Meningitis TB
-
Upload
novy-lewowerang -
Category
Documents
-
view
31 -
download
4
description
Transcript of Meningitis TB
Tinjauan Pustaka
Meningitis Tuberkulosa
Bernadina N S Lewowerang
102011303
Kelompok : 13
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
email : [email protected]
Pendahuluan
Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piamater, disebabkan oleh bakteri, virus,
Ricketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. Meningitis merupakan infeksi
akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok,
Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis. Meningitis
adalah suatu radang pada meningens (selaput yang melindungi otak dan batang otak), disebabkan
oleh bakteri, dan virus yang dapat terjadi secara akut atau kronik. Meningitis dibagi menjadi 2
golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis serosa dan
meningitis purulenta. Pada meningitis serosa cairan otak berwarna jernih sampai xantokrom,
sedangkan pada meningitis purulenta cairan otak berwarna opalesen sampai keruh. Meningitis
serosa dibagi menjadi 2 yaitu meningitis serosa viral yang disebabkan oleh infeksi virus dan
meningitis serosa tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Meningitis serosa tuberkulosis atau meningitis tuberkulosis merupakan satu dari sekian jenis
meningitis yang paling sering dan paling berbahaya karena berbeda dengan meningitis lainnya
dari perjalanan penyakitnya yang lambat dan progresif. Meningitis tuberkulosis terjadi sebagai
akibat komplikasi dari penyebaran tuberkulosis primer, biasanya dari paru.
1
Tinjauan Pustaka
Pembahasan
Anatomi dan Fisiologi
Meningen
Merupakan selaput yang menyelubungi otak, yang berfungsi sebagai pelindung, pendukung
jaringan dibawahnya. Selaput otak ini terdiri dari piameter, arachnoid dan durameter yang
masing-masing meruapakan suatu lapisan yang terpisah dan kontinyu. Antara lapisan piameter
dan arachnoid ada hubungan yang disebut dengan nama “pakimening”. Piameter merupakan
lapisan vaskuler, dan pembuluh darah melalui piameter menuju struktur Interna Central Nervus
Sistem (CNS) untuk memberi nutrisi pada jaringan neural. Arachnoid meruapakan membaran
fibrosa yang tipis halus dan vaskuler. Arachnoid meliputi otak dan membran spinalis, tetapi tidak
mengikuti setiap bentuk luarnya seperti piameter. Daerah antara arachnoid dan paimeter
dinamakan ruang subarachnoid dan mengandung arteri, vena serebral dan tuberkulae. Arachnoid
dan cairan cerebrospinal yang membasahi CNS. Durameter merupakan suatu jaringan liat dan
tidak elastis seperti kulit. Terdiri dari dua lapisan, lapisan luarnya disebut endoteal dan bagian
dalam disebut durameningeal.1
Ventrikel dan Cairan Serebrospinal (CSF)
Ventrikel merupakan tempat rongga dalam otak yang salaing berhubungan satu dengan yang lain
dan dibatasi dengan epindima dan mengandung CSF. Pada setiap hemisper serebri terdapat satu
ventrikel lateral. Ventrikel ketiga terdapat diensefalon dan ventrikel keempat dalam pons,
medulla oblongata. Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut Fleksus
Koroideus. Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter yang mempunyai hubungan
langsung dengan epindima dan mengandung CSF. Pada setiap hemisper serebri terdapat satu
ventrikel lateral. Ventrikel ketiga terdapat di ensefalon dan ventrikel keempat dalam pons,
medulla oblongata. Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut Fleksus
koroideus. Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter yang mempunyai hubungan
langsung dengan epidemi. Fleksus Koroideus inilah yang mengsekresi CSF yang jernih dan tidak
berwarna, yang merupakan bantalan cairan yang pelindung disekitar CNS. Kebanyakan CSF
2
Tinjauan Pustaka
direabsorbsi kedalam darah melalui struktur khusus yang disebut villi arachnoid yang menonjol
dari ruang subarachnoid menuju sinus sagitalis superior otak. Produksi dan reabsorbsi CSF
dalam CNS berlangsung konstan. Volume total CSF yang terdapat dalam rongga serebrospinal
sekitar 125 ml. Sedang kecepatan sekresi Fleksus Koroideus besarnya hanya sekitar 500 sampai
750 ml perhari. Tekanan CSF merupakan fungsi kecepatan pembentukan cairan dan resistensi
reabsorbsi oleh villi arachnoidalis. Tekanan CSF sering diukur waktu dilakukan lumbal fungsi
yaitu sekitar 13 mmHg.1
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan
serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau dalam keadaan
tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis
dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-
dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang
dikeluhkan oleh pasien.Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal
mengenai hal-hal berikut.2
Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan
diagnosis)
Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan
pasien (diagnosis banding)
Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor
predisposisi dan faktor risiko)
Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)
Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor
prognostik, termasuk upaya pengobatan)
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan
diagnosisnya
Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai kemampuan
untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis.Lengkap artinya mencakup semua
3
Tinjauan Pustaka
data yang diperlukan untuk memperkuat ketelitian diagnosis, sedangkan akurat berhubungan
dengan ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh. Dari keluhan-keluhan
tersebut dan dasar teori dari anamnesis, maka dapat diketahui data-data sebagai berikut:1
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan lingkungan
Pemeriksaan fisik
Tujuan utama pemeriksaan fisik saraf adalah mengungkapkan dan menjelaskan defisit fungsi,
dan untuk menjelaskan kemungkinan lokasi anatomis dari lesi. Apakah masalah disebabkan oleh
lesi pada otak, sumsum tulang belakang, saraf perifer, atau otot. Berikut beberapa hal yang perlu
di periksa, yaitu:
1. Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum meliputi:
a. Kesan umum dari inspeksi seluruh tubuh, misal menurunnya kesadaran, bentuk kepala
yang terlalu besar atau terlalu kecil, edema generalisata, nampak sakit dan gelisah, dan
sebagainya.
b. Pemeriksaan umum terutama pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi,
frekuensi pernapasan, suhu), sistem kardiopulmoner, sistem gastrointestinal, urogenital,
anggota gerak, leher, kepala, dan muka.
2. Tingkat kesadaran
Pemeriksaan tingkat kesadaran yang sekarang dipakai adalah skala dari Glasgow (Glasgow
coma scale) yang lebih praktis karena patokan/kriteria yang lebih jelas dan sistematik,
dibandingkan dengan cara lama seperti apatis, somnolen, stupor, sopor, dan koma.
Pada setiap pasien dengan gangguan kesadaran, maka ada 4 hal yang perlu diperiksa selain
tingkat kesadaran, yaitu:
a. Tingkat kesadaran
b. Mata, yang meliputi pupil (refleks cahaya, anisokoria), gerakan bola mata (gerakan
konjugasi bola mata), berguna untuk menentukan kelainan neurologis atau metabolik.
4
Tinjauan Pustaka
c. Respirasi yang dikaitkan dengan lokalisasi lesi di otak dan berhubungan dengan beratnya
gangguan tingkat kesadaran.
d. Respons motorik terhadap ransangan nyeri. Adanya gerakan motorik terhadap ransangan
nyeri (menjauhi ransang tersebut) menunjukkan fungsi spino-thalamo-cortical (sensory
ascending pathway) dan tractus cortico-spinalis (tractus piramidalis) yang masih baik,
sedangkan tidak adanya gerakan motorik pada salah satu anggota gerak tetapi
menunjukkan “grimacing” (meringis) sewaktu diberikan rangsangan nyeri menunjukkan
adanya disfungsi tractus cortico-spinalis tanpa disfungsi daripada sensory ascending
pathway.
Cara pemeriksaan skala dari Glasgow (Glasgow coma scale, GCS), didasarkan pada respon
dari mata, pembicaraan, dan motorik. Dimana masing-masing mempunyai nilai/score tertentu,
mulai dari yang paling baik (normal) sampai dengan yang paling jelek. Jumlah/total scoring
paling buruk adalah 3, sedangkan yang paling baik (normal) adalah 15.
Tabel 1. Glasgow Coma Scale2
Score
1. Eye open
spontan membuka mata
terhadap suara membuka mata
terhadap nyeri membuka mata
menutup mata terhadap segala jenis rangsang
4
3
2
1
2. Verbal response
Berorientasi baik
Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau)
Bisa membentuk kata tapi tidak mampu mengucapkan suatu
kalimat
Bisa mengeluarkan suara yang tidak punya arti (groaning)
Suara tidak ada
5
4
3
2
1
3. Motoric response
Menurut perintah 6
5
Tinjauan Pustaka
Dapat melokalisir ransangan sensorik di kulit (raba)
Menolak ransangan nyeri pada anggota gerak (withdrawal)
Menjauhi ransangan nyeri (fleksi)
Ekstensi spontan
Tidak ada gerakan
5
4
3
2
1
3. Pemeriksaan tanda rangsangan meningeal
a. Kaku kuduk
Cara : Pasien tidur telentang tanpa bantal.
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian
kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan
diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu
tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat.
Hasil pemeriksaan:
Leher dapat bergerak dengan mudah, dagu dapat menyentuh sternum, atau fleksi leher
normal/kaku kuduk negatif.
Adanya rigiditas leher dan keterbatasan gerakan fleksi leher kaku kuduk positif.
b. Brudzinski
Cara : Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang ditempatkan dibawah
kepala pasien yang sedang berbaring, tangan pemeriksa yang satu lagi sebaiknya
ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien
difleksikan sehingga dagu menyentuh dada.
Hasil Pemeriksaan :
Test ini adalah positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi
lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.
c. Kernig
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian
panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha. Bila
teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135 derajat, maka
dikatakan kernig sign positif
6
Tinjauan Pustaka
d. Laseque
Cara : Pasien berbaring terlentang. Angkat satu tungkai pasien dengan fleksi di sendi
panggul sampai membentuk sudut 70 derajat, sedangkan tungkai lain dalam keadaan
lurus.
Hasil Pemeriksaan :
Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 70 derajat, maka
dikatakan laseque sign positif. .
4. Pemeriksaan refleks patologis
Refleks patologis merupakan respon yang tidak umum dijumpai pada individu normal.
Refleks patologis pada ekstemitas bawah lebih konstan, lebih mudah muncul, lebih reliabel
dan lebih mempunyai korelasi secara klinis dibandingkan pada ekstremitas atas.
a. Refleks Klonus kaki
Cara pemeriksaan: sanggah lutut pada posisi fleksi ringan. Lalu dengan tangan yang lain
lakukan dorsofleksi tiba-tiba dan pertahankan beberapa saat.
b. Babinsky sign
Pemeriksa menggores bagian lateral telapak kaki dengan ujung palu refleks.
Reaksi: Dorsofleksi ibu jari kaki disertai gerakan melebar jari-jari lainnya. Intepretasi:
normal (-)
Pada pemeriksaan didapatkan kaku kuduk, suhu badan naik turun, kadang-kadang suhu malah
merendah, nadi sangat labil, lebih sering dijumpai nadi yang lambat, hiperestesi umum, abdomen
tampak mencekung, afasia motorik atau sensoris, reflek pupil yang lambat dan reflek tendon
yang lemah.2
7
Tinjauan Pustaka
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan CSF
M. Purulenta M. Serosa/TBC M. Viral
Tekanan
Warna
Tes none
Tes pandi
Jumlah sel
Protein
Glukosa
Bakteri
merah, kuning /
hijau
++ / +++
-- / +++
1000 – 10.000
100 – 500 mg %
dgn pewarnaan
Opalesen kuning
++ / +++
++ / +++
200 – 500
100 – 500 mg %
dgn pewarnaan
Normal
Jernih
- / +
- / +
50 – 100
50 – 100 mg %
normal
(-) dgn pewarnaan
Pemeriksaan cairan otak
Merupakan kunci diagnosis untuk meningitis tuberkulosis. Cairan serebrospinal pada
meningitis tuberkulosis jernih, tidak berwarna, dan bila didiamkan akan membentuk “cob
web” atau “pellicle” atau sarang laba-laba. Tekanan sedikit meninggi dan jumlah sel
kurang dari 500/ mm3 dengan dominan limfosit. Protein meninggi sampai 200mg% dan
kadar glukosa menurun sampai dibawah 40mg%.3
Pemeriksaan darah rutin
Darah perifer lengkap, gula darah dan elektrolit. Selain itu perlu diperiksa juga jumlah
dan hitung jenis leukosit serta peningkatan laju endap darah (LED).3
8
Tinjauan Pustaka
Tes tuberkulin
Pemberian tuberkulin intradermal sebanyak 0,1 cc atau tes Mantoux berguna untuk
diagnosis, terutama pada anak.3
Tuberkel koroid
Tuberkel koroid menandakan suatu proses tuberkulosis lanjut. Nampak sebagai fokus
eksudat putih keabuan dibawah pembuluh darah retina.3
Pemeriksaan radiologik
- Foto Thorak
Hampir sebagian besar penderita meningitis tuberkulosis akan menunjukkan gambaran
radiologik sesuai untuk suatu tuberkulosis.3
- Foto tengkorak
Pada stadium akut meningitis tuberkulosis tidak akan menjumpai kelainan pada foto
tengkorak. Pelebaran sutura menandakan suatu peninggian tekanan intrakranial.3
- Pemeriksaan CT Scan
Dapat digunakan untuk diagnosis meningitis tuberkulosis, kelainan yang nampak adalah:3
Tuberkuloma, dapat mengalami perkapuran dan kadang terlihat suatu “mass effect”
Hidrosefalus, terlihat dari pelebaran ventrikel.
Gambaran penyerapan abnormal dari kontras pada sisterna basalis.
Infark
- Angiografi
Pada fase akut meningitis tuberkulosis dapat dijumpai kelainan pembuluh darah berupa
penyempitan segmental arteri pada daerah basis otak. Penyempitan ini terjadi akibat
arteritis atau kompresi mekanik oleh eksudat kental.3
- Elektroensefalografi
Dijumpai gambaran EEG abnormal berupa perlambatan difus, bentuk sinusoidal, teratur
dengan aktivitas gelombang delta voltase tinggi. Selain itu dapat memperlihatkan
terdapatnya lesi fokal sesuai dengan lesi infark atau fokus epileptik.3
9
Tinjauan Pustaka
Diagnosis Pembanding
Beberapa penyakit yang memiliki kemiripan dengan meningitis TB antara lain: meningitis
bakterialis dan meningitis viral. Keadaan ini dapat didiagnosis dengan pewarnaan yang tepat,
kultur, dan pemeriksaan serologik serta sitologik.4
1. Meningitis Bakterialis
Meningitis bakterialis sering dihubungkan dengan sindrom sepsis (demam, takikardia, hipotensi,
atau syok), diperberat oleh koagulasi intravaskular diseminata, yang dinduksi oleh septikemia.
Meningitis biasanya terjadi karena bakterinemia yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis,
walaupun Steptococcus pneumonia dapat muncul pada orang-orang dengan pneumonia
pneumokokus (lebih sering pada manula dan penyalahguna alcohol) atau kerusakan dura (fraktur
tengkorak, sepsis telinga, atau penyakit sinus). Bila dicurigai bakterialis, maka antibiotik
spektrum luas (misalnya sefotaksin dosis tinggi) harus segera diberikan. Diagnosis dipastikan
dengan mengidentifikasi organisme (kultur darah, pemeriksaan mikroskopik LCS, kultur, dan
polymerase chain reaction (PCR) atau serologi darah). Prognosis bervariasi. Pada meningitis
meningokokus, 5-10% meninggal, dan sebagian besar mempunyai gejala sisa permanen,
termasuk kehilangan jari (infark akibat hipotensi), tuli, buta, dan gangguan intelektual. Imunisasi
terhadap meningokokus serotype A dan C efektif (tetapi serotype B, dimana tidak ada vaksin
terhadapnya, mendasari ±50% kasus).5
2. Meningitis Viral
Sebagian besar kasus meningitis limfositik akut disebabkan oleh virus. Karena biakan rutin
negatif, meningitis virus juga disebut sebagai meningitis aseptik. Banyak jenis virus yang diduga
terlibat, di antaranya enterovirus (coxsackie A dan B, echovirus, poliovirus), herpesvirus (virus
herpes simpleks-1 (HSV-1), HSV-2, virus Epstein-Barr, virus varisela zoster), gondongan,
campak, dan adenovirus. LCS jernih dengan kandungan protein normal atau meningkat, dan
glukosa normal. Bisa ditemukan sel-sel mononuklear, namun tak ditemukan organisme. Gejala
nyeri kepala dan meningismus bisa sembuh sendiri. Apus tenggorok, spesimen LCS, dan feses
harus dikirim untuk kultur virus dan uji serologis. Tata laksana bersifat simtomatik dengan
rehidrasi dan analgesia karena sebagian besar pasien sembuh tanpa sisa defisit dalam beberapa
hari.5
10
Tinjauan Pustaka
3. Meningitis aseptik
Merupakan sebuah penyakit yang ditandai oleh sakit kepala, demam dan inflamasi pada selaput
otak. Istilah meningitis aseptik mengacu pada kasus dimana pasien dengan gejala meningitis tapi
pertumbuhan bakteri pada kultur tidak ditemukan. Banyak faktor yang berbeda yang dapat
menyebabkan penyakit ini, seperti virus atau mikobakterium. Bervariasi, Mikroorganisme yang
bertanggung jawab adalah bakteri, protozoa, jamur, ritketsia atau yang paling sering
virus. Kelompok virus yang paling sering adalah enterovirus (echo, coxsackie, polio), diikuti
oleh parotitis, herpes II, koriomeningitis limfositik dan adeno virus. Yang termasuk arbovirus
adalah virus yang ditransmisikan oleh kutu, meningoensefalitis musim semi.
Gejala dan tanda meningitis serosa : Nyeri kepala selalu ada, kadang-kadang sangat hebat dan
difus; Nyeri punggung seringkali ada; Temperatur biasanya tidak begitu meningkat seperti pada
meningitis purulenta; Sensitif terhadap cahaya ( fotopobia ); Malaise umum, gelisah, atau tidak
enak badan; Nausea dan vomitus; Mengantuk dan pusing; Kadang-kadang terdapat bangkitan
epileptic; Meningismus ( laseque dan kaku kuduk hampir selalu ada ); Organ-organ lain sering
kena mis: paru-paru pada meningitis tuberkulosa; Umumnya terdapat tanda-tanda gangguan saraf
kranial dan cabang-cabangnya.5
Diagnosis Kerja
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medulla
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. Meningitis merupakan
infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme
pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis.
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column
yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat . Berdasarkan beberapa pengertian di
atas maka dapat disimpulkan bahwa Meningitis Tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang
mengenai salah satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medulla spinalis yang
disebabkan oleh kuman tuberkulosa.3
Ditentukan atas dasar gambaran klinis serta yang terpenting ialah gambaran pemeriksaan cairan
otak. Diagnosis pasti hanya dapat dibuat bila ditemukan kuman tuberkulosis dalam cairan otak.
Uji tuberkulin yang positif, kelainan radiologis yang tampak pada foto thorak dan terdapatnya
sumber infeksi dalam keluarga hanya dapat menyokong diagnosis. Uji tuberkulin pada
11
Tinjauan Pustaka
meningitis tuberkulosis sering negatif karena anergi, terutama dalam stadium terminalis. Dari
pemeriksaan dan kultur cairan otak didapatkan tekanan yang meningkat, warna dapat jernih atau
xantokrom, protein meningkat sampai 500 mg/ dl, kadar glukosa LCS menurun biasanya < 40
mg/ dl tapi dapat juga < 20 mg/ dl, kadar klorida menurun, leukosit yang meningkat sampai 500/
mm3 dengan dominasi sel mononuklear.3
Etiologi
Penyebab utama terjadinya meningitis TB adalah kuman Mikobakterium Tuberkulosa varian
homoris. Meningitis tuberkulosa ialah radang selaput otak akibat komplikasi tuberkulosa primer.
Meningitis tuberkulosa merupakan akibat komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya
dari paru. Terjadinya mengitis bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh
penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui pembentuklan tuberkel pada
permukaan otak, sum-sum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam
rongga arakhnoid. Pada pemeriksaan histologis, merupakan meningoensefalitis.Peradangan
ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat terdapat eksudat
dan tuberkel. Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan obstruksi pada
sisterna basalis dan mengakibatkan hidrosefalus serta kelainan pada syaraf otak.4
Meningitis tuberkulosis paling sering disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis varian
hominis. Selain itu dapat pula disebabkan oleh varian lain yaitu Mycobacterium tuberculosis
varian bovis, Mycobacterium tuberculosis varian atipik, dan Mycobacterium tuberculosis varian
flavesen. Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam ordo Aktinomisetales, Famili
Mycobacteriacea dan Genus Mycobacterium. Mycobacterium tuberculosis mempunyai ukuran
panjang 2-4 mikron dan lebar 0,3-0,5 mikron. Sering ditemukan berkelompok, berbentuk filamen
tetapi mudah patah dan menghasilkan bentuk batang dan kokoid. Mycobacterium tuberculosis
atau basil tuberkel tidak bergerak, tidak membentuk spora dan kapsel atau konidia. Hidup
intraseluler dalam suasana aerob. Suhu terbaik untuk pertumbuhannya adalah 37° C dan mati
pada suhu kurang dari 30° C atau lebih dari 42° C.4
Epidemiologi
Meningitis Tb merupakan penyakit yang berbahaya, terutama pada bayi dan anak. Risiko
kematin pada penderita sangat tinggi, atau bila penderita mengalami kesembuhan biasanya
12
Tinjauan Pustaka
mengalami gejala sisa yang akan mengganggu fisik dan mungkin mental penderita seumur
hidup. Karena risikonya yang fatal ini maka perlu vaksin yang dapat melindungi penderita dari
meningitis TB. Pemberian vaksin BCG pada bayi, diharapkan dapat memberikan daya lindung
terhadap penyakit TBC berat yang diantaranyya adalah penyakit meningitis tuberkulosis.
Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan vaksin BCG mempunyai daya lindung sebesar
66,67 % pada anak, tetapi beberpa dokter anak melaporkan secara tidak resmi bahwa bayi/anak
yang telah mendapat BCG masih mengalami meningitis Tb berat, bahkan sampai meninggal.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah vaksin BCG masih mempunyai daya lindung terhadap
penyakit ini. Telah dilakukan penelitian mengenai daya lindung vaksin BCG terhadap meningitis
Tb anak di beberapa rumah sakit di Jakarta selama satu tahun. Studi ini dilakukan di RSCM
memakai desain kasus kontrol,penderita meningitis Tb diambil sebagai kasus sebanyak
28,17,18,24 dan terakhir 9 penderita, dan kontrol diambil pada penderita non meningitis Tb.
Hasil penelitian ini menunjukkan masih terdapat penurunan risiko terjadinya meningitis Tb pada
anak sebanyak 0,72 kali bila penderita diberi BCG dibanding dengan penderita yang tidak pernah
diberikan BCG. Meningitis tuberkulosis masih banyak ditemukan di Indonesia karena
morbiditasnya selain bergantung kepada tingkat kekebalan tubuh seseorang juga dipengaruhi
oleh faktor sosial ekonomi, tingkat kesadaran kesehatan masyarakat, status gizi dan faktor
genetik tertentu yang berhubungan dengan faktor imun.4
Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang
menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Saluran vena yang melalui
nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran
vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan
di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang
juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.5
13
Tinjauan Pustaka
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi
terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan
meluasnya hemoragi (pada sindrom Waterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
Meningitis Tuberkulosa timbul sebagai akibat invasi kuman ke jaringan sel otak (meningen).
Penyebaran kuman ke otak melalui penjalaran hematogen pada saat terjadinya Tuberkulosa
millier. Meningitis tuberkulosa merupakan akibat komplikasi penyebaran tuberculosis primer,
biasanya dari paru. Terjadinya mengitis bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung
oleh penyebaran hematogen,melainkan biasanya sekunder melalui pembentuklan tuberkel pada
permukaan otak, sum-sum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam
rongga arakhnoid.5
Pada pemeriksaan histologis, merupakan meningoensefalitis.Peradangan ditemukan sebagian
besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat
yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis dan
mengakibatkan hidrosefalus serta kelainan pada syaraf otak. Oleh karena itu seseorang yang
telah mendapat vaksinasi BCG sewaktu masih anak-anak, masih mungkin menderita Meningitis
Tuberkulosa apabila sebelum vaksinasi telah terkena infeksi oleh bakteri mycobakterium
tuberkulosa. Kuman yang tersangkut didaerah subarachnoid ini terus hidup dan berkembang
biak. Tetapi dengan adanya imunitas tubuh kuman terkurung didaerah tuberkel, apabila oelh
suatu sebab daya tahan tubuh menurun fokus ini melebar dan pecah ke dalam rongga
subarachnoid. Disamping fokus rich pecah dapat timbul pada saat tuberkulose paru sudah
menghilang atau memang lesinya sangat kecil, sehingga tidak tampak pada pemeriksaan
radiologik. Meningitis Tuberkulosa yang timbul akibat pecahnya fokus rick biasanya timbul
secara akut, bahkan kadang-kadang dengan cepat klien jatuh ke stadium terminal. Hal ini
disebabkan oleh karena dngan pecahnya fokus rich, sejumlah besar kuman dari tuberkel dalam
waktu yang singkat tertuang ke dalam rongga subarachnoid.5
Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda penyakit Meningitis Tuberkulosa dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga
manifestasi klinik penyakit ini beraneka ragam. Diantara banyak faktor yang mempengaruhi
14
Tinjauan Pustaka
manifestasi klinis ini yang terpenting adalah faktor umur dan status fisik klien. Pada seorang
anak sangat sensistif terhadap kuman TBC, masuknya kuman ke dalam cairan serebrospinal akan
diikuti oleh exudasi sel darah putih dan fibrin yang hebat, sehingga manifestasi klinis Meningitis
Tuberkulosa akan timbul lebih kuat dan hebat dibandingkan dengan orang dewasa. Meningitis
yang timbul akibat pecahnya fukos rich biasanya timbul secara akut dan bahkan kadang-kadang
telah menjadi komateus dan spastis dalam 1 – 2 hari.6
Secara klinis kadang-kadang belum terdapat gejala meningitis nyata walaupun selaput otak
sudah terkena. Hal demikian juga terdapat pada tiberkulosis milieris, sehingga pada penyebaran
milier sebaoiknya dilakukan punksi lumbal walaupun gejala meningitis belum tampak. Gejala
biasanya didahului stadium prodromal berupa iritasi selaput otak. Meningitis biasanya mulai
perlahan-lahan tanpa panas atau hanya terdapat kenaikan suhu yang ringan, jarang terjadi akut
dengan panas tinggi. Sering dijumpai anak mudah terangsang, menjadi apatis dan tidurnya sering
terganggu. Anak besar dapat mengeluh nyeri kepala,anoreklsia, mual dan muntah serta obstipasi.
Stadium ini kemudian disusul dengan stadium transisi dan kejang. Gejala diatas mulai berat
dengan rangsangan meningeal mulai nyata. Perjalanan penyakit Meningitis Tuberkulosa yang
klasik dapat dibagi dalam 3 stadium :6
1. Stadium prodormal
Pada stadium ini terjadi iritasi selaput otak. Meningitis biasanya mulai perlahan-lahan
tanpa panas atau terdapat kebaikan suhu yang ringan. Pada anak sering dijumpai mudah
terangsang, apatis dan tidur terganggu. Dan pada anak besar dapat mengeluh nyeri
kepala, anoreksia, obstipasi dan muntah.
2. Stadium transisi
Gejala pada stadium prodormal menjadi lebih berat dan gejala meningeal mulai nyata,
kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus. Refleks tendon
menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya terdapat kelumpuhan syaraf
mata hingga timbul gejala strabismus dan nistagmus. Kesadaran menurun hingga timbul
stupor.
3. Stadium terminal
15
Tinjauan Pustaka
Terdapat gejala berupa kelumpuhan, koma, pupil melebar dan tidak bereaksi sama
sekali. Nadi dan perbafasan Cheyne Stokes, hyperpireksi.
Sedangkan menurut British Medical Research Council, meningitis tuberkulosis dapat
diklasifikasikan menjadi tiga stage, yaitu :
Stage I : pasien sadar penuh, rasional dan tidak memiliki defisit neurologis.
Stage II : pasien confused atau memiliki defisit neurologis seperti kelumpuhan saraf
kranialis atau hemiparesis.
Stage III : pasien coma atau stupor dengan defisit neurologis yang berat.
Dari uraian diatas didapatkan gambaran klasik perjalanan penyakit meningitis tuberkulosis yang
terdiri dari :
1. Stadium prodromal
2. Stadium perangsangan meningen
3. Stadium kerusakan otak setempat atau difus
Komplikasi
Komplikasi pada Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi akibat pengobatan yang tidak sempurna
atau pengobatan yang terlambat berupa :3
Paresis, paralisis sampai deserebrasi
Dehidrasi asidosis
Hydrosefalus akibat sumbatan, reabsorbsi berkurang atau produksi berlebih dari likuor
serebrospinal
Dekubitus
Retradasi mental
Penatalaksanaan
Pengobatan sedini mungkin sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi. Sesuai
dengan rekomendasi American Academy of Pediatric 1994, diberikan pengobatan
16
Tinjauan Pustaka
medikamentosa berupa kombinasi antara Obat Anti Tuberkulosis dengan kortikosteroid.
Diberikan 4 macam obat selama 2 bulan, diteruskan dengan pemberian INH dan Rifampicin
selama 10 bulan. Obat-obat yang diberikan diantaranya adalah :4
Isoniazid (INH) 5-15 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimum 300 mg/ hari
Bila timbul ikterus dosis dikurangi, efek samping berupa kesemutan, gatal-gatal, nyeri
otot
Rifampisin (R) 10-15 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimum 600 mg/ hari
Bila timbul ikterus dosis dikurangi, efek samping berupa mual, trombositopenia
Pirazinamid (Z) 25-35 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimum 2 gram/ hari
Efek samping berupa hepatitis, nyeri sendi, reaksi hipersensitif
Streptomisin (S) 15-30 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimum 750 mg/ hari (i.m). Efek
samping berupa kerusakan nervus VIII, dan bersifat nefrotoksik
Etambutol (E) 15-20 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimum 2,5 gram / hari
Efek samping berupa gangguan penglihatan
Prednison 1-2 mg/ kgBB/ hari selama 2-3 minggu, dilanjutkan dengan tapering off
Steroid diberikan untuk mencegah arteritis/ infark otak, komplikasi infeksi, perlekatan dan
menghambat reaksi inflamasi. Jika didapatkan hidrosefalus non-komunikan, dapat dilakukan
pemasangan VP-Shunt. Jika terdapat hidrosefalus komunikan, pengobatan medis dengan
furosemide dan acetazolamid akan mengembalikan nilai normal tekanan intra kranial dalam satu
sampai dua minggu. Pasien yang tidak berhasil dengan cara ini maka akan direncanakan pula
pemasangan ventrikuloperitoneal shunt.
Prognosis
Prognosis meningitis tuberkulosis berhubungan dengan stadium klinis penyakit saat terapi
dimulai. Sebagian besar pasien pada stadium pertama memiliki prognosis baik, sedangkan
kebanyakan pasien pada stadium pertama memiliki prognosis baik, sedangkan kebanyakan
17
Tinjauan Pustaka
pasien pada stadium ketiga yang bertahan hidup mengalami disabilitas permanen, antara lain
kebutaan, tuli, paraplegia, diabetes insipidus, atau retardasi mental.7
Pencegahan
Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi individu
yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan dapat
dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan
tubuh.
Meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat
kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang), ventilasi 10 – 20% dari luas
lantai dan pencahayaan yang cukup. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi
kontak langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan
dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan
cara meningkatkan personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan
setelah dari toilet.6
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih tanpa gejala
(asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan
sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat
ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk mengenali gejala awal
meningitis.6
Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan lanjut atau mengurangi
komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan
kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan
penyesuaian terhadap kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk
18
Tinjauan Pustaka
mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar.
Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat.6
Kesimpulan
Meningitis adalah suatu radang pada meningens (selaput yang melindungi otak dan batang otak)
Meningitis tuberkulosis adalah satu dari sekian jenis meningitis yang paling sering dan paling
berbahaya. Meningitis tuberkulosis biasanya disebabkan oleh bakteri penyebab tuberkulosis
yaitu Mycobacterium tuberculosis varian hominis. Meningitis tuberkulosis disebabkan oleh
penyebaran Mycobacterium tuberculosis dari bagian tubuh yang lain. Kuman mencapai susunan
saraf pusat melalui aliran darah dan membentuk tuberkel di selaput otak dan jaringan otak
dibawahnya. Manifestasi klinik terdiri dari 3 stadium yaitu stadium inisial ditandai dengan gejala
yang non spesifik berupa apatis dan iritabel, stadium transisi ditandai dengan terdapatnya kaku
kuduk dan kejang dan stadium terminal yang ditandai dengan koma, hemiplegi atau paraplegi.
Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan darah rutin, tes
tuberkulin tuberkel koroid, pemeriksaan radiologik. Penatalaksanaannya berupa pemberian OAT
yang dikombinasikan dengan kortikosteroid. Diagnosis dan pengobatan dini dapat memberikan
angka kesembuhan yang tinggi dapat mencegah terjadinya komplikasi.
Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007. h. 54.
2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007. h. 40.
3. Rubenstein D, et al. Kedokteran klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007. h. 390-2.
4. Ginsberg L. Neurologi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. h. 127-8.
5. Ahmad H. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002. h. 101-5.
19
Tinjauan Pustaka
6. Gleadle J. At a glance ilmu bedah. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007. h. 27.
7. Dewanto G, et al. Panduan praktis diagnosis dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2007. h. 46-7.
20