Mapri Kesling Nana

47
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang. menghadapi banyak masalah kesehatan masyarakat. Semakin pesatnya pertambahan penduduk serta kemajuan teknologi yang terus berkembang kita akan dihadapkan dengan masalah-masalah kesehatan yang semakin komplit. Sebagai Negara Agraris yang memiliki era industrialisasi membawa Indonesia ke dalam berbagai tradisi, yaitu tradisi epidemiologi, demografi dan lingkungan. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) dan yang memiliki visi Indonesia sehat 2015 berkomitmen mewujudkan delapan tujuan pembangunan yang menjadi perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan menuju kualitas hidup yang lebih baik. Untuk itu perlu perbaikan-perbaikan dalam segala bidang terutama bidang kesehatan. Sehat salah satu upaya untuk mencapainya adalah meningkatkan kesehatan lingkungan. Masalah kesehatan lingkungan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang sangat berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Menurut ahli kesehatan HL. BLUM derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor : lingkungan, perilaku, manusia, dan pelayanan kesehatan. Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit terbanyak yang 1

description

public health

Transcript of Mapri Kesling Nana

Page 1: Mapri Kesling Nana

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang. menghadapi banyak masalah kesehatan

masyarakat. Semakin pesatnya pertambahan penduduk serta kemajuan teknologi yang terus

berkembang kita akan dihadapkan dengan masalah-masalah kesehatan yang semakin

komplit. Sebagai Negara Agraris yang memiliki era industrialisasi membawa Indonesia ke

dalam berbagai tradisi, yaitu tradisi epidemiologi, demografi dan lingkungan.

Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan Pembangunan

Millenium (MDGs) dan yang memiliki visi Indonesia sehat 2015 berkomitmen mewujudkan

delapan tujuan pembangunan yang menjadi perwujudan peningkatan kualitas sumber daya

manusia dan menuju kualitas hidup yang lebih baik. Untuk itu perlu perbaikan-perbaikan

dalam segala bidang terutama bidang kesehatan. Sehat salah satu upaya untuk mencapainya

adalah meningkatkan kesehatan lingkungan.

Masalah kesehatan lingkungan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang

sangat berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Menurut ahli kesehatan

HL. BLUM derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor : lingkungan, perilaku,

manusia, dan pelayanan kesehatan. Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit

terbanyak yang terdapat di wilayah kerja puskesmas didominasi oleh penyakit yang

berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah

Sumatera Barat, di desa maupun di kota, kita sebagai Dinas Kesehatan tentu dapat

menggambarkan masyarakat Sumatera Barat di masa depan yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan yaitu masyarakat yang ditandai penduduknya yang hidup dalam

lingkungan dan dengan perilaku hidup bersih dan sehat memiliki kemampuan dan kemauan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.

Sampai saat ini diketahui bahwa penyakit terbanyak yang terdapat di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan didominasi oleh penyakit-penyakit yang berhubungan dengan

1

Page 2: Mapri Kesling Nana

masalah kesehatan lingkungan. Sekitar 53% dari 10 penyakit terbanyak yang ada di wilayah

Puskesmas Lubuk Kilangan berasal dari lingkungan.

Dalam rangka memperbaiki mutu kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan harus

diperbaiki secara mendetail. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu strategi yang

terpadu, khususnya dalam menghadapi kesehatan lingkungan, dimana Puskesmas berperan

penting dalam upaya perbaikian kesehatan lingkungan.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Mengetahui tentang Program Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Berbasis

Lingkungan

b. Tujuan Khusus

Mengetahui tentang Program Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Berbasis

Lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang.

1.3 Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang Program Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Berbasis

Lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan secara khusus.

I.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai

literatur.

2

Page 3: Mapri Kesling Nana

BAB 2

ANALISIS SITUASI

2.1 Gambaran Umum

Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan pada

tahun 1981 dengan luas tanah 270 m2 dan gedung puskesmas sendiri didirikan pada tahun

1983 dengan luas bangunan 140 m2, pada tahun itu juga Puskesmas mempunyai 1 buah

Pustu Baringin.

Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang diberikan saat itu

meliputi BP, KIA, dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada pada saat itu sekitar 10

orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian pimpinan Puskesmas sebanyak 15

kali.

Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri

dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik, Imunisasi dengan

jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang termasuk Pustu. Walaupun demikian

bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum mempunyai gudang obat,

gudang gizi (PMT) dan ruangan khusus Pelayanan Lansia.

Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 7 upaya

kesehatan wajib yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program Kesehatan Lingkungan

(Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB), Program

Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Menular (P2M) dan

pengobatan (BP), dan Perawatan Kesehatan Masyarakat. Selain itu terdapat upaya

kesehatan pengembangan yaitu: Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah

Raga, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Mata dan Upaya Kesehatan

Usia Lanjut (Lansia).

3

Page 4: Mapri Kesling Nana

2.2 Kondisi Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah Kecamatan

Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7 kelurahan dengan

luas:

a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2

b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2

c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2

d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2

e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2

f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2

g. Kelurahan tarantang : 1.85 Km2

Adapun batas – batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah sebagai

berikut:

Utara : Kecamatan Pauh

Timur : Kabupaten Solok

Selatan : Kecamatan Bungus Teluk Kabung

Barat : Kecamatan Lubuk Begalung

2.3 Kondisi Demografis

Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang

selama tahun 2011 adalah : 46900.Jiwa dengan distribusi kependudukan menurut

kelurahan sebagai berikut:

Kelurahan Pasar ambacang : 16818

Kelurahan anduring : 13412

Kelurahan lubuk lintah : 9737

Kelurahan ampang : 6933

4

Page 5: Mapri Kesling Nana

2.4 Sarana dan Prasarana

1. Sarana Pendidikan

a. SMU/SMK : 3 Unit

b. SLTP : 4 Unit

c. SD : 23 Unit

d. TK : 15 Unit

2. Sarana Kesehatan

Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki sarana:

a. Puskesmas Induk : 1 Unit

b. Puskesmas Pembantu : 3 Unit

- Pustu Indarung

- Pustu Batu Gadang

- Pustu Baringin

c. Rumah Sakit PT Semen Padang : 1 Unit

d. Mobil Puskesmas Keliling : 1 Unit

e. Motor Dinas : 4 Unit

f. Komputer : 2 Unit

g. Mesin Tik : 2 Unit

h. Laptop : 1 Unit

i. LCD/Infocus : 1 Unit

3. Prasarana Kesehatan

a. Posyandu Balita : 43 buah

b. Posyandu Lansia : 13 buah

c. Kader Kesehatan : 164 orang

d. Praktek Dokter Swasta : 5 orang

e. Praktek Bidan Swasta : 21 orang

f. Pos UKK : 3 Pos

g. Pengobatan Tradisional : 38 buah

5

Page 6: Mapri Kesling Nana

h. Toga : 27 buah

2.5 Ketenagaan

a. Dokter Umum : 2 orang

b. Dokter Gigi : 2 orang

c. Sarjana Kesehatan Masyarakat : 3 orang

d. Akper : 6 orang

e. SPK : 6 orang

f. Akbid : 6 orang

g. Bidan (D I) : 13 orang

h. Asisten Apoteker : 2 orang

i. AKL : 1 orang

j. AAK : 1 orang

k. Perawat Gigi : 2 orang

l. Pekarya Kesehatan : 3 orang

m. SMA : 2 orang

n. SMP : 1 orang

6

Page 7: Mapri Kesling Nana

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan

World Health Organisation (WHO) menggambarkan kesehatan lingkungan sebagai

berikut, Those aspects of human health and disease that are determined by factors in the

environment. It also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors in the

environment that can potentially affect health. Atau bisa disimpulkan sebagai “Suatu

keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin

keadaan sehat dari manusia.”

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) “Suatu kondisi

lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan

lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia”.

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya mendefinisikan Kesehatan Lingkungan

sebagai “suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif

terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula”.

Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah “ Upaya perlindungan,

pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada

tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.”

3.2 Ruang Lingkup dan Sasaran Kesehatan Lingkungan

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang

essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.

Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat.

Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan antara lain :

7

Page 8: Mapri Kesling Nana

A. Menurut WHO :

1. Penyediaan air minum

2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran

3. Pembuangan sampah padat

4. Pengendalian vektor

5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

6. Higiene makanan, termasuk higiene susu

7. Pengendalian pencemaran udara

8. Pengendalian radiasi

9. Kesehatan kerja

10. Pengendalian kebisingan

11. Perumahan dan pemukiman

12. Aspek kesling dan transportasi udara

13. Perencanaan daerah dan perkotaan

14. Pencegahan kecelakaan

15. Rekreasi umum dan pariwisata

16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana

alam dan perpindahan penduduk.

17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

B. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3) :

1. Penyehatan air dan udara

2. Pengamanan limbah padat/sampah

3. Pengamanan limbah cair

4. Pengamanan radiasi

5. Pengamanan kebisingan

6. Pengamanan vektor penyakit

Yang menjadi sasaran Kesehatan Lingkungan berdasarkan Pasal 22 ayat (2) UU No

23/1992 adalah sebagai berikut :

8

Page 9: Mapri Kesling Nana

1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis

2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis

3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.

4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum.

5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm

keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang

bersifat khusus.

3.3 Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia 1

1. Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air

minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.

b. Syarat Kimia : Kadar Besi, maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan

(maksimal 500 mg/l).

c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).

2. Pembuangan Kotoran/Tinja

Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :

a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.

b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau

sumur.

9

Page 10: Mapri Kesling Nana

c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.

e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-benar diperlukan,

harus dibatasi seminimal mungkin.

f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.

g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

3. Kesehatan Pemukiman

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak

yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privasi yang cukup, komunikasi yang sehat

antar anggota keluarga dan penghuni rumah

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan

penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor

penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari

pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan

dan penghawaan yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena

keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,

konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung

membuat penghuninya jatuh tergelincir.

4. Pembuangan Sampah

Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur :

10

Page 11: Mapri Kesling Nana

a. Penimbunan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah

jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial

ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.

b. Penyimpanan sampah.

c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.

d. Pengangkutan

e. Pembuangan

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui

hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan

masalah-masalah ini secara efisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu

Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian

disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk

Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah

Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis.

Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang

rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang

dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3

M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah

penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida

untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.

Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat

menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara

perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat

menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi

bakteri penyebab.

11

Page 12: Mapri Kesling Nana

6. Makanan dan Minuman

Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan,

jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan

atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan

jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).

Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan

meliputi :

a. Persyaratan lokasi dan bangunan;

b. Persyaratan fasilitas sanitasi;

c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;

d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;

e. Persyaratan pengolahan makanan;

f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;

g. Persyaratan peralatan yang digunakan.

7. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,

pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan

out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman

serta gedung umum, bis kereta api, dan lain-lain. Masalah ini lebih berpotensi menjadi

masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam

ruangan daripada berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar

rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran

pernafasan bagi anak balita.

12

Page 13: Mapri Kesling Nana

Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah,

berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa

penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa

kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut

adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu

akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian

atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi

saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan,

terganggunya ekologi hutan.

3.4 Upaya Kesehatan Lingkungan di Puskesmas

Bertitik tolak dari masalah Kesehatan Lingkungan yang terjadi di Indonesia, ada 5 upaya

dasar kesehatan lingkungan yang sering dan penting dilakukan di Puskesmas di Indonesia, yakni

sebagai berikut :

1. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)

Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana

Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, Pembinaan kelompok pemakai air.

2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah)

Sarana sanitasi dasar yang dipantau, meliputi jamban keluarga (Jaga), saluran

pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS).

3. Penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU)

Penyehatan Tempat-Tempat Umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar,

kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon

kecantikan, serta tempat keramaiannya lainnya. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah

Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan perkantoran.

13

Page 14: Mapri Kesling Nana

4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)

Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan

pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan

penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.

5. Pemeriksaan Jentik Nyamuk

Bersama kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas,

melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk

dan tumbuhnya jentik. Kemudian dihitung, berapa rumah penduduk yang mengalami bebas

jentik.

3.5 Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau morfologi suatu

organ dan/atau jar tubuh. (Achmadi’05)

Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak)

serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut.

(Sumirat’96)

Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau

morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu

disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

3.6 Situasi Penyakit Berbasis Lingkungan di Indonesia

Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. ISPA dan

diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakit di

hampir seluruh Puskesmas di Indonesia.

14

Page 15: Mapri Kesling Nana

Menurut Profil Ditjen PP dan PL thn 2006, 22,30% kematian bayi di Indonesia akibat

pneumonia. Sedangkan morbiditas penyakit diare dari tahun ke tahun kian meningkat dimana

pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk, lalu meningkat menjadi 301 per 1000

penduduk pada tahun 2000 dan 347 per 1000 penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka

tersebut kembali meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk.

3.7 Contoh Penyakit Berbasis Lingkungan

Diare

Cacingan

ISPA

Malaria

DBD

TB Paru

Penyakit Infeksi Kulit

Keracunan makanan/minuman/pestisida

Keluhan akibat lingkungan yang buruk/akibat kerja

3.8 Paradigma Kesehatan Lingkungan

Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu diketahui

perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat melakukan intervensi

secara cepat dan tepat.

Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:

15

Page 16: Mapri Kesling Nana

Gambar 3.1 patogenesis penyakit

Sumber : Ahmadi, 2005

Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan menjadi 4 (empat)

simpul, yakni :

Simpul 1: Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent penyakit. Agent

penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit baik

melalui kontak secara langsung maupun melalui perantara.

Beberapa contoh agent penyakit:

Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll

Agent Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2,

Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll

Agent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dan lain-lain.

Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi,

16

Page 17: Mapri Kesling Nana

Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karena dapat memindahkan agent

penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikenal sebagai media transmisi adalah udara, air,

makanan, binatang, manusia/secara langsung.

Simpul 3: Penduduk (Manusia/Perilaku Pemajanan)

Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain perilaku, status gizi,

dan pengetahuan.

Simpul 4: Dampak Kesehatan

Adalah pengamatan, pengukuran dan pengendalian prevalensi penderita yang berkaitan atau

akibat dari simpul 1, 2, dan 3. Misalnya : Prevalensi kanker payudara dan prevalensi penderita

keracunan tempe bongkrek.

BAB 4

PEMBAHASAN

17

Page 18: Mapri Kesling Nana

4.1 Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan

Kegiatan program pembinaan kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas

Lubuk Kilangan adalah :

a. Pendekatan Lintas Sektoral/Program

Pendekatan lintas sektoral dan lintas program minimal dilaksanakan satu kali

sebulan, jika lintas sektoral dilaksanakan di kecamatan sementara lintas program

dilaksanakan di puskesmas pada waktu staff meeting.

Adapun pertemuan itu bertujuan:

1. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral dan lintas program untuk

mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal

2. Menyampaikan informasi-informasi yang berhubungan dengan kesehatan

khususnya kesehatan lingkungan

b. Inspeksi Sanitasi

Kegiatan dilaksanakan pada sarana air bersih yang berada di 7 kelurahan di wilayah

kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dimana tujuannya adalah untuk memantau tingkat

risiko pencemaran air bersih yang dimiliki masyarakat

Tabel 4.1 Hasil Pencapaian Kegiatan Inspeksi Sanitasi Puskesmas Lubuk Kilangan 2013

No Kelurahan Jumlah SAB yang diperiksa

Tingkat Risiko Pencemaran Ket

Amat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah

1 Batu Gadang

120 - - 79 41

2 Indarung 125 - - 5 30 PDAM 90

3 Padang Besi

116 - - 10 39 PDAM 67

4 Baringin 60 - - 16 445 Tarantan 40 - - 17 236 Koto

Lalang96 - - 19 77

7 Bandar Buat

70 - - 10 40 PDAM 20

8 Puskesmas 627 - - 156 294

18

Page 19: Mapri Kesling Nana

c. Survey Perumahan dan Lingkungan

Kegiatan ini dilaksanakan pada rumah dan lingkungan dimana kegiatan ini memantau

keadaan fisik rumah, lingkungan, sarana yang dimiliki serta keadaannya.

NO Kelurahan

Jumlah Jenis Rumah Jamban Keluarga SPAL

Jiwa KK P SP K Jumlah

Leher angsa Pakai S.Tank

Leher Angsa Non S.Tang

Non Leher Angsa

MCK Tertutup Terbuka

1 Bandar Buat 14.839 3.753 1125 613 13 1751 1620 553 18 1 1026 725

2 Padang Besi 7.037 1.448 802 389 9 1200 852 289 28  798 402

3 Indarung 11.456 2.885 2561 1852 14 4427 2764 1189 5  2453 1972

4 Koto Lalang 6.843 1.645 1101 998 7 2106 843 798 21  108 1008

5 Batu Gadang 6.68 1.591 629 307 9 945 459 286 11  589 356

6 Baringin 2.367 322 271 69 17 357 128 57 19  198 159

7 Tarantang 2.54 646 426 58 12 496 257 58 14  378 118

Puskesmas 51.762 12.290 6915 4286 81 11282 6923 3230 116 1 6540 4740

Tabel 4.2 Data dasar perumahan dan lingkungan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

Penilaian pencapaian rumah sehat mengacu pada KEPMENKES tentang rumah sehat:

1. Rumah yang dibangun oleh developer dianggap rumah sehat

2. Kriteria rumah sehat minimal : akses SAB memenuhi syarat, akses jamban memenuhi

syarat, pencahayaan memenuhi syarat, ventilasi memenuhi syarat dan lantai memenuhi

19

Page 20: Mapri Kesling Nana

Syarat

Tabel 4.3 Data dasar Sarana Air Bersih di Puskesmas Lubuk Kilangan tahun

2013

No Kelurahan Jumlah Rumah

Sarana Air Bersih  

PDAM/Perpipaan SGL MA Perpipaan TPS

1 Bandar Buat 1751 1475 166     1

2 Padang Besi 1200 224 851 7 125  

3 Indarung 4427 3716 251   962 1

4 Koto Lalang 2106 1675 146   285  

5 BatuGadang 945 - 714 3 228  

6 Baringin 357 - 184 6 236  

7 Tarantang 496 - 311 5 180  

Puskesmas 11282 7090 2623 21 2016 2

20

Page 21: Mapri Kesling Nana

Ban-dar

Buat

Padang besi

In-darun

g

Koto lalang

Batu gadan

g

Baringin

taran-tang

Puskemas

Diperiksa

230 188 234 165 98 87 96 1328

MMS

135 112 143 112 67 65 41 810

TMS

95 76 91 53 31 22 55 518

100500900

1300

Gambar 4.1 Grafik pencapaian pemeriksaan rumah sehat puskesmas lubuk kilangan tahun

2013

d. Kunjungan Sekolah

Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah-sekolah dimana kegiatannya meliputi

- Penyuluhan

- Pemeriksaan sanitasi/hygiene

- Pembinaan dokter kecil

21

Page 22: Mapri Kesling Nana

Tabel 4.4 Hasil penilaian kunjungan sekolah di Lubuk Kilangan 2013

No.

Sekolah Jumlah Diperiksa Memenuhi syarat

kesehatan

Tidak memenuhi

syarat kesehatan

Sekolah yang punya dokter

kecil

1 TK 16 13 7 6 -

2 SD 23 16 9 7 8

3 SMP 4 4 3 1 2

4 SMA/ SMK 3 3 3 0 1

Jumlah 46 36 22 14 11

e. Pemeriksaan dan Pengawasan TTU dan TPM

Kegiatan ini meliputi pemeriksaan/pengawasan TTU dan TPM yang ada di wilayah

kerja puskesmas, adapun kegiatan meliputi:

- Mencegah penularan penyakit menular melalui makanan dan minuman

- Pemeriksaan terhadap karyawan/sarana yang digunakan

-

Tabel 4.5 Hasil pencapaian pemeriksaan TPM di Lubuk Kilangan 2013

No. Jenis TPM Terdafar Diperiksa Memenuhi

syarat

Tidak

memenuhi

syarat

1 Rumah makan 28 28 20 8

2 Catering 2 2 2 0

3 Industri RT 13 13 7 6

4 Warung kopi 30 30 30 0

5 Jajanan 30 30 25 5

Jumlah 102 102 83 19

Tabel 4.6 Hasil pencapaian pemeriksaan TTU di Lubuk Kilangan 2013

22

Page 23: Mapri Kesling Nana

No Jenis TTU Terdaftar Diperiksa Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

1 Kolam renang 1 0 0 0

2 Hotel 0 0 0 0

3 Rumah sakit 1 1 1 0

4 Puskesmas 1 1 1 0

5 Pustu/Polindes 3 3 2 1

6 Klinik Kesehatan 8 8 8 0

7 Pasar 2 2 1 1

8 Sekolah 44 36 22 14

9 Salon 10 10 8 2

10 Pangkas Rambut 8 8 8 0

11 Mesjid/Musholla 50 33 32 1

12 Terminal 1 0 0 0

13 TP2 Pestisida 2 2 2 0

Jumlah 130 104 85 19

Tabel 4.7 Hasil pencapaian pemeriksaan DAMIU di Lubuk Kilangan 2013

No

.

Kelurahan Terdaftar Diperiksa Memenuhi

syarat

Tidak

memenuhi

syarat

1 Batu gadang 2 2 1 1

2 Indarung 4 4 1 3

3 Padang besi 2 2 1 1

4 Baringin 1 1 1 0

23

Page 24: Mapri Kesling Nana

5 Tarantang 2 2 0 2

6 Koto lalang 2 2 1 1

7 Bandar buat 13 13 2 11

26 26 7 19

f. Pengawasan TP2 Pestisida

Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan agar terawasi tempat penjualan dan

penggunaan pestisida sehingga terhindar dari :

- Efek samping penggunaan pestisida terhadap manusia dan kehidupan lainnya

- Mencegah terjadinya keracunan akibat penjualan dan penggunaan pestisida

yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

g. Pengawasan Sampah (TPS)

Pengawasan sampah dilakukan di TPS yang ada di kelurahan sebanyak 42 TPS dari

hasil pengamatan. Semua Tps yang ada sudah dipergunakan secara baik. Ada satu TPS

memliki tingkat kepadatan lalat yang agak tinggi dan dekat dengan lingkungan

pemukiman

h. Klinik Sanitasi

Kegiatan klinik sanitasi dilaksanakan 1x dalam seminggu dengan kasus penyakit yang

berbasis lingkungan yaitu pasien dari KIA dan BP dirujuk ke klinik sanitasi untuk

konsultasi antara lain :

- Konsultasi pasien

- Kunjungan rumah

- Perbaikan sarana

24

Page 25: Mapri Kesling Nana

Diare

Ispa

malaria DBD TB

Kecacin

gan

Keluhan Akib

at Kerja

Filari

asis

Kulit0

20

40

6037

160 0

140 0 0

51

Jumlah pasien

Gambar 4.2 persentase pencapaian kunjungan klinik sanitasi puskesmas Lubuk Kilangan

tahun 2013

i. Penyuluhan kesehatan lingkungan

Kegiatan ini dilaksanakan di dalam dan di luar Puskesmas seperti

- Posyandu

- Posyandu lansia

- Sekolah – sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Di dalam gedung puskesmas dilaksanakan 2x setahun karena setiap petugas

mendapatkan jatah untuk memberikan penyuluhan secara bergantian kecuali ada

mahasiswa PKL yang akan memberikan penyuluhan. Penyuluhan ini disampaikan

sebelum pasien mendapatkan pengobatan.

j. Melaksanakan Program Pamsimas II

Kegiatan ini dilaksanakan di 2 lokasi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

diantaranya :

1. RW 1 RW 2 RW 3 di kelurahan Indarung

2. RT 3 RW 2 Lubuk Sarik Kelurahan Padang Besi

25

Page 26: Mapri Kesling Nana

Kegiatan ini dengan alokasi biaya T.A 2013, diantara kegiatan yang telah dilakukan

oleh Sanitarian Puskesmas Lubuk Kilangan adalah :

1. Kelurahan Indarung

- Sosialisasi tentang program Pamsimas di kantor Lurah Indarung

- Melaksanakan Pemeriksaan bakteriologi dan kimia terhadap kualitas air bersih

prakontruksi dan pascakontruksi

- Penyuluhan serta demo cuci tangan pakai sabun (CTPS) di RT 6 RW 1

dengan 20 orang

- Pemicuan pamsimas di RT 6 RW 1 dan disini masyarakat ada 10 orang

terpicu dan mau bikin jamban pakai septic tank

- Pelatihan natural leader di Musholla Nurul Hidayah dengan 10 orang peserta

selama 3 hari dengan materi CLTS, penyalit berbasis lingkungan dan demo

pembuatan BOWL

2. Kelurahan Padang Besi

- Sosialisasi Program Pamsimas di Musholla

- Melaksanakan pemeriksaan bakteriologi dan kimia terhadap kualitas air bersih

prakontruksi dan pascakontruksi

- Penyuluhan serta demo cuci tangan pakai sabun (CTPS) di RT 3 RW 2

dihadiri oleh 20 orang

- Pemicuan Pamsimas di RT 3 RW 2 dihadiri oleh 25 orang dan disini ada 5

orang terpicu untuk bangun jamban pakai septic tank

- Pelatihan natural leader di Musholla dengan 10 orang peserta selama 3 hari

dengan materi CLTS, penyakit berbasis lingkungan dan demo pembuatan

BOWL

Dan untuk keberlanjutan nantinya sanitarian beserta peserta pelatihan Natural Leader

akan melakukan kegiatan monitoring di lokasi pamsimas.

26

Page 27: Mapri Kesling Nana

4.2 Penyakit Menular Berbasis Lingkungan di Puskesmas Lubuk Kilangan

1. ISPA

Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan tentang penyakit terbanyak yang

ada di wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan

788

14695

97

4676

86

59 4546L Ispa

GastritisRematikHypertensiPeny. Pulpa & JaringanPeny. Kulit Karena JamurDiabetes MellitusKelainan RefraksiPeny. Kulit InfeksiPersistensi Gigi

Gambar 4.3 Diagram 10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Lubuk Kilangan tahun

2013

Dari grafik diatas penyakit menular berbasis lingkungan yang paling tinggi di

puskesmas Lubuk Kilangan yaitu penyakit ISPA, ini terjadi karena ada 8 faktor kondisi

kesehatan lingkungan rumah yang mempunyai hubungan dengan kejadian ISPA, yaitu:

a. Keadaan rumah

b. Luas lantai

c. Ventilasi dan pencahayaan siang hari

d. Kamar tidur tidak dengan jendela

e. Kepadatan hunian rumah

f. Bahan bakar memasak

g. Kelembaban udara dalam rumah

h. Pengelolaan sampah di rumah tangga

27

Page 28: Mapri Kesling Nana

Untuk mengatasi hal tersebut Puskesmas Lubuk Kilangan melakukan program

kesehatan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk Klinik Sanitasi yang

bertujuan untuk merunkan/dan mencegah penyakit yang berbasis lingkungan.

2. Diare

Dari data di atas terlihat bahwa peny akit diare tetap muncul dalam setiap

bulannya hal ini disebabkan oleh belum adanya perhatian terhadap bahaya penyakit

diare,dan perilaku hidup bersih dan sehat. Insiden kasus diare yang terdata selama tahun

2010 adalah sebanyak 778 kasus, yang dilaporkan secara berkala yaitu sekali seminggu

dalam bentuk W.2. Dari sekian banyak penderita, berdasarkan catatan tidak ada penderita

yang dirawat ataupun yang meninggal. Semua penderita mendapatkan oralit.

3. DBD

Grafik Insiden Penyakit DBD berdasarkan jumlah pasien dan Kelurahan pada

wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013

JAN FE

BMAR

APRILMEI

JUNI

JULI

AGUSTUS0123456789

DBD

Gambar 4.4 grafik insiden DBD Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013

Sumber : Laporan Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Puskesmas Lubuk Kilangan

Januari-Agustus 2013

Dari Laporan Surveilans tahun 2011 terdapat peningkatan kasus (36) kasus di

banding tahun 2010 (45) kasus sedangkan untuk bulan Januari-Agustus 2012 tercatat

28

Indarung Bandar Buat Padang Besi Batu Gadang

Koto Lalang Tarantang Baringin Puskesmas0

5

10

15

20

25

30

57

2

6 6

0 0

27

Page 29: Mapri Kesling Nana

sudah ada 22 kasus. Salah satu cara untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan

karena DBD adalah dengan melakukan PSN-DBD yang secara

berkesinambungan.dengan kegiatan ini sangat diharapkan tempat berkembang biaknya

nyamuk Aedes Aegepti jadi tidak ada lagi dan dapat berkurang.Perilaku dan lingkungan

dengan sanitasi yang buruk juga sangat berpotensi dalam berjangkitnya penyakit demam

Berdarah Dengue (DBD).

Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini menyebabkan

penyakit DBD menjadi penyakit yang harus diwaspadai setiap tahunnya karena selalu

saja terjadi terutama pada bulan-bulan pasca turunnya hujan.Untuk pencegahan penyakit

ini pengasapan saja (foging focus) tidak cukup membantu hal ini dikarenakan yang mati

hanya nyamuk dewasa.Kegiatan kemasyarakatan dalam bentuk goro bersama dan PSN

dalam bentuk 3M sangatlah membantu dalam mengatasi mewabahnya penyakit DBD ini.

Sebagai daerah yang Endemis Demam Berdarah dengue,wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan senantiasa waspada terhadap kemungkinan kembalinya endemis DBD

pada tahun 2012 ini karena sudah ada 22 kasus sampai bulan Agustus tahun ini di

wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, 2 orang penderita diantaranya meninggal

dunia yaitu satu orang di kelurahan anduring dan satu orang lagi di kelurahan ampang.

Tindakan yang Dilakukan :

a. Pemberantasan Sarang Nyamuk

Berdasarkan grafik di atas terdapat penurunan kasus (36 kasus) dibanding tahun

2009 (60 kasus) salah satu cara untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan karena

DBD adalah dengan melakukan PSN-DBD yang secara berkesinambungan. Dengan

kegiatan ini sangat diharapkan tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegepti jadi

tidak ada lagi dan dapat berkurang. Perilaku dan lingkungan dengan sanitasi yang buruk

juga sangat berpotensi dalam berjangkitnya penyakit demam Berdarah Dengue (DBD).

Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini menyebabkan

penyakit DBD menjadi penyakit yang harus diwaspadai setiap tahunnya karena selalu

saja terjadi terutama pada bulan-bulan pasca turunnya hujan. Untuk pencegahan penyakit

ini pengasapan saja (foging focus) tidak cukup membantu hal ini dikarenakan yang mati

hanya nyamuk dewasa. Kegiatan kemasyarakatan dalam bentuk gotong royong bersama

29

Page 30: Mapri Kesling Nana

dan PSN dalam bentuk 3M sangatlah membantu dalam mengatasi mewabahnya penyakit

DBD ini.

Sebagai daerah yang Endemis Demam Berdarah Dengue, wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan senantiasa waspada terhadap kemungkinan kembalinya

Endemis DBD pada tahun 2012 ini, dalam tahun 2010 kasus DBD yang dapat terpantau

sebanyak 36 kasus yang terjadi dan 2011 45 kasus wilayah kerja Puskesmas Lubuk

Kilangan.

b. Pemeriksaan Jentik Berkala

Untuk pemeriksaan jentik berkala dilaksanakan oleh kader secara berkala ke

rumah-rumah penduduk sambil memberikan arahan/penyuluhan tentang apa itu penyakit

DBD, cara pencegahan dan penanggulanagan serta pengobatannya yang dikoordinir oleh

Petugas Puskesmas agar penyakit DBD tidak menimbulkan Wabah/KLB, yang

diharapkan lebih dari 95 % rumah bebas dari jentik nyamuk Aedes Agepti.

c. Abatisasi

Dalam Pelaksanaan abatisasi tujuannya adalah untuk memberantas/membunuh

jentik nyamuk dengan cara menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan

air yang ada di dalam rumah. Keiikut sertaan masyarakat secara aktif sangatlah penting

untuk pemberantasan sarang nyamuk ini karena tidak akan tuntas oleh pemerintah saja.

3. TB Paru

Grafik Insiden Penyakit TB Paru berdasarkan cakupan bulanan dan Kelurahan

pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011

30

Page 31: Mapri Kesling Nana

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

Ps.Ambacang 0 2 0 2 1 2 0 0 1 0 0 2

Lb.Lintah 1 0 2 0 0 2 1 0 1 1 0 1

Anduring 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1

Ampang 0 1 0 3 0 0 1 1 0 0 0 1

0.25

0.75

1.25

1.75

2.25

2.75

3.25

Ps.AmbacangLb.LintahAnduringAmpang

Gambar 4.3 grafik insiden TB Paru Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013

Sumber : laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013

Penemuan kasus TB Paru dilakukan melalui penjaringan penderita yang dicurigai/suspek

TB Paru yang datang berobat ke Puskesmas. Perkiraan penderita TB Paru BTA (+) 13/1000

penduduk walaupun cakupan penemuan penderita TB Paru BTA (+) belum mencapai target yang

diharapkan namum kalau dilihat dari penemuan kasus TB Paru setiap tahunnya mengalami

peningkatan dibandingkan tahun yang lalu. Cakupan penemuan kasus TB Paru BTA (+) tahun

2011 sebesar 39 % (28 Kasus) dari perkiraan 68 kasus.

4. Malaria

Grafik Insiden Penyakit Malaria berdasarkan cakupan bulanan dan Kelurahan pada

wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013.

31

Page 32: Mapri Kesling Nana

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des0

0.20.40.60.8

11.21.41.61.8

2

1 1

0

1

0 0 0 0 0 0 0 00

2

1 1

0 0 0 0 0 0 0 0

LP

Gambar 4.4 Grafik Insiden Malaria Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013

Sumber: laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013

Melihat grafik di atas dapat diketahui bahwa angka kejadian Malaria terjadi pada

bulan Sepember. Terdapat 3 kasus yaitu 2 orang menderita Malaria Falciparum dan 1

orang menderita Malaria Vivax. Sewaktu dilakukan survei dan penyelidikan

epidemiologi di rumah penderita ditemukan banyaknya nyamuk yang bersarang pada

kain yang bergantungan di ruang tamu, dan banyaknya terdapat jentik nyamuk di tempat

penampungan air, seperti bak mandi. Di sekeliling rumah penderita ditemukan juga

kaleng bekas yang berisi jentik nyamuk, serta banyaknya sampah yang berserakan dan

juga ditemukan semak-semak sebagai tempat bersarang nyamuk.

Pada tahun 2011 ini ada 3 kasus malaria di Kelurahan Pasar Ambacang

disebabkan oleh kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat.

32

Page 33: Mapri Kesling Nana

7. Campak

Untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit Campak, maka sesuai

kesepakatan global dengan WHO dipandang perlu unuk dilaksanakannya kegiatan cres

campak. Pada Puskesmas Lubuk Kilangan sendiri tidak ditemukan adanya kasus campak

pada tahun 2013.

8. Filariasis (Kaki Gajah)

Suatu penyakit menular yang disebabkan oleh sejenis cacing, ditularkan melalui

gigitan nyamuk yang menyumbat saluran getah bening yang dapat menimbulkan cacat

seumur hidup.

Cara Penularan :

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi Kaki Gajah/Filariasis apabila orang

tersebut di gigit nyamuk yang infeksi yaitu nyamuk yang mengandung Larva Filariasis.

Cara Pencegahan :

1. Hindari dari gigitan nyamuk : Gunakan kelambu sewaktu tidur, tutup ventilasi rumah dengan

kawat kasa nyamuk, gunakan obat nyamuk

semprot/baker, dll.

2. Memberantas nyamuk : Bersihkan tanaman air pada rawa-rawa, menimbun, mengeringkan/

mengalirkan genangan air, bersihkan semak-semak di sekitar rumah.

3. Minum obat serentak pada masyarakat untuk menghilangkan cacing yang hidup di saluran

getah bening dan darah 1 kali setahun selama 5 tahun berturut-turut.

Pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan terdapat 1 kasus pasien yang menderita

penyakit Filariasis. Walaupun hanya 1 kasus yang ada, tetapi masyarakat wajib minum obat

untuk mencegah penyakit Filariasis, karena sudah merupakan Program Pemerintah.

33

Page 34: Mapri Kesling Nana

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan strata pertama memiliki program-program yang

terus berjalan, dimana terdapat basic seven program salah satunya Kesehatan Lingkungan.

program kesehatan lingkungan dibutuhkan untuk merubah dan memperbaiki perilaku serta

lingkungan masyarakat itu sendiri yang akan memperngaruhi derajat kesehatannya.

Program kesehatan lingkungan di puskesmas lubuk kilangan sudah dilaksanakan namun

memang memiliki kendala baik dari sumber dayanya, sarana prasarana pendukung maupun

partisipasi dari masyarakat itu sendiri yang membutuhkan perhatian dari semua pihak yang

terlibat baik itu kerja sama lintas program maupun lintas sektor. Dan terpenting adalah

memahami bahwa kesehatan lingkungan bukan hanya sebuah program namun kesadaran dan

tanggungjawab bersama.

5.2. Saran

a) Menganalisis tentang pelaksanaan dari program kesehatan lingkungan lebih mendalam

lagi baik saran maupun tujuan serta strategi dalam pelaksanaan programnya.

b) Sebaiknya adanya kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk menjalankan program

kesehatan lingkungan yang sebaik – baiknya

c) Adanya data sanitasi di setiap Kelurahan

d) Pembina wilayah lebih pro aktif lagi dalam penanggulangan masalah kesehatan

lingkungan di wilayah binaannya

e) Melaksanakan penyuluhan kesehatanlingkungan

34

Page 35: Mapri Kesling Nana

DAFTAR PUSTAKA

1. www.litbang.depkes.go.id

2. http://one.indoskripsi.com

3. http://muharrikyanuar.wordpress.com

4. http://els.bappenas.go.id

5. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2013

6. Lokakarya mini Puskesmas Lubuk Kilangan 2013

35