Metode Anguru MDGs IsiI

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka Kematian Balita(AKBal) di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan SDKI 2007, pada tahun 1990 angka kematian bayi sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup (KH). Data terakhir, AKB menjadi 34/1000 KH dan AKBal 44/1000 KH. Walaupun angka ini telah turun dari tahun 1990, penurunan ini masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23 dan AKBal 32 per 1000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina AKB dan AKBal di Indonesia dinilai masih lebih tinggi. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi baru lahir/ neonatal (umur 0-28 hari). Masalah neonatal ini meliputi asfiksia (kesulitan bernafas saat lahir), Bayi Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan infeksi.

Transcript of Metode Anguru MDGs IsiI

Page 1: Metode Anguru MDGs IsiI

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka Kematian Balita(AKBal) di

Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan SDKI 2007, pada tahun 1990 angka

kematian bayi sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup (KH). Data terakhir, AKB

menjadi 34/1000 KH dan AKBal 44/1000 KH. Walaupun angka ini telah

turun dari tahun 1990, penurunan ini masih jauh dari target Millenium

Development Goals (MDGs) tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi

23 dan AKBal 32 per 1000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara

lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina AKB dan AKBal di

Indonesia dinilai masih lebih tinggi.

Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang

terjadi pada bayi baru lahir/ neonatal (umur 0-28 hari). Masalah neonatal ini

meliputi asfiksia (kesulitan bernafas saat lahir), Bayi Bayi Lahir Rendah (BBLR)

dan infeksi.

Tiga penyebab utama bayi meninggal adalah akibat berat badan rendah

sebesar 29 persen, mengalami gangguan pernapasan sebesar 27 persen dan

masalah nutrisi sebesar 10 persen

Bayi baru lahir harus melakukan adaptasi terhadap lingkungan di luar

rahim. Proses adaptasi ini diperberat dengan kelahiran bayi yang terlalu dini

(prematur) atau berat badan lahir rendah (BBLR). Di negara berkembang

termasuk di negara Indonesia, morbiditas dan mortalitas bayi lahir dengan berat

bayi lahir rendah (BBLR) masih tinggi yaitu sekitar 14% (Fiva, 2010)

Menurut data dari Dinas Kesehatan kabupaten garut misalnya, sampai

Oktober 2010 terdapat 24 ibu melahirkan dan 189 bayi lahir yang meninggal.

Page 2: Metode Anguru MDGs IsiI

2

Sebanyak 66 bayi di antaranya lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram.

(Kompas, 2010)

Bayi yang lahir prematur dan BBLR mempunyai kebutuhan khusus,

diantaranya kebutuhan untuk mempertahankan kehangatan suhu tubuh.

Selama ini, Inkubator merupakan salah satu tempat yang dapat memenuhi

kebutuhan tersebut. Hampir di seluruh rumah sakit besar, perawatan BBLR

menggunakan fasilitas inkubator. Namun, penggunaan inkubator dalam

praktiknya memiliki beberapa kekurangan. Disamping jumlahnya yang terbatas

karena harganya mahal, bayi yang berada dalam inkubator juga sering mendapat

infeksi nosokomial karena perawatan di rumah sakit dalam jangka waktu lama.

Oleh karena itu diperlukan suatu metode praktis sebagai pengganti inkubator

yang dapat memenuhi kebutuhan bayi BBLR.

Penurunan angka kematian bayi dan balita dapat dikatakan sesuai harapan

(on track). Namun perlu upaya yang keras agar dapat mencapai target MDG bila

dilihat lambatnya penurunan angka kematian baik bayi maupun balita. Untuk itu

perlu dukungan pemerintah daerah, DPRD, organisasi profesi, organisasi

terkait, dan stakeholders lainnya dalam menurunkan angka kematian bayi dan

balita tersebut. Salah satu upaya yang efektif untuk membantu mencapai teget

poin keempat MDGs adalah denagn mengimplementasikan Perawatan Metode

Kanguru bagi bayi Prematur dan BBLR. Perawatan Metode Kanguru (PMK)

adalah suatu metode perawatan yang diilhami oleh cara kanguru merawat

anaknya yang selalu lahir prematur. Perawatan dengan metode kanguru

merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling

mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi,

keselamatan dan kasih sayang.(WHO, 2003)

Perawatan Metode Kanguru memiliki banyak manfaat baik bagi

bayi,ibu,maupun tenaga kesehatan dan pemerintah. Manfaat bagi bayi dapat

berupa stabilisasi suhu, pola pernafasan, dan denyut jantung; meningkatkan

durasi tidur; mempercepat peningkatan berat badan dan perkembangan otak .

Page 3: Metode Anguru MDGs IsiI

3

Manfaat bagi ibu dapat berupa mempermudah pemberian dan meningkatkan

produksi ASI, meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam merawat bayi.

Sedangkan bagi pemerintah, metode Kanguru dapat dijadikan salah satu metode

yang efektif dan hemat untuk menanggulangi masalah bayi prematur dan BBLR.

Melihat potensi Perawatan Metode Kanguru (PMK)dalam berbagai aspek,

maka penulis tertarik untuk menganalisis aplikasi PMK sebagai metode efektif

dalam mengurangi angka kematian bayi akibat prematur dan BBLR di Kota

Surakartademi tercapainya MDGs di Indonesia

B. Rumusan Permasalahan

Bagaimanakah aplikasi Rebuilding Perawatan Metode Kanguru (PMK) dalam

menurunkan angka kematian bayi prematur dan BBLR di Surakarta demi

tercapainya MDGs di indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Mengeksplorasi aplikasi Rebuilding Perawatan Metode Kanguru (PMK) dalam

menurunkan angka kematian bayi prematur dan BBLR di Surakarta demi

tercapainya MDGs di indonesia.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Umum

a. Menjelaskan keunggulan Metode Kanguru (PMK) dalam menurunkan

angka kematian bayi prematur dan BBLR di Surakarta demi tercapainya

MDGs di indonesia.

b. Meningkatkan taraf kesehatan masyarakat serta mengikutsertakan peran

masyarakat terutama orang tua dan keluarga bayi dalam mengatasi

permasalahan bayi prematur dan BBLR melalui metode Kanguru

2. Manfaat Khusus

Menjadi dasar penelitian lebih lanjut dan kajian ilmiah penerapan Metode

Kanguru (PMK) dalam menurunkan angka kematian bayi prematur dan

BBLR di Surakarta demi tercapainya MDGs di indonesia.

Page 4: Metode Anguru MDGs IsiI

4

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Millenium Development Goals (MDGs) dan Pencapaian Target

Mengurangi Angka Kematian Anak

Millenium Development Goals atau disingkat MDGs merupakan hasil

kesepakatan Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan

Bangsa-bangsa (PBB) bulan September 2000, dan diprakarsai oleh 189 negara

PBB, termasuk Indonesia. Secara umum MDGS bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan umat manusia dan merupakan tantangan utama dalam

pembangunan di seluruh dunia. MDGs juga merupakan bentuk komitmen dari

komunitas internasional terhadap pengembangan visi mengenai pembangunan;

yang secara kuat mempromosikan pembangunan manusia sebagai kunci untuk

mencapai pengembangan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan dengan

menciptakan dan mengembangkan kerjasama dan kemitraan global. Melalui

UNDP, sebagai bagian dari jaringan PBB, menjadi penghubung dan

mengkoordinasikan berbagai upaya-upaya di tingkat nasional dan global untuk

mencapai MDGs.

Ada 8 sasaran utama yang hendak dicapai hingga tahun 2015 nanti, salah

satunya pada poin keempat adalah mengurangi angka kematian anak. Dengan

adanya MDGs ini diharapkan mampu mengurangi dua pertiga angka kematian

anak di bawah usia lima tahun.

Dalam rangka pencapaian agenda MDGs yang terkait secara langsung

terhadap kesehatan, telah dilakukan berbagai upaya yang terencana

dituangkan baik dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2004-2009 maupun dalam RPJM 2010-2014 melalui Peraturan

Presiden no 7 tahun 2005 dan no 5 tahun 2010. Upaya yang dilakukan terkait

Page 5: Metode Anguru MDGs IsiI

5

dengan poin 4 sasaran MDGs adalah menurunkan kematian balita sebesar dua

pertiganya dari keadaan tahun 1990 dengan indikator proksi:

Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran

hidup

Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBal) menjadi 32 per 1.000

kelahiran hidup

Proporsi imunisasi campak pada anak yang berusia 1 tahun, mencakup 90

% dari seluruh sasaran

Menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi 15%.

Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir

rendah (BBLR).(WHO,2003) Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh

lahir sebelum waktunya (prematur), dan sebagian oleh karena mengalami

gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan PJT (Pertumbuhan

Janin Terhambat). BBLR merupakan penyumbang utama angka kematian pada

neonatus. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5

juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus

(kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran

hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. (WHO,

1996).

Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per

1000 kelahiran hidup. (Darmstadt, 2005) Dalam laporan WHO yang dikutip dari

State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa

27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah. Namun

demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya

kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian

juga adalah BBLR.(WHO, 2003) Di Indonesia, menurut survey ekonomi

nasional (SUSENAS) 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR

saja sebesar 38,85%.(BPS, 2005)

Page 6: Metode Anguru MDGs IsiI

6

Pada angka kematian bayi, laju kematian bayi juga menurun, namun lebih

lambat dibandingkan penurunan kematian balita. Dengan demikian proporsi

kematian yang lebih besar terjadi pada bulan-bulan pertama setelah dilahirkan.

Pada tahun 1990, 70% kematian terjadi pada bayi, namun pada 2005 proporsinya

meningkat hingga 77%.

Gambar 1. Grafik Pencapaian target jumlah Angka Kematian bayi dan Balita tahun 1990

hingga target 2015

Penurunan angka kematian bayi dan balita dapat dikatakan sesuai

harapan (on track). Namun perlu upaya yang keras agar dapat mencapai target

MDG bila dilihat lambatnya penurunan angka kematian baik bayi maupun balita.

Untuk itu perlu dukungan pemerintah daerah, DPRD, organisasi profesi,

organisasi terkait, dan stakeholders lainnya dalam menurunkan angka

kematian bayi dan balita tersebut. Salah satu upaya yang efektif untuk membantu

mencapai teget poin keempat MDGs adalah denagn mengimplementasikan

Perawatan Metode Kanguru bagi bayi Prematur dan BBLR.

B. Perawatan Metode Kanguru (PMK)

Perawatan Metode kanguru (PMK) atau Kangaroo Mother Care (KMC)

ditemukan di Bogota, Kolumbia pada tahun 1983. Perawatan Metode Kanguru

(PMK) adalah suatu metode perawatan yang diilhami oleh cara kanguru

Page 7: Metode Anguru MDGs IsiI

7

merawat anaknya yang selalu lahir prematur. Prinsip dari PMK adalah bayi

dalam posisi tegak (upright) jika ibu berdiri, atau posisi berbaring (prone)

jika ibu berbaring, hanya memakai popok dan penutup kepala, didekap

antara kedua payudara ibu, bersentuhan kulit dengan kulit (skin to skin),

dada dengan dada, secara berkesinambungan.

Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care) atau disebut juga

asuhan kontak kulit (skin to skin contact) terdiri dari empat komponen, yaitu:

Kangoroo position (posisi), Kangaroo nutrition (nutrisi), Kangaroo discharge

(keluar dari rumah sakit) dan Kangaroo support (dukungan keluarga). Integrasi

dari keempat komponen tersebut sangat menunjang efektifitas dari metode ini.

Dengan cara seperti itu, kebutuhan esensial bayi prematur dan BBLR terhadap

adaptasi suhu lingkungan dapat tercapai.

Skin to skin contact dapat menyalurkan kehangatan pada bayi. Tujuan

kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi adalah menurunkan hilangnya panas

melalui konduksi dan radiasi serta bertujuan untuk mempertahankan neutral

thermal environment/ NTE, yaitu kisaran suhu lingkungan sehingga bayi dapat

mempertahankan suhu tubuhnya tetap normal dengan metabolisme basal

minimum dan kebutuhan oksigen terkecil. Dengan melakukan hal tersebut, bayi

akan mendapat panas dari tubuh ibunya dan suhunya menjadi stabil karna si ibu

memiliki suhu tubuh antara 36,5-37 derajat Celcius. Suhu tubuh ibu ini

merupakan pemanas alami yang lebih baik dibandingkan denagn inkubator yang

hanya bersuhu 34 derajat.

a. Cara Melaksanakan Metode Kanguru

1. Beri bayi pakaian, topi , popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih

dahulu

2. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan

pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan

siku dan tungkai tertekuk , kepala dan dada bayi terletak di dada ibu

dengan kepala agak sedikit mendongak.

Page 8: Metode Anguru MDGs IsiI

8

3. Dapat pula memeakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu , dan

bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu

memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.

4. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi , dapat digunakan handuk atau

kain lebar yang elastik atau kantong yang dibuat sedemikian untuk

menjaga tubuh bayi.

5. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri,

duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur , posisi ibu

setengah duduk atau dengan jalan meletakkan beberapa bantal di belakang

punggung ibu.

6. Bila ibu perlu istirahat , dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.

7. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi bayi,

pemantauan bayi, cara pamberian asi , dan kebersihan ibu dan bayi.

Gambar 2. Posisi Bayi pada Perawatan Metode Kanguru

b. Manfaat Perawatan Metode Kanguru (PMK)

Manfaat bagi Bayi

Dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa manfaat PMK pada bayi

adalah sebagai berikut :

1. Suhu tubuh bayi, denyut jantung dan frekuensi pernapasan relatif

terdapat dalam batas normal.(Ludington, 2004)

Page 9: Metode Anguru MDGs IsiI

9

2. BBLR lebih cepat mencapai suhu 36,5° C terutama dalam waktu 1 jam

pertama

3. ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga memperkuat

sistem imun bayi karena meningkatnya produksi ASI.(WHO, 1006)

4. Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga

menurunkan stres ditandai dengan kadar kortisol yang rendah.

(Usman,1996)

5. Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat. (Usman, 1996)

6. Meningkatkan ikatan bayi-ibu.

7. Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif

yang dilihat dari lebih tingginya skor Indeks Perkembangan Mental

Bayley.

8. Menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran

pernapasan bawah.(Conde, 2003)

9. Menurunkan risiko kematian dini pada bayi.

10. Memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.(Usman, 1996)

11. Kelangsungan hidup pada bayi BBLR lebih cepat membaik pada

kelompok PMK daripada bayi dengan metode konvensional pada 12 jam

pertama dan seterusnya. (Worku,2005)

12. Waktu pemulihan yang lebih singkat pada PMK secara klinis penting

dalam mempertahankan homeostasis.(Usman, 1996)

Manfaat Bagi Ibu

Manfaat bagi ibu dapat berupa mempermudah pemberian dan

meningkatkan produksi ASI, meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam

merawat bayi.(Conde,2003). Selain itu, Inisiasi menyusui dini (IMD),

yakni meletakkan bayi di atas perut ibu dan membiarkan bayi mencari

puting susu ibunya sendiri. (Suradi, 2000). Hal ini akan ikut merangsang

pelepasan oksitosin dan merangsang rahim untuk berkontraksi dan

mengeluarkan sisa-sisa kotoran, termasuk plasenta. Dengan menyusui,

Page 10: Metode Anguru MDGs IsiI

10

kesuburan ibu akan menurun sehingga terhindar dari kehamilan dalam

interval waktu singkat. Dengan demikian, ibu berkesempatan

mengembalikan kualitas kesehatannya dan merawat bayinya secara

maksimal. (Anita, 2010)

Bagi Rumah Sakit atau Tempat Pelayanan Kesehatan

Bagi Rumah Sakit, aplikasi Perawatan Metode Kanguru (PMK) dapat

mengurangi ketergantungan pihak rumah sakit terhadap Inkubator. Biaya

operasional dan maintenance untuk inkubator dapat dihemat dan

dialokasikan untuk sektor lain. (Pratomo, 2006). Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, penggunaan inkubator bagi bayi prematur dapat

beresiko terkena infeksi nookomial dari Rumah sakit. Selain itu, menurut

penelitian, Metode Kanguru dinilai lebih efektif dalam mempercepat

kenaikan berat badan pada bayi prematur dan BBLR.

Selain itu, dengan metode Kanguru tingkat turn over atau sirkulasi

pasien persalinan di rumah sakit akan lebih cepat. (Cattaneo, 1998). Bila

rumah sakit menggunakan inkubator, diperlukan waktu setidaknya

seminggu hingga berbulan-bulan, berbeda-beda pada tipa bayi tergantung

perbaikan kondisi bayi. Hal ini mengakibatkan terjadinya antrian pasien

yang hendak diinkubasi, berhubungan dengan ketersediaan alat yang

terbatas. Dengan menggunakan metode Kanguru yang praktis tanpa

inkubator, sirkulasi (keluar masuknya) pasien akan lancar dan cepat

sehingga penghasilan bagi Rumah sakit pun akan meningkat.

Metode Kanguru juga dapat meningkatkan efisiensi pegawai.

Pemerintah mengalokasikan 4-11% anggaran untuk kesehatan dimana

sekitar 80% dari anggaran tersebut digunakan untuk membayar gaji pekerja

medis. Padahal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri

merekomendasikan bahwa proporsi gaji seharusnya hanya 15%. (Jakarta

Post, 2007). Dengan adanya Metode kanguru yang diaplikasikan tanpa alat,

maka tidak diperlukan begitu banyak pegawai untuk mengurus perawatan

Page 11: Metode Anguru MDGs IsiI

11

di ruang incubator karena bayi lebih lama dirawat oleh ibunya sehingga

kebutuhan tenaga petugas dapat dikurangi. Dalam metode ini hanya

dibutuhkan pengawasan dan edukasi dari para praktisi kesehatan sehingga

hal ini akan meningkatkan efisiensi pegawai.

Bagi Pemerintah

Dalam pelaksanaan MDG’s, upaya Pemerintah Indonesia

merealisasikan Sasaran Pembangunan Milenium pada tahun 2015 akan

sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban

pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti

pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup,

kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya

yang cukup besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Departemen Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang

Indonesia terbesar berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54

triliun (2015). Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis

(2016) menjadi Rp66,70 triliun.

Begitu banyak biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk

pelaksanaan MDG’s, terutama di bidang kesehatan. Oleh sebab itu

diperlukan suatu cara untuk menekan pengeluaran. Dengan Perawatan

Metode Kanguru, setidaknya pemerintah dapat mengurangi beban biaya

penyediaan inkubator yang tergolong mahal. Inkubator dipatok mulai harga

sekitar 20 juta rupiah dan belum termasuk biaya perawatan dan

maintenance. Dengan aplikasi metode Kanguru yang tidak melibatkan

alat, anggaran belanja rumah sakit dalam hal penyediaan alat dapat

dihemat.(Pratomo, 2006)

Disisi Lain, Perawatan Metode Kanguru dapat membantu pemerintah

mencapai target nasional dan Internasional. Untuk mencapai Indonesia

Sehat 2015, dilakukan berbagai upaya di tingkat nasional. Selah satunya

upaya penurunan angka kematian bayi dan balita yang merupakan

Page 12: Metode Anguru MDGs IsiI

12

bagian penting dalam Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI).

PNBAI dijabarkan dalam Visi Anak Indonesia 2015 untuk menuju anak

Indonesia yang sehat. Strategi nasional bagi upaya penurunan kematian

bayi dan balita adalah pemberdayaan keluarga, pemberdayan masyarakat,

meningkatkan kerja sama dan kordinasi lintas sektor, dan meningkatkan

jangkauan pelayanan kesehatan anak yang komprehensif dan berkualitas

(Bappenas, 2003)

Dalam hal ini, pelaksanaan strategi nasional lebih dititikberatkan pada

peran masyarakat dan keluarga pasien sendiri. Untuk itulah Perawatan

Metode Kanguru sangat cocok dalam mewujudkan tujuan dari program ini.

Metode kanguru memerlukan peran aktif ibu dan dukungan keluarga untuk

menjaga kontinuitas dan keberhasilan metode ini. Selain itu, dengan

metode ini keterlambatan penanganan terhadap bayi prematur dan BBLR

akibat ketidaksediaan inkubator juga dapat dihindari. Misalnya jika pasien

berada jauh dari tempat pelayanan kesehatan, maka Ibu cukup memberikan

Perawatan Metodse Kanguru pada bayinya untuk mencegah bayi dari

hipotermi.

Sedangkan untuk target internasional, seperti yang telah dijelaskan

sbeelumnya, Perawatan Metode Kanguru (PMK) meupakan salah satu

upaya untuk melaksanakan poin 4 MDGs yaitu menurunkan angka

kematian anak, terutama yang disebabkan oelh kelahiran prematur dan

BBLR.

BAB III

METODE PENULISAN

A. Sumber dan Jenis Data

Page 13: Metode Anguru MDGs IsiI

13

Sumber data dan informasi diperoleh dari text book kedokteran, artikel ilmiah

dan hasil penelitian yang berkaitan dengan Perawatan Metode Kanguru (PMK),

laporan mengenai pencapaian MDGs dan permasalahan terkait pelaksanaan MDGs

poin keempat.Selain itu dilakukan penelusuran terhadap jurnal-jurnal yang baru dan

relevan. Sedangkan jenis data yang diambil meliputi data kualitatif dan kuantitatif.

B. Pengumpulan Data

Pada karya tulis ini, penulis mengaji masalah bukan berdasarkan eksperimen

di laboratorium melainkan menggunakan metode studi pustaka atau Systematic

review. Informasi didapatkan dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil

review dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling berhubungan,

relevan dengan topik, serta tidak menimbulkan bias.

C. Analisis Data

Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai topik yang diangkat.

Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data dan informasi yang

telah dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat eksploratif

deskriptif.

D. Penarikan Simpulan

Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah, tujuan

penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik merepresentasikan pokok

bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi lanjut.

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

Page 14: Metode Anguru MDGs IsiI

14

Di Indonesia, perawatan BBLR masih memprioritaskan pada penggunaan

inkubator tetapi keberadaannya masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan

morbiditas dan mortalitas BBLR menjadi sangat tinggi, bukan hanya akibat kondisi

prematuritasnya, tetapi juga diperberat oleh hipotermia dan infeksi nosokomial.

Di sisi lain, penggunaan inkubator memiliki banyak keterbatasan. Selain

jumlahnya yang terbatas, inkubator membutuhkan biaya perawatan yang tinggi,

serta memerlukan tenaga terampil yang mampu mengoperasikannya. Selain itu,

dengan menggunakan inkubator, bayi dipisahkan dari ibunya, hal ini akan

menghalangi kontak kulit langsung antara ibu dan bayi yang sangat diperlukan

bagi tumbuh kembang bayi.

Praktik Perawatan Metode Kanguru (PMK) telah banyak dilaksanakan di

berbagai Rumah Sakit. Misalnya, Saat ini PMK mulai diaktifkan kembali dengan

dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) pembentukan Tim PMK RS Hasan

Sadikin yang diketuai oleh Prof. Sjarief Hidayat Efendi SpA(K). Setelah vakum

beberapa lama, pada bulan Maret 2010, mulai dilakukan pelaksanaan PMK di

semua ruang perawatan perinatologi.

Sejak diaktifkannya kembali pada bulan Maret 2010 sampai bulan Juli

2010, sudah dilakukan PMK pada lebih dari 20 bayi dengan berat badan antara

1400-2200 gram. Pelaksaaan PMK dilakukan selama 2-3 hari pada masing-

masing bayi. (Perinesia, 2010)

Di Indonesia, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (Depkes dan

Kesos) telah mengembangkan kebijakan Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.

Metode kanguru digunakan sebagai salah satu cara pencegahan hipotermia dalam

Perawatan Neonatal Dasar. Saat ini juga telah tersedia video dan peraga lembar balik

metode kanguru untuk keperluan sosialisasi kepada tenaga kesehatan, terutama bidan

di desa serta masyarakat.

Meskipun begitu, belum semua rumah sakit atau instansi kesehatan di Indonesia

telah mengimplementasikan Metode Kanguru ini. Tingkat pengetahuan petugas

Page 15: Metode Anguru MDGs IsiI

15

kesehatan dan tingkat pengetahuan Ibu memegang peranan penting dalam

menentukan keberhasilan metode ini. Di Surakarta misalnya, hingga tahun 2010, baru

sebagian kecil instansi kesehatan yang mulai mengaplikasikan PMK. PKU

Muhamadiyah adalah salah satu dari sebagian kecil instansi kesehatan yang sudah

melaksanakaan metode PMK. Telah banyak dijelaskan diatas mengenai kelebihan

dan keunggulan metode Kanguru,serta tidak ditemukan adanya efek samping dari

metode ini. Maka, untuk mengotimalkan prakti metode ii di Surakarta, dperlukan

suatu langkah Rebuilding (pembangunan Kembali). Rebiulding merupakan

perombakan strategi pelaksanaan PMK pada pihak-pihak terkait untukdapat

melaksanakan PMk secara optimal. PMk teah ada sejak tahun 1983, dan dijadikan

programkerja nasional di Indonesia sejak tahun 1996. Oleh sebab itu,diperlukan

pendekatan baru melalui rebuilding untuk mengoptimalkan kinerja PMK di instansi

kesehatan di Surakarta dengan mengoptimakan komponen-komponen yang ada.

A. Rebuilding Perawatan Metode Kanguru (PMK) di Surakarta demi

tercapainya MDGs di Indonesia

Proses rebuilding metode Kanguru merupakan perbaikan cara-cara atau

pendekatan yang dapat dilakuka pihak berikut untuk membantu meningkatkan

tingkat keberhasilan PMK. Oleh sebab itu, dibutuhkan kerjasama yang baik antara

beberapa pihak terkait, diantaranya adalah pemerintah, rumah sakit, dan ibu.

a. Pemerintah

Pemerintah merupakan tonggak dari terlaksananya program ini.

Sebagai pemegang keputusan tertinggi dalam pelaksanaan kebijakan, sudah

seharusnya pemerintah turun tangan dalam rebuilding metode kangguru.

Metode ini sudah dikenal secara luas di berbagai negara dan pernah

dilaksanakan di Indonesia. Akan tetapi sampai saat ini masih ada masalah

dalam pelaksanaanya, yaitu kontinuitas dari program ini. Belum ada kebijakan

pasti mengenai keberadaan metode kangguru. Padahal banyak keuntungan

dari adanya pelaksanaan metode ini antara lain dari segi keuangan dan segi

Page 16: Metode Anguru MDGs IsiI

16

pencapaian MDGs. Program ini tidak memerlukan peralatan khusus dalam

menangani bayi BBLR dan premature layaknya penanganan kasus BBLR dan

premature pada umumnya. Biasanya bayi dengan BBLR atau premature harus

diinkubator selama beberapa waktu. Rumah sakit tentunya membutuhkan

minimal adanya incubator apabila menerima kasus BBLR dan premature.

Padahal dengan metode kangguru, bayi cukup asuhan kontak kulit (skin to

skin contact) Dengan demikian dapat mengurangi pengadaan biaya

operasional dan maintenance untuk inkubator dapat dihemat dan dialokasikan

untuk sektor lain.

Selain itu, target pencapaian MDG’s menurunkan Angka Kematian

Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup dapat difasilitasi dengan

metode ini. Dibuktikan dengan peningkatan kesehatan bayi dari berbagai

aspek.

Dua contoh keuntungan dari pelaksaan metode kangguru dapat

menjadi pertimbangan pemerintah untuk mencanangkan metode kangguru

sebagai metode nasional penanganan kasus BBLR dan prematur. Metode ini

diletakkan sebagai tindakan prioritas dalam penanganan kasus BBLR dan

premtur. Diharapkan adanya kebijakan tertulis dari pemerintah mengenai

pelaksanaan metode ini sampai ke tingkat bidan desa. Selain itu dibutuhkan

perhatian lebih dari pemerintah dalam pelaksanaan metode ini di lapangan

demi tercapainya dan pengontrolan kontinuitas berjalannya program ini.

Selain menciptakan kebijakan baru, diharapkan pemerintah melakukan

follow up dan evaluasi pencapaian target jumlah bayi yangberhasil ditangani

dengan PMK. Follow up dapat dilakuakn setidaknya tiap bulan sekali dan

evaluasi tiapakhir tahun. Hal ini sebagai dasar untuk memperoleh data yang

valid mengenai tercapainya kebehasilan pelksanaan PMK.

b. Rumah sakit

Rumah sakit merupakan subjek dan motor penggerak dalam

pelaksanaan metode ini. Dibutuhkan peran aktif dari rumah sakit dalam

Page 17: Metode Anguru MDGs IsiI

17

menghidupkan kembali metode ini. Beberapa rumah sakit di Indonesia sempat

melaksanakan program ini, tapi tak lama kemudian terjadi kevakuman dan

berakhir dengan terlupakannya metode ini. Masih dibutuhkan penelitian lebih

lanjut mengenai penyebab kevakuman metode ini. Padahal dari penelitian

yang dilakukan oleh Marliyani (2010) didapatkan hasil bahwa 62,4% tenaga

kesehatan yang dijadikan subjek penelitian. Dimungkinkan penyaluran

pengetahuan tersebut masih belum maksimal. Sehingga pengetahuan tersebut

tidak direalisasikan karena tidak ada sarana. Dibutuhkan bagian dari rumah

sakit yang khusus menangani pelaksanaan metode ini. Fungsi dari bagian ini

adalah melaksanakan, mengkontrol dan mengevaluasi tentang berjalannya

metode kanguru. Pelaksanaannya dalah penaganan langsung kasus BBLR dan

prematur sesuai tata cara metode kanguru.

Edukasi kepada ibu dan keluraga juga mejadi tugas dari bagian ini.

Mengontrol pelaksanaan dan mengevaluasi program secara berkala

diharapkan dapat mengembangkan metode ini menjadi lebih baik dengan

penyesuaian dengan maing-masing kebijakan rumah sakit. Evaluasi ini juga

dapat menjadi masukan untuk pemerintah dalam perbaikan kebijakan ke

depannya. Selain itu, bagian ini juga berkewajiban mengadakan pencerdasan

kepada puskesmas dan bidan-bidan baik dalam bentuk penyuluhan maupun

pelatihan karena kasus BBLR dan premature juga dapat ditemui di puskesmas

dan bidan-bidan. Pengetahuan yang cukup dan ketrampilan yang baik dari

tenaga kesehatan di puskesmas dan bidan dapat menunjang keberhasilan

metode ini pada tingkatan yang lebih menyentuh masyarakat luas.

c. Ibu

Ibu merupakan objek dari pelaksanaan metode kanguru. Sejauh ini,

tingkat pengetahuan ibu mengenai metode ini masih kurang kurang (Sari,

2008). Edukasi menjadi solusi paling utama dalam menyelesaikan masalah

ini. Edukasi ini tidak hanya ditujukan kepada ibu, tetapi juga pada pihak

Page 18: Metode Anguru MDGs IsiI

18

keluarga. Dukungan keluarga akan menjadi sangat penting dalam membangun

psikis ibu untuk melaksanakan metode ini. Edukasi yang dilakukan dapat

berupa sosialisasi dan control dari anggota keluarga atau bidan. Sosialisasi

sebaiknya dilakukan saat kehamilan dan pasca kehamilan.

Sel;ain itu,seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu

komponen keberhasislan PMK adalah Kangaroo support, maka diperlukan

dukungan baik dari Ibu sendiri maupun pihak keluarga terhadap si Ibu dalam

menjalani PMK. Suami dapat mendampingin Ibu saata ibu memberikan PMK

pada bayinya dan juga menggantikan posisi Ibu untuk mendekap bayi dalam

posisi PMK ketika ibu kelelahan. Dukungan keluarga sangat penting dei

tercapainya keberhasilan PMK ini.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Page 19: Metode Anguru MDGs IsiI

19

Perawatan Metode kanguru (PMK) dapat digunakan sebagai salah satu

metode efektif untuk membantu menurunkan angka kematian anak, terutama bayi

prematur dan BBLR. Metode Kanguru memiliki banyakkeuntungan baik bagi Bayi,

Ibu, Pemerintah,dan pihak Rumah Sakit. Dalam pelaksanaannya, PMK membutuhkan

kerjasama yang baik antara el;uarga pasien, tenaga kesehatan,dan pemerintah..

B. Saran

1. Sebaiknya dilakukan penelitian dan kajian ilmiah lebih lanjut tentang strategi

sosialisasi Perawatan Metode kanguru (PMK) di masyarakat agar dapat

diketahui dan dilaksanakan masyarakat secara luas.

2. Sebaiknya pemerintah dan tenaga kesehatan rutin melaksanakan monitoring

setiap tahun untuk mengetahui tingkat keberhasilan PMK terhadap

penanganan kasus bayi prematur dan BBLR.

3. Sebaiknya pihak keluarga pasien memberikan dukungan penuh terhadap ibu

yang menjalani PMK agar pelaksanaan PMK dapat efektif dan optimal.