MALPRAKTEK MEDIK.ppt

18
MALPRAKTEK MALPRAKTEK MEDIK MEDIK Abdul Rachman Saragih Abdul Rachman Saragih

Transcript of MALPRAKTEK MEDIK.ppt

  • MALPRAKTEK MEDIKAbdul Rachman Saragih

  • PendahuluanMeningkatnya kesadaran masyarakat akan hukum dan haknya dalam memperoleh pengobatan dakwaan kepada dokter (malpraktek) juga meningkat

    Dokter dituntut lebih hati-hati dalam menunaikan hak dan kewajibannya sesuai dengan standar pelayanan medik

  • Pengertian MalpraktekMalpraktek medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama

    Kelalaian:Tindakan kurang hati-hati:Wajar dilakukan orang dengan hati-hati tidak dilakukanTidak dilakukan orang dalam situasi yang sama dilakukanMelakukan tindakan kedokteran dibawah standar pelayanan medik

  • UU No. 23 Tahun 1992 tentang KesehatanPasal 11b:Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam KUHP dan peraturan perundang-undangan lain, maka terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan administratif dalam hal sebagai berikut:Melalaikan kewajibanMelakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya, maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan

  • Dapat disimpulkan:Melalaikan kewajiban tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukanMelakukan sesuatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukanKelalaian:Dapat diterima orang lain / tidak merugikan bukan pelanggaran hukum / kejahatanMengakibatkan kerugian materi samapi merenggut nyawa orang lain kelalaian berat (culpa lata), serius dan kriminil.Tolak ukur culpa lata:Bertentangan dengan hukum Akibatnya dapat dibayangkanAkibatnya dapat dihindarkanPerbuatannya dapat dipersalahkanMalpraktek medik kelalaian yang berat dan pelayanan kedokteran dibawah standar

  • Malpraktek Medik Murni (Criminal Malpractice)Kesengajaan dokter melakukan suatu tindakan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan dan semata-mata demi mengeruk keuntungan pribadi, misalnya melakukan pembedahan tanpa indikasi

    Hal ini tidak banyak dijumpai namun dapat menjadi imbas dari perkembangan masyarakat ke arah materialistis, hedonistis dan konsumtif.

  • Sebab Kepercayaan Pasien Terhadap DokterDokter mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan utnuk menyembuhkan penyakit atau setidaknya meringankan penderitaan

    Dokter akan beritndak hati-hati dan teliti

    Dokter akan bertindak berdasarkan standar profesinya

  • Malpraktek Bila Dokter :Kurang menguasai IPTEK kedokteran yang sudah berlaku umum di kalangan profesi kedokteranMemberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi (tidak lege artis)Melakukan kelalaian yang berat atau meberikan pelayanan dengan tidak hati-hati.Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum

  • Bila yang dilanggar dokter etika kedokteran Malpraktek etikBila Malpraktek medik telah terjadi maka sebelum dapat menuntut ganti rugi harus membuktikan 4 unsur:

    Adanya suatu kewajiban bagi dokter terhadap pasienDokter telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim dipergunakanPenggugat telah menderita kerugian yang dimintakan ganti-ruginyaSecara faktual kerugian itu disebabkan oelh tindakan dibawah standar

    Kaedah Res Ipsa Loquitur = fakta telah berbicara

    misal gunting atau kasa tertinggal dalam perut pasien setelah operasi laparatomi dalam hal ini dokterlah yang harus membuktikan tidak lalai dalam melakukan pasien dan tidak perlu adanya bukti oleh penggugat.

  • Contoh KasusSeorang dokter memberi cuti sakit berulang kali kepada seorang tahanan, padahal orang tersebut mampu menghadiri sidang pengadilan perkaranya.

    Dalam hal ini dokter terkena pelanggaran: KODEKI Bab I pasal 7:Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannyaKUHP Pasal 267:Dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu tentang adanya atau tidak adanya penyakit, kelemahan atau cacat, dihukum dengan hukuman penjara selama 4 tahun.Kasus I

  • Seorang penderita gawat darurat dirawat di rumah sakit dan memerlukan pembedahan segera. Ternyata pembedahan tertunda-tunda, sehingga penderita meninggal dunia. Pelanggaran etik dan hukum kasus ini ada 2 kemungkinan:a. Bila disebabkan kelalaian dokter, maka bertentangan dengan:Lafal Sumpah dokterSaya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderitaKODEKI Bab II Pasal 10:Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas kemanusiaanKUHP pasal 304Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan seseorang dalam kesengsaraan, sedangkan ia wajib memberi kehidupan, perawatan dan pemeliharaan berdasarkan hukum yang berlaku baginya atau karena suatu perjanjian, dihukum dengan hukum penjara selama-lamanya 2 tahun 8 bukan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500 KUHP pasal 306(2) Jika salah satu perbuatan tersebut berakibat kematian, maka bersalah dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun.b. Bila disebabkan keluarga penderita belum membayar uang panjar untuk rumah sakit, maka rumah sakitlah yang terkena pasal-pasal KUHP 304 dan 306 sedangkan dokter terkena pelanggaran KODEKI.Kasus II

  • Seorang dokter umum melakukan pembedahan benjolan pada leher seorang wanita yang kemudian timbul komplikasi perdarahan. Dokter menghentikan tindakannya sedangkan benjolan tersebut belum diangkat seluruhnya. Padahal di kota tempat dokter tersebut ada dokter spesialis bedah. Dalam kasus ini dokter umum tersebut melanggar:KODEKI Bab I pasal 2:Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggib.KODEKI Bab I pasal 11:Dalam hal tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebutc. KUHP pasal 350Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain mendapat luka berat atau luka sedemikian, sehingga berakibat penyakit atau halangan sementara untuk menjalankan jabatan atau pekerjaannya, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun.Kasus III

  • Bila orang tersebut meninggal dunia ?

    Pertanggungjawaban dokter akan diminta bila setelah diteliti dengan pertimbangan apakah pembedahan dilakukan atas indikasi atau pemeriksaan telah dilakukan dengan hati-hati dan sesuai prosedur dan atau dokter telah mengupayakan tindakan maksimal yang cepat dan tepat setelah terjadi komplikasi pembedahan

  • Seorang wanita, 31 tahun dirawat dengan benjolan di leher, lemah dan tidak mempunyai nafsu makan. Pemeriksaan darah menunjukkan suatu leukemia akut namun tipenya belum diketahui. Untuk itu diperlukan punksi sumsum tulangSetelah percobaan ke-6 kali pada punksi tulang dada tiba-tiba pasien sesak dan akhirnya henti nafas. Setelah resusitasi 45 menit kemudian penderita meninggal dunia. Pada autopsi dijumpai hemopericardium akibat komplikasi punksi sebelumnya.Penyelidikan pengadilan membuktikan indikasi, terapi dan teknik telah dilaksanakan dengan teliti sesuai prosedur dan pertolongan pertama juga telah dilakukan dokter dengan cepat dan tepa sehingga dinilai tidak ada kelalaian dokter Kasus IV

  • Seorang wanita 70 tahun dirujuk ke rumah sakit untuk appendektomi karena appendicitis akut. Pada waktu pembedahan, spesialis bedah mengangkat suatu jaringan yang diduganya usus buntu yang sedang meradang.Namun pada pemeriksaan patologi ternyata jaringan tersebut adalah jaringan lemak. Penderita meninggal 2 hari setelah operasi dan dari autopsi dijumpai usus buntu yang mengalami perforasi masih melekat di caecum. Kematian disebabkan sepsis akibat perforasi appendicitis akut.Di pengadilan ternyata dibuktikan spesialis bedah tersebut kurang teliti dan hati-hati dan keterampilannya dinilai dibawah standar. Kasus V

  • Hikmah Yang Dapat Diambil:Dari seorang dokter dituntut penampilan sesuai dengan standar dalam melaksanakan tugas profesinya, serta berusaha dengan sungguh-sungguh dan hati-hati dalam mencegah komplikasi sewaktu menegakkan diagnosa.Bila prosedur telah dilakukan dokter dengan tepat dan teliti dan dokter menyadari benar apa yang dilakukannya maka apabila terjadi komplikasi yang telah ditangani dengan cepat dan tepat, dokter tidak akan dituntut.Jika suatu kasus yang diduga malpraktek diajukan ke depan pengadilan, maka diperlukan bukti-bukti yang cukup untuk menegakkan kebenaran. Jika pasien meninggal juga diperlukan autopsi.

  • Penanganan MalpraktekDalam etik tidak ada batasan yang jelas antara boleh atau tidak sulit memberikan sanksiNegara maju Dewan Medis (Medical Council)Indonesia IDI dalam hal ini Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK)Banyak kasus langsung ke pengadilan sebelum ditangani MKEK Depkes (1992) Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etik Kedokteran (P3EK) untuk menangani kasus-kasus malpraktek medik sebelum dilaporkan ke polisi.Bila pelanggaran hukum pidana atau perdata kasus akan diteruskan ke pengadilan.Kurangnya pengetahuan pihak penegak hukum tentang ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran sering menyebabkan dokter yang ditindak menerima hukuman yang dianggap tidak adil oleh karena itu harus dicegah.