh tahun, yang terpenting adalah bagaimana mereka memiliki ketertarikan terhadap kegiatan membaca dan menyukai buku.

Motivasi internal inilah yang di kemudian hari akan menjadikan mereka pembelajar sejati. Saya memiliki keyakinan bahwa anak- anak hanya perlu diberikan stimulus agar mereka dapat menemukan jawaban atas beragam pertanyaan dari rasa ingin tahunya tersebut. Kegiatan literasi bisa bervariasi tidak melulu berurusan dengan teks dan gambar, melibatkan sains sederhana, kecakapan hidup, bagaimana menyelesaikan masalah juga menyimpulkan sebuah solusi.

Page 55: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 55

Page 56: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat56

Kampus Guru Cikal dan Komunitas Guru Belajar percaya bahwa literasi menjadi cakupan penting dalam praktik merdeka belajar.

Jakarta, Oktober 2019 - Miskonsepsi guru belajar yang paling mendasar, menurut Najelaa Shihab selaku pendiri Kampus Guru Cikal, adalah guru hanya akan belajar jika ditunjuk, memperoleh sertifikat dan uang saku. Kesalahan pemahaman tersebut berhasil dipatahkan oleh Komunitas Guru Belajar dan Kampus Guru Cikal melalui Temu Pendidik Nusantara, di mana 1000 guru merdeka belajar lebih dari 150 daerah untuk memperluas perjuangan mencerdaskan anak bangsa, yang dilaksanakan pada tanggal 25-27 Oktober 2019, di Sekolah Cikal Cilandak, Serpong, & Setu.

PEMERATAAN KUALITAS PENDIDIKAN Di Indonesia, tidak mudah menemukan ajang pertemuan para guru yang mempunyai visi perubahan pendidikan. Temu Pendidik Nusantara (TPN) menjadi tempat berkumpulnya guru merdeka belajar yang ingin melakukan perubahan pengajaran dan pendidikan. Di kegiatan istimewa ini, guru dari berbagai penjuru Indonesia bertemu rekan seperjuangan untuk saling berbagi cerita, menumbuhkan kembali rasa percaya terhadap pengajaran yang berorientasi pada murid, dan saling menguatkan. Selain itu, setiap guru dapat menunjukkan kemerdekaan belajarnya dengan cara memilih dan mengikuti kelas yang sesuai kebutuhannya untuk membawa pengetahuan dan berbagi praktik baik

temu pendidik nusantara 2019

Literasi Menggerakkan Negeri1000 Guru Melakukan Pemerataan Kualitas Pendidikan Melalui Temu Pendidik Nusantara 2019

Page 57: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 57

yang didapat.

Najelaa Shihab menegaskan bahwa membagikan praktik baik pengajaran dan pendidikan adalah upaya pemerataan kualitas pendidikan dari guru untuk guru yang tertuju pada pengembangan kompetensi murid. Di perhelatan ini lah praktik baik tersebut dibagikan dan dipelajari oleh para guru. “Tidak ada resep rahasia. Tidak ada rahasia dapur. Kunci keberhasilan pengajaran dibagikan kepada semua guru merdeka belajar,” tegas Bukik Setiawan, selaku Ketua Kampus Guru Cikal. LITERASI UNTUK BELAJAR, LITERASI UNTUK BERDAYA Temu Pendidik Nusantara 2019 mengangkat tema Literasi Menggerakkan Negeri sebagai refleksi kondisi masyarakat saat ini. Bukti rendahnya tingkat literasi masyarakat dapat dilihat dari semakin mudahnya masyarakat, baik itu dari generasi tua dan muda, terprovokasi oleh hoaks. Dengan mengangkat tema ini, Kampus Guru Cikal dan Komunitas Guru Belajar ingin menyatakan kompetensi literasi akan membuat murid berdaya mengatasi tantangan zaman, bukan sekedar mengerjakan ujian.

Komunitas Guru Belajar mengangkat topik literasi sebagai cakupan atau bahasan untuk mempraktikkan merdeka belajar dan orientasi pada anak. Literasi bukan sekedar kemampuan mengeja kata, tapi penguasan kompetensi mendapatkan, mengolah, dan menggunakan informasi untuk menyelesaikan persoalan sehari-hari. Bukik Setiawan menegaskan bahwa Kampus Guru Cikal akan menemani Komunitas Guru Belajar untuk mempraktikkan pelajaran yang didapatkan selama mengikuti Temu Pendidik Nusantara. “Kami akan mengadakan Temu Pendidik Daerah untuk menyebarkan pelajaran yang kami dapatkan di Temu Pendidik Nusantara,” jelas Usman Djabbar selaku Ketua Umum Komunitas Guru Belajar, asosiasi profesi guru yang dideklarasikan sehari sebelum TPN.

SERUAN MENTERI NADIEM KEPADA GURU: MARI BELAJAR SEPERTI MURID Pada hari kedua perhelatan Temu Pendidik Nusantara yang diadakan oleh Kampus Guru Cikal, yaitu 26 Oktober 2019 di Sekolah Cikal Cilandak, Menteri Nadiem Makarim turut hadir untuk melihat kegiatan dan mendengarkan aspirasi guru. Kehadiran Menteri Nadiem menjadi kejutan pagi peserta Temu Pendidik Nusantara. Menteri Nadiem bersama pendiri Kampus Guru Cikal, Najelaa Shihab

berkeliling bahkan mengikuti beberapa sesi untuk belajar bersama para guru.

Dalam kegiatan TPN 2019 ini, terdapat 4 kategori kelas yang menggambarkan 4 Kunci Pengembangan Guru: Kemerdekaan, Kompetensi, Kolaborasi dan Karier. Salah satu sesi yang diikuti oleh Menteri Nadiem adalah Pendidikan Matematika Realistik yang dibawakan oleh seorang guru asal Probolinggo di kelas Kompetensi. Menteri Nadiem terlihat antusias dalam mencoba memecahkan contoh kasus bersama peserta lainnya. Bahkan tidak sedikit peserta yang bercerita mengenai pengalaman mengajar di sekolah masing-masing. Ada peserta yang bercerita tentang perbedaan mengajar di kota besar dan di desa asalnya. “Saya pernah mencoba mengajar di sebuah SD di Jakarta. Saya mengajukan satu pertanyaan yang sama dengan di sekolah saya di daerah asal. Pertanyaannya pendek: Siapa yang mau bertanya? Semua murid angkat tangan, ingin bertanya semua. Walaupun pertanyaan yang diajukan keluar dari tema. Ada yang tanya saya usianya berapa dan anaknya berapa. Tapi kan kemampuan bertanya yang digali,” ujar seorang guru asal Subang.

Cerita guru ini disambut baik oleh Menteri Nadiem. “Kalau saya wawancara orang di perusahaan, saya menilai bukan dari jawabannya, karena yang penting bukan jawaban. Bagi saya yang penting itu pertanyaan dia ke saya. Jadi saya setuju sekali bahwa semakin murid bertanya, semakin ia akan belajar dan belajar seumur hidup. Konsep itu kalau bisa dicanangkan ke semua guru di negara ini, akan luar biasa pengaruhnya,” tutur Nadiem.

Kepada pers, Nadiem mengaku senang sekali bisa terlibat dalam acara Temu Pendidik Nusantara yang rutin diadakan oleh Kampus Guru Cikal setiap tahunnya. “Setelah bertemu banyak guru, saya jadi semakin positif lagi. Alhamdulillah banyak guru yang memang ingin menjadi lebih baik, ingin belajar seperti muridnya. Kita tidak bisa berharap muridnya mau belajar kalau gurunya tidak ingin belajar juga. Setelah bertemu teman-teman Guru Belajar, saya jadi termotivasi sekali,” tutup Nadiem. (*)

-Salam hangat, Kampus Guru Cikal

temu pendidik nusantara 2019

Page 58: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat58

temu pendidik nusantara 2019

TPN

20

19tentang TPN 2019

perjalanan berjumpa rekan seperjuangan

host family

penggalangan dana

kelas TPN 2019

sponsorship TPN 2019

media TPN 2019

kongres KGBN

Page 59: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 59

temu pendidik nusantara 2019

Page 60: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat60

temu pendidik nusantara 2019

MenujuTemanSeperjuangan“Kayak mudik lebaran” Guru Ida Widaningsih - KGB Jakarta Timur

Keseruan guru-guru dari berbagai daerah berangkat ke Temu Pendidik Nusantara 2019 dengan berbagai moda transportasi yang digunakan. Semangat berjumpa rekan seperjuangan yang men-dorong ini semua. Yuk kita simak keseruannya!

Page 61: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 61

temu pendidik nusantara 2019

Dengan pakaian santri, guru-guru yang tergabung dalam Komunitas Guru Belajar Rembang bersiap menuju Jakarta untuk mengikuti Temu Pendidik Nusantara 2019.

“Bismillahirrohmanirrohim.. 31 Guru Belajar Rembang berangkat ke TPN .. “ tulis Nadia dalam grup Whatsapp Guru Penggerak Komunitas Guru Belajar.

“Rembang Keren!” balas guru lainnya dalam grup tersebut.

Menurut Guru Popon dari Sumedang, TPN sudah menjadi magnet bagi banyak guru. Berbagai cara digunakan untuk bisa mengikuti TPN 2019 dan berjumpa rekan seperjuangan. Selain Rembang ada daerah lain yang barengan menuju TPN : Sanggau, Pesisir Selatan, Kediri, Surakarta, Banyumas, Batu, Pekalongan, Makassar, Sijunjung, dsb. Namun ada pula TPN 2019 adalah TPN pertamanya.

Beberapa guru menyebut Temu Pendidik Nusantara seperti charger, sebuah kegiatan di mana bisa berjumpa rekan seperjuangan dan menambah energi setelah mengikutinya. Sehingga banyak guru yang tidak mau terlewat momen berharga ini.

Page 62: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat62

temu pendidik nusantara 2019

Komunitas Guru Belajar dari Komunitas MenjadiAsosiasi Profesi Guru

Komunitas Guru Belajar (KGB) yang diinisiasi Kampus Guru Cikal (KGC) menapaki babak baru. Sebab, komunitas tersebut akan bertrans-

formasi menjadi organisasi asosiasi profesi guru di Indonesia. Untuk mewujudkannya, tim pengarah KGB menggelar kongres dan menjadi salah satu rangkaian acara Temu Pendidik Nusantara (TPN) yang diselenggarakan 25-27 Oktober, di Jakarta. Tim pengarah merupakan penggerak aktif KGB yang tersebar di berbagai daerah.

Sebelum kongres dimulai, Inisiator KGB Najelaa Shihab menyerahkan KGB secara simbolis kepada tim pengarah KGB, Usman Djabar dari KGB Makas-sar, Sulsel. “Hari ini saya bilang KGB bukan tentang teman-teman di sini, tetapi adalah tentang 4 juta guru di luar sana dan 83 anak Indonesia yang men-untut mendefinisikan ulang apa yang namanya guru profesional,” ujar wanita yang akrab dipanggil Ela di Sekolah Cikal Serpong, Jumat (25/10). Guru peserta TPN di Sekolah Cikal Serpong. Foto: Sabar Arti-yono/kumparan

Untuk itu, Ela juga mendorong KGB mendobrak praktik profesionalisme yang tak hanya diukur mela-lui berkas administrasi.

“Selama ini yang namanya profesional guru itu se-batas tanggung jawab administrasi, dan miskonsep-si itu harus dilawan oleh komunitas ini,” tegas Ela.

Ia juga berpesan kepada guru-guru yang hadir agar menjadi teladan dengan praktik baik. Tidak hanya mengembangkan kapasitas diri tetapi juga mengembangkan teman-teman seprofesi guru. Senada dengan Ela, Usman Djabar mengatakan perubahan KGB menjadi asosiasi profesional adalah bentuk kemandirian guru.

“Jadi untuk menghormati kemandirian guru dan inisiatif guru mengurus dirinya sendiri,” jelas Usman. Usman menambahkan agenda kongres hari ini adalah mempersiapkan terkait AD/ART termasuk pemilihan pengurus KGB.

“Untuk deklarasi (asosiasi) di hari Minggu (27 Okto-ber) di penutupan TPN,” ujar Usman.

KGB diinisiasi pada 2014 dengan tujuan sebagai ko-munitas guru untuk berbagi. Hingga 2018 terdapat 145 daerah terlibat dalam KGB.

Sumber : Kumparan.com

Page 63: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 63

temu pendidik nusantara 2019

Bukti Perlu Ekosistem Yang Kuat Untuk Pengembangan Kualitas Pendidikan

Host Family

Ketika kita mendengar keterlibatan orangtua dalam sekolah apa yang ada dibenak kita? Apakah orangtua hanya mau dan bisa terlibat di dalam sekolah saja?

Ide Awal Host FamilyPak Bukik selalu Ketua Temu Pendidik Nusantara (TPN) 2019 sempat menceritakan tentang ide awal Host Family. Beliau menceritakan TPN tahun 2014, “Malam itu, kami duduk melingkar. Sembilan orang dari berbagai daerah. Bercerita mengenai tantangan yang dihadapi di ruang kelas. Setiap orang yang hadir bercerita, mengenalkan diri dan kekhasan daerahnya, mulai dari Lampung hingga Timika.

Tidak terasa, kami baru selesai berbincang hampir tengah malam. Bu Elaa selaku tuan rumah menutup perbincangan, ajakan berefleksi dan melakukan perubahan pendidikan. Selesai berbincang, kami membagi diri. Dua orang meluncur dan menginap di rumah Bu Hani. Satu orang ikut ke tempat kos saya. Sementara sisanya menginap di rumah Bu Elaa”

Itulah awal mula ide Host Family bagi Guru Penggerak yang hadir di Temu Pendidik Nusantara. Guru Penggerak menginap di sebuah keluarga, melakukan percakapan bermakna untuk mengenal beragam sudut pandang, memahami keunikan

Page 64: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat64

daerah dan belajar berbagai tantangan serta praktik baik pendidikan.

Host Family Tahun IniTahun ini adalah tahun terbanyak melibatkan orangtua Cikal, pihak luar Cikal dan Cikal Team Member. Ada total 38 Host Family yang terlibat di TPN 2019 terdiri dari: 34 Orangtua Cikal, 3 CTM dan 1 pihak luar dari Coaching Indonesia. Yang menarik dari TPN ini sebenarnya bukan dari seberapa banyak orangtua terlibat, namun prosesnya dan bagaimana kami merasakan energi positif baik dari anak, orangtua dan guru penggerak sendiri. Saat berbincang dengan Host Family, banyak orangtua yang bercerita jika ide menjadi Host Family datang dari anaknya.

Sebelumnya Temu Pendidik Nusantara memang sudah menjadi topik yang dibawa ke kelas dan mendatangkan Guru Penggerak sebagai guru tamu di beberapa kelas. Tanggapan anak-anak antusias, beberapa menanyakan kondisi kelas di daerah asal guru penggerak dan menanyakan murid-murid mereka disana. Antusias tersebut juga terlihat saat persiapan menyambut Guru Penggerak di Host Family. Ada yang membuat video dengan menanyakan pertanyaan seputar diri guru, pekerjaannya dan murid-muridnya di daerah, ada yang membuat papan selamat datang dan ada juga anak yang mempersiapkan presentasi hasil belajarnya. Orangtua juga menyiapkan kegiatan bersama, tidak hanya berbincang namun menyiapkan kegiatan saling belajar antara orangtua, murid dan guru penggerak.

Guru Belajar Dari Anak, Anak Belajar Dari Guru “Nanti ada guru yang menginap di rumah kita ya” begitu orangtua Host Family menginfokan ke anak sebelum TPN. Karena umur murid yang menjadi Host Family beragam, beragam pula reaksi mereka ketika orangtua mereka menginfokan akan ada guru dari daerah yang menginap. Salah seorang murid Rumah Main Cikal yang menjadi Host Family tidak sabar menunggu guru penggerak dan mengajak bermain. Sedangkan murid di level Sekolah Dasar menyiapkan presentasi hasil belajarnya yang akan diceritakan ke guru penggerak. Tidak hanya belajar dari anak, anak juga belajar dari guru penggerak. Saat kegiatan bersama, anak-anak menanyakan kegiatan guru di daerah dan kondisi di daerah asal guru penggerak. Beberapa guru juga membawa alat belajar yang sengaja dibawa untuk dimainkan bersama anak Host Family.

Ketika Menjadi Host Family, Saya Jadi Tahu Permasalahan Guru

Ada banyak alasan kenapa Host Family ingin terlibat menjadi Host Family. Beberapa Host Family ingin terlibat karena ingin terlibat lebih dalam Pendidikan Indonesia. Beberapa memiliki kertarikan dengan isu-isu pendidikan. Salah satu Host Family mengadakan kegiatan malam bersama guru-guru penggerak dan berdiskusi isu pendidikan, aksi yang dilakukan guru-guru di daerah dan solusi yang bisa dilakukan bersama. Host Family tidak hanya berasal dari orangtua juga, namun juga pihak luar. Salah satu Host Family yang berasal dari institusi lain yaitu Coaching Indonesia mengaku menjadi tahu permasalahan guru dan hal tersebut menjadi masukkan organisasi untuk lebih bisa membantu permasalahan guru-guru Indonesia.

Membangun Ekosistem Pendukung Pendidikan IndonesiaApakah tiga hari cukup untuk membuat dampak pada pendidikan di Indonesia? Kami yakin pasti jawabannya tidak. Tetapi dari tiga hari Temu Pendidik Nusantara semua orang yang peduli dan ingin terlibat aktif bertemu saling bercerita. Ada banyak obrolan yang tercipta dan ide kolaborasi yang ingin dilakukan. Orangtua tidak hanya dilibatkan dalam panitia sekolah atau memberikan umpan balik tugas anak. Orangtua juga dilibatkan dalam pengembangan guru, tidak hanya guru sekolah atau daerahnya namun juga guru-guru di Indonesia. Terima kasih banyak untuk semua yang terlibat menjadi Host Family. Yang tersulit dalam pendidikan bukan merubah kurikulum, namun merubah ekosistem pendidikan.

Penulis : Amalia Jiandra Tiasari - Kampus Guru Cikal

Page 65: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 65

temu pendidik nusantara 2019

Penggalangan Danauntuk Guru Berdaya

temu pendidik nusantara

Pada tahun 2018 kitabisa.com merilis jumlah dana dari data penggalangan yang dilakukan di platform mereka, sepanjang tahun 2018 kitabisa.com berhasil menggalang dana

sejumlah 427 Miliar dan melibatkan kurang lebih 1 juta orang untuk berdonasi. Hal ini membanggakan, karena angka donasi dan yang terlibat besar.

Jika dilihat lebih detail prosentase penggalangan dana di kitabisa hasilnya seperti ini : sebanyak 26,7% untuk kesehatan, 24,1% untuk bencana, 3,8% untuk pendidikan, 45,4% lain-lain. Pendidikan menempati urutan bawah untuk penggalangan dana. Hal ini menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan.

Oleh karena itulah menjelang Temu Pendidik Nusantara 2019, Kampus Guru Cikal mengadakan beberapa Focus Group Discussion (FGD) mengenai kualitas pendidikan. Ada beberapa kali FGD kami gelar dengan peserta yang berbeda, ada FGD dengan orangtua murid,dan FGD dengan organisasi pendidikan lain. Kami menyampaikan data di atas kepada peserta FGD dengan tujuan bersama-sama memikirkan kampanye yang bisa menggugah masyarakat untuk ikut peduli akan isu pendidikan. Dari FGD inilah kami mendapat banyak masukkan untuk peningkatan kualitas pendidikan, dari materi konten, cara penyampaian konten, dsb.

Lalu pada bulan Agustus 2019, Kampus Guru Cikal membuka kampanye di halaman kitabisa.com yang bisa dilihat di https://kitabisa.com/campaign/temupendidik2019 . Misi kami dalam kampanye tersebut adalah memberikan beasiswa kepada guru belajar untuk bisa belajar di Temu Pendidik Nusantara 2019.

Karena dari praktik baik yang kami lakukan sejak 2015, banyak guru yang berkembang setelah mengikuti Temu Pendidik Nusantara. Ada Guru Wanti, guru dari Sanggau, alih-alih menyalahkan sarana dan prasarana, guru Wanti memilih menjadi guru #MerdekaBelajar dan memanfaatkan apa yang ada untuk pengajarannya. Guru Nunuk, guru Komputer yang sekolahnya tidak memiliki komputer, dengan inspirasi yang ia dapatkan di TPN 2016, ia mulai merancang pengajaran yang bermakna. Guru Ameliasari, guru yang awalnya selalu memampangkan nilai murid di papan, mulai menjadi guru #MerdekaBelajar dengan mulai membangun hubungan dengan murid, dan tidak lagi merendahkan murid.

Kami menggandeng banyak pihak untuk bersama-sama dalam kampanye pendidikan ini : guru, orangtua, dan perusahaan. Tercatat sebanyak 36 penggalang dana yang ikut dalam kampanye Kampus Guru Cikal di kitabisa.com . Selama dua

Page 66: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat66

bulan, 36 penggalang dana tersebut menyebarkan halaman penggalangan dana yang mereka buat kepada relasi. Di akhir penggalangan didapatkan donasi sejumlah Rp. 115.993.335 dari jumlah target Rp. 100.000.000,- . Ini merupakan berita yang menggembirakan, jumlah donasi melampaui target kami. Selain itu ada sebanyak 952 donatur yang mendonasikan dananya untuk kampanye ini.

Dana yang terkumpul tersebut kami gunakan untuk memberangkatkan 137 guru penggerak dari berbagai daerah di Indonesia untuk belajar di TPN 2019.

“Terima Kasih kepada tim panitia, beasiswa TPN yang selama ini saya diperoleh memberikan manfaat luar biasa untuk saya dan rekan lainnya. Semoga selalu tetap bergerak, tetap semangat!”Wanti Sila Sakti, guru penggerak KGB Sanggau, Kalimantan Barat.

“Terimakasih tak terhingga karena sudah membantu saya mendapatkan kesempatan belajar di TPN 2019,berkat dukungan dana yang sudah diberikan saya bisa mendapatkan banyak ilmu juga pengalaman belajar yang bisa saya bagikan kepada teman - teman guru di daerah saya ini, semoga Allah SWT memberkahi rizki dan anugerahnya.” MAS HARTAWANI, TK.Pertiwi Teladan, KGB Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

“Alhamdulillah dengan adanya beasiswa/penggalangan dana sangat membantu kami yang berada di daerah luar pulau dan jauh dari ibukota provinsi untuk bisa merasakan dan mengikuti TPN yang diadakan Kampus Guru Cikal khususnya saya pribadi saya sangat bersyukur sekali karena

saya banyak mempelajari hal hal menarik di setiap acaranya yang bisa saya terapkan di sekolah saya ,saya berharap penggalangan dana atau beasiswa tersebut terus dilakukan bahkan ditingkatkan kuota nua agar banyak guru yang merasakan asyik mengikuti TPN agar membuat guru semakin terdepan dan tidak berfokus pada metode lama, dan membuat anak didik punya prestasi dan kreativitas yang Woaow, dan bisa membanggakan orang tua dan memajukan negeri ini.” Hilal Rizki Al Robby, SMPN 2 Satu Atap Ujung, KGB Labuhan Batu, Sumatera Utara.

“TPN 2019, hal yang baru, menarik dan asyik bagi saya, saya getol bagaimana caranya agar mendapatkan segala fasilitas, alhamdulilah sampai juga, terima kasih tak terhingga kepada segenap relawan dan tim penggalang dana untuk segala prioritas dan beasiswa guru yang telah tersub kan dengan baik, sehingga saya, sebagian kecil dari banyak guru yang ingin bergerak dan berdaya, semakin semangat dan bersuka cita menuntut ilmu di TPN 2019 dan selanjutnya-selanjutnya terus.” Anis Choirun Niswah, MAN 1 Lamongan, KGB Lamongan, Jawa Timur.

Page 67: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 67

Page 68: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat68

temu pendidik nusantara 2019

Liputan Kompas.comTPN 2019 dan Upaya MendobrakPembelajaran yang Membosankan

Penulis Yohanes Enggar HarususiloEditor Yohanes Enggar Harususilo

KOMPAS.com - Mengambil tema “Literasi untuk Menggerakkan Negeri”, Komunitas Guru Cikal (KGC) menggelar acara tahunan Temu Pendidik Nu-santara (TPN) di Sekolah Cikal Cilandak, Setu, dan Serpong selama 3 hari, 25-27 Oktober 2019.

Tahun ini, Temu Pendidik Nusantara diikuti sekitar 1.300 guru dari 120 daerah di seluruh Indonesia.

TPN 2019 bertujuan memberikan praktik baik kepada guru di seluruh Indonesia agar dapat men-erapkan dan mengembangkan proses pembelajaran yang lebih baik.

“Kami ingin membawa praktik baik yang mungkin sudah dimiliki oleh sekolah kami dan diperkenal-kan kepada guru-guru lain di Nusantara agar bisa diterapkan dan dikembangkan,” ujar Jessy, pengajar

Sekolah Cikal Cilandak.

Saling berbagi dan belajar TPN juga memiliki tujuan mempertemukan komuni-tas guru belajar dari berbagai daerah di Indonesia untuk melakukan refleksi, saling berbagi praktik baik, mengembangkan kompetensi, membangun kolaborasi, dan merintis karier.

Harapannya, para guru bisa saling evaluasi, metode mengajar seperti apa yang efektif. Bukan hanya untuk mengasah pengetahuan, melainkan mengem-bangkan potensi siswa.

Misalnya, cerita unik dari Erika, siswa SMK Negeri 1 Kedungwuni yang menceritakan kisahnya dalam konferensi pers TPN pada Sabtu, 26 Oktober 2019.

Ia menceritakan metode pembelajaran yang ditera-pkan gurunya sangat monoton yang hanya berisi penjelasan dan tanya jawab. “Kemudian, guru

Page 69: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 69

tersebut bertanya kepada muridnya. Cara pembelaja-ran yang baik itu bagaimana?” cerita Erika.

Akhirmya para siswa memberi saran kepada sang guru bahwa belajar melalui hobi bisa menjadi meny-enangkan. “Teman-teman saya kasih saran. Begini Bu, metode belajar yang menyenangkan itu sesuai dengan hobi kita,” cerita Erika mengenai teman-temannya.

Metode semacam inilah yang ingin diusung TPN. Pembelajar berbasis minat diyakini akan membuah-kan hasil dan pemahaman yang maksimal.

Terobosan metode pembelajaranUsman, Komunitas Guru Belajar (KGB) Makassar, terlibat dalam TPN sejak 2016 hingga sekarang. Baru kemarin ini, ia dilantik sebagai Ketua Komunitas Guru Belajar di kongres pertama KGB.

Ia menceritakan bahwa guru yang berada di Makassar senang untuk belajar. Sehingga ia bertemu dengan Bukik Setiawan, Ketua Kampus Guru Cikal, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai komunitas belajar yang beda dari yang lain.

Setidaknya ada dua perbedaan yang ditemui oleh Us-man terhadap Komunitas Guru Belajar (KGB):

1. Memiliki praktik baik “Praktik yang baik itu adalah ciri khas dari komunitas ini,” ujar Usman. Misalnya, proses pembelajaran pela-jaran sejarah yang sering dianggapnmembosankan para siswa.

Melalui praktik yang dipelajari dari KGB, Usman menceritakan para guru dapat mengajak muridnya belajar melalui cerita komik. “Dia (siswa) enggak akan menyelesaikan komiknya, kalau belum baca konten,” kata Usman.

2. Pengelolaan kegiatanUsman memuji pengelolaan kegiatan KGB yang san-gat baik dan lengkap. Dari pengurus hingga market-ing pun dijelaskan secara rinci.

“Segala pengelolaan kegiatan itu harus direncanakan secara bersama. Tidak ada satu penokohan sendiri, enggak ada satu orang yang sibuk sendiri, lelah sendiri,” jelas Usman.

Ia juga merasa bangga terhadap KGB yang menjadi organisasi profesi guru pertama yang mana seluruh anggota dan pengurus di komunitas tersebut adalah seorang guru.

Pembelajaran 4K Najelaa Shihab atau yang akrab disapa Elaa, pendiri Kampus Guru Cikal (KGC), menegaskan setidaknya ada empat hal (4K) yang harus ditekuni oleh guru dalam proses pembelajaran dan pengajaran:

“Pengalaman-pengalaman guru belajar itu biasanya dipenuhi hanya oleh pendapat-pendapat dari pakar atau ahli, sementara sebetulnya yang paling dibutuhkan guru adalah saling belajar dari sesama guru yang ada di lingkarannya sendiri,”

Najelaa Shihab

Page 70: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat70

1. Kemerdekaan Di sini para guru diminta untuk menggagas tema secara bersamaan. Dimulai dari topik pembelajaran, tujuan pembelajaran hingga mencari solusi dalam sebuah permasalahan.

“Jadi bukan tema yang ditentukan oleh atasan atau orang yang berkuasa,” tegas Ela. 2. KompetensiSetelah melakukan kemerdekaan, para guru bisa memajukan kompetensi. KGB mengartikan kompe-tensi sebagai sebuah kemampuan untuk beradap-tasi.

“Apa yang dilakukan ke satu murid dengan murid lainnya itu jauh berbeda. Selama ini proses kompe-tensi itu selalu dikasih resep atau template,” jelas Ela. Maka, praktik baik di KGB bukan berupa in-struksi, melainkan bagaimana cara guru beradaptasi dan saling belajar dari yang lain.

3. Kolaborasi Dalam proses kolaborasi, KGB juga meminta para guru untuk saling berdiskusi satu dengan lain. Proses ini dilakukan secara bersamaan tanpa adanya seseorang yang lebih menonjol.

4. KarierMelalui program KGB, karier dari para guru juga dapat meluas seperti menjadi seorang penulis, pengembang kurikulum, atau pun menjadi pelatih dalam sebuah komunitas.

Cari ilmu, jangan sertifikasiElaa menyampaikam pembelajaran guru seringkali mengalami miskonsepsi. Banyak guru masih bela-jar atau ikut pelatihan karena instruksi atasan atau untuk mendapatkan sertifikasi.

Hal ini mengakibatkan pengalaman guru hanya sebatas dari para ahli dan tidak saling belajar satu dengan lain.

“Pengalaman-pengalaman guru belajar itu biasanya dipenuhi hanya oleh pendapat-pendapat dari pakar atau ahli, sementara sebetulnya yang paling dibu-tuhkan guru adalah saling belajar dari sesama guru yang ada di lingkarannya sendiri,” jelas Elaa.

Maka itu, Kampus Guru Cikal hadir untuk mengem-bangkan kemerdekaan, kompetensi, kolaborasi, dan karier dari guru di penghujung nusantara.

Dari kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, acara puncak Temu Pendidik Nusantara 2019 jatuh pada Minggu (27/10/2019).

Acara diisi dengan menampilkan beberapa pembic-ara, baik dari guru hingga murid yang merasakan perbedaan setelah mengikuti kegiatan Temu Pen-didik Nusantara 2019.

Pada sesi tersebut, para pembicara mengajak ke-pada seluruh lapisan tenaga pengajar di Indonesia untuk mulai mengurangi teori di kelas dan lebih mengedepankan praktik kepada para murid agar kompetensi murid dapat berkembang.

“Kebetulan TPN ini sudah berlangsung selama be-berapa tahun. Jadi tentunya kami harapkan setiap tahun kegiatan ini akan terus dengan mendapatkan audiens yang lebih besar lagi sehingga kita bisa menjaring lebih banyak lagi guru-guru di nusantara yang bisa ikut bergabung bersama kita,” jelas Jessy.

Acara puncak ditutup oleh peluncuran tema TPN 2020, yaitu “Teknologi untuk Masa Depan”.

Page 71: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 71

Temu Pendidik Nusantara 2019

temu pendidik nusantara 2019

didukung oleh :

official media partner

Page 72: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat72

temu pendidik nusantara 2019

“TPN menjadi momentum bagi para guru untuk mempelajari dan

menyebarluaskan praktik baik dalam melakukan pengajaran.”

“Murid mempresentasikan karya kreatif maker space kepada peserta Temu

Pendidik Nusantara 2019”

Kompas.com

Antaranews.com

Temu Pendidik Nusantara yang diselenggarakan pada 25-27 Oktober

2019 di Jakarta itu juga berperan untuk menumbuhkan rasa percaya terhadap

pengajaran yang berorientasi pada murid.

TPN 2019 menghadirkan1.000 guru dari 120 daerah di Indonesia ini.

Di sini para guru akansaling berbagi, belajar, dan menguatkan

satu sama lain

Kumparan

Temu Pendidik Nusantaradi Media Massa

Tempo

Page 73: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 73

temu pendidik nusantara 2019

Temu Pendidik Nusantara 2019Murid Terlibat di TPN 2019

Ada pemandangan menarik di Temu Pendidik Nusantara 2019 kemarin, yaitu adanya murid yang terlibat dari hari Jumat, 25 Oktober 2019 sampai hari Minggu 27 Oktober 2019. Berikut adalah beberapa kesan dari guru melihat keterlibatan murid di TPN 2019.

Kharisma Fassa Tri Kusrini - KGB DemakSaat TPN 2019 di tanggal 25 Oktober 2019 di Sekolah Cikal Setu. Saat itu setelah kelas ke-merdekaan kami di ajak oleh murid Cikal untuk tour melihat kelas-kelas yang ada di Cikal. Saat itu aku tertarik banget,

“Bagimana sich pembelajaran yang ada di Cikal? Bagimana juga murid-murid di sana belajar?”

Kemudian kami diajak keliling sekolah. Banyak kelas yang kami kunjungi. Ada kelas art, kelas ba-

hasa, kelas yang khusus untuk anak-anak penyan-dang disabilitas. Kesan saya melihat banyak fasili-tas yang sesuai kebutuhan tersebut luar biasa.

Apalagi penjelasan murid yang menemani kami. Mereka tampak antusias menjelaskan satu per satu ruang.

“Ini ruang arts, yang sering kami gunakan...”

Kami serasa dipandu oleh tour guide yang memang sudah paham setiap detail ruangan. Obrolan selama keliling sekolah pun bermakna, mereka menceritakan proses belajar mengajar yang ada di Cikal.

Salah satu kegiatan yang paling berkesan buat saya adalah saat itu adalah kelas bahasa. Saat itu ada beberapa murid Cikal yang mempresenta-sikan bahasa yang mereka minati saat pelajaran

Page 74: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat74

bahasa Inggris. Yang unik di situ adalah, mereka dibe-baskan untuk mempelajari bahasa lain di pelajaran bahasa Inggris.

Terlihat’ sangat antusias dan sangat besar sekali minat mereka mempelajari bahasa yang mereka pilih. Hal lain yang mengesankan juga adalah murid mem-pelajarinya secara mandiri. Mereka menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada di google untuk menunjang belajar mereka. Terlihat mereka sangat menikmati apa yang mereka pelajari. tidak terlihat adanya paksaan ataupun beban dalam ekspresi mereka. Sungguh di sini saya melihat praktik Merdeka Belajar yang asyik. Murid memilih bertanggung jawab sendiri atas apa yang mereka pilih untuk dipelajari. Keren banget!

Siti Kurnia Khasanah - KGB BatangSaat itu saya sedang makan siang dengan salah satu rekan dari KGB Pekalongan. Tiba-tiba beberapa murid menghampiri kami, dan makan bersama di satu meja.

Mereka memperkenalkan diri, dan mengajak kami mengobrol.Saat itulah terjadi banyak obrolan bermakna dari obrolan meja makan tersebut.

“Kamu senang nggak sekolah di Cikal?” tanyaku.

“Senang banget karena ini pilihan kami sendiri. Di sini belajarnya asyik.” jawab mereka.

Mereka kemudian menceritakan beberapa yang pal-ing menyenangkan. Salah satunya adalah Three Way Conference.

“Three Way Conference itu bikin aku takut awalnya, takut dimarahin orangtua. Tapi ternyata saat Three way Conference, orangtua tidak marah, malah proses kegiatan tersebut membantu saya bisa lebih bere-fleksi.” jawab mereka.

“Kenapa di sini seragamnya sama namun berbeda-beda bentuk modelnya?” tanyaku penasaran.

“Model seragam memang disesuaikan dengan ke-inginan kami, sehingga kami nyaman memakainya.”

Senang sekali mendengar jawaban-jawaban mereka. Di TPN 2019 ini bukan sekadar belajar di kelas. Proses berjumpa murid, mengobrol mendapat banyak ide untuk dilakukan sepulang TPN.

Saya tidak heran dengan fasilitas yang ada di Cikal, tapi saya heran dengan cara mereka memanusiakan hubungan dengan siapa saja yang mereka temui.

Page 75: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 75

temu pendidik nusantara 2019

Praktik Baik TPN 2019Melawan Kebiasaan dengan Membiasakanoleh Ratno Kumar Jaya

Di TPN 2019 beda dengan TPN tahun-tahun sebelumnya, jika TPN 2017 dan 2018 kita bisa memesan 4 kelas sekaligus (kemerdekaan, kompetensi, kolaborasi, dan karir), sehingga bisa lebih santai karena bersantai ini adalah kebiasaan yang kadang jadi bumerang menutupi kemalasan. Tetapi di TPN 2019 tiap peserta hanya bisa memesan kelas kompetensinya saja, sedangkan untuk kelas kemerdekaan, kolaborasi dan karir dipilih on the spot dengan catatat siapa cepat dia dapat. Dari proses ini kita diajak untuk membiasakan agar apa yang harus kita kerjakan harus segera dilakukan. Cukup menarik dengan strategi panitia tahun ini, karena jelas dengan strategi demikian akan membuat peserta membuat rencana belajar lebih menantang. Kenapa menantang? Meski peserta TPN sudah membuat rencana belajar dari rumah, saat di acara TPN mereka masih harus melengkapi rencana belajarnya dengan mencari posisi ruang dan tentunya dengan kecepatan

dan kesigapan peserta untuk memperoleh kelas pilihannya tersebut, karena tiap kelas maksimal hanya bisa diisi 20-25 peserta. Kebayang kan perjuangannya harus berebut dengan ribuan peserta lainnya? 😂😂 Dari proses ini ada dua impak yang unik menurut aku, yakni konsekuensi alamiah dan usaha mendobrak budaya saling tunggu. Kalau menurut teman-teman ada yang lain, silakan bisa ikut tambahkan di kolom komentar. Pertama tentang konsekuesi alamiah, pada tahap ini panitia tak lagi harus terus mengingatkan peserta untuk segera masuk ke kelas yang ingin peserta ikuti, karena secara otomasi pesertalah yang berinsiatif untuk mencari kelas-kelas pilihan mereka. Dari proses ini panitia memberikan konsekuensi alamiah atas usaha yang dilakukan peserta. Jika peserta merasa hal itu bagian dari kebutuhan dan penting, maka dia akan bersungguh-sungguh dan berusaha

Page 76: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat76

mendapatkan pilihan kelas itu. Sedangkan peserta yang menganggap santai proses ini, tentu mereka akan terlambat dan konsekuensi alamiahnya mereka tidak dapat memilih kelas pilihannnya. Hal itu sungguh terjadi di TPN 2019. Beberapa waktu lalu ,aku lihat status FB Pak Andrie Firdaus yang menyertakan tangkapan layar kondisi kelas kemerdekaan di TPN 2019 seperti yang terlampir di status ini. Bagaimana kelas-kelas itu dengan cepat terisi penuh. Entah pakai program apa hingga pantuan kelas tak luput dari bidikan panitia, mungkin pak firdaus bisa berbagi cerita mengenai ide acara on the spot ini dan hasil pantaunnya. Bisa dipastikan tidak sedikit peserta yang harus tiba-tiba menganti pilihan kelasnya karena kelas sudah penuh. Aku menyaksikan langsung di kelas kolaborasi Keluarga Kita yang hanya mampu menampung 20 orang itu terisi penuh, kemudian masih ada yang ingin ikut bergabung tapi harus terpaksa pilih kelas lain. Yang kedua, tentang budaya menunggu. Sudah jadi rahasia publik, jika ada pelatihan atau sejenisnya sudah barang pasti acara mundur, atau yang lebih parahnya pemateri harus menunggu peserta, karena memang peserta yang datang belajar bukan atas kemauan sendiri. Tetapi atas instruksi, jadi tak heran kalau mereka datang semaunya atau mana suka. Lain ceritanya di TPN 2019, panita TPN 2019 berhasil memaksimalkan strategi on the spot ini. Aku yang menyaksikan sempat geleng-geleng, karena 20 menit sebelum acara mulai seluruh peserta sudah stanby di kelas pilihannya masing-masing. Tidak ada yang namanya pemateri menunggu peserta, di TPN 2019 justru peserta yang menunggu Pemateri, ini sungguh penghormatan luar biasa untuk pemateri, menurut aku. Terima kasih panitia TPN, sudah membantu kami melawan kebiasaan dengan membiasakan.

Page 77: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 77

Judul Buku

Literasi Menggerakkan Negeri

Penulis

Najelaa Shihab dan Komunitas Guru Belajar

Jumlah halaman

308 Halaman

Penerbit

Literati

“Gimana, Pak… kegiatan literasi di kelas berjalan lancar?”

“Saya sudah menjalankan program membaca setiap pagi, Bu. Tapi kok kurang efektif ya, Bu…”

“Lho, bukannya dari laporan anak-anak sudah bisa baca ya? Berarti berhasil kan?”

“Iya, Bu. Anak-anak sudah bisa baca. Tapi waktu saya tanya tentang bacaan mereka enggak bisa jawab Bu”

Dalam 10 tahun terakhir, literasi hadir dari sepo-tong istilah menjadi sebuah gerakan yang menye-bar ke berbagai penjuru. Sayangnya, di tengah keriuhan literasi masih jarang upaya refleksi terha-dap kerja keras mengembangkan literasi, apalagi upaya mempromosikan praktik baik pengajaran literasi. Apakah upaya pengembangan literasi su-dah efektif dan terlihat dampaknya pada murid? Mana praktik pengajaran literasi yang baik, bisa direplikasi dan disebarkan?

Di tengah situasi tersebut, buku Literasi Meng-gerakkan Negeri hadir sebagai niatan memper-kaya khazanah pengajaran literasi. Anda diajak pengalaman memahami literasi mulai dari mis-konsepsi hingga menemukan esensi. Anda diajak memahami kompleksitas konsep literasi. Anda

diajak menelusuri perjalanan literasi yang berawal dan berakhir pada murid. Anda diajak menge-nal praktik pengajaran literasi yang mendukung kemampuan belajar pada lintas pelajaran. Anda diajak memahami praktik literasi yang mendaya-gunakan potensi yang ada di sekitar sekolah. Dan pada akhirnya, Anda diajak menyaksikan praktik pengajaran literasi yang membantu murid untuk berdaya dan produktif sebagai warga negara.

Penulis buku ini adalah guru yang bergabung di Komunitas Guru Belajar. Penulis yang memang mendalami dan melakukan praktik pengajaran literasi tentu menjanjikan tulisan yang renyah, mudah dipahami namun tetap esensial. Praktik pengajaran literasi yang dipaparkan dapat dipela-jari, diadaptasi dan dimodifikasi sesuai kebutuhan murid dan potensi di sekitar sekolah. Karena kami percaya bahwa menyebarkan praktik baik literasi adalah cara menggerakkan negeri.

Buku bisa didapatkan di :

Bit.ly/KontakGuruPromotor

resensi buku

Page 78: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat78

Guru Belajar EsensialBUKU

DIFERENSIASIMemahami Pelajar untuk Belajar

Bermakna & Menyenangkan

MERDEKA BELAJARDI RUANG KELAS

MEMANUSIAKANHUBUNGAN

LITERASIMENGGERAKKAN

NEGERI

KAUS

produk

Dapatkan produk Guru Belajar di

Bit.ly/KontakGuruPromotor

Page 79: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat 79

Saya paham bahwa budaya berliterasi di Indonesia memang dirasa kurang jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Masalah literasi tersebut memang sudah sangat

mahfum bagi pemerintah, termasuk Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Program 15 menit membaca buku menjadi salah satu fokus pemerintah untuk meningkatkan budaya membaca di sekolah.

Akan tetapi, saya merasa jika kegiatan literasi tersebut hanya membaca sangatlah kurang. Seperti yang saya ketahui kegiatan berliterasi tidak hanya aspek membaca saja, melainkan ada aspek yang lain, seperti: baca-tulis, sains, ldigital, numerasi, finansial, serta budaya dan kewargaan.

Saya berusaha mencari cara untuk melaksanakan satu kegiatan yang bisa mencakup beberapa aspek literasi tersebut. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya saya memutuskan untuk melakukan kegiatan literasi dengan judul “Sahabat Pena Acil – Aku Cinta Literasi”.

Kegiatan SPA (Sahabat Pena AciL) tersebut merupakan kegiatan berkirim surat ke anak-anak yang ada di beberapa daerah di Indonesia. Dalam berkirim surat tersebut anak-anak saya minta untuk menceritakan segala hal yang berkaitan dengan budaya di daerahnya dan mendeskripsikan lingkungan tempat tinggalnya beserta dengan kehidupan sosial yang ada.

Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, saya harus mempersiapkan beberapa hal termasuk dalam menentukan nama penerima surat beserta menghubungi pihak kantor pos. Kantor pos? Iya, karena kegiatan SPA ini saya rancang agar anak-anak mengenal kantor pos sekaligus dunia filateli. Beberapa tahapan kegiatan yang harus saya lalui adalah sebagai berikut.

Tahap persiapan. Tahap ini bagi saya adalah tahap yang paling menantang. Kenapa saya bilang seperti itu? Karena saya harus mencari calon penerima surat serta harus menghubungi pihak kantor pos. Dan bagi saya untuk menemukan penerima surat tidaklah mudah, karena target saya adalah di luar daerah atau pulau.

Setelah berselancar di grup WA, saya mendapatkan beberapa kenalan yang sedang mengikuti program Indonesia Mengajar di Kabupaten Natuna Kepulauan Riau, Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan, serta ada dua teman yang sedang kuliah di luar negeri yang bersedia untuk berkirim surat, yaitu di Inggris dan Australia. Teman-teman saya (dari Natuna dan Hulu Sungai Selatan) tersebut saya minta untuk menunjuk murid didik mereka agar mau menerima surat dari kami.

Tahap persiapan ini tentunya juga dibarengi dengan memberikan materi untuk anak-anak. Saya harus memberikan materi terlebih dahulu tentang surat, bagian-bagian surat, cara menulis surat yang baik dan benar, serta tentunya saya harus memberikan penekanan pada mereka bahwa suratnya harus menceritakan tentang daerah tempat tinggalnya. Tentu tujuannya agar bisa bertukar pengetahuan terkait kehidupan sosial dan budaya.

Setelah materi saya berikan, giliran saya harus menghubungi pihak kantor pos, dan saat itu saya memilih Kantor Pos Besar Yogyakarta yang ada di sekitar Malioboro. Selain itu, saya juga harus membuat

tumbler

KAUS

Dapatkan produk Guru Belajar di

Bit.ly/KontakGuruPromotor

totebag

Page 80: Menularkan Kegemaran Belajar Guru Belajar...ura aba ur elaja di ah eempat 3 beranda Semua Murid Semua Guru Literasi dan bonus demografi adalah dua topik yang trendi di kalangan pendidikan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi V Tahun Keempat80