Manajemen Airway

20
Manajemen Airway, Breathing dan Circulation A. PENGELOLAAN JALAN NAFAS (AIRWAY MANAGEMENT) 1.TUJUAN Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara normal 2. PENGKAJIAN Pengkajian airway dilakukan bersama-sama dengan breathing menggunakan teknik L (look), L (listen) dan F (feel) yang dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo waktu yang singkat (lihat materi pengkajian ABC). 3. TINDAKAN a. Tanpa Alat 1) Membuka jalan nafas dengan metode : - Head Tilt (dorong kepala ke belakang) - Chin Lift Manuver (perasat angkat dahu) - Jaw Thrust Manuver (perasat tolak rahang)

description

Pengkajian airway dilakukan bersama-sama dengan breathing menggunakan teknik L (look), L (listen) dan F (feel) yang dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo waktu yang singkat (lihat materi pengkajian ABC).

Transcript of Manajemen Airway

Page 1: Manajemen Airway

Manajemen Airway, Breathing dan Circulation

A. PENGELOLAAN JALAN NAFAS (AIRWAY MANAGEMENT)

1.TUJUAN

Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara normal

2. PENGKAJIAN

Pengkajian airway dilakukan bersama-sama dengan breathing menggunakan teknik L (look), L (listen) dan F (feel) yang dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo waktu yang singkat (lihat materi pengkajian ABC).

3. TINDAKAN

a. Tanpa Alat

1) Membuka jalan nafas dengan metode :

- Head Tilt (dorong kepala ke belakang)- Chin Lift Manuver (perasat angkat dahu)- Jaw Thrust Manuver (perasat tolak rahang)

Page 2: Manajemen Airway

Pada pasien yang diduga mengalami cedera leher dan kepala hanya dilakukan Jaw Thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.

2) Membersihkan jalan nafas

- Finger Sweep (sapuan jari)

Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut belakang atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan napas hilang.

- Abdominal Thrust (Gentakan Abdomen)

Page 4: Manajemen Airway

- Back Blow (Tepukan Pada Punggung)

b. Dengan Alat

1) Pemasangan Pipa (Tube)

- Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Pipa orofaring digunakan untuk mempertahankan jalan nafas dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napas terutama pada pasien-pasien tidak sadar.

- Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik, dilakukan pemasangan pipa endotrakhea (ETT/endotracheal tube). Pemasangan pipa endotrakhea akan menjamin jalan napas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernapasan.

Page 5: Manajemen Airway

2) Penghisapan Benda Cair (Suctioning)

- Bila terdapat sumbatan jalan napas karena benda cair maka dilakukan penghisapan (suctioning). Penghisapan dilakukan dengan menggunakan alat bantu pengisap (penghisap manual portabel, pengisap dengan sumber listrik).

- Membersihkan benda asing padat dalam jalan napas: Bila pasien tidak sadar dan terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang tidak mungkin diambil dengan sapuan jari, maka digunakan alat bantuan berupa laringoskop, alat penghisap (suction) dan alat penjepit (forceps).

3) Membuka Jalan Nafas Dengan Krikotirotomi

Bila pemasangan pipa endotrakhea tidak mungkin dilakukan, maka dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis yang terlatih dan trampil, dapat dilakukan krikotirotomi dengan pisau .

Page 6: Manajemen Airway

B. PENGELOLAAN FUNGSI PERNAFASAN (BREATHING MANAGEMENT)

1. TUJUAN

Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara membersihkan pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.

2. PENGKAJIAN

Gangguan fungsi pernafasan dikaji dengan melihat tanda-tanda gangguan pernafasan dengan metode LLF dan telah dilakukan pengelolaan jalan nafas tetapi tetap tidak ada pernafasan.

3. TINDAKAN

a. Tanpa Alat

Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan dan diselingi ekshalasi.

b. Dengan Alat

- Memberikan pernafasan buatan dengan alat “Ambu Bag” (self inflating bag). Pada alat tersebut dapat pula ditambahkan oksigen. Pernapasan buatan dapat pula diberikan dengan menggunakan ventilator mekanik.

- Memberikan bantuan nafas dan terapi oksigen dengan menggunakan masker, pipa bersayap, balon otomatis (self inflating bag dan valve device) atau ventilator mekanik.

Page 7: Manajemen Airway

C. PENGELOLAAN SIRKULASI (CIRCULATION MANAGEMENT)

1. TUJUAN

Mengembalikan fungsi sirkulasi darah.

2. PENGKAJIAN

Gangguan sirkulasi dikaji dengan meraba arteri besar seperti arteri femoralis dan arteri karotis. Perabaan arteri karotis sering dipakai untuk mengkaji secara cepat. Juga melihat tanda-tanda lain seperti kulit pucat, dingin dan CRT (capillary refill time) > 2 detik.

Gangguan sirkulasi dapat disebabkan oleh syok atau henti jantung. Henti jantung mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terhenti dan menyebabkan kematian dengan segera.

Henti jantung ditandai dengan :

- Hilang kesadaran- Apneu atau gasping- Sianosis dan pucat- Tidak ada pulse (pada karotis atau femoralis)- Dilatasi pupil (bila henti sirkulasi > 1 menit

3. TINDAKAN

Tindakan untuk mengembalikan sirkulasi darah dilakukan dengan eksternal chest compression (pijat jantung) untuk mengadakan sirkulasi sistemik dan paru. Sirkulasi buatan (artificial circulation) dapat dihasilkan dengan intermitten chest compression.

Page 8: Manajemen Airway

Eksternal chest compression menekan sternum ke bawah sehingga jantung tertekan antara sternum dan vertebrae menimbulkan “heart pump mechanism”, dampaknya jantung memompa darah ke sirkulasi dan pada saat tekanan dilepas jantung melebar sehingga darah masuk ke jantung.

    Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) Tanpa Alat

a.    Pengertian

Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal

b.    Tujuan

Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh.

c.    Pemeriksaan Jalan Napas

L = Look/Lihat

          Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran

          Lihat apakah korban mengalami agitasi, tidak dapat berbicara, penurunan kesadaran, sianosis (kulit biru dan keabu-abuan) yang menunjukkan hipoksemia dapat dilihat pada kuku, lidah, telinga, dan kulit sekitar mulut. Lihat apakah terdapat retraksi dan penggunaan otot-otot nafas tambahan

L = Listen/Dengar

Dengar aliran udara pernafasan, dengar adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi (suara nafas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur (snoring), berkumur (gurgling), dan bersiul (crowing sound, stridor) mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring atau laring. Suara parau (hoarseness, disfonia) menunjukkan sumbatanpada faring.

F = Feel Rasakan

         Rasakan Tidak ada udara yang dapat dirasakan atau didengarkan dari hidung dan mulut dengan cepat menentukan apakah trakea berada di tengah

         Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong

Page 9: Manajemen Airway

Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan.

.

d.    Tindakan

Patensi (tetap mepertahankan) jalan napas sangat diperlukan untuk pernapasan yang adekuat. Jika korban sadar dan dapat berbicara dengan baik, maka dapat disimpulkan bahwa jalan napasnya paten (tidak ada sumbatan). Jika korban mengalami penurunan kesadaran, maka perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai patensi jalan napasnya. Biasanya korban dengan penurunan kesadaran terdapat darah, muntahan, atau air liur yang berlebihan pada jalan napasnya.Apabila jalan nafas sudah baik dan yakin tidak ada sumbatan maka diteruskan ke prosedur selanjutnya yaitu breathing (pernapasan).

1)   Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal

Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada korban tidak sadar. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan kehilangan kekuatan ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal ini mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Pada kasus-kasus tertentu, korban membutuhkan bantuan pernapasan. Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas korban harus terbuka. Ada dua manuver yang lazim digunakan untuk membuka jalan napas, yaitu head tilt / Chin lift dan jaw trust.

Page 10: Manajemen Airway

a)    Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)

Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan. Tehnik ini bertujuan membuka jalan nafas secara maksimal. Tidak disarankan pada penderita dengan kecurigaan patah tulang leher dan sebagai gantinya gunakan Jaw thrust dan hanya dapat digunakan pada korban tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang.. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah :

         Letakkan tangan pada dahi korban (gunakan tangan yang paling dekat dengan dahi korban).

        Pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi kearah belakang.

        Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang dari dagu korban. Jika korban anak-anak, gunakan hanya jari telunjuk dan diletakkan dibawah dagu.

        Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan samapi mulut korban tertutup. Jika korban anak-anak, jangan terlalu menengadahkan kepala.

        Pertahankan posisi ini.

b)   Head Tilt

Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.

Caranya :

letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.

Tangan kanan melakukan  Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.

Page 11: Manajemen Airway

c)    Jaw trust (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)

Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher. Tehnik ini dapat digunakan selain tehnik diatas. Walaupun tehnik ini menguras tenaga, namun merupakan yang paling sesuai untuk korban dengan cedera tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah :

          Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua sisi kepala korban. Letakkan tangan di kedua sisi kepala korban.

         Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya.jika korban anak-anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkan pada sudut rahang.

          Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan.

         Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik bibir bagian bawah dengan kedua ibu jari

Page 12: Manajemen Airway

d)    

e)    

f)      

g)    

Manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih

Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah.Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea). Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich.

Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik cross finger

2)   Membersihkan Jalan Nafas

a)    Sapuan jari (finger sweep)

Page 13: Manajemen Airway

Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.

Cara melakukannya :

         Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)

         Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.

Tehnik finger sweep

3)   Mengatasi sumbatan nafas parsial

Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari benda padat. Dapat digunakan teknik manual thrust

a)    Abdominal thrust (Manuver Heimlich)

Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma – abdomen).

         Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk

Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.

         Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)

Page 14: Manajemen Airway

o   Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong

berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.

o   Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak

dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

         Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri

o   Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.

o   Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di

bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi

Abdominal Thrust dalam posisi berdiri

b)   Chest thrust

Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan

c)    Back blow

Back Blow (untuk bayi)

Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)

Page 15: Manajemen Airway

Back blow pada bayi

2.    Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) dengan Alat

Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil dengan sempurna dan fasilitas tersedia.

Peralatan dapat berupa :

a)    Pemasangan Pipa (tube)

         Dipasang jalan nafas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa orofaring (mayo), pipa nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi korban.

          Penggunaan pipa orofaring dapat digunakan untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan nafas terutama bagi penderita tidak sadar

          Pemasangan pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan

b)   Pengisapan benda cair (suctioning)

         Bila terdapat sumbatan jalan nafas oleh benda cair. Pengisapan dilakukan dengan alat bantu pengisap (pengisap manual atau dengan mesin)

         Pada penderita trauma basis cranii maka digunakan suction yang keras untuk mencegah suction masuk ke dasar tengkorak

c)    Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas

Bila pasien tidak sadar terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring maka tidak mungkin dilakukan sapuan jari, maka digunakan alat Bantu berupa : laringoskop, alat pengisap, alat penjepit.

d)   Membuka jalan nafas

         Dapat dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi

Page 16: Manajemen Airway

          Cara ini dipilih bila pada kasus yang mana pemasangan pipa endotrakeal tidak mungkin dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis yang terlatih, dapat melakukan krikotirotomi dengan pisau atau trakeostomi.

e)    Proteksi servikal

         Dalam mengelola jalan nafas, jangan sampai melupakan control servikal terutama pada multiple trauma atau tersangka cedera tulang leher.

          Dipasang dari tempat kejadian. Usahakan leher jangan banyak bergerak. Posisi kepala harus “in line” (segaris dengan sumbu vertikal tubuh)

Sebagian peralatan pengelolaan jalan napas