Meningitis Tb Dr
-
Upload
sri-nining -
Category
Documents
-
view
935 -
download
8
Transcript of Meningitis Tb Dr
BAB I
KONSEP MEDIK
A. Anatomi dan Fisiologi
1. Meningen
Merupakan selaput yang menyelubungi otak, yang berfungsi sebagai
pelindung, pendukung jaringan di bawahnya. Selaput otak ini terdiri dari
piameter, arachnoid dan durameter yang masing-masing meruapakan suatu
lapisan yang terpisah dan kontinyu. Antara lapisan piameter dan arachnoid
ada hubungan yang disebut dengan nama “pakimening”. Piameter merupakan
lapisan vaskuler, dan pembuluh darah melalui piameter menuju struktur
Interna Central Nervus Sistem (CNS) untuk memberi nutrisi pad jaringan
neural.
Arachnoid meruapakan membaran fibrosa yang tipis halus dan
vaskuler. Arachnoid meliputi otak dan membran spinalis, tetapi tidak
mengikuti setiap bentuk luarnya seperti piameter. Daerah antara arachnoid dan
paimeter dinamakan ruang subarachnoid dan mengandung arteri, vena
serebral dan tuberkulae. Arachnoid dan cairan cerebrospinal yang membasahi
CNS.
Durameter merupakan suatu jaringan liat dan tidak elastis seperti kulit.
Terdiri dari dua lapisan, lapisan luarnya disebut endoteal dan bagian dalam
disebut durameningeal.
2. Ventrikel dan Cairan Serebrospinal (CSF)
Ventrikel merupakan tempat rongga dalam otak yang salaing
berhubungan satu dengan yang lain dan dibatasi dengan epindima dan
mengandung CSF. Pada setiap hemisper serebri terdapat satu ventrikel lateral.
Ventrikel ketiga terdapat diensefalon dan ventrikel keempat dalam pons,
medulla oblongata.
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut
Fleksus Koroideus. Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter
1 | M e n i n g i t i s T B
yang mempunyai hubungan langsung dengan epindima dan mengandung CSF.
Pada setiap hemisper serebri terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel ketiga
terdapat di ensefalon dan ventrikel keempat dalam pons, medulla oblongata.
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut
Fleksus koroideus. Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter
yang mempunyai hubungan langsung dengan epidemi. Fleksus Koroideus inilah
yang mengsekresi CSF yang jernih dan tidak berwarna, yang merupakan
bantalan cairan yang pelindung disekitar CNS. Kebanyakan CSF direabsorbsi
kedalam darah melalui struktur khusus yang disebut villi arachnoid yang
menonjol dari ruang subarachnoid menuju sinus sagitalis superior otak.
Produksi dan reabsorbsi CSF dalam CNS berlangsung konstan. Volume total
CSF yang terdapat dalam rongga serebrospinal sekitar 125 ml. Sedang
kecepatan sekresi Fleksus Koroideus besarnya hanya sekitar 500 sampai 750 ml
perhari.
Tekanan CSF merupakan fungsi kecepatan pembentukan cairan dan
resistensi reabsorbsi oleh villi arachnoidalis. Tekanan CSF sering diukur waktu
dilakukan lumbal fungsi yaitu sekitar 13 mmHg.
B. Definisi
Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piamater,
disebabkan oleh bakteri, virus, Ricketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis. Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok,
Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis .
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang
terutama menyerang parenkim paru, dapat ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
2 | M e n i n g i t i s T B
Meningitis Tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai salah
satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medulla spinalis yang
disebabkan oleh kuman tuberkulosa.
C. INSIDEN
Meningitis Tb merupakan penyakit yang berbahaya, terutama pada bayi
dan anak. Risiko kematin pada penderita sangat tinggi, atau bila penderita
mengalami kesembuhan biasanya mengalami gejala sisa yang akan mengganggu
fisik dan mungkin mental penderita seumur hidup. Karena risikonya yang fatal
ini maka perlu vaksin yang dapat melindungi penderita dari meningitis TB.
Pemberian vaksin BCG pada bayi, diharapkan dapat memberikan daya
lindung terhadap penyakit TBC berat yang diantaranyya adalah penyakit
meningitis tuberkulosis. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan vaksin
BCG mempunyai daya lindung sebesar 66,67 % pada anak, tetapi beberpa dokter
anak melaporkan secara tidak resmi bahwa bayi/anak yang telah mendapat BCG
masih mengalami meningitis Tb berat, bahkan sampai meninggal. Yang menjadi
pertanyaan adalah apakah vaksin BCG masih mempunyai daya lindung terhadap
penyakit ini.
Telah dilakukan penelitian mengenai daya lindung vaksin BCG terhadap
meningitis Tb anak di beberapa rumah sakit di Jakarta selama satu tahun. Studi
ini dilakukan di RSCM memakai desain kasus kontrol,penderita meningitis Tb
diambil sebagai kasus sebanyak 28,17,18,24 dan terakhir 9 penderita, dan kontrol
diambil pada penderita non meningitis Tb. Hasil penelitian ini menunjukkan
masih terdapat penurunan risiko terjadinya meningitis Tb pada anak sebanyak
0,72 kali bila penderita diberi BCG dibanding dengan penderita yang tidak
pernah diberikan BCG.
D. Etiologi
Penyebab utama terjadinya meningitis TB adalah kuman Mikobakterium
Tuberkulosa varian homoris. Meningitis tuberkulosa ialah radang selaput otak
3 | M e n i n g i t i s T B
akibat komplikasi tuberkulosa primer. Meningitis tuberkulosa merupakan akibat
komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari paru. Terjadinya
mengitis bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran
hematogen,melainkan biasanya sekunder melalui pembentuklan tuberkel pada
permukaan otak, sum-sum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah
ke dalam rongga arakhnoid.
Pada pemeriksaan histologis, merupakan meningoensefalitis. Peradangan
ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat
terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat
menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis dan mengakibatkan hidrosefalus
serta kelainan pada syaraf otak.
E. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaing dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian
atas. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya
ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke
dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di
bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah
serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai
dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis
intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom
4 | M e n i n g i t i s T B
Waterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan
nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
Meningitis Tuberkulosa timbul sebagai akibat invasi kuman ke jaringan
sel otak (meningen). Penyebaran kuman ke otak melalui penjalaran hematogen
pada saat terjadinya Tuberkulosa millier. Meningitis tuberkulosa merupakan
akibat komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari paru. Terjadinya
mengitis bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran
hematogen,melainkan biasanya sekunder melalui pembentuklan tuberkel pada
permukaan otak, sum-sum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah
ke dalam rongga arakhnoid.
Pada pemeriksaan histologis, merupakan meningoensefalitis.Peradangan
ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat
terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat
menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis dan mengakibatkan hidrosefalus
serta kelainan pada syaraf otak.
Oleh karena itu seseorang yang telah mendapat vaksinasi BCG sewaktu
masih anak-anak, masih mungkin menderita Meningitis Tuberkulosa apabila
sebelum vaksinasi telah terkena infeksi oleh bakteri mycobakterium tuberkulosa.
Kuman yang tersangkut didaerah subarachnoid ini terus hidup dan berkembang
biak. Tetapi dengan adanya imunitas tubuh kuman terkurung didaerah tuberkel,
apabila oelh suatu sebab daya tahan tubuh menurun fokus ini melebar dan pecah
ke dalam rongga subarachnoid.
Disamping fokus rich pecah dapat timbul pada saat tuberkulose paru
sudah menghilang atau memang lesinya sangat kecil, sehingga tidak tampak pada
pemeriksaan radiologik.
Meningitis Tuberkulosa yang timbul akibat pecahnya fokus rick biasanya
timbul secara akut, bahkan kadang-kadang dengan cepat klien jatuh ke stadium
terminal. Hal ini disebabkan oleh karena dngan pecahnya fokus rich, sejumlah
besar kuman dari tuberkel dalam waktu yang singkat tertuang ke dalam rongga
subarachnoid.
5 | M e n i n g i t i s T B
F. Manifestasi Klinis
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influensa. Kadang-kadang suhu badan
mencapai 40-410C
2. Batuk
Terjadi karena ada iritasi bronkhus. Fungsi batuk : membuang produk-produk
radang keluar Sifat batuk : non produktif-produktif (setelah terjadi
peradangan) – hemoptue (pembuluh darah pecah)
3. Sesak nafas.
Ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltratnya sudah ½
bagian paru
4. Nyeri dada
Jarang ditemukan. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis
5. Malaise
Gejala malaise yang sering ditemukan berupa anoreksia, BB menurun, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.Gejala dan tanda penyakit.
Meningitis Tuberkulosa dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga
manifestasi klinik penyakit ini beraneka ragam. Diantara banyak faktor yang
mempengaruhi manifestasi klinis ini yang terpenting adalah faktor umur dan
status fisik klien. Pada seorang anak sangat sensistif terhadap kuman TBC,
masuknya kuman ke dalam cairan serebrospinal akan diikuti oleh exudasi sel
darah putih dan fibrin yang hebat, sehingga manifestasi klinis Meningitis
Tuberkulosa akan timbul lebih kuat dan hebat dibandingkan dengan orang
dewasa.
Perjalanan penyakit Meningitis Tuberkulosa yang klasik dapat dibagi
dalam 3 stadium :
1. Stadium prodormal
6 | M e n i n g i t i s T B
Pada stadium ini terjadi iritasi selaput otak. Meningitis biasanya mulai
perlahan-lahan tanpa panas atau terdapat kebaikan suhu yang ringan. Pada
anak sering dijumpai mudah terangsang, apatis dan tidur terganggu. Dan
pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, anoreksia, obstipasi dan
muntah.
2. Stadium transisi
Gejala pada stadium prodormal menjadi lebih berat dan gejala meningeal
mulai nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul
opistotonus. Refleks tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan
umumnya terdapat kelumpuhan syaraf mata hingga timbul gejala strabismus
dan nistagmus. Kesadaran menurun hingga timbul stupor.
3. Stadium terminal
Terdapat gejala berupa kelumpuhan, koma, pupil melebar dan tidak bereaksi
sama sekali. Nadi dan perbafasan Cheyne Stokes, hyperpireksi.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan CSF
2. Thorax foto
3. Laboratorium
4. LED
5. Mantoux test
6. Diagnosa pasti dengan ditemukannya BTA dalam CSF
H. Komplikasi
1. Paresis, paralisis sampai deserebrasi.
2. Dehidrasi asidosis
3. Hydrosefalus akibat sumbatan, reabsorbsi berkurang atau produksi berlebih
dari likuor serebrospinal.
4. Dekubitus
5. Retradasi mental.
7 | M e n i n g i t i s T B
I. Penatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan Meningitis Tuberkulosa adalah :
a. Pemberian kombinasi obat antituberkulosa.
b. Kortikosteroid
c. Simtomatis
d. Pemberian O2
e. IVD dengan Dextrose 10% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1.
2. Perawatan
a. Pemberian nutrisi melalui NGT
b. Pasang kateter
c. Atur posisi yang nyaman
3. Lakukan fisioterapi bila sudah memungkinkan
8 | M e n i n g i t i s T B
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
1). Biodata
Terdiri dari identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, nomor
register klien, tanggal masuk dirawat, tanggal pengkajian, diagnosa
medis.
2). Riwayat kesehatan sekarang
a). Keluhan utama: pasien dengan Meningitis Tuberkulosa
menunjukkan gejala gangguan kesadaran dan kelumpuhan.
b). Riwayat keluhan utama: klien dengan Meningitis Tuberkulosa
biasanya datang berobat dengan riwayat gangguan kesadaran,
kejang dan panas serta muntah.
3). Riwayat kehamilan dan persalinan meliputi: prenatal, natal, post natal.
4). Riwayat kesehatan masa lalu meliputi: riwayat penyakit yang diderita,
pernah opname atau belum, nutrisi waktu bayi, imunisasi dan riwayat
allergi.
5). Riwayat tumbuh kembang, terdiri atas: berat badan lahir (BBL),
panjang badan lahir (PBL), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
lengan atas pada umur berapa: gigi tumbuh, anak tengkurap, duduk,
berjalan, menggerakkan motorik halus.
6). Data psikososial spiritual: anak dan orang tua.
7). Pola kebiasaan sehar-hari, terdiri dari: makan/minum, istirahat/tidur,
pola eliminasi BAB dan BAK, akativitas sehari-hari sebelum dan
selama sakit.
8). Pemeriksaan fisik meliputi :
a). Inspeksi : (mulai kepala sampai ujung kaki).
9 | M e n i n g i t i s T B
Keadaan umum: gangguan kesadaran, ubun-ubun menonjol,
muntah, kejang, kelumpuhan saraf mata sehingga terjadi
strabismus dan nigtasmus, pernafasan Cheyne Stoke.
b). Palpasi : anak dengan meningitis akan menunjukkan aku seluruh
tubuh, suhu tubuh meningkat (panas), nadi tidak teratur, kaku
kuduk.
c). Perkusi : anak dengan Meningitis Tuberkulosa akan menunjukkan
adanya refleks tendon yang meninggi.
d). Auskultasi : akan terdengar bunyi pernafasan yang tidak teratur,
ronchi basah.
9). Pemeriksaan penunjang
A. Diagnosa Keparawatan
1. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan tubuh,
penekanan respon inflamasi, pemanjangan terhadap patogen
2. Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
edema serebral.
3. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan iritasi korteks serebral
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
5. Kerusakan mobiltas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
6. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan perubahan resepsi
sensorik, integrasi.
7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi
8. Perubahan proses keluarga
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan tubuh,
penekanan respon inflamasi, pemanjangan terhadap pathogen
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria Evaluasi:
10 | M e n i n g i t i s T B
Tidak demam
Jumlah leukosit dalam rentang normal
Intervensi :
1. Beri tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan
Rasional: Pada fase awal meningitis mwningokokus atau infeksi
ensefalitis lainnya, isolasi mungkin diperlukan sampai organismenya
diketahui / dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk
menurunkan resiko penyebaran pada orang lain.
2. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yan tepat baik
pasien pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf
sesuai kebutuhan
Rasional: Menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder.
Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada
individu terinfeksi ( misalnya, individu yangmengalami infeksi saluran
nafas)
3. Pantau suhu secara teratur catat munculnya tanda – tanda klinis dan
proses infeksi
Rasional: Terapi obat biasanya akan diberikan terus menerus selama
kurang lebih 5 hari setelah suhu turun (normal) dan tanda –tanda
klinisnya yang jelas. Timbulnya tanda klinis yang terus menerus
merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang
dapat bertahan sampai Berminggu – minggu atau berbulan –bulan
atau terjadi penyebaran patogen salama hematogen / sepsis.
4. Teliti adanya keluhan nyeri dada berkembangnya nadi yang tidak
tertur / disritmia atau demam yang terus menerus
Rasional: Infeksi sekunder seperti miokarditis / perikarditis dapat
berkembang dan memerlukan intervensi lanjut
5. Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan pernafasan dan usaha
pernafasan
11 | M e n i n g i t i s T B
Rasional: Adanya rochi atau mengi, takipnea dan peningkatan kerja
pernafasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan
risiko terjadinya infeksi pernafasan
6. Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan
nafas dalam
Rasional: Memobilisasi sekret dan mwningkatkan kelancaran sekret
yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap
pernafasan
7. Catat karakterisitik urine, seperti warna, kejernihan dan bau
Rasional: Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatlan
risiko terhadap infeksi kandung kemih / ginjal / awitan sepsis
8. Identifikasi kontak yang beresiko terhadap perkembangan proses
infeksi serebral dan anjurkan mereka untuk meminta pengobatan
Rasional: Orang –orang dengan kontak pernafasan memerlukan
terapi antibiotik profilaksis untuk mecegah penyebaran infeksi.
2. Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
edema serebral.
Tujuan: Perfusi jaringan serebral adekuat
Criteria Evaluasi:
TTV dalam rentang normal
Perbaikan kognitif
Perbaikan fungsi sensorik dan kognitif
Peningkatan tingkat kesadaran
Intervensi
1. Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda
vital sesuai indikasi setelah dilakukan fungsi jumbal.
Rasional: Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi
adanya risiko hemiasi batang otak yang memerlukan tindakan medis
dengan segera
12 | M e n i n g i t i s T B
2. Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan
keadaan normalnya, seperti GCS
Rasional: Pengkajian cenderung adanya perubahan tingkat kesadaran
dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam
menentukan lokasi, penyebaran, luasnya, dan perkembangan dari
kerusakan serebral
3. Kaji adanya regiditas nikal , gemetar, kegelisahan yang meningkat,
peka rangsang dan adanya serangan kejang
Rasional: Merupakan indikasi adanya iritasi meningeal dan mungkin
juga terjadi dalam periode akut atau penyembuhan dari trauma otak
4. Pantau tanda vital seperti tekanan darah. Catat serangan dari hipertensi
sistolik yang terus menerus, dan tekanan nadi yang melebar
Rasional: Normalnya, autoregulasi mampu mempertahankan aliran
darah serebral dengan konstan sebagai dampak adanya fluktuasi pada
tekanan darah sistemik. Kehilangan fungsi autoregulasi mungkin
mengikuti kerusakan vaskuler serebral lokal atau difus yang
menimbulkan peningkatan TIK. Fenomena yang dapat ditunjukkan
oleh peningkatan tekanan darah sistemik yang bersamaan dengan
penurunan tekanan darah diastolik ( tekanan nadi yang melebar)
5. Pantau frekwensi irama jantung
Rasional: Perubahan pada frekwensi ( tersering bradikardia) dan
distritmia dapat terjadi, yang mencerminkan trauma / tekanan batang
otak pada tidak adanya penyakit jantung yang mendasari
6. Pantau pernafasan, catat pola dan irama pernafasan, seperti adanya
periode apnea setelah hiperventilasi ( pernafasan Cheyne-Stokes)
Rasional: Tipe dari pola pernafasan merupakan tanda yang berat dari
adanya peningkatan TIK / daerah serebral yang terkena dan mungkin
merupakan indikasi perlunya untuk melakukan intubasi dengan
disertai pemasangan ventilator makanik
13 | M e n i n g i t i s T B
7. Pantau suhu dan juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi
penggunaan selimut, lakukan kompres hangat jika ada demam. Tutupi
ekstremitas dengan selimut ketika selimut hipotermia digunakan
Rasional: Demam biasanya berhubungan dengan proses inflamasi
tetapi mungkin merupakan komplikasi dari kerusakan pada
hipotalamus. Terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme dan
konsumsi oksigen (terutama dengan menggigil), yang dapat
meningkatkan TIK
8. Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgol kulit,
dan keadaan membran mukosa
Rasional: Hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata
dan meningkatkan resiko dehidrasi, tertutama jika tingkat kesadaran
menurun / munculnya mual menurunkan pemasukan nmelalui oral.
9. Bantu pasien untuk berkemih / membatasi batuk, muntah mengejan.
Anjurkan pasien untuk mengeluarkan nafas selama pergerakan /
perpindahan di tempat tidur
Rasional: Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intratorak dan
intrabdomen yang dapat meningkatkan TIK. Ekshalasi selama
perubahan posisi tersebut dapat mencegah pengaruh manuver
valsalva.
10. Berikan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman, seperti masase
punggung, lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan
yang lembut.
Rasional: Meningkatkan istirahat dan menurunkan stimulasi sensori
yang berlebihan.
3. Resiko trauma berhubungan dengan iritasi korteks serebral
Tujuan: tidak terjadi trauma
Kriteria Evaluasi:
Tidak terjadi kejang
Intervensi:
14 | M e n i n g i t i s T B
1. Pantau adanya kejang/kedutan pada tangan, kaki ,dan mulut atau otot
wajah yang lain.
Rasional : Mencerminkan adanya iritasi SSP secara umum yang
memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk
mencegah komplikasi
2. Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantalan pada
penghalang tempat tidur, pertahankan penghalang tempat tidur tetap
terpasang.
Rasional : Melindungi pasien jika terjadi kejang
3. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Menurunkan risiko terjatuh/trauma ketika terjadi vertigo,
sinkope atau ataksia.
4. kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin (dilantin), diazepam
(valium), fenobarbital (luminal)
Rasional : Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan
kejang
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
Intervensi
1. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau
sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi
2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang
penting
Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
3. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata.
Rasional : Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan resepsi sensori
yang selanjutnya akan menurunkan nyeri
4. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot
daerah leher/bahu
15 | M e n i n g i t i s T B
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit.
5. Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri leher/punggung jika
tidak ada demam
Rasional : membantu merelaksasikan ketegangan otot yang
meningkatkan reduksi (nyeri) atau rasa tidak nyaman tersebut.
6. Kolaborasi
Berikan analgetik ;seperti asetarninofen, kodein
Rasional: Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
Tujuan: mempertahankan kekuatan dan fungsi otot yang optimal
Kriteria Evaluasi:
Peningkatan rentang ROM
Tidak terjadi kontraktur
Dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang optimal
Intervensi
2. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada
kerusakan yang terjadi
Rasional: Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional
dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan
3. Bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak
Rasional: Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi , posisi
normal ekstremitas dan menurunkan vena yang statis
4. Periksa adanya daerah yang mengalami nyeri tekan, kemerahan, kulit
yang hangat, otot yang tegang dan sumbatan pada vena kaki.
Observasi adanya dipneu tiba-tiba, takikardi, demam, distres
pernafasan dan nyeri dada
Rasional: Pasien seperti diatas mempunyai resiko berkembangnya
trombosis vena dalam (TVD) dan emboli pulmonal yang memerlukan
tindakan, intervensi, penilaian medis,untuk mencegah komplikasi
5. Berikan matras udara atau air, terapikinetik sesuai kebutuhan
16 | M e n i n g i t i s T B
Rasional: Menyeimbangkan tekanan jaringan , meningkatkan sirkulasi
dan membantu meningkatkan arus balik vena untuk menurunkan
resiko terjadinya trauma jaringan.
6. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan perubahan resepsi
sensorik, integrasi.
Tujuan: Meningkatkan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi
Kriteria Hasil:
Berinteraksi secara sesuai dengan orang lain dan lingkungan
Memperlihatkan pengaturan pikiran secara logis
Menginterpretasikan ide yang dikomunikasikan orang lain secara
benar
Mengkompensasi deficit sensori dengan memaksimalkan indra yang
rusak.
Intervensi
1. Evaluasi atau pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan
berbicara, alam perasaan sensorik dan proses fikir.
Rasional: Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih
dahulu oleh adanya gangguan sirkulasi dan oksigenasi. Perubahan
motorik, persepsi, kognitif dan kepribadian mungkin berkembang dan
menetap dengan perbaikan respon secara perlahan-lahan atau tetap
bertahan secara terus-menerus pada derajat tertentu
2. Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas, dingin, benda
tajam atau tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh.
Perhatikan adanya masalah penglihatan atau sensasi yang lain.
Rasional: Semua sistem sensorik dapat terpengaruh dengan adanya
perubahan yang melibatkan peningkatan atau penurunan sensitivitas
atau kehilangan sensasi/kemampuan untuk menerima dan berespon
sesuai pada suatu stimulasi
3. Observasi respon prilaku seperti rasa bermusuhan, menangis, fektif
yang tidak sesuai, agitasi dan halusinasi.
17 | M e n i n g i t i s T B
Rasional: Pencatatan padatingkah luku memberikan informasi yang
diperlukan untuk perkembangan prilaku
4. Berikan lingkungan terstruktur termasuk terapi dan aktivitas. Buatkan
jadwal untuk pasien jika memungkinkan dan tinjau kembali secara
teratur.
Rasional: Meningkatkan konsistensi dan keyakinan yang dapat
menurunkan ansietas yang berhubungan dengan ketidaktahuan pasien
tersebut. Meningkatkan kontrol atau melatih kognitifnya kembali.
5. Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi bicara dan terapi
kognitif.
Rasional : Pendekatan antar disiplin dapat menciptakan rencana
penatalaksanaan terintegrasi yang didasarkan atas kombinasi
kemampuan atau ketidakmampuan secara individu yang unik dengan
berfokus pada peningkatan evaluasi dan fungsi-fungsi fisik, kognitif,
keterampilan perseptual.
7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi
Tujuan: menurunkan tingkat kecemasan
Kriteria Evaluasi:
Mengakui dan mendiskusikan rasa takut
Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat
yang dapat diatasi
Intervensi
1. Kaji status mental dan tingkat ansietas pasien atau keluarga. Catat
adanya tanda-tanda verbal atau nonverbal .
Rasional: Gangguan tingkat keselarasan dap[at mempengaruhi
ekspresi rasa takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya..derajat
ansietas akan dipengauhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh
individu
2. Berikan penjelasan antar hubungan proses penyakit dan gejalanya.
18 | M e n i n g i t i s T B
Rasional: Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena
ketidaktahuan dan dapat membantu menurunkan ansietas.
3. Jelaskan tindakan prosedur yang akan dilakukan.
Rasional : Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan
tersebut melibatkan otak .
4. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takut.
Rasional: Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa
takut ditujukan.
5. Libatkan pasien dan keluarga dalam perawatan, perencanaan
kehidupan sehari-hari dan membuat keputusan sebanyak mungkin.
Rasional: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan
meningkatkan kemandirian.
8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi dan terapi
yang panjang.
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakit dan proses
terapi
Kriteria Evaluasi:
Pasien dapat mengungkapkan pemahanan tentang kondisi/ proses
penyakit dan pengobatan
Pasien mengikuti terapi pengobatan
Intervensi
1. Berikan informasi tentang proses penyakit.
Rasional : untuk menambah pengetahuan keluaga dan meningkatkan
kemampuan keluaga mengenali penyakit.
2. Diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama.
Rasional : Proses pemulihan dapat berlangsung dalam beberapa
minggu/bulan dan informasi yang tepat mengenai harapan dapat
menolong pasien untuk mengatasi ketidakmampuannya dan juga
menerima perasaan tidak nyaman yang lama.
19 | M e n i n g i t i s T B
3. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk diet tinggi protein atau
karbohidrat yang dapat diberikan atau di makan dalam jumlah kecil
tapi sering.
Rasional : Meningkatkan proses penyembuhan. Makan makanan
dalam jumlah kecil tetapi sering akan memerlukan kalori yang sedikit
pada proses metabolisme, menurunkan iritasi lambung dan mungkin
juga dapat meningkatkan pemasukan secara total.
4. Diskusikan pencegahan proses penyakit sesuai dengan kebutuhan
seperti memperoleh imunisasi yang sesuai, berenang hanya pada air
yang mengandung klorida, lingkungan yang bebas nyamuk untuk
mencegah infeksi.
Rasional: Meningitis virus akut seringkali berhubungan faktor
penyebab seperti virus campak, herpes.
5. Tekankan pentingnya evaluasi ulang dan terapi rawat jalan secara
rutin.
Rasional : penting sekali untuk megetahui perkembangan
penyembuhan atau adanya gejala sisa yang menetap dan mungkin
perlu untuk meneruskan atau mengubah terapi yang diberikan dan
untuk menentukan adanya penurunan fungsi neurologis
20 | M e n i n g i t i s T B