MENGAPA SAYA LAYAK SEBAGAI GURU...

51
Bab I Latar Belakang 1.Motivasi yang Mendasari Keinginan untuk Mengikuti Seleksi Guru berprestasi Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru tidak hanya memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi siswa, keluarga maupun masyarakat. Semula saya tidak percaya bahwasannya sayalah yang dijadikan salah satu kandidat dari guru berprestasi yang akan mewakili sekolah saya. Dari ketiga guru yang telah ditunjuk oleh kepala sekolah untuk mewakili sekolah kami, hanya saya yang tidak menjawab ketika kami ditanya satu persatu apakah kami sanggup untuk diajukan sebagai wakil sekolah untuk 1

Transcript of MENGAPA SAYA LAYAK SEBAGAI GURU...

MENGAPA SAYA LAYAK SEBAGAI GURU BERPRESTASI

PAGE

Bab I

Latar Belakang

1. Motivasi yang Mendasari Keinginan untuk Mengikuti Seleksi Guru berprestasi

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru tidak hanya memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi siswa, keluarga maupun masyarakat. Semula saya tidak percaya bahwasannya sayalah yang dijadikan salah satu kandidat dari guru berprestasi yang akan mewakili sekolah saya. Dari ketiga guru yang telah ditunjuk oleh kepala sekolah untuk mewakili sekolah kami, hanya saya yang tidak menjawab ketika kami ditanya satu persatu apakah kami sanggup untuk diajukan sebagai wakil sekolah untuk maju Seleksi Guru Berprestasi.. Saya tidak langsung menjawab ketika saya ditanya hal yang sama. Saya berpikir sesaat. Kalau saya jawab ’tidak mau’, itu kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali. Itu dapat dijadikan pengalaman hidup. Tapi kalau saya menjawab ’ya’, konsekuensinya saya harus melengkapi segala persyaratan lomba, yaitu : portofolio, makalah, test tertulis, test wawancara, dan presentasi. Terus terang saya merasa agak ragu ketika saya menjawab sanggup atas tawaran itu. Banyak hal yang harus saya persiapkan, khususnya pembuatan portofolio yang belum pernah saya lakukan.

Tugas dari Kepala Sekolah serta dorongan dari teman-teman guru lah yang membuat saya berani untuk menerima tantangan ini. Motivasi dari kepala Sekolah, teman-teman, serta keluarga yang membuat saya semangat untuk ikut serta dalam seleksi guru berprestasi tahun 2015. Seberat apapun beban yang harus saya pikul, sesulit apapun tugas yang harus saya kerjakan,Insya Allah akan terasa ringan dan mudah apabila kita mengerjakannya dengan tulus dan senang. ”Dimana, ada keinginan, pasti ada jalan”, itulah motto yang selalu saya pegang dan gunakan dalam kehidupan saya selama ini. Apapun tugas yang diberikan pada saya, Insya Allah saya akan melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Karena dengan mengikuti seleksi ini sebagai wahana meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya mewujudkan pendidikan yang bermutu sebagai seorang guru/pendidik. Masalah berhasil dan tidak berhasil itu urusan yang di Atas , semuanya kita wajib iktiar Allahlah yang menentukan.

2. Visi dan Misi Hidup dan Kehidupan Sebagai Guru

Setiap orang punya visi dan misi hidup yang berbeda-beda sesuai dengan profesinya masing-masing. Begitu pula dengan saya. Visi saya sebagai guru adalah “Beribadah” dan Visi saya adalah “Menjadi manusia yang bermanfaat terhadap sesama”. Untuk mewujudkan visi dan misi saya itu, ada beberapa tujuan yang saya lakukan antara lain : (1) Menciptakan manusia yang bertaqwa, cerdas, terampil, disiplin dan berbudi luhur’ (2) Meningkatkan kesadaran siswa dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Misalnya dengan membaca doa secara nyaring sebelum pelajaran pada jam pertama dimulai, menyisipkan salah satu ajaran agama di sela-sela pelajaran saya yang kira-kira sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat itu. (3) Menyampaikan materi pelajaran dan ilmu pengetahuan yang saya punya kepada siswa dengan metode dan model pembelajaran yang inovatif, kreatif, bervareatif, dan menyenangkan. (4) Membudayakan pembiasaan-pembiasaan yang baik kepada siswa, misalnya ; disiplin, membiasaakan budaya antri, menjaga kebersihan dan kesehatan, meja dan kursi harus tertata rapi, papan tulis bersih dari tulisan, setiap akan memulai pelajaran, lantai bebas dari sampah, membiasakan anak untuk merapikan rambut, baju, sepatu, kaos kaki, serta ikat pinggang sebelum pelajaran dimulai. Murid menyapa dengan sopan setiap bertemu dengan guru di manapun berada. Berjabat tangan sehabis jam pelajaran terakhir usai. (5) Menumbuhkan kreatifitas dan keberanian siswa untuk mengemukan pendapat dan berkarya.(6) Memotivasi siswa untuk selalu belajar dan meningkatkan prestasinya. (7) Berperan aktif dalam melaksanaan program-program sekolah.

Bab II

Prestasi yang Layak Menjadikan Saya Sebagai Guru Berprestasi

1. Prestasi

Pemilihan guru berprestasi dimaksudkan antara lain untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan prestasi kerjanya pada era global ini. Prestasi kerja tersebut akan terlihat dari kualitas lulusan satuan pendidikan sebagai SDM yang berkualitas, produktif, dan kompetitif.

Tidak banyak prestasi kinerja yang telah saya peroleh selama saya menjadi guru. Prestasi yang saya miliki selama menjadi guru adalah: (1) Membimbing siswa dalam persiapan lomba popda cabang olahraga Tolak Peluru menjadi juara I tingkat Kabupaten. (2) Membimbing siswa dalam persiapan lomba cabang olahraga Bola Voli menjadi juara 3 tingkat Kabupaten, (3) Membimbing siswa dalam persiapan lomba Popda cabang olahraga atletik nomor Lempar Lembing menjadi juara I tingkat Kabupaten. (4) Menjadi pembantu kepala sekolah. (5) Menjadi Wakil Kepala Sekolah sejak tahun 2003 s.d sekarang. (6) Menjadi Ketua MGMP Penjasorkes Pokja II. (7) Menjadi Instruktur Nasional dalam Implementasi Kurikulum 2013. (8) Menjadi guru pendamping pelaksanaan kurikulum 2013.(9) Lulus ujian nasional pengadaan barang dan jasa pemerintah.

2. Pengalaman Kerja Sebagai Guru

Pepatah mengatakan, pengalaman adalah guru yang baik, suka dan duka menjadi seorang guru menempa diri saya untuk maju dan siap menghadapi tantangan. Pada tahun 1987, ketika itu saya sudah lulus SGO, mengikuti seleksi UMPTN tidak diterima akhirnya saya ditawari untuk membantu mengajar di SD Negeri 02 Waru, Kecamatan Kebakkramat, yang pada saat itu kekurangan guru Penjasorkes. Tahun berikutnya saya ikut mendaftarkan lagi ke UMPTN saya diterima di FKIP UNS. Lulus D2 POK FKIP UNS tahun 1990, melanjutkan studi D3 POK FKIP UNS lulus tahun 1991, melanjutkan S1 POK, FKIP UNS lulus 1993. Mulai tahun 1993 -1997 saya mengajar di SMP PGRI 1 Surakarta. Tahun 1994-1998 saya mengajar di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 1997 saya diangkat menjadi CPNS dan tahun 1998 diangkat menjadi PNS sampai dengan sekarang ditempatkan SMP Negeri 3 Mojogedang.

Walaupun sekolah itu jauh dari perkotaan dan berada di daerah pedesaan, termasuk daerah lingkungan yang pendidikannya kurang maju, namun saya nikmati dengan senang hati dalam melaksanakan tugas dinas. Banyak sekali suka dan duka selama menjadi guru di SMP Negeri 3 Mojogedang.

Sembilan belas tahun saya mengajar di SMP Negeri 3 Mojogedang. Suka duka saya lewati dengan senang hati. Banyak hal yang dapat saya peroleh dari sana. Rasa persaudaraan yang sangat erat yang terjalin diantara kami, meninggalkan kenangan-kenangan indah yang tidak terlupakan. Pengalaman-pengalaman yang sangat berguna bagi saya dalam melaksanakan tugas saya sebagai Guru. Daerah pinggiran yang tandus, jalan yang jelek kalau hujan dan sulit air, membentuk kami menjadi manusia-manusia yang lebih ulet, pekerja keras dan tahan banting, tak kenal putus asa.

Pengalaman selama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai dan mengevaluasi di SMP Negeri 3 Mojogedang selama 19 tahun dapat menempa diri saya menjadikan ke arah pendidik yang profesional.

Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, saya tidak hanya memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi siswa, keluarga maupun masyarakat. Selaras dengan kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas pembangunan nasional, maka kedudukan dan peran guru semakin bermakna strategis dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas dalam menghadapi era global.

3. Prestasi dalam Pengembangan Profesi

Guru yang memiliki kompetensi profesional tercermin dari tingkat penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

Selama menjadi Pengurus MGMP Pokja II Kabupaten Karanganyar yaitu sebagai Ketua, Saya dan teman-teman pengurus dan guru-guru yang lain membuat LKS dari kelas VII sampai Kelas IX. LKS ini berisi lembar kerja untuk membantu proses pembelajaran, dan soal-soal latihan. Menyusun buku modul Penjasorkes untuk kalangan sendiri, membuat buku pedoman Guru dan membuat Penelitian tindakan Kelas

4. Prestasi dalam Aktivitas Pembimbingan Siswa

Prestasi dalam aktivitas pembimbingan siswa yang pernah saya peroleh antara lain:

a. Membimbing siswa dalam persiapan seleksi POPDA tingkat kabupaten cabang olahraga atletik nomor Tolak Peluru berhasil juara I atas nama Andi Irawan dan maju mewakili seleksi di tingkat propinsi tidak mendapat juara.

b. Membimbing siswa dalam persiapan seleksi POPDA tingkat kabupaten cabang olahraga atletik nomor Lompat Jauh berhasil sebagai juara juara II atas nama Pahit

c. Membimbing siswa dalam persiapan seleksi POPDA tingkat kabupaten cabang olahraga bola Voli berhasil sebagai juara III.

d. Membimbing siswa dalam persiapan seleksi POPDA tingkat kabupaten cabang olahraga atletik nomor Lempar Lembing berhasil sebagai juara I atas nama Rian Adi Saputro tahun 2015

Bab III

Prestasi dalam Berkeluarga dan Bermasyarakat

1. Prestasi dalam Keluarga

Saya dilahirkan dari keluarga buta huruf, bapak dan ibu saya seorang petani tapi tidak punya sawah, hanya sebagai buruh tani. Bapak dan Ibu sudah meninggal. Jumlah saudara saya ada 4 orang , dua orang kakak saya juga tidak sekolah, kakak saya yang satu hanya lulus SD, adik saya tamat SMA. Alhamdulillah Allah memberi kesempatan kepada saya dapat menyelesaikan sampai perguruan tinggi, ini termasuk prestasi yang luar biasa buat keluaraga.

Saya menikah pada tahun 1996 Alhamdulillah Selama 19 tahun usia perkawinan kami dikaruniai 1 putra dan 1 putri. Anak pertama sudah sekolah di SMAN Mojogedang, yang kedua sekolah di SMPN 1 Kebakkramat. Istri bekerja sebagai Guru SDN 02 Kemiri, Kecamatan Kebakkramat.

2. Prestasi dalam Bermasyarakat

Prestasi dalam masyarakat antara lain:

a. Menjadi Ketua Karang Taruna Tk Dusun mulai tahun 1984 s.d 1994

b. Menjadi Ketua Karang Taruna Tk Desa Waru mulai tahun 1988 s.d 1993

c. Menjadi Menjadi Wakil Ketua BPD Desa Waru tahun 2001 s.d 2012

d. Menjadi sekretaris BPD desa Waru tahun 2012 Sekarang

e. Menjadi Koordinator BKM Waru tentram tahun 2007 s.d 2012

f. Menjadi Pengurus Masjid sebagai Ketua

g. Menjadi BP Koperasi KPN “ Sejahtera” SMPN 3 Mojogedang

h. Menjadi Pengurus PHBI Desa Waru

Bab IV

Harapan dan Rencana Kegiatan Masa Datang

1. Harapan dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan

Sebagai salah satu pendidik dan pengajar, saya sangat berharap agar kualitas pendidikan di SMP Negeri 3 Mojogedang dapat meningkat terus baik prestasi akademik maupun non akademik. Ini dapat dilihat dari tingkat kelulusan seratus persen setiap tahunnya, mereka tidak hanya lulus tetapi dapat melanjutkan sekolah mereka dan menjadi orang-orang yang berhasil dalam hidupnya. Mereka dapat menularkan serta mengembangkan ilmu yang mereka peroleh kepada orang lain. Sistem Pendidikan menjadi lebih baik, menguntungkan anak dan tidak memperbodoh anak. Sistem Pendidikan yang tidak menanamkan kebohongan pada anak dan para guru.

Sebagai salah satu warga negara Indonesia, saya berharap agar usaha saya dalam mencerdaskan bangsa tercapai dan tidak sia-sia. Pemerintah dapat menggunakan dana pendidikan yang begitu besar betul-betul dipergunakan dengan benar untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

2. Rencana dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan

Dalam upaya mewujudkan harapan tersebut saya sebagai bagian dari SMP Negeri 3 Mojogedang punya rencana untuk meningkatkan kualitas pendidikan baik akademik maupun non akademik antara lain : (a) Membuka akses yang seluas-luasnya untuk mendapatkan input yang sebaik-baiknya. (b) Memenuhi sarana prasarana pendukung dalam pelayanan (c) Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (d) Didukung sumber pembiayaan yang memadahi. (e) Meningkatkan kemanpuan /kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.

Penutup

Demikian apa yang dapat saya sampaikan pada makalah ini. Banyak kekurangan yang telah kami buat dalam penyusunan makalah ini. Kritik ataupun saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat memenuhi Persyaratan Seleksi Guru Berprestasi Kabupaten Karanganyar Tahun 2015. Amin...

MENGAPA SAYA LAYAK

SEBAGAI GURU BERPRESTASI

Makalah

Diajukan Oleh :

Nama

: Supardi, S.Pd.

NIP

: 19680808 199703 1 004

NUPTK

: 1140-7466-4820-0013

Nama Sekolah: SMP N 3 Mojogedang

Kabupaten/Kota: Karanganyar

Provinsi

: Jawa Tengah

SMP NEGERI 3 MOJOGEDANG

KABUPATEN KARANGANYAR

TAHUN 2015

ILMU JIWA SANGAT DIBUTUHKAN OLEH SEORANG GURU

A. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah mrupakan salah satu sarana yang sangat menentukan untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Titik berat pembangunan pendidikan diletakan pada peningkatan mutu dan perluasan pendidikan menengah. Wajib belajar, atau yang dalam bahasa inggris disebut Compulsive Education, dimaksudkan sebagai kewajiban (compulsion) bagi setiap orang tua untuk menyekolahkan anaknya pada usia tertentu dan pada tingkat sekolah tertentu. Di indonesia, secara konkret telah dicanangkan wajib belajar 9 tahun. Jadi semua anak Indonesia wajib dan harus menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun dari kelas satu Sekolah Dasar sampai kelas sembilan Sekolah Menengah Tingkat Pertama.

Strategi dan kebijaksanaan pemerintah yang demikian mengundang tanggung jawab yang tidak ringan kepada semua pihak. Baik pemerintah, masyarakat, orang tua dan Guru, harus ada keterpaduan yang saling menunjang. Beban bagi pemerintah harus mampu menyediakan semua fasilitas pendidikan. Misalnya gedung sekolah, perabot-perabot pendidikan, Guru, buku-buku bacaan yang relevan dan sebagainya.

Selanjutnya, yang lebih diutamakan dalam hubungannya dengan tulisan ini, adalah bagaimana untuk meningktkan kualitas tenaga pendidik atau Guru. Walau keberhasilan pendidikan bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab Guru, namun Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan kesuksesan dalam usaha menegakkan dan melancarkan kegiatan pendidikan. Bahkan secara formal., guru adalah penanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan pendidikan. Untuk dapat berperan sebagaimana yang diharapakan oleh Tujuan Pendidikan Nasional, guru perlu memiliki berbagai ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam dalam bidang edukatif sesuai dengan tugasnya, dan dalam bidang ilmu pengetahuan populer yang dapat dijadiakan penunjang pelaksanaan tugasnya sebagai Guru. Salah satu dari sekian banyak ilmu pegetahuan yang dapat membantu melancarkan proses belajar-mengajar di Sekolah, adalah ilmu pengetahuan tentang Psikologi Pendidikan, yang di dalamnya disamping mempelajari prasyarat-prasyarat bagi aktivitas belajar di sekolah, juga mempelajari tentang kehidupan atau perkembangan jiwa anak. Dengan demikian, pendidkan yang diberikan akan sesuai dengan kebutuhannya dan lebih jauh akan menarik perhatian serta minat mereka.

Kemudian jauh sebelumnya yang harus kembali ditelaah oleh teman-teman Guru, bahwa di dalam proses belajar-mengajar di kelas atau di sekolah, Guru adalah sebagai pendidik. Dengan hubungannnya dengan ini para ahli dibidangnya banyak memberikan batasan, bahwa Pendidik itu adalah: ”orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bantuan atau pertolongan kepada anak didik dalam melaksanakan tugas perkembangan jasmani dan rokhaninya agar mencapai kedewasaan”. Dengan kedewasaannya itu sehingga mereka mampu berdiri sendiri, mampu memecahkan persoalan sendiri dan mampu memenuhi tugasnya sebagai pribadi atau individu. Selanjutnya, yang disebut Anak Didik adalah: ”subyek yang belum dewasa, yang masih membutuhkan bantuan dan pertolongan dari orang dewasa, agar ia mampu berkembang dan tumbuh kearah dewasa tanpa banyak menjumpai hambatan-hambatan”. (W.S. Winkel dalam bukunya ”Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar”).

Bertitik tolak dari fungsi dan peranannya yang berat tetapi mulia itu, maka seorang Guru dituntut suatu sikap mental yang penuh dedikasi, tanggung jawab, kreatif dan dinamis. Tuntutan sikap mental yang demikian, sebagai konsekuensi logis terhadap tugas yang diembannya, dan sekaligus untuk mempertahankan prestise sesuai dengan predikat yang disandangnya yakni sebagai ”Pendidik”. Kembali kepada batasan di atas, kita dapat mengambil keputusan lebih dalam, bahwa tugas guru tidak sekedar memberikan pelajaran atau mengajar, melainkan lebih dari itu memberikan pendidikan atau mendidik. Mendidik ialah:”adanya usaha yang konsepsional dari orang dewasa untuk diberikan kepada anak yang sedang dalam proses berkembang kearah kedewasaan”.

Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, Guru perlu mengenal murid-muridnya bukan hanya pada lahiriahnya saja, melainkan juga apa yang tersembunyi di dalamnya sebagai naluriah anak. Misalnya: kesulitan-kesulitan apa yang mereka hadapi, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka kehendaki, dan sebagainya. Kesemuanya mendorong kita untuk mempelajari dan memahami tingkah laku mereka, agar diperoleh suatu pengertian tentang motif-moif atau alasan-alasan mengapa mereka berbuat demikian. Untuk mengenal akan hal yang dimaksud, diperlukan banyak pengetahuan antara lain pengetahauan tentang pernyataan-pernyataan atau gejala-gejala jiwa yang mewarnai kehidupan anak (manusia).

B. PENGERTIAN ILMU JIWA ATAU PSIKOLOGI

Ilmu jiwa atau Psikologi ini berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu: Psyche yang berarti ”Jiwa” dan Logos yang berarti ”Ilmu”. Orang sering beranggapan bahwa Psikologi itu adalah: Ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. R.S. Woodworth dalam hubungannya dengan Psikologi, mendefinisikan bahwa Psikologi itu adalah: ”Ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia”. Artinya yang dipelajari dalam psikologi hanyalah kenyataan-kenyataan yang nampak pada diri manusia sebagai akibat adanya jiwa tersebut. Kenyataan-kenyataan inilah yang kemudian disebut kegiatan (activity). Kegiatan-kegiatan manusia itu menimbulkan adanya tingkah laku, yang kemudian dapat dilihat setiap manusia bertingkah laku dengan beraneka ragam. Ini semua bersumber dari kegiatan jiwa manusia itu sendiri. Jiwa adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi penggerak dan pengatur sekalian laku, perasaan, pikiran dan kemauan seseorang serta yang memberi corak kepadanya. Disinilah arti pentingnya kita mempelajari kehidupan manusia bukan hanya dari segi biologis saja tetapi juga segi psikologis.

Dari uarian di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Ilmu Jiwa adalah: ”Ilmu yang mempelajari atau menyelidiki pernyataan-pernyataan jiwa, yang nampak dalam hubungannya dengan tubuh, atau gejala-gejala jiwa yang nampak sebagai gerak-gerik, baik yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dirinya sendiri, maupun atas dasar rangsangan (stimulus) dari manusia atau lingkungan lain, yang dutujukan sebagai jawaban (respon) dari aksi tersebut.

C. PSIKOLOGI PENDIDIKAN (EDUCATIONAL PSYCHOLOGY)

1. Pengertian Psikologi Pendidikan

Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang memperbincangkan segi-segi psikologis dari pada situasi pendidikan. Karen yang dipermasalahkan segi-segi psikologis dalam kaitannya dengan situasi pendidikan, maka dapat dikatakan juga :

a. Psikologi pendidikan merupakan penerapan psikologi dalam praktek pendidikan.

b. Psikologi pendidikan merupakan ilmu yang dipraktekkan dan merupakan pengabdian psikologi di dalam lapangan pendidikan.

2. Tugas dan Peranan Psikologi Pendidikan

a. Mempelajari tingah laku manusia (anak didik) dan perubahan-perubahan tingkah laku itu sebagai akibat dari proses pendidikan, dan berusaha bagaimana suatu tingkah laku seharusnya diubah dan dibimbing melalui pendidikan.

b. Mempelajari, menganalisa, menerangkan dan membimbing proses pendidikan sedemikian rupa sehingga mendapatkan suatu sitem mendidik yang efisien.

3. Daerah Psikologi Pendidikan

Daerah dari pada Psikologi Pendidikan meliputi empat lapangan pokok, yakni :

a. Pertumbuhan dan Perkembangan.

Yang dibicarakan antara lain :

1) Heredity dan linkungan

2) Perlengkapan dasar dan ajar

3) Teori-teori tentang perkembangan

4) Prinsip-prinsip perkembangan

5) Perbedaan individuil

b. Masalah Belajar.

Yang dibicaraka antara lain :

1) Proses belajar

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

3) Teori tentang belajar

4) Type belajar

5) Metode belajar

6) Alat-alat perlengkapan belajar

c. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counselling).

Yang dibicarakan antara lain :

1) Dasar-dasar dan tujuan B dan P

2) Mental Hygiene

d. Pengukuran dan Penilaian.

Yang dibicarakan antara lain :

1) Prinsip-prinsip dari pada testing

2) Faedah testing

3) Testing dan pengukuran

4) Pengukuran kecerdasan, hasil belajar, dst.

D. PENTINGNYA PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI GURU

Tidak seorangpun yang sempat menikmati pendidikan yang tidak pernah terikat dengan Guru, betapapun tinggi rendahnya pendidikan itu. Karenanya, banyak sekali harapan yang dibebankan kepada Guru. Lebih-lebih bagi oang tua yang kurang pendidikan , kepada Gurulah segala sesuatunya ditumpahkan, dan senantiasa di andalkan supaya anak-anak mereka dididik, hingga kelak menjadi manusia yang pandai, berguna bagi dirinya sendiri, berguna bagi masyarakat, negara dan bangsa.

Demikian besar tanggung jawab Guru, yang didalam pengabdiannya selalu dihadapkan kepada dua peran ganda yang tak terpisahkan. Disatu pihak, Guru sebagai pembentuk intelektualitas serta mencerdaskan anak. Di pihak lain, Guru sebagai pembentuk kebribadian anak,agar nantinya menjadi anak yang berakhlak mulia, berbudi luhur, berwatak kesatria dan berjiwa Pancasila.

Untuk dapat berperan penuh sebagai mana yang telah diuraikan di atas, adalah merupakan keharusan bagi setiap pendidik agar selalu mengingat dan memperhatikan, bahwa didalam menghadapi ”anak didik”, bertindak dalam cara yang sesuai dengan ”keadaan” si anak didik. Mereka akan melaksakan tugas perkembangannya, melalui fase-fase tertentu, dan pada setiap fase akan membawa ”ciri khas” yang tertentu pula. Karena itu, pengetahuan tentang ”Psikologi Pendidikan” atau pengetahuan psikologis mengenai anak didik dalam situasi pendidik, ”perlu” dan ”penting”, bahkan seyogyanya mutlak menjadi kebutuhan setiap pendidik. RUDOLF PINTNER, dalam bukunya ”Educational Psycology” menjelaskan bahwa ”Perlu” artinya: pengetahuan tersebut harus dimiliki oleh setiap Guru atau pendidik, ”Penting” berarti pengetahuan tersebut besar artinya.

Sesuai dengan apa yang telah dikemukakan di atas, sifat-sifat psikologis anak didik dalam situasi pendidikan yang harus diperhatikan, adalah sebagai berikut:

1) Anak didik kita, adalah manusia biasa yang karena fitrahnya mempunyai sifat-sifat psikologi sebagaimana layaknya manusia lain. Mereka mengamati, memperhatikan, merasakan, mengingat, mengerti, berpikir, berfantasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu untuk dapat mengenal mereka, diperlukan pengetahuan tentang Gejala-gejala Jiwa.

2) Anak didik kita, adalah manusia belum dewasa, yang sedang dalam proses melaksanakan Tugas Perkembangannya (Development Tasks). Tugas ini harus dipecahkan dan diselesaikan oleh setiap individu pada setiap fase perkembangannya. Di sinilah mereka sangat membutuhkan bimbingan dan pengawasan dari orang dewasa. Suatu kenyataan bahwa tugas perkembangan pada setiap periode, pada setiap individu adalah berbeda, disamping adanya persamaan dalam batas yang sifatnya umum (universal). Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi tugasnya, setiap pendidik harus memahami: bagaimana sifat-sifat dan kehidupan anak selama masa perkembangan itu.

3) Manusia itu unik. Artinya, masing-masing individu mempunyai sifat dan corak kepribadian serta watak yang berbeda-beda. Keadaan demikian juga dimiliki anak didik kita sebagaimana layaknya manusia lain. Misalnya dalam praktek belajar-mengajar di kelas kita dapat mengamati/mengobservasi: ada anak yang tekun belajar rajin, teliti, gembira, banyak bicara, pendiam, pemalu dan lain sebagainya. Sifat-sifat khusus yang tampak pada tingkah laku dan tidak berubah-ubah itu, bisa disebut ”corak watak”. Guru harus mengenal/memahami watak masing-masing anak agar segi-segi yang negatif dapat diarahkan dan segi-segi yang positif dapat dikembangkan.

4) Disamping adanya perbedaan watak, juga ada perbedaan pribadi pada diri anak, yang mana antara pribadi dan watak sering diartikan sama. Untuk dapat membentuk pribadi anak yang baik, maka seorang Guru harus mempelajari atau memiliki pengetahuan tentang kepribadian itu sendiri.

5) Inti persoalannya adalah dalam hubungannya dengan ”tindak pelaksanaan usaha pendidikan”, yang mana Guru mengajar dan murid belajar. Agar proses belajar-mengajar itu dapat berjalan baik, maka perlu pendidik memahami berbagai hal mengenai belajar-mengajar. Misalnya: apakah belajar itu, faktor-faktor apa yang mempengaruhi kegiatan belajar, apakah ciri-ciri perbuatan belajar, langkah-langkah apa yang harus ditempuh sehingga anak dapat belajar dengan penuh minat dan perhatian, dan lain sebagainya.

Manfaat Psikologi Pendidikan adalah :

a. Membantu tenaga pengajar, disamping mereka menguasai bahan pelajaran, dengan Psikologi Pendidikan agar mereka menguasai cara-cara yang baik untuk menyajikan bahan pelajaran secara efisien.

b. Membantu pendidik dalam mengenal dan memahami hakekat anak didik supaya dapat memimpinya dengan baik.

E. PERKEMBANGAN

Anak didik kita adalah manusia belum dewasa yang berkembang kearah kedewasaan. Secara kodrati, mereka akan tumbuh dan berkembang mealui fase-fase tertentu dan pada tiap-tiap fase akan membawa perubahan tingkah laku serta ciri-ciri yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena masalah-masalah atau tugas-tugas yang dituntut dan muncul pada setiap fase perkembangan itu bebeda pula. Oleh karena itu, tenaga profesional Guru dituntut untuk mempelajari/memahami segi-segi Psikologi Perkembangan.

Sebagaimana Robert J. Havighurst dalam bukunya ” Human Development and Education” menjelaskan, yang kalau diambil pengertiannya saja, adalah sebagai berikut:

” Tugas-tugas perkembangan anak dari periode ke periode berikutnya, harus dipelajari dan diketahui dengan baik oleh setiap pendidik atau pembumbing, agar didalam memberikan bantuan, bimbingan dan pengawasan terhadap anak yang sedang dalam proses menyelesaikan tugas perkembangannya, dapat berjalan dengan tida terlalu banyak menjumpai kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan”.

1. Pengertian Perkembangan

Anak sebagai insan, dalam perjalanan hidupnya dari bayi hingga dewasa, selalu mengalami adanya dua proses yang beroperasi secara kontinu atau ajeg, yaitu ”pertumbuhan” dan ”perkembangan”. Kedua proses ini berlangsung secara interdependen atau saling bergantung antara yang satu dengan lainnya. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan dalam betuk yang murni, atau dalam arti lain tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.

Secara sederhana, ”Perunbuhan” dapat diefinisikan sebagai: perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik atau sebagai akibat dari mekarnya daya-daya dari dalam, yang berlangsung secara wajar pada diri anak, dalam peredaran waktu terentu.

Hasil dari pada ”pertumbuhan” ini antara lain: tubuh anak bertambah besar dan berat, badan berambah panjang, tulang-tulang menjadi lebih panjang, dll. Oleh karena itu, ”pertumbuhan” bisa diartikan juga sebagai: eprosesperubahan yang diakibatkan karena adanya pematangan fisik.

Secara definitif ”perkembangan” itu ialah: suatu perubaha psikhofis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikhis dan fisis pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu. Jadi perkembangan lebih banyak menunjuk pada perubahan-perubahan yang bersifat psikhis atau terutama yang berhubungan dengan kemampuan mental, sebagai hasil dari adanya latihan maupun belajar. Sedangkan ”pertumbuhan” terutama menyangkut perubahan-perubahan yang brsifat fisis sebagai akibat dari kematangan yang dicapainya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Harus disadari bahwa perkebangan anak sejak masa bayi hingga dewasa, tidak berlangsung secara mekanis-otomatis, melainkan sangat dipengaruhi adanya berbagai faktor.

Adapun faktor-faktor yang mepengaruhi perkembangan itu, pada dasarnya ada dua macam yaitu :

a. Faktor Internal

1) Alat indera (sense-organ)

2) Kondisi Jasmaniah (physically)

3) Kesehatan (health)

4) Kecerdasan (intelligence)

5) Tingkat Kematangan (maturity)

6) Tingkat Umur ( age)

7) Sifat Keturunan (heredity)

8) Bakat (aptitude)

9) Kemampuan (ability)

10) Perasaan (emotion)

11) Kemauan (motivation)

12) Kebiasaan (habit)

13) Pengetahuan Dasar (knowledge)

b. Faktor External

1) Lingkungan Keluarga

2) Lingkungan Sekolah

3) Lingkungan Masyarakat

3. Fase-Fase Perkembangan Individu

Menurut prof. Kohnstamm dalam bukunya ” Persoonlijkheid in Wording” (Kepribadian yang tengah berkembang), mengemukakan fase perkembangan yang mirip dengan pendapat Aristoteles (biologis) dan Comenius (didaktis), sebagai berikut :

a. Umur 0 – 2 tahun: Masa vital (vitae = hidup)

b. Umur 2 – 7 tahun: Masa aesthetis (keindahan)

c. Umur 7 – 12 tahun: Masa intelek (sekolah)

d. Umur 12 – 14 tahun: Masa Puerel (masa sosial)

e. Umur 14 – 15 tahun: Masa Prae-puber (masa sosial)

f. Umur 15 – 18 tahun: Masa Puber (masa sosial)

g. Umur 18 – 21 tahun: Masa Adolescen

h. Umur 21 –

: Masa Dewasa

Pada masa vital perbuatan anak tidak lain dari pada untuk keperluan hidupnya, misalnya menyusu. Pada masa aestthetis, berkembanglah fantasi dan perasaannya sangat kuat, si anak gemar dongeng-dongeng dan bermain. Pa ada masa intelek, akal mulai berkembang, maka masa ini juga disebut masa sekolah. Pada umur 12 – 18 tahun, juga disebut masa sosial, sebab keinginan bergaul dengan sesama sangat, dan pada masa Adolescen anak telah mempunyai keseimbangan, dan setelah itu menjadi manusia dewasa (masak).

F. MASA SOSIAL

Pada tulisan ini saya hanya membicarakan masa sosial saja, karena hubungannya dengan anak-anak usia SMP.

Dalam perkembangan jiwa tiap-tiap anak mengalami dua kali krisis atau masa menentang atau puber/trotz-alter. Krisis yang pertama pada umur 3 – 4 tahun, sedang krisis yang kedua adalah umur 13 – 21. Pada masa ini juga disebut masa peralihan dari masa muda ke masa dewasa. Salah satu sifat anak-anak usia ini adalah anak meninggalkan hubungan kehidupan keluarga dan aktif mencari hubungan dalam kehidupan masyarakat. Maka periode ini juga disebut masa sosial, pada waktu ini lahirlah ‘akunya yang tinggi’ (J.J. Rousseau berkata bahwa pada periode ini anak itu lahir yang kedua kalinya). Perhatian anak tertuju ke dalam dirinya, untuk mengetahui aku/kepribadiannya. Campur tangan orang tua terhadap dirinya ditentangnya, dianggap mengganggu/menyinggung kemerdekaannya. Dalam periode ini anak mengetahui nilai-nilai/norma-norma dalam hidup. Anak puber memerlukan cita-cita, nilai-nilai hidup, ‘diuji’ dan didalaminya untuk dipilih salah satu sebagai pegangan dalam hidup. Masa sosial ini umumnya dibagi sbb,:

a. 12 – 14 tahun: masa pueral, fase terakhir dari masa sekolah.

b. 14 – 15 tahun: prae-puberteit, atau puber permulaan (awal puber)

c. 15 – 18 tahun: puberteit (krisis) yang sesungguhnya

d. 18 – 21 tahun: adolescen, permulaan masa dewasa.

1. Perubahan Rohani pada Masa Puber Kedua

a. Nafsu besar untuk mencari hubungan dalam masyarakat ingin melepaskan diri dari ikatan-ikatan keluarga

b. Perasaan kuat dalam segala hal, juga rasa keindahan, kesusilaan, keagamaan. (sangat emosioanal)

c. Ingatan mekanis (menghafal) berkurang, ingatan logis bertambah kuat.

d. Fikiran dapat membayangkan secara abstra.

e. Penuh pertentangan batin, jira tidak tetap, tidak tenang, hilang keseimbangannya. Segala yang ada tidak memuaskan baginya, ingin secara radikal mengadakan perubahan-perubahan, kemauan kuat sekali. Jiwa anak laki-laki dan wanita ádalah beda : pada wanita lebih bersifat pasif.

2. Masa Pueral (12 – 14 tahun)

Anak pada masa puer, (puer = anak basar) tidak mau diperlakukan seperti anak kecil, ia merasa sudah besar dan bukan merupakan kanak-kanak lagi.

Pandangannya realistis dan logis, ia belum menyelidiki ke dalam dirinya sendiri, dan menuju aktif ke dunia luar. Pertumbuhan badan yang kuat, menyebabkan adanya rasa harga diri yang tinggi, sehingga anak ini menjadi sombong. Dengan adanya tenaga yang lebih ini, anak suka bergerak, dan tenaga lebih menjelma pula dalam bentuk suka mengganggu, berselisih, berkelahi, perbuatan lain yang terlalu berani, dsb. Anak ini akan menunjukkan kecakapannya, lebih-lebih hasil (prestasi) kecakapan kejasmanian. Dalam membual ia menyombogkan keberaniannya dan kekuatannya. Pada wanita usaha untuk agar dikagumi teman-temannya mulai muncul. Mereka suka bersolek, pakai cincin, gelang, jepit rambut, pakaian yang indah , dsb.

Hubungan sosial mereka dengan teman-teman belum bersifat erat. Mereka merupakan gerombolan yang suka menggangu keamanan Perkelahian diantara mereka sendiri sering terjadi.

Anak-anak pada masa puer ini memerlukan pimpinan. Kalau mereka mengorganisir sesuatu sering terjadi keributan. Mereka menurut pada pimpinan yang adil dan tegas asal jangan memperlakukannya seperti anak-anak. Protes secara sadar jarang terjadi, sehingga pemimpin dapat leluasa memberikan pengaruhnya. Penghargaan puer pada nilai-nilai hidup; kesucian, kejujuran keindahan, kebajikan, dsb. belum dihayati secara mendalam. Perhatian tertuju kepada hal-hal yang nyata, wajar, hanya melihat kenyataan luar. Mereka tidak senang pada ilmu-ilmu bersifat teori yang abstrak. Buku bacaan yang mereka gemari tentang cerita-cerita kepahlawanan

3. Prae – Puber (14 – 15 tahun)

Masa ini adalah masa peralihan. Anak ingin melepaskan diri dari ikatan-ikatan orang tua, guru dsb. dan ingin hidup bebas. Anak tidak menurut perintah dan aturan, tetapi menentang segala usaha orang tua/guru yang bersifat mengurangi kemeerdekaannya. Anak suka menyendiri untuk menjauhi pengaruh orang-orang dewasa, dengan demikian ia bersikap menentang (bermusuhan) terhadap dunia kelilingnya. Lagak congkak yang selalu diperlihatkan, sikap agresif dan suka membuat gaduh/mengacau merupakan tanda menentang. Hal yang lebih menyulitkan lagi bagi pendidik ialah bahwa mereka selalu menyembunyikan isi hatinya.

Masa ini juga disebut masa negatif sebab padia masa ini anak mengalami kekurangan dalam segala hal. Kemampuan kerja berkurang, sehingga hasil yang dicapai baik di rumah aupun di sekolah dalam bekera dan belajar terlihat mundur. Minat bermain, kemauan mencari pengalaman berkurang. Dalam segala hal merasa malas, lesu, selalu bimbang dan ragu-ragu dalam tindakannya dan bersikap kurang sopan. Mereka malu terhadap jenis kelamin yang lain, tetapi dengan diam-diam memginginkan megetahui rahasia tenetang sex sehingga anak pada masa ini mudah terpengaruh oleh hal-hal yang kurang baik.

Anak yang mengalami masa negatif ini dapat dibedakan menadi dua macam, yaitu :

a. Type negatif-pasif, pada anak ini sungguh hanya kelesuhan/kepasifan yang nampak, type ini juga desebut negatif-murni

b. Type negatif-aktif, pada anak ini terlihat kegiatannya yang dinyatakan dalam suka merusak, menganggu, menentang dsb, type ini juga disebut type negatif-agresif

Masa prae-puber ini bagi wanita lebih singkat dari pada pria.

G. PENUTUP

Apa yang telah dikemukakan dalam makalah ini merupakan suatu penyajian secara garis besar sehingga masih jauh dari sempurna. Hal itu tidak lain dimaksudkan agar pokok persoalannya lebih mudah dipelajari dan dipahami. Lebih dari itu juga dilatar belakangi adanya suatu harapan, bahwa dengan penyajian yang simple, para pendidik terutama Guru SMP akan lebih banyak memperoleh kesempatan berfikir untuk mengembangkan daya kreasi dan variasi baru yang mampu mendukung keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah.

Betapapun sederhananya penyajian tersebut, namun sebagai orientasi pengantar kiranya cukup dan bolehlah. Yang diharapkan, hendaknya makalah ini dapat digunakan sebagai penggugah dan penyemangat para pendidik agar mempelajari Psikologi lebih mendalam dan sebagai pengingat bahwa ilmu jiwa anak atau psikologi betul-betul penting bagi pendidik.

Dengan mempelajari serta memahami psikologi pendidikan, sudah barang tentu guru atau calon guru akan lebih mampu dan lebih berhasil didalam memberikan pendidikan dan pengajaran terhadap anak. Pendidikan yang salah, dapat berakibat fatal bagi kehidupan anak di masa-masa mendatang . Freud, orang pertama yang mengemukakan ”metode psiko-analisa”, beranggapan bahwa: penyimpangan tingkah laku, keabnormalan kepribadian dan kesulitan belajar anak, banyak disebabkan karena pendidikan yang salah. Dalam pada itu, belajar berbagai macam ilmu pengetahuan bagi para pendidik, adalah sangat perlu. Hal ini dimaksudkan agar kita terhindar dari kesalahan mendidik anak.

DAFTAR PUSTAKA

Cronbach, LEE., Educational Psychology, Harcourt Brace Jovanovich, New York, 1977

Winkel, W.S., Psychology Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta, 1983

Woodworth, R.S. & Marquis, D.G., Psychology, Methuen, London, 1955

Woodworth, R.S. & Marquis, Psychology, Henry Holt and Company, New york, 1955

Afifudin, SK, Mawardi S, Moehammady, Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar, Harapan Massa, Solo,1986

ILMU JIWA SANGAT DIBUTUHKAN

OLEH SEORANG GURU

Makalah

Diajukan Oleh :

Nama

: Sendang Nurbuwanawati, S.Pd.

NIP

: 19710621 199903 2 004

NUPTK

: 2953-7496-5130-0012

Nama Sekolah: SMP N 3 Mojogedang

Kabupaten/Kota: Karanganyar

Provinsi

: Jawa Tengah

SMP NEGERI 3 MOJOGEDANG

KABUPATEN KARANGANYAR

TAHUN 2012

1. Pengertian

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar

H. FASE-FASE PERKEMBNAGAN

I. MANFAAT ILMU JIWA DALAM PENDIDIKAN

An Strategi nyan

Banyak guru yang tidak paham akan ilmu jiwa anak, akan sangat berpengaruh terhadap cara mereka menghadapai anak dan cara mereka dalam mengajar, membimbing dan mendidik anak. Mereka akan cenderung menggunakan methode serta cara-cara yang salah dalam membimbing anak didiknya. Guru yang tidak paham akan ilmu jiwa akan memandang anak sebagai seorang dewasa kecil, yang segala-galanya sama dengan seorang dewasa, hanya masih serba sederhana. Sehingga mereka akan memberikan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin kepada anak.

Berbeda dengan guru yang paham betul akan ilmu jiwa anak. Mereka memendang anak sebagai makhluk yang berbeda dengan orang dewasa. Anak berperasaan lain dari pada orang dewasa, juga berfikr, berkemauan serta bertingkah laku yang berbeda dar orang dewasa. Anak beraksi yang beda dengan orang dewasa, mereka bertingkah laku dengan cara sendiri yang sesuai dengan masa perkembangannya. Misalnya bagaimana reaksi anak berumur 3 tahun, anak umur 14 tahun, dan orang dewasa, waktu melihat bunga mawar yang ndah mekar? Tentu beda sekali, juga misalnya kalau mereka melhat seorang pengemis yang kurus kering. Anak kecil mungkin takut, si remaja berpendapat jijik, si dewasa timbul belas kasihan. Jadi bukannya anak kecil mempunyai sedikit belas kasihan, si dwasa agak banyak menaruh belas kasihan kepada si pengemis itu. Anak merupakan bakal manusia dewasa, kemampuan-kemampuan jiwannya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan hanya dapat dibeda-bedakan, masih merupaka benih-benih (potensi) yang perkembangannya diperlukan pertumbuhan atau perkembangan sendiri dibantu oleh pendidikan. Dengan berpedoman pada ilmu jwa anak, guru akan mengetahui bagaimana corak didaktik dan metodik yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan si anak didik. Mereka dapat membimbing agar anak didik dpat tumbuh dengan wajar sesuai dengan baat pembawaannya.

3. Visi dan Misi Hidup dan Kehidupan Sebagai Guru

Bab II

Prestasi yang Layak Menjadikan Saya Sebagai Guru Berprestasi

5. Prestasi

6. Pengalaman Kerja Sebagai Guru

7. Prestasi dalam Pengembangan Profesi

8. Prestasi dalam Aktivitas Pembimbingan Siswa

Bab III

Prestasi dalam Berkeluarga dan Bermasyarakat

3. Prestasi dalam Keluarga

4. Prestasi dalam Bermasyarakat

Bab IV

Harapan dan Rencana Kegiatan Masa Datang

1. Harapan dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan

2. Rencana dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan

Penutup

Demikian apa yang bisa saya sampaikan pada makalah ini. Banyak kekurangan yang telah kami buat dalam pembuatan makalah ini. Kritik ataupun saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan pembuatan makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat memenuhi Persyaratan Seleksi Guru Berprestasi Kabupaten Karanganyar Tahun 2012. Amin...

GURU BERPRESTASI DAN BERDEDIKASI YANG PROFESIONAL DAN BERMARTABAT SIAP MENSUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MENYIAPKAN GENERASI EMAS 2045

Makalah

Diajukan Oleh :

Nama

: Supardi, S.Pd.

NIP

: 19680808 199703 1 004

NUPTK

: 1140-7466-4820-0013

Nama Sekolah: SMP N 3 Mojogedang

Kabupaten/Kota: Karanganyar

Provinsi

: Jawa Tengah

SMP NEGERI 3 MOJOGEDANG

KABUPATEN KARANGANYAR

TAHUN 2015

BAB I

Latar Belakang

PAGE

20