MBS
-
Upload
ahmad-fazil -
Category
Documents
-
view
91 -
download
10
description
Transcript of MBS
BAB 1
PENGERTIAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Nurkholis (2003:1), menjelaskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah terdiri dari tiga
kata, yaitu manajemen, berbasis dan Sekolah.Pertama, istilah manajemen memiliki banyak arti.
Secara umum manajemen dapat diartikan sebagai proses mengelola sumber daya secara efektif
untuk mencapai tujuan. Ditinjau dari aspek pendidikan,manajemen pendidikan diartikan sebagai
segala sesuayu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan
yang lebih baik diterapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Kedua, kata berbasis mempunyai kata dasar basis atau dasar.Ketiga, kata sekolah merujuk pada
lembaga tempat berlangsungnya belajar mengajar.
Jadi, MBS adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya yang
berdasar pada sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan.
Jadi, MBS adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara
otonom (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan
sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan
yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan ( partisipatif).
Dalam bentuk manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MBMPS), MBS dapat
diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan
mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga
sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orangtua siswa dan masyarakat) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdadarkan kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2002:5).
B. SEJARAH MBS
Penerapan MBS di suatu Negara pasti tidak terlepas dari perkembangan pendidikan dan
upaya-upaya perbaikan mutu dalam suatu negara.Sejak tahun 60-an dan 70-an banyak sekali
inovasi yang dilakukan.Misalnya,dalam pengenalan kuriulum baru untuk memperbaiki mutu
pendidikan dan metode baru dalam proses pembelajaran,tetapi hasil tersebut kurang
memuaskan.Baru ketika tahun 80-an,saat terjadi perkembangan manajemen dalam dunia industry
dan organisasi komserial mencapai sukses,orang lain percaya bahwa untuk mamperbaiki mutu
1
pendidikan,perlu ada lompatan dari tataran pengajaran didalam kelas ke tataran
organisasi.perubahan itu dilakukan di dalam struktur dan gaya manajemen sekolah (cheng,1996).
Model Manajemen Berbasis Sekolah di Kanada
Model MBS yang diterapkan di Kanada lebih dikenal dengan pendelegasian keuangan
(financial delegation).Gerakan kearah MBS dimulai di Edmonton Public School
District,Alberta,dimana pendekatan yang digunakan dikenal sebagai “school site decision-
making”,yang telah menghasilkan desentralisasi alokasi sumber daya,baik tenaga pendidikan dan
kependidikan,perlengkapan,barang-barang keperluan sekolah.
Ciri model ini adalah tidak adanya dewan sekolah atau komite sekolah.ciri penting di sini
adalah model formula-alokasi –sumber daya.sekolah menerima alokasi secara “lumpsum”
ditambah suplemen yang menggambarkan biaya layanan konsultan yang secara historis pernah
dilakukan,sesuai dengan tipe sekolah dan tingkat kebutuhan siswa.
Standar biaya untuk berbagai tipe layanan (service) kemudian ditentukan.Tagihan pembayaran
kepada sekolah pun sesuai dengan layanan yang dimintanya.
Model Manajemen Berbasis Sekolah Di Hongkong
Model MBS di Hongkong lebih dikenal sebagai School Management Initiative
(SMI),yang menekankan pada inisiatif sekolah dalam manajamen sekolah .lahirnya kebijakan
SMI ini ialah untuk memecahkan beberapa masalah-masalah pendidikan,seperti: tidak
memadainya proses dan struktur manajemen,buruknya pemahaman peran dan tanggung
jawab,tidak adanya pengukuran kemampuan,menekankan pada control yang mendetail daripada
kerangka kerja tanggung jawab dan akuntabilitas,serta menekankan pada pengendalian biaya
margin daripada efectivitas biaya dan nilai uang.
Model SMI menetapkan peran-peran mereka yang bertanggung jawab atas pengelolaan
sekolah,terutama sponsor,”managers” dan kepala sekolah.hal tersebut memberi peluang yang
lebih besar bagi guru,orangtua, dan alumni (former student) untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan (decision making).
2
Model Manajemen Berbasis Sekolah di Inggris
Reformasi system pendidikan di Inggris telah dilakukan secara terus menerus dan
meningkat sejak Education Act tahun 1944.Undang-Undang Pendidikan Tahun 1980 merevisi
kekuasaan dan tanggung jawab dewan sekolah,dewan gubernur dan dewan manajer.Undang-
Undang menciptakan pemusatan control secara nasional dalam hal kurikulum,tingkat-tingkat
yang harus dicapai,proses penilaian,serta pengawasan dan pelaporan hasil belajar.dalam
kerangka nasional seperti ini,penyampaian kurikulum,pengelolaan personil,keuangan,sumber
daya sarana,serta akuntabilitas kepada orang tua dan masyarakat,diteruskan kepada badan-badan
penyelenggaraan sekolah.
Model Manajemen Berbasis Sekolah di Australia
Abu- Duhou pada tahun 1999 memberikan gambaran perkembangan manajemen
pendidikan di Australia yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Suatu desentralisasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan kurikulum dan
penggunaan sumber daya, baik kepada sekolah maupun masyarakat .
2. Pengembangan oleh otoritas pusat dan pengolahan kebijakan umum,prioritas,dan kerangka
akuntabilitas, demuanya dimaksudkan sebagai pedoman umum untuk menjadikan
pengambilan keputusan berbasis sekolah .
3. Ada penerimaan bahwa pengembangan ini akan terjadi secara gradual dalam waktu beberapa
tahun .
4. Pemberian dorongan kepada sekolah-sekolah untuk melakukan pendekatan manajemen lebih
baik sistematik dan lebih berorientasi pada sudut pandang perbaikan mutu, dengan
kesempatan cukup bagi pengambilan keputusan partisipatif bagi perencana jangka panjang
maupun jangka pendek.
5. Memasukkan program evaluasi dan penilaian sekolah secara menyeluruh didalam
manaajemen sekolah pdada umumnya, termasuk pengembangan indicator mutu.
6. Akuntabilitas sekolah kepada masyarakat dan kapada Negara bagian pendidikan.
7. Pengembangan hibah secara global kepada sekolah- sekolah
Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Indonesia
3
Pada dasarnya,esensi MBS bukanlah sesuatu yang yang baru sama sekali di Indonesia.
Meskipun belum menggunakan istilah MBS , sekolah atau madrasah yang system
pengelolaannya dilakukan oleh swasta,baik yayasan,pesantren maupun badan hukum dan
sebagainya. MBS dimaksudkan untuk lebih menekankan pada persoalan yang lebih mendasar
dan mendalam tentang bagaimana implementasi MBS yang lebih tepat di sekolah .
Masyarakat Dasar hukum penerapan MBS di Indonesia adalah undang- undang nomor 20
tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional.Pendekatan dan pengelolaan sekolah dengan
prinsip MBS secara resmi mulai berlaku tanggal 8 juli 2003. Program ini menekankan pada 3
komponen , yaitu : Manajemen berbasis sekolah ( MBS), Peran Serta Masyarakat ( PSM), dan
PAKEM ( Pembelajaran Aktif,Kreatif,Efektif,dan Menyenangkan). Ketiga komponen ini
tertuang dalam properness 2000-2004 sebagai program untuk mengembangkan pola
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan majemen berbasis sekolah untuk meningkatkan
efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan
setempat.
BAB 2
MOTIF MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Motif diterapkannya MBS ini yakni antara lain : motif ekonomi, professional, politik,
efesiensi administrasi, finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan efektivitas sekolah. Motif
ekonomi ini bahwasanya orang-orang yang mempunyai keuntungan dan kerugian. Serta
mendapatkan informasi terbaik mengenai apa yang sesungguhnya terjadi di sekolah. Yaitu orang
yang mampu membuat keputusan yang tepat mengenai bagaimana seharusnya sekolah tersebut
menggunakan sumber daya dan bagaimana seharusnya siswa belajar.
Motif politisi yakni digunakan untuk mendorong adanya partisipasi demokratis dan
kestabilan politik, di mana pemerintah pusat harus memberikan kesempatan
mendesentralisasikan beberapa aspek pengambilan keputusan di bidang pendidikan untuk
mendorong keleluasaan yang lebih besar kepada daerah.Kepala sekolah berbagi kekuasaan dan
kewenangan dengan pemangku pendidikan dalam pengambilan keputusan.
Motif profesial ini menggambarkan bahwa para profesional sekolah mempunyai
pengalaman dan keahlian untuk membuat keputusan pendidikan yang tepat untuk sekolah dan
4
siswanya. Para professional ini juga dapat memberikan sumbangan pengetahuan pendidikan
yang dimiliki dan dapat juga terlibat dalam memberikan motivasi dan komitmen yang lebih pada
pembelajaran di sekolah. Motif efisiensi administrasi menunjukkan bahwa penerapan MBS
sebagai alat efesiensi di sekolah, menempatkan sekolah pada posisi terbaik untuk
mengalokasikan sumber daya secara efektif dalam menemukan kebutuhan para pelajar.
Motif finansial digunakan sebagai alat untuk meningkatkan sumber pendanaan sekolah
secara lokal. Lebih jelasnya yaitu dengan memberi harapan kepada orangtua dan menerima
keterlibatan orangtua dalam pengambilan keputusan ditingkat sekolah, orangtua akan termotivasi
untuk meningkatkan komitmen mereka pada sekolah. Pada dasarnya, orangtua akanmenjadi
lebih peduli atau berkeinginan untuk menyumbangkan uang, tenaga, dan sumber daya lain yang
dibutuhkan di sekolah.
Motif prestasi siswa merupakan motif utama untuk memperkenalkan MBS. Hal itu
didasari oleh pemikiran bahwa jika orang tua dan para guru diberi orientasi untuk membuat
keputusan atas nama sekolah, suasana di sekolah akan berubah untuk mendukung pencapaian
prestasi siswa. Dalam motif ini yang diperlukan adalah bagaimana mengubah proses
pembelajaran. Ini dapat dilakukan melalui otonomi dalam mendesain pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi siswa sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.
Motif akuntabilitas yakni menciptakan dorongan dan dan perhatian yang lebih besar
untuk peningkatan mutu sekolah dan menciptakan lebih efesien dan hemat biaya sekolah pada
struktur administrasi sekolah. Untuk meningkatkan akuntabilitas adalah kepala sekolah, guru,
siswa serta orang tua diizinkan pengambilan keputusan lokal untuk menentukan gabungan input
dengan kebijakan pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan lokal.
Motif efektivitas sekolah yakni dapat meningkatkan komponen-komponen untuk
perbaikan pembelajaran.Sesuai penyelidikan MBS mendorong kearah peningkatan karakteristik
kunci tentang sekolah.Efektif yang mencakup kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil
dan berkomitmen, fokus pada peningkatan mutu pembelajaran, dan adanya rasa tanggung jawab
terhadap hasil akhirnya.
Tujuan MBS
Dalam konteks pengambilan keputusan, tujuan MBS mempunyai makna bahwa
pengambilan keputusan yang diambil di sekolah terhadap pendidikan menjadi lebih berkualitas,
5
karena kewenangan dalam pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang
mengenal dan mengetahui betul tentang sumber daya yang ada disekolah dan kebutuhan siswa ke
depan. Oleh karena itu, MBS diharapkan akan dapat mendorong semua unsur tersebut untuk
menjadi lebih berperan aktif dalam pengambilan keputusan yang lebih baik, yang berorientasi
pada keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
Dibawah ini ada beberapa tujuan MBS, antara lain adalah :
Pertama, meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
Kedua, partisipatif, yakni meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
Ketiga, akuntabilitas, yaitu meningkatkan pertanggung jawaban sekolah kepada orang
tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
Dan yang terakhir keempat yaitu, meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah
tentang pendidikan yang akan tercapai.
Manfaat penerapan MBS
1. Menurut Nurkholis (2003:25)
Secara formal MBS dapat memahami keahlian dan kemampuan orang-orang yang bekerja
disekolah. Keahlian dan kemampuan personil sekolah itu dimanfaatkan untuk pengambilan
keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Meningkatkan moral guru. Moral guru meningkat karena adanya komitmen dan tanggung
jawab dalam setiap pengambilan keputusan disekolah.
Keputusan yang diambil sekolah memiliki akuntabilitas. Hal ini terjadi karena konstitusi
sekolah memiliki andil yang cukup dalam setiap pengambilan keputusan.
Menyesuaikan sumber keuangan terhadap tujuan intruksional yang dikembangkan
disekolah. Keputusan yang diambil pada tingkat sekolah akan lebih rasional karena mereka
tau kekuatanya sendiri, terutama kekuatan keuangannya.
Mendorong munculnya pemimpin baru di sekolah. Pengambilan keputusan disekolah tidak
akan berjalan dengan baik tanpa adanya peran seorang pemimpin.
Meningkatkan kualitas,kuantitas,dan fleksibelitas komunikasi setiap komunitas sekolah
dalam rangka pencapaian kebutuhan sekolah.
6
2. Menurut Myers dan Stonehill (1993:2)
Memperkenalkan orang-orang yang berkopemten disekolah untuk mengambil keputusan
yang akan dapat menigkatkan pembelajaran.
Memberikan kesempatan kepada komunitas sekolah dalam keterlibatan mengambil
keputusan kunci (prioritas).
Memfokuskan akuntabilitas pada keputusan.
Mengarah pada kreatifitas yang lebih besar dalam mendesain program.
Mengatur ulang sumber daya untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di sekolah.
Mengarahkan pada penganggaran yang realistik yang menentang orang tua dan guru
semakin menyadari akan status keuangan sekolah, batasan pembelanjaan, dan biaya dari
setiap program.
Meningkatkan moril para guru dan memelihara kepemimpinan baru pada setiap tingkat.
Penerapan MBS memiliki manfaat terutama dalam hal :
1. Memperkenakan orang-orang yang kompeten disekolah untuk mengambil keputusan
yang akan dapat meningkatkan pembelajaran.
2. Memberikan kesempatan kepada komunitas sekolah (guru, staf, sekolah, orang tua, dan
masyarakat) dala m mengambil keputusan kuni (prioritas)
3. Memfokuskan akuntabilitas pada keputusan.
4. Mengarahkan pada kreatifitas dan fleksibelitas yang lebih besar dalam mendesain
program sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa.
5. Mengatur ulang sumber daya untuk mendukung tujuan yang dikembangkan disekolah.
6. Mengarahkan pada penganggaran yang realistik yang mendorong orang tua dan guru
semakin menyadari akan status keuangan sekolah, batasan pembelanjaan, dan biaya dari
setiap program.
7. Meningkatkan moral para guru dan memelihara kepemimpinan baru pada setiap tingkat.
8. Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan fleksibelitas komunikasi di antara komunitas
sekolah.
7
BAB 3
KONSEP DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
(MBS)
Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah atau lebih dikenal dengan sebutan MBS,
yaitu suatu model manajemen strategi terapan manajemen pendidikan yang memberikan otonomi
lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif untuk memenuhi kebutuhan mutu pendidikan atau untuk tujuan mutu sekolah
sesuai dengan harapan masyarakat pada lingkungan masing-masing sekolah yang bersangkutan.
Sedangkan implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan
berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan
otoritas daerah setempat, serta mengefisiensikan sistem dan menghilangkan birokrasi yang
tumpang tindih. MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk
melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan kurikulum, pembelajaran, dan
lain sebagainya.
Pola Baru Manajemen Pendidikan
Bukli-bukti lemahnya pola lama manajemen pendidikan nasional dan digulirkannya
otonomi daerah, telah mendorong dilakukannya penyesuaian diri dari pola lama manajemen
pendidikan menuju pola baru manajemen pendidikan masa depan yang lebih bernuansa otonomi
dan yang lebih demokratis.
Dimensi-dimensi perubahan pola manajemen, dari yang lama menuju yang baru.
Pola Lama Manajemen Pendidikan
Pada Pola Lama, tugas dan fungsi sekolah lebih pada melaksanakan program dari pada
mengambil inisiatif merumuskan dan melaksanakan program peningkatan mutu yang
dibuat sendiri oleh sekolah.
Pola Baru Manajemen Pendidikan
Pada Pola Baru, sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya,
pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif dan partsisipasi masyarakat makin
besar, sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya, pendekatan profesionalisme lebih
diutamakan dari pada pendekatan birokrasi,pengelolaan sekolah lebih desentralistik, perubahan
8
sekolah lebih didorong oleh motivasi-diri sekolah dari pada diatur dari luar sekolah, regulasi
pendidikan lebih sederhana, peranan pusat bergeser dari mengontrol menjadi mempengaruhi dan
dari mengarahkan ke memfasilitasi, dari menghindari resiko menjadi mengolah resiko,
penggunaan uang lebih efisien.
MBS dan Peningkatan Mutu Pendidikan
Dalam pengertian absolute, sesuatu disebut bermutu jika memenuhi standar yang
tertinggi dan tidak dapat diungguli, sehingga mutu dianggap sesuatu yang ideal yang tidak dapat
dikompromikan, seperti kebaikan, keindahan, kebenaran. Kualitas dalam pengertian absolute
dapat menjadi sesuatu yang relative dan bersifat dinamis, kalau suatu ketika muncul lembaga lain
yang dipersepsi masyarakat sebagai yang terbaik, dengan standar tertinggi. Dalam pengertian
relative, mutu bukanlah suatu atribut dari suatu produk atau jasa itu sendiri. Artinya, sesuatu
dikatakan bermutu apabila suatu poduk atau jasa telah memenuhi persyaratan atau criteria, atau
standar yang ada.
Di Indonesia, mutu dalam pengertian absolute dapat dilihat dari adanya beberapa sekolah
unggulan, baik yang berasal dari sekolah yang berbasis masyarakat maupun sekolah yang
diprakarsai oleh pemerintah. Beberapa sekolah yang “unggul” adalah sekolah-sekolah yang ingin
tampil beda, dengan kekhasan yang tidak dimiliki sekolah lain.
Prinsip – prinsip MBS
Pada dasarnya terdapat empat prinsip MBS yaitu otonomi sekolah,fleksibilitas,dan
partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah.
Menurut Nurcholis ( 2003:52 ) terdapat empat prinsip untuk mengelola sekolah dengan
menggunakan MBS, yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip pengelolaan
mandiri, dan prinsip inisiatif sumber daya manusia.
Menurutnya, Prinsip ekuifinalitas didasarkan pada teori manajemen modern yang
berasumsi bahwa terdapat cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan.MBS
menekankan fleksibelitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah menurut
kondisinya masing-masing.
Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan aktivitas
pengajaran tak dapat dielakkan dari kesulitan dan permasalahan. Prinsip ekuifinalitas mendorong
9
adanya desentralisasi kekuasaan dengan mempersilakan sekolah memiliki ruang yang lebih luas
untuk bergerak, berkembang, dan bekeja menurut strategi-strategi unik mereka untuk
menjalankan dan mengelola sekolahnya secara efektif.
Dengan prinsip ekuifinalitas dan desentralisasi di atas, sekolah memiliki otonomi tertentu
untuk mengembangkan tujuan pembelajaran, strategi manajemen, distribusi sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya, memecahkan masalah dan mencapai tujuan berdasarkan
kondisi mereka masing-masing.
Prinsip inisiatif manusia mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis,
melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia harus selalu digali,
ditemukan, dan kemudian dikembangkan. Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa
orang adalah sumber daya berharga didalam organisasi sehingga butir utama manajemen adalah
mengembangkan sumber daya manusia di dalam sekolah untuk berinisiatif. Berdasarkan
perspektif ini, maka MBS bertujuan membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah
agar dapat bekerja dengan baik dan mengembangkan potensinya.
Karakteristik MBS
Menurut Nurkholis (2003:56), MBS memiliki 8 karakteristik. Pertama, sekolah dengan
MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah untuk mewakili sekelompok harapan
bersama, keyakinan dan nilai-nilai sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas
pendidikan dan memberi arah kerja. Kedua, aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan
karakteristik kebutuhan dan situasi sekolah. Ketiga, terjadinya proses perubahan strategi
manajemen yang menyangkut hakikat manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan,
gaya kepemimpinan, penggunaan kekuasaan, dan ketrampilan-ketrampilan manajemen.
Keempat, keleluasan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif untuk
mencapai tujuan pendidikan guna memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi, baik
tenaga kependidikan, keuangan, dan sebagainya. Kelima, MBS menuntut peran aktif sekolah,
administrator sekolah, guru, orang tua, dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di
sekolah. Keenam, MBS menekankan hubungan antarmanusia yang cenderung terbuka, bekerja
sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. ketujuh, peran administrator
sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk didalamnya kualitas yang dimiliki administrator.
Kedelapan, dalam MBS, efektivitas sekolah dinilai menurut indikator multitingkat dan multisegi.
10
Multitingkat yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, dan individu. Serta multisegi yaitu, input,
proses dan output sekolah serta perkembangan akademik siswa.
BAB 4
Fungsi-Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah
1. Fungsi-Fungsi Manajemen
Wohlstetter dan Mohrman, dkk.(1997) mengemukakan, ada empat hal penting yang
didesentralisasikan atau kewenangannya diberikan kepada sekolah.Pertama, kekuasaan (power)
untuk mengambil keputusan.Kedua, pengetahuan dan keterampilan, termasuk untuk mengambil
keputusan yang baik dan pengelolaan secara profesional.Ketiga, informasi yang diperlukan oleh
sekolah untuk mengambil keputusan.Semula informasi harus dikirim ke pusat untuk
pengambilan keputusan di tingkat pusat.Sekarang sekolah mengumpulkan informasi terutama
untuk dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan.Keempat,
penghargaan atas prestasi, yang harus ditangani oleh masing-masing sekolah.
Secara eksplisit, MPMBS (2004) menyatakan bahwa fungsi-fungsi yang sebagian
porsinya dapat digarap oleh sekolah dalam kerangka MPMBS ini meliputi: (1) proses belajar
mengajar, (2) perencanaan dan evaluasi program sekolah, (3) pengelolaan kurikulum, (4)
pengelolaan ketenagaan, (5) pengelolaan peralatan dan perlengkapan, (6) pengelolaan keuangan,
(7) pelayanan siswa, (8) hubungan sekolah-masyarakat, dan (9) pengelolaan iklim sekolah.
2. Desentralisasi Fungsi-Fungsi Manajemen
1). Perencanaan dan evaluasi
Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannnya,
misalnya kebutuhan meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu sekolah harus melakukan analisis
dan sekolah di beri wewenang untuk melakukan evaluasi Internal atau evaluasi diri.
2). Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum sepenuhnya diserahkan kepada masing – masing satuan
pendidikan, dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan, standarisi, kerangka dan struktur
kurikulum, serta paduan penyusunan kurikulumyang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
11
3). Pengelolaan Proses Pembelajaran
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan
metode, strategi dan teknikpembelajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran, siswa, guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah. Secara umum
proses pembelajaran berpusat pada siswa, siswa lebih mampu memberdayakan karena siswa
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
4). Pengelolaan ketenagaan
Dalam rangka MBS peran kewenangan atau peran sekolah masih akan sangat terbatas
pada mengelola ketenagaan yang sudah ada di sekolah, dan sebatas mengelola pemanfaatan
tenaga yang sudah diangkat oleh pemerintah/pemerintah daerah, kecuali untuk tenaga honorer
yang insentifnya sebagian besar dapat dibayarkan melalui dana BOS dan/atau melalui
sumbangan orang tua (Komite Sekolah).
5). Pengelolaan Fasilitas Sekolah
Pengelolaan fasilitas sekolah (sarana dan prasarana) sudah seharusnya dilakukan oleh
sekolah, mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai pengembangan. Hal
ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik
kecukupan, kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya
secara langsung dengan proses belajar mengajar.
6). Pengelolaan Keuangan
Salah satu jabaran kebijakan pemerintah berkenaan dengan dana pendidikan
direalisasikan dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang besarannya tergantung
dari jumlah siswa. Namun demikian dengan pendanaan pendidikan seperti BOS ini, dalam
kerangka MBS, penyelenggara pendidikan diberikan kewenangan untuk mengelola dana tersebut
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, yang muaranya adalah peningkatan mutu
pendidikan.
12
7). Pelayanan Siswa
Pelayanan siswa meliputi penerimaan siswa baru, pengembangan, pembinaan,
pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja. Hal
itu sebenarnya dari dahulu sudah didesentralisasikan. Karena itu, yang diperlukan saat ini adalah
peningkatan itensitas dan ekstensitasnya.
8). Hubungan sekolah dan masyarakat
Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan,
kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial.
Elsbree (1965) mengemukakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat memiliki tujuan
yaitu :
1. Meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak
2. Meningkatkan tujuan masyarakat dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
3. Mengembangkan antusialisme dalam membantu kegiatan hubungan sekolah dengan
masyarakat yang ada di sekitar sekolah
9). iklim sekolah
Iklim sekolah (fisik dan nonfisik) yang konduksif-akademik merupakan prasyarat bagi
terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan
tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-
kegiatan yang terpusat pada siswa ( student-centered activities) adalah contoh-contoh iklim
sekolah yang dapat menumbukan semangat belajar siswa. Iklim sekolah sudah merupakan
kewenangan sekolah, sehingga yang diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan
ekstensif
BAB 5
STRATEGI SUKSES IMPLEMENTASI MBS
Manajemen Berbasis Sekolah sebuah prose yang dilakukan secara terus menerus. MBS
bukan merupakan sebuah proses yang jika dilaksanakan akan membuat perubahan siknifikan
dalam waktu singkat. Sebagai sebuah proses, maka MBS sampai saat ini pada dasarnya masih
mengalami tantangan dan hambatan. Tantangan itu merupakan produk dari sulitnya melakukan
13
perubahan dari pola lama menuju pola baru. Sedangkan hambatan, cenderung disebabkan oleh
karena faktor-faktor di luar pendidikan itu sendiri seperti politik, ekonomi dan lain sebagainya.
Walaupun MBS mendapatkan tantangan dan hambatan yang cukup berarti, namun masih
ditemukan berbagai cara yang memungkinkan untuk pelaksanaannya.
A. Menurut Wohlstetter dan Mohrman, dkk ( 1997).
Mengemukakan, terdapat empat kewenangan(otonomi) dan tiga prasyarat yang bersifat
organisasional yang seharusnya dimiliki sekolah dalam mengimplementasikan MBS. Hal itu
berkaitan dengan :
1. Kekuasaan(power) untuk mengambil keputusan.
2. Pengetahuan dan ketrampilan, termasuk untuk mengambil keputusan yang baik dan
pengelolaan secara profesional.
3. Informasi yang diperlukan oleh sekolah untuk mengambil keputusan.
4. Penghargaan atas prestasi(reward).
5. Panduan instruksional(pembelajaran), seperti rumusan visi dan misi sekolah yang
memfokuskan kepada mutu pembelajaran.
6. Kepemimpinan yang megupayakan kekompakan(kohesif) dan fokus pada upaya
perbaikan atau perubahan.
7. Sumber daya yang mendukung.
Penerapan MBS di sekolah juga hendaknya memperhatikan karakteristik dari MBS, baik
dilihat dari aspek input, proses dan output.
B. Menurut Slamet P.H (2001).
Mengemukakan,pelaksanaan MBS merupakan proses yang berlangsung secara terus-
menerus dan melibatkan semua unsur yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu strategi utama yang perlu ditempuh dalam
melaksanakan MBS adalah :
1. Mensosialisasikan konsep MBS kepada seluruh warga sekolah.
2. Melakukan analisis situasi.
3. Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai melalui pelaksanaan
14
4. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasioanal
dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya.
5. Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT
( strength, weakness, opportunity, and thread).
6. Memilih langkah-langkah pemecahan masalah atau tantanga, yakni tindakan yang
diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.
7. Membuat rencana untuk jangka pendek, menengah dan panjang beserta program-
programnya untuk merealisasikan program-program tersebut.
8. Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek
manajemen berbasis sekolah.
9. Melakukan pemantauan serta evaluasi proses terhadap hasil MBS.
FAKTOR PENDUKUNG KESUKSESAN IMPLEMENTASI MBS
Ada enam faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS. Keenamnya mencakup:
political will,financial,sumber daya manusia, budaya sekolah,kepemimpinan,dan keorganisasian.
keberhasilan implementasi MBS diindonesia tidak terlepas dari dasar hukum
implementasi MBS yang tertuang dalam berbagai kebijakan pemerintahan. Salah satu contoh
dukungan pemerintahan dalam pelaksanaan MBS,adlah adanya panduan manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah (MPMBS). Aspek financial atau keuangan merupakan faktor penting bagi
sekolah dalam mengimplementasikan MBS.
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung
keberhasilan implementasi MBS. Ketersediaan sumber daya manusia yang mendukung
implementasi MBS belum cukup, karena MBS merupakan hal yang baru dan hanya sebagian
orang yang mempunyai keahlian dan ketrampilan dalam mendukung implementasi MBS.
Kepemimpinan dan organisasi yang efektif merupakan faktor penting lainya untuk
keberhasilan implementasi MBS. Kepemimpinan yang efektif tercapai apabila kepala sekolah
memiliki kemampuan profesional dibidangnya,memiliki bakat atau sifat,serta memahami kondisi
lingkungan sekolah dan menerapkan kepemimpinannya. Kepala sekolah yang efektif adalah
kepala sekolah yang mampu berperan sebagai educator, manajer, administrator, leader,
innovator dan motivator
15
BAB 6
Perencanaan Pengembangan Sekolah
A. Konsep Perencanaan
Setiap sekolah harus mempunyai perencanaan dalam meningkatkan kualitas sekolah.
Contoh sederhananya adalah program sekolah untuk satu tahun kedepan. Selama ini kelemahan
kita dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan adalah masalah perencanaan dan dokumen,
arsip, atau catatan kegiatan. Perencanaan jarang kita lakukan, kalaupun ada biasanya tidak ter
dokumentasikan dengan baik, dilanggar,atau bahkan tidak dilaksanakan.
Syaiful Sagala ( 2004 : 19 ) mengatakan bahwa perencanaan (planning) adalah fungsi
manajemen yang menentukan secara jelas pemilihan pola-pola pengarahan untuk pengambil
keputusan sehingga terdapat koordinasi dari demikian banyak keputusan dalam suatu kurun
waktu tertentu dan mengarah kepada tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan
bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang memungkinkan seorang manajer melihat ke
masa depan dan menemukan berbagai alternatif arah kegiatan. Karena itu, perencanaan
merupakan urat nadi dalam sebuah manajemen.
B.Tahapan dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah
Dalam Melaksanakan MBS, sekolah harus mampu membuat rencana pengembangan
sekolah (RPS) yang mengarah pada peningkatan kualitas sekoalah. Penyusunan RPS bertujuan
agar sekolah dapat mengetahui secara rinci tindakan-tindakan yang harus dilakukan sehingga
tujuan, kewajiban, dan sasaran pengembangan sekolah dapat dicapai.
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang baik memiliki sejumlah cirri berikut:
1. Komprehensif dan terintegrasi, yakni mencakup perencanaan keseluruhan program yang
akan dilaksanakan sekolah.
2. Multi-tahunan, yaitu mencakup peiode beberapa tahun - umumnya disekolah
dikembangkan untuk jangka waktu empat - lima tahun.
3. Multi-asumber,yaitu menunjukkan jumlah dan sumber dana sumber dana masing-masing
program
4. Disusun secara partisipatif oleh kepala sekolah,komite sekolah dan dewan
pendidikdengan melibatkan para pemangku-kepentingan lainnya.
16
5. Pelaksanaannya dimonitor oleh komite sekolah dan pemangku-kepentingan yang lain.
Uraian tentang tahap-tahap penyusunan RPS tersebut sebenarnya memiliki banyak
kesamaan.
1. Merumuskan visi sekolah
Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan pada
masa mendatang. Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat yang filosofis, bahkan
seringkali mirip sebuah slogan,namun tidak bombastis.
2. Menyusun misi sekolah
Misi adalah tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi.oleh karenanya,misi merupakan
penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan
arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi
tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
3. Merumuskan tujuan sekolah
Perumusan tujuan sekolah harus berdasarkan dari visi dan misi. Jika visi dan misi terkait
dengan jangka waktu yang panjang,maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu menengah.
4. Menganalisis tantangan
Tantangan merupakan kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai sekolah dengan
kondisi sekolah saat ini. Tantangan harus diatasi selama kurun waktu tertentu. Jika saat ini
sekolah baru mencapai juara ketiga pada perlombaan baca puisi tingkat kabupaten,sedangkan
tujuan sekolah ingin mencapai juara pertama,maka tantangan yang dihadapi sekolah adalah dua
peringkat yaitu dari juara ketiga menjadi juara pertama.
5. Menentukan sasaran sekolah
Berdasarkan pada tantangan tersebut, tahap selanjutnya adalah merumuskan sasaran
atau target mutu yang akan dicapai oleh sekolah. Sasaran harus menggambarkan mutu dan
kuantitas yang ingin dicapai dan terukur agar mudah melakukan evaluasi
keberhasilannya.meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan tantangan yang dihadapi sekolah
17
6. Mengidentifikasi fungsi-fungsi
Setelah sasaran ditentukan, selanjutnya dilakukan idemtifikasi fungsi-fungsi yang
diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut. Langkah ini harus dilakukan sebagai
persiapandalam melakukan analisis SWOT. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya untuk
meningkatkan nilai ujian sekolah adalah fungsi proses belajar mengajar (PBM) dan pendukung
PBM.
7. Melakukan analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap
fungsi dan keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Oleh
karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang
terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam
setiap fungsi tersebut, baik faktor internal maupun eksternal.
Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah selanjutnya
adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan, yakni tindakan yang diperlukan
untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap, serta mengoptimalkan fungsi
yang dinyatakan siap.
8. Mengidentifikasi alternatif langkah pemecahan persoalan
Untuk mewujudkan sasaran tertentu, sekolah mengidentifikasi kelemahan dan ancaman
yang dihadapi dalam mencapai sasaran, misalnya sasaran sekolah tersebut adalah menjadi finalis
pada tingkat kota/kabupaten dalam bidang olah raga bola voli, yaitu waktu pelatihan yang kurang
intensif dan tidak adanya pengalaman Guru dalam melatih bola voli kurang profesional serta
sekolah tidak pernah melakukan uji-banding ke sekolah lain.
9. Menyusun program peningkatan mutu
Dari berbagai alternatif langkah pemecahan persoalan yang ada, kepala sekolah
bersama-sama dengan unsur komite sekolah, menyusun dan merealisasikan rencana dan
program-programnya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Rencana yang dibuat harus
menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek mutu yang ingin dicapai,
18
10. Anggaran Pendepatan dan Belanja Sekolah (APBS)
Anggaran adalah rencana yang diformulasikan dalam bentuk rupiah untuk jangka waktu
tertentu (periode), dengan alokasi sumber-sumber kepada setiap aktivitas. Anggaran memiliki
peran penting didalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi aktivitas yang dilakukan oleh
sekolah. Untuk itu setiap penanggung jawab program harus menjalankan aktivitas sesuai dengan
anggaran yang telah ditentukan sebelumnya. Karena anggaran memiliki kedudukan penting,
seseorang penanggung jawab program harus mencatat anggaran serta melaporkan realisasinya
sehingga dapat diperbabdingkan selisih antara anggaran dengan pelaksanaan serta melakukan
tindak lanjut untuk perbaikan. Fungsi dasar suatu anggaran adalah segala bentuk perencanaan,
alat pengendalian, dan alat analisis.
BAB 7
Konsep Dasar Peran Serta Masyarakat ( PSM )
Pada hakikatnya sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, khususnya
masyarakat publiknya, seperti para orang tua murid / anggota Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan
( BP3), dan atasan langsungnya. Demikian pula hasil pendidikan pelaksanaan sekolah akan menjadi harapan
bahkan dambaan masyarakat.Peran serta masyarakat adalah kontribusi, sumbangan, dan ke ikut
sertaan masyarakat dalam menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan. Pada masa sekarang
tentunya kita juga setuju, bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring pendidikan
melibatkan peran serta masyarakat. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat
memberikan harapan dan kemungkinan lebih baik di masa yang akan datang, mendorong
berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyaraat.
Sekolah juga menjadi tanggung jawab bersamaan tara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Tetapi
orang tua hanya sebagai pembantu penyelenggaraan pendidikan, dan tidak berhak untuk mempengaruh iapalagi
mengubah arah sasaran pendidikannya .Dalam UU No. 19 tahun 2005 menyebutkan pengelolaan satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang
ditunjukkan dengan kemandirian, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.
19
Konsep Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam suatu kegiatan dengan
menerima tanggung jawab dan aktifitas tertentu serta dengan memberikan konstribusi sumber
daya yang dimilikinya kita tentunya sudah paham bahwa pendidikan bukan hanya kewajiban
pemerintah, sekolah dan guru, tetapi juga keluarga dan masyarakat. Masyarakat diharapkan
perannya dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan terutama dalam mendidik
moralitas/ agama, menyekolahkan anaknya, dan membiayai keperluan pendidikan anak-
anaknya.
Umumnya peran serta masyarakat adalah peran serta pasif dalam menerima keputusan
sekolah. Mereka berpikir dengan membayar sumbangan /dana secara rutin, selesai lah kewajiban
mereka. Padahal, sekolah tidak hanya membutuhkan bantuan dana tetapi juga pemikiran, tenaga,
dukungan, dan sebagainya Komponen-komponen Peran Serta Masyarakat Yang termasuk
komponen masyarakat ialah orang tua siswa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia usaha, dunia
industri, dan lembaga social budaya. Peran serta mereka dalam pendidikan berkaitan dengan: (1)
pengambilan keputusan,(2) pelaksanaan,dan (3) penilaian.
Peran Serta Orang tua dalam Pembelajaran
Para pakar sepakat bahwa ada tujuh jenis peran serta orang tua dalam pembelajaran :
1. Hanya sekedar pengguna jasa pelayanan pendidikan yang tersedia
2. Memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga
3. Menerima secara pasif apa pun yang diputuskan oleh pihak yang terkait dengan sekolah
4. Menerima konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan kepentingan sekolah
5. Memberikan pelayanan tertentu
6. Melaksanakan kegiatan yang telah didelegasikan atau dilimpahkan sekolah
7. Mengambil peran dalam pengambilan keputusan pada berbagai jenjang
Peran Serta Orang Tua dalam Perencanaan Pengembangan Sekolah
Dalam perencanaan pengembangan sekolah,orang tua merupakan salah satu peran
penting.Orang tua dapat berperan serta dalam meyediakan dana,prasarana dan sarana sekolah
sebagai upaya realisasi program-program sekolah yang telah disusun bersama. Orang tua siswa
dapat berperan serta dalam perencanaan pengembangan sekolah.
20
Banyak cara yang dapat ditempuh orang tua siswa dalam perencanaan pengembangan sekolah.
Orang tua dapat datang ke sekolah tanpa/dengan undangan sekolah yang
mengundang.Sekelompok orang tua mengadakan pertemuan di luar sekolah untuk bersama-sama
membahas dan memberikan masukan untuk peningkatan mutu sekolah, hasilnya kemudian
diserahkan kepada sekolah.
Peran Serta Orang Tua dalam Pengelolaan Kelas
Keterlibatan orang tua siswa dalam pengelolaan kelas memiliki arti yang sangat luas
bukan berarti orang tua turut masuk ke kelas dan campur tangan mengurusi tempat duduk siswa,
memindah siswa yang suka mengganggu temannya di kelas, dan sebagainya.
Tetapi, pengaturan kelas dapat dilakukan berdasarkan masukan dengan dan/atau kompromi
dengan para orang tua.
D. Upaya-Upaya yang dilakukan Sekolah untuk Meningkatkan Peran Serta Orang Tua
dalam Mendukung Proses Keberhasilan Sekolah dalam Rangka MBS
1. Menjalin Komunikasi yang Efektif dengan Orang Tua dan Masyarakat
Prinsip menumbuhkan hubungan dengan masyarakat adalah saling memberikan
kepuasan.Salah satu jalan penting untuk membina hubungan dengan masyarakat adalah
menetapkan komunikasi yang efektif.
2. Melibatkan Masyarakat dan Orang Tua dalam Program Sekolah
Sekolah harus mengenalkan program dan kegiatannya kepada masyarakat.Dalam
program tersebut harus tampak manfaat yang diperoleh masyarakat jika membantu program
sekolah.
3. Memberdayakan Dewan Sekolah
Keberadaan Dewan Sekolah akan menjadi penentu dalam pelaksanaan otonomi
pendidikan di sekolah.Melalui Dewan Sekolah orang tua dan masyarakat ikut merencanakan,
melaksanakan, dan mengawasi pengelolaan pendidikan di sekolah.
21
BAB 8
Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat tidak hanya berupa pemberian bantuan uang , tetapi juga bantuan
bimbingan siswa di luar sekolah sebagai bagian yang sangat penting.Mereka dapat bekerja sama
dalam peningkatan mutu sekolah melalui perencanaan program-programpembelajaran dan
kemajuan belajar peserta didik, serta berbagai kegiatandan keterlibatan secara aktif melalui
jalinan komunikasi yang efektif antara sekolah, orang tua, komite dan masyarakat.
Program sekolah harus sesui dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang maupun
yang akan datang. Karena itu pula, sekolah harus berusaha terbuka dan mandiri, serta
meningkatkan mutu profesionalisme tenaga pendidiknya.
Peran serta masyarakan yang terdiri atas elemen berikut.
1. Tokoh masyarakat, yaitu para orang tua siswa atau anggota masyarakat lain yang
peduli terhadap pendidikan.
2. Tokoh agama, yaitu seperti para ulama, ustaz, pendeta dan rohanian.
3. Dunia usaha dan dunia industri, yaitu separti para pemilik toko, pabrik, dialer
kendaraan bermotor, dan wiraswastawan yang berada di lingkungan sekolah.
4. Lembaga social budaya, seperti organisasi proesi, organisasi social, para pemuka
adat, pimpinan adat , pimpinan banjar, RT, RW, PKK, bahkan organisasi seni budaya
Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat merupakan komponen utama terselenggaranya proses pendidikan.Kontribusi
masyarakat di lingkungan sekolah perlu dioptimalkan sebagai upaya pemberdayaan dalam
ramgka mewujutkan visi dan misi sekolah dengan paradigm pendidikan yang baru.
Rencana pengembangan sekolah dibuat bersama-sama oleh sekolah dan masyarakat,
disampaikan secara terbuka, diperbaharui setiap tahun, dan dilaksanakan.Peningkatan peran serta
masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan kondisi lingkungan sekolah yang
mendukung pembelajaran anak.Untuk itu, sekolah perlu menggalang hubungan baik dengan
masyrakat.Sekolah memiliki program-program yang perlu dipahami masyarakat , dan sekolah
juga perlu saran-saran dari masyarakat .
22
Peran Serta Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
Hubungan antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat perlu dipererat sehingga
tanggung jawab pendidikan bukan hanya dibebankan kepada sekolah. Dengan terbentuknya
komite sekolah, diharapkan menjadi penghubung antara sekolah dengan orang tua dan
masyarakat, sehingga mereka dapat diberdayakan secara optimal dalam pendidikan. Orang tua
dan masyarakat harus diajak aktif dalam penyelenggaraan pendidikan. Mereka harus ikut
menentukan dan membuat program bersama sekolah dan pemerintah. Mereka harus ikut aktif
dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran maupun non instruksional. Orang tua harus menyediakan
waktu untuk berkunjung ke sekolah dan kelas untuk mengontrol pendidikan anaknya, berdiskusi
dengan guru untuk mengetahui hambatan dan kemajuan yang dihadapi anaknya. Clark (dalam
Nurkolis. 2003) megemukakan bahwa terdapat dua jenis pendekatan untuk mengajak orang tua
dan masyarakat berpartisipasi aktif dalam pendidikan, yaitu:
a. pendekatan school-based dengan cara mengajak orang tua siswa datang ke sekolah
melalui pertemuan-pertemuan,konferensi, diskusi guru-orang tua dan mengunjungi
anaknyayang sedang belajar di sekolah
b. pendekatan home-based, yaitu orang tua membantu anaknya belajar di rumah bersama-
sama dengan guru yang berkunjung ke rumah
Peran Serta Dunia Usaha dan Industri
Dunia usaha dan industri memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
pendidikan,baik dalam perencanaan,proses peningkatan kualitas pendidikan,maupun
pemanfaatan hasil pendidikan.
Peran dunia usaha dan dunia industri dalam MBS dapat diwujudkan dalam bentuk
partisipasi penggalangan dana,pengadaan fasilitas sarana dan prasarana sekolah,penciptaan relasi
eksternal yang dapat memberikan akses yang lebih luas dalam membangun hubungan sekolah
dengan masyarakat,serta membantu pengembangan SDM pendidikan,khusunya yang berkaitan
dengan teknik-teknik pengembangan mutu.pemahaman tentang mutu dari dunia bisnis
diaplikasikan dalam dunia pendidikan.begitulah peran serta dunia usaha dan dunia industri untuk
turut serta dalam pengembangan mutu pendidikan melalaui MBS.
23
KOMITE SEKOLAH
Peran komite sekolah
a. Sebagai Advisor : pada tahap ini komite sekolah mempunyai tugas memberikan masukan atau
saran dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan extrakurikuler serta dalam hal saranan
dan prasarana sekolah.
b. Supporting : tindakan nyata dari persatuan orang tua dan guru ini berupa memberikan
dukungan terhadap program-program sekolah,selama program tersebut baik bagi siswa,guru
maupun orang tua.
c. Controlling : sebagai komite sekolah yang memiliki peran untuk mengawasi,akan sangat
penting program pendidikan di informasikan sesering mungkin apakah lewat media
sekolah,atau pun seperti buletin sekolah,website atau pun media komunikasi yang komite
sekolah buat.
d. Mediator : yakni antara orang tua dengan guru, usulan atau masukan yang diterima oleh
komite sekolah disampaikan kembali kepada sekolah.komite sekolah berfungsi sebagai
mediator bukan sebagai pengambil keputusan atau decision maker.
Fungsi komite sekolah
Untuk menjalankan perannya itu,komite sekolah memiliki fungsi yakni :
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan kombitmen masyrakat terhadap penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu.
2. Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia
industri)dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermtu.
3. Menampung dan menganalisi aspirasi,ide,tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang
diajukan oleh masyarakat.
4. Memberikan masukan pertimbangan,dan rekomedasi kepada satuan pendidikan mengenai:
5. Mendorong orang tua dan masyarakat dan berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan
6. Melakukan evalusi dan pengawasan terhadap kebijakan,program,penyelenggaraan,dan
keluaran pendidikan disatun pendidikan.
Peran Komite Sekolah DalamMeningkatkan Mutu Pendidikan
24
Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu Penyelenggara
Pendidikan (BP3). Secara substansial kedua istilah tersebut tidak begitu mengalami perbedaan.
Yang membedakan hanya terletak pada pengoptimalan peran serta masyarakat dalam
mendukung dan mewujudkan mutu pendidikan.
Tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah:
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan
kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.
2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan.
3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan
(Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).
Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut:
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu.
2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia
industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan
yang diajukan oleh masyarakat.
Peran Komite Sekolah. Secara kontekstual, peran Komite Sekolah sebagai berikut :
1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan kebijakan
pendidikan di satuan pendidikan.
2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan
(Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).
25