Mapri - Lintas Sektor Program

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yaitu keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas sektor. Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Puskesmas Andalas sebagai salah satu Puskesmas yang berada di kota Padang memiliki program yang terus menerus berjalan, namun masih mendapatkan beberapa masalah. Dari 1

Transcript of Mapri - Lintas Sektor Program

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

kerja.

Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang

optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara

terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan

yang perlu diperhatikan, yaitu keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas

sektor. Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan

berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Keterpaduan

lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib,

pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat

kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha.

Puskesmas Andalas sebagai salah satu Puskesmas yang berada di kota Padang

memiliki program yang terus menerus berjalan, namun masih mendapatkan beberapa

masalah. Dari laporan tahunan Puskesmas Andalas tahun 2012 didapatkan masih

rendahnya angka cakupan d/s dan masih meningkatnya angka kejadian hipertensi. Di

bulan Maret 2013, ditemukan 3 penderita gizi buruk. Dimana 2 diantara balita

tersebut telah mendapat tindak lanjut dari puskesmas, dan 1 dari mereka meninggal

dunia.

Masalah kesehatan masyarakat merupakan masalah kita bersama. Kegiatan-

kegiatan yang dilakukan di Puskesmas yang sejalan antar masing-masing program,

baik P2M, surveilans, kesehatang lingkungan, promosi kesehatan dan lain-lainnya

perlu bekerjasama. Selain itu, bukan hanya sektor kesehatan semata, namun juga

melibatkan sektor lain baik dari pemerintah, swasta atau pun LSM. Hal inilah yang

1

mendasari penulis membahas tentang pelaksananaan kerja sama lintas sektor dan

lintas program di wilayah kerja Puskesmas

1.2. Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang kerja sama lintas sektor dan lintas program serta

integrasi program khususnya yang ada di Puskesmas Andalas

1.3. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman

mengenai kerjasama lintas sektor dan lintas program secara umum.

b. Tujuan Khusus

Mengetahui dan memahami pelaksananaan kerja sama lintas sektor dan lintas

program di wilayah kerja Puskesmas Andalas

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada

berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Andalas 2012, dan diskusi dengan

pemegang program kerja serta kepala puskesmas

BAB II

2

ANALISIS SITUASI

2.1. Sejarah Puskesmas

Puskesmas Andalas didirikan pada tahun 1975. Pertama kali

dipimpin oleh Dr. Tamrin dengan 6 orang pegawai yang terdiri dari 1 orang bidan,

1 orang perawat, 1 orang tenaga sanitasi, 1 orang pembantu bidan, 1 orang pembantu

perawat dan 1 orang tenaga tata usaha dengan 11 program pokok. Wilayah kerja

Puskesmas Andalas setelah pemekaran kota Padang menjadi 11 kecamatan, Alai

masuk ke Padang Utara dan 3 buah Pustu di bawah Puskesmas Alai menjadi milik

Puskesmas Andalas, sehingga pegawai Puskesmas Andalas juga bertambah menjadi

15 orang.

2.2. Keadaan Geografis

Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan luas 8.150 km2

dengan batas-batas sebagai berikut:

- sebelah utara : Kecamatan Padang Utara, Kuranji

- sebelah selatan : Kecamatan Padang Selatan

- sebelah barat : Kecamatan Padang Barat

- sebelah timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh

Puskesmas Andalas meliputi 10 kelurahan sebagai wilayah kerjanya.

Kesepuluh kelurahan tersebut adalah

1. Kelurahan Sawahan

2. Kelurahan Jati Baru

3. Kelurahan Jati

4. Kelurahan Sawahan Timur

5. Kelurahan Simpang Haru

6. Kelurahan Andalas

7. Kelurahan Kubu Marapalam

8. Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah

9. Kelurahan Parak Gadang Timur

10. Kelurahan Ganting Parak Gadang

3

Gambar 1. Peta wilayah kerja Puskesmas Andalas

2.3. Keadaan Demografis

Data kependudukan Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja

Puskesmas Andalas adalah:Tabel 1. Distribusi Penduduk menurut Kelurahan Tahun 20127

NO KELURAHAN JUMLAH

1 Kelurahan Sawahan 6387

2 Kelurahan Jati Baru 6707

3 Kelurahan Jati 10134

4 Kelurahan Sawahan Timur 5360

5 Kelurahan Simpang Haru 5835

6 Kelurahan Andalas 8980

7 Kelurahan Kubu Marapalam 6309

4

8 Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 10134

9 Kelurahan Parak Gadang Timur 7594

10 Kelurahan Ganting Parak Gadang 10132

Jumlah 77.572Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2012

Tabel .2. Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Andalas Tahun 2012

Kelurahan Bayi Balita BumilBufa

s Buteki WUS PUS Lansia

Sawahan 153 749 168 160 306 1571 1076 531

Jati Baru 161 786 177 169 322 1650 1130 558

Jati 250 1223 275 262 500 2567 1758 868

Sawahan Timur 128 629 142 135 256 1321 904 446

Kubu Marapalam 152 741 167 160 304 1560 1069 527

Andalas 221 1081 243 232 442 2268 1554 766

Kubu Dalam Pr. Karakah 250 1226 275 263 500 2572 1762 869

Parak Gadang Timur 188 922 207 198 376 1934 1325 653

Simpang Haru 141 689 155 148 282 1446 991 489

Ganting Parak Gadang 251 1229 276 263 502 2579 1766 871

Jumlah 1895 9275 2085 1990 3790 19468 13335 6578

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2012

2.4. Sarana dan Prasarana

2.4.1. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Wilayah Kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena itu untuk

melayani masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1 buah Puskesmas induk, dan 8

buah Puskesmas pembantu dan 3 buah Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja

Puskesmas Andalas, yaitu :

5

1. Puskesmas Pembantu Andalas Barat

2. Puskesmas Pembantu Parak Karakah

3. Puskesmas Pembantu Tarandam

4. Puskesmas Pembantu Ganting Selatan

5. Puskesmas Pembantu Jati Gaung

6. Puskesmas Pembantu Sarang Gagak

7. Puskesmas Pembantu Kubu Dalam

8. Puskesmas Pembantu Kampung Durian

9. Poskeskel Kubu Marapalam

10. Poskeskel Sawahan Timur

11. Poskeskel Kubu Dalam Parak Karakah

Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Andalas

mempunyai:

1 buah kendaraan roda empat (Puskel)

5 buah kendaraan roda dua

Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu:

Rumah Sakit Pemerintah : 3 buah

Rumah Sakit Swasta : 6 buah

Klinik Swasta : 6 buah

Dokter Praktek Umum : 51 orang

Dokter Praktek Spesialis : 15 orang

Bidan Praktek Swasta : 30 orang

Dukun Terlatih : 2 orang

Kader aktif : 352 orang

Pos KB : 12 pos

Posyandu Balita : 88 buah

Posyandu Lansia : 11 buah

Pos BINDU : 1 buah

6

2.4.2. Sarana dan Prasarana Umum

Sarana dan prasarana umum di wilayah kerja Puskesmas Andalas:

Taman kanak-kanak (TK) : 34 buah

SD Negeri : 35 buah

SD Swasta : 13 buah

SMP/MTsN : 11 buah

SMA/ SMK : 15 buah

Perguruan tinggi : 4 buah

Tempat ibadah : 112 buah

Salon/ pangkas rambut : 34 buah

Pasar : 2 buah

2.5. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi

Sebagian besar penduduk wilayah kerja Puskesmas Andalas beragama Islam

yaitu sekitar 96%, beragama Kristen 2%, Hindu 1% dan Budha 1 %. Keadaan

ekonomi penduduk sebagian besar menengah ke bawah.

2.6. Tenaga Kesehatan dan Struktur Organisasi

Puskesmas Andalas mempunyai 63 tenaga kesehatan yang bertugas di dalam

gedung induk dan Puskesmas Pembantu. dengan rincian: 51 orang PNS, 7 orang

tenaga PTT, 5 orang tenaga volunteer/honor.

Tabel 3. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Andalas

NOJENIS

KETENAGAANPNS PTT HONOR JML

1. Dokter Umum 4 4

2. Dokter Gigi 4 4

3. SKM 1 1

6. Pengatur Gizi / AKZI 1 1 2

7. Perawat 14 1 15

8. Bidan 14 7 21

7

9. Perawat Gigi 1 1

10. Sanitarian 1 1

11. Asisten Apoteker 3 3

12. Analis 2 1 3

13. SMU 5 2 7

Jumlah 50 7 5 62Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2012

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

8

3.1. Pengertian

Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara

beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja

sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa

program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program

adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja

sama lintas sektoral. (WHO,1998)

Kerja sama lintas sektor melibatkan dinas dan orang-orang di luar sektor

kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara

langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Kerja sama tidak hanya

dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut serta mendefinisikan masalah, prioritas

kebutuhan, pengumpulan, dan interpretasi informasi serta mengevaluasi. Lintas sektor

kesehatan merupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau bagian-bagian dari

sektor yang berbeda, dibentuk untuk mengambil tindakan pada suatu masalah agar

hasil yang tercapai dengan cara yang lebih efektif, berkelanjutan atau efisien

dibanding sektor kesehatan bertindak sendiri. Prinsip kerja sama lintas sektor melalui

pertalian dengan program di dalam dan di luar sektor kesehatan untuk mencapai

kesadaran yang lebih besar terhadap konsekuensi kesehatan dari keputusan kebijakan

dan praktek organisasi sektor-sektor yang berbeda. (WHO, 1998)

Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan

diperlukan kerja sama lintas sektor yang mantap. Demikian pula optimalisasi

pembangunan berwawasan kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan, menuntut adanya penggalangan kemitraan lintas sektor dan

segenap potensi. Kebijakan dan pelaksanaan pembangunan sektor lain perlu

memperhatikan dampak dan mendukung keberhasilan program kesehatan. Untuk itu

upaya sosialisasi masalah-masalah dan upaya pembangunan kesehatan kepada sektor

lain perlu dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Kerja sama lintas sektor

harus dilakukan sejak perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian,

sampai pada pengawasan dan penilaiannya (Renstra Depkes 2005-2009).

9

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerjsasama lintas sektor

penganggulangan yang meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen, peran,

dan tanggung jawab. Masalah anggaran sering membuat beberapa institusi membentu

kerja sama. Pengendalian melalui manajemen lingkungan memerlukan kejelasan

yang efektif antara sektor klinis, kesehatan lingkungan, perencanaan pemukiman,

institusi akademis, dan masyarakat setempat. (Renstra Depkes 2005-2009)

Komitmen memerlukan pembagian visi dan tujuan serta penetapan

kepercayaan yang lebih tinggi dan tanggung jawab timbal balik untuk tujuan

bersama. Peran dan tanggung jawab menunjuk masalah siapa yang akan melakukan

keseluruhan kerja sama. Semua kerja sama memerlukan struktur dan proses untuk

memperjelas tanggung jawab dan bagaimana tanggung jawab tersebut dikerjakan.

(Renstra Depkes 2005-2009)

3.2. Kemitraan

3.2.1. Pengertian Kemitraan

Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau

kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut

Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-

individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas

atau tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum (Promkes

Depkes RI) meliputi :

a. Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi minimal antara dua

pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau

”partner”.

b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan

yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk

mencapai kepentingan bersama.

c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor,

kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk

10

bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip,

dan peran masing-masing.

Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau

organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta

membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan,

meninjau ulang hubungan masingmasing secara teratur dan memperbaiki kembali

kesepakatan bila diperlukan.(Ditjen P2L & PM, 2004)

3.2.2. Prinsip Kemitraan

Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu

kemitraan oleh masing masing anggota kemitraan yaitu: (Ditjen P2L & PM, 2004)

1. Prinsip Kesetaraan (Equity)

Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus

merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan

yang disepakati.

2. Prinsip Keterbukaan

Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta

berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain.

Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan.

Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling

membantu diantara golongan (mitra).

3. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)

Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh

manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi.

3.2.3. Ruang Lingkup dan Jenis Kemitraan

11

Ruang lingkup kemitraan secara umum meliputi pemerintah, dunia usaha,

LSM/ORMAS, serta kelompok profesional. Departemen Kesehatan RI secara

lengkap menggambarkan ruang lingkup kemitraan dengan diagram sebagai berikut:

(Notoadmojo, 2007)

Gambar 2.1 Diagram Ruang Lingkup Kemitraan

Keterangan:

: saling bekerjasama

Sektor : sektor-sektor dalam pemerintah

P : Program-program dalam sektor

(Notoatmodjo, 2007)

Ada empat jenis atau tipe kemitraan yaitu:

12

a. Potential Partnership

Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi

belum bekerja bersama secara lebih dekat.

b. Nascent Partnership

Pada kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan

tidak maksimal

c. Complementary Partnership

Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan

pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap

dan relatif terbatas seperti program delivery dan resource mobilization.

d. Synergistic Partnership

Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan

masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas

baru seperti advokasi dan penelitian. Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut

Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi,

koalisi, jejaring, konsorsium, kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk

kemitraan tersebut dapat tertuang dalam:

- SK bersama

- MOU

- Pokja

- Forum Komunikasi

- Kontrak Kerja/perjanjian kerja

3.2.4. Faktor Pendukung Kemitraan

Menurut Phillips El Ansori (2001), dalam peningkatan dampak kemitraan

agar lebih baik dipengaruhi oleh faktor personal, adanya hambatan dari

personal,faktor kekuasaan, faktor organisasional, hambatan dalam pengorganisasian,

danfaktor lainnya. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kepuasaan

danpeningkatan keefektifan komitmen serta keberhasilan aktivitas atau kegiatan.

(Anshori, 2001)

13

3.2.5. Konflik dalam Kemitraan

Wujudnya bisa berupa ketidak-setujuan kecil sampai ke perkelahian

(Purnama, 2000). Konflik dalam organisasi biasanya terbentuk dari rangkaian

konflik-konflik sebelumnya. Konflik kecil yang muncul dan diabaikan oleh

manajemen merupakan potensi munculnya konflik yang lebih besar dan melibatkan

kelompok-kelompok dalam organisasi. Faktor-faktor yang bisa mendorong konflik

adalah (Daft: 1992) :

1) perubahan lingkungan eksternal,

2) perubahan ukuran perusahaan sebagai akibat tuntutan persaingan,

3) perkembangan teknologi,

4) pencapaian tujuan organisasi, dan

5) struktur organisasi.

3.2.6. Indikator Keberhasilan Kemitraan

Untuk dapat mengetahui keberhasilan pengembangan kemitraan diperlukan

adanya indikator yang dapat diukur. Dalam penentuan indikator sebaiknya dipahami

prinsip-prinsip indikator yaitu: spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis dan

tepat waktu. Sedangkan pengembangan indikator melalui pendekatan manajemen

program yaitu: (Kuswidanti, 2008)

1. Indikator Input

Tolak ukur keberhasilan input dapat diukur dari tiga indikator, yaitu:

14

Input Proses Output Outcome

Indikator kesehatan membaik

Tebentuk jaringan kerja, tersusun program

Pertemuan, lokakarya, seminar, kesepakatan

Mitra yang terlibatSDM

a. Terbentuknya tim wadah atau sekretariat yang ditandai dengan adanya

kesepakatan bersama dalam kemitraan.

b. Adanya sumber dana/biaya yang memang diperuntukkan bagi pengembangan

kemitraan.

c. Adanya dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh institusi terkait.

Hasil evaluasi terhadap input dinilai berhasil apabila ketiga tolok ukur tersebut

terbukti ada.

2. Indikator Proses

Tolak ukur keberhasilan proses dapat diukur dari indikator sebagai frekuensi dan

kualiatas pertemuan tim atau secretariat sesuai kebutuhan. Hasil evaluasi terhadap

proses nilai berhasil, apabila tolok ukur tersebut terbukti adanya yang dilengkapi

dengan agenda pertemuan, daftar hadir dan notulen hasil pertemuan.

3. Indikator Output

Tolok ukur keberhasilan output dapat diukur dari indikator sebagai berikut: Jumlah

kegiatan yang dikerjakan oleh institusi terkait sesuai dengan kesepakatan peran

masing-masing institusi. Hasil evaluasi terhadap output dinilai berhasil, apabila

tolok ukur tersebut diatas terbukti ada.

4. Indikator Outcome

Tolok ukur keberhasilan outcome adalah menurunnya angka kesakitan dan

kematian karena penyakit.

3.2.7. Kemitraan Kesehatan Lintas Sektor dan Organisasi

Landasan hukum pelaksanaan kemitraan kesehatan adalah Undang-undang

No. 23 tahun 1992 pasal 5, pasal 8, pasal 65, pasal 66, pasal 71 dan pasal 72.berikut

ini penjelasannya:

Tabel 2.1 Pasal-pasal dalam UU No. 23/1992 yang Terkait dengan Kemitraan

Pasal Uraian

Pasal Uraian

5 Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan

15

lingkungannya

8 Pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan

fungsi sosial sehingga pelayanan keschatan bagi masyarakat yang

kurang mampu tetap terjamin.

65 (1) Penyelenggaraan upaya kesehatan dibiayai olch pemerintah dan

atau masyarakat

(2) Pemerintah membantu upaya kesehatan yang diselenggarakan

olehmasyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku,terutama upaya kesehatan bagi masyarakat rentan

71 (1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya.

(2) Pemerintah membina, mendorong, dan menggerakkan swadaya

masyarakat yang bergerak di bidang keschatan agar dapat lebih

berdayaguna dan berhasilguna.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara peran serla masyarakat di

bidang keschatan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

72 (1) Peran serta masyarakat untuk memberikan pertimbangan dalam

ikut menentukan kebijaksanaan pemerintah pada penyelenggaraan

keschatan dapat dilakukan mclalui Badan Pertimbangan

Kesehatan Nasional, yang beranggotakan tokoh masyarakat dan

pakar lainnya.

(2) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas pokok, fungsi, dan tata

kerja Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional ditetapkan dengan

Keputusan Presiden.

Kemitraan dalam upaya kesehatan (partnership for health) adalah

kebersamaan dari sejumlah pelaku untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu

16

meningkatkan kesehatan masyarakat yang didasarkan atas kesepakatan tentang

peranan dan prinsip masing-masing pihak. (WHO, 1998)

Setiap kemitraan dalam upaya kesehatan perlu menerapkan prinsip-prinsip

sebagai berikut: (Kuswidanti, 2008)

1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing

2. (struktur)

3. Saling memahami kemampuan masing-masing (capacity)

4. Saling menghubungi dan berkomunikasi (linkage)

5. Saling mendekati (proximity)

6. Saling sedia membantu dan dibantu (opennse)

7. Saling mendorong (sinergy)

8. Saling menghargai (reward)

Sifat Kemitraan (Kuswidanti, 2008)

Insidental : sifat kerja sesuai dengan kebutuhan sesaat, misalnya Safari KB

(Manunggal-KB-Kes)

Jangka pendek : pelaksanaan proyek dalam kurun waktu tertentu, skreening

anak sekolah (Juli-Agt)

Jangka panjang : pelaksanaan program tertentu misalnya imunisasi, posyandu,

pemberantasan TB paru, PJB

Menurut Notoadmodjo (2007), dalam pengembangan kemitraan di bidang

kesehatan terdapat tiga institusi kunci organisasi atau unsur pokok yang terlibat di

dalamnya, yaitu:

1. Unsur pemerintah, yang terdiri dari berbagai sektor pemerintah yang terkait

dengan kesehatan, antara lain; kesehatan sebagai sektor kunci, pendidikan,

pertanian, kehutanan, lingkungan hidup, industri dan perdagangan, agama, dan

sebagainya.

2. Unsur swasta atau dunia usaha (private sector) atau kalangan bisnis, yaitu dari

kalangan pengusaha, industriawan, dan para pemimpin berbagai perusahaan.

17

3. Unsur organisasi non-pemerintah atau non-government organization (NGO),

meliputi dua unsur penting yaitu Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) dan

Organisasi Masyarakat (ORMAS) termasuk yayasan di bidang kesehatan.

Pengembangan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap

yaitu tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan

sendiri, tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah dan

yang tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program,

lintas sektor (Promkes Depkes RI).

Lintas sektor melibatkan dinas dan orang-orang di luar sektor kesehatan

merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara langsung atau tidak

langsung terhadap kesehatan manusia. Kerjasama tidak hanya dalam proposal

pengesahan, tetapi juga ikut serta mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan,

pengumpulan dan interpretasi informasi, serta mengevaluasi. Lintas sektor kesehatan

merupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau bagian-bagian dari sektor-

sektor berbeda, dibentuk untuk mengambil tindakan pada suatu masalah agar hasil

atau hasil antara kesehatan tercapai dengan cara yang lebih efektif, berkelanjutan atau

efisien dibanding sektor kesehatan bertindak sendiri (WHO, 1998).

Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan,

diperlukan kerja sama lintas sektor yang mantap. Demikian pula optimalisasi

pembangunan berwawasan kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan, menuntut adanya penggalangan kemitraan lintas sektor dan

segenap potensi bangsa. Kebijakan dan pelaksanaan pembangunan sektor lain perlu

memperhatikan dampak dan mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan.

Untuk itu upaya sosialisasi masalah-masalah dan upaya pembangunan kesehatan

kepada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Kerja sama

lintas sektor harus dilakukan sejak perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan

pengendalian, sampai pada pengawasan dan penilaiannya (Renstra Depkes 2005-

2009).

Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang

optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara

18

terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan

yang perlu diperhatikan, yakni: (Kepmenkes, 2004)

a. Keterpaduan lintas program

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai

upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan

lintasprogram antara lain:

1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M,

gizi, promosi kesehatan, pengobatan

2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan

promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja

dan kesehatan jiwa

3. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi

kesehatan, kesehatan gigi

4. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa, promosi

kesehatan

b. Keterpaduan lintas sektor

Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya

puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari

sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia

usaha.

Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:

1. Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, pendidikan, agama

2. Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian

BAB IV

PEMBAHASAN

19

Di Puskesmas Andalas, untuk menyukseskan program basic six maupun

program tambahan, dilakukan kerja sama antara lintas program (kerja sama dengan

program puskesmas lainnya) dan lintas sektor (kerja sama dengan berbagai dinas

terkait, aparat pemerintah setempat, serta perusahaan-perusahaan swasta)

1. Gizi

Selain masih belum mencapai target pada d/s dan n/d pada Puskesmas

Andalas tahun 2012, ditemukannya 3 gizi buruk pada bulan Maret 2103 merupakan

masalah yang sedang dihadapi puskesmas untuk saat ini. Pada tahun 2012, juga

ditemukan 3 kasus gizi buruk dengan rincian sebagai berikut :

20

Kelurahan Jumlah Keterangan

Ganting ParakGadang

2 Meninggal

Simpang Haru 1 Membaik

Total 3

Bentuk kerja sama pada program gizi antara lain :

a. Lintas program KIA ibu dan anak, Promkes

b. Lintas sektor

Dinas Pertanian : untuk stok pangan

Dinas Pendidikan : untuk meningkatkan pengetahuan melalui sekolah-

sekolah

Departemen Agama : penyuluhan

Perusahaan : PT Nestle dalam menyediakan PMT untuk anak kurang gizi

2. KB dan KIA Ibu

21

Bentuk kerja sama pada program KIA ibu antara lain :

a. Lintas program Deteksi bumil, bulin, bufas dengan komplikasi bekerja sama

dengan Promkes dan Gizi

b. Lintas sektor

BKKBN : dalam penyediaan alat KB

PKK

3. KIA anak

10 Penyakit Terbanyak Pada Balita

Puskesmas Andalas Th 2012

NO PENYAKIT 0-28 Hari 1-11 Bln 1-5 Tahun Jumlah

1 ISPA 0 593 2366 2959

2 P. Kulit 0 128 609 737

3 Diare 0 39 205 244

4 Cacingan 0 0 84 84

5 Gigi dan Mulut 0 1 88 89

6 Pneumonia 0 7 35 42

7 Penyakit Telinga 0 3 74 77

8 Scabies 0 2 52 54

9 Demam 0 92 336 428

10 Cacar Air 0 14 83 97

22

Bentuk kerja sama pada program KIA anak antara lain :

c. Lintas program Kesling, Gizi

d. Lintas sektor

Lurah/ camat setempat : untuk menggiatkan warga mengikuti posyandu

PKK

Dinas Pendidikan

4. P2M (Pemberantasan Penyakit Menular)

Kerja sama yang dilakukan antara lain :

a. Lintas program

1. Kerjasama Lintas Program antara Kesling dan Sanitasi

Memberi arahan bahwa H-2 sebelum fogging PSN harus dilaksanakan di

tempat umum dan industri. Pemeriksaan sanitasi tempat wisata, hotel, sanitasi

industri termasuk sanitasi rumah tangga dan pemantauan jentik. Dan

memberikan bubuk Abete masing-masing 2 bungkus kepada pemilik rumah

atau sejumlah bak/penampungan air yang ada di rumah warga.

23

Kejadian DBD Tahun 2012

2. Kerjasama Lintas Program antara Promkes dan Surveilance

Penyuluhan kepada masyarakat mengenai PHBS yang didalamnya ada

indikator kebersihan lingkungan rumah termasuk bebas jentik. Dan

diadakannya pertemuan, monitoring, dan evaluasi ke lapangan dari tingkat

kota sampai kelurahan dalam program PHBS.

3. Kerjasama Lintas Program antara Promkes dan P2M DBD

PSN anak sekolah dan pertemuan koordinasi, inspeksi bersama ke sekolah.

b. Lintas sektor

Camat

- Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan P2 DBD

- Memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan Puskesmas

Lurah

- Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan

program P2 DBD.

- Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat ikut dalam

penyuluhan tentang program DBD.

- Menindaklanjuti hasil kegiatan program P2 DBD

Dinas Kesehatan

- Membantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan

(pengadaan Abate)

- Bimbingan tenaga teknis kesehatan dengan rutin.

Dinas Pendidikan mengintegrasikan pendidikan anak sekolah dengan

kegiatan P2 DBD sehingga pelaksanaan program berjalan dengan baik

PKK

- Berperan aktif dalam penyelenggaraan program P2 DBD

- Penggerakkan peran serta masyarakat dalam kegiatan P2 DBD

- Penyuluhan didalam maupun diluar gedung.

Swasta / Dunia usaha

24

- Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksanaan kegiatan

program P2 DBD

- Berperan aktif sebagai sukarelawan dalam pelaksanaan program P2 DBD

5. Balai Pengobatan (Penyakit Tidak Menular)

HIPERTENSIRHEUMATIK

ARTRITISDM

ASMAPJK

4.078

2.771

797 764

499

Kerja sama yang dilakukan adalah :

a. Lintas program Gizi, Labor, Promkes, Surveilans

b. Lintas sektor camat, lurah, PKK

6. Program lainnya

a) Penanggulangan dan Pencegahan Kasus Flu Burung

Bekerjasama dengan Dinas Peternakan, ketika ada ditemukan suspek flu

burung Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan langsung turun ke lapangan.

Tenaga kesehatan langsung menanggulangi penderita, sedangkan Dinas

Peternakan mengamati dan menangani unggas yang sakit dan mati yang

dicurigai terkena flu burung

b) Penanggulangan dan Pencegahan Kasus Rabies

25

0

5

10

15

20

25

30

kasus gigitan diberi VAR observasiSeries1 28 18 10

Axi

s T

itle

Puskesmas bekerjasama dengan Dinas Peternakan, jika ada kasus masyarakat

yang digigit anjing maka masyarakat langsung melapor ke puskesmas.

Kemudian diberikan vaksin rabies jika memenuhi syarat-syarat yang berlaku.

Selanjutnya puskesmas melapor ke Dinas Peternakan dan dari laporan kasus

Dinas Peternakan yang memberikan vaksin kepada hewan, dan untuk

pemberantasan hewan yang dicurigai rabies bekerjasama dengan tenaga

kesehatan.

c) Imunisasi

Puskesmas bekerja sama dengan Departemen Agama khusus untuk

imunisasi calon pengantin, dengan persyaratan surat nikah tidak ada jika catin

belum imunisasi.

Untuk jamaah haji, data peserta haji dari Departemen Agama

selanjutnya imunisasi diberikan kepada calon jamaah haji, selain imunisasi

pemeriksaan kesehatan secara rutin dilakukan 6-8 minggu sebelum

keberangkatan haji.

Untuk imunisasi anak sekolah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan

dengan program yang bernama BIAS untuk program ini sudah berjalan di

wilayah kerja Andalas

26

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kerja sama dengan lintas program maupun lintas sektor di Puskesmas

Andalas sudah berjalan. Namun pada kerja sama dengan lintas sektor masih

belum optimal. Hal ini disebabkan pada 3 bulan terakhir, pihak Puskesmas

tidak lagi diikutsertakan dalam rapat bulanan dengan camat ataupun lurah

sehingga pihak Puskesmas tidak punya kesempatan memberitahu ataupun

berdiskusi dengan camat atau lurah tentang masalah kesehatan di wilayah

kerja Puskesmas Andalas

Kader tidak mendapat insentif, sehingga kurangnya aksi mereka untuk

membantu pihak puskesmas

5.2. Saran

Diharapkan komitmen terhadap kehadiran rapat lintas sektor, maupun rapat

triwulan dan partisipasi dalam bentuk lainnya untuk membantu pelaksanaan

program puskesmas yang sasarannya melibatkan daerah ataupun kepentingan

dari sektor terkait.

Adanya follow up secara berkala terhadap pelaksanaan kerja sama lintas

sektor tersebut dalam rapat lintas sektor setiap tiga bulan yang sudah

ditetapkan dinas kesehatan kota.

Meningkatkan partisipasi kader

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Kuswidanti. Gambaran Kemitraan dan Organisasi di Bidang Kesehatan.

Diunduh dari : www.lontar.ui.ac.id Diakses tanggal 6 April 2013.

2. Laporan Dirjen PPM_PL Depkes 2004.

3. Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI Tahun 2005-2009

4. WHO 1998 Health Promotion

5. Notoadmojo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/Sk/Ii/2004 Tanggal 10

Februari 2004

7. Promkes Depkes RI

8. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2012.

28