MDGs poin ke 4

21
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Pendahuluan Kegiatan Peningkatan derajat kesehatan masyarakat menjadi acuan penting dalam pencapaian Indeks Pembangunan Manusia. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Wujud dari kegiatan ini adalah derajat kesehatan setinggi-tingginya. Dalam rangka pencapaian derajat kesehatan yang setinggi- tingginya, WHO menggagas MDGs sebagai proyek yang diberikan tanggung jawab untuk pemimpin berbagai Negara baik Negara yang berkembang maupun Negara maju. Negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakan MDGs sedangkan Negara maju berkewajiban untuk mendukung dan memberikan bantuan terhadap upaya keberhasilan MDGs. MDGs yang merupakan kepanjangan dari Millenium Development Goals atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menajadi Tujuan Pembangunan Global, adalah sebuah paradigma pembangunan global, dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Dasar hukum

description

MDG s poin ke 4

Transcript of MDGs poin ke 4

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan

Kegiatan Peningkatan derajat kesehatan masyarakat menjadi acuan

penting dalam pencapaian Indeks Pembangunan Manusia. Pembangunan

kesehatan diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Wujud dari

kegiatan ini adalah derajat kesehatan setinggi-tingginya. Dalam rangka

pencapaian derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, WHO menggagas

MDGs sebagai proyek yang diberikan tanggung jawab untuk pemimpin

berbagai Negara baik Negara yang berkembang maupun Negara maju.

Negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakan MDGs

sedangkan Negara maju berkewajiban untuk mendukung dan memberikan

bantuan terhadap upaya keberhasilan MDGs. MDGs yang merupakan

kepanjangan dari Millenium Development Goals atau dalam bahasa

Indonesia diterjemahkan menajadi Tujuan Pembangunan Global, adalah

sebuah paradigma pembangunan global, dideklarasikan Konferensi

Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa

Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Dasar hukum

dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum

Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000,

(A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals). Indonesia

merupakan salah satu Negara yang mengintegrasikan MDGs sebagai

bagian program pembangunan nasional dalam upaya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat.

MDGs terdiri dari tujuh tujuan yang telah disepakati oleh anggota

PBB diantaranya yaitu:

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

2. Mencapai pendidikan untuk semua

3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

4. Mengurangi kematian anak

user, 09/17/13,
DAFTAR ISI, DAFTAR TABEL DAN SAMPUL JGN LUPA YA PAK

5. Meningkatkan kesehatan ibu

6. Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya

7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup

8. Mengembangkan kemitraan global

Menurunkan angka kematian anak adalah salah satu tujuan MDGs

di mana saat ini Pencapaian Indonesia masih cukup rendah. Berbagai

upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi

permasalahan tersebut. Pencapaian penurunan Angka kematian anak

menunjukan progress dari keberhasilan program setiap tahunnya, namun

angka yang dihasilkan belum cukup mencapai indicator keberhasilan dari

program penurunan angka kematian anak yaitu 32 per seribu kelahiran.

Evaluasi dari program yang dikhususkan pada penurunan angka

kematian anak menjadi penting untuk perencanaan program penurunan

angka kematian anak. Oleh karena itu, Analisis terhadap data angka

kematian bayi menjadi penting dilakukan supaya target tercapainya

indicator keberhasilan MDGs terjadi sebelum atau pada tahun 2015.

1.2 Tujuan

1) Mengetahui Definisi Millenneum Development Goals

2) Mengetahui Tujuan Millenneum Development Goals

3) Mengetahui Indikator keberhasilan Millenneum Development Goals

poin ke-4

4) Mengetahui pencapaian Indonesia pada tujuan Millenneum

Development Goals poin ke- 4

1.3 Rumusan Masalah

1) Apakah definisi Definisi Millenneum Development Goals?

2) Bagaimana Tujuan Millenneum Development Goals?

3) Bagaimana Indikator keberhasilan Millenneum Development Goals

poin ke-4?

4) Bagaimana pencapaian Indonesia pada tujuan Millenneum

Development Goals poin ke-4?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Millennium Development Goals (MDGs)

MDGs atau Millennium Development Goals adalah suatu

komitmen internasional yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan

manusia dan pengentasan kemiskinan. Deklarasi ini ditandatangani di New

York pada bulan September tahun 2000 oleh 189 negara anggota

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Komitmen yang harus dilakukan oleh

Negara yang menandatangani deklarasi ini adalah mengintegrasikan MDGs

dalam program pembangunan untuk mengatasi masalah mendasar seperti

hak asasi dan kebebasan.

Rumusan yang terdapat dalam MDGs sebanyak 8 poin, yaitu:

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

2. Mencapai pendidikan untuk semua

3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

4. Mengurangi kematian anak

5. Meningkatkan kesehatan ibu

6. Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya

7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup

8. Mengembangkan kemitraan global

Dari setiap poin MDGs terdapat beberapa indikator untuk

mengukur status keberhasilan. Secara keseluruhan terdapat 48 indikator,

namun pelaksanaan indikator-indikator tersebut diserahkan kepada Negara

yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan.

Program MDGs ditargetkan untuk dicapai hingga tahun 2015 untuk

negara-negara berkembang. Negara berkembang diwajibkan untuk

melaksanakan MDGs sedangkan Negara maju diharuskan untuk

memberikan dukungan dan bantuan untuk ketercapaian program MDGs.

2.2 Kematian Anak

Poin ke 4 dari rumusan MDGs adalah penurunan kematian anak,

angka kematian anak dipilih karena usia anak-anak adalah usia yang rentan

terhadap penyakit dan kondisi tidak sehat. Dalam poin ke 4 ini terdapat

beberapa 3 indikator dan 1 sub indikator untuk mengukur keberhasilannya

(Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, 2011). Indikator-

indikator tersebut adalah:

INDIKATOR

4.1Angka Kematian Balita (AKBa) per 1000 kelahiran hidup

4.2Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup

4.2aAngka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup

4.3Persentase anak usia 12-23 bulan yang diimunisasi campak

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Angka Kematian Balita (AKBa) per 1000 kelahiran hidup

Indikator kedua untuk mencapai tujuan MDGS nomer 4 adalah

menurunkan angka kematian bayi per 1000 kelahiran.Terdapat beberapa

upaya pemerintah dalam menyampaikan informasi mengenai berapa persen

upaya yang ditargetkan dan keberhasilannya dari tahun ke tahun memaluli

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) dan juga Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI).

Angka kematian balita (AKBA) menunjukkan perkembangan yang

membaik. Jika pada tahun 1992 AKBA masih berada pada angka 97 per

1.000 kelahiran hidup, maka pada tahun 1994 angka ini telah turun menjadi

81 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002-2003 AKBA sudah mencapai

angka 46 dan tahun 2005 mencapai 40 per 1.000 per kelahiran hidup. Artinya,

sepanjang dekade 1990-an telah terjadi perbaikan rata-rata 7 persen per tahun,

lebih tinggi dari dekade sebelumnya sebesar 4 persen per tahun.Pada tahun

2000 Indonesia telah mencapai dan melampaui target yang ditetapkan dalam

World Summit for Children (WSC) yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup.

Tabel 1. Data Angka Kematian Bayi dan Balita

Tahun Angka Kematian Balita (AKBA)1998-2002 582003-2007 452008-2012 40

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa angka kematian balita pada kurun

waktu 1998- 2002 dari angka 58 hingga tahun 2008-2012 mengalami tren

penurunan hingga pada angka 40 kematian per 1000 kelahiran. Keterangan

pada gambar 4 dapat lebih diperjelas pada gambar.

Gambar 1. Gambar 2. Tren Angka Kematian Balita Indonesia 1991-2012

AKBA0

20

40

60

80

100

120

97

81

58

46 44 40

SDKI 1991SDKI 1994SDKI 1997SDKI 2002-2003SDKI 2007SDKI 2012

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012

Dapat dilihat tabel 3 merupakan estimasi angka kematian balita

(AKBA) tahun 2007 per provinsi. Provinsi yang memiliki angka kematian

balita (AKBA) tertinggi adalah sulawesi barat dengan 96 kematian per

1000 kelahiran hidup. Sedangkan DI Yogyakarta memiliki angka kematian

balita terendah dengan 22 kematian per 1000 kelahiran hidup.

Tabel 2. Estimasi Angka Kematian Bayi Dan Balita Tahun 2007

No. ProvinsiEstimasi Angka Kematian Balita

1. Aceh 452. Sumatera Utara 673. Sumatera Barat 624. Riau 475. Jambi 476. Sumatera Selatan 527. Bengkulu 658. Lampung 559. Kepulauan Bangka Belitung 4610. Kepulauan Riau 5811. DKI Jakarta 3612. Jawa Barat 4913. Jawa Tengah 3214. DI Yogyakarta 2215. Jawa Timur 4516. Banten 5817. Bali 3818. Nusa Tenggara Barat 92

19. Nusa Tenggara Timur 8020. Kalimantan Barat 5921. Kalimantan Tengah 3422. Kalimantan Selatan 7523. Kalimantan Timur 3824. Sulawesi Utara 4325. Sulawesi Tengah 6926. Sulawesi Selatan 5327. Sulawesi Tenggara 6228. Gorotalo 6929. Sulawesi Barat 9630. Maluku 9331. Maluku utara 7432. Papua barat 6233. Papua 64

Indonesia 44

Sumber : Kementrian Kesehatan Republik 2012

Terdapat tiga penyebab utama kematian bayi yang masih menjadi

tantangan besar untuk diatasi. Ketiga hal tersebut adalah infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA ), komplikasi perinatal,dan diare. Gabungan ketiga

penyebab ini memberi andil bagi 75 persen kematian bayi. Pola penyebab

utama kematian balita juga hampir sama, yaitu penyakit saluran pernafasan,

diare, penyakit syaraf termasuk meningitis dan encephalitis dan tifus.

3.2 Angka Kematian Bayi Per 1000 Kelahiran Hidup

Indikator kedua guna mencapai tujuan MDGs nomor 4 adalah

prosentase kematian bayi per 1000 kelahiran hidup dengan sub indikator.

Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian

bayi dan mencapai angka target yang telah ditetapkan untuk MDGs. Angka

Kematian Bayi dan Balita dapat dilihat pada Data Angka Kematian Bayi dan

Balita, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012 pada tabel

dibawah ini.

Tabel 3. Data Angka Kematian Bayi dan Kematian Neonatum

Tahun Sebelum Survei

Perkiraan Tahun Kalender

Kematian Bayi Kematian Neonatum

0-4 2008-2012 32 195-9 2003-2007 35 20

10-14 1998-2002 45 23Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012

Gambar 2. Tren Angka Kematian Bayi, Indonesia 1991-2012

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012

Angka kematian bayi didefinisikan peluang bayi meninggal sebelum

mencapai ulang tahun pertama (0-11 bulan). Sedangkan Angka kematian

neonatum adalah peluang meninggal dalam bulan pertama setelah lahir (0-

28 hari). Angka-angka kematian bayi dan neonatum dalam Tabel 4 dihitung

untuk tiga periode lima tahunan. Angka kematian bayi dan neonatum dari

tahun 1998 hingga SKDI 2012 mengalami penurunan, namun belum

mencapai target MDGs.

Angka kematian bayi, pada tabel 4 mengalami penurunan dari tahun

1998 hingga 2012, tetapi pada akhir-akhir tahun ini penurunan lebih lambat.

Terlihat juga pada gambar 2, angka kematian bayi mengalami penurunan

pada tahun 1992-2012. Target MDGs untuk tingkat kematian bayi adalah 23

kematian bayi setiap 1000 kelahiran hidup, sejak tahun 1991 hingga 2012

target tersebut belum tercapai, dan diharapkan dapat tercapai pada tahun

2015.

Angka kematian neonatum juga mengalami penurunan setiap

tahunnya, tetapi juga belum mencapai target MDGs. Target MDGs untuk

angka kematian neonatum adalah harus menurun setiap tahunnya dan harus

ditekan menjadi nol kematian setiap 1000 kelahiran hidup. Indonesia belum

mencapai kematian neonatum nol hingga tahun 2012.

3.3 Persentase Anak Usia 12-23 Bulan yang Diimunisasi Campak (%)

Indikator terakhir guna mencapai tujuan MDGs nomor 4 adalah persentase

anak usia 12-23 bulan yang telah di imunisasi campak. Berikut adalah

data-data aktual yang kami dapatkan.

Gambar 3. Proporsi Anak Usia 12-23 Bulan yang di Imunisasi Campak

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2002-2003

Gambar 3 menunjukkan bahwa proporsi anak usia 12-23 bulan

yang telah menerima minimal satu kali imunisasi campak, baik sebelum

mencapai usia 12 bulan maupun tidak, mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun. Proporsi pada tahun 1991 hanya sebesar 57,5% dan terus

meningkat hingga 71,6% saat dilakukan survei pada tahun 2002-2003.

Data selanjutnya merupakan kelanjutan dari grafik 1, yakni data SDKI

tahun 2012.

Gambar 4. Proporsi Anak Usia 12-23 Bulan yang di Imunisasi Campak

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012

user, 09/17/13,
Tabel2 dan grafik2 d bab ini akan diganti oleh berlin nnti dkirim (SUDAH)

Gambar 4 menunjukkan bahwa proporsi anak usia 12-23 bulan

yang diimunisasi campak terus mengalami peningkatan yakni mencapai

76% pada tahun 2007 dan mencapai 80% pada tahun 2012. Informasi ini

menggambarkan bahwa salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi

angka kematian anak melalui penggalakan imunisasi campak telah

berhasil. Data berikutnya adalah cakupan imunisasi campak menurut

karakteristik latar belakang.

Tabel 4. Persentase Cakupan Imunisasi Menurut Karakteristik Latar Belakang di Indonesia Tahun 2012

NO KARAKTERISTIK CAKUPAN (%)

1. Jenis KelaminLaki-laki 81,2Perempuan 79,0

2. Tempat TinggalPerkotaan 82,3Pedesaan 78,1

3. Pendidikan IbuTidak Sekolah 33,4Tidak Tamat SD 59,4Tamat SD 78,1Tidak Tamat SMTA 81,5Tamat SMTA+ 85,6

JUMLAH 80,1Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012

Tabel 4 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi campak tidak

banyak berbeda jika dibandingkan menurut jenis kelamin anak dan tempat

tinggal anak. Perbedaan signifikan tampak bila dibandingkan menurut

tingkat pendidikan ibu. Ibu yang berpendidikan tamat SMA lebih banyak

yang telah mengimunisasikan anaknya daripada ibu yang tidak sekolah.

Selain itu, SDKI 2012 juga menyajikan data persentase cakupan imunisasi

campak menurut provinsi. Provinsi yang memiliki cakupan imunisasi

terendah adalah Papua. Sedangkan provinsi yang memiliki cakupan

imunisasi tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut adalah

tabel persentase cakupan imunisasi campak seluruh provinsi di Indonesia.

Tabel 5. Persentase Anak Umur 12-23 Bulan yang di Imunisasi Campak Menurut Provinsi

NO. PROVINSI CAKUPAN (%)

1. SUMATERAAceh 59,8Sumatera Utara 64,2Sumatera Barat 69,5Riau 70,8Jambi 76,7Sumatera Selatan 80,1Bengkulu 82,1Lampung 89,3Bangka Belitung 74,9Kepulauan Riau 75,7

2. JAWADKI Jakarta 86,5Jawa Barat 81,1Jawa Tengah 92,6DI Yogyakarta 97,1Jawa Timur 87,8Banten 61,4

3. BALI DAN NUSA TENGGARABali 93,1Nusa Tenggara Barat 89,9Nusa Tenggara Timur 82,7

4. KALIMANTANKalimantan Barat 71,6Kalimantan Tengah 64,2Kalimantan Selatan 73,6Kalimantan Timur 89,0

5. SULAWESISulawesi Utara 87,5Sulawesi Tengah 82,9Sulawesi Selatan 71,9Sulawesi Tenggara 81,4Gorontalo 91,6Sulawesi Barat 60,9

6. MALUKU DAN PAPUAMaluku 65,1Maluku Utara 83,4Papua Barat 62,9Papua 49,0

JUMLAH 80,1

Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

MDGs atau Millennium Development Goals adalah suatu komitmen

internasional yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan manusia dan

pengentasan kemiskinan.

Menurunkan angka kematian anak adalah salah satu tujuan MDGs di

mana saat ini Pencapaian Indonesia masih cukup rendah. Berbagai upaya

telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan

tersebut.Berikut adalah pencapaian dan target dari tujuan MDGs keempat.

1. Angka Kematian Bayi Per 1000 Kelahiran Hidup

Pada tahun 2007 angka kematian bayi di Indonesia mencapai angka

34 kematian per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan target pencapaian

MDGs pada tahun 2015 untuk angka kematian bayi adalah 23 kematian

per 1000 kelahiran hidup

2. Angka Kematian Balita (AKBA) per 1000 Kelahiran Hidup

Pada tahun 2012 angka kematian balita di Indonesia mencapai angka

40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan target pencapaian

MDGs pada tahun 2015 untuk angka kematian balita adalah 32 kematian

per 1000 kelahiran hidup.

3. Persentase Anak Usia 12-23 Bulan yang Diimunisasi Campak (%)

Pada tahun 2012, persentase anak usia 12-23 bulan yang diimunisasi

campak sebesar 80,1%. Capaian ini terus mengalami kenaikan mulai dari

57,5% di tahun 1991 hingga 80,1% di tahun 2012.

Pencapaian Goal MDGs yang keempat tahun 2015 pada Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA) belum

mencapai target yang diharapkan. Pencapaian cakupan imunisasi campak

pada anak usia 12-23 bulan telah mengalami peningkatan.

user, 09/17/13,
Kesimpulan tambahi fie yg ada indikator, target n pencapaian itu y pak, atau tabel itu mau dimasukin di subbab baru d pembahasan jg boleh

4.2 Saran

Data yang didapatkan dari beberapa sumber seperti Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) sudah cukup lengkap, namun tidak dapat

dipungkiri masih ada sejumlah data yang perlu dilengkapi. Kelengkapan data

sangat diperlukan. Hal ini lantaran penarikan kesimpulan yang membutuhkan

kelengkapan data. Kesimpulan ini bisa menjadi data untuk perencanaan

strategis dalam pencapaian indikator MDGs yang belum tercapai. Hal ini

mengingat target 2015 sudah sangat dekat. Tentunya dengan kelengkapan data,

akan sangat menunjang target-target MDGs ke depan.

DAFTAR PUSTAKA

Kita Suarakan MDGs Demi Pencapaiannya di Indonesia, Peter Stalker,

cetakan ke 2( oktober 2008).

MDGs. Badan Pusat Statistik. http://mdgs-dev.bps.go.id/ diakses 14-9-

2013

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia 2011. http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf [disitasi tanggal 13 September 2013]

Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan. 2007. Laporan Pencapaian Millenium Development Goals Indonesia 2007. http://www.undp.or.id/pubs/docs/UNDP%20-%20%20MDGR

%202007%20(bahasa).pdf [disitasi tanggal 13 September 2013]

Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan. 2013. Laporan Riskesdas 2010http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf (disitasi pada 11 September 2013 pukul 20.23 WIB)

Laporan Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Badan Pusat Statistik, BKKBN Kemanterian Kesehatan.

user, 09/17/13,
Penulisan dapus dibenerin ya pak