Materi Toksik . Krim Pemtih Dan Alternatif
-
Upload
chairunisa-fadhilah -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
Transcript of Materi Toksik . Krim Pemtih Dan Alternatif
Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan
khasiat bisa memutihkan kulit atau memucatkan noda hitam (coklat) pada kulit. Pemakaian
Merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna
kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi
kulit serta pemakaian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak,
serta dapat menyebabkan kanker. Masyarakat menganggap bahwa kosmetika tidak akan
menimbulkan hal-hal yang membahayakan karena hanya ditempelkan dibagian luar kulit
saja, pendapat ini tentu saja salah karena ternyata kulit mampu menyerap bahan yang melekat
pada kulit. Absorpsi kosmetika melalui kulit terjadi karena kulit mempunyai celah anatomis
yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat yang melekat di atasnya. Dampak dari absorpsi ini
ialah efek samping kosmetika yang dapat berlanjut menjadi efek toksik kosmetika
(Wasitaatmadja, 1997).
Penelitian yang dilakukan YPKKI (Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan
Indonesia) pada bulan april tahun 2002 terhadap 27 produk pemutih wajah dan antikerut yang
beredar di pasaran, ternyata kebanyakan dari produk tersebut masih dalam kategori obat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dari 20
merek yang dijadikan sampel yang diteliti menunjukkan ada lima merk kosmetik pemutih
wajah yang telah terdaftar tetapi masih mengandung merkuri, meskipun kadarnya kecil (Rina,
2007 Menurut Dr. Retno I. Tranggono, SpKK menyebutkan bahwa krim yang mengandung
merkuri, awalnya memang terasa manjur dan membuat kulit tampak putih dan sehat. Tetapi
lama-kelamaan, kulit dapat menghitam dan menyebabkan jerawat parah.
Selain itu, pemakaian merkuri dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan
kanker kulit, kanker payudara, kanker leher rahim, kanker paru-paru, dan jenis kanker
lainnya. Merkuri termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecilpun dapat
bersifat racun. Pemakaian merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal,
mulai dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam
pada kulit, alergi, iritasi kulit serta pemakaian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan
kerusakan permanen otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan jangka
pendek dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan muntahmuntah, diare dan kerusakan
paru-paru serta merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) pada manusia
(BPOM, 2006).
Produk pemutih kulit sendiri terbagi menjadi 3 golongan yaitu kosmetik,
kosmetisikal, dan kosmetomedik. Golongan pertama disebut kosmetik, jika produk itu
mempengaruhi fisiologi kulit dan dapat di beli secara bebas, contohnya sabun. Golongan
kedua disebut kosmetisikal, jika produk itu mempengaruhi fisiologi kulit tapi masih boleh
dibeli secara bebas-terbatas tanpa harus memakai resep dokter, contohnya produk yang
mengandung alpha hydroxy acid (AHA), asam glikolat, arbutin dan hidrokuinon. Golongan
ketiga disebut kosmetomedik, produk-produk ini mempengaruhi fisiologi kulit dan hanya
boleh dibeli dengan resep dokter, contohnya hidrokuinon diatas 2% dan asam retinoat (berapa
pun kadarnya).
Merkuri mulai dimanfaatkan dalam bidang kosemetik sebagai salah satu zat pembuat
sediaan kosmetik karena kemampuannya dalam menghambat pembentukan melanin pada
permukaan kulit. merkuri mampu menjadikan kulit putih mulus dalam karena dan dapat
terakumulasi di bawah kulit. efek samping merkuri yang bersifat akumulasi ini, akan
mengakibatkan keracunan sistemik jika digunakan dalam jangka panjang, meskipun efeknya
belum akan terasa dalam hitungan hari (Widowati, 2008). PerMenKes RI No.
376/Menkes/per/VII/1990 juga secara jelas telah dikeluarkan menyangkut elarangan
penggunaan merkuri dalam sedian kosmetik. Gejala keracunan merkuri akibat pemakaian
krim pemutih muncul sebagai gangguan sistem saraf, diantaranya adalah tremor, insomnia
(Alvian , 2006). Logam berat seperti merkuri dapat mendenaturasi protein dalam tubuh
(terutama protein yang mengandung asam amino esensial). Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin membuat sempurna banyak hal pada beberapa bidang, tak terkecuali
bidang kosmetik atau produk-produk perawatan kecantikan. Sekarang para produsen
kosmetik pun mulai berinovasi untuk membuat produk- produk yang dapat menjaga kulit
tanpa efek. Seperti yang kini sedang menjadi tren adalah produk-produk kecantikan yang
memasukkan unsur emas ke dalam campuran bahan- bahannya. Misalnya produk untuk
mencuci muka (facial gold), scrub, serum anti aging, dan krim pemijat tubuh. Emas yang
dicampurkan ke dalam produk-produk tersebut bukanlah emas dalam ukuran butiran-butiran
kecil (mikro) melainkan emas dalam ukuran nano (10-9) (Abdullah, 2010). Pemilihan emas
sebagai material dalam kosmetik, karena emas merupakan logam yang tidak mudah
mengalami oksidasi, sehingga emas aman masuk ke dalam tubuh (Fernandes, 2011). Ukuran
nanopartikel emas yang sangat kecil dapat keluar dan masuk dengan mudah ke dalam sel
tubuh tanpa menggangu kerja sel (Rochani, 2010).
Kemampuan nanogold sebagai penurun kadar merkuri dengan variasi lama waktu pemulihan (1minggu, 2 minggu, 3minggu dan 4 minggu). Secara umum nanogold dapat berpengaruh terhadap penurunan merkuri. Nilai
rerata persen penurunan kadar merkuri ini berbeda secara signifikan. Artinya, pemberian nanogold dengan lama waktu yang berbeda menyebabkan perbedaan potensi dari nanogold sebagai penurun kadar merkuri.
Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam. ANDI Yogyakarta, 127-148
Yono, E.R.B. dan Ismono. 2013. NANOGOLD EFFECT AT CARDIAC OF MUS MUSCULUS INTO MERCURY EXPOSURE. UNESA Journal of Chemistry Vol. 2 No. 2,
Rina, M, Sunarko. 2007. Analisis unsur-unsurtoksik dalam sampel krim pemutih wajah
dengan metode analisis aktivasineutron. Jurnal PTBIN: BATAN
Wasitaatmadja, M, S. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI Press: Jakarta.
Alfian, Zul. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan
Manusia dan Lingkungan. Medan:Universitas Sumatera Utara.
Abdullah, M.2010. Pengantar Nanosains. Bandung: ITB
Fernandes, R, Beny. 2011. Nanomaterial: Sintesis, Karakterisasi, Sifat dan Peralatan
Elektronik. Thesis. Padang. Universitas Andalas.
Rochani, Siti. Wahyudi, Agus. 2010. Peran Nanotehnologi Dalam Pengolahan Mineral.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan Batubara.Bandung.