TIPUS Meningitis TB

28
PENDAHULUAN Susunan saraf pusat dan selaput pembungkusnya yang terlindungi dengan baik oleh tulang tengkorak dan tulang belakang oleh sebab tertentu dapat mengalami inflamasi sehingga menyebabkan berbagai macam manifestasi klinis. Inflamasi yang terjadi pada selaput otak dan sumsung tulang belakang atau meninges disebut meningitis. Pada umumnya meningitis disebabkan oleh infeksi kuman patogen yang menginvasi meninges melalui pembuluh darah dibagian lain dari tubuh, seperti virus, bakteri, spiroketa, fungus, protozoa dan metazoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri (1) Meningitis menyebabkan berbagai macam gejala klinis dari ringan sampai berat seperti demam, mual- muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala, kejang, penurunan kesadaran, dan defisit neurologis lain yang dapat berlangsung lama atau menetap dan bahkan dapat menyebabkan kematian. (2) Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2009, angka kematian akibat meningitis dan ensefalitis mencapai 0,8% dari seluruh kematian yang terjadi pada semua golongan umur. Pada penelitian tersebut didapatkan meningitis dan ensefalitis menempati peringkat ke-7 atau 3,2% dari seluruh kematian akibat penyakit menular. (3) 1

description

Meningitis TB

Transcript of TIPUS Meningitis TB

Page 1: TIPUS Meningitis TB

PENDAHULUAN

Susunan saraf pusat dan selaput pembungkusnya yang terlindungi dengan

baik oleh tulang tengkorak dan tulang belakang oleh sebab tertentu dapat

mengalami inflamasi sehingga menyebabkan berbagai macam manifestasi klinis.

Inflamasi yang terjadi pada selaput otak dan sumsung tulang belakang atau

meninges disebut meningitis. Pada umumnya meningitis disebabkan oleh infeksi

kuman patogen yang menginvasi meninges melalui pembuluh darah dibagian lain

dari tubuh, seperti virus, bakteri, spiroketa, fungus, protozoa dan metazoa.

Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri(1)

Meningitis menyebabkan berbagai macam gejala klinis dari ringan sampai

berat seperti demam, mual-muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala,

kejang, penurunan kesadaran, dan defisit neurologis lain yang dapat

berlangsung lama atau menetap dan bahkan dapat menyebabkan kematian.(2)

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2009, angka

kematian akibat meningitis dan ensefalitis mencapai 0,8% dari seluruh

kematian yang terjadi pada semua golongan umur. Pada penelitian tersebut

didapatkan meningitis dan ensefalitis menempati peringkat ke-7 atau 3,2% dari

seluruh kematian akibat penyakit menular.(3)

Masih banyaknya kematian yang disebabkan oleh meningitis harus menjadi

perhatian bagi pihak pemerintah maupun kalangan medis, oleh karena itu

pemahaman yang baik tentang etiologi dan patofisiologi meningitis merupakan

bagian kunci untuk membantu dokter dan tenaga medis lainnya dalam membuat

diagnosis dini dan penatalaksanaan yang sesuai.

Anatomi dan Fisiologi Meningen

Meningen adalah selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang

belakang, melindungi struktur halus yang membawa pembuluh darah dan cairan

sekresi (cairan serebrospinal), dan memperkecil benturan atau getaran. Meningen

terdiri dari 3 lapisan, yaitu durameter, arakhnoid, dan piameter. (4)

1

Page 2: TIPUS Meningitis TB

Gambar 2.1. Anatomi Meningen

1. Durameter

Lapisan paling luar, menutup otak dan medula spinalis. Sifat dari

durameter yaitu tebal, tidak elastis, berupa serabut, dan berwarna abu-abu. Bagian

pemisah dura : falx serebri yang memisahkan kedua hemisfer dibagian

longitudinal dan tentorium yang merupakan lipatan dari dura yang membentuk

jaring- jaring membran yang kuat. Jaring ini mendukung hemisfer dan

memisahkan hemisfer dengan bagian bawah otak (fossa posterior). (4)

2. Arakhnoid

Merupakan membran bagian tengah, yaitu membran yang bersifat tipis dan

lembut yang menyerupai sarang laba-laba, oleh karena itu disebut arakhnoid.

Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah. Pada dinding arakhnoid

terdapat flexus khoroid yang bertanggung jawab memproduksi cairan

serebrospinal (CSS). Membran ini mempunyai bentuk seperti jari tangan yang

disebut arakhnoid vili, yang mengabsorbsi CSS. Pada usia dewasa normal CSS

diproduksi 500 cc dan diabsorbsi oleh vili 150 cc. (4)

3. Piameter

Merupakan membran yang paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan,

yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan daerah otak. Piameter

berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur jaringan ikat yang disebut

trabekel. Piameter merupakn selaput tipis yang melekat pada permukaan otak

2

Page 3: TIPUS Meningitis TB

yang mengikuti setiap lekukan-lekukan pada sulkus-sulkus dan fisura- fisura, juga

melekat pada permukaan batang otak dan medula spinalis, terus ke kaudal sampai

ke ujung medula spinalis setinggi korpus vertebra. (4)

A. Definisi Meningitis

Meningitis adalah inflamasi pada meninges yang melapisi otak dan medula spinalis.

Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau jamur) tetapi dapat juga

terjadi karena iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker atau kondisi lainnya.5

Definisi lain menyebutkan meningitis adalah sindrom klinis yang ditandai dengan

peradangan pada meninges, yaitu lapisan membran yang melapisi otak dan sumsum

tulang belakang.

B. Definisi Meningitis Tuberkulosis

Berbagai penyakit dapat menyerang susunan saraf pusat. Salah satunya adalah

peradangan pada selaput otak, yang sering disebut meningitis. Meningitis

merupakan penyakit susunan saraf pusat yang dapat menyerang semua orang.

Bayi, anak-anak, dan dewasa muda merupakan golongan usia yang mempunyai

resiko tinggi untuk terkena meningitis. 3

Pengetahuan yang benar mengenai meningitis tuberkulosis dapat membantu

untuk mengurangi angka kematian penderita akibat meningitis, mengingat bahwa

insiden kematian akibat meningitis masih cukup tinggi. 4

Meningitis tuberkulosis merupakan peradangan pada selaput otak (meningen)

yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini

merupakan salah satu bentuk komplikasi yang sering muncul pada penyakit

tuberkulosis paru. Infeksi primer muncul di paru-paru dan dapat menyebar secara

limfogen dan hematogen ke berbagai daerah tubuh di luar paru-paru, seperti

perikardium, usus, kulit, tulang, sendi, dan selaput otak. 3

C. Etiologi

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada

cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai

dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih.

3

Page 4: TIPUS Meningitis TB

Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis

purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan

eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus.

Meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi.6

Kali ini akan dibahas tentang meningitis tuberkulosa. Mycobacterium

tuberkulosis merupakan bakteri berbentuk batang pleomorfik gram positif,

berukuran 0,4-3µm mempunyai sifat tahan asam, dapat hidup selama berminggu-

minggu dalam keadaan kering, serta lambat bermultiplikasi (setiap 15 sampai 20

jam). Bakteri ini merupakan salah satu jenis bakteri yang bersifat intracellular

pathogen pada hewan dan manusia. Selain Mycobacterium tuberkulosis, spesies

lainnya yang juga dapat menimbulkan tuberkulosis adalah Mycobacterium bovis,

Mycobacterium africanum, Mycobacterium microti. 4

Gambar 2.2. Mycobacterium tuberculosis secara mikroskopis 4

D. Epidemiologi Meningitis Tuberkulosis

Tuberkulosis yang menyerang SSP (Sistem Saraf Pusat) ditemukan dalam tiga

bentuk, yakni meningitis, tuberkuloma, dan araknoiditis spinalis. Ketiganya sering

ditemukan di negara endemis TB, dengan kasus terbanyak berupa meningitis

tuberkulosis. Di Amerika Serikat yang bukan merupakan negara endemis

tuberkulosis, meningitis tuberkulosis meliputi 1% dari semua kasus tuberkulosis. 5

4

Page 5: TIPUS Meningitis TB

Di Indonesia, meningitis tuberkulosis masih banyak ditemukan karena

morbiditas tuberkulosis pada anak masih tinggi. Penyakit ini dapat saja

menyerang semua usia, termasuk bayi dan anak kecil dengan kekebalan alamiah

yang masih rendah. Angka kejadian tertinggi dijumpai pada anak umur 6 bulan

sampai dengan 4 atau 6 tahun, jarang ditemukan pada umur dibawah 6 bulan,

hampir tidak pernah ditemukan pada umur dibawah 3 bulan. Meningitis

tuberkulosis menyerang 0,3% anak yang menderita tuberkulosis yang tidak

diobati. Angka kematian pada meningitis tuberkulosis berkisar antara 10-20%.

Sebagian besar memberikan gejala sisa, hanya 18% pasien yang akan kembali

normal secara neurologis dan intelektual. (7)

E. Patofisiologi Meningitis Tuberkulosis

Meningitis tuberkulosis pada umumnya muncul sebagai penyebaran

tuberkulosis primer. Biasanya fokus infeksi primer ada di paru-paru, namun dapat

juga ditemukan di abdomen (22,8%), kelenjar limfe leher (2,1%) dan tidak

ditemukan adanya fokus primer (1,2%). Dari fokus primer, kuman masuk ke

sirkulasi darah melalui duktus torasikus dan kelenjar limfe regional, dan dapat

menimbulkan infeksi berat berupa tuberkulosis milier atau hanya menimbulkan

beberapa fokus metastase yang biasanya tenang. (8)

Pendapat yang sekarang dapat diterima dikemukakan oleh Rich tahun 1951.

Terjadinya meningitis tuberkulosis diawali olen pembentukan tuberkel di otak,

selaput otak atau medula spinalis, akibat penyebaran kuman secara hematogen

selama masa inkubasi infeksi primer atau selama perjalanan tuberkulosis kronik

walaupun jarang. 6 Bila penyebaran hematogen terjadi dalam jumlah besar, maka

akan langsung menyebabkan penyakit tuberkulosis primer seperti TB milier dan

meningitis tuberkulosis. Meningitis tuberkulosis juga dapat merupakan reaktivasi

dari fokus tuberkulosis (TB pasca primer). Salah satu pencetus proses reaktivasi

tersebut adalah trauma kepala. (7)

Kuman kemudian langsung masuk ke ruang subarachnoid atau ventrikel.

Tumpahan protein kuman tuberkulosis ke ruang subarakhnoid akan merangsang

reaksi hipersensitivitas yang hebat dan selanjutnya akan menyebabkan reaksi

5

Page 6: TIPUS Meningitis TB

radang yang paling banyak terjadi di basal otak. Selanjutnya meningitis yang

menyeluruh akan berkembang.

Patogenesis terjadinya meningitis tuberkulosis secara skematis, dapat diamati

sebagai berikut:(8)

BTA masuk tubuh

Tersering melalui inhalasi

Jarang pada kulit, saluran cerna

Multiplikasi

Infeksi paru / fokus infeksi lain

Penyebaran hematogen

Meningens

Membentuk tuberkel

BTA tidak aktif / dormain

Bila daya tahan tubuh menurun

Rupture tuberkel meningen

Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid

MENINGITIS TUBERKULOSA

F. Manifestasi Klinis

6

Page 7: TIPUS Meningitis TB

Gejala klasik berupa trias meningitis mengenai kurang lebih 44% penderita

meningitis bakteri dewasa. Trias meningitis tersebut sebagai berikut: (2)

1. Demam

2. Nyeri kepala

3. Kaku kuduk.

Selain itu meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak,

letargi, mual muntah, penurunan nafsu makan, nyeri otot, fotofobia, mudah mengantuk,

bingung, gelisah, parese nervus kranialis dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan

pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.(2)

Menurut Lincoln, manifestasi klinis dari meningitis tuberkulosis dapat

dikelompokkan dalam tiga stadium, yaitu:

1. Stadium I (stadium inisial / stadium non spesifik / fase prodromal)

Prodromal berlangsung 1 - 3 minggu.

Biasanya gejalanya tidak khas.

Timbul perlahan-lahan.

Tanpa kelainan neurologis.

Gejala yang biasa muncul:

o Demam (tidak terlalu tinggi).

o Rasa lemah.

o Nafsu makan menurun (anorexia).

o Nyeri perut.

o Sakit kepala.

o Tidur terganggu.

o Mual.

o Muntah.

o Konstipasi.

o Apatis.

o Irritable.

Pada bayi, irritable dan ubun-ubun menonjol merupakan manifestasi yang

sering ditemukan, sedangkan pada anak yang lebih tua memperlihatkan perubahan

7

Page 8: TIPUS Meningitis TB

suasana hati yang mendadak, prestasi sekolah menurun, letargi, apatis, mungkin

saja tanpa disertai demam dan timbul kejang intermiten. Kejang bersifat umum

dan didapatkan sekitar 10-15%.

Jika sebuah tuberkel pecah ke dalam ruang sub arachnoid maka stadium I

akan berlangsung singkat sehingga sering terabaikan dan akan langsung masuk ke

stadium III.

2. Stadium II (stadium transisional / fase meningitik)

Pada fase ini terjadi rangsangan pada selaput otak / meningen. Ditandai

oleh adanya kelainan neurologik, akibat eksudat yang terbentuk diatas lengkung

serebri. Pemeriksaan kaku kuduk (+), refleks Kernig dan Brudzinski (+) kecuali

pada bayi.

Gambar 2.3. Kaku kuduk pada penderita meningitis

Dengan berjalannya waktu, terbentuk infiltrat (massa jelly berwarna abu)

di dasar otak menyebabkan gangguan otak / batang otak. Pada fase ini, eksudat

yang mengalami organisasi akan mengakibatkan kelumpuhan saraf kranial dan

hidrosefalus, gangguan kesadaran, papiledema ringan serta adanya tuberkel di

koroid. Vaskulitis menyebabkan gangguan fokal, saraf kranial dan kadang

medulla spinalis. Hemiparesis yang timbul disebabkan karena infark/ iskemia,

quadriparesis dapat terjadi akibat infark bilateral atau edema otak yang berat.

Pada anak berusia di bawah 3 tahun, iritabel dan muntah adalah gejala

utamanya, sedangkan sakit kepala jarang dikeluhkan. Sedangkan pada anak yang

8

Page 9: TIPUS Meningitis TB

lebih besar, sakit kepala adalah keluhan utamanya, dan kesadarannya makin

menurun.

Gejala yang dapat muncul, yaitu antara lain:

Akibat rangsang meningen sakit kepala berat dan muntah (keluhan

utama).

Akibat peradangan / penyempitan arteri di otak, antara lain:

o disorientasi

o bingung

o kejang

o tremor

o hemibalismus / hemikorea

o hemiparesis / quadriparesis

o penurunan kesadaran

o Gangguan otak / batang otak / gangguan saraf kranial: saraf kranial

yang sering terkena adalah saraf otak III, IV, VI, dan VII

- strabismus

- diplopia

- ptosis

- reaksi pupil lambat

- gangguan penglihatan kabur

3. Stadium III (koma / fase paralitik)

Terjadi percepatan penyakit, berlangsung selama ± 2-3 minggu. Pada

stadium ini gangguan fungsi otak semakin tampak jelas. Hal ini terjadi akibat

infark batang otak akibat lesi pembuluh darah atau strangulasi oleh eksudat yang

mengalami organisasi. Gejala-gejala yang dapat timbul, antara lain:

pernapasan irregular

demam tinggi

edema papil

hiperglikemia

kesadaran makin menurun

9

Page 10: TIPUS Meningitis TB

irritable dan apatik

mengantuk

stupor

koma

otot ekstensor menjadi kaku dan spasme

opistotonus

pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali

nadi dan pernafasan menjadi tidak teratur

hiperpireksia

Tiga stadium tersebut di atas biasanya tidak jelas batasnya antara satu dengan

yang lain, tetapi bila tidak diobati biasanya berlangsung 3 minggu sebelum pasien

meninggal. Dikatakan akut bila 3 stadium tersebut berlangsung selama 1 minggu.

G. Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis dapat diketahui dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesa

Pada anamnesa dapat diketahui adanya trias meningitis seperti demam, nyeri

kepala dan kaku kuduk. Gejala lain seperti mual muntah, penurunan nafsu

makan, mudah mengantuk, fotofobia, gelisah, kejang dan penurunan

kesadaran.(2), Anamnesa dapat dilakukan pada keluarga pasien yang dapat

dipercaya jika tidak memungkinkan untuk autoanamnesa.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat mendukung diagnosis meningitis biasanya

dilakukan pemeriksaan rangsang meningeal. Yaitu sebagai berikut :(10)

a. Pemeriksaan Kaku Kuduk

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi

kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan

tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme

otot.

b. Pemeriksaan Kernig

10

Page 11: TIPUS Meningitis TB

Pasien berbaring terlentang, dilakukan fleksi pada sendi panggul

kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa

rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak

mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai

spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.

c. Pemeriksaan Brudzinski I (Brudzinski leher)

Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan ditempatkan

dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang

satu lagi ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya

badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh

dada. Brudzinski I positif (+) bila gerakan fleksi kepala disusul dengan

gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara

reflektorik.

d. Pemeriksaan Brudzinski II (Brudzinski Kontralateral tungkai)

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada

sendi panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II

positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi

panggul dan lutut kontralateral.

e. Pemeriksaan Brudzinski III (Brudzinski Pipi)

Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan dengan kedua ibu

jari pemeriksa tepat di bawah os ozygomaticum.Tanda Brudzinski III

positif (+) jika terdapat flexi involunter extremitas superior.

f. Pemeriksaan Brudzinski IV (Brudzinski Simfisis)

11

Page 12: TIPUS Meningitis TB

Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kedua ibu jari

tangan pemeriksaan. Pemeriksaan Budzinski IV positif (+) bila terjadi

flexi involunter extremitas inferior.

g. Pemeriksaan Lasegue

Pasien tidur terlentang, kemudian diextensikan kedua tungkainya. Salah

satu tungkai diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan lurus.

Tanda lasegue positif (+) jika terdapat tahanan sebelum mencapai sudut

70° pada dewasa dan kurang dari 60° pada lansia.

12

Page 13: TIPUS Meningitis TB

Pada pemeriksaan cairan otak dan tulang belakang / liquor cerebrospinalis

(dengan cara pungsi lumbal) didapatkan:(11)

Warna: jernih (khas), bila dibiarkan mengendap akan membentuk batang-

batang. Dapat juga berwarna xanhtochrom bila penyakitnya telah

berlangsung lama dan ada hambatan di medulla spinalis.

Jumlah sel: 100 – 500 sel / μl. Mula-mula, sel polimorfonuklear dan

limfosit sama banyak jumlahnya, atau kadang-kadang sel

polimorfonuklear lebih banyak (pleositosis mononuklear). Kadang-

kadang, jumlah sel pada fase akut dapat mencapai 1000 / mm3.

Kadar protein: meningkat (dapat lebih dari 200 mg / mm3). Hal ini

menyebabkan liquor cerebrospinalis dapat berwarna xanthochrom dan

pada permukaan dapat tampak sarang laba-laba ataupun bekuan yang

menunjukkan tingginya kadar fibrinogen.

Kadar glukosa: biasanya menurun (liquor cerebrospinalis dikenal sebagai

hipoglikorazia. Adapun kadar glukosa normal pada liquor cerebrospinalis

adalah ±60% dari kadar glukosa darah.

Kadar klorida normal pada stadium awal, kemudian menurun.

Pada pewarnaan Gram dan kultur liquor cerebrospinalis dapat ditemukan

kuman.

Untuk mendapatkan hasil positif, dianjurkan untuk melakukan pungsi

lumbal selama 3 hari berturut-turut. Terapi dapat langsung diberikan tanpa

menunggu hasil pemeriksaan pungsi lumbal kedua dan ketiga.

Dari Pemeriksaan Radiologis(4)

`Pemeriksaan radiologis meliputi pemeriksaan foto thorax, foto kepala, CT-Scan dan

MRI. Foto thorax untuk melihat adanya infeksi sebelumnya pada paru-paru misalnya

pada pneumonia dan tuberkulosis, foto kepala kemungkinan adanya penyakit pada

mastoid dan sinus paranasal. Pemeriksaan CT-Scan dan MRI tidak dapat dijadikan

pemeriksaan diagnosis pasti meningitis. Beberapa pasien dapat ditemukan adanya

enhancemen meningeal, namun jika tidak ditemukan bukan berarti meningitis dapat

disingkirkan.

13

Page 14: TIPUS Meningitis TB

Berdasarkan pedoman pada Infectious Diseases Sosiety of America (IDSA),

berikut ini adalah indikasi CT-Scan kepala sebelum dilakukan lumbal pungsi yaitu :

1) Dalam keadaan Immunocompromised

2) Riwayat penyakit pada sistem syaraf pusat (tumor, stroke, infeksi

fokal)

3) Terdapat kejang dalam satu minggu sebelumnya

4) Papiledema

5) Gangguan kesadaran

6) Defisit neurologis fokal

Temuan pada CT-Scan dan MRI dapat normal, penipisan sulcus, enhancement kontras

yang lebih konveks. Pada fase lanjut dapat pula ditemukan infark vena dan hidrosefalus

komunikans.

Gambar 7. CT-Scan pada Meningitis Bakteri. Didapatkan ependimal

enhancement dan ventrikulitis (diambil dari kepustakaan 4)

14

Page 15: TIPUS Meningitis TB

Gambar 8. MRI pada meningitis bakterial akut. Contrast-enhanced,

didapatkan leptomeningeal enhancement (diambil dari kepustakaan 2)

H. Pengobatan Meningitis Tuberkulosis

Pengobatan meningitis tuberkulosis harus tepat dan adekuat, termasuk

kemoterapi yang sesuai, koreksi gangguan cairan dan elektrolit, dan penurunan

tekanan intrakranial. Terapi harus segera diberikan tanpa ditunda bila ada

kecurigaan klinis ke arah meningitis tuberkulosis. (8) Terapi diberikan sesuai

dengan konsep baku tuberkulosis yakni:

Fase intensif selama 2 bulan dengan 4 sampai 5 obat anti tuberkulosis,

yakni isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol. Terapi

dilanjutkan dengan 2 obat anti tuberkulosis, yakni isoniazid dan rifampisin hingga

12 bulan.

Terapi untuk meningitis terbagi menjadi terapi umum dan terapi khusus,

yaitu:

Terapi Umum

Istirahat mutlak, bila perlu diberikan perawatan intensif

Pemberian gizi tinggi kalori tinggi protein

Posisi penderita dijaga agar tidak terjadi dekubitus.

15

Page 16: TIPUS Meningitis TB

Keseimbangan cairan tubuh

Perawatan kandung kemih dan defekasi

Mengatasi gejala demam, kejang.

Terapi Khusus

a. Penatalaksanaan meningitis serosa meliputi:

Rejimen terapi : 2RHZE - 7RH

Untuk 2 bulan pertama.

INH : 1 x 400 mg/hari, oral

Rifampisin : 1 x 600 mg/hari, oral

Pirazinamid : 15-30 mg/kgBB/hari, oral

Etambutol :15-20 mg/kgBB/hari, oral

Untuk 7-12 bulan selanjutnya.

INH : 1 x 400 mg/hari, oral

Rifampisin : 1 x 600 mg/hari, oral

Steroid, diberikan untuk :

Menghambat reaksi inflamasi

Mencegah komplikasi infeksi

Menurunkan edem cerebri

Mencegah perlengketan arachnoid dan otak

Mencegah arteritis/ infark otak

Indikasi :

Kesadaran menurun

Defisit neurologi fokal

Dosis : Dosis Dexametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4-5 mg

intravena selama 2-3 minggu, selanjutnya turunkan perlahan selama 1

bulan.

b. Penatalaksanaan meningitis Purulenta

Pemberian antibiotika harus cepat dan tepat sesuai dengan bakteri

penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil

biakan sebaiknya diberikan antibiotika dengan spektrum luas. Antibiotika

16

Page 17: TIPUS Meningitis TB

diberikan selama 10-14 hari atau sekurang-kurangnya 7 hari setelah bebas

demam.

Penisilin G dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam untuk infeksi Pneumococcus,

Streptococcus, Meningiococcus.

Kloramphenicol dosis 4 x 1 g/hari atau ampisilin 4 x 3 g/hari untuk infeksi

Haemophilus.

Gentamisin untuk infeksi E.coli. Klebsiella, Proteus, dan kuman-kuman

gram negatif.

I. Diagnosis Banding

Meningitis dapat didiagnosis banding dengann penyakit dibawah ini :(2)

1. Abses serebral

2. Ensefalitis

3. Neoplasma serebral

4. Perdarahan Subarachnoid

J. Komplikasi Meningitis

Komplikasi meningitis pada onset akut dapat berupa perubahan status mental,

edema serebri dan peningkatan tekanan intrakranial, kejang, empiema atau efusi

subdural, parese nervus kranialis, hidrosefalus, defisit sensorineural, hemiparesis

atau quadriparesis, kebutaan. Pada onset lanjut dapat terjadi epilepsi, ataxia,

abnormalitas serebrovaskular, intelektual yang menurun dan lain sebagainya.

Komplikasi sistemik dari meningitis adalah syok septik, disseminated

17

Page 18: TIPUS Meningitis TB

intravascular coagulaton (DIC), gangguan fungsi hipotalamus atau disfungsi

endokrin, kolaps vasomotor dan bahkan dapat menyebabkan kematian.(12)

K. Prognosis

Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik yang

menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis meningitis

dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan

dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat

berat dan kematian.(13)

Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis

purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa).

Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian,

keterlambatan berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita

mengalami kematian.(13)

Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada umumnya tinggi.

Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian meningitis TBC dipengaruhi

oleh umur dan pada stadium berapa penderita mencari pengobatan. Penderita dapat

meninggal dalam waktu 6-8 minggu.(14)

Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis yang lebih

ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang

jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dan dengan pengobatan

yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.(12)

L. Pencegahan Meningitis

1. Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko

meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan

melaksanakan pola hidup sehat.(13)

18

Page 19: TIPUS Meningitis TB

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis

pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat

diberikan seperti Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal

conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV),

Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan

Rubella).(15) Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb- OC atau PRP-OMP)

dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaan dengan jadwal

imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR.(10)

Vaksinasi Hib dapat

melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis Hib hingga 97%.

Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO,

pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-

12 bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5

tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan

diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat membentuk

antibodi.(16)

Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian

kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup

serumah dengan penderita.11

Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin

tetravalen A, C, W135 dan Y.(15)

Meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh

dengan cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG.

Hunian sebaiknya memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak over crowded

(luas lantai > 4,5 m2

/orang), ventilasi 10 – 20% dari luas lantai dan

pencahayaan yang cukup.(17)

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak langsung

dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan

perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal.

Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygiene

seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.

2. Pencegahan Sekunder

19

Page 20: TIPUS Meningitis TB

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat

masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat

menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan

dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat

ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk

mengenali gejala awal meningitis.(17)

Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik,

pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah

dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru .(18)

Selain itu juga dapat dilakukan

surveilans ketat terhadap anggota keluarga penderita, rumah penitipan

anak dan kontak dekat lainnya untuk menemukan penderita secara dini.

(14)

3. Pencegahan Tertier.

Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan

lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada

tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan

kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan

penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan

mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka

panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar.(18)

Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan mengurangi

cacat.(11)

20