Manajemen
-
Upload
annida-rahayu -
Category
Documents
-
view
55 -
download
0
description
Transcript of Manajemen
2.1 Rencana Manajemen Proyek
Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangat
kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada akhirnya
proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana. Pelaksanan proyek harus diselenggarakan
secara menyeluruh mulai dari perencanaan,pembangunan fisik ,sampai dengan
pemeliharaan yang melibatkan bermacam-macam unsur dan komponen pendukung.
Definisi Manajemen Proyek menurut H. Kerzner (1982) adalah merencanakan,
mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai
sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek
menggunakan pendekatan sistem dan hierarki vertikal dan horisontal. Konsep manajemen
proyek adalah :
Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya
Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah
digariskan secara spesifik.
Memakai pendekatan sistem (system approach to management)
Mempunyai hierarki horisontal disamping hierarki vertikal
Salah satu bagian dari manajemen proyek yang memegang peranan cukup penting
adalah organisasi proyek.Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat
pengorganisasian yang baik. Pengorganisasian tersebut merupakan pengelolaan proyek
dengan tujuan mengatur tahap–tahap pelaksanaan pekerjaan dalam mencapai sasaran.
Sedangkan organisasi proyek merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak pihak
yang bekerja sama dalam melaksanakan serangkaian kegiatan.Oleh karena itu unsur-
unsur yang terlibat dalam pengelolaan harus saling bekerja sama dan mempunyai rasa
tanggung jawab terhadap tugas, kewajiban serta wewenang yang telah diberikan sesuai
bidang dan keahlian masing-masing.Keuntungan dari adanya Organisasi dalam suatu
proyek adalah :
♦ Pekerjaan dapat dilaksanakan secara matang.
♦ Pekerjaan yang tumpang tindih dapat dihindari dengan dilaksanakannya
pembagian tugas serta tanggung jawab sesuai keahlian.
♦ Meningkatkan pendayagunaan dana,fasilitas,serta kemampuan yang
tersedia secara maksimal.
Dalam manajemen proyek,perlunya pengelolaan yang baik dan terarah karena
suatu proyek memiliki keterbatasan sehingga tujuan akhir dari suatu proyek bisa
tercapai.Yang perlu dikelola dalam area manajemen proyek yaitu
biaya,mutu,waktu,kesehatan dan keselamatan kerja, sumberdaya, lingkungan, resiko
dan sistem informasi.
Ada tiga garis besar untuk menciptakan berlangsungnya sebuah proyek, yaitu :
1.Perencanaan
Untuk mencapai tujuan,sebuah proyek perlu suatu perencanaan yang matang.
Yaitu dengan meletakkan dasar tujuan dan sasaran dari suatu proyek sekaligus
menyiapkan segala program teknis dan administrasi agar dapat diimplementasikan.
Tujuannya agar memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan dalam batasan
waktu, mutu, biaya dan keselamatan kerja. Perencanaan proyek dilakukan dengan
cara studi kelayakan,rekayasa nilai,perencanaan area manajemen proyek (biaya, mutu,
waktu, kesehatan dan keselamatan kerja, sumberdaya, lingkungan, resiko dan sistem
informasi).
2.Penjadwalan
Merupakan implementasi dari perencanaan yang dapat memberikan informasi
tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek yang meliputi sumber daya
(biaya,tenaga kerja,peralatan,material),durasi dan progres waktu untuk menyelesaikan
proyek.Penjadwalan proyek mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai
permasalahannya.Proses monitoring dan updating selalu dilakukan untuk
mendapatkan penjadwalan yang realistis agar sesuai dengan tujuan proyek.Ada
beberapa metode untuk mengelola penjadwalan proyek,yaitu Kurva S (hanumm
Curve),Barchart,Penjadwalan Linear (diagram Vektor),Network Planning dan waktu
dan durasi kegiatan.Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula,maka
dilakukan evaluasi dan tindakan koreksi agar proyek tetap berada dijalur yang
diinginkan.
3.Pengendalian Proyek
Pengendalian mempengaruhi hasil akhir suatu proyek.Tujuan utama dari
utamanya yaitu meminimalisasi segala penyimpangan yang dapat terjadi selama
berlangsungnya proyek.Tujuan dari pengendalian proyek yaitu optimasi kinerja
biaya,waktu,mutu dan keselamatan kerja harus memiliki kriteria sebagai tolak
ukur.Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian yaitu berupa pengawasan,
pemeriksaan, koreksi yang dilakukan selama proses implementasi.
2.1.1 Tujuan Kegiatan (objective)Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan banyak tujuan
perencanaan. Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk
manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat
mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama,
dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana,
departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan,
sehingga kerja organisasi kurang efesien.
Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang
manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan
perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana
untuk menghadapinya.
Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang
terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi
pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi
dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.
Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang
digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian.
Proses pengevaluasian atauevaluating adalah proses membandingkan rencana dengan
kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai kinerja
perusahaan.
Selain keempat hal tersebut, sebagian besar studi menunjukan adanya
hubungan antara perencanaan dengan kinerja perusahaan.
2.1.2 Sasaran Kegiatan ( Succes Criteria)Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh
organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen
membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan
(stated goals) dan sasaran riil. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi
kepada masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan,
laporan tahunan, pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh
manajemen. Seringkali stated goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada dan
dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran
riil adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya
dapat diketahui dari tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.
Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan organisasi untuk mencapai
sasarannya. Pendekatan pertama disebut pendekatan tradisional. Pada pendekatan ini,
manajer puncak memberikan sasaran-sasaran umum, yang kemudian diturunkan oleh
bawahannya menjadi sub-tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahannya itu
kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga mencapai
tingkat paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah
orang yang tahu segalanya karena mereka telah melihat gambaran besar perusahaan.
Kesulitan utama terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan.
Seringkali, atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti
"tingkatkan kinerja," "naikkan profit" atau "kembangkan perusahaan," sehingga
bawahan kesulitan menerjemahkan sasaran ini dan akhirnya salah mengintepretasi
maksud sasaran itu (lihat gambar).
Pendekatan kedua disebut dengan management by objective atau MBO. Pada
pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan oleh manajer puncak
saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan karyawan bersama-sama membuat
sasaran-sasaran yang ingin mereka capai. Dengan begini, karyawan akan merasa
dihargai sehingga produktivitas mereka akan meningkat. Namun ada beberapa
kelemahan dalam pendekatan MBO. Pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan
dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila
diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya
kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa memedulikan
rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO
hanyalan sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah
manajemen puncak sendiri.
2.1.3 Manfaat Manajemen Proyek Manajemen Proyek adalah suatu cara mengelola, mengarahkan, dan
mengkoordinasikan sumber daya (manusia/material)disaat mulainya sebuah proyek
hingga akhir untuk mencapai suatu tujuan, yang dibatasi oleh biaya, waktu, dan
kualitas untuk mencapai kepuasan.
Manfaat manajemen proyek:
a) Mengidentifikasi fungsi tanggung jawab
b) Meminimalkan tuntutan pelaporan rutin
c) Mengidentifikasi batas waktu untuk penjadwalan
d) Mengidentifikasi metode analisa peramalan
e) Mengukur prestasi terhadap rencana
f) Mengidentifikasi masalah dini & tindakan perbaikan
g) Meningkatkan kemampuan estimasi untuk rencana
h) Mengetahui jika sasaran tidak dapat dicapai/terlampaui
2.1.4 Organisasi Manajemen ProyekOrganisasi matriks adalah suatu usaha untuk menggabungkan keuntungan dari
struktur fungsional murni dan struktur produk organisasi. Formulir ini identik dan
cocok untuk perusahaan, seperti perusahaan konsultan konstruksi, yang Pengendali
proyek (proyek-driven). Gambar di bawah menunjukkan sebuah organisasi
Matrix khas.
Gambar 1 Model Matriks organisasi
Dalam organisasi matriks, setiap manajer proyek melaporkan secara langsung
kepada wakil presiden dan manajer umum. Karena setiap proyek merupakan profit
center yang potensial, kekuasaan dan otoritas yang digunakan oleh manajer
proyek datang langsung dari manajer umum.
Berbagi informasi adalah wajib dalam organisasi seperti itu, dan beberapa
orang mungkin diperlukan untuk bagian pekerjaan yang sama. Namun, secara
umum, manajer proyek memiliki tanggung jawab total dan akuntabilitas untuk
keberhasilan proyek. Departemen fungsional, di sisi lain, memiliki tanggung jawab
fungsional untuk mempertahankan keunggulan teknis pada proyek. Setiap unit
fungsional dipimpin oleh seorang manajer departemen yang bertanggung jawab utama
adalah untuk memastikan bahwa dasar teknis kesatuan dipertahankan dan bahwa
semua informasi yang tersedia dapat ditukar dengan proyek masing-masing.
Dasar bagi organisasi matriks adalah upaya untuk menciptakan sinergi melalui
tanggung jawab bersama antara proyek dan manajemen fungsional. Keuntungan lain
dari bentuk organisasi matriks murni, untuk manajemen proyek, meliputi:
Pemegang kunci dapat dibagi, biaya proyek diminimalkan
Konflik menjadi minimal, dan mereka yang membutuhkan rujukan
hirarkis lebih mudah diselesaikan
Ada keseimbangan yang lebih baik antara waktu, biaya dan kinerja
Wewenang dan tanggung jawab bersama
Stres didistribusikan antara tim
a) Struktur Organisasi proyek
Organisasi secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang
melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama-sama dengan
kemampuan dan keahlianya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan sesuai yang
direncanakan. Dengan adanya organisasi kerja yang baik diharapkan akan
memberikan hasil efisien, tepat waktu serta dengan kualitas tinggi.
Suatu proyek konstruksi yaitu proyek fisik yang dicapai dengan kegiatan konstruksi
merupakan suatu sistem. Sedangkan sistem itu sendiri secara konseptual
berpengertian adanya perangkat atau kelompok yang menyangkut beberapa usur yang
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama.
Proyek konstruksi yang mempunyai tujuan menghasilkan suatu bangunan fisik
yang memenuhi dan persyaratan melalui suatu ruang lingkup pekerjaan tertentu yang
dilakukan beberapa orang atau beberapa kelompok orang. Untuk proyek proyek besar
yang harus di laksanakan oleh beberapa kontraktor, maka pemilik proyek dapat
memberikan kepercayaan yang penuh pada suatu badan yang disebut manajemen
konstruksi ( MK ) yang bertindak dan atas nama pemilik sebagai manajer.
Dalam sebuah proyek konstruksi, bagian - bagian manajemen dari struktur
organisai yang ada didalamnya antara lain:
1. Pemilik proyek atau owner
2. konsultan perencana
3. konsultan pengawas
4. kontraktor
5. Project manajer
6. Site Enginer
7. Pengedali operasional proyek
8. logistik proyek
9. arsitek atau drafter gambar kerja
10. Quantity surveyor
11. Quality Qontrol.
12. Safety atau K3
13. Pelaksana proyek
14. Surveyor
15. administrasi proyek
16. Perpajakan
17. Akutansi
18. Teknik informatika proyek
19. mekanikal elektrikal
20. mandor
21. tukang bangunan
22. kepala tukang
23. pekerja bangunan
24. satpam dan lain-lain
masing – masing dari bagian struktur organisasi harus berfungsi dengan baik agar
pekerjaan konstruksi dapat selesai dengan tepat waktu, efisien serta dengan kualitas
yang memuaskan.
b) Tugas Pelaksana Proyek
Dalam sebuah pelaksanan pembangunan konstruksi dibutuhkan pelaksana proyek
agar dapat selesai dengan baik, tugas peleksana proyek adalah:
1. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai pedoman dalam
melaksanakan pekerjaan dilapangan.
2. Bersama dengan bagian enginering menyusun kembali metode pelaksanaan
konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
3. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan dilapangan sesuai
dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang telah ditetapkan.
4. Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan kegiatan
harian kepada pelaksana pekerjaan.
5. Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan
dilapangan.
6. Membuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan, apabila terjadi
keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan di lapangan.
7. Bersama dengan bagian teknik melakukan pemeriksaan dan memproses berita
acara kemajuan pekerjaan dilapangan.
8. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan, metode
kerja, gambar kerja dan spesifikasi teknik.
9. Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan mengatur
pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek.
10. Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga dan alat di
lapangan.
11. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran hasil pekerjaan
dilapangan.
12. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan dilapangan.
13. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan pekerjaan, agar selalu sesuai
dengan metode konstruksi dan instruksi kerja yang telah ditetapkan.
14. Menerapkan program keselamatan kerja dan kebersihan di lapangan.
2.1.5 Kewenangan/Tanggung Jawab/Informnasi Penanggung Jawab Proyek (Role/Responsibilities/Contact Information)
a) Owner atau Pemilik Proyek Konstruksi
Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instansi yang memiliki
proyek atau pekerjaan dan memberikanya kepada pihak lain yang mampu
melaksanakanya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja untuk merealisasikan proyek,
owner mempunyai kewajiban pokok yaitu menyediakan dana untuk membiayai
proyek. Tugas pemilik proyek atau owner adalah:
1. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.
2. Mengadakan kegiatan administrasi.
3. Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan proyek.
4. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau manajemen
konstruksi ( MK )
5. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.
Wewenang yang dimiliki pemilik proyek atau owner adalah :
1. Membuat surat perintah kerja ( SPK )
2. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan.
3. Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil
pekerjaan konstruksi.
4. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak dapat
melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan isi surat perjanjian kontrak.
b) Konsultan Perencana dalam Pelaksanaan Proyek
Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa perorangan atau badan
usaha baik swasta maupun pemerintah. Tugas konsultan perencana dalam pelaksanaan
proyek konstruksi adalah:
1. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik
bangunan.
2. Membuat gambar kerja pelaksanaan.
3. Membuat Rencana kerja dan syarat – sayarat pelaksanaan bangunan ( RKS )
sebagai pedoman pelaksanaan.
4. Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
5. Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik ke dalam
desain bangunan.
6. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan
pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud di wujudkan.
7. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi, kemudian proses pelaksanaanya diserahkan kepada
konsultan pengawas.
Wewenang konsultan perencana adalah: mempertahankan desain dalam hal
adanya pihak – pihak pelaksana bangunan yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai
dengan rencana.
c) Konsultan Pengawas dalam Pelaksanaan Proyek
Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (owner)
untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat nerupa badan
usaha atau perorangan. Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.
2. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek.
3. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek
4. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik
proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
Konsultan pengawas juga memilik wewenang sebagai berikut:
1. Memperingatkan atau menegur pihak peleksana pekerjaan jika terjadi
penyimpangan terhadap kontrak kerja.
2. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan.
3. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.
4. Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shopdrawing pelaksana
proyek.
5. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan ( site
Instruction)
2.2 Ruang Lingkup Kegiatan (Scope Management)Ruang Lingkup Proyek adalah acuan semua pekerjaan yang termasuk harus
dikerjakan dalam rangka menghasilkan produk proyek, beserta proses-proses yang
dilakukan untuk membuat produk yang dimaksud. Sedangkan Project Scope
Management (Ruang Lingkup Kegiatan Manajemen) adalah acuan semua pekerjaan
yang termasuk harus dikerjakan dalam rangka menghasilkan produk proyek, beserta
proses-proses yang dilakukan untuk membuat produk yang dimaksud. Project Scope
Management atau Batasan Proyek mendefinisikan apa yang akan dikerjakan atau apa
yang tidak akan dikerjakan dalam sebuah proyek.
Dalam hal ini, harus mampu memastikan bahwa seluruh aktivitas yang
dilakukan dalam proyek adalah aktivitas yang berhubungan dengan proyek dan
aktivitas tersebut telah memenuhi kebutuhan proyek. Dengan kata lain, manajemen
ruang lingkup proyek memiliki fungsi untuk mendefinisikan serta mengendalikan
aktivitas-aktivitas apa yang bisa dilakukan dan aktivitas-aktivitas apa saja yang tidak
boleh dilakukan dalam menyelesaikan suatu proyek.
Scope mengacu pada semua pekerjaan yang terlibat didalam menciptakan
produk-produk dari proyek dan proses yang digunakan untuk
membuatnya.Delivarable adalah produk yang diproduksi sebagai bagian dari proyek
seperti perangkat keras, dokumen perencanaan, atau rapat.Project Scope Management
mencakup proses-proses yang terlibat dalam mendefinisikan dan mengendalikan apa
yang tidak termasuk kedalam proyek.
2.1.6 Proses Pada Manajemen Ruang LingkupTerdapat beberapa proses yang perlu dilakukan dalam melakukan manajemen
ruang lingkup proyek, yaitu :
1.Perencanaan ruang lingkup proyek.
Pada tahap ini, yaitu mendokumentasikan bagaimana ruang lingkup proyek akan
didefinisikan, diverifikasi, dikontrol dan menentukan bagaimana WBS akan
dibuat serta merencanakan bagaimana mengendalikan perubahan akan ruang
lingkup proyek.
Perencanaan ruang lingkup proyek meliputi penentuan tujuan jangka panjang,
memprediksi tren masa depan, dan proyeksi kebutuhan produk dan layanan
baru.
· Organisasi sering melakukan analisis SWOT.
· Identifikasi proyek potensial.
· Gunakan metode realistis untuk memilih proyek yang sedang dikerjakan.
· Merumuskan inialisasi proyek dengan mengeluarkan project charter.
2. Mendefinisikan ruang lingkup proyek.
Pada tahap ini, ruang lingkup proyek akan didefinisikan secara terperinci
sebagai landasan untuk pengambilan keputusan proyek dimasa depan.
3. Membuat Work Breakdown Structure.
WBS merupakan pembagian deliverables proyek berdasarkan kelompok kerja.
WBS dibutuhkan karena pada umumnya dalam sebuah proyek biasanya
melibatkan banyak orang dan deliverables, sehingga sangat penting untuk
mengorganisasikan pekerjaan-pekerjaan tersebut menjadi bagian-bagian yang
lebih terperinci lagi. Work Breakdown Structure (WBS) dibutuhkan karena
dalam sebuah proyek biasanya melibatkan banyak orang dan berbagai
deliverables, sehingga sangat penting mengorganisasikan pekerjaan-pekerjaan
tersebut menjadi bagian-bagiannya, serta bagaimana mengerjakan pekerjaan-
pekerjaan tersebut sesuai pembagian yang disepakati.
Selain itu, Work Breakdown Structure (WBS) juga merupakan proses untuk
menentukan akhir dan produk antara suatu proyek dan hubungan mereka.
Umumnya, WBS menggunakan diagram pohon / struktur diagram untuk
menunjukkan keseluruhan resolusi persyaratan menjadi semakin tingginya
tingkat detail. WBS memungkinkan sebuah tim untuk mencapai persyaratan
umum oleh partisi tugas besar ke dalam komponen yang lebih kecil dan
berfokus pada pekerjaan yang dapat lebih mudah dilakukan.
Work Breakdown Structure (WBS) juga menangkap semua elemen dari sebuah
proyek di teratur. Meruntuhkan besar, proyek-proyek yang kompleks menjadi
bagian proyek yang lebih kecil memberikan kerangka kerja yang lebih baik
untuk mengatur dan mengelola proyek. WBS dapat memfasilitasi alokasi
sumber daya, tugas tugas, tanggung jawab, pengukuran dan pengendalian
proyek. WBS adalah yang digunakan pada awal proyek untuk menetapkan
cakupan, perkiraan biaya dan mengatur jadwal Gantt Dalam menggunakan
WBS, penting bahwa proyek tidak dipecah menjadi terlalu banyak detail seperti
yang dapat mengarah pada mikro manajemen. Sebaliknya, terlalu sedikit detail
dapat mengakibatkan tugas-tugas yang terlalu besar untuk mengelola secara
efektif. WBS dapat disajikan dalam sebuah daftar tabel, daftar tugas yang
menjorok sebagai bagian dari bagan Gantt atau dalam pohon hirarki. Lebih
sering WBS terdaftar dalam hirarki pohon yang menangkap kiriman dan tugas-
tugas yang diperlukan untuk mencapai penyelesaian proyek.
5. Melakukan verifikasi ruang lingkup proyek.
Tahap ini merupakan tahap dimana final project scope statement diserahkan
kepada stakeholder untuk diverifikasi. Melibatkan persetujuan formal dari
project scope yang diselesaikan oleh stakeholders. Persetujaun ini sering dicapai
dengan melakukan penyelidikan pada pelangaran. Untuk menerima persetujuan
formal dari project scope, tim proyek harus membuat dokumentasi yang jelas
dari produk proyek dan prosedur untuk menevaluasi jika proyek sudah
diselesaikan dengan benar dan menimbulkan kepuasan. Untuk mengurangi
perubahan scope, sangat perlu dilakukan pekerjaan yang dapat memastikan
project scope.
6. Melakukan kontrol terhadap ruang lingkup proyek.
Dalam pelaksanaan proyek, tidak jarang ruang lingkup proyek mengalami
perubahan. Untuk itu, perlu dilakukannya kontrol terhadap perubahan ruang
lingkup proyek. Perubahan yang tidak terkendali, akan mengakibatkan
meluasnya ruang lingkup proyek. Scope Control melibatkan peraturan
perubahan untuk project scope. Pengguna sering tidak yakin bagaimana
mengingkan tampilan untuk dilihat atau fungsi apa yang dibutuhkan untuk
meningkatkan performa bisnisnya. Pengembang tidak yakin bagaimana
mengartikan user requirement, dan mereka juga memilki keterkaitan dengan
teknologi yang terus berubah.
Tujuan dari scope control adalah mempengaruhi factor yang menyebabkan
perubahan scope, menyakinkan perubahan yang diproses berdasarkan pada
prosedur yang dikembangkan sebagai bagian dari mengintegrasikan perubahan
control, dan mengatur perubahan ketika perubahan ini terjadi. Scope control
termasuk mengidentifikasikan, mengevaluasi, dan mengimplementasikan
perubahan dari project scope sebagai progress dari proyek.
Gambar 2 Diagram proses manajemen ruang lingkup proyek
2.3 Penjadwalan (Time Management)Time management termasuk ke dalam proses yang diperlukan untuk
memastikan waktu penyelesaian suatu proyek. Sistem time management berpusat
pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek. Dimana dalam
perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan pedoman yang spesifik
untuk menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efisien. Penjadwalan
proyek adalah kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus
diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta waktu yang dibutuhkan oleh setiap
aktivitas.
Manajemen waktu dalam proyek dibutuhkan dalam suatu proyek untuk
memantau dan mengendalikan waktu yang dihabiskan dalam menyelesaikan sebuah
proyek. Dengan menerapkan manajemen waktu proyek, maka suatu proyek dapat
dikontrol jumlah waktu yang dibutuhkan oleh tim proyek untuk membangun
deliverables proyek sehingga memperbesar kemungkinan sebuah proyek dapat
diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
2.1.7 Manfaat Penjadwalan (Time Management)Berikut dibawah ini adalah manfaat dari Penjadwalan (Time management):
Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap
keseluruhan proyek.
Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara
kegiatan.
Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap
kegiatan.
Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya
dengan cara hal-hal kritis pada proyek
2.1.8 Faktor Faktor Penjadwalan ProyekFaktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat jadwal
pelaksanaan proyek :
Kebutuhan dan fungsi proyek tersebut. Dengan selesainya proyek itu proyek
diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
Keterkaitannya dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek
selanjutnya.
Alasan sosial politis lainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah.
Kondisi alam dan lokasi proyek.
Keterjangkauan lokasi proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya.
Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan, dan material
pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya proyek tersebut.
Kapasitas atau daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang
dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung.
Produktivitas sumber daya, peralatan proyek dan tenaga kerja proyek, selama
operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang memenuhi
aturan teknis.
Cuaca, musim dan gejala alam lainnya.
Referensi hari kerja efektif.
2.1.9 Proses-Proses dalam PenjadwalanTerdapat beberapa proses yang perlu dilakukankan dalam mengendalikan waktu
proyek yaitu :
1. Mendefinisikan aktivitas proyek.
Merupakan sebuah proses untuk mendefinisikan setiap aktivitas yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan proyek.
2. Urutan aktivitas proyek.
Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan
hubungan antara tiap-tiap aktivitas proyek.
3. Estimasi aktivitas sumber daya proyek. Estimasi aktivitas sumber daya
proyek bertujuan untuk melakukan estimasi terhadap penggunaan sumber
daya proyek.
4. Estimasi durasi kegiatan proyek.
Proses ini diperlukan untuk menentukan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan proyek.
5. Membuat jadwal proyek.
Setelah seluruh aktivitas, waktu dan sumber daya proyek terdefinisi
dengan jelas, maka seorang manager proyek akan membuat jadwal proyek.
Jadwal proyek ini nantinya dapat digunakan untuk menggambarkan secara
rinci mengenai seluruh aktivitas proyek dari awal pengerjaan proyek
hingga proyek diselesaikan.
6. Mengontrol dan mengendalikan jadwal proyek.
Saat kegiatan proyek mulai berjalan, maka pengendalian dan pengontrolan
jadwal proyek perlu dilakukan. Hal ini diperlukan untuk memastikan
apakah kegiatan proyek berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan
atau tidak. Setiap proses di atas setidaknya terjadi sekali dalam setiap
proyek dan dalam satu atau lebih tahapan proyek
2.1.10 Metode-metode dalam Penjadwalam (Time Management)Berikut dibawah ini adalah beberapa metode yang dapat digunakan dalam
Penjadwalam (Time Management):
1) Project Network Diagrama) Activity On Arrow (AOA)
Biasa disebut juga Arrow diagram Method. Adalah suatu metode
dimana aktivitas itu dilambangkan dengan garis / anak panah dan node /
lingkaran menunjukan letak point dimulai dan selesainya suatu aktivitas.
Cara membuat AOA :
1) Cari semua kegiatan gambarlah letak point dimulai kegiatan itu pada
node / lingkaran sampai letak point selesainya proyek. Setelah selesai
menggambar node , tarik panah antara node dan hubungkan masing
masing node. Masukan huruf kegiatan atau nama dan perkiraan durasi
pada panah terkait.
2) Melanjutkan menggambar diagram jaringan, bekerja dari kiri ke kanan.
Masing - masing panah diberi aktivitas.
3) Lanjutkan menggambar diagram jaringan proyek sampai semua kegiatan
yang disertakan pada diagram yang memiliki keterkaitan
4) Sebagai aturan praktis, semua panah harus menghadap ke kanan, dan tidak
ada panah harus menyeberang pada diagram jaringan AOA
Gambar 3 Contoh Diagram AOA
b) Precedence Diagramming Method (PDM)
Kegiatan yang diwakili oleh kotak
Panah menunjukkan hubungan antara kegiatan
Lebih populer daripada metode ADM dan digunakan oleh perangkat
lunak manajemen proyek
Lebih baik untuk menunjukkan berbagai jenis dependensi
(Keterkaitan)
Gambar 4 Diagram Precedence Diagramming Method (PDM)
2) Teknik Memperpendek Jadwal Proyek
Proyek adalah serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka
waktu tertentu dengan alokasi sumber daya yang tersedia dan bertujuan
untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Penjadwalan proyek
adalah rencana pengurutan kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
sasaran khusus dengan saat penyelesaian yang jelas.
Setiap aktivitas dalam proyek, pada dasarnya dituntut agar mampu
menggunakan waktu secara efektif dan efisien dengan hasil yang berkualitas.
Untuk itu digunakan analisis dengan metode PERT (Program Evaluation and
Review Technique). PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang
digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi
bagian-bagian pekerjaan yang ada di dalam suatu proyek.
a. Metode Menggunakan Model Optimasi
Pada percepatan PERT menggunakan model optimasi sasarannya yaitu
pada probabilitas yang dihasilkan. Pada tahap ini diasumsikan biaya yang
dikeluarkan adalah biaya percepatan secara keseluruhan. Sedangkan biaya pada
hasil optimasi hanya sebagai nilai untuk mencari probabilitas yang dimaksud.
Percepatan waktu pada proyek dengan metode PERT merupakan percepatan
secara probabilitas. Dengan mengalokasikan sejumlah biaya tambahan pada
jalur kritis, diharapkan dapat mempercepat waktu penyelesaian proyek
beberapa hari. Untuk itu digunakan model matematika yang akan dibentuk
dari distribusi probabilitas normal. Dalam kaitannya digunakan distribusi
probabilitas standar.
b. Metode Menggunakan Critical Path Method (CPM)
Pada percepatan PERT menggunakan metode percepatan CPM. Pada
metode ini biaya yang dikeluarkan diharapkan sesuai dengan waktu percepatan
yang dihasilkan. Sehingga pada pengerjaannya lebih terarah pada biaya tiap
satuan waktu dan jalur kegiatannya.Menurut (Subagyo & Pangestu, 2000,), analisa network biasa dikenal
dengan nama teknik manajemen proyek. Kebutuhan penyusunan network ini
dirasakan perlu karena adanya koordinasi dan pengurutan kegiatan–kegiatan
pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama
lain. Menurut (Soepranto, 2001,), CPM mulai dikembangkan tahun 1957 oleh
J.E.Kelly dari Remington Rand dan M.R.Walker dari DuPont dan PERT mulai
dikembangkan tahun 1958 oleh Booz, Allen, dan Hamilton. Kedua teknik ini
dikembangkan untuk membantu para manajer membuat penjadwalan, memonitor,
dan mengendalikan proyek besar dan kompleks. Ada beberapa simbol yang
berlaku untuk analisa CPM lebih rinci yaitu:
t = Taksiran rata-rata lama waktu suatu aktifitas
ES = Saat paling dini saat aktifitas mulai
EF = Saat paling dini aktifitas berakhir
LS = Saat paling lambat suatu aktifitas mulai
LF = Saat paling lambat suatu aktifitas berakhir
S = Slack, yaitu selisih antara saat paling dini engan saat paling lambat
pada permulaan atau akhir suatu aktifitas.
Beberapa aturan yang dimiliki oleh Critical Path
Method adalah sebagai berikut ini:
a. Sebelum aktifitas dimulai maka seluruh aktifitas pendahulunya
harus sudah selesai.
b. Anak panah berfungsi untuk menyatakan hubungan
ketergantungan diantara aktifitas-aktifitas, sedang panjang dan
arah panah tidak mempunyai arti (diabaikan).
Pada setiap garis panah yang meninggalkan suatu node, selalu ada ES
dan LS-nya. Sedangkan pada ujung panah yang menuju suatu node, selalu ada
EF dan LF. Kamar kiri adalah untuk menuliskan saat paling dini suatu aktifitas
mulai atau berakhir, Sedangkan kamar kanan adalah tempat penulisan saat
paling lambat suatu aktifitas mulai (node yang ditinggalkan garis panah) atau
berakhir (node yang dituju garis panah). Arah perhitungan dalam CPM adalah
sebagai berikut:
a. Perhitungan Maju
Perhitungan waktu paling dini dari terjadinya setiap aktifitas mulai
atau berakhir yang terdapat pada diagram lintasan suatu proyek.
b. Perhitungan Mundur
Perhitungan waktu paling lambat dari terjadinya setiap aktifitas mulai
atau berakhir yang terdapat pada diagram lintasan suatu proyek.
Lintasan kritis (critical path) mengandung makna bahwa aktifitas-
aktifitas yang ada pada lintasan itu tidak boleh terlambat dikerjakan
dan butuh perhatian khusus dari manajemen (Nasrullah, 1996).
2.4 Manajemen Biaya (Cost Management)Manajemen biaya (Cost Management) dalam proyek diperlukan untuk
memastikan bahwa perencanaan proyek sudah mencakup :
1. Estimasi biaya untuk setiap resource
2. Pengalokasian estimasi biaya setiap resource yang dibutuhkan oleh setiap work
item
Dalam manajemen biaya proyek, terdapat beberapa proses yang dilibatkan
dalam tujuan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran yang disediakan. Proses
tersebut yaitu estimasi, budgeting dan kontrol biaya.
Gambar 5 Overview Manajemen Biaya Proyek
Proses estimasi sangat menentukan kelangsungan proyek baik dari mulai tahap
desain, perencanaan, konstruksi, dan maintenance. Berbagai tipe dan cara dalam
mengestimasi biaya akan tergantung pada data/informasi yang tersedia, batas waktu,
dan tujuan dari estimasi tersebut. Peran estimator dalam estimasi biaya proyek
konstruksi dapat ditinjau dari ketelitian, pengalaman dan spesialisasi terhadap proyek
secara keseluruhan. Untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah pada bab 1,
maka pada bab ini akan diberikan dasar pemikiran ilmiah yang dilandasi dengan
teoriteori ilmiah yang diperoleh dari area Manajemen Proyek, terutama dalam area
pengetahuan Manajemen Biaya Proyek.
Dalam landasan teori ini, terdapat 3 sumber utama yang akan dijadikan
acuan dalam pemecahan masalah yaitu :
1. Teori Manajemen Proyek dan lebih spesifik ke manajemen biaya di proyek,
sebagian besar akan diambil dari literatur Manajemen Proyek seperti PMBoK, dan
sumber lainnya yang memberikan teori tentang Manajemen Proyek.
2. Teori Manajemen Biaya Proyek, khususnya yang membahas tentang proses
estimasi biaya proyek, kinerja biaya proyek serta kegiatan-kegiatan yang termasuk di
dalamnya maupun yang memberikan pengaruh terhadap kedua hal tersebut di atas.
Teori ini diperoleh dari berbagai jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional,
serta beberapa buku yang membahas tentang estimasi biaya dan kinerja biaya proyek.
3. Aplikasi pengembangan manajemen biaya proyek khususnya dalam masalah
estimasi dalam sebuah perusahaan konstruksi yang telah memiliki dan menerapkan
sistem estimasi secara lebih akurat dengan data/informasi yang diberikan, waktu serta
tujuan estimasi. Hal ini bertujuan untuk menjadi bahan pembanding dan masukan bagi
penelitian ini.
2.1.11 Estimasi Biaya Proyek
a) Definisi
Terdapat beberapa literatur yang membahas mengenai pengertian estimasi
biaya. Dalam AACE International (2004) [8], disebutkan bahwa estimasi merupakan
evaluasi dari keseluruhan elemen dari sebuah proyek atau usaha yang diberikan
berdasarkan kesepakatan terhadap suatu lingkup pekerjaan. Dysert, Larry R. [9]
mengungkapkan bahwa estimasi biaya merupakan sebuah prediksi terhadap biaya
yang akan dibutuhkan dari sebuah proyek berdasarkan data dan lingkup proyek yang
diberikan yang akan dilaksanakan pada sebuah lokasi dan waktu yang telah
ditetapkan.
Dalam sebuah estimasi biaya terdapat identifikasi dan pertimbangan dalam
memperkirakan beberapa alternatif biaya untuk memulai dan menyelesaikan proyek.
Jumlah biaya yang akan dikeluarkan dan risiko harus dapat dipertimbangkan,
misalnya seperti membuat keputusan untuk membeli suatu barang atau hanya
menyewanya saja untuk keperluan proyek, berbagi sumber daya dalam rangka
mengoptimalkan biaya dalam proyek. Biaya yang disusun akan memperhitungkan
keseluruhan sumber daya yang dibutuhkan dalam sebuah proyek, termasuk tenaga
kerja, material, peralatan, jasa, dan fasilitas dan beberapa kategori spesial seperti
faktor inflasi atau biaya contingency. Estimasi biaya merupakan penilaian kuantitatif
yang mendekati untuk kebutuhan sumber daya dalam proyek.
Tujuan dari dibuatnya suatu estimasi proyek adalah :
1. Sebagai dasar dalam pembuatan anggaran proyek
2. Sebagai alat untuk mengontrol biaya proyek
3. Untuk memonitor progress, dengan membandingkan anggaran biaya, biaya estimasi
dengan actual di lapangan.
4. Untuk membuat suatu database biaya yang dapat digunakan untuk estimasiestimasi
berikutnya.
5. Estimasi biaya dan penjadwalan merupakan 2 aktifitas yang sangat berkaitan
erat.
2.1.12 Jenis Estimasi BiayaDilihat dari kelengkapan datanya dan terhadap tahapan proyek, maka
estimasi biaya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Preliminary Estimate
Merupakan estimasi biaya pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, desain proyek
belum ada, hanya ada dalam bentuk gagasan. Estimasi biaya diberikan untuk
keperluan studi kelayakan. Estimasi dihitung secara kasar berdasarkan informasi
harga dari proyek sejenis per satuan kapasitas produksi atau per
satuan fungsinya atau per satuan luasnya.
2. Semi Detail Estimate
Estimasi ini ada pada tahap conceptual engineering. Estimasi biaya sudah dapat
dihitung secara detail karena basic design proyek sudah ada. Hasil estimasi biaya
pada tahap ini dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menyiapkan
dana yang diperlukan bagi proyek tersebut, oleh karena itu sering juga disebut sebagai
budget estimate bagi owner.
3. Definitive Estimate
Estimasi ini ada pada tahap detailed engineering, dimana semua informasi yang
diperlukan untuk pelaksanaan sudah lengkap. Estimasi biaya sudah dapat dihitung
secara detail karena construction drawing sudah ada. Beberapa hal dipertimbangkan
dalam estimasi ini antara lain metode konstruksi, kondisi lokasi proyek, preliminary
work yang akan dilakukan, penggunaan sumber daya tenaga, alat dan material serta
subkontraktor sesuai spesifikasi yang ada serta waktu pelaksanaan proyek.
2.1.13 Metode Estimasi BiayaSetelah memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai suatu proyek,
maka proses estimasi akan dilanjutkan dengan pengolahan data tersebut. Terdapat
beberapa metode yang digunakan dalam pengolahan data untuk menyusun suatu
estimasi biaya yaitu :
1. Expert Judgment
Dari para ahli dapat diperoleh informasi historikal berdasarkan pengalaman mereka
terutama bagi proyek-proyek sejenis. Dari para ahli juga diperoleh pertimbangan
untuk menggabungkan beberapa metode dalam proses estimasi dan bagaimana
menyelaraskan perbedaan yang ada dalam metode tersebut.
2. Analogous Estimating
Menggunakan nilai dari sebuah parameter, seperti lingkup, biaya, anggaran dan waktu
maupun menggunakan skala perbandingan terhadap ukuran, kompleksitas proyek
sebelumnya yang dijadikan dasar untuk menyusun estimasi biaya proyek yang serupa.
3.Parametric Estimating
Digunakan sebagai statistik dari hubungan antara data historikal dengan variable
lainnya seperti luas area untuk menghitung estimasi beberapa parameter seperti biaya,
anggaran dan masa pelaksanaan.
4. Bottom-Up Estimating
Merupakan metode dalam mengestimasi komponen pekerjaan. Biaya dan akurasi dari
tipe ini dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas dari aktiftas individual maupun
paket pekerjaan.
5. Three-Point Estimates
Keakuratan dalam sebuah estimasi dapat ditingkatkan dengan mempetimbangkan
aspek ketidaktentuan dan risiko. Dalam Program Evaluation and Review Technique
(PERT) digunakan 3 estimasi untuk memperkirakan biaya dari sebuah aktifitas, yaitu :
- Most Likely (CM), biaya aktifitas berdasarkan penilaian usaha yang realistik
terhadap suatu pekerjaan
- Optimistic (CO), biaya aktifitas berdasarkan pertimbangan yang optimis untuk
aktifitas tersebut
- Pessimistic (CP), biaya aktifitas berdasarkan pertimbangan pesimis terhadap suatu
aktifitas
Ketiga parameter diatas dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut :
CE = CO + 4CM + CP
6
Untuk metode ini biasanya digunakan untuk perkiraan biaya yang mengandung
unsure ketidakpastian seperti estimasi biaya penelitian karena menggunakan
pertimbangan optimistik, pesimistik.
6. Reserve Analysis
Estimasi biaya yang termasuk biaya tak terduga. Biaya tak terduga tersebut dapat
berupa prosentase dari nilai estimasi, nilai yang tetap, atau dapat dikembangkan dari
metode analisa kuantitatif.
7.Cost of Quality
Menyangkut perhitungan seluruh biaya yang dipersiapkan untuk mencegah adanya
ketidakpuasan terhadap kualitas produk yang akan mengakibatkan rework.
8. Project Management Estimating Software
Beberapa program komputer dapat digunakan sebagai alat untuk membantu dalam
mengestimasi biaya.
9. Vendor Bid Analysis
Metode estimasi biaya, termasuk analisa biaya dari sebuah proyek yang dimenangkan
tanpa melalui proses persaingan karena memperoleh informasi dari rekanan, tentunya
akan diperlukan tambahan biaya. Dalam penelitian ini metode estimasi yang
digunakan adalah bottom-up estimating. Karena dalam mengestimasi biaya proyeknya
pihak kontraktor menghitungnya setiap paket maupun item pekerjaan dan kemudian
dijumlahkan atau digabungkan dengan item lainnya yan termasuk lingkup pekerjaan
hingga diperoleh nilai keseluruhan proyek.
2.1.14 Proses Estimasi Biaya Di bawah ini merupakan keseluruhan proses dalam estimasi dimulai dariproses input
data, teknik yang digunakan dalam pengolahan data serta output yang dihasilkan dari
sebuah estimasi. Diberikan pula diagram alur data estimasi biaya.
Tahapan input dalam suatu proses estimasi mencakup beberapa hal yang diperlukan
untuk mendukung proses pelaksanaan estimasi seperti:
1. Scope Baseline
Menggambarkan pernyataan lingkup pekerjaan seperti deskripsi produk, kriteria yang
dapat diterima, hasil yang diharapkan, batasan proyek dan asumsi. Dalam scope
baseline terdapat pula WBS yang menggambarkan hubungan dari semua komponen
dalam proyek.
2. Penjadwalan Proyek
Jenis dan jumlah dari sumber daya serta waktu yang dibutuhkan dalam rangka
peyelesaian proyek merupakan faktor yang penting dalam menentukan biaya proyek.
Perencanaan Sumber Daya Atribut staf proyek, biaya personel, dan bonus bagi
karyawan merupakan komponen yang penting dalam menyusun estimasi biaya.
4. Penyusunan Daftar Risiko
Identifikasi risiko diperlukan untuk pengendalian biaya akibat adanya risiko. Risiko
dapat memberikan dampak dalam aktifitas maupun biaya proyek.
5. Pertimbangan Faktor diluar Lingkungan Perusahaan
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi antara lain kondisi pasar dan informasi
komersial yang ada. Kondisi pasar yang dimaksud adalah ketersediaan produk, jasa
yang diperlukan dalam penyelesaian proyek dan yang dimaksud dengan informasi
komersil adalah database komersil yang memberikan data tentang keahlian dan upah
dari sumber daya, serta biaya standard untuk material dan peralatan.
6. Kebijakan Organisasi
Kebijakan organisasi yang berpengaruh terhadap estimasi biaya adalah kebijakan
perusahaan dalam estimasi biaya itu sendiri, informasi historical serta pelajaran
maupun pengalaman dari proyek sebelumnya.
Adanya input dari Database Management System dalam penyusunan estimasi
akan sangat membantu terutama untuk proyek dengan skala besar dan sangat
kompleks. Dalam database ini mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan berdasarkan
parameter dari proyek-proyek sebelumnya maupun data baru baik itu mengenai harga,
lokasi, tenaga kerja dan lain sebagainya. Seringkali diperlukan revisi harga
sehubungan dengan budget yang disediakan oleh owner. Oleh karena itu diperlukan
revisi kembali harga satuan dan mengoreksi quantity pekerjaan. Faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan pada saat mengubah harga satuan yaitu :
1. Melakukan construction economy yaitu upaya yang dilakukan dalam proses pra
konstruksi maupun masa konstruksi dengan tujuan menekan biaya konstruksi
termasuk juga untuk menekan kemungkinan terjadinya pembengkakan biaya.
2. Mengubah construction method
3. Mengubah durasi proyek (bila memungkinkan)
4. Mengganti pemasok sumber daya yang digunakan
5. Mengubah kebijakan keuangan (pembiayaan)
2.1.15 Unsur-Unsur BiayaSuatu perkiraan biaya akan lengkap bila mengandung unsure sebagai berikut.
1. Biaya Pembelian Material dan Peralatan
Menyusun perkiraan biaya pembelian material dan peralatan amat kompleks, mulai
dari spesifikasi, mencari sumber, mengadakan lelang sampai kepada membayar
harganya. Terdapat berbagai alternatif yang tersedia untuk kegiatan tersebut, sehingga
bila kurang tepat menanganinya mudah sekali membuat biaya proyek menjadi tidak
ekonomis. Material dan peralatan ini terdiri dari material curah, peralatan utama yang
akan terpasang sebagai bagian fisik pabrik, dan lain-lain, yang diperlukan dalam
proses pelaksanaan proyek fasilitas sementara dan lain-lain.
2. Biaya Penyewaan atau Pembelian Peralatan Konstruksi
Di samping peralatan pada butir a, terdapat juga peralatan konstruksi yang digunakan
sebagai sarana bantu konstruksi dan tidak akan menjadi bagian permanen daripabrik/
instalasi. Contoh untuk ini adalah truk, crame, fork-lift, grader, scraper, dan lain-lain.
3. Upah Tenaga Kerja
Hal ini terdiri dari tenaga kerja kantor pusat yang sebagian besar terdiri dari tenaga
ahli bidang engineering dan tenaga konsturksi plus penyelia lapangan.
Mengidentifikasi biaya tenaga kerja/jam-orang merupakan penjabaran lebih jauh
mengkaji lingkup proyek. Mengingat porsi tenaga kerja dapat mencapai 25-35% dari
total biaya proyek, maka mengkaji masalah ini sedalam-dalamnya amat penting dalam
menyiapkan perkiraan biaya. Seperti aspek produktivitas, man-power loading, tingkat
gaji dan kompensasi, dan lain-lain.
4. Biaya Subkontrak
Pekerjaan subkontrak umumnya merupakan paket kerja yang terdiri dari jasa dan
material yang disediakan oleh subkontraktor, dan belum termasuk di dalam klasifikasi
butir 1,2 maupun 3.
5. Biaya Transportasi
Termasuk seluruh biaya transportasi material dan peralatan, tenaga kerja yang
berkaitan dengan penyelenggaraan proyek.
6. Overhead dan Adminitrasi
Komponen ini meliputi pengeluaran operasi perusahaan yang dibebankan kepada
proyek (menyewa kantor, membayar listrik, telepon, biaya pemasaran) dan
pengeluaran untuk pajak, asuransi, royalty, uang jaminan, dan lain-lain.
7. Fee/Laba dan Kontigensi
Setelah semua komponen biaya terkumpul, kemudian diperhitungkan jumlah
kontigensi dan fee atau laba.
2.5 Manajemen Mutu (Quality Management)
Kualitas merupakan kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan tanpa ada cacat. Dari sudut pandang konsumen, kualitas suatu produk atau
jasa itu dilihat dari kegunaan dan kualitas desainnya. Jika dilihat dari sudut pandang
produsen, kualitas suatu produk itu adalah bagaimana tampilan dari produk yang
dihasilkannya apakah sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Manajemen kualitas dapat dikatakan sebagai semua aktivitas dari fungsi
manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan dan
tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas,
seperti perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, penjaminan kualitas, dan
peningkatan kualitas.
2.1.16 Sejarah Perkembangan Quality Management (Manajemen Mutu)
1. Era Tanpa Mutu
Pada era ini belum ada persaingan, karena produsen yang memberikan layanan belum
banyak. Masyarakat tidak punya pilihan, mereka tidak bisa menuntut untuk
mendapatkan mutu pelayanan yang lebih baik. Pada masa ini kualitas belum menjadi
penilaian, yang penting kebutuhan utama dari suatu bentuk pelayanan sudah
terpenuhi.
2. Era Inspeksi
Pada era ini mulai ada persaingan antar produsen. Mereka sudah mulai mengawasi
produk-produk yang mereka hasilkan, yaitu dengan melakukan inspeksi. Inspeksi ini
hanya melihat bentuk fisik produk, apakah ada kerusakan atau cacat pada produk.
Hanya produk yang bagus tanpa ada cacat yang akan dilepas sampai ke konsumen.
Belum ada perhatian terhadap kualitas proses dan sistem untuk merealisasikan produk
tersebut.
3. Era Pengendalian Mutu (Statitical Quality Control)
Era ini dimulai sekitar tahun 1930-an. Pada era pengendalian mutu ini, manajemen
telah mulai memperhatikan pentingnya pendeteksian yaitu dengan cara departemen
inspeksi sudah mulai dilengkapi dengan alat dan metode statistik di dalam mendeteksi
penyimpangan yang terjadi dalam atribut produk yang dihasilkan dari proses
produksi. Terdapat perubahan dalam penanganan mutu produk yaitu hasil deteksi
yang secara statistikal dari penyimpangann mulai dipergunakan oleh departemen
produksi untuk memperbaiki proses dan sistem produksi.
4. Era Jaminan Mutu (Quality Assurance)
Era ini dimualai sekitar tahun 1960-an. Pada era ini mulai dikenal adanya
konsep Total Quality Control (TQC) yang diperkenalkan olehArmand Feigenbaum.
Menurutnya, pengendalian dimulai dari perancangan produk dan berakhir saat produk
tersebut telah sampai ke tangan konsumen, dan konsumen merasa puas.
Armand Feigenbaum menyatakan bahwa kualitas dapat dikelompokkan ke dalam 3
kategori:
Pengendalian rancangan baru
Pengendalian bahan baku yang baru dating
Pengendalian produk
Jaminan mutu merupakan seluruh perencanaan dan kegiatan sistimatik yang
diperlukan untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai bahwa suatu barang
atau jasa dapat memenuhi persyaratan mutu. Jaminan mutu merupakan bagian dari
manajemen mutu yang difokuskan pada peningkatan kemampuan untuk memenuhi
persyaratan mutu.
Sejak masa ini peran manajemen mulai diperhitungkan untuk terlibat dalam
penentuan dan penanganan mutu produk. Selain itu dalam era jaminan mutu ini mulai
diterapkan bukan hanya pada industri manufaktur, tetapi juga pada industri jasa.
Industri jasa atau non barang ini mulai diterapkan seperti pada Rumah Sakit,
Puskesmas, dan lain sebagainya.
5. Era Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)
Era ini dimulai pada tahun 1980-an. Total Quality Management (TQM) mengacu pada
penekanan kualitas yang meliputi organisasi keseluruhan, mulai dari pemasok hingga
pelanggan. TQM menekankan komitmen manajemen untuk mendapatkan arahan
perusahaan yang ingin terus meraih keunggulan dalam semua aspek produk dan jasa
penting bagi pelanggan.
Total Quality berarti komitmen dan pendekatan yang digunakan secara terus
menerus untuk meningkatkan setiap proses pada setiap bagian organisasi. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk memenuhi bahkan melampui harapan dan outcome dari
customer.
Tujuan dari diterapkan TQM perlu adanya perubahan budaya serta komitmen
dari seluruh jajaran mulai pimpinan puncak sampai level terbawah. Agar TQM dapat
berkelanjutan maka organisasi harus didukung oleh budaya yang mendukung yang
menekankan pada kerja kelompok, pemberdayaan dan partisipasi karyawan,
peningkatan terus menerus fokus pada pelanggan serta kepemimpinan yang tepat.
Ada tujuh konsep program TQM yang efektif, yaitu:
a. Perbaikan Berkesinambungan
TQM membutuhkan perbaikan berkesinambungan yang tidak pernah berhenti yang
mencakup orang, peralatan, pemasok, bahan, dan prosedur. Dasar filosofi ini adalah
setiap aspek dari operasi perusahaan dapat diperbaiki. Tujuan akhirnya adalah
kesempurnaan yang tidak akan pernah dapat diraih, tetapi selalu diupayakan.
b. Six Sigma
Six sigma adalah program untuk menghemat waktu, meningkatkan kualitas, dan
menurunkan biaya. Six sigma juga merupakan sebuah sistem yang menyeluruh yaitu
suatu strategi karena berfokus pada kepuasan pelanggan total, disiplin karena
mengikuti six sigma improvement model formal, dan sekumpulan perangkat (lembar
perangkat, diagram sebab-akibat, diagram pareto, diagram alir, histogram,
dan statistical process control) untuk memperoleh dan mempertahankan kesuksesan
dalam bisnis.
c. Pemberdayaan Pekerja
Pemberdayaan pekerja berarti melibatkan pekerja pada setiap langkah proses
produksi.
Ada beberapa cara untuk memeberdayakan pekerja:
Membina jaringan komunikasi yang melibatkan pekerja
Membentuk para pekerja yang bersikap terbuka dan mendukung
Memindahkan tanggung jawab dari manajer dan tsaf kepada para pekerja di
bagian produksi
Membangun organisasi yang memiliki moral yang tinggi
Menciptakan struktur organisasi formal sebagai tim-tim dan lingkaran-
lingkaran kualitas
d. Benchmarking
Benchmarking merupakan pemilihan standar kinerja yang mempresentasikan kinerja
terbaik dari suatu proses atau aktivitas. Benchmarking meliputi pemilihan standar
produk, jasa, biaya atau kebiasaan yang mewakili suatu kinerja terbaik dari proses
atau aktivitas serupa dengan proses atau aktivitas Anda.
Langkah menetapkan benchmark antara lain:
Menetapkan apa yang akan dijadikan benchmark
Membentuk tim benchmark
Mengidentifikasi mitra-mitra benchmark
Mengumpulkan dan menganalisis informasi benchmark
Mengambil tindakan untuk menyamai atau melebihi benchmark
Ukuran-ukuran kinerja khusus yang digunakan dalam benchmark meliputi persentase
cacat, biaya per unit atau per pesanan, waktu proses per unit, waktu respon layanan,
imbal hasil investasi, tingkat kepuasan pelanggan, dantingkat ingatan pelanggan.
e. Just in Time
Konsep JIT diadakan untuk perbaikan berkesinambungan dan penyelesaikan masalah.
Dalam konsep JIT, barang diproduksi dan diantarkan saat mereka dibutuhkan (saat
ada permintaan).
JIT berkaitan dengan kualitas dalam beberapa hal:
JIT memangkas biaya kualitas
JIT meningkatkan kualitas
Kualitas yang lebih baik berarti persediaan yang lebih sedikit, serta sistem JIT yang
lebih baik dan mudah digunakan. Tujuan memiliki persediaan adalah melindungi
kinerja produksi yang buruk yang disebabkan oleh kualitas yang tidak dapat
diandalkan. Jika kualitasnya konsisten, maka JIT membuat perusahaan dapat
mengurangi semua biaya yang terkait pada persediaaan.
f. Konsep Taguchi
Genichi Taguchi memberikan tiga konsep yang bertujuan memperbaiki kualitas
produk dan proses, yaitu:
Ketangguhan kualitas (quality robuustness)
Produk berkualitas tangguh adalah produk yang dapat diproduksi secara beragam dan
konsisten dalam segala kondisi manufaktur dan lingkungan yang kurang baik dan
bukan menghilangkan penyebabnya. Taguchi menyarankan bahwa menghilangkan
pengaruh biasanya lebih murah daripada menghilangkan penyebab, dan lebih efektif
dalam memproduksi produk yang tangguh. Dengan cara ini, variasi kecil dalam bahan
dan proses tidak akan mengganggu kualitas produk.
Fungsi kerugian kualitas(quality loss function)
Quality loss function (QLF) mengidentifikasikan semua biaya yang berkaitan dengan
kualitas rendah dan menunjukan bagaimana biaya ini meningkat jika kualitas produk
semakin jauh dengan keinginan pelanggan. Biaya ini tidak hanya meliputi
ketidakpuasan pelanggan, tetapi juga biaya garansi dan jasa, biaya pemeriksaan
internal, perbaikan, scrap, dan biaya-biaya yang dianggap sebagai biaya bagi
masyarakat.
Kualitas berorientasi sasaran (target oriented quality)
Kualitas berorientasi sasaran merupakan sebuah filosofi perbaikan terus menerus
untuk membuat kualitas produk tepat sesuai dengan sasaran.
6. Era Sistem Manajemen Mutu
Era ini dimulai pada sekitar tahun 1943 yaitu pada masa perang dunia II, dimana
sekutu mulai mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan peledak Hal ini terkait
dengan mutu bahan peledak untuk keperluan militer terutama oleh pasukan Inggris.
Berdasarkan keadaan tersebut pihak militer Inggris mengembangkan serangkaian
standar yang secara umum dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam
menyediakan produk bermutu tinggi serta konsisten bagi kepentingan bahan militer
2.1.17 Management kualitas Proyek
Pada bagian ini di fokuskan pada proses dari management proyek. Ada 2
model atau teknik yang telah sukses di gabungkan dan di terapkan dalam pelatihan di
konsultan konsultan konstruksi dalam meningkatkan kinerja proses dari management
proyek, antara lain : Continuous Quality Model dan Process Quality Management
Model.
Continuous Quality Management
Merupakan cara yang digunakan sebuah perusahaan yang mana dapat
digunakan untuk meningkatkan proses bisnis mereka. Ini merupakan cara hidup dari
semua organisasi yang ingin mencapai posisi yang kompetitif dalam arus industrisasi
yang cepat.
Process Management Model
Model atau cara ini digunakan menghubungkan faktor kesuksesan yang kritis
pada proses bisnis . Ini membangun dasar pondasi yang mana Continous Quality
Management Model meneruskan mengadakan suatau analisis yang terhadap langkah
langkah dan proses dalam meningkatkan dan memanfaatkan kesempatan yang ada.
Penggunaan kualitas dalam proyek konstruksi
Management kualitas yang terpadu merupakan pendekatan yang umum di gunakan
untuk mendapatkan suatu kualitas yang diinginkan. Dan kualitas suatu proyek adalah
masalah yang khusus yang mana wajib memerlukan penafsiran yang khusus pula.
Ada 6 (enam) lingkup dari pekerjaan proyek yang mana kualitas harus diuji dan
diperiksa yaitu :
· Kualitas dari penerangan dan keputusan dari klien
· Kualitas dari proses disain
· Kualitas Material dan komponen
· Kualitas dari kumpulan proyek
· Kualitas dari kegiatan management proyek
· Management proyek sebagai rata rata dari peningkatan kualitas proyek
2.1.18 Syarat Penggunaan dalam Quality ManagementAda beberapa bagian yang mana digunakan dalam management kualitas. Dalam
konteks konstruksi beberapa akan di jelaskan.
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan alat untuk mengukur kegiatan proses konstruksi untuk memeriksa
apakah standard spesifikasi udah di capai.
2. Quality control
Pengendalian Mutu (Quality Control) adalah teknik dan aktivitas operasi yang
digunakan agar mutu tertentu yang dikehendaki dapat dicapai. Aktivitasnya mencakup
monitoring, mengeliminir problem yang diketahui, mengurangi
penyimpangan/perubahan yang tidak perlu serta usaha-usaha untuk mencapai
efektivitas ekonomi.
2.1.19 Total Quality Management (management kualitas terpadu ) Pada tahun-tahun sekarang sangat sangat penting meningkatkan kualitas dari
sebuah produk yang di hasilkan . Tekanan ini banyak datang dari perusahaan -
perusahaan besar internasional seperti perusahaan mobil dan computer. Persaingan
antar perusahaan tersebut lebih memaksa mereka untuk lebih lagi meningkatkan
kualitas produk yang di hasilkan, agar mendapat kepercayaan dari pasar..
5( lima ) pilar dalam Total quality management
Semua sistem manajemen yang menjunjung tinggi kemanusiaan di perlukan
untuk menyatukan prinsip prinsip Total quality management ke dalam setiap aspek
organisasi. Bill Creech, salah seorang dari Tim manajemen impian tahun 90-an di
Amerika, telah lama menggunakan lima pilar sebagai suatu cara untuk memberikan
gambaran akan perlunya dasar yang luas bagi TQM . Menurut Bill Creech ,Produk
adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak
mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada
tanpa organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin
yang memadai. Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung
bagi semua yang lain. setiap pilar tergantung pada pilar yang lainnya , dan kalau salah
satu lemah sendirinya yang lain akan lemah.
2.1.20 Penerapan Total Quality Management dalam OrganisasiDidalam 5 pilar manajemen kualitas terpadu , organisasi merupakan pilar di
tengah. Cara kita berorganisasi jelas mempengaruhi semua unsur dan kegiatan yang
lain. Organisasi adalah kerangka kerja yang diandalkan oleh seluruh sistem
manajemen untuk mendapatkan hasil kerja yang efisien. Untuk alasan tersebut
organisasi lebih dari sesuatu dalam menentukan kesehatan dan vitalitas keseluruhan
dari sistem. Pengalaman menunjukan bahwa beberapa struktur organisasi hanya cocok
untuk sistem sentralisasi, sedangkan yang lain hanya cocok untuk sistem
desentralisasi.
Penetapan sentralisme pada input dan ketergantungan pada peraturan yang
berlebihan menekan semangat manusia . Perlakuan yang kasar terhadap factor sistem
manusia memuat orang merasa terasing dan juga bisa memadamkan motivasi kita.
Sebaliknya struktur desentralisasi mempermudah pemimpin dan membebaskan
kreatifitas. Sebenarnya. Pertanyaaan kuncinya adalah organisasi mengembangkan
atau meredam semangat manusia. Oleh karena itu bagaimana kita memilih organisasi
yang dapat melambungkan dan organisasi yang dapat memjatuhkan kita. Berkenaan
dengan hal itu , memikirkan struktur sebuah organisasidalam arti vertical merupakan
hal yang tradisional. Seertisebuah pyramid dengan sebuah puncak, suatu dasar,
dengan berlapis lapis manajemen diantaranya. Tetapi ini dapat juga di pikirkan
sebagai sebuah segitiga , yang terletak pada sebuah sisinya, ada bagian depan dan
belakang. Semakin tinggi rasio gigi ke ekor dari organisasi itu. Tak perlu di
pertanyakan lagi, semakin sengitnya persaingan dalam era globaliasi, semakin banyak
gigi yang diperlukan. Karyawan di bagian depan, di ujung tombak yang langsung
berhadapan dengan pelanggan dan pesaing.
Kebanyakan dalam bisnis Amerika menyebut karyawan sebagai Frontline
(garis depan), tetapi itu hanya berupa pemikiran depan ke belakang. Dalam analisis
akhir, peran dimenangkan dengan apa yang terjadi di depan .Hasil akhir dari
persaingan ekonomi antar organisasi dan antar negara ditentukan dengan cara yang
tepat sama. Hasil akhirnya tergantung pada pelaksana ujung tombak. Oleh karena itu
pemikiran konseptual mengenai organisasi harus dimulai dari bawah (di bagian
depan) dan di lanjutkan dari situ, dengan focus yang semakin terpusat pada cara
membuat struktur tebaik bagi organisasi dan mengatur agar baggian garis depan
menjadi kompeten, kreatif, dan memberikan komitmennya sebagai prasyarat untuk
sukses.
Perubahan sekarang sudah menyebar ke mana mana dan proses mutu
diucapkan oleh banyak orang. Tetapi hanya sedikit terjadi perubahan yang
sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan perusahaan sedang memandang
proses yang terjadi bukan merupakan perpanjangan dari permintaaan mereka dari
seluruh organisasi. Ini merupakan penghapusan yang serius karena di situklah
kerusakan paling menyedihkan akibat sentralisme. Struktur yang di hasilkan nya dan
tergantung dalam rangka mendukung ajarannya adalah kebalikan dari cepat tanggap
dan fleksibilitas. Dan hal itu membuat kuno dan tidak cocok dengan persaingan gerak
cepat dari zaman globalisasi. Sementara beberapa praktisi.sentralisme yang penuh
keyakinan mengaku mendukung perubahan , dalam kenyataanya perubahan tadi
hanyalah tambal sulam pada suatu sistem yang pada dasarnya demikian rusak seingga
kegunaan dari tambalan tadi demikian kecil.
2.1.21 Sistem Management Kualitasa) Pengertian Sistem
Dari segi Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani yaitu
“Systema”, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “SYSTEM”, yang mempunyai
satu pengertian yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan
secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan. Berikut ini
pengertian sistem yang di berikan oleh para ahli :
Buckley
Sistem adalah suatu kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh,
disebabkan adanya saling ketergantungan diantara bagian-bagiannya. (A whole that
functions as a whole by virtue of interdependence of its parts).
Sistem adalah sekelompok komponen yang terdiri dari manusia dan/atau
bukan manusia (non-human) yang diorganisir dan diatur sedemikian rupa sehingga
komponen-komponen tersebut dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapai
tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir. Pengertian ini, mengandung arti pentingnya
aspek pengaturan dan pengorganisasian komponen dari suatu sistem untuk mencapai
sasaran bersama, karena bila tidak ada sinkronisasi dan koordinasi yang tepat, maka
kegiatan masing-masing komponen, sub-sistem, atau bidang dalam suatu organisasi
akan kurang saling mendukung.
B.S. Blanchard (1990)
Engineering System adalah aplikasi yang efektif dari usaha-usaha ilmu
pengetahuan dan engineering dalam rangka mewujudkan kebutuhan operasional
menjadi suatu sistem konfigurasi tertentu, melalui proses yang saling terkait berupa
definisi keperluan analisis fungsional, sintesis, optimasi, desain, tes, dan evaluasi.
Pemakaian sistem dapat di golongkan secara garis besar dalam 2 golongan
pemakaian yaitu :
1. Menunjukan pada suatu bentuk fisik, sesuatu wujud benda, abstrak maupun konkrit
termasuk juga konsepsi yang dikenal dengan deskriptif
2. Menunjukan suatu metode atau tata-cara yang dikenal dengan preskriptif
Sistem paling sering digunakan untuk menunjukan pengertian metode atau cara dan
sesuatu himpunan unsur atau komponen yang saling berhubungan satu sama lain
menjadi satu kesatuan.
2.6 Manajemen Sumber Daya (Resources Management)
2.1.22 Definisi
Pengertian dan pentingnnya human resource management Manajemen sumber
daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur
hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara
efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan
(goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM
didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia - bukan mesin -
dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Manajemen sumber daya manusia juga
dapat didefinisikan sebagai suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang
lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat
menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Gambar 6 Diagram Human Suport System
Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur
yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan
dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat
pada saat organisasi memerlukannya.
Proses-proses ini berinteraksi satu sama lain juga dengan proses di bidang
lainnya. Setiap proses mungkin melibatkan usaha dari satu atau lebih individu atau
grup individu sesuai kebutuhan proyek. Meskipun proses yang disajikan di sini
sebagai elemen yang terpisah, namun dalam praktiknya proses-proses tersebut
mungkin tumpang tindih.
Ada beberapa pokok literatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan
Sumber Daya Manusia antara lain:
- Memimpin, berkomunikasi, negosiasi, Kunci Keterampilan Manajemen
Umum.
- Mendelegasikan, memotivasi, pelatihan, mentoring, dan pengetahun
lainnya yang berkaitan dengan berurusan dengan individu.
- Pembentukan tim, menangani konflik, dan hal lain yang berkaitan
dengan hal-hal dalam pengaturan kelompok.
- Penilaian kinerja, rekrutmen, retensi, hubungan kerja, peraturan
kesehatan dan keselamatan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
pemberian fungsi sumber daya manusia.
Pengetahuan diatas diperlukan sebagai bahan untuk memimpin dan mengelola
orang-orang di proyek, dan manajer proyek dan tim manajemen proyek harus terbiasa
dengan itu. Namun, mereka juga harus peka tentang bagaimana pengetahuan ini
diterapkan pada proyek. Sebagai contoh:
Sifat proyek yang sementara berarti bahwa hubungan pribadi dan organisasi
umumnya akan bersifat sementara dan baru. Tim manajemen proyek harus
berhati-hati untuk memilih teknik yang sesuai untuk hubungan sementara
tersebut.
Sifat dan jumlah stakeholder proyek akan sering berubah sejalan dengan
perkembangan proyek yang bergerak dari fase ke fase dari siklus hidupnya.
Akibatnya, teknik yang efektif dalam satu fase mungkin tidak efektif di negara
lain. Tim manajemen proyek harus berhati-hati untuk menggunakan teknik
yang sesuai dengan kebutuhan proyek saat itu.
Kegiatan administrasi sumber daya manusia jarang menjadi tanggung jawab
langsung dari tim manajemen proyek. Namun, tim harus cukup menyadari
persyaratan administratif untuk memastikan kepatuhan atau loyalitas.
Gambar 7 Diagram Project Human Resources Management
2.1.23 Proses Perekrutan Sumber Daya Manusia
Merekrut tenaga tingkat manajerial merupakan aktivitas yang tidak murah.
Tak jarang perusahaan harus menggunakan konsultan tenaga kerja dari luar untuk
melaksanakan rekrutmen dan seleksi calon pegawai yang cocok. Cara yang lebih jitu
lagi meojaring calon yang tepat adalah secara aktif mencari di dalam kalangan
industri dan bila perlu membajaknya dari perusahaan lain (”headhunting” dan
“hijacking”). Semua, tentu, dengan biaya yang tidak sedikit bagi perusahaan yang
membutuhkan tenaga manajer tersebut.
Usaha yang kompleks dan tidak murah ini belum juga menjamin kesesuaian
antara calon pegawai dengan jabatan yang bakal diisinya. Ketidakcocokan bisa karena
ternyata si calon itu tidak memenuhi sejumlah syarat kerja, atau malah si calon itu
sendiri yang setelah ia tahu lebih banyak mengenai pekerjaannya merasa kurang pas
dengan kedudukan barunya.
Bila ini keadaannya, maka dapat diperkirakan bahwa cepat atau lambat si
pegawai itu akan “mental” atau hengkang dari tempat kerja. Hal yang amat merugikan
perusahaan sekiranya pegawai tersebut sebenarnya termasuk pekerja yang baik dan
penuh potensi.
Membuat Betah Gaji tinggi, fasilitas lengkap, sertajabatan/kedudukan yang
jelas tak selalu menjamin betahnya seorang pegawai, apalagi untuk tingkat manajerial
ke atas. Sebagai orang baru, hal-hal itu tentu menjadi pertimbangan, namun, selang
beberapa waktu, tentu ada hal-hal lain yang bakal dicarinya.
Upaya untuk membuat pegawai baru betah, apalagi bila diketahui ia tipe yang
penuh inisiatif, eneriik, dan ogah rutinitas, harusnya dimulai sejak awal, kala ia baru
masuk. Pada bulan pertama diperkenalkan kepada lingkungan kerjanya serta tugas-
tugasnya secara spesifik. Bersamaan dengan itu pula sang pegawai baru di-expose
pada budaya perusahaan, yakni pola perilaku segenap warga perusahaan yang
mencerminkan sistem nilai yang dianut perusahaan.
Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja / Preparation and selection memiliki
beberapa tahap diantaranya :
a) Persiapan
Dalam proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya
manusia dengan menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan perkiraan / forecast akan pekerjaan
yang lowong, jumlahnya, waktu, dan lain sebagainya. Ada dua faktor yang
perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan, yaitu faktor internal seperti
jumlah kebutuhan karyawan baru, struktur organisasi, departemen yang ada,
dan lain-lain. Faktor eksternal seperti hukum ketenagakerjaan, kondisi pasa
tenaga kerja, dan lain sebagainya.
b) Rekrutmen tenaga kerja / Recruitment
Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari calon atau kandidat pegawai,
karyawan, buruh, manajer, atau tenaga kerja baru untuk memenuhi kebutuhan
sdm oraganisasi atau perusahaan. Dalam tahapan ini diperluka analisis jabatan
yang ada untuk membuat deskripsi pekerjaan / job description dan juga
spesifikasi pekerjaan / job specification.
c) Seleksi tenaga kerja / Selection
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang tepat
dari sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu
dilakukan setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat
hidup / cv / curriculum vittae milik pelamar. Kemudian dari cv pelamar
dilakukan penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal
memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil
kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis, wawancara kerja /
interview dan proses seleksi lainnya.
2.1.24 Pengembangan dan evaluasi karyawan / Development and evaluation
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai
pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan suatu
pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya
masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada. Dengan begitu proses
pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai dari karyawan
pada tingkat rendah maupun yang tinggi.
2.1.25 Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai / Compensation and protection
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari
organisasi atau perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan
dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi
yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenaga
kerjaan di kemudian hari atau pun dapat menimbulkan kerugian pada organisasi atau
perusahaan. Proteksi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja dan kontribusi perkerja tersebut dapat
tetap maksimal dari waktu ke waktu. Kompensasi atau imbalan yang diberikan
bermacam-macam jenisnya yang telah diterangkan pada artikel lain pada situs
organisasi.org ini.
2.1.26 Promosi, Pemindahan dan Pemisahan
a. Promosi adalah sebuah jenis transfer yang meliputi penugasan kembali seorang
pegawai pada sebuah posisi yang kemungkinan besar diberikan pembayaran yang
lebih tinggi dan tanggung jawab, hak dan kesempatan yang lebih besar. Demosi,
kadang-kadang disebut transfer ke bawah, adalah sebuah jenis transfer meliputi
pemotongan pembayaran, hak dan kesempatan.
b. Pemisahan, disebut juga pemberhentian, bahkan sering disebut downsizing, adalah
perpindahan sementara atau tidak definitif seorang pegawai dari daftar gaji.
Umumnya adalah untuk mengurangi kelebihan beban biaya tenaga kerja dan
permasalahan keuangan perusahaan semakin serius.
c. Terminasi adalah tindakan manajemen berupa pemisahan pegawai dari organisasi
karena melanggar aturan organisasi atau karena tidak menunjukkan kinerja yang
cukup.
d. Pemberhentian sukarela adalah pemisahan pegawai dari organisasi atas inisiatif
organisasi atau kemauan pegawai sendiri.
e. Pengunduran diri adalah pemisahan pegawai yang telah menyelesaikan masa kerja
maksimalnya dari organisasi atau umumnya di kenal dengan istilah pensiun.
Motivasi berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu
movere yang berarti “mengerahkan”. Seperti yang dikatakan Liang Gie dalam
bukunya Martoyo (2000) motive atau dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi
pangkal seseorang melakukan sesuatu atau berkerja. Seseorang yang sangat
termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial guna menunjang
tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia berkerja.
Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal
berkerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja
individual.
Dengan demikian motivasi atau motivation berarti pemberian motiv,
penimbulan motiv atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang
menimbulkan dorongan. Dapat juga dikatakan bahwa motivation adalah faktor yang
mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Martoyo 2000). Motivasi atau
dorongan kepada karyawan untuk bersedia berkerja bersama demi tercapainya tujuan
bersama ini terdapat dua macam, yaitu :
1. Motivasi financial
Yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada
karyawan . Imbalan tersebut sering disebut insentif.
2. Motivasi nonfinansial
Yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/uang, akan
tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan lain
sebagainya (Gitosudarmo dan Mulyono, 1999).
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik
Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat
hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan
fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional),
sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan
(faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan,
pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri). Maslow memisahkan
lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan.
Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat
bawah.
Sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai
kebutuhan tingkat atas.
Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa
kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah
secara dominan dipenuhi secara eksternal. Teori kebutuhan Maslow telah menerima
pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena teori ini logis secara intuitif.
Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti
empiris dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak
menemukan pendukung yang kuat.
2.7 Manajemen Komunikasi (Communication Management)
Ada banyak orang yang mengatakan bahwa “effective communications in
management”, yang berarti bahwa komunikasi merupakan alat vital yang sangat
menentukan bagi proses manajemen. Manajemen hanya dapat berjalan melalui jalan
pikiran dan kegiatan orang-orang. Untuk itu, hubungan antar orang-orang yang baik
harus memerlukan bentuk komunikasi yang efektif. Tanpa itu, tidak akan mungkin
ada hubungan kerja sama yang baik. Untuk komunikasi diperlukan empat unsur dasar,
yaitu
Komunikator atau sumber komunikasi (pembicara,
pengirim,dsb.).
Pesan atau isi komunikasi atau message (apa yang dikehendaki
komunikator supaya sampai dan diterima dengan baik).
Sarana atau media, lambang, simbol (kata, isyarat,lagu,tanda).
Komunikan atau penerima komunikasi (pendengar, pembaca,
pengamat).
Empat unsur dasar tersebut diperlukan untuk komunikasi dalam manajemen.
Komunikasi manajemen merupakan suatu jaringan (network), yang terdiri atas
saluran-saluran(channels) dan setiap saluran harus terbuka untuk lebih dari
komunikasi dua arah karena harus memberikan kesempatan kepada semua warga
organisasi untuk berkomunikasi satu sama lain secara efektif.
Dalam organisasi formil arus komunikasi hanya dapat berjalan ke tiga arah, yaitu :
a. Komunikasi dari atas ke bawah yang menyangkut pengendalian dan pengarahan
daripada orang-orang beserta kegiatan-kegiatannya.
b. Komunikasi dari bawah ke atas menyangkut laporan-laporan, penyajian masalah,
saran-saran dan usul-usul.
c. Komunikasi menyilang atau horisontal yang menyangkut kerja sama dan
koordinasi.
Yang dapat menentukan komunikasi yang efektif adalah sarana-sarana (means
of communication) dan atau media yang dipergunakan. Untuk itu diperlukan
semacam jaringan komunikasi (communications network) yang tetap dan suatu
program komunikasi (communication programme), yakni suatu perangkat prosedur-
prosedur tetap yang harus digunakan dalam berkomunikasi satu sama lain secara
teratur. Sumber-sumber hambatan komunikasi adalah filsafat atau pandangan hidup
orang-orang, filosofi manajemen yang ditegakkan, sikap mental, dan
pengetahuan/pendidikan yang berbeda-beda.
Kemudian Manajemen Komunikasi proyek adalah kompetensi yang harus
dimiliki manajer proyek dengan tujuan utama adalah agar adanya jaminan bahwa
semua informasi mengenai proyek akan sampai tepat pada waktunya, dibuat dengan
tepat, dikumpulkan, dibagikan, disimpan dan diatur dengan tepat pula.
2.1.27 TujuanTujuan dalam manajemen komunikasi adalah sebagai berikut :
• Memahami proses-proses yang dilakukan dalam Manajemen Komunikasi
• Mengerti manfaat melakukan Manajemen Komunikasi dalam proyek
• Memahami dokumen-dokumen apa saja yang diperlukan dalam Manajemen
Komunikasi Proyek & bagaimana cara membuat dokumen tersebut
2.1.28 Pentingnya Komunikasi yang bagus (Importance of Good Communications)
Dalam sebuah manajemen komunikasi, diperlukan sebuah komunikasi yang
bagus dikarenakan leh beberapa hal. Diantaranya adalah sebagai berikut :
• Ancaman terbesar bagi banyak proyek adalah kegagalan untuk berkomunikasi
• Budaya kita tidak menggambarkan Manajer Proyek profesional sebagai
komunikator yang baik
• Penelitian menunjukkan bahwa profesional Manajer Proyek harus mampu
berkomunikasi secara efektif untuk berhasil dalam posisi mereka
• Kemampuan verbal yang kuat merupakan faktor kunci dalam kemajuan karir
profesional untuk Manajer Proyek
2.1.29 Tahapan Manajemen Komunikasi
Berikut dibawah ini adalah tahapan manajemen konstruksi :
• Perencanaan Komunikasi (Communication Planning)
Mendefinisikan kebutuhan komunikasi dan informasi di antara stakeholder
sebuah proyek. Merupakan proses yang sangat penting dalam proyek, mengingat
seringnya kegagalan proyek terkait dengan kegagalan komunikasi Rencana
manajemen komunikasi adalah dokumen yang berisi arahan/tuntunan cara
berkomunikasi dalam suatu proyek.
Informasi yang terkandung dalam Rencana Manajemen Komunikasi
(Communication Management Plan ), antara lain :
Kebutuhan-kebutuhan komunikasi stakeholders
Informasi yang akan dikomunikasikan, termasuk formatnya, isinya dan level
detailnya
Orang yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang dimaksud
Orang yang harus menerima informasi yang dimaksud
• Distribusi Informasi
Proses yang dilakukan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan informasi
pada waktu yang tepat bagi setiap stakeholder. Dilakukan mengingat pentingnya
mendapatkan informasi proyek bagi orang yang tepat, pada waktu yang tepat dengan
format yang padat informasi. Manajer proyek dan tim proyek harus dapat
memutuskan cara terbaik untuk mendistribusikan informasi proyek.
Isu Penting dalam Distribusi Informasi dapat dipengaruhi oleh :
• Penggunaan teknologi
• Cara formal atau informal
• Penanganan informasi yang sangat penting agar dapat didistribusikan dengan
efektif dan tepat waktu
• Memilih media yang cocok untuk berkomunikasi
• Pemahaman akan teknik komunikasi individual atau berkelompok
• Teknik menyampaikan berita “buruk”
• Pengaturan jumlah jalur komunikasi
• Pelaporan Kinerja
Proses mengumpulkan dan menyebarkan informasi kinerja proyek, termasuk di dalamnya status reports, progress measurements, dan peramalan
• Mengelola stakeholders
Proses mengelola komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dan harapan stakeholder dan penyelesaian isu-isu yang terjadi
Gambar 8 Diagram Manajemen Komunikasi dalam proyek
2.8 Manajemen Resiko (Risk Management)
2.1.30 DefinisiRisiko merupakan suatu potensi kejadian yang dapat merugikan sehingga
menyebabkan tidak tercapainya target yang diinginkan. Risiko yang telah dapat
diidentifikasi harus dibuatkan suatu perencanaan yang baik bahkan bila perlu dibuat
suatu sistem untuk dapat mengurangi menjadi seminimal mungkin sampai pada batas
yang dapat diterima.
Mengatasi risiko dan ketidakpastian merupakan suatu masalah yang sering
dihadapi oleh kontraktor dan pemilik proyek. Masalah ini dapat mengakibatkan
kerugian bagi kedua belah pihak. Sumber dari risiko dan ketidakpastian adalah sangat
beragam. Dan bukan hanya ukuran proyek yang menjadi faktor utama yang
menyebabkan risiko, tetapi terdapat faktor-faktor lainnya seperti aliran kas,
kekurangan dalam estimasi biaya langsung dan masalah kualitas. Pentingnya
penilaian dan analisa risiko proyek dalam prosesnya adalah untuk mengatur risiko
proyek agar dapat mengurangi keseluruhan dampak risiko terhadap hasil proyek.
Untuk risiko terhadap bencana alam yang dapat mengakibatkan terhentinya
aktifitas konstruksi, umumnya pihak kontraktor telah mengantisipasinya dengan
menggunakan asuransi CAR (Construction All Risk), untuk kerugian dalam konstruksi
yang juga berdampak terhadap pihak lain menggunakan asuransi Third Party
Liabilities dan ASTEK asuransi tenaga kerja yang memberikan perlindungan untuk
menanggulangi risiko yang timbul akibat kecelakaan kerja. Secara singkat,
perusahaan harus memiliki cara yang baik dalam melakukan manajemen risiko.
Untuk dapat menanggulangi semua resiko yang mungkin terjadi, diperlukan
sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen resiko. Adapun beberapa definisi
manajemen resiko dari berbagai literatur yang didapat, antara lain :
Manajemen resiko merupakan proses formal dimana faktor – faktor
resiko secara sistematis diidentifikasi, diukur, dan dicari.
Manajemen resiko merupakan metoda penanganan sistematis formal
dimana dikonsentrasikan pada pengientifikasian dan pengontrolan
peristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang
tidak diinginkan.
Manajemen resiko, dalam konteks proyek, adalah seni dan
pengetahuan dalam mengidentifikasi, menganalisa, dan menjawab
faktor – faktor risiko sepanjang masa proyek.
2.1.31 Identifikasi dan Analisa ResikoTahapan pertama dalam proses manajemen resiko adalah tahap identifikasi
resiko. Identifikasi resiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya resiko atau
kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses identifikasi
resiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua
resiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi.
Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif,
sehingga tidak ada resiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi. Dalam
pelaksanaannya, identifikasi resiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara
lain:
a.Brainstorming
b.Questionnaire
c.Industrybenchmarking
d.Scenario analysis
e.Risk assessment workshop
f.Incident investigation
g.Auditing
h.Inspection
i.Checklist
j.HAZOP (Hazard and Operability Studies)
k.dan sebagainya
Adapun cara – cara pelaksanaan identifikasi resiko secara nyata dalam sebuah
proyek, adalah :
Membuat daftar bisnis yang dapat menimbulkan kerugian.Membuat checklist
kerugian potensial.
Dalam checklist ini dibuat daftar kerugian dan peringkat kerugian yang terjadi.
Membuat klasifikasi kerugian.
a.Kerugian atas kekayaan (property).
Kekayaan langsung yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk mengganti
kekayaan yang hilang atau rusak. Kekayaan yang tidak langsung, misalnya
penurunan permintaan, image perusahaan, dan sebagainya.
b.Kerugian atas hutang piutang, karena kerusakan kekayaan atau cideranya
pribadi orang lain.
c.Kerugian atas personil perusahaan. Misalnya akibat kematian,
ketidakmampuan, usia tua, pengangguran, sakit, dan sebagainya.
Ada lima strategi alternatif untuk menangani resiko, yaitu :
1. Menghindari resiko
Menghindari resiko merupakan strategi yang sangat penting, strategi ini
merupakan strategi yang umum digunakan untuk menangani resiko. Dengan
menghindari resiko, kontraktor dapat mengetahui bahwa perusahaannya tidak akan
mengalami kerugian akibat resiko yang telah ditafsir. Di sisi lain, kontraktor juga
akan kehilangan sebuah peluang untuk mendapatkan keuntungan yang mungkin
didapatkan dari asumsi resiko tersebut.
Contohnya : seorang kontraktor yang ingin menghindari resiko politik dan
finansial berkaitan dengan proyek pada negara dengan kondisi politik yang tidak
stabil, dapat menolak melakukan tender proyek pada negara tersebut. Namun
demikian, apabila kontraktor tersebut menolak untuk melakukan tender, maka
kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dari proyek tersebut juga ikut
menghilang.
2. Mencegah resiko dan mengurangi kerugian
Alternatif strategi yang kedua adalah mencegah resiko dan mengurangi
kerugian. Strategi ini secara langsung mengurangi potensi resiko kontraktor dengan 2
cara, yaitu :
Mengurangi kemungkinan terjadinya resiko.
Mengurangi dampak finansial dari resiko, apabila resiko tersebut
benar-benar terjadi.
Contohnya : pemasangan alarm atau alat anti – maling pada peralatan di
proyek, akan mengurangi kemungkinan terjadinya pencurian. Sebuah gedung yang
dilengkapi dengan sprinkler system, akan mengurangi dampak finansial, apabila
gedung tersebut mengalami kebakaran.
3. Meretensi resiko
Retensi resiko telah menjadi aspek penting dari manajemen resiko ketika
perusahaan menghadapi resiko proyek. Retensi resiko adalah perkiraan secara
internal, baik secara utuh maupun sebagian, dari dampak finansial suatu resiko yang
akan dialami oleh perusahaan. Dalam mengadopsi strategi retensi resiko ini, perlu
dibedakan antara 2 jenis retensi yang berbeda.
Retensi resiko yang terencana (planned) adalah asumsi yang secara sadar dan
sengaja dilakukan oleh kontraktor untuk mengenali atau mengidentifikasi resiko.
Dengan strategi seperti itu, resiko dapat ditahan dengan berbagai cara, tergantung
pada filosofi, kebutuhan khusus, dan juga kapabilitas finansial dari kontraktor itu
sendiri.
Retensi resiko yang tidak terencana (unplanned) terjadi ketika kontraktor tidak
mengenali atau mengidentifikasi keberadaan dari suatu resiko dan secara tidak sadar
mengasumsi kerugian yang akan muncul.
4. Mentransfer resiko
Pada dasarnya, transfer resiko dapat dilakukan, melalui negosiasi, kapanpun
kontraktor menjalani perencanaan kontraktual dengan banyak pihak seperti pemilik,
subkontraktor ataupun supplier material dan peralatan. Transfer resiko bukanlah
asuransi. Biasanya, transfer resiko ini dilakukan melalui syarat atau pasal – pasal
dalam kontrak seperti : hold – harmless aggrement dan klausul jaminan atau
penyesuaian kontrak. Karakeristik esensial dari transfer resiko ini adalah dampak dari
suatu resiko, apabila resiko tersebut benar – benar terjadi, ditanggung bersama atau
ditanggung secara utuh oleh pihak lain selain kontraktor.
Contohnya : penyesuaian pada harga penawaran, dimana kompensasi ekstra akan
diberikan kepada kontraktor apabila terjadi perbedaan kondisi tanah pada suatu
proyek.
5. Asuransi
Asuransi menjadi bagian penting dari program manajemen resiko, baik untuk
sebuah organisasi ataupun untuk individu. Asuransi juga termasuk di dalam strategi
transfer resiko, dimana pihak asuransi setuju untuk menerima beban finansial yang
muncul dari adanya kerugian. Secara formal, asuransi dapat didefinisikan sebagai
kontrak persetujuan antara 2 pihak yang terkait yaitu : pengasuransi (insured) dan
pihak asuransi (insurer). Dengan adanya persetujuan tersebut, pihak asuransi (insurer)
setuju untuk mengganti rugi kerugian yang terjadi (seperti yang tercantum dalam
kontrak) dengan balasan, pengasuransi (insured) harus membayar sejumlah premi tiap
periodenya.
2.9 Manajemen Pengadaan (Procurement Management)
Proses pengadaan proyek, bagaimana memilih konsultan, kontraktor dan
sebagainya perlu dilakukan sebuah manajemen. Salah satu sarana layanan yang
populer saat ini untuk pengadaan proyek adalah LPSE (Layanan Pengadaan Secara
Elektronik). Procurement management (manajemen pengadaan ) dapat pula diartikan
sebagai manajemen pengelolaan dalam usaha memperoleh barang atau jasa yang
merupakan bagian dari mata rantai suatu sistem produksi tertentu.
2.1.32 Tujuan Manajemen Pengadaan
Tujuan Bagian Pengadaan yaitu menyediakan barang maupun jasa dengan
harga yang murah, berkualitas, dan terkirim tepat waktu, tugas-tugas bagian
pengadaan tidak terbatas hanya pada kegiatan rutin pembelian. Secara strategis dapat
menciptakan keunggulan dari segi ongkos (dengan mendapatkan sumber-sumber
bahan baku, komponen, dll dengan harga yang murah). Bagian pengadaan juga
berperan mendapatkan sumber-sumber bahan baku dan komponen yang berkualitas
dan/atau menjadi jembatan dalam membina supplier-supplier yang ada dengan
berbagai program peningkatan kualitas. Bagian pengadaan juga dituntut untuk bisa
menciptakan keunggulan dari segi waktu. Untuk mendukung keunggulan dari segi
waktu, bagian pengadaan tentunya bisa memilih supplier yang memiliki kemampuan
untuk mengirim barang dalam waktu yang lebih pendek tanpa harus mengorbankan
kualitas dan meningkatkan harga.
2.1.33 Tahapan Manajemen Pengadaan1. Perencanaan pembelanjaan dan pengadaan
Proses menentukan apa yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan dan bagaimana
proses pengadaannya. Dalam perencaan ini harus diputuskan apa yang harus
diambil dari luar, tipe kontrak dan menggambarkan kerja yang harus
dilakukan oleh distributor kelak.
2. Perencanaan kontrak kerja sama
Proses menggambarkan kebutuhan produk atau servis yang diperlukan, yang
digambarkan dalam RFP, kriteria evaluasi dan SOW.
3. Permintaan respon dari distributor
Proses memperoleh informasi, tanggapan, penawaran atau proposal dari
penjual
4. Memilih Distributor
Proses memilih suplier yang paling potensial melalui proses analisis suplier
potensial dan negosiasi
5. Administrasi kontrak kerja sama
Formalisasi pernyataan kerja sama
6. Penutupan Kontrak
Selesainya suatu kontrak dan penutupan suatu kontrak.
Gambar 9 Diagram Tinjauan Umum Manajemen Pengadaan
2.1.34 Rencana Manajemen Pengadaan
Informasi yang terkandung di dalamnya :
Tuntunan tipe kontrak yang akan digunakan dalam berbagai situasi.
Template yang akan digunakan untuk dokumen-dokumen manajeman
pengadaan ( mis RFP, SOW, dsb).
Tuntunan untuk membuat struktur WBS bagi supplier.
Peran dan Tanggung jawab setiap anggota tim proyek.
Tuntunan untuk menggunakan estimasi independen yang akan digunakan pada
saat mengevaluasi penjual/distributor.
Saran dalam mengelola multiple providers.
Proses untuk koordinasi keputusan pengadaan.
Hambatan dan asumsi berkaitan dengan pembelanjaan dan perolehan.
Waktu terawal untuk belanja.
Strategi menghambat resiko dalam pembelanjaan.
Tuntunan untuk mengidentifikasi prequalified supplier.
Parameter pengadaan untuk menilai penjual dan pengelolaan kontrak.
Alat dan Teknik Dalam Perencanaan Belanja dan Pengadaan
1. Make or Buy Analysis
2. Expert Judgement
3. Types of Contract
4. Procurement Management Plan
5. Contract Statement of Work ( SOW )
2.1.35 Tugas-tugas bagian pengadaanTugas-tugas bagian pengadaan tidak terbatas hanya pada kegiatan rutin
pembelian.Secara umum, tugas-tugas yang dilakukan mencakup:
1. Merancang hubungan yang tepat dengan supplier.
Hubungan dengan supplier bisa bersifat kemitraan jangka panjang maupun
hubungan transaksional jangka pendek. Baik berupa model hubungan, relationship,
berapa jumlah
Supplier
2. Memilih supplier.
Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan sumber daya yang tidak
sedikit apabila supplier yang dimaksud adalah supplier kunci.Kesulitan akan lebih
tinggi kalau supplier-supplier yang akan dipilih berada di mancanegara (global
suppliers). Supplier-supplier kunci yang berpotensi untuk menjalin hubungan jangka
panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi awal, mengundang mereka
untuk presentasi, kunjungan lapangan (site visit) dan sebagainya.Pemilihan supplier-
supplier kunci harus sejalan dengan strategi
supply chain
3. Memilih dan mengimplentasikan teknologi yang cocok.
Kegiatan pengadaan selalu membutuhkan bantuan teknologi.Teknologi yang
lebih tradisional dan lumrah digunakan adalah telepon dan fax.Saat ini banyak
perusahaan yang menggunakan electronic procurement (e-procurement) yakni
aplikasi internet untuk kegiatan pengadaan.
4. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier.
Bagian pengadaan harus memiliki data lengkap tentang item-item yang
dibutuhkan maupun data tentang supplier-supplier mereka.Beberapa data supplier
yang penting untuk dimiliki adalah nama dan alamat masing-masing supplier, item
apa yang mereka pasok, harga per unit, lead time pengiriman, kinerja masa lalu,serta
kualifikasi supplier termasuk juga kualifikasi seperti ISO.
5. Melakukan proses pembelian.
Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara,misalnya pembelian
rutin dan pembelian dengan melalui tender atau lelang, (auction).Pembelian rutin dan
pembelian dengan tender melewati prosesproses yang berbeda.
6. Mengevaluasi kinerja supplier.
Hasil penilaian ini digunakan sebagai masukan bagi supplier untuk
meningkatkan kinerja mereka.Kriteria yang digunakan untuk menilai supplier
seharusnya mencerminkan strategi supply chain dan jenis barang yang dibeli
2.10 Serah Terima Akhir Kegiatan (Project Hand Over)Kegiatan proyek merupakan kegiatan yang memiliki awal dan akhir yang
tertentu dan seringkali tidak berulang. Manajemen proyek sangat dibutuhkan agar
proyek dapat berjalan dengan baik dan mencapai target kualitas, waktu dan biaya
serta safety. Fase penyelesaian proyek dan serah terima proyek kadangkala luput dari
perhatian. Banyak kegiatan yang dilakukan pada masa penutupan dan penyerahan
proyek antara lain penyelesaian kegiatan engineering dan konstruksi, penyelesaian
financial dan akuntansi, laporan penutupan, uji coba,penyelesaian klaim,warranty dan
guarranty,demobilisasi, penilaian prestasi dan lain-lain.