hukumkesehatanblog.files.wordpress.com  · Web view2017-10-20 · Laporan ini disusun untuk...

59
LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG BETHSAIDA SILOAM HOSPITALS LIPPO VILAGE TANGERANG Disusun Oleh Kelompok 5 : 1. Alfonsus Agus Ainaro S 1504003 2. Maria Fransiska Depa 1504035 3. Meita Kuswaningtias 1504036 4. Trovila Christiana Erika Putri 1504049

Transcript of hukumkesehatanblog.files.wordpress.com  · Web view2017-10-20 · Laporan ini disusun untuk...

LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG

BETHSAIDA SILOAM HOSPITALS LIPPO VILAGE

TANGERANG

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Alfonsus Agus Ainaro S 1504003

2. Maria Fransiska Depa 1504035

3. Meita Kuswaningtias 1504036

4. Trovila Christiana Erika Putri 1504049

PROGRAM PROFESI NERS STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan kasih

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Manajemen

Keperawatan di ruang Bethsaida Siloam Hospitals Lippo Vilage pada tanggal 23

Mei – 18 Juni 2015 sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Laporan ini disusun untuk mengetahui manajemen keperawatan yang dilakukan di

ruang Bethsaida Siloam Hospitals Lippo Vilage. Disamping itu stase manajemen

ini bertujuan untuk menerapkan teori manajemen keperawatan untuk mewujudkan

pelayanan keperawatan yang berkualitas. Dalam penyusunan laporan ini penulis

mendapat banyak masukan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu penyusun

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. dr. Anastina Tahjoo, selaku Chief Executive Officer of Siloam Hospital Lippo

Vilage Karawaci Tangerang yang telah memberikan ijin untuk praktek

manajemen.

2. Ibu Niken W.N. Palupi S. Kp., M. Kes., selaku Ketua STIKES Bethesda

Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk praktek manajemen

keperawatan.

3. Ibu Vivi Retno I S. Kep., Ns., MAN selaku Pembimbing Akademik

Manajemen Keperawatan.

4. Ibu Ns. Dhianna Sri Setyohariyati, S.Kep selaku Head Division of Nursing

Siloam Hospital Lippo Vilage yang telah memberikan ijin untuk praktek

manajemen khususnya di ruang Bethsaida.

5. Ibu Ns. Fransisca Witanti Utami, S.Kep selaku pembimbing klinik.

6. Ibu Ns. Sri Karyani, S. Kep, sebagai Head Nurse di Ruang Bethsaida.

7. Perawat ruang Bethsaida sebagai pembimbing di lapangan yang sudah

mengajarkan banyak hal kepada kami.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, segala macam kritik dan saran yang sifatnya membangun selalu

kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Tangerang, Mei 2016

Kelompok 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan perubahan dalam profesi setiap saat terjadi yang

memerlukan pengelolaan secara professional dengan mengikuti

pengembangan manajemen secara terpadu terhadap tuntutan global. Dalam

pengembangan keperawatan dimasa depan yang menjadi prioritas utama

adalah manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat

diterapkan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu di rumah sakit dan

komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan penerapannya.

Peningkatan pelayanan kesehatan melalui rumah sakit selalu terpacu

dengan kesadaran, harapan serta permintaan masyarakat yang semakin

tinggi. Masyarakat mengharapkan pelayanan yang bermutu tanpa

menghadapi kesulitan untuk memperolehnya. Mutu pelayanan

menunjukkan pada tingkat kesempatan pelayanan kesehatan dalam

memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap pasien (Sugiharto, 2013).

Tuntunan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan

sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang

ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak tentang konsep

pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam

pelaksanaanya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem

Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) mulai dari ketenagaan,

pasien, penetapan sistem MPKP, dan perbaikan dokumentasi keperawatan

dengan menerapkan prinsip SME (Sesuai standar, mudah dilaksanakan,

efisien dan efektif).

Manajemen keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapatkan

prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini

berkaitan dengan tuntunan profesi dan tuntunan global bahwa setiap

perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara

professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di

Indonesia. Pelayanan keperawatan profesional merupakan bagian yang

integral dari pelayanan kesehatan yang berdasarkan ilmu keperawatan

yang kokoh, berorientasi pada pelayanan yang bermutu tinggi dalam

bentuk pelayanan biopsiko-sosial dan spiritual, mulai dari tingkat

individual dan mencakup seluruh sudut kehidupan sampai tingkat

masyarakat. Pelayanan keperawatan professional mempunyai kode etik

keperawatan yang menjamin bahwa masyarakat mendapat pelayanan yang

bertanggung gugat dan bertanggung jawab atas tindakan yang

diberikannya dan menuju kode etik profesi dimana, setiap tindakan dan

keputusan.

Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat

dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang

manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-

langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk

mencapai tujuan. Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi-fungsi

manajemen yang berbeda-beda.

Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut George

Terry, yaitu:

a. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan

merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan

menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui

perencanaan akan dapat ditetapkan tugas – tugas staf. Dengan tugas –

tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk

melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya

yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas – tugasnya.

b. Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian kegiatan

manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang

dimiliki oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk

mencapai tujuan organisasi.

c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakkan

adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka

mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai

dengan ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan

sumber daya yang tersedia.

d. Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati

secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun

dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi dalam

bentuk apapun.

Pelayanan Kesehatan RS. Siloam Lippo Village merupakan instansi

pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanannya melalui Rumah

Sakit di Jakarta. Dalam memberikan pelayanan keperawatan professional

berlandaskan cinta kasih yang senatiasa fokus dan tanggap terhadap

kebutuhan dan harapan pasien atau keluarga untuk mencapai

kesembuhan jasmani, rohani dan spiritual melalui praktek asuhan

keperawatan terbaik berstandar global.

Ruang Bethsaida merupakan salah satu unit Ruangan di Pelayanan

Kesehatan di Siloam Hospital Lippo Vilage yang merupakan ruang rawat

inap Surgery. Ruangan ini memberikan Asuhan Keperawatan secara Tim

Primer yang didalamnya menggunakan metode MPKP yang terdiri dari

Head Nurse (HN), perawat primer (PP), dan perawat associate. Oleh

sebab itu sebagai mahasiswa diharapkan mampu melakukan praktek

manajemen keperawatan dengan cara mengaplikasikan kepemimpinan

dan manajemen di area keperawatan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tercapainya praktek manajemen keperawatan di Ruang Bethsaida.

2. Tujuan Khusus

a) Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan management diarea

keperawatan

b) Mampu membina hubungan interpersonal dengan menerapkan

komunikasi secara efektif dalam menerapkan prinsip-prinsip

management keperawatan.

c) Mampu melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan mengembalikan asuhan dan pelayanan keperawatan.

d) Mampu menjadi change agent dalam pemberian asuhan

keperawatan.

e) Mampu mengambangkan profesionalisme secara terus menerus

atau belajar sepanjang hayat.

f) Melakukan komunikasi yang efektif dalam menerapkan prinsip-

prinsip management keperawatan

g) Menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja

tim.

h) Menggunakan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif

dan bertanggung jawab.

i) Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana ruangan

keperawatan secara berkelompok.

j) Mengorganisasikan managemen ruangan secara berkelompok.

k) Mencegah dan menyelesaikan konflik didalam tim.

l) Memberikan pengarahan kepada anggota tim.

m)Melakukan evaluasi terhadap tim.

n) Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif dan sesuai dengan

kondisi.

o) Melaksanakan perubahan dalam asuhan dan pelayanan

keperawatan.

p) Mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten melalui

penggunaan strategi managemen kualitas dan managemen resiko.

q) Memberikan dukungan kepada tim asuhan keperawatan dengan

mempertahankan akuntabilitas asuhan keperawatan yang diberikan.

r) Mewujudkan lingkungan bekerja yang kondusif.

s) Mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan kemampuan

profesional.

t) Berkontribusi dalam mengembangkan profesi keperawatan.

u) Menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan etik dan

legal.

v) Mengembangkan pola pikir kritis, logis, dan etik dalam

menggembangkan asuhan keperawatan.

w) Menjalankan fungsi advokasi pada dan mempertahankan hak klien

agar dapat mengambil keputusan untuk dirinya.

x) Mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten melalui

penggunaan strategi managemen kualitas dan management resiko.

y) Melakukn pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan yang

berlaku dalam bidang keperawatan.

z) Menggunakan hasil penelitian untuk diterapkan dalam pemberian

asuhan keperawatan.

BAB II

KAJIAN SITUASI KEPERAWATAN DI RUANG BETHSAIDA

A. Kajian Situasi Siloam Hospitals Lippo Village

1. Visi Rumah Sakit

a. International quality

b. Scale

c. Reach

d. Godly compassion

2. Misi Rumah Sakit

The trusted destination of choice for holistic world class healthcare,

health education and research.

3. Motto Rumah Sakit

We care about quality because we care about you.

4. Sifat, Maksud dan Tujuan Rumah sakit

a. Pilar pelayanan : meningkatnya kepuasan pelanggan melalui

pemberian pelayanan yang profesional, standar global, responsif/

tanggap, sopan, ramah, tepat waktu, terampil, komunikatif, dan

penuh cinta kasih serta pelaksanaan survey mutu dan kepuasan

pelanggan secara berkesinambungan.

b. Pilar mutu : meningkatnya mutu asuhan keperawatan dan

keselamatan pasien dengan menciptakan lingkungan yang aman,

kondusif, menurunkan resiko terhadap medication error, pasien

jatuh, kejadian dekubitus di rumah sakit, kejadian infeksi luka

operasi, dan sistem pelaporan bila ada kesalahan / kejadian.

c. Pilar sumber daya manusia : meningkatnya kwalitas lingkungan

kerja, keputusan staff, dan efektivitas staffing melalui sistem

rekrutmen program pengembangan staf dan mengembangkan

sistem reward bagi staf yang berprestasi.

d. Pilar keuangan : meningkatnya laba / pendapatan Siloam Hospitals

Lippo Village dengan konstribusi terhadap kekuatan finansial

rumah sakit dan kemampuan menyediakan pelayanan dengan biaya

efektif.

e. Pilar pertumbuhan : meningkatkan penguasaan pasar Siloam

Hospitals Lippo Village melalui peningkatan kwalitas pelayanan

keperawatan dengan mengembangkan program baru berkerjasama

dengan departemen lain,

B. Kajian situasi ruangan

1. Karakteristik ruangan

a. Visi Ruangan

Meningkatkan mutu asuhan keperawatan medikal bedah dengan

menerapkan sistem klien sebagai fokus asuhan serta memandang

klien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang memiliki

martabat dan nila-nilai luhur manusia sebagai ciptaan Tuhan.

b. Tujuan dan sasaran kerja

1) Pilar pelayanan

a) ≥ 85% opini pasien pulang menyatakan pelayanan keperawatan

baik.

b) ≥ 85% pasien pulang dihubungi melalui telepon setelah 2 hari

di rumah untuk follow up kondisi dan mengingatkan control

kembali ke dokter.

c) ≥ 90% persepsi pasien terhadap mutu pelayanan keerawatan

melalui survey tim mutu keperawtan bak.

d) ≥ 85% staff perawat menerapkan GST dan GERMS di setiap

layanan.

2) Pilar Mutu

a) 100% staff mampu memahami dan mengimplementasikan

EWS/MEWS/PEWS system dan mendokumentasikan dengan

baik dan benar.

b) 100% staff mampu memahami dan mengimplementasikan

manajemen dan pengkajian resiko VTE.

c) 100% staff mampu menjelaskan prosedur readback dengan

benar serta terferifikasi dalam waktu <24 jam.

d) 100% staff melakukan prosedur identifikasi dengan

menanyakan nama pasien dan mencocokkan ama dan nomor

medical record/tanggal lahir pasien sebelum melakukan

tindakan, seperti memberikan obat, mengambil darah untuk

pemeriksaan, dll.

e) ≥ 95% askep pada pasien baru sudah terlengkapi dalam waktu

24 jam.

f) Monitoring nursing sensitivity indicator (NSI) setiap bulan

dengan target pencapaian : kejadian medication error ≤5%,

kejadian phlebitis ≤3,5%, kejadian pasien jatuh ≤0,1% dan

kejadian pressure ulcer ≤3,5% serta melakukan evakuasi NSI

setiap 3 bulan.

Berdasarkan angka kejadian pressure ulcer bulan April

tahun 2016 didapatkan 3 kejadian (0,86%). Dari hasil

pengkajian dengan observasi selama 3 hari di Ruang

Bethsaida ditemukan 2 kejadian pressure ulcer yang

didapatkan selama perawatan di rumah.

g) 100% staff menggunakan clinical pathway pada 24 kasus

penyakit dan melakukan monitoring setiap bulan terhadap

penggunaan clinical pathway tersebut.

3) Pilar SDM

a) Seluruh staff memiliki kompetensi sesuai dengan level masing-

masing melalui:

(1) 100% perawat menggunakan nursing portofolio dalam

pengembangan diri.

(2) ≥ 80% staff mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh

T dan E departemen.

(3) 100% staff mengikuti program pengembangan ruangan dan

bedside teaching.

(4) 90% staff mengikuti pembahasan kasus dan presentasi

pembahasan kasus setiap minggu sesui program divisi

keperawatan.

(5) Seluruh staff mengikuti uji kompetensi general dan uji

kompeten special sesuai dengan area kerja, sesuai dengan

area kerja, sesuai jenjang karir atau perawat klinik (PK).

(a) 1 orang staf dapat mengikuti pelatihan ANLP.

(b) ≥ 85% staf memiliki sertifikat pelatihan basic wound

management dan basic pain management.

(c) 2 orang staf dapat menyelesaikan profesi NERS UPH.

(d) Angka ketidakhadiran staff karena sakit dan tidak hadir

bekerja tanpa keterangan <2%.

4) Pilar Keuangan

a) Pencapaian rata-rata BOR ≥80%

b) Angka lembur <10% setiap bulan.

c) Alat-alat medic terpelihara dengan baik menurut hasil PPM dan

kalibrasi yang dijadwalkan bagian biomedik.

5) Pilar Pertumbuhan

a) Pertambahan jumlah staff yang memiliki sertifikat ACLS dari

41% (13 perawat) menjadi ≥56% (18 perawat).

b) Pertambahan jumlah staff dengan latar belakang pendidikan S1

Ners keperawatan dari 22% (7 perawat) menjadi 31%(10

perawat).

c) Memiliki 2 staff dengan sertifikasi advance pain management

d) Memiliki 2 staff dengan sertifikasi medical surgical.

e) Pertambahan jumlah staff yang memiliki sertifikita leadership

program / ANLP dari 3% (1 orang) menjadi 6% (2 orang).

f) Penerapan MPKP (model praktik keperawatan professional)

dengan metode PTNM (primer tim nursing model).

c. Misi Ruangan

1) Memberikan pelayanan keperawatan professional berlandaskan

cinta kasih yang senantiasa fokus dan tanggap terhadap

kebutuhan dan harapan pasien atau keluarga untuk mencapai

kesembuhan jasmani, rohani, dan spiritual melalui praktek

asuhan keperawatan terbaik berstandar global.

2) Meningkatkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan staf

keperawatan yang dapat mendukung peningkatan produktivitas

kerja dan profesionalisme serta mendukung terciptanya iklim

yang menampung proses belajar mengajar.

3) Menciptakan budaya staf dalam mencegah terjadinya

penyebaran infeksi dengan menerapakan prinsip-prinsipn

universal precaution sehingga dapat menghilangkan kejadian

infeksi nosokomial.

4) Menciptakan kualitas hidup klien secara optimal dengan

mengupayakan agar klien dan keluarga dapat beradaptasi sesuai

dengn keadaan dan kemampuannya.

5) Menggunakan proses keperawatan yang berkesinambungan

dengan menerapkan kebijakan dalam keperawatan sebagai

landasan kerja.

d. Model layanan

TIM MPKP (Model Praktik keperawan professional) dengan

metoda PTNM (Primer tim nursing model).

e. Letak ruangan

Ruang Bethsaida terletak di lantai 8.

f. Kapasitas unit/ruangan

Kapasitas bed/tempat tidur 44 buah dan ruangan kamar terdapat 19

ruangan.

DENAH RUANGAN

tangga darurat

Lokasi anda saat ini

Hydrant box

APAR

Lift Tamu

Lift Barang

Jalur Evakuasi

2. Analisis terhadap klien

a. Karakteristik

Divisi Keperawatan

Misi Divisi Keperawatan adalah memberikan pelayanan keperawatan

professional berlandaskan cinta kasih yang senantiasa fokus dan

tanggap terhadap kebutuhan dan harapan pasien atau keluarga untuk

mencapai keseimbangan jasmani, rohani, dan spiritual melalui praktek

asuhan keperawatan terbaik berstandar global.

b. Tingkat ketergantungan

Berdasarkan pengamatan pada tanggal 24-26 Mei 2016 terdapat

pasien dengan kategori sebagai berikut :

a) Tanggal 24 Mei 2016

15 pasien minimal care, 16 pasien partial care, dan 8 pasien

total care.

b) Tanggal 25 Mei 2016

15 pasien minimal care, 18 pasien partial care, dan 8 pasien

total care.

c) Tanggal 26 Mei 2016

16 pasien minimal care, 16 pasien partial care, dan 6 pasien

total care.

3. Analisis unit layanan keperawatan

a. Flow of care

Tidak

Ya

Emergency area Poli Klinik

Rawat inap

Administrasi

PulangAdministrasi

Mendapatkan kamar

Pasien diantar keruangan

Diterima oleh perawat ruangan

Pasien diantar ke kamar

Dilakukan pengkajian

Dipasang IV line ( cairan sesuai dengan instruksi dokter )

Diberikan terapi sesuai dengan instruksi doker

Tidak ada keluhan ( kondisi stabil)

Pasien pulang

Administrasi dan obat

b. Manajement unit

4. Sumber daya atau kekuatan kerja

a. Manusia

Ketenagaan di Ruang Bethsaida terdiri dari perawat, health care

asistant (HCA), dan helper.

Pendidikan Jumlah PresentasePerawat

a. Nersb. S1c. D3

7522

17,5 %12.5 %55 %

Dan lain-lain (HCA, Helper)

a. SMAb. SMK

24

5 %10 %

TOTAL 40 100%

1) Kebutuhan Tenaga

Kebutuhan tenaga perawat per-shift menurut Douglas sebagai

berikut:

CN Educator

Ward Clerk

Nurse

HCA Helper

Head Nurse

a) Shift pagi : minimal care 15 x 0,17 = 2,55

Parsial care 16 x 0,27 = 4,32

Total care 8 x 0,36 = 2,88

Total = 9,75 (10 perawat)

b) Shift siang: minimal care 15 x 0,14 = 2,1

Parsial care 16 x 0,15 = 2,4

Total care 8 x 0,30 = 2,4

Total = 6,9 (7 perawat)

c) Shift malam: minimal care 15 x 0,10 = 1,5

Parsial care 16x 0,07 = 1,12

Total care 8 x 0,20 = 1,6

Total = 4,22 (4 perawat).

Jadi kebutuhan tenaga dalam sehari 21 perawat

Dari hasil pengkajian selama 3 hari di Ruang Bethsaida

pada tanggal 24 Mei 2016 didapatkan 6 dari 10 perawat shift

pagi yang menutup jarum syring saat mengoplos obat

menggunakan dua tangan, tanggal 25 Mei didapatkan 5 dari

10 perawat shift pagi yang menutup jarum syring saat

Jumlah

Pasien

Klasifikasi Pasien

Minimal Parsial Total

P S M P S M P S M

1 0,17 0,14 0,10 0,2

7

0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,20 0,5

4

0,30 0,14 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,48 0,30 0,8

1

0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

mengoplos obat menggunakan dua tangan dan tanggal 26

Mei 2016 didapatkan 5 dari 10 perawat shift pagi yang

menutup jarum syring saat mengoplos obat dengan dua

tangan.

Saat dilakukan pengkajian dengan observasi di Ruang

Bethsaida didapatkan 7 dari 10 perawat shift pagi yang tidak

mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien pada

tanggal 24 Mei 2016, didapatkan 5 perawat dari 10 perawat

shift pagi yang tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah

menyentuh pasien pada tanggal 25 Mei 2016, dan didapatkan

5 perawat dari 10 perawat yang tidak mencuci tangan

sebelum dan sesudah menyentuh pasien pada tanggal 26 Mei

2016.

b. Non manusia

1) Method

Memberikan asuhan keperawatan secara holistik dengan responsif

care dan safety dan Model Praktik Keperawatan Profesional

(MPKP).

2) Material

Nama Barang Inventaris Jumlah

animax 1

bed pan 14

Bengkok plastik 10

Botol suction 5

Co mode 1

Cool pack 2

Gelas ukur plastik 2

Gelas ukur plastik kecil 4

Gelas ukur stainlis 4

Gerusan obat 3

Hair dryer 1

Kasur debitus 4

Kursi roda 1

monitor 1

opthalmuscope 1

Pad slide 1

penlight 2

Reflek hammer 1

Regulator oksigen twin 4

Regulator oksigen single 13

Regulator suction 11

Spuit gliserin 3

Standar infsu mobile 15

stetoskop 10

surestep 1

Tabung oksigen mobile 4

Tabung oksigen portable 2

termometer 9

urinal 19

washer 1

Lampu x ray 1

ECG 1

Ambubag 1

defibrilator 1

Trolley emergency 1

Timbangan listrik 1

Tensimeter dinding 44

Trolley obat 3

Trolley dressing 1

3) Money

Anggaran didapatkan dari banyak jumlah pasien, pemakaian

tempat tidur dan peralatan medis, pemeriksaan penunjang yang

tersedia.

4) Marketing

Sistem marketing di ruang Bethsaida dapat dilakukan dengan cara

pemberian mutu pelayanan dan mengimplementasi kebijakan

mutu: cepat, tepat, tanggap, trampil, komunikatif, dan cinta kasih

dan bekerja sama dengan tim asuransi, BPJS, perusahan.

5. Lingkungan kerja

a. Lingkungan fisik

Terdiri dari 19 kamar dengan 44 tempat tidur, 3 kamar kelas 1, 13

kamar kelas II, 3 kamar kelas III. Ruangan berlantai viniel putih

kecoklatan, berdinding tembok dengan cat putih dan dilengkapi

dengan AC.

1) Ruangan pasien

Terdiri dari 19 kamar, 3 kamar kelas 1, 13 kamar kelas II dan 3

kamar kelas III. Setiap kamar kelas 1 dilengkapi dengan 2 bed, 2

tempat duduk, 1 toilet, 2 almari pakaian, 2 almari obat, 2 televisi, 2

meja portable dan 1 handrub. Setiap kamar kelas II dilengkapi

dengan 2 bed, 2 tempat duduk, 1 toilet, 2 almari pakaian, 2 almari

obat, 1 televisi, 2 meja portable dan 1 handrub. 2 kamar kelas III

dilengkapi dengan 3 bed, 3 tempat duduk, 1 toilet, 3 almari obat, 3

meja portable, 1 handrub dan 1 kamar kelas III dilengkapi dengan

6 bed, 6 tempat tidur, 2 toilet, 6 almari obat, 6 meja portable, 1

handrub.

2) Nurse station

Dilengkapi 2 komputer, 1 printer sticker, 1 faxs, 2 rak dokumen, 2

rak serbaguna, dan 4 telepon.

3) Ruang head nurse

Ruangan dilengkapi 1 komputer, 1 printer, 2 telepon, 1 rak

serbaguna.

4) Dirty utility

Dirty utility untuk menyimpan alat tenun kotor, sampah medis,

troli mandi, pispot, urinal, baskom mandi.

5) Clean utility

Clean utility untuk tempat persiapan obat, menyimpan alat-alat

bersih seperti alat tenun, perlengkapan alat untuk tempat sample

pemeriksaan laboratorium, kulkas yang berisi obat-obatan, troli

ganti verban, dan wastafel.

6) Ward Clerk

Ward Clerk merupakan petugas administrasi di ruangan untuk

mempercepat pemberian asuhan keperawatan dalam kaitannya

dengan persiapan pasien rencana pulang, rencana tindakan yang

berkaitan dengan pembayaran dan peralatan yang akan digunakan

oleh perawat dan pasien.

b. Non fisik

Metode keperawatan yang digunakan di Bethsaida adalah Model

Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). MPKP adalah suatu

metode yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian

asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut

diberikan (Sitorus & Yuli, 2006).

Kelebihan :

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah

diatasi dan memberikan kepuasan pada anggota tim, bila

diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan

keperawatan

4) Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses

belajar

5) Ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan

keperawatan

Kelemahan :

1) Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk

konferensi tim, membutuhkan waktu dimana sulit

melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.

2) Akuntabilitas pada tim tinggi

3) Beban kerja tinggi

4) Pendelegasian tugas terbatas

5) Kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat

penanggung jawab klien tugas

Keperawatan di ruang Bethsaida terdiri dari head nurse, perawat

primer, dan perawat associate. Tugas dari masing-masing perawat

sebagai berikut:

1) Kepala ruang

a) Perencanaan

(1) Merencanakan program kegiatan atau pelayanan yang

ada di ruangan.

(2) Menunjuk anggota menjadi ketua tim

(3) Mengikuti serah terima pasien dari shift dinas

sebelumnya.

(4) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien dan

menyiapkan pasien pulang.

(5) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien

(6) Mengatur penugasan dan penjadwalan

(7) Strategi pelaksanaan keperawatan.

(8) Mengikuti visite dokter dan mendiskusikan status

kesehatan pasien dan tindakan yang akan dilakukan.

(9) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

(10) Membantu pengembangan staff, pendidikan, dan

latihan

(11) Membantu bimbingan terhadap peserta didik

keperawatan dan karyawan baru

b) Pengorganisasian

1) Merumuskan metode atau sistem penugasan

2) Menjelaskan rincian tugas perawat primer

3) Melakukan orientasi kepada pasien baru dan keluarga

4) Mengkaji setiap pasien, menganalisa, menetapkan

rencana keperawatan, menerapkan tindakan

keperawatan dan mengevaluasi rencana keperawatan.

5) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dan

tindakan medis melalui komunikasi yang konsisten

6) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan

kontinuitas asuhan keperawatan melalui conference

7) Membimbing dan mengawasi pelaksanaan asuhan

keperawatan oleh anggota tim

8) Bertanggung jawab terhadap kepala IPM dan HDUN

9) Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat

Head Nurse

Katua Tim /Perawat Primer

Perawat Pelaksana/Perawat associate

10) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan

diruang rawat

11) Perhitungan tenaga perawatan menurut metode

Douglas di ruang Bethsaida

12) Klasifikasi ketergantungan pasien di unit Bethsaida

13) Merencanakan strategi rencana keperawatan

14) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan atau

fasilitas ruangan

15) Membuat permintaan kebutuhan ruang setiap minggu

16) Mendelegasikan tugas kepada PN apabila kepala

ruang sedang tidak berada di ruangan.

17) Mengatur penugasan dan jadwal

c) Pengarahan

1) Memberikan pengarahan kepada primary nurse

2) Memberikan motivasi dalam meningkatkan

pengetahuan, ketrampilan dan sikap anggota tim

3) Memberi pujian kepada anggota Tim yang

melaksanakan tugas dengan baik

4) Membimbing bawahan

5) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim

6) Memberikan informasi tentang hal-hal yang

berhubungan dengan pelayanan keperawatan

diruangan

7) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

d) Pengawasan dan Evaluasi

1) Memberikan umpan balik pada kinerja PN.

2) Menilai kerja ketua tim dan anggota.

3) Mengevaluasi pelaksanaan

4) Mengunjungi pasien untuk mengevaluasi kepuasan

pasien terhadap pelayanan keperawatan

2) Tugas perawat primer/ primary nurse

a) Perencanaan :

(1) Bersama kepala ruang melaksanakan serah terima

tugas

(2) Melakukan pre conference

(3) Melakukan pembagian tugas

(4) Menyusun rencana asuhan keperawatan

(5) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan

keperawatan

(6) Mengikuti visite dokter

(7) Menilai kinerja anggota tim

(8) Mendiskusikan masalah dengan anggota tim

(9) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala

ruangan.

(10) Mengorientasikan pada pasien baru

b) Pengorganisasian:

(1) Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim

keperawatan

(2) Melakukan pembagian tugas bersama kepala ruang

terhadap pasien yang menjadi tanggungjawabnya.

(3) Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan

pasien

(4) Membuat rincian tugas anggota tim dalam

keperawatan

(5) Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus

dilakukan bersama tim kesehatan lain

(6) Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada

anggota tim

(7) Melakukan koordinasi tugas anggota tim dalam

pemberian asuhan keperawatan

c) Pengarahan:

(1) Memberikan pengarahan kepada anggota tim tentang

tugas

(2) Memberi pengarahan pada setiap anggota tim dalam

melaksanakan asuhan keperawatan

(3) Memberi teguran , pengarahan pada anggota tim

(4) Memberikan pujian atau motivasi kepada anggota tim

d) Pengawasan dan evaluasi:

(1) Menilai kinerja anggota tim

(2) Menilai dokumentasi keperawatan

(3) Mengevaluasi pelaksanaan dibandingkan dengan

rencana

6. Kajian indikator mutu ruangan

a. BOR= Bed Occupancy Rate

Tingkat Hunian RS (dalam bentuk persentase)

Jumlah pasien pada tanggal 24 Mei 2016 = 39 pasien

Jumlah pasien pada tanggal 25 Mei 2016 = 41 pasien

Jumlah pasien pada tanggal 26 Mei 2016= 38 pasien

Maka jumlah hari perawatan pada tanggal 24 Mei 2016 – 26 Mei 2016

adalah 118 pasien dengan jumlah tempat tidur 44 bed.

BOR = Jumlah hari perawatan RS x 100%

Jumlah TT x jumlah hari dalam 1 periode

= 118 x 100%

44 x 3 hari

= 89 %

b. ALOS = Average Length of Stay

Rata-rata lama dirawat dalam satu periode:

Pada tanggal 24 Mei 2016 – 26 Mei 2016 jumlah pasien pulang adalah

Mr. A pulang dengan lama dirawat 14 hari

Mrs. A pulang dengan lama dirawat 2 hari

Mr.T pulang dengan lama dirawat 2 hari

Mrs V pulang dengan lama dirawat 4 hari

Mrs. K pulang dengan lama dirawat 1 hari

Mr. A pulang dengan lama dirawat 5 hari

Mr. S pulang dengan lama dirawat 2 hari

Mr.A pulang dengan lama dirawat 2 hari

Mr. C pulang dengan lama dirawat 4 hari

Mrs D pulang dengan lama dirawat 7 hari

Mr. D pulang dengan lama dirawat 6 hari

Mrs. M pulang dengan lama dirawat 2 hari

Mr. B pulang dengan lama dirawat 5 hari

Mr. S pulang dengan lama dirawat 4 hari

Mr. T pulang dengan lama dirawat 2 hari

Mrs. S pulang dengan lama dirawat 3 hari

Mrs. M pulang dengan lama dirawat 3 hari

Mr. E pulang dengan lama dirawat 3 hari

Mr. S pulang dengan lama dirawat 3 hari

Mr. I pulang dengan lama dirawat 3 hari

Mrs. K pulang dengan lama dirawat 4 hari

ALOS = Jumlah lama dirawat

Jumlah pasien keluar (hidup+meninggal)

= 81 : 21

= 3,85

= 4

c. TOI = Turn Over Interval

Rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke

saat terisi berikutnya

TOI = (jumlah tempat tidur X jumlah periode) - hari perawatan

Jumlah pasien keluar hidup dan meninggal

= (44x 1)-3

21

= 1,95

= 2 tempat tidur

d. BTO = Bed Turn Over

Frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode atau berapa kali

tempat tidur yang dipakai dalam satu satuan waktu (periode).

BTO = jumlah pasien keluar (hidup dan meninggal)

Jumlah tempat tidur

= 21

44

= 0,47 kali

7. Pendidikan

Jumlah perawat ners 7 orang (17,5), S1 keperawatan 5 orang (12,5 %), D3

keperawatan 22 orang (55%), HCA, helper : SMA 2 orang (5%), SMK 4

orang (10%).

8. Pelatihan

Diruang Betsaida terdapat 34 perawat, 5 HCA dan 1 runner, setiap tenaga

mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

diruang Betsaida. Pelatihan dibagi menjadi dua yaitu pelatihan tenaga

medis dan tenaga non-medis. Pelatihan yang diadakan adalah :

a) Pelatihan yang wajib diikuti oleh semua kariawan yaitu program

orientasi umum, BHD, fire and safety, pencegahan dan

pengendalian infeksi, hand higyene.

b) Pelatihan tambahan yang wajib diikuti seluruh perawat, yaitu

program keperawatan umum, modul basic, pain management dan

wound care management.

c) Pelatihan lain yang diberikan oleh rumah sakit yaitu ACLS diikuti

oleh perawat yang menjadi perawat primer dan perawat

penanggung jawab dalam sift.

d) Pelatihan penggunaan alat seperti :

- Surestep

- IV terapi

- EKG

BAB III

ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

A. Analisa data

Salah satu pilar mutu kerja ruang Bethsaida angka pressure ulcer ≤

3,5% didapat di rumah sakit. Berdasarkan angka kejadian pressure ulcer

bulan April tahun 2016 didapatkan 3 kejadian (0,86%). Dari hasil

pengkajian dengan observasi selama 3 hari di Ruang Bethsaida ditemukan

2 kejadian pressure ulcer yang didapatkan selama perawatan di rumah.

Saat dikaji oleh perawat, pasien mengalami pressure ulcer akibat tirah

baring yang lama.

Tertusuk jarum syring merupakan hal yang sangat diwaspadai oleh

perawat ketika mengoplos obat, mengambil darah maupun memberikan

obat. Dari hasil pengkajian selama 3 hari di Ruang Bethsaida pada tanggal

24 Mei 2016 didapatkan 6 dari 10 perawat shift pagi yang menutup jarum

syring saat mengoplos obat menggunakan dua tangan, tanggal 25 Mei

didapatkan 5 dari 10 perawat shift pagi yang menutup jarum syring saat

mengoplos obat menggunakan dua tangan dan tanggal 26 Mei 2016

didapatkan 5 dari 10 perawat shift pagi yang menutup jarum syring saat

mengoplos obat dengan dua tangan.

Cuci tangan merupakan salah satu cara untuk mencegah HAIs

(Healthcare Associate Infections). Cuci tangan ada 5 moment, yaitu

sebelum melakukan prosedur bersih atau steril, sebelum bersentuhan

dengan pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan

dengan lingkungan sekitar pasien, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh

pasien. Saat dilakukan pengkajian dengan observasi di Ruang Bethsaida

didapatkan 7 dari 10 perawat shift pagi yang tidak mencuci tangan

sebelum dan sesudah menyentuh pasien pada tanggal 24 Mei 2016,

didapatkan 5 perawat dari 10 perawat shift pagi yang tidak mencuci tangan

sebelum dan sesudah menyentuh pasien pada tanggal 25 Mei 2016, dan

didapatkan 5 perawat dari 10 perawat yang tidak mencuci tangan sebelum

dan sesudah menyentuh pasien pada tanggal 26 Mei 2016.

A. Analisa Data

Matriks TOWS

Matriks TOWS Strengh (S) Weakness (W)1. Metode keperawatan sudah menggunakan

metode MPKP2. Adanya motto ruangan RCS (responsive,

care, safety)3. Mempunyai SOP tentang cuci tangan4. Kerjasama dalam tim sudah baik5. RS SHLV memberikan kesempatan

pengembangan keterampilan perawat dalam pelatihan

1. Tenaga perawat dalam ruang Bethsaida berjumlah 34 orang

2. Masih ditemukan perawat yang tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah berinteraksi dengan pasien

3. Masih ada perawat yang menutup syring dengan two hand

4. Masih ada kejadian pressure ulcer di ruang Bethsaida

Oportunity (O) SO WO1. Tiap ruangan mempunyai handrub2. BOR ruangan yang selalu diatas 80%

menunjukkan bahwa pasien tertarik untuk dirawat di ruangan.

3. Adanya prosedur pendelegasian tugas masing-masing tim kerja sehingga mendukung untuk mengikuti suatu pelatihan

4. Mempunyai sarana prasarana yang lengkap

1. Giatkan cuci tangan dengan handrub sebelum dan sesudah berinteraksi dengan pasien

2. Lakukan refresing SOP cuci tangan setiap breafing

1. Lakukan refresing SOP memberikan obat injeksi setiap breafing

2. Giatkan cuci tangan dengan handrub sebelum dan sesudah berinteraksi dengan pasien

3. Gunakan stiker tanda risk pressure ulcer4. Gunakan tempat untuk menutup jarum syring

Threat (T) ST WT1. HAIs2. Semakin tingginya kesadaran

masyarakat akan pelayanan kesehatan3. Meningkatnya kejadian pressure ulcer4. Perawat tertusuk jarum saat menutup

syring

1. Giatkan cuci tangan dengan handrub sebelum dan sesudah berinteraksi dengan pasien agar mencegah HAIs

2. Gunakan stiker tanda risk pressure ulcer3. Gunakan tempat untuk menutup jarum

syring

1. HAIs dapat terjadi2. Kejadian pressure ulcer meningkat3. Adanya perawat yang tertusuk jarum saat menutup

syring

B. PLAN OF ACTION

No Masalah Tujuan Rencana kegiatan Sasaran Waktu Tempat Evaluasi Penanggung Jawab

1. Masih ditemukan perawat yang tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah berinteraksi dengan pasien

Mencegah terjadi HAIs

1. Pengkajiana. Planningb. Pengajuan proyek inovasic. Presentasi

2. Sosialisasi3. Implementasi4. Evaluasi

Perawat dan HCA

2-4 Juni 2016

Ruang Bethsaida lantai 8

Senin, 6 Juni 2016

Perawat incharge/ Perawat Primer Ruang Bethsaida

2. Masih ada perawat yang menutup syring dengan two hand

Mencegah perawat tertusuk jarum syring

1. Pengkajiana. Planningb. Pengajuan proyek inovasic. Presentasi

2. Sosialisasi3. Implementasi4. Evaluasi

Perawat 2-4 Juni 2016

Ruang Bethsaida lantai 8

Senin, 6 Juni 2016

Perawat incharge/ Perawat Primer Ruang Bethsaida

3. Masih ada kejadian pressure ulcer di ruang Bethsaida

Mencegah peningkatan kejadian pressure ulcer

1. Pengkajiana. Planningb. Pengajuan proyek inovasic. Presentasi

2. Sosialisasi3. Implementasi4. Evaluasi

Perawat 2-4 Juni 2016

Ruang Bethsaida lantai 8

Senin, 6 Juni 2016

Perawat incharge/ Perawat Primer Ruang Bethsaida

Lembar Observasi

1. Before touching a patient

2. Before clean/aseptic procedure

3.after body fluid exposure risk

4.After touching a patient

5.After touching patient surroundings

INITIAL Tgl/ Tgl/ Tgl/ Tgl/ Tgl/YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK

JUMLAH

Lembar Observasi Resiko Tertusuk

Tanggal Observasi :

Beresiko Tertusuk Jarum Tertusuk Jarum Initial Nama PerawatYA TIDAK YA TIDAK

JUMLAH

Formulir Skala Braden (Patricia, 2012)

Nama pasien :

IMR :

Tanggal :

PARAMETER TEMUAN SKORPersepsi sensori

1. Tidak merusak atau respon terhadap stimulasi nyeri, kesadaran menurun

2. Gangguan sensori pada bagian ½ permukaan tubuh atau hanya berespon pada stimuli nyeri

3. Gangguan pada 1 atau 2 ekstremitas atau berespon pada perintah verbal tapi tidak selalu mampu manyatakan ketidaknyamanan

4. Tidak ada gangguan sensori, berespon penuh terhadap perintah verbal

Kelembapan 1. Selalu terpapar keringat atau urin basah

2. Sangat lembab 3. Kadang lembab 4. Kulit kering

Aktivitas 1. Terbaring di tempat tidur

2. Tidak bisa berjalan

3. Berjalan dengan atau tanpa bantuan

4. Dapat berjalan sekitar ruangan

Mobilitas 1. Tidak mampu bergerak

2. Tidak dapat merubah posisi secara tepat atau teratur

3. Dapat membuat perubahan posisi tubuh atau ekstremitas dengan mandiri

4. Dapat merubah posisi tanpa bantuan

Nutrisi 1. Tidak dapat menghabiskan 1/3 porsi makanan, sedikit minum, puasa atau minum air putih, atau mendapat infus lebih dari 5 hari

2. Jarang mampu menghabiskan ½ porsi makan atau intake cairan kurang dari jumlah optimum

3. Mampu menghabiskan ½ porsi makan

4. Dapat menghabiskan porsi makan, tidak memerlukan suplemen nutrisi

Gesekan 1. Tidak memapu mengangkat badannya sendiri atau

2. Membutuhkan bantuan minimal mengangkat tubuhnya

3. Membutuhkan bantuan minimal mengangkat tubuhnya

spatik, kontraktur atau gelisah

TOTAL SKOR

PENILAIAN LUKA TEKAN MENGGUNAKAN BRADEN SKOR

1. SKALA BRADEN Q (RESIKO RENDAH), SKOR 16-23Intervensi:a. Ubah posisi pasien secara teratur, setidaknya 4 jam sekali.b. Dukung pasien untuk mobilisasi seefektif mungkinc. Lindungi area tonjolan tulang yang beresiko untuk terjadi luka tekand. Gunakan alat penyangga untuk melindungi area tubuh dari tekanan.e. Cegah gesekan dengan mengangkat atau mobilisasi pasif dengan benar.f. Berikan nutrisi secara adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien/program.g. Keringkan area yang lembab dengan segerah. Kelompokkan pasien ke tingkat resiko yang lebih tinggi bila ada faktor

resiko.

2. SKALA BRADEN Q (RESIKO SEDANG), SKOR 13-15Intervensi:a. Ubah posisi pasien secara teratur, setidaknya 4 jam sekali.b. Dukung pasien untuk mobilisasi seefektif mungkinc. Lindungi area tonjolan tulang yang beresiko untuk terjadi luka tekand. Gunakan alat penyangga untuk melindungi area tubuh dari tekanan.e. Cegah gesekan dengan mengangkat atau mobilisasi pasif dengan benar.f. Berikan nutrisi secara adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien/program.g. Keringkan area yang lembab dengan segerah. Kelompokkan pasien ke tingkat resiko yang lebih tinggi bila ada faktor

resiko.i. Pengaturan posisi miring 30 derajad dengan menggunakan bantuan bantal

busa.

3. SKALA BRADEN Q (RESIKO TINGGI), SKOR 10-12Intervensi:a. Dukung pasien untuk mobilisasi seefektif mungkinb. Lindungi area tonjolan tulang yang beresiko untuk terjadi luka tekanc. Gunakan alat penyangga untuk melindungi area tubuh dari tekanan.d. Cegah gesekan dengan mengangkat atau mobilisasi pasif dengan benar.e. Berikan nutrisi secara adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien/program.f. Keringkan area yang lembab dengan segerag. Kelompokkan pasien ke tingkat resiko yang lebih tinggi bila ada faktor

resiko.h. Pengaturan posisi miring 30 derajad dengan menggunakan bantuan bantal

busa.i. Ubah posisi pasien setiap 1 jam sekali.

4. SKALA BRADEN Q (RESIKO SANGAT TINGGI), SKOR ≤9Intervensia. Dukung pasien untuk mobilisasi seefektif mungkinb. Lindungi area tonjolan tulang yang beresiko untuk terjadi luka tekanc. Gunakan alat penyangga untuk melindungi area tubuh dari tekanan.d. Cegah gesekan dengan mengangkat atau mobilisasi pasif dengan benar.e. Berikan nutrisi secara adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien/program.f. Keringkan area yang lembab dengan segerag. Kelompokkan pasien ke tingkat resiko yang lebih tinggi bila ada faktor

resiko.h. Pengaturan posisi miring 30 derajad dengan menggunakan bantuan bantal

busa.i. Ubah posisi pasien setiap 1 jam sekali.j. Penggunaan matras khusus untuk mencegah terjadinya luka tekan.

Lubang Penahan Tutup Syringe

PRESSUREULCER RISK

1

PRESSUREULCER RISK

2

PRESSUREULCER RISK

3

PRESSUREULCER RISK

4