Metode Anguru MDGs IsiI
-
Upload
fika-khulma-sofia -
Category
Documents
-
view
95 -
download
2
Embed Size (px)
Transcript of Metode Anguru MDGs IsiI

1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka Kematian Balita(AKBal) di
Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan SDKI 2007, pada tahun 1990 angka
kematian bayi sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup (KH). Data terakhir, AKB
menjadi 34/1000 KH dan AKBal 44/1000 KH. Walaupun angka ini telah
turun dari tahun 1990, penurunan ini masih jauh dari target Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi
23 dan AKBal 32 per 1000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara
lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina AKB dan AKBal di
Indonesia dinilai masih lebih tinggi.
Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang
terjadi pada bayi baru lahir/ neonatal (umur 0-28 hari). Masalah neonatal ini
meliputi asfiksia (kesulitan bernafas saat lahir), Bayi Bayi Lahir Rendah (BBLR)
dan infeksi.
Tiga penyebab utama bayi meninggal adalah akibat berat badan rendah
sebesar 29 persen, mengalami gangguan pernapasan sebesar 27 persen dan
masalah nutrisi sebesar 10 persen
Bayi baru lahir harus melakukan adaptasi terhadap lingkungan di luar
rahim. Proses adaptasi ini diperberat dengan kelahiran bayi yang terlalu dini
(prematur) atau berat badan lahir rendah (BBLR). Di negara berkembang
termasuk di negara Indonesia, morbiditas dan mortalitas bayi lahir dengan berat
bayi lahir rendah (BBLR) masih tinggi yaitu sekitar 14% (Fiva, 2010)
Menurut data dari Dinas Kesehatan kabupaten garut misalnya, sampai
Oktober 2010 terdapat 24 ibu melahirkan dan 189 bayi lahir yang meninggal.

2
Sebanyak 66 bayi di antaranya lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram.
(Kompas, 2010)
Bayi yang lahir prematur dan BBLR mempunyai kebutuhan khusus,
diantaranya kebutuhan untuk mempertahankan kehangatan suhu tubuh.
Selama ini, Inkubator merupakan salah satu tempat yang dapat memenuhi
kebutuhan tersebut. Hampir di seluruh rumah sakit besar, perawatan BBLR
menggunakan fasilitas inkubator. Namun, penggunaan inkubator dalam
praktiknya memiliki beberapa kekurangan. Disamping jumlahnya yang terbatas
karena harganya mahal, bayi yang berada dalam inkubator juga sering mendapat
infeksi nosokomial karena perawatan di rumah sakit dalam jangka waktu lama.
Oleh karena itu diperlukan suatu metode praktis sebagai pengganti inkubator
yang dapat memenuhi kebutuhan bayi BBLR.
Penurunan angka kematian bayi dan balita dapat dikatakan sesuai harapan
(on track). Namun perlu upaya yang keras agar dapat mencapai target MDG bila
dilihat lambatnya penurunan angka kematian baik bayi maupun balita. Untuk itu
perlu dukungan pemerintah daerah, DPRD, organisasi profesi, organisasi
terkait, dan stakeholders lainnya dalam menurunkan angka kematian bayi dan
balita tersebut. Salah satu upaya yang efektif untuk membantu mencapai teget
poin keempat MDGs adalah denagn mengimplementasikan Perawatan Metode
Kanguru bagi bayi Prematur dan BBLR. Perawatan Metode Kanguru (PMK)
adalah suatu metode perawatan yang diilhami oleh cara kanguru merawat
anaknya yang selalu lahir prematur. Perawatan dengan metode kanguru
merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling
mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi,
keselamatan dan kasih sayang.(WHO, 2003)
Perawatan Metode Kanguru memiliki banyak manfaat baik bagi
bayi,ibu,maupun tenaga kesehatan dan pemerintah. Manfaat bagi bayi dapat
berupa stabilisasi suhu, pola pernafasan, dan denyut jantung; meningkatkan
durasi tidur; mempercepat peningkatan berat badan dan perkembangan otak .

3
Manfaat bagi ibu dapat berupa mempermudah pemberian dan meningkatkan
produksi ASI, meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam merawat bayi.
Sedangkan bagi pemerintah, metode Kanguru dapat dijadikan salah satu metode
yang efektif dan hemat untuk menanggulangi masalah bayi prematur dan BBLR.
Melihat potensi Perawatan Metode Kanguru (PMK)dalam berbagai aspek,
maka penulis tertarik untuk menganalisis aplikasi PMK sebagai metode efektif
dalam mengurangi angka kematian bayi akibat prematur dan BBLR di Kota
Surakartademi tercapainya MDGs di Indonesia
B. Rumusan Permasalahan
Bagaimanakah aplikasi Rebuilding Perawatan Metode Kanguru (PMK) dalam
menurunkan angka kematian bayi prematur dan BBLR di Surakarta demi
tercapainya MDGs di indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Mengeksplorasi aplikasi Rebuilding Perawatan Metode Kanguru (PMK) dalam
menurunkan angka kematian bayi prematur dan BBLR di Surakarta demi
tercapainya MDGs di indonesia.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Umum
a. Menjelaskan keunggulan Metode Kanguru (PMK) dalam menurunkan
angka kematian bayi prematur dan BBLR di Surakarta demi tercapainya
MDGs di indonesia.
b. Meningkatkan taraf kesehatan masyarakat serta mengikutsertakan peran
masyarakat terutama orang tua dan keluarga bayi dalam mengatasi
permasalahan bayi prematur dan BBLR melalui metode Kanguru
2. Manfaat Khusus
Menjadi dasar penelitian lebih lanjut dan kajian ilmiah penerapan Metode
Kanguru (PMK) dalam menurunkan angka kematian bayi prematur dan
BBLR di Surakarta demi tercapainya MDGs di indonesia.

4
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Millenium Development Goals (MDGs) dan Pencapaian Target
Mengurangi Angka Kematian Anak
Millenium Development Goals atau disingkat MDGs merupakan hasil
kesepakatan Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) bulan September 2000, dan diprakarsai oleh 189 negara
PBB, termasuk Indonesia. Secara umum MDGS bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan umat manusia dan merupakan tantangan utama dalam
pembangunan di seluruh dunia. MDGs juga merupakan bentuk komitmen dari
komunitas internasional terhadap pengembangan visi mengenai pembangunan;
yang secara kuat mempromosikan pembangunan manusia sebagai kunci untuk
mencapai pengembangan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan dengan
menciptakan dan mengembangkan kerjasama dan kemitraan global. Melalui
UNDP, sebagai bagian dari jaringan PBB, menjadi penghubung dan
mengkoordinasikan berbagai upaya-upaya di tingkat nasional dan global untuk
mencapai MDGs.
Ada 8 sasaran utama yang hendak dicapai hingga tahun 2015 nanti, salah
satunya pada poin keempat adalah mengurangi angka kematian anak. Dengan
adanya MDGs ini diharapkan mampu mengurangi dua pertiga angka kematian
anak di bawah usia lima tahun.
Dalam rangka pencapaian agenda MDGs yang terkait secara langsung
terhadap kesehatan, telah dilakukan berbagai upaya yang terencana
dituangkan baik dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2004-2009 maupun dalam RPJM 2010-2014 melalui Peraturan
Presiden no 7 tahun 2005 dan no 5 tahun 2010. Upaya yang dilakukan terkait

5
dengan poin 4 sasaran MDGs adalah menurunkan kematian balita sebesar dua
pertiganya dari keadaan tahun 1990 dengan indikator proksi:
Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran
hidup
Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBal) menjadi 32 per 1.000
kelahiran hidup
Proporsi imunisasi campak pada anak yang berusia 1 tahun, mencakup 90
% dari seluruh sasaran
Menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi 15%.
Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir
rendah (BBLR).(WHO,2003) Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh
lahir sebelum waktunya (prematur), dan sebagian oleh karena mengalami
gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan PJT (Pertumbuhan
Janin Terhambat). BBLR merupakan penyumbang utama angka kematian pada
neonatus. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5
juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus
(kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran
hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. (WHO,
1996).
Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per
1000 kelahiran hidup. (Darmstadt, 2005) Dalam laporan WHO yang dikutip dari
State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa
27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah. Namun
demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya
kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian
juga adalah BBLR.(WHO, 2003) Di Indonesia, menurut survey ekonomi
nasional (SUSENAS) 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR
saja sebesar 38,85%.(BPS, 2005)

6
Pada angka kematian bayi, laju kematian bayi juga menurun, namun lebih
lambat dibandingkan penurunan kematian balita. Dengan demikian proporsi
kematian yang lebih besar terjadi pada bulan-bulan pertama setelah dilahirkan.
Pada tahun 1990, 70% kematian terjadi pada bayi, namun pada 2005 proporsinya
meningkat hingga 77%.
Gambar 1. Grafik Pencapaian target jumlah Angka Kematian bayi dan Balita tahun 1990
hingga target 2015
Penurunan angka kematian bayi dan balita dapat dikatakan sesuai
harapan (on track). Namun perlu upaya yang keras agar dapat mencapai target
MDG bila dilihat lambatnya penurunan angka kematian baik bayi maupun balita.
Untuk itu perlu dukungan pemerintah daerah, DPRD, organisasi profesi,
organisasi terkait, dan stakeholders lainnya dalam menurunkan angka
kematian bayi dan balita tersebut. Salah satu upaya yang efektif untuk membantu
mencapai teget poin keempat MDGs adalah denagn mengimplementasikan
Perawatan Metode Kanguru bagi bayi Prematur dan BBLR.
B. Perawatan Metode Kanguru (PMK)
Perawatan Metode kanguru (PMK) atau Kangaroo Mother Care (KMC)
ditemukan di Bogota, Kolumbia pada tahun 1983. Perawatan Metode Kanguru
(PMK) adalah suatu metode perawatan yang diilhami oleh cara kanguru

7
merawat anaknya yang selalu lahir prematur. Prinsip dari PMK adalah bayi
dalam posisi tegak (upright) jika ibu berdiri, atau posisi berbaring (prone)
jika ibu berbaring, hanya memakai popok dan penutup kepala, didekap
antara kedua payudara ibu, bersentuhan kulit dengan kulit (skin to skin),
dada dengan dada, secara berkesinambungan.
Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care) atau disebut juga
asuhan kontak kulit (skin to skin contact) terdiri dari empat komponen, yaitu:
Kangoroo position (posisi), Kangaroo nutrition (nutrisi), Kangaroo discharge
(keluar dari rumah sakit) dan Kangaroo support (dukungan keluarga). Integrasi
dari keempat komponen tersebut sangat menunjang efektifitas dari metode ini.
Dengan cara seperti itu, kebutuhan esensial bayi prematur dan BBLR terhadap
adaptasi suhu lingkungan dapat tercapai.
Skin to skin contact dapat menyalurkan kehangatan pada bayi. Tujuan
kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi adalah menurunkan hilangnya panas
melalui konduksi dan radiasi serta bertujuan untuk mempertahankan neutral
thermal environment/ NTE, yaitu kisaran suhu lingkungan sehingga bayi dapat
mempertahankan suhu tubuhnya tetap normal dengan metabolisme basal
minimum dan kebutuhan oksigen terkecil. Dengan melakukan hal tersebut, bayi
akan mendapat panas dari tubuh ibunya dan suhunya menjadi stabil karna si ibu
memiliki suhu tubuh antara 36,5-37 derajat Celcius. Suhu tubuh ibu ini
merupakan pemanas alami yang lebih baik dibandingkan denagn inkubator yang
hanya bersuhu 34 derajat.
a. Cara Melaksanakan Metode Kanguru
1. Beri bayi pakaian, topi , popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih
dahulu
2. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan
pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan
siku dan tungkai tertekuk , kepala dan dada bayi terletak di dada ibu
dengan kepala agak sedikit mendongak.

8
3. Dapat pula memeakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu , dan
bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu
memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.
4. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi , dapat digunakan handuk atau
kain lebar yang elastik atau kantong yang dibuat sedemikian untuk
menjaga tubuh bayi.
5. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri,
duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur , posisi ibu
setengah duduk atau dengan jalan meletakkan beberapa bantal di belakang
punggung ibu.
6. Bila ibu perlu istirahat , dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.
7. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi bayi,
pemantauan bayi, cara pamberian asi , dan kebersihan ibu dan bayi.
Gambar 2. Posisi Bayi pada Perawatan Metode Kanguru
b. Manfaat Perawatan Metode Kanguru (PMK)
Manfaat bagi Bayi
Dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa manfaat PMK pada bayi
adalah sebagai berikut :
1. Suhu tubuh bayi, denyut jantung dan frekuensi pernapasan relatif
terdapat dalam batas normal.(Ludington, 2004)

9
2. BBLR lebih cepat mencapai suhu 36,5° C terutama dalam waktu 1 jam
pertama
3. ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga memperkuat
sistem imun bayi karena meningkatnya produksi ASI.(WHO, 1006)
4. Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga
menurunkan stres ditandai dengan kadar kortisol yang rendah.
(Usman,1996)
5. Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat. (Usman, 1996)
6. Meningkatkan ikatan bayi-ibu.
7. Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif
yang dilihat dari lebih tingginya skor Indeks Perkembangan Mental
Bayley.
8. Menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran
pernapasan bawah.(Conde, 2003)
9. Menurunkan risiko kematian dini pada bayi.
10. Memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.(Usman, 1996)
11. Kelangsungan hidup pada bayi BBLR lebih cepat membaik pada
kelompok PMK daripada bayi dengan metode konvensional pada 12 jam
pertama dan seterusnya. (Worku,2005)
12. Waktu pemulihan yang lebih singkat pada PMK secara klinis penting
dalam mempertahankan homeostasis.(Usman, 1996)
Manfaat Bagi Ibu
Manfaat bagi ibu dapat berupa mempermudah pemberian dan
meningkatkan produksi ASI, meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam
merawat bayi.(Conde,2003). Selain itu, Inisiasi menyusui dini (IMD),
yakni meletakkan bayi di atas perut ibu dan membiarkan bayi mencari
puting susu ibunya sendiri. (Suradi, 2000). Hal ini akan ikut merangsang
pelepasan oksitosin dan merangsang rahim untuk berkontraksi dan
mengeluarkan sisa-sisa kotoran, termasuk plasenta. Dengan menyusui,

10
kesuburan ibu akan menurun sehingga terhindar dari kehamilan dalam
interval waktu singkat. Dengan demikian, ibu berkesempatan
mengembalikan kualitas kesehatannya dan merawat bayinya secara
maksimal. (Anita, 2010)
Bagi Rumah Sakit atau Tempat Pelayanan Kesehatan
Bagi Rumah Sakit, aplikasi Perawatan Metode Kanguru (PMK) dapat
mengurangi ketergantungan pihak rumah sakit terhadap Inkubator. Biaya
operasional dan maintenance untuk inkubator dapat dihemat dan
dialokasikan untuk sektor lain. (Pratomo, 2006). Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, penggunaan inkubator bagi bayi prematur dapat
beresiko terkena infeksi nookomial dari Rumah sakit. Selain itu, menurut
penelitian, Metode Kanguru dinilai lebih efektif dalam mempercepat
kenaikan berat badan pada bayi prematur dan BBLR.
Selain itu, dengan metode Kanguru tingkat turn over atau sirkulasi
pasien persalinan di rumah sakit akan lebih cepat. (Cattaneo, 1998). Bila
rumah sakit menggunakan inkubator, diperlukan waktu setidaknya
seminggu hingga berbulan-bulan, berbeda-beda pada tipa bayi tergantung
perbaikan kondisi bayi. Hal ini mengakibatkan terjadinya antrian pasien
yang hendak diinkubasi, berhubungan dengan ketersediaan alat yang
terbatas. Dengan menggunakan metode Kanguru yang praktis tanpa
inkubator, sirkulasi (keluar masuknya) pasien akan lancar dan cepat
sehingga penghasilan bagi Rumah sakit pun akan meningkat.
Metode Kanguru juga dapat meningkatkan efisiensi pegawai.
Pemerintah mengalokasikan 4-11% anggaran untuk kesehatan dimana
sekitar 80% dari anggaran tersebut digunakan untuk membayar gaji pekerja
medis. Padahal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri
merekomendasikan bahwa proporsi gaji seharusnya hanya 15%. (Jakarta
Post, 2007). Dengan adanya Metode kanguru yang diaplikasikan tanpa alat,
maka tidak diperlukan begitu banyak pegawai untuk mengurus perawatan

11
di ruang incubator karena bayi lebih lama dirawat oleh ibunya sehingga
kebutuhan tenaga petugas dapat dikurangi. Dalam metode ini hanya
dibutuhkan pengawasan dan edukasi dari para praktisi kesehatan sehingga
hal ini akan meningkatkan efisiensi pegawai.
Bagi Pemerintah
Dalam pelaksanaan MDG’s, upaya Pemerintah Indonesia
merealisasikan Sasaran Pembangunan Milenium pada tahun 2015 akan
sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban
pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti
pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup,
kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya
yang cukup besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Departemen Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang
Indonesia terbesar berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54
triliun (2015). Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis
(2016) menjadi Rp66,70 triliun.
Begitu banyak biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk
pelaksanaan MDG’s, terutama di bidang kesehatan. Oleh sebab itu
diperlukan suatu cara untuk menekan pengeluaran. Dengan Perawatan
Metode Kanguru, setidaknya pemerintah dapat mengurangi beban biaya
penyediaan inkubator yang tergolong mahal. Inkubator dipatok mulai harga
sekitar 20 juta rupiah dan belum termasuk biaya perawatan dan
maintenance. Dengan aplikasi metode Kanguru yang tidak melibatkan
alat, anggaran belanja rumah sakit dalam hal penyediaan alat dapat
dihemat.(Pratomo, 2006)
Disisi Lain, Perawatan Metode Kanguru dapat membantu pemerintah
mencapai target nasional dan Internasional. Untuk mencapai Indonesia
Sehat 2015, dilakukan berbagai upaya di tingkat nasional. Selah satunya
upaya penurunan angka kematian bayi dan balita yang merupakan

12
bagian penting dalam Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI).
PNBAI dijabarkan dalam Visi Anak Indonesia 2015 untuk menuju anak
Indonesia yang sehat. Strategi nasional bagi upaya penurunan kematian
bayi dan balita adalah pemberdayaan keluarga, pemberdayan masyarakat,
meningkatkan kerja sama dan kordinasi lintas sektor, dan meningkatkan
jangkauan pelayanan kesehatan anak yang komprehensif dan berkualitas
(Bappenas, 2003)
Dalam hal ini, pelaksanaan strategi nasional lebih dititikberatkan pada
peran masyarakat dan keluarga pasien sendiri. Untuk itulah Perawatan
Metode Kanguru sangat cocok dalam mewujudkan tujuan dari program ini.
Metode kanguru memerlukan peran aktif ibu dan dukungan keluarga untuk
menjaga kontinuitas dan keberhasilan metode ini. Selain itu, dengan
metode ini keterlambatan penanganan terhadap bayi prematur dan BBLR
akibat ketidaksediaan inkubator juga dapat dihindari. Misalnya jika pasien
berada jauh dari tempat pelayanan kesehatan, maka Ibu cukup memberikan
Perawatan Metodse Kanguru pada bayinya untuk mencegah bayi dari
hipotermi.
Sedangkan untuk target internasional, seperti yang telah dijelaskan
sbeelumnya, Perawatan Metode Kanguru (PMK) meupakan salah satu
upaya untuk melaksanakan poin 4 MDGs yaitu menurunkan angka
kematian anak, terutama yang disebabkan oelh kelahiran prematur dan
BBLR.
BAB III
METODE PENULISAN
A. Sumber dan Jenis Data

13
Sumber data dan informasi diperoleh dari text book kedokteran, artikel ilmiah
dan hasil penelitian yang berkaitan dengan Perawatan Metode Kanguru (PMK),
laporan mengenai pencapaian MDGs dan permasalahan terkait pelaksanaan MDGs
poin keempat.Selain itu dilakukan penelusuran terhadap jurnal-jurnal yang baru dan
relevan. Sedangkan jenis data yang diambil meliputi data kualitatif dan kuantitatif.
B. Pengumpulan Data
Pada karya tulis ini, penulis mengaji masalah bukan berdasarkan eksperimen
di laboratorium melainkan menggunakan metode studi pustaka atau Systematic
review. Informasi didapatkan dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil
review dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling berhubungan,
relevan dengan topik, serta tidak menimbulkan bias.
C. Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai topik yang diangkat.
Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data dan informasi yang
telah dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat eksploratif
deskriptif.
D. Penarikan Simpulan
Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah, tujuan
penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik merepresentasikan pokok
bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi lanjut.
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

14
Di Indonesia, perawatan BBLR masih memprioritaskan pada penggunaan
inkubator tetapi keberadaannya masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas BBLR menjadi sangat tinggi, bukan hanya akibat kondisi
prematuritasnya, tetapi juga diperberat oleh hipotermia dan infeksi nosokomial.
Di sisi lain, penggunaan inkubator memiliki banyak keterbatasan. Selain
jumlahnya yang terbatas, inkubator membutuhkan biaya perawatan yang tinggi,
serta memerlukan tenaga terampil yang mampu mengoperasikannya. Selain itu,
dengan menggunakan inkubator, bayi dipisahkan dari ibunya, hal ini akan
menghalangi kontak kulit langsung antara ibu dan bayi yang sangat diperlukan
bagi tumbuh kembang bayi.
Praktik Perawatan Metode Kanguru (PMK) telah banyak dilaksanakan di
berbagai Rumah Sakit. Misalnya, Saat ini PMK mulai diaktifkan kembali dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) pembentukan Tim PMK RS Hasan
Sadikin yang diketuai oleh Prof. Sjarief Hidayat Efendi SpA(K). Setelah vakum
beberapa lama, pada bulan Maret 2010, mulai dilakukan pelaksanaan PMK di
semua ruang perawatan perinatologi.
Sejak diaktifkannya kembali pada bulan Maret 2010 sampai bulan Juli
2010, sudah dilakukan PMK pada lebih dari 20 bayi dengan berat badan antara
1400-2200 gram. Pelaksaaan PMK dilakukan selama 2-3 hari pada masing-
masing bayi. (Perinesia, 2010)
Di Indonesia, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (Depkes dan
Kesos) telah mengembangkan kebijakan Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.
Metode kanguru digunakan sebagai salah satu cara pencegahan hipotermia dalam
Perawatan Neonatal Dasar. Saat ini juga telah tersedia video dan peraga lembar balik
metode kanguru untuk keperluan sosialisasi kepada tenaga kesehatan, terutama bidan
di desa serta masyarakat.
Meskipun begitu, belum semua rumah sakit atau instansi kesehatan di Indonesia
telah mengimplementasikan Metode Kanguru ini. Tingkat pengetahuan petugas

15
kesehatan dan tingkat pengetahuan Ibu memegang peranan penting dalam
menentukan keberhasilan metode ini. Di Surakarta misalnya, hingga tahun 2010, baru
sebagian kecil instansi kesehatan yang mulai mengaplikasikan PMK. PKU
Muhamadiyah adalah salah satu dari sebagian kecil instansi kesehatan yang sudah
melaksanakaan metode PMK. Telah banyak dijelaskan diatas mengenai kelebihan
dan keunggulan metode Kanguru,serta tidak ditemukan adanya efek samping dari
metode ini. Maka, untuk mengotimalkan prakti metode ii di Surakarta, dperlukan
suatu langkah Rebuilding (pembangunan Kembali). Rebiulding merupakan
perombakan strategi pelaksanaan PMK pada pihak-pihak terkait untukdapat
melaksanakan PMk secara optimal. PMk teah ada sejak tahun 1983, dan dijadikan
programkerja nasional di Indonesia sejak tahun 1996. Oleh sebab itu,diperlukan
pendekatan baru melalui rebuilding untuk mengoptimalkan kinerja PMK di instansi
kesehatan di Surakarta dengan mengoptimakan komponen-komponen yang ada.
A. Rebuilding Perawatan Metode Kanguru (PMK) di Surakarta demi
tercapainya MDGs di Indonesia
Proses rebuilding metode Kanguru merupakan perbaikan cara-cara atau
pendekatan yang dapat dilakuka pihak berikut untuk membantu meningkatkan
tingkat keberhasilan PMK. Oleh sebab itu, dibutuhkan kerjasama yang baik antara
beberapa pihak terkait, diantaranya adalah pemerintah, rumah sakit, dan ibu.
a. Pemerintah
Pemerintah merupakan tonggak dari terlaksananya program ini.
Sebagai pemegang keputusan tertinggi dalam pelaksanaan kebijakan, sudah
seharusnya pemerintah turun tangan dalam rebuilding metode kangguru.
Metode ini sudah dikenal secara luas di berbagai negara dan pernah
dilaksanakan di Indonesia. Akan tetapi sampai saat ini masih ada masalah
dalam pelaksanaanya, yaitu kontinuitas dari program ini. Belum ada kebijakan
pasti mengenai keberadaan metode kangguru. Padahal banyak keuntungan
dari adanya pelaksanaan metode ini antara lain dari segi keuangan dan segi

16
pencapaian MDGs. Program ini tidak memerlukan peralatan khusus dalam
menangani bayi BBLR dan premature layaknya penanganan kasus BBLR dan
premature pada umumnya. Biasanya bayi dengan BBLR atau premature harus
diinkubator selama beberapa waktu. Rumah sakit tentunya membutuhkan
minimal adanya incubator apabila menerima kasus BBLR dan premature.
Padahal dengan metode kangguru, bayi cukup asuhan kontak kulit (skin to
skin contact) Dengan demikian dapat mengurangi pengadaan biaya
operasional dan maintenance untuk inkubator dapat dihemat dan dialokasikan
untuk sektor lain.
Selain itu, target pencapaian MDG’s menurunkan Angka Kematian
Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup dapat difasilitasi dengan
metode ini. Dibuktikan dengan peningkatan kesehatan bayi dari berbagai
aspek.
Dua contoh keuntungan dari pelaksaan metode kangguru dapat
menjadi pertimbangan pemerintah untuk mencanangkan metode kangguru
sebagai metode nasional penanganan kasus BBLR dan prematur. Metode ini
diletakkan sebagai tindakan prioritas dalam penanganan kasus BBLR dan
premtur. Diharapkan adanya kebijakan tertulis dari pemerintah mengenai
pelaksanaan metode ini sampai ke tingkat bidan desa. Selain itu dibutuhkan
perhatian lebih dari pemerintah dalam pelaksanaan metode ini di lapangan
demi tercapainya dan pengontrolan kontinuitas berjalannya program ini.
Selain menciptakan kebijakan baru, diharapkan pemerintah melakukan
follow up dan evaluasi pencapaian target jumlah bayi yangberhasil ditangani
dengan PMK. Follow up dapat dilakuakn setidaknya tiap bulan sekali dan
evaluasi tiapakhir tahun. Hal ini sebagai dasar untuk memperoleh data yang
valid mengenai tercapainya kebehasilan pelksanaan PMK.
b. Rumah sakit
Rumah sakit merupakan subjek dan motor penggerak dalam
pelaksanaan metode ini. Dibutuhkan peran aktif dari rumah sakit dalam

17
menghidupkan kembali metode ini. Beberapa rumah sakit di Indonesia sempat
melaksanakan program ini, tapi tak lama kemudian terjadi kevakuman dan
berakhir dengan terlupakannya metode ini. Masih dibutuhkan penelitian lebih
lanjut mengenai penyebab kevakuman metode ini. Padahal dari penelitian
yang dilakukan oleh Marliyani (2010) didapatkan hasil bahwa 62,4% tenaga
kesehatan yang dijadikan subjek penelitian. Dimungkinkan penyaluran
pengetahuan tersebut masih belum maksimal. Sehingga pengetahuan tersebut
tidak direalisasikan karena tidak ada sarana. Dibutuhkan bagian dari rumah
sakit yang khusus menangani pelaksanaan metode ini. Fungsi dari bagian ini
adalah melaksanakan, mengkontrol dan mengevaluasi tentang berjalannya
metode kanguru. Pelaksanaannya dalah penaganan langsung kasus BBLR dan
prematur sesuai tata cara metode kanguru.
Edukasi kepada ibu dan keluraga juga mejadi tugas dari bagian ini.
Mengontrol pelaksanaan dan mengevaluasi program secara berkala
diharapkan dapat mengembangkan metode ini menjadi lebih baik dengan
penyesuaian dengan maing-masing kebijakan rumah sakit. Evaluasi ini juga
dapat menjadi masukan untuk pemerintah dalam perbaikan kebijakan ke
depannya. Selain itu, bagian ini juga berkewajiban mengadakan pencerdasan
kepada puskesmas dan bidan-bidan baik dalam bentuk penyuluhan maupun
pelatihan karena kasus BBLR dan premature juga dapat ditemui di puskesmas
dan bidan-bidan. Pengetahuan yang cukup dan ketrampilan yang baik dari
tenaga kesehatan di puskesmas dan bidan dapat menunjang keberhasilan
metode ini pada tingkatan yang lebih menyentuh masyarakat luas.
c. Ibu
Ibu merupakan objek dari pelaksanaan metode kanguru. Sejauh ini,
tingkat pengetahuan ibu mengenai metode ini masih kurang kurang (Sari,
2008). Edukasi menjadi solusi paling utama dalam menyelesaikan masalah
ini. Edukasi ini tidak hanya ditujukan kepada ibu, tetapi juga pada pihak

18
keluarga. Dukungan keluarga akan menjadi sangat penting dalam membangun
psikis ibu untuk melaksanakan metode ini. Edukasi yang dilakukan dapat
berupa sosialisasi dan control dari anggota keluarga atau bidan. Sosialisasi
sebaiknya dilakukan saat kehamilan dan pasca kehamilan.
Sel;ain itu,seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu
komponen keberhasislan PMK adalah Kangaroo support, maka diperlukan
dukungan baik dari Ibu sendiri maupun pihak keluarga terhadap si Ibu dalam
menjalani PMK. Suami dapat mendampingin Ibu saata ibu memberikan PMK
pada bayinya dan juga menggantikan posisi Ibu untuk mendekap bayi dalam
posisi PMK ketika ibu kelelahan. Dukungan keluarga sangat penting dei
tercapainya keberhasilan PMK ini.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

19
Perawatan Metode kanguru (PMK) dapat digunakan sebagai salah satu
metode efektif untuk membantu menurunkan angka kematian anak, terutama bayi
prematur dan BBLR. Metode Kanguru memiliki banyakkeuntungan baik bagi Bayi,
Ibu, Pemerintah,dan pihak Rumah Sakit. Dalam pelaksanaannya, PMK membutuhkan
kerjasama yang baik antara el;uarga pasien, tenaga kesehatan,dan pemerintah..
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan penelitian dan kajian ilmiah lebih lanjut tentang strategi
sosialisasi Perawatan Metode kanguru (PMK) di masyarakat agar dapat
diketahui dan dilaksanakan masyarakat secara luas.
2. Sebaiknya pemerintah dan tenaga kesehatan rutin melaksanakan monitoring
setiap tahun untuk mengetahui tingkat keberhasilan PMK terhadap
penanganan kasus bayi prematur dan BBLR.
3. Sebaiknya pihak keluarga pasien memberikan dukungan penuh terhadap ibu
yang menjalani PMK agar pelaksanaan PMK dapat efektif dan optimal.