Askep Meningitis TB

170
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun 1998 terjadi gejolak krisis multidimensi yang telah berdampak banyak terhadap segi kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk krisis ekonomi yang mengakibatkan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan sandang dan pangan sangat rendah. Hal ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tingginya angka kejadian penyakit diantaranya adalah tuberkulosis (TB). Apabila penyakit ini tidak diobati sampai tuntas akan menimbulkan berbagai komplikasi, salah satu komplikasi dari infeksi TB ini yang paling berbahaya apabila menyerang pada susunan saraf pusat atau yang biasa disebut meningitis tuberkulosis. Meningitis tuberkulosis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebro spinal, dan spinal kolumna yang menyebabkan proses peradangan 1

Transcript of Askep Meningitis TB

Page 1: Askep Meningitis TB

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia sejak tahun 1998 terjadi gejolak krisis multidimensi yang

telah berdampak banyak terhadap segi kehidupan masyarakat Indonesia,

termasuk krisis ekonomi yang mengakibatkan daya beli masyarakat terhadap

kebutuhan sandang dan pangan sangat rendah. Hal ini memberikan kontribusi

yang sangat besar terhadap tingginya angka kejadian penyakit diantaranya

adalah tuberkulosis (TB). Apabila penyakit ini tidak diobati sampai tuntas

akan menimbulkan berbagai komplikasi, salah satu komplikasi dari infeksi TB

ini yang paling berbahaya apabila menyerang pada susunan saraf pusat atau

yang biasa disebut meningitis tuberkulosis.

Meningitis tuberkulosis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan

serebro spinal, dan spinal kolumna yang menyebabkan proses peradangan

pada sistem saraf pusat (Suriadi, 2001 : 89) merupakan salah satu manifestasi

dari penyakit TB yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis

yang menyerang sistem saraf pusat. Meningitis pun harus diwaspadai

insidensinya seiring dengan meningkatnya angka penderita tuberkulosis.

Karena diperkirakan sekitar 1 sampai 10% dari seluruh kejadian infeksi

tuberkulosis mengenai susunan saraf pusat (SSP), baik berupa tuberkuloma

pada parenkim otak maupun sebagai meningitis (Arvanitaksis, 1998).

Sedangkan menurut Lindsay (1997 : 474) angka kejadian meningitis adalah

10% dari jumlah penderita.

1

Page 2: Askep Meningitis TB

Data yang diperoleh dari Rekam Medik Ruang 19 A Perawatan Penyakit

Saraf Wanita Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat

pada tabel 1 dibawah ini.

TABEL 1

Profil Penyakit Di Ruang 19 A Perawatan Penyakit Saraf Wanita Perjan

RS.Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari - Juli 2005

No PenyakitAngka

kejadian%

Angka kematian

%

1 Stroke 176 57,32 38 21,592 SOL 46 14,98 4 8,693 Meningitis 23 7,49 9 39,134 Myelo radikulopati 21 6,84 0 05 Radikulopati 17 5,53 0 06 Epilepsi 16 5,21 2 12,57 Tetanus 3 0,97 3 1008 Ensepalopati 2 0,65 0 09 Ensepalitis 2 0,65 2 10010 Miastenia Gravis 1 0,32 1 100

Jumlah 307 100%

Sumber : Rekam Medik Ruang 19 A Perawatan Penyakit Saraf Wanita Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Menurut tabel diatas penyakit meningitis berada pada urutan ke 3 setelah

stroke dan SOL (space occupying lession). Dengan jumlah penderita 23 orang

(7,49%) yang menderita meningitis. Walaupun persentasinya tidak sebanyak

stroke 57,32% namun angka ini terus menunjukan peningkatan dengan

persentase kematian yang paling tinggi yaitu mencapai 39,13% (Medical

Record Ruang 19A RSHS. Bandung).

Selain itu penyakit meningitis dapat menimbulkan gangguan yang

kompleks terhadap sistem tubuh yang lain, misalnya pada sistem pernafasan,

kardivaskuler, pencernaan, perkemihan dan muskuloskeletal, yang dapat pula

menimbulkan komplikasi akut dan resiko kematian. Disamping dampak

2

Page 3: Askep Meningitis TB

terhadap sistem tubuh meningitis pun dapat merubah pola hidup seseorang

karena tidak jarang kasus meningitis meninggalkan gejala sisa berupa

kecacatan seperti : ketulian, gangguan penglihatan, dan kelumpuhan.

Berdasarkan angka kejadian dan dampak penyakit meningitis tuberkulosis

sebagai konsekuensi dari meningkatnya angka penderita TB dan kompleknya

masalah yang ditimbulkan akibat infeksi meningitis tuberkulosis, serta

dampaknya terhadap kehidupan baik fisik, sosial, dan ekonomi klien, maka

penulis merasa tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien

dengan meningitis tuberkulosis, untuk dijadikan sebagai bahan penulisan

karya tulis ilmiah dengan judul " ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN NY. A DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN :

MENINGITIS TUBERKULOSIS DI RUANG 19 A PERAWATAN

PENYAKIT SARAF WANITA PERJAN RUMAH SAKIT DR. HASAN

SADIKIN BANDUNG".

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman secara nyata dan mampu melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-

sosio-spiritual pada klien dengan gangguan sistem persarafan : meningitis

tuberkulosis melalui pendekatan proses keperawatan.

3

Page 4: Askep Meningitis TB

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan agar penulis

dapat :

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem persarafan

akibat meningitis tuberkulosis.

b. Membuat perencanaan pada klien dengan gangguan sistem persarafan

akibat meningitis tuberkulosis.

c. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan

sistem persarafan akibat meningitis tuberkulosis.

d. Menilai keberhasilan atau evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang

telah diberikan.

e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

sistem persarafan : meningitis tuberkulosis.

C. METODE PENULISAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Metode

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode

deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus melalui pendekatan proses

keperawatan.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Sedangkan tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah :

4

Page 5: Askep Meningitis TB

a. Wawancara.

Menggunakan komunikasi lisan meliputi auto anamnesa yang didapat

langsung dari klien atau allo anamnesa yang didapat dari keluarga

klien.

b. Observasi.

Dilakukan dengan melihat kondisi klien secara fisik, mengamati klien

baik dari sikap secara psikologis.

c. Pemeriksaan Fisik.

Dilakukan secara “ head to toe ” meliputi teknik inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi.

d. Studi Dokumentasi.

Dengan melihat hasil laboratorium dan terapi, serta melihat catatan

perkembangan kesehatan klien selama dirawat di rumah sakit yang

terlampir dalam status klien.

e. Studi Kepustakaan.

Dengan melihat konsep dan teori yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan klien dengan meningitis tuberkulosis.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah meningitis

tuberkulosis, tujuan, metode dan sistematika penulisan

BAB II

: Tinjauan Teori, terdiri dari konsep dasar penyakit yang berisi

pengertian, anatomi dan fisiologi selaput otak , etiologi,

manifestasi klinik, patofisiologi, klasifikasi meningitis, dampak

5

Page 6: Askep Meningitis TB

terhadap sistem tubuh lain, pemeriksaan penunjang, dan

penatalaksanaan medik. konsep dasar proses keperawatan

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, terdiri dari asuhan

keperawatan pada Ny. A dengan Gangguan Sistem Persarafan :

Meningitis Tuberkulosis di Ruang 19A Perawatan Penyakit

Saraf Wanita Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung,

meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Selain itu juga berisi tentang pembahasan masalah dan

kesenjangan yang dihadapi selama melakukan asuhan

keperawatan serta alternatif pemecahan masalah.

BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi uraian-uraian kesimpulan

dari penerapan langkah-langkah proses keperawatan yang

terdiri dari pengkajian hingga evaluasi

6

Page 7: Askep Meningitis TB

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

a. Meningitis Tuberkulosis

Meningitis tuberkulosis adalah infeksi pada meningen yang

disebabkan oleh basil tahan asam Mycobacterium tuberculosis (Gilroy,

2000).

Suriadi (2001: 89) mengatakan meningitis tuberkulosis adalah

peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal

kolumna yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat.

Menurut Arief Mansyur, dkk (2000 : 11) meningitis tuberkulosis

adalah penyebaran tuberkulosis primer dengan fokus infeksi ditempat

lain.

Sedangkan pengertian meningitis tuberkulosis menurut

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi, 1996 : 181)

adalah komplikasi infeksi primer dengan atau tanpa penyebaran milier.

Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis

tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang mengenai selaput otak,

parenkim otak dan pembuluh darah otak, disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dan merupakan infeksi sekunder sebagai

7

Page 8: Askep Meningitis TB

akibat penyebaran infeksi tuberkulosis ditempat lain umumnya paru-

paru.

b. Tuberkulosis (TB)

TB adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan

oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya

masuk kedalam tubuh manusia melalui udara (pernafasan) kedalam

paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ

tubuh yang lain melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran

pernafasan, penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Sylvia Anderson

1995 : 753)

2. Anatomi Fisiologi

a. Meningen

Meningen adalah ketiga lapisan jaringan ikat non neural yang

menyelubungi otak dan medulaspinalis, berindak sebagai peredam syok

atau “syok absosber” dan berisikan cairan serebrospinalis. Cairan

serebospinalis ditemukan pada sistem ventrikel dan rongga sub

arakhnoid. Ketiga lapisan meningen terdiri dari :

1) Duramater atau Dura (pakimenings)

Duramater merupakan lapisan terluar meningen, berupa

membran yang padat, kuat dan tidak lentur. Berlapis dua sekitar

otak dan berlapis satu sekitar medulla spinalis. Lapisan luar

bertindak sebagai periosteum dan terikat kuat pada tulang. Lapisan

8

Page 9: Askep Meningitis TB

dalam terdapat dalam rongga subdural. Lapisan dalam duramater

terpisah dari lapisan luar tempat terbentuknya sinus dura.

2) Arakhnoid

Arakhnoid adalah lapisan tengah dari meningen yang

avaskular, rapuh, tipis dan transparan. Seperti halnya dengan

duramater, menyebrangi sulki dan hanya menuju kedalam fisura-

fisura utama saja. Dari membran arakhnoid banyak trabekula halus

menjurus kearah pia sehingga memberi gambaran sebagai sarang

laba-laba.

Lapisan luar arakhnoid terdiri dari sel yang menyerupai

endotel disebut sebagai meningotelial atau sel arakhnoid. Inti sel-

sel tersebut tersusun dalam lapisan tunggal, ganda atau multipel

menghadap kearah rongga sub dural. Lapisan dalam arakhnoid dan

trabekula ditutup oleh sel mesotelial yang dapat memberikan

respon terhadap berbagai rangsangan dan dapat membentuk

fagosit.

Granulasi arakhnoid adalah proyeksi pia-arakhnoid yang

masuk kedalam sinus sagitalis superior. Granulasi ini disebut juga

badan pacchioni, masing-masing terdiri dari sejumlah villi

arakhnoid yang berfungsi sebagai katup satu arah yang

melewatkan bahan-bahan dari cairan serebrospinal masuk kedalam

sinus-sinus.

9

Page 10: Askep Meningitis TB

3) Piamater atau Pia (Leptomenings)

Piamater adalah lapisan meningen terdalam yang melekat erat

dengan jaringan otak dan medulla spinalis, yang mengikuti setiap

kontur (sulki dan fisura) sambil membawa pembuluh darah kecil

yang memberi makanan pada jaringan saraf dibawahnya.

Membran pia-glial dibentuk oleh eritrosit “end feet” yang

berakhir di pia. Piamater nampaknya berperan sebagai barrier atau

penghalang masuknya benda-benda dan organisme yang dapat

merusak.

Gambar 1. Anatomi meningen otakSumber : Van de Graff, Kent. M. (1984)

b. Rongga Sub Arakhnoid

Rongga sub arakhnoid merupakan rongga leptomeningeal yang

terisi cairan serebrospinal. Semua pembuluh darah, saraf otak serta

medulla spinalis melewati cairan tersebut, sehingga bilamana terjadi

infeksi pada rongga ini, maka pembuluh darah dan saraf dapat terkena

proses peradangan. Arteritis dan flebitis dapat menyebabkan iskemi

atau nekrosis jaringan otak.

10

Page 11: Askep Meningitis TB

Rongga sub arakhnoid tidak berhubungan dengan rongga sub

dural, karena itu leptomeningitis tidak menyebar kedalam rongga sub

dural kecuali pada meningitis oleh haemofilus influenza.

c. Sisterna Rongga Sub Araknoid

Rongga sub arakhnoid yang mengelilingi otak dan medulla

spinalis memiliki variasi-variasi setempat. Pada dasar otak dan sekitar

batang otak, pia dan arakhnoid memisah dan membentuk beberapa

rongga besar yang disebut sisterna sub araknoid.

Tiga sisterna pada aspek ventral batang otak :

Sisterna khiasmatika yang berada didaerah khiasma optika.

Sisterna interpendunkularis yang berada di fosa interpedunkularis

dari mesensefalon.

Sisterna pontin yang berada pada pertemuan pons dengan medula

atau “Pons medullary junction”.

Dua sisterna di aspek posterior batang otak :

Sisterna serebromedularis (sisterna magna) yang merupakan salah

satu sisterna terbesar, sisterna ini berada diantara pleksus khoroid

medulla dan serebelum. Foramina ventrikel IV membuka kedalam

sisterna ini.

Sisterna superior (sisterna ambiens) sisterna ini mengelilingi

permukaan superior dan lateral mesensefalon didalam sisterna ini

ditemukan vena serebri magna, arteri serebri posterior dan serebeli

superior

11

Page 12: Askep Meningitis TB

d. Sistem Ventrikel

Sistem ventrikel merupakan suatu seri rongga-rongga di dalam

otak yang saling berhubungan, dilapisi ependima dan berisi cairan

serebrospinal yang dihasilkan dari darah oleh pleksus khoroid.

Rongga-rongga dalam sistem ini terdiri dari sepasang venterikel

lateralis (kiri dan kanan), ventrikel III dan ventrikel IV. Kedua rongga

ini dihubungkan oleh aquaduktus silvii.

Kedua ventrikel lateralis berada di dalam hemisfer serebri dan

masing-masing dihubungkan dengan ventrikel III melalui foramen

interventrikularis dari monro. Setiap ventrikel lateralis terdiri dari 4

bagian yaitu :

Kornu anterior

Sela media

Kornu inferior atau temporal

Kornu posterior

Ventrikel ventrikel III adalah suatu rongga ventrikel tipis di garis

tengah, diantara pasangan ventrikel lateralis. Ventrikel IV

berhubungan dengan rongga sub arakhnoid melalui kedua foramina

dari luscka dan foramina magendi. Kedua foramen dari luscka terletak

dalam sudut pons dan medulla. Foramen magendi terletak sebelah

belakang medulla dan menghadap sisterna magna.

Setiap ventrikel mempunyai pleksus khoroid, yang paling besar

adalah pleksus khoroid ventrikel lateralis.

12

Page 13: Askep Meningitis TB

e. Pleksus Khoroid dan Cairan Serebrospinal

1) Pleksus khoroid

Pleksus khoroid merupakan anyaman kaya dari pembuluh-

pembuluh darah piamater yang menjorok kesetiap rongga

ventrikel, membentuk filter semi permeabel antara darah arteri

dan cairan serebrospinal. Setiap pleksus khoroid diliputi oleh satu

lapisan epitel ependima.

Tela khoroidea dari ventrikel lateralis adalah suatu membran

tipis seperti jaring laba-laba yang melalui foramen

interventrikularis, berhubungan langsung dengan pleksus khoroid

ventrikel III. Tela ini dibentuk oleh invaginasi ependima oleh

lipatan-lipatan vaskular.

2) Cairan serebrospinal

Cairan serebrospinal adalah filtrat darah yang jernih tidak

berbau dan hampir bebas protein. Cairan serebrospinal dibentuk di

ventrikel-ventrikel dan beredar didalam rongga sub arakhnoid.

Fungsi cairan serebrospinal adalah menunjang dan membantali

susunan saraf pusat terhadap trauma.

f. Peredaran Darah Otak

1) Peredaran darah arterial

Suplai peredaran darah arterial kestruktur-strukur intra kranial

pada dasarnya berasal dari cabang-cabang kedua arteri karotis

interna dan kedua arteri vertebralis.

13

Page 14: Askep Meningitis TB

a) Arteri karotis interna

Arteri karotis interna keluar dari percabangan karotis

komunis leher. Pembuluh darah ini naik menuju basis kranii,

membelah sebagai suatu pembuluh bentuk sigmoid di dalam

sinus kavernosus.

Arteri karotis interna hanya memberi cabang di rongga

tengkorak, terdiri dari :

(1) Arteri optalmika

Arteri ini mempunyai cabang penting yaitu arteri

sentralis retinae yang berjalan ditengah-tengah nervus

optikus dan berakhir diretina.

(2) Arteri khoroidalis anterior

Arteri khoroidalis anterior mengikuti traktus optikus

sampai pada ketinggian korpus genikulatum lateralis dan

kemudian menjadi bagian dari pleksus khoroid ventrikel

lateralis.

Pembuluh darah ini juga memberi cabang-cabang ke

pedunkulus serebri, kapsula interna, nukleus kaudatus,

hipokampus dan traktus optikus.

(3) Arteri serebri anterior dan media

Kedua arteri ini merupakan cabang terminal dari arteri

karotis interna. Arteri serebri anterior memberi suplai darah

pada lobus frontalis. Didalam fisura longitudinalis serebri

14

Page 15: Askep Meningitis TB

dapat ditemukan arteri komunikans anterior. Cabang-

cabang arteri serebri anterior berjalan menuju sisi medial

lobus frontalis dan parietalis, substansia perforata anterior,

septum pellusidum dan sebagian dari korpus kalosum.

Arteri striata medialis memberi darah pada nukleus

kaudatus, putamen dan bagian anterior kapsula

interna.Arteri serebri media memberi cabang-cabang kesisi

lateral lobus temporal dan parietal.

Arteri striata lateralis memperdarahi ganglia basalis dan

kapsula interna. Arteri komunikans posterior bersatu dengan

ramus serebri posterior arteri basilaris. Dalam perjalanannya

memberi cabang ke kapsula interna dan talamus

b) Arteri vertebralis

Arteri vertebralis adalah cabang-cabang dari arteri sub

klavia. Cabang-cabangnya adalah arteri spinalis anterior dan

posterior serta arteriae serebelaris inferior posterior.

Arteri basilaris dibentuk oleh kedua gabungan arteri

vetrebralis, berjalan pada aspek ventral pons. Cabang-

cabangnya meliputi arteriae pontin, sereberalis inferior anterior,

labirintin, serebralis superior dan sereberalis posterior.

Arteri terakhir memperdarahi sisi medial dan inferior

lobus oksipitalis dan temporalis serta cabang-cabang khoroidal

15

Page 16: Askep Meningitis TB

posterior ke pleksus khoroid ventrikel III dan ventrikel

lateralis.

c) Sirkulus willisi

Sirkulus willisi dibentuk oleh arteri-arteri komunikan

anterior dan posterior serta bagian proksimal arteri-arteri

serebri anterior, media dan posterior.

Fungsi sirkulus willisi memungkinkan suplai darah yang

adekuat ke otak bilamana timbul oklusi arteri karotis atau

vertebralis. Banyak arteri keluar dari lingkaran ini, masuk ke

substansia otak dan arteri-arteri ini sangat penting oleh karena

selain berkaliber kecil sehingga mudah tersumbat, juga

merupakan “end artery” tanpa peredaran kolateral dan

memperdarahi daerah-daerah vital.

2) Peredaran darah vena

Peredaran darah vena tidak berperan besar dalam meningitis

tuberkulosis. Terdiri dari vena serebral internal dan eksternal.

Tempat berakhirnya vena-vena otak ini di sinus-sinus duramater.

3. Etiologi

Penyakit meningitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis humanus, sedangkan menurut peneliti yang lain dalam

literatur yang berbeda meningitis Tuberkulosis disebabkan oleh dua

micobacterium yaitu Mycobacterium tubeculosis dan Mycobacterium bovis

yang biasanya menyebabkan infeksi pada sapi dan jarang pada manusia.

16

Page 17: Askep Meningitis TB

Mycobacterium tuberculosis merupakan basil yang berbentuk batang,

berukuran 0,2-0,6m x 1,0-10m, tidak bergerak dan tidak membentuk

spora. Mycobacterium tuberculosis bersifat obligat aerob, hal ini

menerangkan predileksinya pada jaringan yang oksigenasinya tinggi

seperti apeks paru, ginjal dan otak. Mycobacterium tidak tampak dengan

pewarnaan gram tetapi tampak dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Basil ini

bersifat tahan asam, artinya tahan terhadap pewarnaan carbolfuchsin yang

menggunakan campuran asam klorida-etanol. Sifat tahan asam ini

disebabkan karena kadar lipid yang tinggi pada dinding selnya. Lipid pada

dinding sel basil Mycobacterium tuberculosis meliputi hampir 60% dari

dinding selnya, dan merupakan hidrokarbon rantai panjang yang disebut

asam mikolat. Mycobacterium tuberculosa tumbuh lambat dengan double

time dalam 18-24 jam, maka secara klinis kulturnya memerlukan waktu 8

minggu sebelum dinyatakan negatif.

4. Manifestasi Klinik

Meningitis tuberkulosis umumnya memiliki onset yang perlahan.

Terdapat riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis, biasanya memiliki

TB aktif atau riwayat batuk lama, berkeringat malam dan penurunan berat

badan beberapa hari sampai beberapa bulan sebelum gejala infeksi

susunan saraf pusat muncul.

17

Page 18: Askep Meningitis TB

Gejala meningitis tuberkulosis sangat bervariasi, gejala awal biasanya

mirip dengan infeksi umum lainnya yaitu berupa kelemahan umum

(malaise), demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala yang hilang

timbul dan muntah. Setelah gejala awal berlangsung selama sekitar 2

minggu timbul gejala nyeri kepala yang persisten dan nyeri tengkuk yang

berhubungan dengan rangsang meningeal, timbul tanda-tanda peningkatan

tekanan intra kranial dan defisit neurulogik fokal (parese pada nervus

kranial dan hemiparese). Inflamasi arteri pada basis kranii disertai

penyempitan dan pembentukan trombus pada lumennya menimbulkan

iskemik dan infark serebri dengan berbagai defisit neurologi sebagai

akibatnya. Saraf kranial II, III, IV, VI, VII dan VIII sering mengalami

kompresi oleh eksudat yang kental. Pada stadium lanjut terjadi gerakan

involunter, hemiplegi, kesadaran yang semakin menurun dan terjadi

hidrosefalus.

Ensefalopati tuberkulosis secara klinis memberikan sindrom berupa

kejang, stupor atau koma, gerakan involunter, paralise, deserebrasi atau

rigiditas dengan atau tanpa tanda klinis meningitis atau kelainan cairan

serebrospinalis.

5. Patofisiologi

Meningitis tuberkulosis pada umumnya sebagai penyebaran infeksi

tuberkulosis primer ditempat lain. Biasanya fokus infeksi primer di paru-

paru. Tuberkulosis secara primer merupakan penyakit pada manusia.

18

Page 19: Askep Meningitis TB

Reservoir infeksi utamanya adalah manusia, dan penyakit ini ditularkan

dari orang ke orang terutama melalui partikel droplet yang dikeluarkan

oleh penderita tuberkulosis paru pada saat batuk. Partikel-partikel yang

mengandung Mycobacterium tuberculosis ini dapat bertahan lama di udara

atau pada debu rumah dan terhirup masuk kedalam paru-paru orang sehat.

Pintu masuk infeksi ini adalah saluran nafas sehingga infeksi pertama

biasanya terjadi pada paru-paru. Transmisi melalui saluran cerna dan kulit

jarang terjadi.

Droplet yang terinfeksi mencapai alveoli dan berkembang biak dalam

ruang alveoli, makrofag alveoli maupun makrofag yang berasal dari

sirkulasi. Sejumlah kuman menyebar terutama ke kelenjar getah bening

hilus. Lesi primer pada paru-paru berupa lesi eksudatif parenkimal dan

kelenjar limfenya disebut kompleks “Ghon”. Pada fase awal kuman dari

kelenjar getah bening masuk kedalam aliran darah sehingga terjadi

penyebaran hematogen.

Dalam waktu 2-4 minggu setelah terinfeksi, terbentuklah respon

imunitas selular terhadap infeksi tersebut. Limfosit-T distimulasi oleh

antigen basil ini untuk membentuk limfokin, yang kemudian mengaktivasi

sel fagosit mononuklear dalam aliran darah. Dalam makrofag yang

diaktivasi ini organisme dapat mati, tetapi sebaliknya banyak juga

makrofag yang mati. Kemudian terbentuklah tuberkel terdiri dari

makrofag, limfosit dan sel-sel lain mengelilingi jaringan nekrotik dan

perkijuan sebagai pusatnya.

19

Page 20: Askep Meningitis TB

Setelah infeksi pertama dapat terjadi dua kemungkinan, pada orang

yang sehat lesi akan sembuh spontan dengan meninggalkan kalsifikasi dan

jaringan fibrotik. Pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah,

penyebaran hematogen akan menyebabkan infeksi umum yang fatal, yang

disebut sebagai tuberkulosis millier diseminata. Pada keadaan dimana

respon host masih cukup efektif tetapi kurang efisien akan timbul fokus

perkijuan yang besar dan mengalami enkapsulasi fibrosa tetapi menyimpan

basil yang dorman. Klien dengan infeksi laten memiliki resiko 10% untuk

berkembang menjadi tuberkulosis aktif. Reaktivasi dari fokus perkijuan

akan terjadi bila daya tahan tubuh host menurun, maka akan terjadi

pembesaran tuberkel, pusat perkijuan akan melunak dan mengalami

pencairan, basil mengalami proliferasi, lesi akan pecah lalu melepaskan

organisme dan produk-produk antigen ke jaringan disekitarnya. Apabila

hal-hal yang dijelaskan di atas terjadi pada susunan saraf pusat maka akan

terjadi infeksi yang disebut meningitis tuberkulosis.

Fokus tuberkel yang berlokasi dipermukaan otak yang berdekatan

dengan ruang sub arakhnoid dan terletak sub ependimal disebut sebagai

“Focus Rich”. Reaktivasi dan ruptur dari fokus rich akan menyebabkan

pelepasan basil Tuberkulosis dan antigennya kedalam ruang sub arakhnoid

atau sistem ventrikel, sehingga terjadi meningitis tuberkulosis.

20

Page 21: Askep Meningitis TB

Patofisiologi Meningitis Tuberkulosis

Inhalasi kuman TB

Paru-paru

Penyebaran limfohematogen

TB paru primer Dorman di otak Organ lain

Pembentukan tuberkel-tuberkel kecil berwarna putih pada permukaan otak, selaput otak, sumsum tulang belakang

Tuberkel melunak dan pecah

Kuman masuk ke ruang sub arakhnoid dan ventrikulus

Terjadi peradangan difus pada pia, arakhnoid, LCS, ruang sub arakhnoid dan ventrikulus

Penyebaran sel-sel leukosit PMN ke dalam ruang sub arakhnoid

Terbentuk eksudat

Beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dalam minggu ke-2

Eksudat yang terbentuk terdiri dari 2 lapisan : - lapisan luar mengandung fibrin dan leukosit PMN

- lapisan dalam mengandung makrofag

Proses radang terjadi juga pada pembuluh darah di korteks

Trombosis, infark otak, oedema otak, degenerasi neuron-neuron

Tombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrinopurulen. Kelainan nervus kranial II, III, IV, VI, VII, VIII

Organisasi di ruang sub arakhnoid superfisial yang dapat menghambat aliran dan absorpsi LCS

Hidrosefalus komunikan

Bagan 1 Patofisiologi

21

Page 22: Askep Meningitis TB

6. Klasifikasi

Menurut Smeltzer. S.C and Brenda. G. Bare (2001 : 2175) klasifikasi

meningitis dibagi menjadi 3 tipe utama yaitu meningitis asepsis, sepsis dan

tuberkulosis.

a. Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau

menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak,

ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah di ruang sub arakhnoid.

b. Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh

organisme bakteri seperti meningokokus,stafilokokus, atau basilus

influenza.

c. Meningitis tuberkulosis disebabkan oleh bakteri mikobakterium

tuberkulosis.

Sedangkan menurut Arief Mansyur (2000 : 11) berdasarkan

perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi dalam 2

golongan yaitu :

a. Meningitis serosa adalah radang selaput otak, arakhnoid, dan piamater

yang disertai cairan otak yang jernih penyebab tersering adalah

Mycobacterium tuberculosis, penyebab lain adalah virus, toxoplasma

dan ricketsia.

b. Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piamater

yang meliputi otak dan medulaspinalis. Penyebabnya antara lain :

Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis

22

Page 23: Askep Meningitis TB

(meningokok), Streptococcus haemoliticus, Staphylococcus coli,

Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.

Klasifikasi atas dasar gejala klinik yang dapat meramalkan prognosis

penyakit menurut Medical Research Council of Great Britain sebagai

berikut :

Stadium I : Klien menunjukan sedikit atau tanpa gejala klinis

meningitis, tanpa parese, dalam keadaan umum yang baik

dan kesadaran yang penuh.

Stadium II : Klien dengan keadaan diantara stadium I dan III

Stadium III : Klien tampak sakit berat, kesadaran stupor atau koma dan

terdapat parese yang berat (hemiplegi atau paraplegi).

7. Dampak Meningitis Terhadap Sistem Tubuh Lain

a. Sistem Pernafasan

Penderita meningitis dapat mengalami kerusakan saraf pengatur

pernafasan sehingga kontrol sistem pernafasan tidak adekuat. Pola nafas

berubah sehingga pengambilan oksigen dari atmosfir dapat berkurang,

yang berakhir dengan kondisi hipoksia. Kerusakan vaskular pada

jaringan susunan saraf pusat akan menghambat proses transportasi

oksigen sehingga otak kekurangan oksigen yang berdampak terjadinya

kematian sel-sel jaringan otak, distres pernafasan terjadi akibat

penekanan pusat pernafasan di medulla oblongata oleh peningkatan

tekanan intrakranial.

23

Page 24: Askep Meningitis TB

b. Sistem Kardiovaskular

Proses peradangan pada meningen menyebabkan perubahan pada

jaringan selaput otak sehingga menghambat sirkulasi darah. Gangguan

pola nafas menyebabkan kadar oksigen darah berkurang sehingga

perfusi jaringan menurun yang ditandai dengan adanya sianosis pada

beberapa bagian tubuh tekanan darah meningkat atau menurun dan

frekuensi nadi meningkat.

c. Sistem Pencernaan

Terjadi oedema serebral mengakibatkan kompensasi tubuh untuk

menangani dengan mengeluarkan steroid adrenal melalui perangsangan

dari hipotalamus. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan sekresi

asam lambung yang menyebabkan hiper asiditas yang akan

menimbulkan mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Pada kondisi

yang kronis keadaan ini akan menimbulkan iskemi mukosa lambung

dan kerusakan barier mukosa sehingga terjadilah perdarahan lambung

(stress ulcer) maka pada kondisi tersebut asupan nutrisi klien tidak

adekuat yang menimbulkan klien kurang nutrisi.

d. Sistem Perkemihan

Pada sistem urinaria terjadi retensi urine dan inkontinensia urine. Pada

kondisi lebih lanjut akan terjadi albuminuria karena proses katabolisme

terutama jika dalam kondisi kekurangan kalori protein (KKP).

24

Page 25: Askep Meningitis TB

e. Sistem Persarafan

Proses peradangan meningen dapat menimbulkan peningkatan tekanan

intrakranial, dimana akan terjadi kerusakan saraf pusat pengontrol

kesadaran yang dapat menimbulkan penurunan kesadaran dan terjadi

penekanan pada saraf pusat pernafasan yang dapat mengakibatkan pola

nafas tidak efektif. Pada saraf kranial yaitu nervus vagus yang

mengakibatkan penurunan reflek menelan, nervus optikus yang dapat

mengganggu fungsi visual, kerusakan nervus III, IV, VI yang dapat

mengganggu pergerakan bola mata, kerusakan nervus VIII yang dapat

mengganggu fungsi pendengaran. Pada proses peradangan akan

menimbulkan respon nyeri yang akan merangsang korteks sesebri dan

dalam keadaan lanjut dapat menimbulkan iritasi meningen yang

ditandai dengan adanya kaku kuduk, kernig positif, brudzinski I dan II,

serta laseque positif.

f. Sistem muskuloskeletal

Proses inflamasi pada susunan saraf menimbulkan berbagai hambatan

dalam perangsangan neuromuskuler sehingga dapat timbul kelemahan

otot-otot dan terjadi paralise. Hal ini memungkinkan klien tidak dapat

melakukan aktifitas gerak tubuhnya secara optimal bahkan terjadinya

kontraktur dapat memperberat kondisi.

g. Sistem Integumen

Peningkatan metabolisme mengakibatkan peningkatan suhu tubuh

sehingga timbul demam, yang dapat meningkatkan kebutuhan cairan,

25

Page 26: Askep Meningitis TB

selain itu klien dengan meningitis seringkali terjadi penurunan

kesadaran sehingga klien harus berbaring lama di tempat tidur dan

dapat terjadi gangguan integritas kulit sebagai dampak dari berbaring

yang lama.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi

Pemeriksaan radiologi pada meningitis tuberkulosis meliputi

pemeriksaan Rontgent thorax, CT-scan, MRI.

Pada klien dengan meningitis tuberkulosis umumnya didapatkan

gambaran tuberkulosis paru primer pada pemeriksaan rontgent

thoraks, kadang-kadang disertai dengan penyebaran milier dan

kalsifikasi. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan dan MRI dapat

terlihat adanya hidrosefalus, inflamasi meningen dan tuberkoloma.

Gambaran rontgent thoraks yang normal tidak menyingkirkan

diagnosa meningitis tuberkulosis.

b. Tes Tuberkulin

Tuberkulin hanya mendeteksi reaksi hipersensitifitas lambat,

tidak menandakan adanya infeksi aktif sehingga penggunaannya

untuk mendiagnosis infeksi aktif dan meningitis tuberkulosis masih

kurang sensitif. Namun pemeriksaan tuberkulin yang positif pada anak

memiliki nilai diagnostik, sementara pada orang dewasa hanya

26

Page 27: Askep Meningitis TB

menandakan adanya riwayat kontak dengan antigen tuberkulosis, dan

dapat memberikan arah untuk pemeriksaan selanjutnya.

c. Cairan Serebrospinal

Pemeriksaan cairan serebrospinal merupakan diagnostik yang

efektif untuk mendiagnosis meningitis tuberkulosis. Gambaran cairan

serebrospinal yang karakteristik pada meningitis tuberculosis adalah:

1) Cairan jernih sedikit kekuningan atau xantocrom.

2) Pleositosis yang moderat biasanya antara 100-400 sel/mm3 dengan

predominan limfosit.

3) Kadar glukosa yang rendah 30-45 mg/dL atau kurang dari 50%

nilai glukosa darah.

4) Peningkatan kadar protein.

d. Bakteriologi

Identifikasi basil tuberkulosis pada cairan serebrospinal memiliki

akurasi yang sangat tinggi hingga 100% dalam mendiagnosis

meningitis tuberkulosis. Untuk mendiagnosis basil tersebut dapat

dilakukan dengan cara pemeriksaan apus langsung BTA dengan

metode Ziehl-Neelsen dan dengan cara kultur pada cairan

serebrospinal.

e. Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan ini untuk mengukur sifat tertentu dari

mycobacterium atau respon tubuh penderita terhadap mycobacterium.

Yang tergolong pemeriksaan biokimia antara lain:

27

Page 28: Askep Meningitis TB

1) Bromide Partition Test (BPT)

2) Adenosine Deaminase Activity (ADA)

3) Tuberculostearic Acid

f. Tes Immunologis

Yang mendeteksi antigen atau antibody mikobakterial dalam

cairan serebrospinal, metoda yang sering digunakan dalam tes

imunologis antara lain:

1) ELISA (enzym linked immuno sorbent assay)

2) Polymerase Chain Reaction (PCR)

9. Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan meningitis tuberkulosis terdiri dari:

a. Perawatan umum

Perawatan penderita meliputi berbagai aspek yang harus

diperhatikan dengan sungguh-sungguh, antara lain kebutuhan cairan

dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, posisi klien, perawatan kandung

kemih, dan defekasi serta perawatan umum lainnya sesuai dengan

kondisi klien.

b. Kemoterapeutik dengan obat anti tuberkulosis

Tujuan pengobatan terhadap penderita tuberkulosis adalah

menyembuhkan penderita dari penyakit tuberkulosis yang dideritanya,

mencegah kematian akibat tuberkulosis, mencegah terjadinya relaps,

28

Page 29: Askep Meningitis TB

mencegah penularan dan sekaligus mencegah terjadinya resistensi

terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) yang diberikan.

Prinsip pengobatan meningitis tuberkulosis tidak banyak berbeda

dengan terapi bentuk tuberkulosis yang lain. Syarat terpenting adalah

bahwa pilihan OAT harus dapat menembus sawar darah otak dalam

konsentrasi yang cukup untuk mengeliminir basil intra dan

ekstraselular. Beberapa obat yang biasa digunakan untuk meningitis

tuberkulosis adalah :

1) Isoniazida (INH) diberikan dengan dosis 400 mg / hari.

2) Rifampisin, diberikan dengan dosis 450-600 mg / hari.

3) Pyrazinamid, diberikan dengan dosis 1500 mg / hari.

4) Ethambutol, diberikan dengan dosis 25 mg / kg BB / hari sampai

dengan 1500 mg / hari.

5) Streptomisin, diberikan intra muskular selama 3 bulan dengan

dosis 30-50 mg / kg BB / hari.

6) Kortikosteroid, biasanya digunakan dexametason secara intra vena

dengan dosis 10 mg setiap 4-6 jam, pemberian dexametason ini

terutama jika terdapat oedema otak, apabila keadaan membaik

maka dosis dapat diturunkan secara bertahap.

Efek samping OAT

(a) Isoniazid (H)

Efek samping berat yaitu terjadi hepatitis dan terjadi pada kira-kira

0,5% dari kasus. Bila terjadi maka pengobatan dihentikan, dan

29

Page 30: Askep Meningitis TB

setelah pemeriksaan faal hati kembali normal pengobatan dapat

dilaksanakan kembali

Efek samping ringan berupa

(1) Tanda-tanda keracunan saraf tepi, kesemutan, anastesia dan

nyeri otot

(2) Kelainan yang menyerupai syndroma pellagra

(3) Kelainan kulit yang bervariasi antara lain gatal-gatal

(b) Rifampisin (R)

Efeksamping berat jarang terjadi seperti : sesak nafas yang

kadang-kadang disertai kollaps atau syok, anemia hemolitik,

purpura dan gagal ginjal

Efek samping ringan seperti : gatal-gatal, kemerahan, demam,

nyeri tulang, nyeri perut, mual muntah dan kadang-kadang diare.

(c) Pyrazinamid (Z)

Efek samping utama adalah hepatitis, dapat terjadi nyeri sendi dan

kadang-kadang serangan penyakit gout.

(d) Ethambutol (E)

Dapat menyebabkan gangguan penglihatan, berkurangnya

ketajaman penglihatan, kabur dan buta warna merah dan hijau.

30

Page 31: Askep Meningitis TB

B. Konsep Asuhan Keperawatan Meningitis

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami

gangguan sistem persarafan, perawat dituntut untuk memiliki kemampuan

berpikir kritis, karena tidak jarang kliennya mengalami penurunan kesadaran,

sehingga perawat bekerja sepihak. Walaupun kondisinya demikian perawat

tetap harus menggunakan metoda pendekatan pemecahan masalah (problem

solving) melalui proses keperawatan.

Proses keperawatan yaitu serangkaian perbuatan atau tindakan untuk

menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam

rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan secara

optimal.tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara komprehensif

yang saling berkesinambungan dan berkaitan satu sama lain dari mulai

pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dimana

pada tahap ini perawat melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari

hasil wawancara, pemeriksaan fisik, laporan teman sejawat, catatan

keperawatan atau tim kesehatan lainnya. Data yang diperoleh kemudian

dianalisa untuk mendapatkan diagnosa keperawatan yang merupakan

masalah klien. Tahap pengkajian ini terdiri dari :

a. Pengumpulan data

1) Identitas

a) Identitas klien

31

Page 32: Askep Meningitis TB

Identitas klien yang berhubungan dengan penyakit

meningitis adalah:

- Umur : meningitis adalah penyakit sistem persarafan yang dapat

terjadi pada semua umur, dewasa maupun anak.

- Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi

terhadap pengetahuan klien tentang penyakit meningitis

- Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh karena

dapat menyebabkan gizi yang kurang sehingga daya tahan

tubuh klien rendah dan mudah jatuh sakit.

b) Identitas penanggung jawab meliputi:

Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan

klien.

2) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

Pada umumnya klien dengan meningitis keluhan yang paling

utama adalah adanya nyeri kepala atau penurunan kesadaran yang

disertai kejang.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian meliputi keluhan pada saat datang ke rumah sakit dan

keluhan pada saat pengkajian, dikembangkan dengan

menggunakan analisa PQRST.

32

Page 33: Askep Meningitis TB

P: Provokatif/paliatif

Apakah yang meyebabkan keluhan dan memperingan serta

memberatkan keluhan. Nyeri kepala pada penyakit meningitis

biasanya disebabkan oleh adanya iritasi meningen. Nyeri di

rasakan bertambah bila beraktivitas dan berkurang jika

beristirahat.

Q : Quantity / Quality

Seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta berapa

sering keluhan itu muncul. Nyeri kepala dirasakan menetap dan

sangat berat.

R: Region / Radasi

Lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran keluhan

sejauh mana.

S : Scale

Intensitas keluhan dinyatakan dengan keluhan ringan, sedang

dan berat. Nyeri kepala pada klien meningitis sangat berat

(skala : 5), dikarenakan adanya iritasi meningen yang disertai

kaku kuduk.

T : Timing

Kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-

ulang, dimana hal ini menentukan waktu dan durasi. Keluhan

nyeri dirasakan menetap/terus menerus karena iritasi meningen.

33

Page 34: Askep Meningitis TB

c) Riwayat kesehatan dahulu

Kaji kebiasaan klien : merokok, minum-minuman beralkohol,

riwayat batuk lama / infeksi saluran nafas kronis, batuk berdahak

atau tanpa dahak (dahak berdarah / tidak). Riwayat kontak dengan

penderita TBC. Apakah klien punya riwayat trauma kepala atau

tulang belakang. Riwayat infeksi lain seperti Otitis media dan

mastoiditis.

d) Riwayat kesehatan keluarga.

Kaji riwayat keluarga apakah ada keluarga klien yang menderita

penyakit yang sama dengan klien, riwayat demam disertai

kejang. Adanya penyakit menular seperti TBC.

3) Pemeriksaan fisik

a) Sistem pernafasan

Gejala yang ditemukan biasanya didapatkan pernafasan cepat dan

dangkal, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, adanya

pernafasan cuping hidung, retraksi dada positif, adanya batuk

berdahak, ronkhi positif.

b) Sistem Kardiovaskuler

Suara jantung lemah, adanya peningkatan tekanan darah atau

penurunan tekanan darah dan peningkatan frekuensi denyut nadi.

Pada kasus lebih lanjut akral menjadi dingin, terjadi sianosis dan

capillary refil time (CRT) lebih dari 3 detik.

34

Page 35: Askep Meningitis TB

c) Sistem Percernaan

Pada sistem pencernaan ditemukan keluhan mual dan muntah

serta anoreksia bahkan ditemukan adanya kerusakan nervus

kranial pada nervus vagus yang mengakibatkan penurunan reflek

menelan. Pada kondisi ini akan menimbulkan hipersekresi HCl

iskemia mukosa lambung dan kerusakan barrier mukosa erosi

hemoragik lambung (perdarahan lambung) sehingga terjadi

penurunan berat badan dan jatuh pada kondisi kurang kalori

protein (KKP).

d) Sistem Perkemihan

Pada sistem urinaria dapat terjadi retensi urine dan inkontinensia

urine. Pada kondisi lebih lanjut akan terjadi albuminuria karena

proses katabolisme terutama jika dalam kondisi KKP.

e) Sistem Muskuloskeletal

Pengkajian pada sistem muskuloskeletal perlu diarahkan pada

kerusakan motorik, kelemahan tubuh, massa otot, dan perlu di

kaji rentang gerak dari ekstremitas.

f) Sistem Integumen

Penting mengkaji adanya peningkatan suhu tubuh sebagai

dampak infeksi sistemik, selain itu klien dengan meningitis

seringkali terjadi penurunan kesadaran sehingga klien harus

berbaring lama di tempat tidur dan dapat terjadi gangguan

integritas kulit sebagai dampak dari berbaring yang lama.

35

Page 36: Askep Meningitis TB

g) Sistem persarafan

Gangguan yang muncul pada klien meningitis yang berkaitan

dengan sistem persarafan sangat kompleks. Pada penyakit

meningitis terjadi peradangan selaput otak dan parenkim otak

yang merupakan pusat sistem persarafan. Gangguan yang muncul

tersebut antara lain: kerusakan saraf pengontrol kesadaran yang

dapat mengakibatkan penurunan kesadaran, pola nafas tidak

efektif akibat peningkatan tekanan intrakranial yang menekan

pusat pernafasan dan kerusakan pada saraf kranial yaitu nervus

vagus yang mengakibatkan penurunan reflek menelan, nervus

kranial lain yang umum terkena adalah nervus I, III, IV, VI, VIII.

Pada penyakit meningitis terdapat tanda yang khas yaitu tanda-

tanda iritasi meningen: kaku kuduk positif, brudzinski I, II positif,

kernig dan laseque positif. Selain itu gejala awal yang sering

terjadi pada meningitis adalah sakit kepala dan demam yamg

diakibatkan dari iritasi meningen, juga didapat adanya manifestasi

perubahan perilaku yang umum terjadi, yaitu letargik, tidak

responsif dan koma. Kejang sekunder dapat terjadi juga akibat

area fokal kortikal yang peka. Alasan yang tidak diketahui, klien

meningitis juga mengalami "foto fobia" atau sensitif yang

berlebihan terhadap cahaya.

36

Page 37: Askep Meningitis TB

4) Pola aktivitas sehari-hari

a) Nutrisi

Biasanya klien kehilangan nafsu makan, mual, muntah,

anoreksia dan bila pasien mengalami penurunan kesadaran,

reflek menelan terjadi penurunan, sehingga klien harus dipasang

naso gastric tube (NGT).

b) Eliminasi

Pada umumnya klien dengan penurunan kesadaran akan terjadi

inkontinensia urine sehingga harus dipasang dower kateter.

c) Istirahat tidur

Istirahat tidur terganggu akibat adanya sesak nafas, nyeri kepala

hebat akibat peningkatan tekanan intra kranial. Hal ini

merupakan mecanoreceptor terhadap reticular activating system

( RAS ) sebagai pusat tidur jaga.

d) Personal hygiene

Bisa mengalami gangguan pemenuhan ADL termasuk personal

hygiene akibat kelemahan otot terutama pada klien dengan

penurunan kesadaran.

5) Data psikologis

Pada umumnya klien merasa takut akan penyakitnya, cemas karena

perawatan lama di rumah sakit dan perasaan tidak bebas di rumah

sakit akibat hospitalisasi.

37

Page 38: Askep Meningitis TB

Konsep diri klien: persepsi klien terhadap tubuhnya dapat berubah

akibat perubahan bentuk dan fungsi tubuh, klien merasa tidak

berharga, rendah diri dan kehilangan peran.

Ideal diri klien banyak yang tidak tercapai. Sebagian besar penyakit

meningitis dapat membatasi kehidupan klien sehari-hari.

6) Data sosial

Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya terhadap aktifitas

disekitarnya baik ketika di rumah atau di rumah sakit. Klien

biasanya menjadi tidak peduli dan lebih banyak diam akan

lingkungan sekitarnya.

7) Data spiritual

Pengkajian ditujukan terhadap harapan kesembuhan,

kepercayaan dan penerimaan mengenai keadaan sakit serta

keyakinan yang dianut oleh klien ataupun keluarga klien.

8) Data Penunjang

a) Laboratorium

(1) Pemeriksaan darah leukosit meningkat bila terjadi infeksi.

(2) Analisis cairan serebrospinalis melalui lumbal fungsi.

Karakteristik cerebro spinalis fluid (CSF) pada meningitis

tuberkulosis adalah :

(a) Warna CSF jernih

(b) Jumlah sel eritrosit dan leukosit meningkat.

38

Page 39: Askep Meningitis TB

(c) Biokimia:

- Kalium meningkat

- Klorida menurun

- Glukosa menurun

- Protein meningkat

b) Radiologi dengan thorak foto melihat kemungkinan adanya

penyakit saluran nafas sebagai infeksi primer.

c) Foto tulang wajah untuk melihat adanya skelet dan rongga

sinus yang mengalami sinusitis.

d) Scanning / CT Scan untuk menemukan adanya patologi otak

dan medulaspinalis.

b. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan dan menggabungkan data

tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat

kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan

klien. Merupakan suatu proses berpikir yang meliputi kegiatan

pengelompokkan data dan menginterpretasikan kelompok data dan

membandingkan dengan standar yang normal serta menentukan masalah

atau penyimpangan yang merupakan suatu kesimpulan.

c. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan meningitis

adalah:

39

Page 40: Askep Meningitis TB

Menurut Doenges, 1993 : 311-319

1) Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses

invasi kuman patogen.

2) Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan oedema serebral.

3) Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan penurunan

kesadaran

4) Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan

saraf pusat.

5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

neuromuskuler.

6) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan sistem

saraf.

7) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

8) Kurang pengetahuan tentang penyebab infeksi dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Menurut Tucker (1993:522-524).

9) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan

tingkat kesadaran.

10) Gangguan keseimbangan suhu tubuh, hypertermia

berhubungan dengan proses inflamasi.

11) Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan

tirah baring lama.

40

Page 41: Askep Meningitis TB

2. Perencanaan

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan merumuskan intervensi

dan rasional secara sistematis dan spesifik disesuaikan dengan kondisi,

situasi dan lingkungan klien.

a. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasi

kuman patogen secara hematogen.

Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi.

Kriteria :

- Suhu tubuh normal 36-37°C

- Klien ditempatkan di ruang isolasi

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Berikan tindakan isolasi sebagai

tindakan pencegahanPada fase awal meningitis meningokokus atau infeksi ensepalitis lainnya, isolasi mungkin diperlukan sampai organismenya diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko penyebaran pada orang lain.

2. Pertahankan teknik aseptik danteknik cuci tangan yang tepatbaik klien atau pengujungmaupun staf. Pantau dan batasipengunjung/staf sesuai kebutuhan.

Menurunkan resiko klien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi (misalnya: individu yang mengalami infeksi saluran pemafasan atas).

3. Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses infeksi.

Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang dari 5 hari setelah suhu turun (kembali normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda klinis yang terus menerus merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang dapatbertahan sampai berminggu-minggu/berbulan-bulan atau terjadipenyebaran patogen secarahematogen/sepsis.

41

Page 42: Askep Meningitis TB

1 2 34. Teliti adanya keluhan dari dada,

berkembangnya nadi yang tidak teratur/disritmia atau demam yang terus menerus.

Infeksi sekunder sepertimiokarditis/perikarditis dapatberkembang dan memerlukan intervensilanjut.

5. Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan pernafasan dan usaha pernafasan.

Adanya rorchi/mengi, takhipne dan peningkatan kerja pernafasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan resiko terjadinya infeksi pernafasan.

6. Ubah posisi klien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas dalam.

Mobilisasi sekret dan meningkatkan kelancaran sekret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernafasan.

7. Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau

Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko terhadap infeksi kandung kemih/ginjal/awitan sepsis.

8. KolaborasiBerikan terapi antibiotik IV sesuai indikasi: penisilin G, Ampisilin, Kloramfenikol, Gentamisin, Amfoterisin B.

Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitifitas individu. Catalan: Obat intratekal mungkin diindikasikan untuk basilus Gram-negatif, jamur, amuba.

b. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan oedema serebral.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan perfusi serebral

Kriteria :

- Tingkat kesadaran membaik

- Tanda-tanda vital stabil

- Tidak adanya nyeri kepala

- Tidak adanya tanda peningkatan TIK

42

Page 43: Askep Meningitis TB

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Tentukan faktor-faktor yang

berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang menyebabkan koma / penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK

Menentukan pilihan intervensi. Penurunan tanda/gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan awal menunjukan klien itu perlu dipindahkan ke perawatan intensif untuk mementau tekanan TIK atau pembedahan.

2. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar (misalnya: GCS)

Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan, lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.

3. Pantau tanda-tanda vital meliputi TD, Nadi, Respirasi

Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti oleh penurunan tekanan darah diastolik merupakan tanda adanya peningkatan TIK nafas yang tidak teratur dapat menunjukan lokasi gangguan serebral dan tanda adanya peningkatan serebral.

4. Bantu klien untuk menghindari manuver valsava, seperti batuk, mengejan.

Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra thoraks yang akan meningkatkan TIK

5 Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai.

Petunjuk non verbal ini menunjukan adanya peningkatan TIK atau adanya nyeri kepala.

6 Kaji adanya peningkatan rigiditas, regangan, peka rangsang, serangan kejang.

Merupakan indikasi dari iritasi meningeal yang dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan dari duramater atau perkembangan infeksi.

7 Tinggikan kepala klien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat ditoleransi.

Meningkatkan aliran balik vena dari kepala sehingga akan mengurangi kongesti dan oedema atau resiko peningkatan TIK.

8 Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi seperti dexametason

Menurunkan inflamasi yang selanjutnya menurunkan oedema jaringan.

c. Resiko tinggi terhadap injuri / trauma berhubungan dengan adanya

kejang akibat iritasi korteks serebral.

Tujuan : Trauma / injuri tidak terjadi.

Kriteria : Tidak mengalami kejang / kejang dapat diatasi.

43

Page 44: Askep Meningitis TB

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Monitor adanya kejang/ kedutan pada

tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang lain.

Mencerminkan adanya iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi.

2. Berikan keamanan pada kliendengan memberi bantalan padapenghalang tempat tidur,pertahankan penghalangtempat tidur tetap terpasangdan pasang jalan nafas buatanplastik atau gulungan lunakdan alat penghisap.

Melindungi klien jika terjadi kejang. Catatan: Memasukan jalan nafas buatan/ gulungan lunak hanya jika rahangnya relaksasi, jangan dipaksa, memasukan ketika giginya mengatup karena dapat merusak jaringan lunak.

3. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian obat sesuai indikasi,seperti Fenitoin (dilantin),diazepam (valium),fenobarbital (luminal)

Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang. Catatan: Fenobarbital dapat menyebabkan depresi pernafasan dan sedatif serta menutupi tanda/ gejala dari peningkatan TIK.

d. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf

pusat.

Tujuan : Nyeri hilang

Kriteria :

- Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

- Menunjukan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Berikan lingkungan yang tenang,

ruangan agak gelap sesuai indikasiMenurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi.

2. Letakan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata.

Meningkatkan vasokontriksi, menumpulkan persepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri.

44

Page 45: Askep Meningitis TB

1 2 33. Dukung untuk menemukan posisi yang

nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit.

Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidak nyamanan lebih lanjut.

4. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan lakukan massase otot daerah bahu atau leher.

Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.

e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak

akibat kelemahan atau kerusakan neuromuskular.

Tujuan : Mobilisasi fisik terpenuhi.

Kriteria : Klien mampu melakukan mobilisasi.

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Periksa kembali kemampuan dan

keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.

Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi dan pilihan intervensi yang akan dilakukan.

2. Kaji derajat imobilisasi klien dengan menggunakan skala ketergantungan

Klien mampu mandiri (nilai 0) atau memerlukan bantuan/ peralatan yang minimal (nilai 1); memerlukan bantuan sedang dengan pengawasan / diajarkan (nilai 2); memerlukan bantuan / peralatan yang terus menerus dan alat khusus (nilai 3); atau tergantung secara total pada pemberian asuhan (nilai 4). seseorang da lam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan namun kategori dengan nilai 2-4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya tersebut sehubungan dengan imobilisasi.

3. Berikan atau bantu untuk melakukan latihan rentang gerak/ROM.

Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi / posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis

4. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab dan ganti linen / pakaian yang basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih dan bebas dari kerutan.

Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit

45

Page 46: Askep Meningitis TB

f. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan sistem

saraf.

Tujuan : Tidak terjadi perubahan sensori

Kriteria :

- Melakukan kembali/mempertahankan tingkat kesadaran biasanya

dan fungsi persepsi

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Evaluasi secara teratur perubahan

orientasi, kemampuan berbicara, alam perasaan/afektif, sensorik dan proses pikir.

Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dulu oleh adanya gangguan sirkulasi, oksigenasi.

2. Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas/dingin, tajam/tumpul, dan kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatikan adanya masalah penglihatan atau sensasi yang lain.

Informasi penting untuk keamanan klien. Semua sistem sensorik dapat terpengaruh dengan adanya perubahan yang melibatkan peningkatkan atau penurunkan sensitifitas atau kehilangan sensasi/kemampuan untuk menerima dan berespon secara sesuai dengan stimulus.

3. Berikan stimulasi yang bermanfaat secara verbal, penciuman, taktil, pendengaran .

Membantu klien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan persepsi, gangguan fungsi kognitif dan atau penurunan penglihatan dapat menjadi potensi timbulnya disorientasi dan ansietas.

4. Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunokasi dan melakukan aktifitas.

Menurunkan frustrasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan atau pola respon yang menunjang.

g. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan

kesadaran.

Tujuan : pola nafas efektif

Kriteria :

46

Page 47: Askep Meningitis TB

- Frekuensi nafas normal 16 - 20 x /mt

- Irama nafas reguler.

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Kaji dan pantau frekuensi pola dan

irama nafasPerubahan pola nafas tidak efektif merupakan tanda berat adanya peningkatan tekanan intrakranial yang menekan medulla oblongata

2. Pertahankan jalan nafas efektif dengan melakukan pembersihan jalan nafas seperti pengisapan lendir dan oral hygiene.

Lendir yang berlebihan akan menumpuk dan menimbulkan obstruksi jalan nafas.

3. Berikan O2 sesuai order dan monitor efektifitas pemberian oksigen tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam darah dan jaringan.

4. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan leher dan posisi netral.

Posisi leher yang ekstensi / menekuk mengakibatkan jalan nafas terhambat.

h. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hipertermia berhubungan dengan

proses inflamasi

Tujuan : Keseimbangan suhu tubuh terpenuhi.

Kriteria : Suhu tubuh 36 - 37 °C, keringat berkurang, klien tidak

merasakan panas badan.

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Berikan kompres dingin pada daerah

yang banyak pembuluh darah sampai suhu badan kembali normal.

Kompres dingin dapat menimbulkan proses konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak fisik antara kedua objek tersebut.

2. Anjurkan pada klien untuk mengenakan pakaian tipis dan menyerap keringat.

Dengan pakaian tipis memudahkan penyerapan keringat dan memberi rasa nyaman.

3. Observasi tanda-tanda vital suhu, tensi, respirasi, dan nadi.

Untuk mengetahui lebih lanjut tindakan yang akan dilakukan.

4. Kolaborasi pemberian terapi antipiretik.

Antipiretik berfungsi menghambat panas pada hipotalamus.

47

Page 48: Askep Meningitis TB

i. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah

baring lama.

Tujuan : Ganguan integritas kulit tidak terjadi

Kriteria : Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit seperti : kemerahan

dan lecet pada kulit.

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Atur dan rubah posisi tidur klien

setiap 2 jam.Dapat mengurangi tekanan yang terus menerus yang menimbulkan sirkulasi yang optimal pada daerah penekanan.

2. Berikan bantalan pada area tubuh yang menonjol dan berada pada permukaan tempat tidur.

Dengan diberikan bantalan pada daerah penekanan akan mengurangi tekanan efek sirkulasi yang tidak lancar.

3. Lakukan masase pada daerah penekanan seperti bokong, siku dan turn it setiap hari.

Tindakan masase sebagi stimulus terhadap vasodilatasi bagi vaskuler yang mengalami kontriksi pada permukaan sehingga akan membantu melancarkan sirkulasi pada daerah tersebut.

4. Observasi tanda dekubitus seperti lecet, kemerahan pada siku, tumit, bokong dan daerah punggung setiap hari

Bila ditemukan tanda-tanda dekubitus segera ambil tindakan untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan jaringan kulit yang berlebihan.

j. Gangguan rasa aman: cemas klien atau keluarga berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan klien

dirumah.

Tujuan : cemas dapat diatasi

Kriteria :

- Klien atau keluarga mengakui dan mendiskusikan rasa takut.

- Klien atau keluarga tampak rileks (tidak memperlihatkan

kecemasan seperti gelisah)

48

Page 49: Askep Meningitis TB

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Kaji status mental dan tingkat ansietas dari

klien/keluarga. Catat tanda-tanda verbal atau non verbal.

Gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.

2. Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya.

Meningkatkan pemahaman,mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat membantu menurunkan ansietas.

3. Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan.

Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan tersebut melibatkan otak.

4. Libatkan klien/keluarga dalamperawatan, perencanaankehidupan sehari-hari,membuat keputusan sebanyakmungkin.

Meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian.

k. Perubahan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelemahan reflek menelan (disfagia) atau adanya rasa rnual,muntah

dan anoreksia.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria :

- Disfagia dapat diatasi

- Tidak terjadi aspirasi.

- Mual, muntah dan anoreksia tidak ada.

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Timbang berat badan seminggu

sekali.Untuk mengetahui efektivitas therapi.

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu perencanaan makanan.

Ahli gizi adalah spesialis nutrisi yang dapat membantu kebutuhan nutrisi klien dan langsung mempersiapkan kebutuhan nurisi kliennya.

3. Jika masukan makanan hanya NPT mensuplai protein dan

49

Page 50: Askep Meningitis TB

1 2 3sedikit, BB terus menerus turunselama 5 hari, statusmenunjukkan kekurangannutrisi kolaborasi dengandokter untuk pemberian nutrisiparenteral total (NPT).

kalori,asam lemak dan vitamin dapat diberikan IV bersama-sama larutan NPT, protein, Karbohidrat dan lemak penting untuk fungsi dan perkembangan sel.

4. Bila terjadi disfagia kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT.

Dengan NGT dapat menghindari terjadinya aspirasi karena kelemahan reflek menelan.

5. Kolaborasi pemberian obat H2

reseptor antagonis sesuai advis.H2 reseptor antagonis dapat menghambat produksi HCl atau menetralisir asam lambung.

l. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan : dehidrasi

berhubungan dengan kehilangan cairan, penurunan masukan oral dan

peningkatan suhu tubuh.

Tujuan : Kekurangan volume cairan tubuh tidak terjadi.

Kriteria :

- Membran mukosa lembab.

- Turgor kulit baik.

- Pengisian kapiler cepat.

No. Intervensi Rasional 1 2 31. Kaji perubahan tanda vital. Peningkatan suhu /

demam meningkatkan laju dan kehilangan cairan tubuh melalui evaporasi.

2. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa.

Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena nafas melalui mulut dan oksigen tambahan.

3. Catat / lapor keluhan mual atau muntah. Adanya gejala menurunkan masukan oral.

4. Pantau intake dan output Berikan informasi tentang

50

Page 51: Askep Meningitis TB

1 2 3keadekuatan volume cairan dan kebutuhan pengganti.

5. Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari sesuai kondisi

Pemenuhan kebutuhan dasar cairan.

6. Berikan obat sesuai indikasi,misalnya antipiretik,antiemetik.

Berguna untuk menurunkan kehilangancairan.

7. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai dengan kebutuhan.

Adanya penurunan masukan/banyakkehilangan, penggunaan parenteraldapat memperbaiki / mencegahkekurangan cairan.

3. Pelaksanaan

Merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari rencana perawatan yang

telah ditetapkan untuk mengatasi masalah yang ditemukan.

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap pengukuran keberhasilan perawatan

dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam kebutuhan klien

dengan cara menilai tujuan yang ditetapkan.

51

Page 52: Askep Meningitis TB

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN

a. Pengumpulan Data

1) Data Biografi

a) Identitas klien

Nama : Ny. A

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Karyawan pabrik

Suku/Bangsa : Sunda / Indonesia

Status marital : Menikah

Tanggal masuk RS : 27 Juli 2005

Tanggal pengkajin : 08 Agustus 2005

Diagnosa medik : Meningitis Tuberkulosis Grade II

Nomor medrek : 05 07 0979

Alamat : Bojong loa RT 03 RW 01

Rancaekek Kabupaten Bandung

52

Page 53: Askep Meningitis TB

b) Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. D

Umur : 30 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Hubungan dengan klien : Suami

Alamat : Bojong loa RT 03 RW 01 Ranca

ekek Kabupaten Bandung

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

(1) Keluhan utama saat masuk RS

Tiga minggu sebelum masuk RS klien mengatakan sering

nyeri kepala, nyeri kepala dirasakan klien semakin

bertambah parah disertai muntah 1 kali, keluhan nyeri

kepala berkurang bila minum obat sakit kepala. Satu

minggu sebelum masuk RS klien mengeluh panas tinggi

lalu berobat ke klinik pengobatan namun tidak ada

perubahan, menurut suaminya kesadaran klien menurun,

gelisah, dan kejang 1 kali. Klien sempat dibawa ke

Puskesmas Ranca ekek, dirawat selama 4 hari dan di

diagnosa typhus, tidak ada perubahan pada tanggal 27 Juli

53

Page 54: Askep Meningitis TB

2005 sekitar pukul 09.00 BBWI klien dirujuk ke RS. Dr.

Hasan Sadikin Bandung.

(2) Keluhan utama saat dikaji

Klien mengatakan nyeri pada tangan sebelah kiri dan lemah

tidak dapat diangkat, nyeri bertambah jika digerakan dan

berkurang jika diistirahatkan, nyeri terutama dirasakan

pada daerah siku dengan skala nyeri 3 (0-5), nyeri

dirasakan terus menerus.

b) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat batuk lama disangkal oleh klien, berkeringat malam

dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, penurunan berat badan ada

sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, penurunan berat

badan mencapai 4 kg disertai nafsu makan menurun dan mual,

riwayat sakit paru-paru diakui klien sejak 1 ½ bulan sebelum

masuk rumah sakit tetapi bukan TBC menurut keterangan dari

dokter klinik, riwayat kontak dengan penderita TBC disangkal

oleh klien, riwayat infeksi telinga, hidung dan mata disangkal

oleh klien, riwayat nyeri kepala ada + 1 bulan sebelum masuk

rumah sakit. Klien juga mengatakan 6 bulan sebelum masuk

rumah sakit mengeluh sakit pada sendi siku yang diduga karena

asam urat, klien mengobati sendiri dengan cara dipijat dan

minum jamu anti rheumatik.

54

Page 55: Askep Meningitis TB

c) Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang pernah

menderita penyakit yang sama, tidak ada yang mempunyai

penyakit TBC, hanya saja disekitar rumah klien ada yang

menderita penyakit TBC. Riwayat penyakit keturunan seperti

diabetes mellitus disangkal oleh klien.

d) Struktur keluarga

Klien tinggal di rumah dengan suami dan anak-anaknya

(nuclear family), status sosial ekonomi kurang, klien bekerja

hanya sebagai buruh pabrik dan suami saat ini tidak bekerja,

klien berobat dengan menggunakan kartu sehat, klien tinggal di

rumah kontrakan pada lingkungan yang padat dengan luas

rumah 24 m2 (6m x 4m).

3) Pola aktifitas sehari-hari

NOJenis

AktivitasSebelum Masuk RS Saat Sakit

1 2 3 41 Nutrisi

a. MakanKlien mengatakan kebiasaan makan di rumah sehari 3 kali dengan jenis makanan nasi, lauk pauk, sayur, jarang mengkon-sumsi buah-buahan. Jumlah yang dimakan biasanya sedikit. Tidak ada pantangan dalam makan keluhan tiga bulan terakhir nafsu makan berkurang.

Klien mengatakan saat ini makan sehari tiga kali dengan jenis makanan bubur nasi, lauk pauk seperti telur, tahu, tempe, daging, sayur dan buah. Porsi makan klien biasanya habis tidak lebih dari ½ porsi. Klien mengeluh mual dan nafsu makan kurang.

55

Page 56: Askep Meningitis TB

1 2 3 4b. Minum Klien mengatakan

kebiasaan minum di rumah air putih kira-kira 10 gelas/hari

Klien mengatakan saat ini minum air putih sehari kira-kira 1 botol Aqua besar (1500cc) dan 1 gelas susu yang diberikan dari RS.

2 Eliminasi a. BAB

b. BAK

Klien mengatakan kebiasaan BAB di rumah sehari 3 kali, dengan konsistensi lembek. Jumlah, warna dan bau normal menurut klien. Tidak ada keluhan saat BAB, dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

Klien mengatakan kebiasaan BAK di rumah rata-rata 6 kali/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK. Jumlah urine normal menurut klien.

Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan BAB, frekuensi 2 kali sehari dengan konsistensi lembek. Jumlah, warna dan bau normal menurut klien.

Saat ini klien terpasang dower kateter sejak masuk RS, dengan jumlah urine rata-rata/hari menurut keluarga 2000 cc, saat dimonitor out put urine oleh perawat dari pukul 07.00 s.d 11.00 WIB jumlah urine 400 cc, warna kuning kemerahan, jernih. Klien mengatakan ada keluhan nyeri dan panas setelah BAK.

3 Personal hygienea. Mandi

b. Mencuci rambut

c. Gosok gigi

Klien mengatakan kebiasaan mandi di rumah 3 kali sehari, menggunakan sabun.

Klien mengatakan kebiasaan mencuci rambut/ keramas 2 hari sekali menggunakan shampoo.

Klien mengatakan kebiasaan menggosok gigi di rumah dilakukan setiap kali mandi dengan menggunakan pasta gigi.

Klien mengatakan saat ini mandi hanya diseka oleh suaminya, 2 kali sehari.

Klien mengatakan selama dirawat belum pernah mencuci rambut / keramas.

Klien mengatakan selama dirawat belum pernah menggosok gigi, hanya dibersihkan menggunakan kapas lidi oleh perawat.

4 Istirahat tidura. Siang Klien mengatakan di

rumah tidak pernah tidur siang.

Klien mengatakan di RS kadang-kadang tidur siang selama 1 jam.

56

Page 57: Askep Meningitis TB

1 2 3 4b. Malam Klien mengatakan di

rumah biasa tidur mulai pukul 20.00 s.d 05.00 BBWI. Klien merasa tidak ada gangguan tidur.

Klien mengatakan di RS biasa tidur mulai pukul 20.00 s.d 03.00 WIB. Klien merasa tidak ada gangguan tidur.

5 Kegiatan dan aktifitas

Klien mengatakan kegiatan sehari-hari sebelum sakit sebagai karyawan di perusahaan garmen, dan sebagai ibu rumah tangga memasak dan mengasuh anak.

Klien mengatakan selama dirawat tidak memiliki kegiatan apa-apa hanya istirahat di tempat tidur.

4) Pemeriksaan fisik

a) Sistem Pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak terlihat pernafasan cuping

hidung, tidak ada deviasi septum, tidak terlihat penggunaan

otot-otot bantu pernafasan, tulang hidung teraba kokoh, pola

nafas normal dengan frekuensi 24 kali/menit, tes kepatenan

jalan nafas kuat pada kedua lubang hidung, tidak terlihat

adanya deviasi trakhea, pergerakan dada simetris antara kiri

dan kanan, vokal fremitus teraba sama antara dada kiri dan

kanan pada saat klien mengatakan “tujuh puluh tujuh”,

ekspansi paru kiri dan kanan simetris, perkusi dada terdengar

suara resonan pada daerah paru, pada auskultasi terdengar

ronkhi halus pada lapang paru kiri dan kanan.

b) Sistem Kardiovaskular

Konjungtiva merah muda, tidak terdapat sianosis, tidak

terdapat peningkatan tekanan vena jugularis, iktus kordis teraba

57

Page 58: Askep Meningitis TB

pada mid line klavikula sinistra ICS ke 5, auskultasi terdengar

bunyi jantung S1 - S2 murni reguler, tidak terdapat clubbing

finger, capillary refil time (CRT) kurang dari 3 detik, akral

teraba hangat, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 96 kali/menit.

c) Sistem Pencernaan

Bibir terlihat lembab, bentuk simetris, lidah kotor, gigi geligi

kotor, jumlah 32 buah, fungsi mengunyah dan menelan baik,

bentuk abdomen datar, lembut, tidak terdapat luka, bising usus

12 kali/menit, hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat nyeri

tekan, tidak teraba adanya massa, perkusi abdomen terdengar

suara timpani, tidak terdapat haemorroid.

d) Sistem Perkemihan

Tidak terdapat oedema periorbital, tidak terdengar bruit pada

aorta dan arteri renalis, tidak teraba pembesaran pada kedua

ginjal, tidak teraba distensi kandung kemih, uretra terpasang

dower kateter.

e) Sistem Muskuloskeletal

Tingkat aktifitas klien terbatas, aktifitas klien sebagian besar

dibantu oleh keluarga, tingkat ketergantungan klien 3 (0-4),

postur tubuh klien tinggi kurus, kepala simetris, bentuk

proporsional tidak terdapat nyeri tekan pada tulang kepala,

tidak ada keterbatasan gerak pada sendi leher, bentuk tulang

58

Page 59: Askep Meningitis TB

belakang normal tidak ada kifosis, lordosis, maupun skoliosis,

kekuatan otot ekstremitas

(1) Ekstremitas atas

Tangan kanan terpasang infus NaCl 0,9% 20 tetes/menit,

terdapat keterbatasan gerak pada tangan kiri, terdapat

pembengkakan dan klien tampak meringis saat dilakukan

penekanan pada sendi siku yang bengkak.

(2) Ekstremitas bawah

Gaya berjalan klien tidak dapat dikaji, bentuk kaki kiri dan

kanan simetris, tidak tampak adanya atropi otot, tidak

terdapat oedema, terdapat tahanan pada pergerakan fleksi

sendi panggul.

f) Sistem Integumen

Distribusi rambut merata, warna hitam, tampak kotor dan

teraba lengket, rambut tidak mudah dicabut, kulit klien bersih

tampak kering dan tidak terdapat pruritus, terdapat luka lecet

yang sudah mengering pada bibir atas sampai septum hidung

dengan ukuran 2 x 1 x 0,5 cm, turgor kulit cepat kembali dalam

3 detik, suhu tubuh 36,70C, tidak terdapat pitting oedema.

g) Sistem Endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak

terdapat tanda-tanda gangguan hipertiroid (moon face /

exoptalmus, tremor).

59

15 5

Page 60: Askep Meningitis TB

h) Sistem Persarafan

(1) Tes fungsi serebral

(a) Tingkat kesadaran

Saat dilakukan pengkajian, kualitas kesadaran berada

pada tahap Alert/kompos mentis yaitu klien sadar

terhadap lingkungan dan siap bereaksi terhadap

rangsang dari luar. Sedangkan kuantitas kesadaran klien

menurut perhitungan GCS adalah 15(E4 M6 V5)

(b) Status mental

Orientasi

Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu

tidak terganggu, dibuktikan dengan klien mampu

mengenal suaminya, menyebutkan saat ini ada di

rumah sakit, dan saat dikaji mengatakan siang hari.

Daya ingat

- Long term memory

Memori jangka panjang klien baik, klien dapat

menyebutkan tempat sekolah saat SD, dan

menyebutkan tahun menikah dengan benar,

setelah diklarifikasi kepada suaminya.

- Recent memory

Memori jangka pendek klien baik, klien dapat

menyebutkan menu makanan yang baru saja

60

Page 61: Askep Meningitis TB

dimakannya dengan benar setelah diklarifikasi

kepada suaminya.

Perhatian dan perhitungan

Kemampuan perhitungan dan perhatian klien masih

baik, klien dapat menjawab dengan benar hitungan

yang di berikan perawat yaitu: 100 – 7, 93 – 7, 86 –

7, 79 – 7, 72 – 7. dan soal penjumlahan sederhana

yaitu: 8 + 3, 6 + 7, 13 + 5.

Bicara dan Bahasa

Fungsi bicara dan bahasa klien baik, klien mampu

berkomunikasi dengan perawat, artikulasi saat

bicara baik, dalam mengekspresikan keinginan dan

perasaan klien bicara lancar, spontan dan jelas.

Klien juga dapat memahami perintah dengan baik

saat disuruh melakukan serangkaian tindakan yaitu

mengambil senter lalu menyalakannya kemudian

memberikan kembali kepada perawat.

(2) Tes fungsi syaraf kranial

(a) Nervus I (olfaktorius)

Fungsi penciuman klien tidak terganggu, klien dapat

membedakan bau kopi dengan minyak kayu putih.

61

Page 62: Askep Meningitis TB

(b) Nervus II (optikus)

Fungsi visual dan lapang pandang klien tidak

terganggu, klien dapat membaca dua baris kalimat pada

buku dengan huruf kecil dari jarak + 30 cm dan lapang

pandang klien sama dengan lapang pandang pemeriksa

saat dilakukan tes dengan metoda konfrontasi dari

Donder.

(c) Nervus III, IV, VI (okulomotorius, trokhlearis, abdusen)

Fungsi nervus III dan IV tidak terganggu, klien dapat

menggerakan bola mata kesegala arah kecuali kearah

sisi luar (lateral) dan refleks pupil positif terhadap

rangsang cahaya, bentuk pupil bulat isokor dengan

diameter 3 mm. Fungsi pergerakan bola mata yang

dipersyarafi oleh nervus VI terganggu, terbukti klien

tidak dapat menggerakan bola mata kearah sisi luar

(lateral) saat dilakukan tes pergerakan bola mata oleh

perawat.

(d) Nervus V (trigeminus)

Fungsi nervus V klien tidak terganggu, klien dapat

merasakan adanya sentuhan pada saat diusapkan pilinan

kapas pada maksila dan mandibula dengan mata

tertutup, kelopak mata klien mengedip saat kornea

disentuh dengan pilinan kapas serta terabanya kontraksi

62

Page 63: Askep Meningitis TB

otot masetter dan temporalis saat klien melakukan

gerakan mengunyah.

(e) Nervus VII (fasialis)

Fungsi nervus VII klien tidak terganggu, klien dapat

merasakan sensasi rasa manis, asam, asin pada 2/3

anterior lidah saat di tes dengan gula, garam. Klien juga

dapat mengerutkan dahi dan tersenyum.

(f) Nervus VIII (akustikus)

Fungsi pendengaran klien tidak terganggu, klien dapat

menjawab pertanyaan perawat dengan benar tanpa

diulang dan dapat mendengar saat perawat

menggesekan rambut klien.

(g) Nervus IX (glosofaringeus) dan Nervus X (vagus)

Fungsi nervus IX dan X klien tidak terganggu, klien

dapat merasakan sensasi rasa pahit saat di tes dengan

menggunakan kopi. Terlihat gerakan uvula klien

simetris dan terangkat keatas saat klien mengatakan

“ah”.

(h) Nervus XI (asesorius)

Fungsi nervus XI klien tidak terganggu, klien mampu

melawan tahanan saat menoleh kekanan dan kekiri serta

mampu mengangkat bahu dengan tahanan tangan

perawat.

63

Page 64: Askep Meningitis TB

(i) Nervus XII (hipoglosus)

Klien dapat menjulurkan lidah serta menggerakannya

dengan simetris, yang membuktikan tidak terganggunya

fungsi nervus hipoglosus.

(3) Refleks

Refleks fisiologis

- Refleks bisep ++/ tidak dapat dikaji karena nyeri

- Refleks trisep ++ / tidak dapat dikaji karena nyeri

- Refleks brakhio radialis +/tidak dapat dikaji karena

nyeri

- Refleks patella ++ / ++

- Refleks tendon achilles ++ / ++

Refleks patologis

- Refleks babinski - / -

- Refleks chaddock - / -

(4) Tes fungsi sensoris

Pada saat dilakukan pengkajian klien dapat membedakan

sensasi halus dengan kasar, tajam dengan tumpul, panas

dengan dingin. Klien juga dapat mengenal posisi dengan

tepat sambil menutup mata saat pemeriksa merubah-rubah

posisi jari klien, klien dapat menyebutkan nama benda yang

dipegangnya dengan mata tertutup, klien dapat

64

Page 65: Askep Meningitis TB

menyebutkan huruf yang dituliskan oleh perawat pada

telapak tangannya.

(5) Tes fungsi serebelum

Klien dapat melakukan tes tunjuk hidung dengan baik,

klien juga dapat melakukan tes tumit lutut dengan baik.

(6) Tes iritasi meningen

Saat dilakukan pengkajian terhadap tanda-tanda iritasi

meningen didapatkan:

- Kaku kuduk (nuchal rigidity)

Tidak terdapat tahanan saat kepala klien difleksikan

sehingga penulis menginterpretasikan kaku kuduk

negatif.

- Laseque sign

Saat tungkai bawah sebelah kiri difleksikan pada sendi

panggul terdapat tahanan dan klien mengeluh nyeri

pada posisi + 500 sehingga penulis meng interpretasikan

Laseque positif.

- Kernig sign

Tidak terdapat tahanan dan rasa nyeri pada saat tungkai

bawah difleksikan pada sendi panggul sampai membuat

sudut 900 lalu tungkai bawah diekstensikan pada sendi

lutut sampai dengan 1350 sehingga di interpretasikan

oleh penulis negatif.

65

Page 66: Askep Meningitis TB

- Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)

Tidak terjadi fleksi kedua tungkai bawah saat kepala

klien di fleksikan sejauh mungkin, interpretasi penulis

brudzinski I negatif.

- Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)

Saat salah satu tungkai bawah difleksikan pada

persendian panggul, tungkai yang satu tetap dalam

posisi ekstensi. Interpretasi penulis untuk brudzinski II

negatif.

5) Data Psikologis

a) Status Emosi

Emosi klien stabil, klien tampak tenang saat dilakukan

wawancara maupun pemeriksaan fisik oleh perawat.

b) Kecemasan

Klien tidak tampak tegang dan gelisah

c) Pola Koping

Klien mengatakan jika dirinya mempunyai masalah selalu

diceritakan kepada suaminya untuk mencari pemecahannya.

d) Gaya Komunikasi

Klien bicara selayaknya hubungan pasien dan perawat, tidak

mendominasi percakapan, apabila ditanya klien menjawab

dengan spontan, tidak tampak sedang menyembunyikan data.

66

Page 67: Askep Meningitis TB

e) Konsep Diri

(1) Gambaran Diri / Body Image

Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya dan yang paling

disukai dari tubuhnya adalah betis.

(2) Harga Diri

Klien mengungkapkan secara verbal dengan keadaan tubuh

saat ini tidak merasa rendah diri, dirinya merasa masih

berharga didalam keluarganya baik bagi suami maupun

bagi anak-anaknya.

(3) Ideal Diri

Ideal diri klien saat ini adalah ingin segera sembuh dan

dapat berkumpul lagi dengan anak-anaknya.

(4) Peran Diri

Klien merasa kehilangan perannya selama sakit, terutama

peran sebagai ibu rumah tangga yaitu mengurus anak-

anaknya, klien juga mengatakan sering menangis jika

teringat anak-anaknya.

(5) Identitas Diri

Klien merasa puas dengan jenis kelaminnya sebagai

seorang perempuan, karenanya naluri keibuannya untuk

mengurus anak-anak dan suami tinggi.

67

Page 68: Askep Meningitis TB

6) Data Sosial

Hubungan klien dengan orang lain baik keluarga, kerabat maupun

tetangga menurut klien baik. Hubungan klien dengan klien dan

keluarga klien lain di ruangan baik, klien juga mengenal nama

petugas dan suka berkomunikasi.

7) Data Spiritual

Klien meyakini setiap penyakit dapat disembuhkan jika mau

berusaha, klien juga merasa sakitnya itu merupakan cobaan dari

Tuhan, klien di rumah sebelum sakit suka melaksanakan ritual

keagamaan seperti sholat 5 waktu, namun pada saat sakit klien

tidak melakukannya karena kelemahan fisik, klien beranggapan

Tuhan pun akan memakluminya, saat ini kegiatan spiritualnya

hanya dengan cara berdoa kepada Allah SWT, sebagai Tuhan yang

diyakininya.

8) Data Seksual

Klien mengatakan sejak mulai sakit sudah tidak melakukan

hubungan badan dengan suaminya, suami klien pun menyadari dan

menerima keadaan klien saat ini, klien sudah cukup puas dengan

ditunggu, ditemani dan dilayani oleh suaminya.

68

Page 69: Askep Meningitis TB

9) Data Penunjang

a) Laboratorium

No Tanggal Jenis Pemeriksaan HasilNilai

NormalSatuan

1 2 3 4 5 6 1. 28 Juli

2005Glukosa sewaktuLiquor/transudat/eksudatJumlah selHitung jenisPMNMNNonnePandyGula liquorProtein liquorWarnaKejernihanHematologiHB LeukositTrombosit

105

273

4258

PositifPositif

7600

BeningJernih

108100

264.000

< 140

< 5

NegatifNegatif45-7015-45

12-163,8-10,6

150-440rb

mg/dL

/mm3

%%

mg/dLmg/dL

gr/dL/mm3

/mm3

2 29 Juli 2005

LEDHitung jenis leukositBasofilEosinofilBatangSegmen Lymfositmonosit

35 – 60

0018171

0-20

0-11-63-5

40-7030-452-40

/mm3

%%%%%%

3 1 Agustus

2005

SGOTSGPTNatriumkalium

1631331383,0

s.d 31s.d 31

135-1453,6-5,5

U/LU/L

mEq/LmEq/L

4 5 Agustus

2005

MikrobiologiGram

BTA Liquor

Batang gram (+)

BTA (+)

Negatif

Negatif

5 6 Agustus

2005

SGOTSGPTNatriumKalium

961971313,7

s.d 31s.d 31

135-1453,6-5,5

U/LU/L

mEq/LmEq/L

6 8 Agustus

2005

Billirubin totalBilliribin directBillirubin indirectSGPT

0,590,110,48327

1,00,250,75

s.d 31

mg/dLmg/dLmg/dL

U/L

69

Page 70: Askep Meningitis TB

b) Radiologi

Hasil pemeriksaan radiologi tanggal 29 Juli 2005

Thorax foto menunjukan gambaran TB millier

Artritis a/r elbow joint sinistra e.c suspek TB

c) Therapi

Infus NaCl 0,9% 20 tetes / menit

INH 400 mg 1 x 1 tablet / oral, 1jam sebelum makan

Rifampicin 450 mg 1x 1 kaplet / oral, 1 jam sebelum

makan

Pyrazinamid 500 mg 1x 2 tablet / oral 1 jam setelah

makan

Ethambutol 500 mg 1 x 2 tablet / oral 1 jam setelah makan

Pyridoxin (vitamin B6 50 mg) 1 x 1 tablet / oral

Curcuma 2 x 1 tablet / oral

Rantin 2 x 1 ampul / iv

Dexametason 3 x 1 ampul / iv

KSR 1 x 1 tablet / oral

70

Page 71: Askep Meningitis TB

Proses TB primer di paru-paru

↓Penyebaran secara limfohematogen

↓Pembentukan

tuberkel-tuberkel kecil pada selaput

otak↓

Tuberkel melunak dan pecah

↓Kuman masuk ke

ruang sub arakhnoid↓

Terjadi peradangan difus pada meningen dan parenkim otak

↓Penyebaran secara limfohematogen

↓Resiko penyebaran

pada organ lain

Basil pada droplet↓

Menyebar di udara saat klien

batuk atau ekspirasi

↓Terhirup orang

lain↓

Resiko penyebaran

infeksi pada orang lain

b. Analisa Data

No DataKemungkinan penyrbab dan

dampakMasalah

1 2 3 41 DS :

DO: Hasil rontgen

thorax tanggal 28/7/05 :TB Milier

LED : 35-60 mm3

Hasil analisa LCS tanggal 28/7/2005 :

Liquor/transudat/eksudatJumlah sel 273 /mm3

Hitung jenis PMN 42 %MN 58 %Nonne positifPandy positifGlukosa 7 mg/dLProtein 600 mg/dLWarna beningKejernihan jernih Mikrobiologi

tanggal 5/8/2005Gram batang positifBTALiquor positif

Tes iritasi meningenLaseque positif

Resiko tinggi penyebaran

infeksi

2 DS : Klien

mengatakan porsi makan klien biasanya habis tidak lebih dari ½ porsi.

Klien mengeluh mual dan nafsu makan kurang.

Klien mengatakan penurunan berat badan ada sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, penurunan berat badan mencapai 4 kg disertai nafsu makan menurun dan mualDO :

Klien tampak mau muntah saat diberikan makan.

Proses peradangan pada otak↓

Menghasilkan eksudat↓

Menambah volume intrakranial↓

Mendesak organ dibawahnya termasuk hipotalamus

↓Menstimulasi hipotalamus

↓Menstimulasi N. Vagus

↓Menstimulasi pengeluaran HCL ↓ Mual Infeksi TB

Pengobatan dengan OAT Efek samping OAT

Gangguan asupan nutrisi: kurang dari kebutuhan

71

Page 72: Askep Meningitis TB

Proses peradangan pada tulang (siku

lengan kiri)

Nyeri pada ekstremitas atas

Keterbatasan

aktifitas

Klien tidak mampu

melakukan perawatan diri secara mandiri

Pemenuhan

kebutuhan ADLterganggu

Infeksi TB

Kebutuhan energi

meningkat

Asupan nutrisi tidak

adekuat

Pembentukan energi kurang

Kelemahan

fisik

1 2 3 4 postur tubuh klien

tinggi kurus Hb 10 gr/dL

Anoreksia

3 DS : Klien mengatakan

nyeri tangan sebelah kiri dan tidak bisa diangkat, nyeri bertambah jika digerakan dan berkurang jika di istirahatkan, nyeri terutama pada daerah siku, nyeri dirasakan terus menerus.

DO : Skala nyeri 3 (0-5) Terdapat keterbatasan

gerak pada tangan kiri, terdapat pembengkakan dan klien tampak meringis pada saat dilakukan penekanan pada sendi siku yang bengkak.

Artritis a/r elbow joint sinistra e.c suspek TB

Proses infeksi Tb primer ↓

Penyebaran secara limfohematogen↓

Pembentukan tuberkel-tuberkel kecil pada jaringan tulang

↓Tuberkel melunak dan pecah

↓Terjadi peradangan pada tulang

↓Menstimulasi pelepasan mediator nyeri

(histamin, prostaglandin, serotonin, bradikinin dan substansi P)

↓Merangsang nosi reseptor

↓Dihantarkan oleh serabut syaraf C

↓Dialirkan dalam bentuk elektrokimia impuls ganglion radiks menuju dorsal horn dimedulaspinalis bagian posterior

↓Ditrasfer ke thalamus melalui traktus

spinotalamikus↓

Korteks serebri↓

Nyeri dipersepsikan

Gangguan rasa nyaman : nyeri

4

DS : Klien mengatakan

selama dirawat belum pernah mencuci rambut/keramas.

Klien mengatakan selama dirawat belum pernah menggosok gigi, hanya dibersihkan menggunakan kapas lidi oleh perawat.

DO : Rambut tampak

kotor dan teraba lengket. Lidah kotor, gigi

geligi kotor

Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene

72

Page 73: Askep Meningitis TB

Klien menderita infeksi TB

Membutuhkan

pengobatan OAT dalam waktu lama dengan efek

samping yang tidak

menyenangkan

Mengurangi kepatuhan klien dalam minum

obat

Kegagalan program

pengobatan

1 2 3 4

5 DS : Klien mengatakan

memiliki riwayat sakit paru-paru diakui klien sejak 1 ½ bulan sebelum masuk rumah sakit tetapi klien menyangkal sakit TBC

Klien juga mengatakan 6 bulan sebelum masuk rumah sakit mengeluh sakit pada sendi sikut yang diduga karena asam urat.

DO : Hasil radiologi dan

laboratorium menunjukan klien terinfeksi TB

Klien mendapatkan therapi OAT

Resiko drop out pengobatan

6 DS : Klien mengatakan merasa

kehilangan perannya selama sakit, terutama peran sebagai ibu rumah tangga yaitu mengurus anak-anaknya

Klien mengatakan sering menangis jika ingat anak-anaknya

Klien mengatakan ingin segera sembuh dan bisa berkumpul lagi dengan anak-anaknya.

DO : Klien dirawat sejak tanggal

27 Juli 2005

Penyakit infeksi TB yang berat

Membutuhkan perawatan di RS

Terpisah dengan anggota keluarga yang lain (anak-anaknya)

Peran sebagai ibu terganggu

Gangguan konsep diri : peran

7 DS : Klien mengatakan ada

keluhan nyeri dan panas setelah BAK.

DO : Saat ini klien terpasang

Pemasangan kateter yang lama

portal of entry bagi mikro organisme

Resiko infeksi

Resiko infeksi traktus urinarius

73

Kurang informasi

tentang TB

Ketidaktahuan klien tentang

perawatan dan pengobatan

Page 74: Askep Meningitis TB

1 2 3 4Dower kateter sejak masuk RS, dengan jumlah urine rata-rata / hari menurut keluarga 2000 cc, saat dimonitor out put urine oleh perawat dari pukul 07.00 s.d 11.00 WIB jumlah urine 400 cc, warna kuning kemerahan, jernih.

traktus urinarius

c. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

No Diagnosa KeperawatanDitemukan Dipecahkan

Tanggal Paraf Tanggal Paraf

1

Resiko tinggi penyebaran nfeksi berhubungan dengan masuk dan aktifnya mikroorganisme patogen dalam tubuh.

08-08-2005 12-08-2005

2Gangguan asupan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan anoreksia

08-08-2005 11-08-2005

3

Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan keterbatasan aktifitas akibat nyeri dan kelemahan fisik

08-08-2005 09-08-2005

4Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya proses peradangan pada tulang

08-08-2005 10-08-2005

5

Resiko infeksi traktus urinarius berhubungan dengan terpasangnya dower kateter sebagai portal of entry bagi mikro organisme

09-08-2005 10-08-2005

6

Resiko drop out pengobatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang perawatan dan aturan pengobatan penyakitnya

09-08-2005 10-08-2005

7Gangguan konsep diri : peran berhubungan dengan hospitalisasi

09-08-2005 10-08-2005

74

Page 75: Askep Meningitis TB

75

Page 76: Askep Meningitis TB

2. PERENCANAAN

No Diagnosa KeperawatanRencana

Tujuan Intervensi Rasional1 2 3 4 5

1 Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan masuk dan aktifnya mikroorganisme dalam tubuh.DS :DO: Hasil rontgen thorax

tanggal 28/7/05 :Tb Milier

Hasil analisa LCS tanggal 28/7/2005 :

Liquor/transudat/eksudatJumlah sel 273 /mm3

Hitung jenis PMN 42 %MN 58 %Nonne positifPandy positifGlukosa 7 mg/dLrotein 600 mg/dLWarna beningKejernihan jernih Mikrobiologi

tanggal 5/8/2005Gram batang positifBTALiquor positif

Tes iritasi meningenLaseque positif

Tupan :Infeksi tuberkulosis tidak menyebarTupen :Tidak menunjukan tanda-tanda penyebaran infeksi setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5 hari dengan kriteria : Vital sign dalam

batas normal Kesadaran tetap

alert/kompos mentis Tidak terdapat tanda-

tanda peningkatan tekanan intra kranial Tanda iritasi

meningen negatif Nilai analisa LCS

berangsur normal Tidak menunjukan

adanya proses infeksi tuberkulosis pada organ lain seperti usus dan ginjal

1. Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan

2. Anjurkan klien untuk menggunakan masker

3. Pertahankan tehnik aseptik dan cuci tangan yang tepat baik klien, pengunjung, maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf sesuai kebutuhan.

4. Observasi tanda-tanda vital klien meliputi : tensi, nadi, suhu dan respirasi, setiap 8 jam.

5. Observasi tingkat kesadaran klien setiap hari.

6. Observasi terhadap adanya tanda-tanda peningkatan TIK seperti nyeri kepala.

7. Observasi tanda-tanda iritasi

1. Pada awal fase meningitis, isolasi mungkin diperlukan untuk menurunkan resiko penyebaran pada orang lain.

2. Mencegah penularan infeksi melalui droplet pada saat klien batuk atau bicara.

3. Menurunkan resiko klien terkena infeksi

4. Keadaan infeksi sistemik dapat mempengaruhi nilai normal tanda-tanda vital seperti peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi dan pertnafasan, peningkatan atau penurunan tekanan darah.

5. Peradangan pada susunan syaraf pusat akan mempengaruhi tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran yang baik merupakan indikator adanya perbaikan.

6. Tanda-tanda peradangan seperti oedema, adanya eksudat jika terjadi pada SSP akan mendesak kedalam yang akan meningkatkan TIK.

7. Menghilangnya tanda-tanda

76

Page 77: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 5meningen seperti : kaku kuduk, laseque, brudzinski I dan II, kernig sign.

8. Lanjutkan pemberian OAT sesuai dengan program therapi medik.

iritasi meningen merupakan indikator perbaikan klinis pada klien dengan meningitis.

8. OAT akan menghambat pertumbuhan dan membunuh mikobakterium tuberkulosis sebagai agent penyebab.

2 Gangguan asupan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan anoreksiaDS : Klien mengatakan

porsi makan klien biasanya habis tidak lebih dari ½ porsi.

Klien mengeluh mual dan nafsu makan kurang.

Klien mengatakan penurunan berat badan ada sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, penurunan berat badan mencapai 4 kg disertai nafsu makan menurun dan mualDO :

Klien tampak mau muntah saat diberikan makan.

postur tubuh klien tinggi kurus

Hb 10 gr/dL

Tupan :Kebutuhan nutrisi klien terpenuhiTupen :Mual dan anoreksia berkurang setelah diberikan asuhan keperawatan selama 4 hari dengan kriteria : klien mengatakan secara verbal

mual berkurang dan nafsu makan meningkat

klien dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan dari RS

klien tidak menunjukan keinginan muntah saat makan

1. Berikan penjelasan tentang penyebab mual dan nafsu makan berkurang serta pentingnya asupan makanan yang adekuat.

2. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik.

3. Libatkan klien dalam penyusunan menu makanan sesuai dengan selera.

4. Lakukan oral hygiene secara teratur minimal 2 kali sehari.

5. Berikan minum air hangat sebelum makan.

6. Berikan makan minimal 1 jam setelah minum OAT.

7. Lanjutkan pemberian terapi anti emetik : Ranitidin

1. Pemahaman tentang penyebab mual dan nafsu makan kurang akan meningkatkan pengertian klien, dan diharapkan klien dapat mengatasi dengan caranya sendiri.

2. Makanan hangat dengan penyajian yang menarik diharapkan akan meningkatkan selera makan.

3. Menu yang sesuai dengan selera klien akan meningkatkan nafsu makan.

4. Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.

5. Pemberian air hangat sebelum makan akan merangsang pengeluaran enzim pencernaan dimulut.

6. Efek samping OAT dapat menimbulkan rasa mual.

7. Ranitidin bekerja denga melawan reseptor H2 sebagai reseptor HCl sehingga tidak mengaktifkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan yang

77

Page 78: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 5

8. Lanjutkan pemberian terapi suplemen : Curcuma dan Vitamin B6

9. Modifikasi lingkungan agar nyamanuntuk makan

dapat menimbulkan mual.

8. Curcuma dan vitamin B6 disamping dapat menetralisis efek samping OAT sebagai hepato protektor juga dapat meningkatkan nafsu makan dan mengurangi mual.

9. Lingkungan yang kurang nyaman akan menurunkan selera makan.

3 Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan keterbatasan aktifitas akibat nyeri dan kelemahan fisikDS : Klien mengatakan selama

dirawat belum pernah mencuci rambut/keramas.

Klien mengatakan selama dirawat belum pernah menggosok gigi, hanya dibersihkan menggunakan kapas lidi oleh perawat.

DO : Rambut tampak kotor dan

teraba lengket.Lidah kotor, gigi geligi kotor

Tupan :Kebutuhan ADL klien terpenuhiTupen :Klien dapat memenuhi kebutuhan ADL: personal hygiene sesuai dengan kemampuannya setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 hari dengan kriteria : Klien dapat menggosok giginya sendiri

dengan bantuan minimal dari perawat Gigi dan lidah klien tampak bersih Rambut klien bersih, rapih dan tidak

lengket Aktifitas klien meningkat seperti makan,

minum, menyisir rambutnya dengan bantuan minimal

1. Kaji ulang tingkat ketergantungan klien terhadap orang lain.

2. Fasilitasi klien untuk melakukan oral hygiene secara mandiri.

3. Bantu klien dalam memenihi kebutuhan personal hygiene yang tidak dapat dilakukan secara mandiri.

4. Berikan reward jika klien mampu melakukan ADL sesuai dengan kemampuannya.

1. Perawat hanya membantu pada tingkat dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri bertujuan untuk memandirikan klien.

2. Membantu mengembalikan fungsi klien dalam memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

3. Kelemahan sebagian anggota tubuh membuat klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri total.

4. Memberikan motivasi bagi klien untuk terus meningkatkan kemampuan dirinya dalam melakukan ADL.

4 Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya proses peradangan pada tulangDS : Klien mengatakan nyeri

tangan sebelah kiri dan tidak

Tupan :Nyeri hilang Tupen :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5 hari, klien dapat beradaptasi dengan nyeri akibat proses peradangan

1. Kaji ulang tingkat nyeri sebelum melakukan tindakan.

2. Ajarkan klien tentang teknik mengurangi nyeri seperti :

1. Dengan mengetahui tingkat nyeri dapat menentukan tindakan yang tepat.

2. Teknik-teknik ini dapat mengurangi nyeri secara fisiologis baik dalam

78

Page 79: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 5bisa diangkat, nyeri bertambah jika digerakan dan berkurang jika di istirahatkan, nyeri terutama pada daerah sikut, nyeri dirasakan terus menerus.

DO : Skala nyeri 3 (0-5) Terdapat keterbatasan gerak

pada tangan kiri, terdapat pembengkakan dan klien tampak meringis pada saat dilakukan penekanan pada sendi siku yang bengkak.

Artritis a/r elbow joint sinistra e.c suspek TB.

dengan kriteria : Klien mengungkapkan secara

verbal dapat mengendalikan rasa nyeri nya.

Klien dapat memilih dan mendemonstrasikan salah satu teknik manajemen nyeri non farmakologis

Skala nyeri berkurang dari 3 menjadi 2 (0-5)

3. Anjurkan klien untuk mendemonstrasikan teknik-teknik di atas.

4. Anjurkan klien untuk menggerakan tangannya yang sakit sesuai dengan kemampuan klien.

5. Jika perlu kolaborasikan untuk pemberian analgetik

menghambat impuls nyeri maupun dalam mempersepsikan nyeri.

3. Klien dapat merasakan langsung manfaat dari teknik-teknik manajemen nyeri.

4. Meningkatkan toleransi klien terhadap nyeri, sehingga klien dapat beradaptasi dengan nyeri secara bertahap, dan dapat mencegah terjadinya kontraktur pada sendi-sendi yang tidak sakit (pergelangan tangan dan jari-jari tangan kiri)

5. Analgetik dapat menurunkan ambang nyeri.

5 Resiko infeksi traktus urinarius berhubungan dengan terpasangnya dower kateter sebagai portal of entry bagi mikro organismeDS : Klien mengatakan ada keluhan

nyeri dan panas setelah BAK.DO : Saat ini klien terpasang

Dauer catether sejak masuk RS, dengan jumlah urine rata-rata/hari menurut keluarga 2000 cc, saat dimonitor out put urine oleh perawat dari pukul 07.00 s.d 11.00 WIB jumlah urine 400 cc, warna kuning kemerahan, jernih

Tupan :Infeksi traktus urinarius tidak terjadiTupen :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari tidak terdapat tanda-tanda infeksi traktus urinarius dengan kriteria: Klien tidak mengeluh nyeri dan

panas pada saat BAK Klien dapat mengontrol keinginan

miksinya Klien dapat BAK tanpa kateter

1. Kaji adanya tanda dan gejala infeksi traktus urinarius.

2. Lakukan perawatan dower kateter dengan menggunakan antiseptik

3. Lakukan blast trainning.

4. Kolaborasikan untuk pemeriksaan urine rutin.

1. Mangetahui adanya infeksi

sedini mungkin

2. Perawatan dauer kateter dengan menggunakan antiseptik dapat mengurangi terjadinya resiko infeksi.

3. Mengadaptasikan otot-otot blast untuk mengontrol miksi setelah pemasangan kateter.

4. Untuk memastikan ada tidaknya infeksi traktus urinarius dengan melihat karakteristik urine secara makro dan mikroskopik.

79

Page 80: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 5

5. Kolaborasikan untuk pelepasan dower kateter

5. Menghilangkan faktor resiko terjadinya infeksi traktus urinarius.

6 Resiko drop out pengobatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit, perawatan dan aturan pengobatan penyakitnyaDS : Klien mengatakan memiliki

riwayat sakit paru-paru diakui klien sejak 1 ½ bulan sebelum masuk rumah sakit tetapi klien menyangkal sakit TBC

Klien juga mengatakan 6 bulan sebelum masuk rumah sakit mengeluh sakit pada sendi sikut yang diduga karena asam urat.

DO : Hasil radiologi dan

laboratorium menunjukan klien terinfeksi Tb

Klien mendapatkan therapi OAT

Tupan :Program pengobatan berhasilTupen :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 hari, klien bertambah pengetahuannya tentang penyakit, perawatan dan aturan pengobatan penyakitnya dengan kriteria : Klien dapat menyebutkan nama

penyakitnya Klien dapat menyebutkan cara

perawatan penyakitnya serta program pengobatannya.

Klien dapat menyebutkan efek samping OAT

Klien dapat menyebutkan dampak negatif jika pengobatan tidak tuntas

Terbentuknya PMO

1. Kaji ulang pengetahuan klien tentang penyakitnya.

2. Berikan informasi tentang penyakit dan program pengobatannya dihubungkan dengan perawatannya, meliputi : Pengertian Cara

perawatan dan diet Program

pengobatan Efek

samping obat Dampak jika

pengobatan tidak tuntas3. Lakukan evaluasi

terhadap klien dan keluarga setelah diberikan pendidikan kesehatan.

4. Bentuk pendamping minum obat (PMO)

1. Mengkaji kebutuhan klien dan keluarga terhadap informasi.

2. Peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit, program pengobatan dan perawatannya akan meningkatkan motivasi klien untuk berperan aktif dalam perawatan dirinya.

3. Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga setelah diberikan penkes.

4. Dengan adanya PMO diharapkan akan menjadi motivator bagi klien untuk tetap menjalankan program pengobatan hingga tuntas serta menjami klien meminum obat secara teratur.

7 Gangguan konsep diri : peran berhubungan dengan hospitalisasiDS : Klien mengatakan merasa

kehilangan perannya selama

Tupan :Fungsi peran klien tidak tergangguTupen : Setelah 2 hari diberikan asuhan keperawatan klien menyadari kondisinya

1. Jelaskan pada klien tentang keadaan klien saat ini

2. Gali keinginan klien saat ini

1. Dengan memahami tujuan perawatan diharapkan klien mendukung proses perawatannya.

2. Untuk mengetahui ideal diri klien saat ini dan yang akan datang.

80

Page 81: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 5sakit, terutama peran sebagai ibu rumah tangga yaitu mengurus anak-anaknya

Klien mengatakan sering menangis jika ingat anak-anaknya

Klien mengatakan ingin segera sembuh dan bisa berkumpul lagi dengan anak-anaknya.

DO :Klien dirawat sejak tanggal 27 Juli 2005

saat ini dalam masa perawatan dan pengobatan dan klien dapat beradaptasi dengan peran dan lingkungan yang baru yaitu sebagai pasien RS, dengan kriteria : Klien mengungkapkan

secara verbal perasaannya saat ini. Klien dapat menyebutkan

alasan dirawat di RS dan tidak boleh dijenguk anak-anak

Keluarga dapat meyakinkan klien bahwa peran klien seperti ini hanya sementara.

3. Diskusikan dengan klien tentang peran yang dapat dilakukan selama klien dirawat di RS.

4. Jelaskan pada klien bahwa RS adalah tempat tinggal klien sementara.

5. Libatkan keluarga dalam masalah yang dihadapi klien.

3. Agar klien termotivasi untuk dapat melakukan peran yang lain selama di RS.

4. Agar klien merasa tenang dan tidak merasa diasingkan oleh keluarga.

5. Agar keluarga memahami perasaan dan kesulitan yang dihadapi klien.

81

Page 82: Askep Meningitis TB

3. PELAKSANAAN

No Tanggal No DP Implementasi Paraf1 2 3 4 51 08-8-2005

Pukul 08.00

09.30

10.00

1

1

1

1

2

2

2

2

1

Melakukan observasi tanda-tanda vital klien meliputi : tensi, nadi, suhu dan respirasiHasil: TD : 110/70 mmHgNadi : 96 kali / menitSuhu : 36,7o CRespirasi : 24 kali / menit

Melakukan observasi tingkat kesadaran klien Hasil : Kesadaran kualitatif klien Alert/kompos mentis

Kesadaran kuantitatif : GCS 15

Melakukan observasi terhadap adanya tanda- tandapeningkatan TIK seperti nyeri kepala.Hasil : Klien mengatakan saat ini tidak terdapat nyeri kepala

Melakukan pemeriksaan tanda-tanda iritasi meningen seperti : kaku kuduk, lasegue, brudzinski I dan II, kernig sign.Hasil: Kaku kuduk : negatifBrudzinski : negatifKernig : negatifLaseque : positif

Menyajikan makanan dalam keadaan hangat dengan menggunakan meja makan klienHasil :

Porsi makan klien habis 1/4 porsi, klien mengatakan tidak nafsu makan.

Memberikan minum air hangat sebelum makan.Hasil : Klien minum air hangat habis 1/4 gelas, klien mengatakan tidak nafsu makan.

Memberikan makan 1 jam setelah minum OAT. Hasil : Klien makan dibantu perawat, hanya habis 1/4 porsi

Memberikan injeksi anti emetik sesuai dengan terapi : Ranitidin Hasil : Klien tidak mengeluh nyeri dan pusing setelah disuntik

Memberikan injeksi anti infalamasi sesuai dengan program terapi : Dexametason 1 ampul / iv.Hasil: Klien tidak mengeluh pusing setelah penyuntikan.

2 09-8-2005Pukul 07.15

1 Memberian OAT sesuai dengan program therapi medik: INH 400 mg / oral Rifampisin 450 mg / oral

82

Page 83: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 5

07.30

08.00

08.40

10.00

1

1

1

4

4

4

2

1

2

Vitamin B6 50 mg / oral Curcuma 1 tablet / oral

Hasil : Klien mau minum obat, klien masih mengeluhkan adanya mual setelah minum obat.

Melakukan observasi tanda-tanda vital Hasil : TD : 120 / 70 mmHg, N : 88 x / menit, R : 24 x / Menit,

Suhu : 36,9o C

Melakukan observasi tingkat kesadaran Hasil : Kompos mentis, GCS 15

Melakukan pemeriksaan tanda-tanda iritasi meningen seperti : kaku kuduk, lasegue, brudzinski I dan II, kernig sign.Hasil : Kaku kuduk : negatifBrudzinski : negatifKernig : negatifLasegue : positif

Mengkaji ulang tingkat nyeri sebelum melakukan tindakan. Hasil : Klien tampak sudah dapat beradaptasi dengan nyeri, skala nyeri masih 3 (0-5)

Mengajarkan klien tentang teknik mengurangi nyeri seperti: Relaksasi, Distraksi, Guide Imagery.Hasil: Klien mengatakan akan mencobanya nanti saja sendiri.

Anjurkan klien untuk menggerakan tangannya yang sakit sesuai dengan kemampuan klien.

Hasil: Klien mau mencoba menggerak-gerakan tangannya dengan dibantu oleh perawat, klien mengatakan akan mencobanya lagi dibantu dengan tangan kanannya.

Menyajikan makanan dalam keadaan hangat dengan menggunakan meja makan klienHasil : Porsi makan klien habis 1/4 porsi, klien mengatakan tidak

nafsu makan.

Memberikan obat OAT setelah makan :Ethambutol 1000 mg / oral, Pyrazinamid 1000 mg / oralHasil : Klien mengatakan tidak ada pusing setelah minum obat, masih ada mual setelah minum obat.

Memberikan injeksi : Ranitidin 1 ampul / iv Hasil : Klien tidak mengeluh nyeri dan pusing setelah disuntik, klien mengatakan mual sudah berkurang

83

Page 84: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 510.00

10.15

11.00

11.15

11.30

11.45

1

3

3

3

3

2

2

2

6

6

Memberikan injeksi : Dexametason 1 ampul / ivHasil : Klien tidak mengeluh pusing dan nyeri pada daerah obat injeksi dimasukan

Mengkaji ulang tingkat ketergantungan klien terhadap orang lain.Hasil : Klien mengatakan mau mencoba menggosok gigi nya sendiri.

Melakukan oral hygiene secara mandiri dengan bantuan minimal dari perawatHasil : Klien mampu melakukan oral hygiene sendiri yang difasilitasi oleh perawat. klien mengatakan mulutnya terasa segar, gigi dan mulut klien tampak bersih.

Memberikan reward saat klien mampu melakukan ADL sesuai dengan kemampuannya.Hasil : Klien terlihat senang dan tersenyum ketika diberikan pujian.

Mencuci rambut klien di atas tempat tidur Hasil : Klien mengatakan segar, rambut klien tampak bersih dan rapi.

Memberikan penjelasan tentang penyebab mual dan nafsu makan berkurang.Hasil : Klien memahami tentang penyebab mual, klien mengatakan mual terutama dirasakan setelah minum obat tablet

Menyajikan makan siang untuk klien masih dalam keadaan hangatHasil : Klien menghabiskan makanan 3/4 porsi, klien mengatakan mual sudah berkurang

Melibatkan klien dalam penyusunan menu makanan sesuai dengan selera.Hasil : Klien menanyakan selain makan makanan yang diberikan dari RS klien mau makanan dari luar seperti biskuit.

Mengkaji ulang pengetahuan klien tentangpenyakitnya.Hasil : Klien mengatakan penyakitnya saat ini adalah infeksi syaraf, tapi tidak tau nama penyakitnya dan tidak tahu cara program perawatan dan pengobatannya.

Memberikan penkes pada klien tentang penyakit dan program pengobatannya dihubungkan dengan perawatannya, meliputi :

Pengertian Cara perawatan dan diet

84

Page 85: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 5

12.10

6

5

5

Program pengobatan Efek samping obat Dampak jika pengobatan tidak

tuntasHasil : Klien mengatakan sekarang tahu jika penyakitnya adalah TBC yang dapat menular, dan mengatakan mau berobat hingga tuntas, klien juga mengatakan akan memaksakan makan walaupun mual, takut penyakitnya tidak sembuh.

Melibatkan suami klien untuk menjadi support sistem bagi klien dan menjadi PMOHasil : Suami mengatakan siap untuk mendampingi klien berobat dan ikut bertanggung jawab selama klien minum obat.

Melakukan pengkajian terhadap adanya tanda dan gejala infeksi traktus urinarius.Hasil : Klien mengatakan tidak terdapat nyeri pinggang, nyeri dan panas dirasakan setelah perasaan ingin BAK. Warna urine kuning tua dan jernih, kateter bersih.

Melakukan kolaborasi untuk pelepasan dower kateter.Hasil : Kepala ruangan mengatakan klien sudah layak dibuka kateternya tapi sebelumnya harus dilakukan blast training terlebih dahulu.

85

Page 86: Askep Meningitis TB

4. EVALUASI

NO TanggalNo DP

Catatan Perkembangan Paraf

1 2 3 4 51 10-8-2005 1 S :

- Klien mengatakan tidak terdapat nyeri kepala, sendi pada siku tangan kiri masih bengkak dan nyeri.

O :- Kesadaran klien kompos

mentis/alert- Tanda iritasi meningen :

lasegue masih + - Tensi 110/70, N: 88 x / mnt,

S:37oC, R: 24 x / mnt- Sendi siku klien tampak

bengkak.A :- Proses infeksi pada SSP

menunjukan perbaikanP :- Melanjutkan intervensi

meliputi:- Lanjutkan program terapi

dengan OAT- Kaji efek samping pengobatanI :- Memberikan OAT sesuai

dengan program terapi yaitu: INH 400mg/oral, Rifampicin 450mg/oral, dan Vit.B6 diberikan sebelum makan. Ethambutol 1000mg/oral, Pyrazinamid 1000mg/oral dan Curcuma diberikan 1jam setelah makan pagi. Memberikan injeksi Dexametason 1 amp/iv. Mengkaji efek samping dari pemberian obat.

E :- Klien mau minum obat, efek

samping OAT terhadap fungsi hati, hasil SGPT tanggal 9-8-2005 : 327 U/L

R : - Kolaborasikan dengan dokter

untuk pemberian obat OAT yang lebih aman.Hasil :- Program terapi klien dirubah- INH, Rifampisin, Pyrazinamid

di stopn diganti dengan Streptomisin 750mg / im, Ciprofloksasin 2x500mg/hari.

2 10-8-2005 6 S :- Klien mengatakan penyakit

klien adalah TBC yang menyerang otak, paru-paru dan tulang dan bisa menular.

- Klien mengatakan pengobatannya harus rutin sampai tuntas, karena

86

Page 87: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 5kumannya akan kebal dan lebih susah diobatinya lagi.

- Klien mengatakan pengobatan penyakitnya tidak hanya menggunakan obat tapi harus dengan daya tahan tubuh yang kuat dengan cara makan yang banyak mengandung protein dan zat tenaga seperti telur, ikan, tempe, nasi. Klien juga mengatakan efek samping dari obatnya bisa membuat mual, sakit kepala, gangguan hati. Suami klien mengatakan siap untuk mengantar klien berobat dan mendampingi minum obat.

O :- Klien terlihat mau minum obat

yang disiapkan oleh suaminya. A :- Masalah teratasi

3 10-8-2005 2 S : - Klien mengatakan mual

berkurang, nafsu makan mulai meningkat.O :- Klien menghabiskan lebih dari

3/4 porsi makanan dari RS, klien tidak terlihat akan muntah saat makan

A :- Asupan nutrisi klien berangsur-

angsur meningkatP :- Melanjutkan intevensi sesuai

dengan yang direncanakan yaitu:- Sajikan makanan dalam

keadaan hangat dan menarik.- Libatkan klien dalam

penyusunan menu makanan sesuai dengan selera.- Lakukan oral hygiene - Berikan minum air hangat

sebelum makan.- Berikan makan minimal 1 jam

setelah minum OAT.- Lanjutkan pemberian terapi anti

emetik : RanitidinI :- Menyajikan makanana klien

ketika masih hangat- Memberikan minum air hangat

sebelum makan- Memberikan makan siang klien

setelah minum OAT- Mendamping klien saat makan- Melanjutkan program terapi anti

emetikE :- Mual sudah tidak dirasakan lagi

oleh klien

87

Page 88: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 5- Nafsu makan klien meningkat- Klien menghabiskan makan

1porsi 4 10-8-2005 3 S :

- Klien mengatakan lebih segar, rambut tidak lengket, klien sudah menggosok giginya sendiri tadi pagi dibantu suami.

O :- Rambut klien tampak bersih,

rapi, dan tidak lengket.- Gigi dan mulut klien terlihat

bersih- Kulit klien terlihat bersih dan

tidak lengketA :- Masalah teratasi

5 10-8-2005 4 S :- Klien mengatakan nyeri masih

ada terutama jika sendi yang bengkak ikut bergerak, klien mengatakan sekarang mampu menahan nyeri, klien mengatakan jika nyeri muncul klien menarik nafas panjang dan ngobrol dengan suaminya nyerinya berkurang.

O :- Skala nyeri 2 (0-5)- Klien mau menggerakan tangan

yang sakit dibantu tangan kanannya, klien tampak menggerakan sendi pergelangan tangan dan jari-jari tangan kiri. Klien tampak lebih beradaptasi dengan nyeri

A : - masalah teratasi

6 10-8-2005 5 S :- Klien mengatakan nyeri dan

panas kencing masih ada- Klien mengatakan selangnya

ingin dicabutO :- Dauer kateter masih terpasang,

urine warna kuning,jernih. Klien tampak meringis jika kateter digerakan.

A :- Masalah belum teratasiP :- Lanjutkan blast trainning I :- Melanjutkan blast trainning

sebelum mencabut kateterMencabut dower kateter -

E :- Klien mengatakan setelah

88

Page 89: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 5dicabut kateter lebih nyaman, nyeri dan panas setelah BAK tidak ada.

R : S: klien mengatakan setelah dicabut selang lebih

nyaman, nyeri dan panas setelah BAK tidak ada. O: kateter sudahdi lepas, tidak terlihat tanda-tanda iritasi

saat mencabut kateter. A : Masalah klien teratasi setelah dicabut kateter

7 10-8-2005 7 S :- Klien mengatakan merasa

kehilangan perannya selama sakit, terutama peran sebagai ibu rumah tangga yaitu mengurus anak-anaknya

- Klien mengatakan sering menangis jika ingat anak-anaknya

- Klien mengatakan ingin segera sembuh dan bisa berkumpul lagi dengan anak-anaknya.

O :- Klien dirawat sejak tanggal 27

Juli 2005A :- Gangguan konsep diri : peran

berhubungan dengan hospitalisasiP :- Jelaskan pada klien tentang

keadaan klien saat ini- Gali keinginan klien saat ini- Diskusikan dengan klien

tentang peran yang dapat dilakukan selama klien dirawat di RS.

- Jelaskan pada klien bahwa RS adalah tempat tinggal klien sementara.

- Libatkan keluarga dalam masalah yang dihadapi klien.

I :- Menjelaskan pada klien tentang

keadaannya saat ini- Menggali keinginan klien saat

ini- mendiskusikan dengan klien

tentang peran yang dapat dilakukan di RS- Menjelaskan pada klien bahwa

di RS klien hanya sementara- Melibatkan suaminya dalam

menyelesaikan masalah klienE :- Klien mengatakan mengerti

tujuan dari perawatan di RS untuk mengobati penyakitnya, klien ingin segera sembuh dari penyakitnya, kliem mengerti alasan anaknya tidak boleh dibawa ke RS karena takut tertular.

8 11-8-2005 1 S :

89

Page 90: Askep Meningitis TB

1 2 3 4 5- Klien mengatakan tidak ada

demam, nyeri kepalaO :- Kesadaran klien kompos

mentis, tanda vital dalam batas normal TD 110/80mmHg, N: 84 x / menit, R: 20 kali/menit, tanda iritasi meningen lasegue +

A :- Infeksi pada SSP berangsur

membaikP :- Melanjutkan pemberian obat

sesuai programI :- Memberikan obat Ethambutol

1000mg, Curcuma 1tablet/oral, Ciprofloxasin 500 mg / oral sesudah makan, memberikan injeksi Dexametason 1 ampul / iv, melakukakan skin test obat Streptomisin, memberikan injeksi streptomisin 750mg / im.

E :- Klien tidak menunjukan tanda-

tanda alergi seperti gatal-gatal setelah diberikan obat.9 11-8-2005 2 S :

- Klien sudah tidak mengeluh mual, nafsu makan meningkat.

O :- Porsi makan klien selalu habis,

klien terlihat suka makan biskuit yang dibawa dari keluarganya.

A :- Masalah teratasi

10 12-8-2005 1 S :- Klien mengatakan saat ini O :- Tanda vital dalam batas normal- TD: 120/80 N: 88 x / menit S:

36,9oC R: 24 x / menit- Tidak terdapat tanda-tanda

peningkatan TIK- Tingkat kesadaran klien

kompos mentis- Tanda iritasi meningen: lasegue

(-), brudzinski I,II (-), kernig (-), kaku kuduk (-)A :- Masalah teratasi sesuai tupen

90

Page 91: Askep Meningitis TB

B. PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan gangguan

sistem persarafan akibat meningitis tuberkulosis di ruang 19 A Perawatan

Penyakit Saraf Wanita Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Selanjutnya penulis melakukan pembahasan. Dalam pembahasan ini penulis

berpedoman dengan melihat perbandingan antara teori dan kasus yang

terdapat pada BAB II dan BAB III, untuk selengkapnya diuraikan di bawah

ini.

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Identitas Klien dan Penanggung Jawab

Menurut konsep teori pentingnya mengkaji identitas pada klien

dengan gangguan sistem persarafan : meningitis tuberkulosis, yang

berhubungan dan mendukung diagnosanya antara lain usia,

pendidikan dan pekerjaan, karena penyakit meningitis tuberkulosis

ini umumnya menyerang pada semua tingkat usia, tersering pada

anak-anak dan usia produktif. Pekerjaan klien dan atau

penanggung jawab dapat menggambarkan status ekonomi keluarga

yang umumnya tergolong ekonomi rendah, sementara pendidikan

akan mempengaruhi pengetahuan klien dan keluarga tentang

penyakit meningitis.

Pada kasus ini klien Ny. A berusia 27 tahun, pekerjaan klien

sebagai karyawan pabrik garmen, dengan pendidikan SMP,

91

Page 92: Askep Meningitis TB

sedangkan suami klien selaku penanggung jawab klien tidak

bekerja. Apabila data di atas dihubungkan dengan penyaki klien

sangat relevan, sebagai faktor resikonya adalah status ekonomi

rendah dan didukung oleh faktor pendidikan yang rendah. Dengan

faktor ekonomi yang rendah kemampuan klien dan keluarga dalam

memenuhi kebutuhan pangan akan rendah pula, maka diperkirakan

status gizi klien kurang yang akan berdampak pada penurunan

daya tahan tubuh klien sehingga rentan terhadap berbagai penyakit

infeksi salah satunya adalah penyakit tuberkulosis (TB).

Rendahnya pengetahuan klien akan berdampak pada kemampuan

klien mengenal masalah kesehatannya, akibatnya infeksi

tuberkulosis yang terabaikan menimbulkan komplikasi keberbagai

jaringan tubuh lainnya seperti tulang dan otak. Selain itu faktor

sanitasi tempat tinggal klien yang berukuran 24m2 di lingkungan

yang padat, selain itu klien bekerja di garmen dalam satu ruangan

dengan pekerja lain serta lingkungan kerja yang penuh debu

mendukung pula terjadinya penyakit infeksi tuberkulosis.

2) Riwayat Kesehatan

Keluhan utama yang mungkin terjadi pada klien dengan

meningitis menurut teori adalah demam, nyeri kepala yang berat,

diikuti oleh penurunan kesadaran dan kejang. Pada kasus Ny. A

keluhan pada saat masuk rumah sakit sesuai dengan teori, namun

ketika dilakukan pengkajian keluhan nyeri kepala, muntah yang

92

Page 93: Askep Meningitis TB

proyektil, penurunan kesadaran dan demam tidak ditemukan. Ini

terjadi karena pada saat dilakukan pengkajian klien telah

mendapatkan pengobatan dan perawatan selama 12 hari sehingga

perjalanan penyakit klien menunjukan perbaikan. Sedangkan

keluhan utama pada Ny. A saat dilakukan pengkajian adalah nyeri

pada siku tangan sebelah kiri dengan skala nyeri 3 (0-5) disertai

pembengkakan, yang disebabkan oleh artritis tuberkulosis hal ini

karena sudah terjadi penyebaran infeksi tuberkulosis pada tulang.

Pada tinjauan teori dikatakan riwayat kesehatan dahulu yang

berhubungan dengan meningitis adalah adanya riwayat infeksi

saluran nafas atas, mastoiditis, otitis media, trauma kepala, dan

penyakit sistemik lain seperti demam tifoid, khusus pada

meningitis tuberkulosis didapatkan riwayat kontak dengan

penderita penyakit tuberkulosis atau riwayat sakit TBC. Pada kasus

klien Ny. A riwayat sakit TBC dan kontak dengan penderita TBC

disangkal oleh klien, namun didapatkan informasi dari klien

adanya riwayat berkeringat malam sejak 2 tahun yang lalu, riwayat

demam menjelang dibawa ke rumah sakit dan penurunan berat

badan. Perbedaan ini terjadi karena penyakit tidak dirasakan oleh

klien.

Dalam riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan

meningitis adalah adanya anggota keluarga yang memiliki penyakit

TBC, karena TBC merupakan penyakit infeksi menular dan

93

Page 94: Askep Meningitis TB

umumnya kontak lama dengan penderita sebagai penyebab

meningitis tuberkulosis. Namun pada kasus Ny. A klien dan

keluarga menyangkal adanya penderita TBC di keluarganya. Tetapi

mungkin saja keluarga tidak menyadari adanya anggota keluarga

lain yang menderita penyakit TBC, karena tidak pernah melakukan

check-up kesehatan atau klien mendapatkan penularan penyakit

tuberkulosis dari orang lain di luar lingkungan rumahnya seperti

tempat kerja. Apabila melihat tingkat pendidikan klien dan status

ekonomi yang rendah mungkin mempengaruhi klien dalam

menggambarkan konsep sehat-sakit, terbukti klien masuk rumah

sakit setelah terjadi komplikasi.

3) Pemeriksaan Fisik

a) Sistem pernafasan

Pada konsep meningitis umumnya terjadi perubahan pola nafas

cepat dan dangkal, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,

adanya pernafasan cuping hidung, retraksi dada positif, adanya

batuk berdahak dan ronkhi positif. Pada klien Ny. A semuanya

tidak ditemukan kecuali adanya ronkhi pada kedua lapang paru

sebagai manifestasi tuberkulosis paru millier, hal ini karena

proses infeksi tuberkulosis SSP pada klien Ny. A telah

mengalami perbaikan sehingga eksudat sebagai hasil dari

proses peradangan tidak menekan pada medulla oblongata

sebagai pusat pengatur pernafasan.

94

Page 95: Askep Meningitis TB

b) Sistem kardiovaskuler

Secara teori pada kasus meningitis biasanya didapatkan adanya

peningkatan atau penurunan tekanan darah, nadi lemah yang

berlanjut dengan akral dingin, adanya sianosis serta capillary

refil time lebih dari 3 detik. Pada kasus klien Ny. A tidak

ditemukan penigkatan atau penurunan tekanan darah, volume

nadi, maupun sianosis. Dampak di atas biasanya terjadi pada

klien meningitis grade III dengan tanda-tanda syok, sedangkan

klien masuk ke rumah sakit pada grade II dan tidak berlanjut

pada grade III setelah mendapatkan perawatan dan pengobatan

selama 12 hari.

c) Sistem pencernaan

Pada sistem pencernaan secara konseptual ditemukan keluhan

gangguan refleks menelan akibat kerusakan atau kompresi pada

nervus vagus, mual akibat peningkatan kadar HCl, muntah

proyektil akibat peningkatan tekanan intrakranial. Pada kasus

klien Ny. A ditemukan adanya mual dan nafsu makan

menurun, keluhan ini lebih diakibatkan karena efek samping

dari pengobatan.

d) Sistem perkemihan

Secara konsep meningitis akan berdampak pada sistem

urinaria, yaitu terjadi retensi urine atau inkontinensia urine,

pada kondisi lebih lanjut akan terjadi albuminuria karena

95

Page 96: Askep Meningitis TB

proses katabolisme terutama jika dalam kondisi kaheksia. Pada

kasus klien Ny. A tidak terjadi retensi urine maupun

inkontinensia, karena klien terpasang dower kateter sehingga

keluhan retensi dan inkontinensia urine tidak dapat di kaji, dan

tidak didapatkan albuminuria.

e) Sistem muskuloskeletal

Pada konsep disebutkan terjadi kelemahan otot, akibat

kerusakan neuromuskuler yang akan berdampak pada

kelemahan fisik secara umum. Pada kasus klien Ny. A

ditemukan adanya kelemahan otot pada ekstremitas atas kiri,

selain itu terdapat nyeri pada sendi siku tangan sebelah kiri

yang disebabkan adanya proses peradangan akibat penyebaran

penyakit pada tulang (artritis tuberkulosis).

f) Sistem integumen

Secara konsep pada klien meningitis terdapat peningkatan suhu

tubuh dan kerusakan integritas kulit akibat tirah baring yang

lama, namun pada kasus klien Ny. A tidak ditemukan

peningkatan suhu tubuh hal ini dikarenakan klien sudah

mendapatkan perawatan dan pengobatan sehingga proses

infeksi sistemik yang dimanisfestasikan dengan hipertermia

tidak muncul, sedangkan gangguan integritas kulit klien akibat

tirah baring lama tidak terjadi karena klien sering melakukan

96

Page 97: Askep Meningitis TB

mobilisasi dengan cara merubah posisi tidur miring kekiri dan

kekanan.

g) Sistem persarafan

Pada sistem persarafan klien meningitis biasanya mengeluhkan

adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, tanda-tanda iritasi

meningen seperti kaku kuduk, brudzinski I-II, kernig dan

laseque, kerusakan nervus kranial II, III, IV, VI,VII, VII. Pada

kasus klien Ny. A tanda iritasi meningen yang masih ada yaitu

tanda laseque, dan kelumpuhan pada nervus VI sementara

tanda yang lainnya tidak ditemukan. Ini terjadi karena pada saat

pengkajian klien sudah mendapatkan perawatan dan

pengobatan selama 12 hari, sehingga proses infeksi pada sistem

saraf pusat sudah mengalami perbaikan. Akan tetapi pada

riwayat kesehatan sekarang ditemukan adanya tanda-tanda

diatas seperti nyeri kepala, kaku kuduk, Brudzinski I-II,

laseque, kernig dan penurunan kesadaran.

4) Pola Aktifitas Sehari-hari

(a) Nutrisi

Pada penyakit meningitis tuberkulosis secara konsep dapat

terjadi perubahan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang

disebabkan karena stimulasi nervus vagus sehingga klien

mengalami kesulitan dalam menelan, mual, muntah, nafsu

makan menurun. Selain itu pada klien meningitis dengan

97

Page 98: Askep Meningitis TB

kesadaran yang menurun merupakan indikasi pemasangan naso

gastrik tube (NGT) sehingga terjadi perubahan pola dalam

pemenuhan nutrisi. Pada kasus klien Ny. A saat dilakukan

pengkajian tidak terdapat kesulitan menelan, muntah proyektil,

pemasangan NGT. Adanya keluhan nafsu makan berkurang

dan mual lebih disebabkan akibat efek samping dari

pengobatan obat anti tuberkulosis (OAT), dibuktika dengan

klien merasa mualnya bertambah setelah minum obat anti

tuberkulosis.

(b) Eliminasi

Menurut konsep pada klien dengan infeksi meningitis dapat

terjadi retensi atau inkontinensia urine. Penulis tidak

menemukan adanya gejala tersebut karena klien terpasang

dower kateter sehingga gelala retensi dan inkontinensia sulit

dipantau.

Pada eliminasi BAB dapat ditemukan adanya konstipasi akibat

tirah baring yang lama berdasarkan konsep teori, namun tidak

ditemukan pada kasus klien Ny. A. Ini terjadi karena klien

sering melakukan mobilisasi ditempat tidur, dan konsumsi

nutrusi klien saat ini cukup mengandung serat.

(c) Istirahat tidur

Berdasarkan teori pada klien dengan meningitis dapat terjadi

gangguan tidur akibat adanya nyeri kepala dan sesak nafas

98

Page 99: Askep Meningitis TB

sebagai mecanoreseptor pada reticular activating system

(RAS). Pada kasus klien Ny. A tidak ditemukan adanya

keluhan gangguan tidur karena keluhan nyeri kepala dan sesak

nafas tidak dirasakan oleh klien.

(d) Personal hygiene

Pada klien dengan meningitis umumnya terjadi penurunan

kesadaran dan atau terdapat defisit neurologik fokal seperti

hemiplegi, hemiparese, pada ekstremitas yang dapat

mengganggu pergerakan klien sehingga klien tidak mampu

memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri. Kasus

klien Ny. A ditemukan adanya gangguan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene namun bukan akibat penurunan

kesadaran tetapi disebabkan oleh nyeri dan kelemahan pada

lengan kiri akibat artritis tuberkulosis dan ketakutan klien

untuk melakukan ADL.

5) Aspek Psikologis

Pada kasus klien Ny. A ditemukan adanya gangguan konsep diri

peran karena klien dirawat sudah cukup lama sementara klien

memiliki anak yang berusia 8 bulan.

6) Aspek Spiritual Dan Sosial

Menurut teori pada klien meningitis dapat mempengaruhi aspek

sosial dan spiritual klien seperti tidak tanggap terhadap aktifitas

lingkungan sekitar dan sering kali tidak menerima keadaannya,

99

Page 100: Askep Meningitis TB

serta harapan sembuh yang kurang. Pada kasus Ny. A tidak

didapatkan gejala-gejala diatas, klien dapat bersosialisasi dengan

baik diruangan, klien juga masih memiliki harapan kesembuhan

yang tinggi, hal ini karena dukungan dari suami (support system)

dan koping klien diterganggu karena klien tampak sudah menerima

keadaan sakitnya.

7) Data Penunjang

Secara teotitis data penunjang yang biasa ditemukan pada klien

dengan meningitis adalah sebagai berikut :

a) Pada pemeriksaan laboratorium terdapat leukosit yang

meningkat

b) Pemeriksaan lumbal punksi ditemukan adanya peningkatan

jumlah sel, peningkatan protein,dan penurunan kadar gula LCS.

c) Pada thorak foto ditemukan adanya infeksi saluran pernapasan

d) Pada pemeriksaan CT-Scan terdapat kelainan otak

Pada klien Ny. A tidak ditemukan peningkatan leukosit, foto

thorak ditemukan adanya infeksi TBC millier, pemeriksaaan

lumbal punksi ditemukan adanya penigkatan kadar protein,

jumlah sel , dan penurunan glukosa liquor.

b. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan konsep yang ada kemungkinan diagnosa yang muncul

pada klien dengan meningitis adalah :

100

Page 101: Askep Meningitis TB

1) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan

tingkat kesadaran.

2) Gangguan keseimbangan suhu tubuh, hiperthermi berhubungan

dengan proses inflamasi.

3) Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan

tirah baring lama.

4) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak

akibat kelemahan atau kerusakan neuromuskuler.

5) Gangguan rasa aman: cemas keluarga berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan

akhir dirumah.

6) Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses

invasi kuman patogen secara hematogen.

7) Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan

penurunan kesadaran.

8) Resiko tinggi terhadap injuri/trauma berhubungan dengan adanya

kejang akibat iritasi kortek serebral.

9) Resiko tinggi kekurangan volume cairan: dehidrasi

berhubungan dengan kehilangan cairan, penurunan masukan oral

dan peningkatan suhu tubuh.

Pada kasus Ny. A penulis menemukan tujuh diagnosa keperawatan,

dua diantaranya sesuai dengan teori, yaitu :

101

Page 102: Askep Meningitis TB

1) Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan masuk dan

aktifnya mikroorganisme dalam tubuh.

2) Gangguan asupan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual dan anoreksia.

Diagnosa yang tidak sesuai dengan konsep rencana asuhan

keperawatan pada klien meningitis adalah :

1) Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan

dengan keterbatasan aktifitas akibat nyeri dan kelemahan fisik.

2) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya proses

peradangan pada tulang.

3) Resiko infeksi traktus urinarius berhubungan dengan terpasangnya

dower kateter sebagai portal of entry bagi mikro organisme.

4) Resiko drop out pengobatan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan klien tentang perawatan dan aturan pengobatan

penyakitnya.

5) Gangguan konsep diri : peran berhubungan dengan hospitalisasi

Diagnosa keperawatan pada kasus Ny. A yang tidak diangkat

berdasarkan teori yaitu:

1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan

tingkat kesadaran. Karena pada saat pengkajian kesadaran klien

dalam keadaan kompos mentis, dan tidak didapatkan akumulasi

sekret sehingga tidak ditemukan adanya gangguan pola nafas.

102

Page 103: Askep Meningitis TB

2) Gangguan keseimbangan suhu tubuh, hipertermi berhubungan

dengan proses inflamasi. Tidak diangkat karena pada klien Ny. A

saat dilakukan pengkajian tidak terdapat peningkatan suhu tubuh.

3) Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan

tirah baring lama. Tidak diangkat karena pada saat dikaji klien

tidak terdapat tanda-tanda gangguan integritas kulit, walaupun

klien aktifitasnya di tempat tidur klien sering merubah posisi nya

sendiri.

4) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak

akibat kelemahan atau kerusakan neuromuskuler. Pada klien Ny. A

tidak diangkat karena sudah tercakup dalam diagnosa gangguan

ADL.

5) Gangguan rasa aman: cemas keluarga berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan

akhir dirumah. Tidak diangkat karena klien tidak terdapat data

yang mengarah pada kecemasan karena ketidaktahuan terhadap

penyakitnya, penulis mengangkat ketidak tahuan terhadap

penyakitnya pada diagnosa resiko drop out pengobatan.

6) Resiko tinggi terhadap injuri/trauma berhubungan dengan adanya

kejang akibat iritasi kortek serebral. Tidak diangkat karena klien

tidak mengalami kejang maupun penurunan kesadaran.

7) Resiko tinggi kekurangan volume cairan: dehidrasi

berhubungan dengan kehilangan cairan, penurunan masukan oral

103

Page 104: Askep Meningitis TB

dan peningkatan suhu tubuh. Tidak diangkat karena klien dapat

minum melalui oral, dan mendapatkan masukan cairan melalui

intra vena. Selain itu klien tidak mengalami peningkatan suhu

tubuh dan hiperventilasi.

2. Perencanaan

Pada tahap ini penulis menyusun rencana tindakan untuk

memecahkan masalah yang ada disesuaikan dengan kemampuan, situasi,

dan kondisi dasar temuan dilapangan dengan tetap mengacu pada konsep

teori perencanaan.

Perencanaan yang disusun oleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Pada diagnosa keperawatan yang

pertama penulis menetapkan rencana tindakan agar klien dilakukan

isolasi untuk mencegah penularan terhadap klien lain. Selain itu

klien dianjurkan untuk menggunakan masker namun karena

keterbatasan sarana klien hanya menutup mulut saat klien batuk.

Untuk mencegah penyebaran infeksi pada organ lain klien

dianjurkan untuk minum obat secara teratur.

b. Diagnosa keperawatan yang ke-2

penulis menetapkan tujuan jangka pendek yaitu agar asupan nutrisi

klien sesuai dengan kebutuhan, dengan cara menghilangkan faktor-

faktor yang diduga sebagai penyebab serta membantu meningkatkan

nafsu makan klien dengan melakukan oral hygiene dan modifikasi

104

Page 105: Askep Meningitis TB

teknik penyajian. Sehingga rencana tujuan dapat dicapai dalam

waktu 4 hari dengan indikator keberhasilan klien dapat

menghabiskan porsi makan yang telah ditetapkan.

c. Pada diagnosa keperawatan ke-3

penulis menetapkan tujuan agar kebutuhan ADL klien terpenuhi,

dengan mengoptimalkan kemampuan klien. Sehingga perawat hanya

memfasilitasi klien dalam memenuhi kebutuhan ADL-nya dan

menolong klien sebatas ketidakmampuannya. Adapun kriteria

waktunya penulis menetapkan satu hari, karena setelah intervensi

masalah klien teratasi sesuai tujuan jangka pendek.

d. Penetapan tujuan jangka pendek

pada diagnosa yang ke-4 lebih ditekankan pada kemampuan klien

beradaptasi dengan nyeri, bukan menghilangkan nyeri karena nyeri

yang dirasakan klien bersifat kronis. Penetapan waktu 5 hari karena

tujuan penulis tidak menghilangkan nyeri tetapi mengadaptasikan

klien dengan nyeri.

e. Tujuan pada diagnosa

keperawatan ke-5 agar tidak terjadi infeksi traktus urinarius, penulis

menetapkan tindakan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

klien. Merencanakan pengangkatan dower kateter karena klien sudah

sadar dan dapat mengontrol keinginan miksi sekaligus

menghilangkan portal of entry bagi mikro organisme, sehingga

105

Page 106: Askep Meningitis TB

penulis menentukan pecapaian tujuan dalam waktu 2 hari untuk blast

training yang dilanjutkan dengan pengangkatan dower kateter.

f. Pada diagnosa keperawatan yang

ke-6 tujuan jangka pendek penulis agar pengetahuan klien

bertambah, diharapkan klien mengerti tentang penyakit, perawatan

dan pengobatannya sehingga klien dengan kesadaran sendiri

menghindari drop out selama program pengobatan, selain itu

melibatkan keluarga sebagai support system bagi klien. Penulis

dalam diagnosa keperawatan ini menetapkan kriteria waktu 1 hari

karena tujuan jangka pendeknya adalah menekankan pada perubahan

aspek kognitifnya.

g. Tujuan jangka pendek pada

diagnosa keperawatan yang ke-7 yaitu agar klien mengerti tentang

maksud dan tujuan dari perawatan klien di rumah sakit, dengan

harapan klien dapat beradaptasi terhadap perubahan peran yang

dialaminya. Penulis menetapkan kriteria waktu hanya satu hari,

karena ini dapat di atasi dengan komunikasi terapeutik sehingga

klien mengerti maksud dan tujuan hospitalisasi.

3. Pelaksanaan

Tahap pelaksaanaan adalah tindak lanjut dari perencanaan

keperawatan. Dalam merawat klien dengan resiko penyebaran infeksi

106

Page 107: Askep Meningitis TB

seharusnya klien dilakukan isolasi, hal ini tidak dapat dilakukan karena

tidak terdapat fasilitas di ruangan.

Pada masalah pemenuhan kebutuhan ADL klien, penulis melakukan

intervensi dengan pendekatan konsep keperawatan dari Orem, dimana

klien diberikan kesempatan untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri

dan perawaaat memberikan bantuan sesuai dengan tingkat ketergantungan

klien.

4. Evaluasi

Pada saat melakukan evaluasi akhir, dari tujuh masalah yang diangkat

semua dapat diselesaikan sesuai dengan kriteria tujuan jangka pendek

karena perawatan dan pengobatan yang diberikan kepada klien adekuat

serta didukung oleh motivasi yang kuat dari klien dan keluarga.

107

Page 108: Askep Meningitis TB

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan

gangguan sistem persarafan akibat meningitis tuberkulosis di ruang 19 A

perawatan penyakit saraf wanita Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin

Bandung yang dilaksanakan selama 5 hari mulai tanggal 08 Agustus sampai

dengan tanggal 12 Agustus 2005 dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dari setiap tahap

proses keperawatan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pada klien dengan gangguan sistem persarafan : meningitis tuberkulosis

perlu dilakukan secara menyeluruh walaupun keadaan umum klien sudah

membaik, karena diagnosa keperawatan tidak tergantung pada diagnosa

medik. Klien yang secara klinis menunjukan perbaikan tidak menutup

kemungkinan masalah keperawatan yang muncul diluar rencana asuhan

keperawatan menurut konsep akan lebih kompleks, karena keunikan

108

Page 109: Askep Meningitis TB

individu dalam merespon perubahan fungsi tubuhnya. Selain itu ada

beberapa diagnosa keperawatan yang seharusnya tidak perlu muncul

apabila klien mendapatkan informasi yang jelas dan benar tentang

penyakit, cara perawatan dan pengobatannya.

2. Perencanaan

Dalam menyusun rencana keperawatan yang diberikan pada klien

dengan gangguan sistem persarafan harus disesuai dengan kemampuan,

kondisi dan sarana yang ada dengan tetap berorientasi pada masalah

klien, agar rencana keperawatan tersebut dapat dilaksanakan baik oleh

perawat maupun oleh klien dan keluarganya, serta dapat mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan dari rencana keperawatan

yang telah disusun oleh penulis hampir seluruhnya dapat dilaksanakan,

walaupun ada beberapa rencana yang tidak dapat dilakukan karena

keterbatasan sarana seperti memisahkan klien pada ruangan tersendiri

untuk menghindari adanya penularan kepada klien lain. Selain itu

keadaan klien yang sudah membaik merupakan faktor pendukung untuk

memandirikan klien sesuai dengan kemampuannya, karena ini akan

mengurangi tingkat ketergantungan klien terhadap orang lain sehingga

akan mengurangi perasaan tidak berdaya pada diri klien dan perawat

tidak melakukan tugasnya sebagai rutinitas.

3. Pelaksanaan

109

Page 110: Askep Meningitis TB

Pada tahapan ini penulis melakukan tindakan keperawatan kepada

klien Ny.A sesuai dengan rencana yang telah dibuat dengan melibatkan

klien dan keluarga secara aktif. Penulis tidak menemukan banyak

hambatan dalam melakukan tindakan keperawatan. Sebagai faktor

pendukung kelancaran pelaksanaan tindakan karena adanya dukungan

dari seluruh perawat ruangan.

Pada pemasangan alat yang invasif perawat perlu tanggap terhadap

respon klien akibat pemasangan alat tersebut dan disesuaikan dengan

indikasi dan kebutuhan klien sehingga tidak mengurangi kenyamanan

klien dan menghindari dampak negatif dari pamasangan alat tersebut,

misalnya pemasangan dower kateter.

4. Evaluasi

Masalah-masalah keperawatan yang terdapat pada klien Ny. A

semuanya sudah dapat diatasi sesuai dengan kriteria evaluasi pada

tujuan jangka pendek yang ditetapkan oleh penulis, tercapainya tujuan

ini karena adanya kerjasama dengan klien, keluarga dan tim kesehatan

yang lain.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis merekomendasikan

beberapa hal diantaranya :

1. Perawat ruangan diharapkan memberikan informasi secepatnya kepada

klien setelah diagnosa ditegakkan, mengingat penyakit klien adalah

110

Page 111: Askep Meningitis TB

penyakit menular sehingga resiko penularan penyakit pada orang lain

dapat dicegah sedini mungkin.

2. Perawat harus cepat tanggap terhadap respon klien akibat pemasangan

alat invasif yang sebetulnya tidak diperlukan lagi seperti pemasangan

dower kateter.

3. Dalam melakukan tindakan perlu untuk memandirikan klien sesuai

dengan kemampuannya apabila tidak ada kontra indikasi medik untuk

menghindari perasaan tidak berdaya pada diri klien.

4. Rumah sakit perlu mempertimbangkan adanya ruang isolasi di

ruang 19 A, karena diantara penyakit saraf non bedah terdapat

penyakit menular dan tidak menular.

111