MBS

40
BAB 1 PENGERTIAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Nurkholis (2003:1), menjelaskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah terdiri dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis dan Sekolah.Pertama, istilah manajemen memiliki banyak arti. Secara umum manajemen dapat diartikan sebagai proses mengelola sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan. Ditinjau dari aspek pendidikan,manajemen pendidikan diartikan sebagai segala sesuayu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang lebih baik diterapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Kedua, kata berbasis mempunyai kata dasar basis atau dasar.Ketiga, kata sekolah merujuk pada lembaga tempat berlangsungnya belajar mengajar. Jadi, MBS adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya yang berdasar pada sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, MBS adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara otonom (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan ( partisipatif). Dalam bentuk manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MBMPS), MBS dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong 1

description

Manajemen Berbasis Sekolah

Transcript of MBS

Page 1: MBS

BAB 1

PENGERTIAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Nurkholis (2003:1), menjelaskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah terdiri dari tiga

kata, yaitu manajemen, berbasis dan Sekolah.Pertama, istilah manajemen memiliki banyak arti.

Secara umum manajemen dapat diartikan sebagai proses mengelola sumber daya secara efektif

untuk mencapai tujuan. Ditinjau dari aspek pendidikan,manajemen pendidikan diartikan sebagai

segala sesuayu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan

yang lebih baik diterapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Kedua, kata berbasis mempunyai kata dasar basis atau dasar.Ketiga, kata sekolah merujuk pada

lembaga tempat berlangsungnya belajar mengajar.

Jadi, MBS adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya yang

berdasar pada sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang

telah ditetapkan.

Jadi, MBS adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara

otonom (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan

sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan

yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan ( partisipatif).

Dalam bentuk manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MBMPS), MBS dapat

diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan

mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga

sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orangtua siswa dan masyarakat) untuk

meningkatkan mutu sekolah berdadarkan kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2002:5).

B. SEJARAH MBS

Penerapan MBS di suatu Negara pasti tidak terlepas dari perkembangan pendidikan dan

upaya-upaya perbaikan mutu dalam suatu negara.Sejak tahun 60-an dan 70-an banyak sekali

inovasi yang dilakukan.Misalnya,dalam pengenalan kuriulum baru untuk memperbaiki mutu

pendidikan dan metode baru dalam proses pembelajaran,tetapi hasil tersebut kurang

memuaskan.Baru ketika tahun 80-an,saat terjadi perkembangan manajemen dalam dunia industry

dan organisasi komserial mencapai sukses,orang lain percaya bahwa untuk mamperbaiki mutu

1

Page 2: MBS

pendidikan,perlu ada lompatan dari tataran pengajaran didalam kelas ke tataran

organisasi.perubahan itu dilakukan di dalam struktur dan gaya manajemen sekolah (cheng,1996).

Model Manajemen Berbasis Sekolah di Kanada

Model MBS yang diterapkan di Kanada lebih dikenal dengan pendelegasian keuangan

(financial delegation).Gerakan kearah MBS dimulai di Edmonton Public School

District,Alberta,dimana pendekatan yang digunakan dikenal sebagai “school site decision-

making”,yang telah menghasilkan desentralisasi alokasi sumber daya,baik tenaga pendidikan dan

kependidikan,perlengkapan,barang-barang keperluan sekolah.

Ciri model ini adalah tidak adanya dewan sekolah atau komite sekolah.ciri penting di sini

adalah model formula-alokasi –sumber daya.sekolah menerima alokasi secara “lumpsum”

ditambah suplemen yang menggambarkan biaya layanan konsultan yang secara historis pernah

dilakukan,sesuai dengan tipe sekolah dan tingkat kebutuhan siswa.

Standar biaya untuk berbagai tipe layanan (service) kemudian ditentukan.Tagihan pembayaran

kepada sekolah pun sesuai dengan layanan yang dimintanya.

Model Manajemen Berbasis Sekolah Di Hongkong

Model MBS di Hongkong lebih dikenal sebagai School Management Initiative

(SMI),yang menekankan pada inisiatif sekolah dalam manajamen sekolah .lahirnya kebijakan

SMI ini ialah untuk memecahkan beberapa masalah-masalah pendidikan,seperti: tidak

memadainya proses dan struktur manajemen,buruknya pemahaman peran dan tanggung

jawab,tidak adanya pengukuran kemampuan,menekankan pada control yang mendetail daripada

kerangka kerja tanggung jawab dan akuntabilitas,serta menekankan pada pengendalian biaya

margin daripada efectivitas biaya dan nilai uang.

Model SMI menetapkan peran-peran mereka yang bertanggung jawab atas pengelolaan

sekolah,terutama sponsor,”managers” dan kepala sekolah.hal tersebut memberi peluang yang

lebih besar bagi guru,orangtua, dan alumni (former student) untuk berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan (decision making).

2

Page 3: MBS

Model Manajemen Berbasis Sekolah di Inggris

Reformasi system pendidikan di Inggris telah dilakukan secara terus menerus dan

meningkat sejak Education Act tahun 1944.Undang-Undang Pendidikan Tahun 1980 merevisi

kekuasaan dan tanggung jawab dewan sekolah,dewan gubernur dan dewan manajer.Undang-

Undang menciptakan pemusatan control secara nasional dalam hal kurikulum,tingkat-tingkat

yang harus dicapai,proses penilaian,serta pengawasan dan pelaporan hasil belajar.dalam

kerangka nasional seperti ini,penyampaian kurikulum,pengelolaan personil,keuangan,sumber

daya sarana,serta akuntabilitas kepada orang tua dan masyarakat,diteruskan kepada badan-badan

penyelenggaraan sekolah.

Model Manajemen Berbasis Sekolah di Australia

Abu- Duhou pada tahun 1999 memberikan gambaran perkembangan manajemen

pendidikan di Australia yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Suatu desentralisasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan kurikulum dan

penggunaan sumber daya, baik kepada sekolah maupun masyarakat .

2. Pengembangan oleh otoritas pusat dan pengolahan kebijakan umum,prioritas,dan kerangka

akuntabilitas, demuanya dimaksudkan sebagai pedoman umum untuk menjadikan

pengambilan keputusan berbasis sekolah .

3. Ada penerimaan bahwa pengembangan ini akan terjadi secara gradual dalam waktu beberapa

tahun .

4. Pemberian dorongan kepada sekolah-sekolah untuk melakukan pendekatan manajemen lebih

baik sistematik dan lebih berorientasi pada sudut pandang perbaikan mutu, dengan

kesempatan cukup bagi pengambilan keputusan partisipatif bagi perencana jangka panjang

maupun jangka pendek.

5. Memasukkan program evaluasi dan penilaian sekolah secara menyeluruh didalam

manaajemen sekolah pdada umumnya, termasuk pengembangan indicator mutu.

6. Akuntabilitas sekolah kepada masyarakat dan kapada Negara bagian pendidikan.

7. Pengembangan hibah secara global kepada sekolah- sekolah

Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Indonesia

3

Page 4: MBS

Pada dasarnya,esensi MBS bukanlah sesuatu yang yang baru sama sekali di Indonesia.

Meskipun belum menggunakan istilah MBS , sekolah atau madrasah yang system

pengelolaannya dilakukan oleh swasta,baik yayasan,pesantren maupun badan hukum dan

sebagainya. MBS dimaksudkan untuk lebih menekankan pada persoalan yang lebih mendasar

dan mendalam tentang bagaimana implementasi MBS yang lebih tepat di sekolah .

Masyarakat Dasar hukum penerapan MBS di Indonesia adalah undang- undang nomor 20

tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional.Pendekatan dan pengelolaan sekolah dengan

prinsip MBS secara resmi mulai berlaku tanggal 8 juli 2003. Program ini menekankan pada 3

komponen , yaitu : Manajemen berbasis sekolah ( MBS), Peran Serta Masyarakat ( PSM), dan

PAKEM ( Pembelajaran Aktif,Kreatif,Efektif,dan Menyenangkan). Ketiga komponen ini

tertuang dalam properness 2000-2004 sebagai program untuk mengembangkan pola

penyelenggaraan pendidikan berdasarkan majemen berbasis sekolah untuk meningkatkan

efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan

setempat.

BAB 2

MOTIF MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Motif diterapkannya MBS ini yakni antara lain : motif ekonomi, professional, politik,

efesiensi administrasi, finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan efektivitas sekolah. Motif

ekonomi ini bahwasanya orang-orang yang mempunyai keuntungan dan kerugian. Serta

mendapatkan informasi terbaik mengenai apa yang sesungguhnya terjadi di sekolah. Yaitu orang

yang mampu membuat keputusan yang tepat mengenai bagaimana seharusnya sekolah tersebut

menggunakan sumber daya dan bagaimana seharusnya siswa belajar.

Motif politisi yakni digunakan untuk mendorong adanya partisipasi demokratis dan

kestabilan politik, di mana pemerintah pusat harus memberikan kesempatan

mendesentralisasikan beberapa aspek pengambilan keputusan di bidang pendidikan untuk

mendorong keleluasaan yang lebih besar kepada daerah.Kepala sekolah berbagi kekuasaan dan

kewenangan dengan pemangku pendidikan dalam pengambilan keputusan.

Motif profesial ini menggambarkan bahwa para profesional sekolah mempunyai

pengalaman dan keahlian untuk membuat keputusan pendidikan yang tepat untuk sekolah dan

4

Page 5: MBS

siswanya. Para professional ini juga dapat memberikan sumbangan pengetahuan pendidikan

yang dimiliki dan dapat juga terlibat dalam memberikan motivasi dan komitmen yang lebih pada

pembelajaran di sekolah. Motif efisiensi administrasi menunjukkan bahwa penerapan MBS

sebagai alat efesiensi di sekolah, menempatkan sekolah pada posisi terbaik untuk

mengalokasikan sumber daya secara efektif dalam menemukan kebutuhan para pelajar.

Motif finansial digunakan sebagai alat untuk meningkatkan sumber pendanaan sekolah

secara lokal. Lebih jelasnya yaitu dengan memberi harapan kepada orangtua dan menerima

keterlibatan orangtua dalam pengambilan keputusan ditingkat sekolah, orangtua akan termotivasi

untuk meningkatkan komitmen mereka pada sekolah. Pada dasarnya, orangtua akanmenjadi

lebih peduli atau berkeinginan untuk menyumbangkan uang, tenaga, dan sumber daya lain yang

dibutuhkan di sekolah.

Motif prestasi siswa merupakan motif utama untuk memperkenalkan MBS. Hal itu

didasari oleh pemikiran bahwa jika orang tua dan para guru diberi orientasi untuk membuat

keputusan atas nama sekolah, suasana di sekolah akan berubah untuk mendukung pencapaian

prestasi siswa. Dalam motif ini yang diperlukan adalah bagaimana mengubah proses

pembelajaran. Ini dapat dilakukan melalui otonomi dalam mendesain pembelajaran untuk

meningkatkan prestasi siswa sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.

Motif akuntabilitas yakni menciptakan dorongan dan dan perhatian yang lebih besar

untuk peningkatan mutu sekolah dan menciptakan lebih efesien dan hemat biaya sekolah pada

struktur administrasi sekolah. Untuk meningkatkan akuntabilitas adalah kepala sekolah, guru,

siswa serta orang tua diizinkan pengambilan keputusan lokal untuk menentukan gabungan input

dengan kebijakan pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan lokal.

Motif efektivitas sekolah yakni dapat meningkatkan komponen-komponen untuk

perbaikan pembelajaran.Sesuai penyelidikan MBS mendorong kearah peningkatan karakteristik

kunci tentang sekolah.Efektif yang mencakup kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil

dan berkomitmen, fokus pada peningkatan mutu pembelajaran, dan adanya rasa tanggung jawab

terhadap hasil akhirnya.

Tujuan MBS

Dalam konteks pengambilan keputusan, tujuan MBS mempunyai makna bahwa

pengambilan keputusan yang diambil di sekolah terhadap pendidikan menjadi lebih berkualitas,

5

Page 6: MBS

karena kewenangan dalam pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang

mengenal dan mengetahui betul tentang sumber daya yang ada disekolah dan kebutuhan siswa ke

depan. Oleh karena itu, MBS diharapkan akan dapat mendorong semua unsur tersebut untuk

menjadi lebih berperan aktif dalam pengambilan keputusan yang lebih baik, yang berorientasi

pada keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

Dibawah ini ada beberapa tujuan MBS, antara lain adalah :

Pertama, meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam

mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

Kedua, partisipatif, yakni meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

Ketiga, akuntabilitas, yaitu meningkatkan pertanggung jawaban sekolah kepada orang

tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.

Dan yang terakhir keempat yaitu, meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah

tentang pendidikan yang akan tercapai.

Manfaat penerapan MBS

1. Menurut Nurkholis (2003:25)

Secara formal MBS dapat memahami keahlian dan kemampuan orang-orang yang bekerja

disekolah. Keahlian dan kemampuan personil sekolah itu dimanfaatkan untuk pengambilan

keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

Meningkatkan moral guru. Moral guru meningkat karena adanya komitmen dan tanggung

jawab dalam setiap pengambilan keputusan disekolah.

Keputusan yang diambil sekolah memiliki akuntabilitas. Hal ini terjadi karena konstitusi

sekolah memiliki andil yang cukup dalam setiap pengambilan keputusan.

Menyesuaikan sumber keuangan terhadap tujuan intruksional yang dikembangkan

disekolah. Keputusan yang diambil pada tingkat sekolah akan lebih rasional karena mereka

tau kekuatanya sendiri, terutama kekuatan keuangannya.

Mendorong munculnya pemimpin baru di sekolah. Pengambilan keputusan disekolah tidak

akan berjalan dengan baik tanpa adanya peran seorang pemimpin.

Meningkatkan kualitas,kuantitas,dan fleksibelitas komunikasi setiap komunitas sekolah

dalam rangka pencapaian kebutuhan sekolah.

6

Page 7: MBS

2. Menurut Myers dan Stonehill (1993:2)

Memperkenalkan orang-orang yang berkopemten disekolah untuk mengambil keputusan

yang akan dapat menigkatkan pembelajaran.

Memberikan kesempatan kepada komunitas sekolah dalam keterlibatan mengambil

keputusan kunci (prioritas).

Memfokuskan akuntabilitas pada keputusan.

Mengarah pada kreatifitas yang lebih besar dalam mendesain program.

Mengatur ulang sumber daya untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di sekolah.

Mengarahkan pada penganggaran yang realistik yang menentang orang tua dan guru

semakin menyadari akan status keuangan sekolah, batasan pembelanjaan, dan biaya dari

setiap program.

Meningkatkan moril para guru dan memelihara kepemimpinan baru pada setiap tingkat.

Penerapan MBS memiliki manfaat terutama dalam hal :

1. Memperkenakan orang-orang yang kompeten disekolah untuk mengambil keputusan

yang akan dapat meningkatkan pembelajaran.

2. Memberikan kesempatan kepada komunitas sekolah (guru, staf, sekolah, orang tua, dan

masyarakat) dala m mengambil keputusan kuni (prioritas)

3. Memfokuskan akuntabilitas pada keputusan.

4. Mengarahkan pada kreatifitas dan fleksibelitas yang lebih besar dalam mendesain

program sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa.

5. Mengatur ulang sumber daya untuk mendukung tujuan yang dikembangkan disekolah.

6. Mengarahkan pada penganggaran yang realistik yang mendorong orang tua dan guru

semakin menyadari akan status keuangan sekolah, batasan pembelanjaan, dan biaya dari

setiap program.

7. Meningkatkan moral para guru dan memelihara kepemimpinan baru pada setiap tingkat.

8. Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan fleksibelitas komunikasi di antara komunitas

sekolah.

7

Page 8: MBS

BAB 3

KONSEP DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

(MBS)

Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah atau lebih dikenal dengan sebutan MBS,

yaitu suatu model manajemen strategi terapan manajemen pendidikan yang memberikan otonomi

lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan

secara partisipatif untuk memenuhi kebutuhan mutu pendidikan atau untuk tujuan mutu sekolah

sesuai dengan harapan masyarakat pada lingkungan masing-masing sekolah yang bersangkutan.

Sedangkan implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan

berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan

otoritas daerah setempat, serta mengefisiensikan sistem dan menghilangkan birokrasi yang

tumpang tindih. MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk

melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan kurikulum, pembelajaran, dan

lain sebagainya.

Pola Baru Manajemen Pendidikan

Bukli-bukti lemahnya pola lama manajemen pendidikan nasional dan digulirkannya

otonomi daerah, telah mendorong dilakukannya penyesuaian diri dari pola lama manajemen

pendidikan menuju pola baru manajemen pendidikan masa depan yang lebih bernuansa otonomi

dan yang lebih demokratis. 

Dimensi-dimensi perubahan pola manajemen, dari yang lama menuju yang baru.

Pola Lama Manajemen Pendidikan

Pada Pola Lama, tugas dan fungsi sekolah lebih pada melaksanakan program dari pada

mengambil inisiatif merumuskan dan melaksanakan program peningkatan mutu yang

dibuat sendiri oleh sekolah.

Pola Baru Manajemen Pendidikan

Pada Pola Baru, sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya,

pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif dan partsisipasi masyarakat makin

besar, sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya, pendekatan profesionalisme lebih

diutamakan dari pada pendekatan birokrasi,pengelolaan sekolah lebih desentralistik, perubahan

8

Page 9: MBS

sekolah lebih didorong oleh motivasi-diri sekolah dari pada diatur dari luar sekolah, regulasi

pendidikan lebih sederhana, peranan pusat bergeser dari mengontrol menjadi mempengaruhi dan

dari mengarahkan ke memfasilitasi, dari menghindari resiko menjadi mengolah resiko,

penggunaan uang lebih efisien.

MBS dan Peningkatan Mutu Pendidikan

Dalam pengertian absolute, sesuatu disebut bermutu jika memenuhi standar yang

tertinggi dan tidak dapat diungguli, sehingga mutu dianggap sesuatu yang ideal yang tidak dapat

dikompromikan, seperti kebaikan, keindahan, kebenaran. Kualitas dalam pengertian absolute

dapat menjadi sesuatu yang relative dan bersifat dinamis, kalau suatu ketika muncul lembaga lain

yang dipersepsi masyarakat sebagai yang terbaik, dengan standar tertinggi. Dalam pengertian

relative, mutu bukanlah suatu atribut dari suatu produk atau jasa itu sendiri. Artinya, sesuatu

dikatakan bermutu apabila suatu poduk atau jasa telah memenuhi persyaratan atau criteria, atau

standar yang ada.

Di Indonesia, mutu dalam pengertian absolute dapat dilihat dari adanya beberapa sekolah

unggulan, baik yang berasal dari sekolah yang berbasis masyarakat maupun sekolah yang

diprakarsai oleh pemerintah. Beberapa sekolah yang “unggul” adalah sekolah-sekolah yang ingin

tampil beda, dengan kekhasan yang tidak dimiliki sekolah lain.

Prinsip – prinsip MBS

Pada dasarnya terdapat empat prinsip MBS yaitu otonomi sekolah,fleksibilitas,dan

partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah.

Menurut Nurcholis ( 2003:52 ) terdapat empat prinsip untuk mengelola sekolah dengan

menggunakan MBS, yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip pengelolaan

mandiri, dan prinsip inisiatif sumber daya manusia.

Menurutnya, Prinsip ekuifinalitas didasarkan pada teori manajemen modern yang

berasumsi bahwa terdapat cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan.MBS

menekankan fleksibelitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah menurut

kondisinya masing-masing.

Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan aktivitas

pengajaran tak dapat dielakkan dari kesulitan dan permasalahan. Prinsip ekuifinalitas mendorong

9

Page 10: MBS

adanya desentralisasi kekuasaan dengan mempersilakan sekolah memiliki ruang yang lebih luas

untuk bergerak, berkembang, dan bekeja menurut strategi-strategi unik mereka untuk

menjalankan dan mengelola sekolahnya secara efektif.

Dengan prinsip ekuifinalitas dan desentralisasi di atas, sekolah memiliki otonomi tertentu

untuk mengembangkan tujuan pembelajaran, strategi manajemen, distribusi sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya, memecahkan masalah dan mencapai tujuan berdasarkan

kondisi mereka masing-masing.

Prinsip inisiatif manusia mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis,

melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia harus selalu digali,

ditemukan, dan kemudian dikembangkan. Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa

orang adalah sumber daya berharga didalam organisasi sehingga butir utama manajemen adalah

mengembangkan sumber daya manusia di dalam sekolah untuk berinisiatif. Berdasarkan

perspektif ini, maka MBS bertujuan membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah

agar dapat bekerja dengan baik dan mengembangkan potensinya.

Karakteristik MBS

Menurut Nurkholis (2003:56), MBS memiliki 8 karakteristik. Pertama, sekolah dengan

MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah untuk mewakili sekelompok harapan

bersama, keyakinan dan nilai-nilai sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas

pendidikan dan memberi arah kerja. Kedua, aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan

karakteristik kebutuhan dan situasi sekolah. Ketiga, terjadinya proses perubahan strategi

manajemen yang menyangkut hakikat manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan,

gaya kepemimpinan, penggunaan kekuasaan, dan ketrampilan-ketrampilan manajemen.

Keempat, keleluasan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif untuk

mencapai tujuan pendidikan guna memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi, baik

tenaga kependidikan, keuangan, dan sebagainya. Kelima, MBS menuntut peran aktif sekolah,

administrator sekolah, guru, orang tua, dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di

sekolah. Keenam, MBS menekankan hubungan antarmanusia yang cenderung terbuka, bekerja

sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. ketujuh, peran administrator

sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk didalamnya kualitas yang dimiliki administrator.

Kedelapan, dalam MBS, efektivitas sekolah dinilai menurut indikator multitingkat dan multisegi.

10

Page 11: MBS

Multitingkat yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, dan individu. Serta multisegi yaitu, input,

proses dan output sekolah serta perkembangan akademik siswa.

BAB 4

Fungsi-Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah

1. Fungsi-Fungsi Manajemen

Wohlstetter dan Mohrman, dkk.(1997) mengemukakan, ada empat hal penting yang

didesentralisasikan atau kewenangannya diberikan kepada sekolah.Pertama, kekuasaan (power)

untuk mengambil keputusan.Kedua, pengetahuan dan keterampilan, termasuk untuk mengambil

keputusan yang baik dan pengelolaan secara profesional.Ketiga, informasi yang diperlukan oleh

sekolah untuk mengambil keputusan.Semula informasi harus dikirim ke pusat untuk

pengambilan keputusan di tingkat pusat.Sekarang sekolah mengumpulkan informasi terutama

untuk dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan.Keempat,

penghargaan atas prestasi, yang harus ditangani oleh masing-masing sekolah.

Secara eksplisit, MPMBS (2004) menyatakan bahwa fungsi-fungsi yang sebagian

porsinya dapat digarap oleh sekolah dalam kerangka MPMBS ini meliputi: (1) proses belajar

mengajar, (2) perencanaan dan evaluasi program sekolah, (3) pengelolaan kurikulum, (4)

pengelolaan ketenagaan, (5) pengelolaan peralatan dan perlengkapan, (6) pengelolaan keuangan,

(7) pelayanan siswa, (8) hubungan sekolah-masyarakat, dan (9) pengelolaan iklim sekolah.

2. Desentralisasi Fungsi-Fungsi Manajemen

1). Perencanaan dan evaluasi

Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannnya,

misalnya kebutuhan meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu sekolah harus melakukan analisis

dan sekolah di beri wewenang untuk melakukan evaluasi Internal atau evaluasi diri.

2). Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum sepenuhnya diserahkan kepada masing – masing satuan

pendidikan, dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan, standarisi, kerangka dan struktur

kurikulum, serta paduan penyusunan kurikulumyang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

11

Page 12: MBS

3). Pengelolaan Proses Pembelajaran

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan

metode, strategi dan teknikpembelajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata

pelajaran, siswa, guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah. Secara umum

proses pembelajaran berpusat pada siswa, siswa lebih mampu memberdayakan karena siswa

siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

4). Pengelolaan ketenagaan

Dalam rangka MBS peran kewenangan atau peran sekolah masih akan sangat terbatas

pada mengelola ketenagaan yang sudah ada di sekolah, dan sebatas mengelola pemanfaatan

tenaga yang sudah diangkat oleh pemerintah/pemerintah daerah, kecuali untuk tenaga honorer

yang insentifnya sebagian besar dapat dibayarkan melalui dana BOS dan/atau melalui

sumbangan orang tua (Komite Sekolah).

5). Pengelolaan Fasilitas Sekolah

Pengelolaan fasilitas sekolah (sarana dan prasarana) sudah seharusnya dilakukan oleh

sekolah, mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai pengembangan. Hal

ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik

kecukupan, kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya

secara langsung dengan proses belajar mengajar.

6). Pengelolaan Keuangan

Salah satu jabaran kebijakan pemerintah berkenaan dengan dana pendidikan

direalisasikan dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang besarannya tergantung

dari jumlah siswa. Namun demikian dengan pendanaan pendidikan seperti BOS ini, dalam

kerangka MBS, penyelenggara pendidikan diberikan kewenangan untuk mengelola dana tersebut

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, yang muaranya adalah peningkatan mutu

pendidikan.

12

Page 13: MBS

7). Pelayanan Siswa

Pelayanan siswa meliputi penerimaan siswa baru, pengembangan, pembinaan,

pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja. Hal

itu sebenarnya dari dahulu sudah didesentralisasikan. Karena itu, yang diperlukan saat ini adalah

peningkatan itensitas dan ekstensitasnya.

8). Hubungan sekolah dan masyarakat

Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan,

kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial.

Elsbree (1965) mengemukakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat memiliki tujuan

yaitu :

1. Meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak

2. Meningkatkan tujuan masyarakat dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

3. Mengembangkan antusialisme dalam membantu kegiatan hubungan sekolah dengan

masyarakat yang ada di sekitar sekolah

9). iklim sekolah

Iklim sekolah (fisik dan nonfisik) yang konduksif-akademik merupakan prasyarat bagi

terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan

tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-

kegiatan yang terpusat pada siswa ( student-centered activities) adalah contoh-contoh iklim

sekolah yang dapat menumbukan semangat belajar siswa. Iklim sekolah sudah merupakan

kewenangan sekolah, sehingga yang diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan

ekstensif

BAB 5

STRATEGI SUKSES IMPLEMENTASI MBS

Manajemen Berbasis Sekolah sebuah prose yang dilakukan secara terus menerus. MBS

bukan merupakan sebuah proses yang jika dilaksanakan akan membuat perubahan siknifikan

dalam waktu singkat. Sebagai sebuah proses, maka MBS sampai saat ini pada dasarnya masih

mengalami tantangan dan hambatan. Tantangan itu merupakan produk dari sulitnya melakukan

13

Page 14: MBS

perubahan dari pola lama menuju pola baru. Sedangkan hambatan, cenderung disebabkan oleh

karena faktor-faktor di luar pendidikan itu sendiri seperti politik, ekonomi dan lain sebagainya.

Walaupun MBS mendapatkan tantangan dan hambatan yang cukup berarti, namun masih

ditemukan berbagai cara yang memungkinkan untuk pelaksanaannya.

A. Menurut Wohlstetter dan Mohrman, dkk ( 1997).

Mengemukakan, terdapat empat kewenangan(otonomi) dan tiga prasyarat yang bersifat

organisasional yang seharusnya dimiliki sekolah dalam mengimplementasikan MBS. Hal itu

berkaitan dengan :

1. Kekuasaan(power) untuk mengambil keputusan.

2. Pengetahuan dan ketrampilan, termasuk untuk mengambil keputusan yang baik dan

pengelolaan secara profesional.

3. Informasi yang diperlukan oleh sekolah untuk mengambil keputusan.

4. Penghargaan atas prestasi(reward).

5. Panduan instruksional(pembelajaran), seperti rumusan visi dan misi sekolah yang

memfokuskan kepada mutu pembelajaran.

6. Kepemimpinan yang megupayakan kekompakan(kohesif) dan fokus pada upaya

perbaikan atau perubahan.

7. Sumber daya yang mendukung.

Penerapan MBS di sekolah juga hendaknya memperhatikan karakteristik dari MBS, baik

dilihat dari aspek input, proses dan output.

B. Menurut Slamet P.H (2001).

Mengemukakan,pelaksanaan MBS merupakan proses yang berlangsung secara terus-

menerus dan melibatkan semua unsur yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan

pendidikan di sekolah. Oleh karena itu strategi utama yang perlu ditempuh dalam

melaksanakan MBS adalah :

1. Mensosialisasikan konsep MBS kepada seluruh warga sekolah.

2. Melakukan analisis situasi.

3. Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai melalui pelaksanaan

14

Page 15: MBS

4. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasioanal

dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya.

5. Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT

( strength, weakness, opportunity, and thread).

6. Memilih langkah-langkah pemecahan masalah atau tantanga, yakni tindakan yang

diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.

7. Membuat rencana untuk jangka pendek, menengah dan panjang beserta program-

programnya untuk merealisasikan program-program tersebut.

8. Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek

manajemen berbasis sekolah.

9. Melakukan pemantauan serta evaluasi proses terhadap hasil MBS.

FAKTOR PENDUKUNG KESUKSESAN IMPLEMENTASI MBS

Ada enam faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS. Keenamnya mencakup:

political will,financial,sumber daya manusia, budaya sekolah,kepemimpinan,dan keorganisasian.

keberhasilan implementasi MBS diindonesia tidak terlepas dari dasar hukum

implementasi MBS yang tertuang dalam berbagai kebijakan pemerintahan. Salah satu contoh

dukungan pemerintahan dalam pelaksanaan MBS,adlah adanya panduan manajemen peningkatan

mutu berbasis sekolah (MPMBS). Aspek financial atau keuangan merupakan faktor penting bagi

sekolah dalam mengimplementasikan MBS.

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung

keberhasilan implementasi MBS. Ketersediaan sumber daya manusia yang mendukung

implementasi MBS belum cukup, karena MBS merupakan hal yang baru dan hanya sebagian

orang yang mempunyai keahlian dan ketrampilan dalam mendukung implementasi MBS.

Kepemimpinan dan organisasi yang efektif merupakan faktor penting lainya untuk

keberhasilan implementasi MBS. Kepemimpinan yang efektif tercapai apabila kepala sekolah

memiliki kemampuan profesional dibidangnya,memiliki bakat atau sifat,serta memahami kondisi

lingkungan sekolah dan menerapkan kepemimpinannya. Kepala sekolah yang efektif adalah

kepala sekolah yang mampu berperan sebagai educator, manajer, administrator, leader,

innovator dan motivator

15

Page 16: MBS

BAB 6

Perencanaan Pengembangan Sekolah

A. Konsep Perencanaan

Setiap sekolah harus mempunyai perencanaan dalam meningkatkan kualitas sekolah.

Contoh sederhananya adalah program sekolah untuk satu tahun kedepan. Selama ini kelemahan

kita dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan adalah masalah perencanaan dan dokumen,

arsip, atau catatan kegiatan. Perencanaan jarang kita lakukan, kalaupun ada biasanya tidak ter

dokumentasikan dengan baik, dilanggar,atau bahkan tidak dilaksanakan.

Syaiful Sagala ( 2004 : 19 ) mengatakan bahwa perencanaan (planning) adalah fungsi

manajemen yang menentukan secara jelas pemilihan pola-pola pengarahan untuk pengambil

keputusan sehingga terdapat koordinasi dari demikian banyak keputusan dalam suatu kurun

waktu tertentu dan mengarah kepada tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan

bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang memungkinkan seorang manajer melihat ke

masa depan dan menemukan berbagai alternatif arah kegiatan. Karena itu, perencanaan

merupakan urat nadi dalam sebuah manajemen.

B.Tahapan dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah

Dalam Melaksanakan MBS, sekolah harus mampu membuat rencana pengembangan

sekolah (RPS) yang mengarah pada peningkatan kualitas sekoalah. Penyusunan RPS bertujuan

agar sekolah dapat mengetahui secara rinci tindakan-tindakan yang harus dilakukan sehingga

tujuan, kewajiban, dan sasaran pengembangan sekolah dapat dicapai.

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang baik memiliki sejumlah cirri berikut:

1. Komprehensif dan terintegrasi, yakni mencakup perencanaan keseluruhan program yang

akan dilaksanakan sekolah.

2. Multi-tahunan, yaitu mencakup peiode beberapa tahun - umumnya disekolah

dikembangkan untuk jangka waktu empat - lima tahun.

3. Multi-asumber,yaitu menunjukkan jumlah dan sumber dana sumber dana masing-masing

program

4. Disusun secara partisipatif oleh kepala sekolah,komite sekolah dan dewan

pendidikdengan melibatkan para pemangku-kepentingan lainnya.

16

Page 17: MBS

5. Pelaksanaannya dimonitor oleh komite sekolah dan pemangku-kepentingan yang lain.

Uraian tentang tahap-tahap penyusunan RPS tersebut sebenarnya memiliki banyak

kesamaan.

1. Merumuskan visi sekolah

Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan pada

masa mendatang. Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat yang filosofis, bahkan

seringkali mirip sebuah slogan,namun tidak bombastis.

2. Menyusun misi sekolah

Misi adalah tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi.oleh karenanya,misi merupakan

penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan

arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi

tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.

3. Merumuskan tujuan sekolah

Perumusan tujuan sekolah harus berdasarkan dari visi dan misi. Jika visi dan misi terkait

dengan jangka waktu yang panjang,maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu menengah.

4. Menganalisis tantangan

Tantangan merupakan kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai sekolah dengan

kondisi sekolah saat ini. Tantangan harus diatasi selama kurun waktu tertentu. Jika saat ini

sekolah baru mencapai juara ketiga pada perlombaan baca puisi tingkat kabupaten,sedangkan

tujuan sekolah ingin mencapai juara pertama,maka tantangan yang dihadapi sekolah adalah dua

peringkat yaitu dari juara ketiga menjadi juara pertama.

5. Menentukan sasaran sekolah

Berdasarkan pada tantangan tersebut, tahap selanjutnya adalah merumuskan sasaran

atau target mutu yang akan dicapai oleh sekolah. Sasaran harus menggambarkan mutu dan

kuantitas yang ingin dicapai dan terukur agar mudah melakukan evaluasi

keberhasilannya.meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan tantangan yang dihadapi sekolah

17

Page 18: MBS

6. Mengidentifikasi fungsi-fungsi

Setelah sasaran ditentukan, selanjutnya dilakukan idemtifikasi fungsi-fungsi yang

diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut. Langkah ini harus dilakukan sebagai

persiapandalam melakukan analisis SWOT. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya untuk

meningkatkan nilai ujian sekolah adalah fungsi proses belajar mengajar (PBM) dan pendukung

PBM.

7. Melakukan analisis SWOT

Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap

fungsi dan keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Oleh

karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang

terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam

setiap fungsi tersebut, baik faktor internal maupun eksternal.

Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah selanjutnya

adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan, yakni tindakan yang diperlukan

untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap, serta mengoptimalkan fungsi

yang dinyatakan siap.

8. Mengidentifikasi alternatif langkah pemecahan persoalan

Untuk mewujudkan sasaran tertentu, sekolah mengidentifikasi kelemahan dan ancaman

yang dihadapi dalam mencapai sasaran, misalnya sasaran sekolah tersebut adalah menjadi finalis

pada tingkat kota/kabupaten dalam bidang olah raga bola voli, yaitu waktu pelatihan yang kurang

intensif dan tidak adanya pengalaman Guru dalam melatih bola voli kurang profesional serta

sekolah tidak pernah melakukan uji-banding ke sekolah lain.

9. Menyusun program peningkatan mutu

Dari berbagai alternatif langkah pemecahan persoalan yang ada, kepala sekolah

bersama-sama dengan unsur komite sekolah, menyusun dan merealisasikan rencana dan

program-programnya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Rencana yang dibuat harus

menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek mutu yang ingin dicapai,

18

Page 19: MBS

10. Anggaran Pendepatan dan Belanja Sekolah (APBS)

Anggaran adalah rencana yang diformulasikan dalam bentuk rupiah untuk jangka waktu

tertentu (periode), dengan alokasi sumber-sumber kepada setiap aktivitas. Anggaran memiliki

peran penting didalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi aktivitas yang dilakukan oleh

sekolah. Untuk itu setiap penanggung jawab program harus menjalankan aktivitas sesuai dengan

anggaran yang telah ditentukan sebelumnya. Karena anggaran memiliki kedudukan penting,

seseorang penanggung jawab program harus mencatat anggaran serta melaporkan realisasinya

sehingga dapat diperbabdingkan selisih antara anggaran dengan pelaksanaan serta melakukan

tindak lanjut untuk perbaikan. Fungsi dasar suatu anggaran adalah segala bentuk perencanaan,

alat pengendalian, dan alat analisis.

BAB 7

Konsep Dasar Peran Serta Masyarakat ( PSM )

Pada hakikatnya sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, khususnya

masyarakat publiknya, seperti para orang tua murid / anggota Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan

( BP3), dan atasan langsungnya. Demikian pula hasil pendidikan pelaksanaan sekolah akan menjadi harapan

bahkan dambaan masyarakat.Peran serta masyarakat adalah kontribusi, sumbangan, dan ke ikut

sertaan masyarakat dalam menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan. Pada masa sekarang

tentunya kita juga setuju, bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring pendidikan

melibatkan peran serta masyarakat. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat

memberikan harapan dan kemungkinan lebih baik di masa yang akan datang, mendorong

berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyaraat.

Sekolah juga menjadi tanggung jawab bersamaan tara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Tetapi

orang tua hanya sebagai pembantu penyelenggaraan pendidikan, dan tidak berhak untuk mempengaruh iapalagi

mengubah arah sasaran pendidikannya .Dalam UU No. 19 tahun 2005 menyebutkan pengelolaan satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang

ditunjukkan dengan kemandirian, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.

19

Page 20: MBS

Konsep Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam suatu kegiatan dengan

menerima tanggung jawab dan aktifitas tertentu serta dengan memberikan konstribusi sumber

daya yang dimilikinya kita tentunya sudah paham bahwa pendidikan bukan hanya kewajiban

pemerintah, sekolah dan guru, tetapi juga keluarga dan masyarakat. Masyarakat diharapkan

perannya dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan terutama dalam mendidik

moralitas/ agama, menyekolahkan anaknya, dan membiayai keperluan pendidikan anak-

anaknya.

Umumnya peran serta masyarakat adalah peran serta pasif dalam menerima keputusan

sekolah. Mereka berpikir dengan membayar sumbangan /dana secara rutin, selesai lah kewajiban

mereka. Padahal, sekolah tidak hanya membutuhkan bantuan dana tetapi juga pemikiran, tenaga,

dukungan, dan sebagainya Komponen-komponen Peran Serta Masyarakat Yang termasuk

komponen masyarakat ialah orang tua siswa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia usaha, dunia

industri, dan lembaga social budaya. Peran serta mereka dalam pendidikan berkaitan dengan: (1)

pengambilan keputusan,(2) pelaksanaan,dan (3) penilaian.

Peran Serta Orang tua dalam Pembelajaran

Para pakar sepakat bahwa ada tujuh jenis peran serta orang tua dalam pembelajaran :

1. Hanya sekedar pengguna jasa pelayanan pendidikan yang tersedia

2. Memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga

3. Menerima secara pasif apa pun yang diputuskan oleh pihak yang terkait dengan sekolah

4. Menerima konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan kepentingan sekolah

5. Memberikan pelayanan tertentu

6. Melaksanakan kegiatan yang telah didelegasikan atau dilimpahkan sekolah

7. Mengambil peran dalam pengambilan keputusan pada berbagai jenjang

 Peran Serta Orang Tua dalam Perencanaan Pengembangan Sekolah

Dalam perencanaan pengembangan sekolah,orang tua merupakan salah satu peran

penting.Orang tua dapat berperan serta dalam meyediakan dana,prasarana dan sarana sekolah

sebagai upaya realisasi program-program sekolah yang telah disusun bersama. Orang tua siswa

dapat berperan serta dalam perencanaan pengembangan sekolah.

20

Page 21: MBS

Banyak cara yang dapat ditempuh orang tua siswa dalam perencanaan pengembangan sekolah.

Orang tua dapat datang ke sekolah tanpa/dengan undangan sekolah yang

mengundang.Sekelompok orang tua mengadakan pertemuan di luar sekolah untuk bersama-sama

membahas dan memberikan masukan untuk peningkatan mutu sekolah, hasilnya kemudian

diserahkan kepada sekolah.

Peran Serta Orang Tua dalam Pengelolaan Kelas

Keterlibatan orang tua siswa dalam pengelolaan kelas memiliki arti yang sangat luas

bukan berarti orang tua turut masuk ke kelas dan campur tangan mengurusi tempat duduk siswa,

memindah siswa yang suka mengganggu temannya di kelas, dan sebagainya.

Tetapi, pengaturan kelas dapat dilakukan berdasarkan masukan dengan dan/atau kompromi

dengan para orang tua.

D.  Upaya-Upaya yang dilakukan Sekolah untuk Meningkatkan Peran Serta Orang Tua

dalam Mendukung Proses Keberhasilan Sekolah dalam Rangka MBS

1.      Menjalin Komunikasi yang Efektif dengan Orang Tua dan Masyarakat

Prinsip menumbuhkan hubungan dengan masyarakat adalah saling memberikan

kepuasan.Salah satu jalan penting untuk membina hubungan dengan masyarakat adalah

menetapkan komunikasi yang efektif.

2.      Melibatkan Masyarakat dan Orang Tua dalam Program Sekolah

Sekolah harus mengenalkan program dan kegiatannya kepada masyarakat.Dalam

program tersebut harus tampak manfaat yang diperoleh masyarakat jika membantu program

sekolah.

3.      Memberdayakan Dewan Sekolah

Keberadaan Dewan Sekolah akan menjadi penentu dalam pelaksanaan otonomi

pendidikan di sekolah.Melalui Dewan Sekolah orang tua dan masyarakat ikut merencanakan,

melaksanakan, dan mengawasi pengelolaan pendidikan di sekolah.

21

Page 22: MBS

BAB 8

Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat tidak hanya berupa pemberian bantuan uang , tetapi juga bantuan

bimbingan siswa di luar sekolah sebagai bagian yang sangat penting.Mereka dapat bekerja sama

dalam peningkatan mutu sekolah melalui perencanaan program-programpembelajaran dan

kemajuan belajar peserta didik, serta berbagai kegiatandan keterlibatan secara aktif melalui

jalinan komunikasi yang efektif antara sekolah, orang tua, komite dan masyarakat.

Program sekolah harus sesui dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang maupun

yang akan datang. Karena itu pula, sekolah harus berusaha terbuka dan mandiri, serta

meningkatkan mutu profesionalisme tenaga pendidiknya.

Peran serta masyarakan yang terdiri atas elemen berikut.

1. Tokoh masyarakat, yaitu para orang tua siswa atau anggota masyarakat lain yang

peduli terhadap pendidikan.

2. Tokoh agama, yaitu seperti para ulama, ustaz, pendeta dan rohanian.

3. Dunia usaha dan dunia industri, yaitu separti para pemilik toko, pabrik, dialer

kendaraan bermotor, dan wiraswastawan yang berada di lingkungan sekolah.

4. Lembaga social budaya, seperti organisasi proesi, organisasi social, para pemuka

adat, pimpinan adat , pimpinan banjar, RT, RW, PKK, bahkan organisasi seni budaya

Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat

Masyarakat merupakan komponen utama terselenggaranya proses pendidikan.Kontribusi

masyarakat di lingkungan sekolah perlu dioptimalkan sebagai upaya pemberdayaan dalam

ramgka mewujutkan visi dan misi sekolah dengan paradigm pendidikan yang baru.

Rencana pengembangan sekolah dibuat bersama-sama oleh sekolah dan masyarakat,

disampaikan secara terbuka, diperbaharui setiap tahun, dan dilaksanakan.Peningkatan peran serta

masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan kondisi lingkungan sekolah yang

mendukung pembelajaran anak.Untuk itu, sekolah perlu menggalang hubungan baik dengan

masyrakat.Sekolah memiliki program-program yang perlu dipahami masyarakat , dan sekolah

juga perlu saran-saran dari masyarakat .

22

Page 23: MBS

Peran Serta Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama

Hubungan antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat perlu dipererat sehingga

tanggung jawab pendidikan bukan hanya dibebankan kepada sekolah. Dengan terbentuknya

komite sekolah, diharapkan menjadi penghubung antara sekolah dengan orang tua dan

masyarakat, sehingga mereka dapat diberdayakan secara optimal dalam pendidikan. Orang tua

dan masyarakat harus diajak aktif dalam penyelenggaraan pendidikan. Mereka harus ikut

menentukan dan membuat program bersama sekolah dan pemerintah. Mereka harus ikut aktif

dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran maupun non instruksional. Orang tua harus menyediakan

waktu untuk berkunjung ke sekolah dan kelas untuk mengontrol pendidikan anaknya, berdiskusi

dengan guru untuk mengetahui hambatan dan kemajuan yang dihadapi anaknya. Clark (dalam

Nurkolis. 2003) megemukakan bahwa terdapat dua jenis pendekatan untuk mengajak orang tua

dan masyarakat berpartisipasi aktif dalam pendidikan, yaitu:

a. pendekatan school-based dengan cara mengajak orang tua siswa datang ke sekolah

melalui pertemuan-pertemuan,konferensi, diskusi guru-orang tua dan mengunjungi

anaknyayang sedang belajar di sekolah

b. pendekatan home-based, yaitu orang tua membantu anaknya belajar di rumah bersama-

sama dengan guru yang berkunjung ke rumah

Peran Serta Dunia Usaha dan Industri

Dunia usaha dan industri memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap

pendidikan,baik dalam perencanaan,proses peningkatan kualitas pendidikan,maupun

pemanfaatan hasil pendidikan.

Peran dunia usaha dan dunia industri dalam MBS dapat diwujudkan dalam bentuk

partisipasi penggalangan dana,pengadaan fasilitas sarana dan prasarana sekolah,penciptaan relasi

eksternal yang dapat memberikan akses yang lebih luas dalam membangun hubungan sekolah

dengan masyarakat,serta membantu pengembangan SDM pendidikan,khusunya yang berkaitan

dengan teknik-teknik pengembangan mutu.pemahaman tentang mutu dari dunia bisnis

diaplikasikan dalam dunia pendidikan.begitulah peran serta dunia usaha dan dunia industri untuk

turut serta dalam pengembangan mutu pendidikan melalaui MBS.

23

Page 24: MBS

KOMITE SEKOLAH

Peran komite sekolah

a. Sebagai Advisor : pada tahap ini komite sekolah mempunyai tugas memberikan masukan atau

saran dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan extrakurikuler serta dalam hal saranan

dan prasarana sekolah.

b. Supporting : tindakan nyata dari persatuan orang tua dan guru ini berupa memberikan

dukungan terhadap program-program sekolah,selama program tersebut baik bagi siswa,guru

maupun orang tua.

c. Controlling : sebagai komite sekolah yang memiliki peran untuk mengawasi,akan sangat

penting program pendidikan di informasikan sesering mungkin apakah lewat media

sekolah,atau pun seperti buletin sekolah,website atau pun media komunikasi yang komite

sekolah buat.

d. Mediator : yakni antara orang tua dengan guru, usulan atau masukan yang diterima oleh

komite sekolah disampaikan kembali kepada sekolah.komite sekolah berfungsi sebagai

mediator bukan sebagai pengambil keputusan atau decision maker.

Fungsi komite sekolah

Untuk menjalankan perannya itu,komite sekolah memiliki fungsi yakni :

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan kombitmen masyrakat terhadap penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu.

2. Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia

industri)dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermtu.

3. Menampung dan menganalisi aspirasi,ide,tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang

diajukan oleh masyarakat.

4. Memberikan masukan pertimbangan,dan rekomedasi kepada satuan pendidikan mengenai:

5. Mendorong orang tua dan masyarakat dan berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung

peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan

6. Melakukan evalusi dan pengawasan terhadap kebijakan,program,penyelenggaraan,dan

keluaran pendidikan disatun pendidikan.

Peran  Komite Sekolah DalamMeningkatkan Mutu Pendidikan

24

Page 25: MBS

Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu Penyelenggara

Pendidikan (BP3). Secara substansial kedua istilah tersebut tidak begitu mengalami perbedaan.

Yang membedakan hanya terletak pada pengoptimalan peran serta masyarakat dalam

mendukung dan mewujudkan mutu pendidikan.

Tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah:

1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan

kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.

2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan di satuan pendidikan.

3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan

(Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut:

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu.

2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia

industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan

yang diajukan oleh masyarakat.

Peran Komite Sekolah. Secara kontekstual, peran Komite Sekolah sebagai berikut :

1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan kebijakan

pendidikan di satuan pendidikan.

2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga

dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan

(Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

25